Vous êtes sur la page 1sur 15

147

Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Penerapan Modifikasi Psikoedukasi Pada


Penderita Diabetes Mellitus Tipe2

Nailiy Huzaimah1
1
Universitas Wiraraja Sumenep
e-mail: nailiy.huzaimah@gmail.com

ABSTRACT

Controlled blood glucose level is one of the success indicator of the diabetes management. A good
comprehension about diabetes and family support are needed to encourage and strengthen the effort of
individuals to achieved good behavioral diabetes self-management, which helped to control blood glucose level.
This study aimed to determine the Psychoeducation Modification’s effects on behavioral diabetes self-
management, family support, and blood glucose level of people with type 2 diabetes mellitus (T2DM).
This study used pre and post test control group design. Respondents of this research are population with
T2DM and their families who are undergoing outpatient treatment at Internal Medicine Outpatient Unit
of Dr. H. Moh. Anwar Sumenep Hospital (n = 40). Collecting data included the patient’s behavioral
self-management of diabetes, family support, and random blood glucose level. Data collection used
questionnaires and the laboratory test of blood glucose level. Results of statistical test with Mann Whitney
U test showed the differences in family support between the treatment group and the control group. Results of
different test independent samples in the treatment group using paired T-test and Wilcoxon signed rank test
showed that Psychoeducation Modification improved behavioral self-management of diabetes (p=0,004),
family support (p=0.001) and random blood glucose level (p=0,013) of people with T2DM.
Psychoeducation modifications need to be implemented by health provider, particularly nursing staff to help
people with T2DM improving their diabetes self-management behaviors, to achieve controled blood glucose
level.

Keywords: behavioral self-management; family support; blood glucose level ; psychoeducation, type 2 diabetes
mellitus

ABSTRAK

Kadar glukosa darah terkontrol merupakan salah satu indikator kesuksesan pengelolaan
diabetes mellitus tipe 2 (DMT2). Pemahaman yang komprehensig tentang diabetes dan
dukungan keluarga yang baik sangat dibutuhkan untuk mendorong dan menguatkan usaha
individu untuk menerapkan pengelolaan diabetes mandiri, yang nantinya akan berdampak
pada kadar glukosa darah penderita DMT2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Modifikasi Psikoedukasi (MP) terhadap pengelolaan diabetes mandiri, dukungan
keluarga, serta kadar glukosa darah (KGD) penderita DMT2. Penelitian ini menggunakan
quasy experiment, pre and post test control group design. Responden penelitian adalah penderita
DMT2 dan keluarganya yang sedang menjalani rawat jalan di Poli Penyakit Dalam RUSD
Dr. H. Moh. Anwar Sumenep (n=40). Pengumpulan data meliputi perilaku pengelolaan
diabetes mandiri, dukungan keluarga, dan kadar glukosa darah acak penderita DMT2
dengan menggunakan kuesioner dan pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah.
148
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Analisis statistik menggunakan uji beda dengan nilai α<0,05.Hasil Mann Whitney U test
menunjukkan ada perbedaan pada variabel dukungan keluarga antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol. Hasil uji beda sampel independen pada kelompok perlakuan
menggunakan Paired T test dan Wilcoxon signed rank test menunjukkan bahwa pemberian
Modifikasi Psikoedukasi meningkatkan perilaku pengelolaan diabetes mandiri (p=0,004),
dukungan keluarga (p=0,001), dan KGD (p=0,013) penderita DMT2.Pemberian MP perlu
diterapkan oleh tenaga kesehatan, khususnya perawat dalam membantu penderita DMT2
meningkatkan perilaku pengelolaan mandiri diabetes untuk mencapai kadar glukosa darah
yang terkontrol dengan mengikutsertakan keluarga.

Kata kunci: perilaku pengelolaan diabetes mandiri; dukungan keluarga; kadar glukosa darah;
psikoedukasi; diabetes mellitus tipe 2

PENDAHULUAN juga mengalami peningkatan prevalensi


Metode dan pendekatan yang efektif kejadian diabetes berikut juga
dalam memberikan pendidikan diabetes komplikasinya. Hasil rekapitulasi 10
dan pelatihan mengelola diabetes secara penyakit terbanyak di Poli Rawat Jalan
mandiri sangat dibutuhkan. Banyak RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep pada
ditemukan penderita DMT2 telah bulan Januari sampai dengan Juni 2013 di
mendapatkan pendidikan diabetes akan Poli Interne didapatkan bahwa penyakit
tetapi belum mampu mengontrol glukosa DMT2 menempati angka tertinggi
darah bahkan sudah mengarah pada dengan jumlah 1.723. Angka kunjungan
komplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa DMT2 mengalami peningkatan setiap
pendidikan diabetes yang diberikan tahun, yaitu 2.391 pada tahun 2014 dan
selama ini di pelayanan kesehatan masih menjadi 3.904 pada tahun 2015. Angka
kurang efektif karena tidak menghasilkan DMT2 dengan komplikasi juga
perubahan perilaku individu. Melatih meningkat dari 2.148 pada tahun 2014
penderita DMT2 tentang cara mengelola menjadi 3.892 pada tahun 2015
diabetes secara mandiri dengan (rekapitulasi data RSUD dr. H. Moh
mengikutsertakan keluarga untuk Anwar Sumenep tahun 2016). Hasil studi
memberikan dukungan, merupakan rekam medik dan wawancara awal pada
bagian yang dibutuhkan dalam 20 orang penderita diabetes mellitus tipe
serangkaian kegiatan pendidikan diabetes. 2 (DMT2) di Poli Penyakit Dalam RSUD
dr. H. Moh. Anwar Sumenep yang
Seiring dengan prevalensi diabetes global dilakukan pada bulan Februari 2016
dan nasional yang terus meningkat, ditemukan 85% penderita DMT2 yang
daerah lokal seperti Sumenep-Madura pernah mendapatkan pendidikan diabetes
149
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

memiliki perilaku pengelolaan diabetes Psychoeducational (Miller et al., 2002;


mandiri yang kurang baik dan kadar Gallegos, Berumen & Gomez-Meza,
glukosa darah tidak terkontrol pada. 2006; Davies et al., 2006; Grey et al., 2013;
Diabetes memberikan pengaruh besar Hill-Briggs et al., 2011; Penckofer et al.,
terhadap kehidupan individu penderita 2012; Fitzner et al., 2014; Siminerio et al.,
diabetes, keluarganya, dan sistem layanan 2008).
kesehatan (Al-Khawaldeh, Al-Hassan, &
Froelicher, 2012). Diabetes yang tidak
terkontrol telah banyak menyebabkan Beberapa penelitian tentang
berbagai komplikasi seperti penyakit pengembangan program edukasi diabetes
jantung, stroke, tekanan darah tinggi, juga dilakukan di Indonesia, antara lain
kebutaan, penyakit ginjal, penyakit sistem adalah pemberian supportive educative
saraf, amputasi kaki, dan kematian dini programe, self management intervention,
serta tidak jarang menyebabkan masalah tatalaksana diabetes dengan pendekatan
keuangan (financial burden) dan teori model Behavioral System Dorothy E.
menurunkan kualitas hidup (Sratton et al., Johnson, dan penerapan Health Action
2000; Coffey et al., 2002). Process Approach (Darmansyah et al., 2013;
Kholifah, 2014; Aini et al., 2011;
Kusnanto et al., 2015). Beberapa
Penelitian masih terus dikembangkan
penelitian tersebut berhasil meningkatkan
dengan harapan adanya perubahan
pengetahuan, pemahaman, efikasi diri,
perilaku pada penderita DMT2. Beberapa
perawatan diri, regulasi diri, kepatuhan,
pengembangan program edukasi diabetes
dan menurunkan kadar glukosa darah
yang pernah diteliti di luar negeri antara
penderita DMT2.
lain adalah Diabetes Self Management
Education (DSME), tele-health, program
Point of Service Diabetes Education,
Psikoedukasi merupakan salah satu dari
konseling, program psikoedukasi internet,
bentuk edukasi, yang dapat dilakukan
program edukasi kelompok terstruktur,
pada individu, keluarga, dan kelompok
Problem Solving-Based Diabetes Self-
yang fokus pada mendidik respondennya
Management Training, dan program Study of
mengenai tantangan signifikan
Women’s Emotions and Evaluation of a
150
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

dalam hidup, membantu responden terhadap perilaku pengelolaan diabetes


mengembangkan sumber-sumber mandiri, dukungan keluarga, dan kadar
dukungan dan dukungan sosial dalam glukosa darah penderita DMT2.
menghadapi tantangan tersebut, dan
mengembangkan keterampilan koping METODE PENELITIAN
untuk menghadapi tantangan tersebut Penelitian ini menggunakan quasy
(Griffith, 2006 dalam Walsh, 2010). experiment – preandpost test control group
Penerapan psikoedukasi untuk penderita design. Populasi adalah seluruh penderita
DMT2 di Indonesia masih terbatas. DMT2 yang sedang menjalani rawat jalan
Selama ini psikoedukasi lebih banyak di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. H.
difokuskan untuk mengintervensi Moh. Anwar Sumenep. Sampel adalah
masalah-masalah psikologis (Raudhoh, penderita DMT2 (n=40) beserta
2013). keluarganya (n=40) yang memenuhi
kriteria inklusi: 1) didiagnosis DMT2 ≤5
Modifikasi Psikoedukasi (MP) dalam tahun, 2) berusia 20-59 tahun, 3) rerata
penelitian ini dirancang menggunakan kadar glukosa darah acak ≥160 mg/dl
gabungan beberapa konsep teori yaitu atau rerata kadar glukosa darah puasa
konsep edukasi, psikoterapeutik, ≥140 mg/dl selama 2 bulan terakhir,
dukungan sosial keluarga, teori goal 4) memiliki keluarga dekat, 5) dapat
attainment, dan psikoneuroimunologi berbahasa Indonesia atau Madura.
untuk menyentuh seluruh aspek individu Sampel didapatkan dengan
penderita DMT2 secara holistik. menggunakan teknik consecutive sampling.
Penerapan MP pada penderita DMT2
dan keluarga juga mempertimbangkan
kebudayaan dan karakter masyarakat Pengelompokan sampel (n=40) menjadi
Pulau Madura khususnya Kota Sumenep, kelompok kontrol (K=20) dan kelompok
yang pada umumnya memiliki ikatan perlakuan (K’=20)dilakukan secara acak
emosional yang sangat kuat dengan (random). Kelompok perlakuan diberi
kerabat atau keluarga (balah kerabah), dan intervensi MP, sedangkan kelompok
cenderung lebih nyaman berkomunikasi kontrol diberi edukasi diabetes sesuai
dengan menggunakan bahasa dengan SOP yang ada di Rumah
Madura.Penelitian ini bertujuan untuk Sakit.Pelaksanaan MP adalah di masing-
menganalisis pengaruh pemberian MP masing rumah responden. Alat dan bahan
151
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

yang digunakan dalam MP adalah media HASIL


power point presentation (PPT) dan Karakteristik umum responden penderita
booklet.Pada kelompok kontrol edukasi DMT2 disajikan dalam Tabel 1,
diabetes hanya dilakukan satu (1) tahap sedangkan karakteristik keluarga disajikan
sesuai dengan SOP yang dijalankan di dalam Tabel 2.Karakteristik umum
rumah sakit dengan menggunakan media penderita DMT2 meliputi umur, jenis
PPT dan leaflet. kelamin, pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, lama DMT2, paparan
informasi, dan perasaan terhadap
MP tahap ke 1 dilakukan pengumpulan penyakit DMT2 yang dialami.
data pre-test yang meliputi pengambilan Karakteristik umum keluarga meliputi
sampel darah vena untuk pemeriksaan umur, jenis kelamin, pendidikan dan
kadar glukosa darah, dilanjutkan dengan pekerjaan. Hasil uji homogenitas
data perilaku pengelolaan diabetes karakteristik umum baik pada responden
mandiri, serta dukungan keluarga (dengan penderita DMT2 maupun responden
alat ukur kuisioner). MP tahap 2 keluarga pada seluruh kategori memiliki
dilakukan pemberian edukasi tentang nilai p > 0,05 yang berarti bahwa tidak
DMT2 secara komprehensif. MP tahap 3 ada perbedaan yang signifikan pada
dilakukan pemberian latihan cara seluruh karakteristik umum kelompok
mengelola diabetes secara mandiri. perlakuan dan kontrol.
Pengukuran perilaku pengelolaan diabetes
mandiri, kadar glukosa darah, dan
dukungan keluarga untuk data post-test Hasil uji beda sampel tidak berpasangan
dilakukan setelah MP tahap ke 3 dan (independent) sebelum perlakuan (pre-test),
tahap monitoring selama tiga (3) minggu, nilai p>α (α=0,05) ditemukan pada
baik pada kelompok perlakuan maupun semua variabel yaitu perilaku pengelolaan
kelompok kontrol. Pemeriksaan kadar diabetes mandiri (p=0,956), dukungan
glukosa darah dilakukan di Laboratorium. keluarga (p=0,260), dan kadar glukosa
Data dianalisis dengan menggunakan darah (KGD) (p=0,051) (Tabel. 3). Hal
Paired T-Test, Independen t-test, Wilcoxon ini menunjukkan bahwa pada pre-test tidak
Signed Rank test, dan Mann Whitney-U ada perbedaan perilaku pengelolaan
testdengan derajat kemaknaan p≤0,05. diabetes mandiri, dukungan keluarga, dan
KGD antara kelompok perlakuan dan
152
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

kelompok kontrol. Hasil uji beda sampel dan KGD (0,465) (Tabel. 3). Hal ini
tidak berpasangan (independent) setelah menunjukkan bahwa pada post-test ada
perlakuan (post-test), nilai p<α (α=0,05) perbedaan pemahaman, efikasi diri, dan
ditemukan pada variabel dukungan dukungan keluarga antara kelompok
keluarga (p=0,016), sedangkan nilai p>α perlakuan dan kelompok kontrol setelah
ditemukan pada variabel perilaku intervensi.
pengelolaan diabetes mandiri (p=0,214)

Tabel 1. Distribusi karakteristik responden penderita DMT2 kelompok perlakuan dan


kelompok kontrol
Perlakuan Kontrol Nilai p
Karakteristik Umum
F % F %
Umur (tahun) 34 – 40 1 5 - -
41 – 47 6 30 3 15
0,523
48 – 54 8 40 14 70
55 – 60 5 25 3 15
Jenis Kelamin Lelaki 7 35 8 40
-
Perempuan 13 65 12 60
Pendidikan Dasar 10 50 13 65
Atas 7 35 4 15 0,567
PT 3 15 3 20
Pekerjaan PNS 3 15 4 20
Wiraswasta 5 25 3 15
Buruh - - 3 15
0,184
Petani 2 10 5 25
TB 9 49 5 25
Pensiun 1 5 - -
Penghasilan < Rp 500k 11 55 9 45
Rp 500k – 1.000k 3 15 5 25 0,710
Rp 1.000k – 3.000k 2 10 2 10
>Rp 3000k 4 20 4 20
Lama DM < 1 tahun 4 20 6 30
1 – 3 tahun 6 30 7 35 0,791
> 3 tahun 10 50 7 35
Paparan Pernah 2 10 11 55
-
Informasi Tidak 18 90 9 45
Perasaan Biasa 13 65 14 70
-
Cemas 7 35 6 30
Sumber: Data Primer 2016
Hasil uji beda sampel berpasangan variabel yaitu perilaku pengelolaan
(dependent) pada kelompok perlakuan, nilai diabetes mandiri (p=0,004), dukungan
p<α (α=0,05) ditemukan pada semua keluarga (p=0,001), dan KGD (p=0,013)
153
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

(Tabel. 3). Hal ini menunjukkan bahwa keluarga (p=0,000), sedangkan nilai p>α
ada perbedaan signifikan antar nilai pre-test ditemukan pada variabel perilaku
dan post-test kelompok perlakuan pada pengelolaan diabetes mandiri (p=0,378)
semua variabel yang diukur .Hasil uji dan KGD (p=0,997) (Tabel. 3). Hal ini
beda sampel berpasangan (dependent) pada menunjukkan bahwa ada perbedaan
kelompok kontrol, nilai p<α (α=0,05) antara nilai pre-test dan post-test kelompok
ditemukan pada variabel dukungan kontrol pada variabel dukungan keluarga

Tabel 2 Distribusi karakteristik responden keluarga kelompok perlakuan dan


kelompok kontrol
Perlakuan Kontrol Nilai p
Karakteristik Umum
F % F %
Umur (tahun) 15 – 23 3 15 3 15
24 – 32 4 20 1 5
0,821
33 – 41 3 15 7 35
42 – 50 6 30 7 35
51 – 59 4 20 - -
60 – 67 - - 2 10
Jenis Kelamin Lelaki 15 75 10 50
-
Perempuan 5 25 10 50
Pendidikan Dasar 10 50 11 55
Atas 5 25 7 35 0,418
PT 5 25 2 10
Pekerjaan PNS 3 15 5 25
Wiraswasta 1 5 3 15
Buruh 3 15 1 5
0,331
Petani 3 15 5 25
TB 9 45 4 20
Pensiun - - 1 5
Pelajar 1 5 1 5
Sumber: Data Primer 2016

Tabel. 4 menunjukkan bahwa nilai GDA PEMBAHASAN


pada kelompok kontrol cenderung Pemberian Modifikasi Psikoedukasi (MP)
mengalami peningkatan setelah diberi meningkatkan perilaku pengelolaan
intervensi, sedangkan pada kelompok diabetes mandiri. Hasil penelitian ini
perlakuan cenderung mengalami sesuai dengan beberapa penelitian
penurunan setelah diberi intervensi MP. sebelumnya yang menyatakan bahwa Self
Management Intervention, pemberian
154
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

motivasi dan edukasi dengan pendekatan dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan


Model Behavioral System Dorothy E. Johnson, pengalaman dari penelitian terbukti
dan HAPA meningkatkan kepatuhan atau bahwa perilaku yang didasari oleh
perilaku pasien dalam tatalaksana DMT2 pengetahuan akan lebih langgeng dari
(Aini et al., 2011; Kholifah, 2013, dan pada perilaku yang tidak didasari oleh
Kusnanto et al., 2015). Rogers (1974) pengetahuan.

Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Uji Beda kelompok Perlakuan dan Kontrol pada Pre-
test dan Post-test
Uji beda Uji beda Uji beda Uji beda
sampel tidak sampel tidak sampel sampel
Variabel
berpasangan berpasangan berpasangan berpasangan
pre-test post-test K.Perlakuan K.Kontrol
Perilaku
pengelolaan
*0,956 **0,214 ****0,004 **** 0,378
diabetes
mandiri
Dukungan
** 0,260 *0,016 **** 0,001 *** 0,000
keluarga
Kadar Glukosa
** 0,051 **0,465 ***0,013 ***0,997
darah
Keterangan:
* Independen sample T-Test *** Paired T-test
** Mann WhitneyU test **** Wilcoxon signed rank

Tabel 4. Distribusi nilai GDA sebelum dan sesudah intervensi di Poli Penyakit Dalam
RSUD Dr. Moh. Anwar Sumenep tanggal 25 Mei – 26 Juni 2016

Kelompok F Mean SD p value


Kelompok Kontrol
Sebelum (pre test) 20 254,85 78,49 Paired T Test
0,997
Sesudah (post test) 20 254,90 93,57
Kelompok Perlakuan
Sebelum (pre test) 20 307,50 91,43 Paired T Test
0,013
Sesudah (post test) 20 278,85 109,14

Pemberian MP dalam penelitian ini karakteristik pesan dan lingkungan


menggunakan beberapa konsep consumer sebagai upaya agar pesan dapat
behaviour yaitu dengan memodifikasi tersampaikan secara efektif kepada
155
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

penerima. Modifikasi karakteristik pesan Intervensi MP yang diberikan dalam


yang dilakukan yaitu menyajikan materi penelitian ini didasarkan pada teori Goal
menggunakan media power point presentation attainment King dan psikoneuroimunologi.
(dengan laptop), dilengkapi dengan Hukum King (1997) interaksi perawat-
gambar yang menunjang retensi informasi pasien yaitu perawat dan pasien
responden. Materi tentang diabetes berinteraksi dan melakukan transaksi
disampaikan secara komprehensif dengan dalam situasi keperawatan berdasarkan
harapan responden akan memahami pada setiap persepsi masing-masing
penyakit diabetes secara menyeluruh, individu, komunikasi terarah, dan tujuan
denganmenggunakan bahasa sederhana dihargai. Pemberian intervensi MP juga
yang mudah dimengerti dan sesuai sesuai dengan konsep persepsi dalam
dengan tingkat pendidikan responden. teori Psikoneuroimunologi. Persepsi
merupakan kemampuan untuk
Perawat edukator dilatih terlebih dahulu memahami atau mengkonsepkan stresor
untuk bisa menerapkan MP secara yang diterima, yang menghasilkan suatu
komunikatif dan menarik perhatian kognisi (pengertian), yang dapat
responden (penderita DMT2 dan menimbulkan respon terhadap stres
keluarga). Empat prinsip digunakan oleh berupa modulasi respon imun (Putra,
perawat edukator dalam menghadapi 2011). Pada MP tahap 2, perawat
responden, yaitu meliputi: menyebut edukator mulai memberikan edukasi
nama responden berulang (untuk sesuai dengan kebutuhan belajar
menghargai responden dan membuat responden. Materi yang disampaikan
responden merasa menjadi orang yang kepada penderita DMT2 pada tahap 2 ini
penting dalam pelaksanaan edukasi ini), adalah “Segala hal tentang
tersenyum, selalu menanyakan kepada DMT2”.Intervensi MP yang diberikan
responden apakah yang disampaikan oleh dalam penelitian ini mengandung materi
perawat edukator dapat dimengerti (di motivasi untuk meningkatkan keyakinan
setiap poin bahasan), dan memberikan diri dalam menghadapi diabetes.
pujian saat responden memperlihatkan
antusiasme dan ekspresi memahami
materi yang disampaikan. Materi MP tahap 3 yang diberikan pada
responden kurang lebih sama dengan
standar edukasi tentang DSME.
156
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Peningkatan perilaku pengelolaan penelitian sebelumnya bahwa pemberian


diabetes mandiri berdasarkan hasil pre test psikoedukasi pada keluarga klien yang
dan post test signifikan pada kelompok mengalami isolasi sosial dapat
perlakuan, sedangkan pada kelompok meningkatkan kemampuan afektif dan
kontrol perilaku pengelolaan diabetes psikomotor keluarga dalam merawat klien
mandiri cenderung menurun. Penurunan yang mengalami isolasi sosial (Wiyati,
perilaku pengelolaan diabetes mandiri Wahyuningsih, & Widayanti, 2010).
pada kelompok perlakuan terjadi pada Keikusertaan semua anggota keluarga
responden no.13 (25,00 menjadi 23,00). untuk memberikan penguatan dalam
Responden no.13 menjelaskan pada saat jangka yang lama (Fitriani, 2011).
evaluasi bahwa mengalami kesulitan Dukungan keluarga akan melindungi
untuk mengontrol makan pada saat individu tehadap efek negatif dari depresi
berbuka puasa. Data menunjukkan bahwa dan dukungan keluarga secara langsung
responden memiliki tingkat pendidikan akan mempengaruhi status kesehatan
dasar (SD) dan bekerja sebagai petani. individu.

Pemberian intervensi MP dapat


Caplan (1989) menjelaskan beberapa jenis
meningkatkan perilaku pengelolaan
dukungan keluarga, yaitu dukungan
diabetes mandiri penderita DMT2.
emosional, dukungan penilaian,
Perilaku pengelolaan diabetes mandiri
dukungan instrumental, dan dukungan
seorang individu akan berpengaruh secara
informasional. Beberapa faktor
langsung terhadap kadar glukosa darah.
mempengaruhi dukungan keluarga yang
Individu yang memiliki perilaku
meliputi faktor internal dan eksternal.
pengelolaan diabetes yang baik cenderung
Faktor internal antara lain meliputi tahap
akan mengalami perbaikan kadar glukosa
perkembangan, pendidikan atau tingkat
darah, begitu pula sebaliknya. Kadar
pengetahuan, faktor emosi, dan spiritual.
glukosa darah yang tidak terkontrol akan
Faktor eksternal yang dapat
menjadi akar dari munculnya berbagai
mempengaruhi dukungan keluarga antara
komplikasi DMT2.
lain adalah praktik di keluarga, faktor
sosioekonomi, dan latar belakang budaya.
Pemberian MP juga meningkatkan
pemberian dukungan keluarga. Sesuai
157
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Intervensi MP yang diberikan dalam pemberian dukungan instrumental, yang


penelitian ini juga mengikutsertakan akhirnya juga berpengaruh pada
keluarga terdekat penderita DMT2 mulai pemberian dukungan motivasional. Hal
dari tahap awal hingga tahap akhir. Materi ini disebabkan karena keluarga yang
tentang pentingnya dukungan keluarga merasa tidak mampu memberikan
bagi penderita DMT2 diberikan setelah bantuan secara nyata (instrumental),
materi cara mengelola diabetes secara menganggap pemberian dukungan
mandiri. Perawat edukator memberikan emosional dan dukungan penilaian tidak
beberapa contoh konkrit kepada keluarga akan memberikan pengaruh. Keluarga
penderita DMT2 tentang bagaimana cara dengan sosioekonomi rendah masih bisa
memberikan dukungan keluarga yang meningkatkan pemberian dukungan
meliputi dukungan emosional, dukungan informasional setelah diberi intervensi
penilaian, dukungan instrumental, dan MP. Keluarga dengan latar belakang
dukungan informasional sesuai dengan budaya dengan pola komuniksi atau
kondisi masing-masing keluarga. bahasa yang sedikit kaku, tidak terbiasa
mengatakan kalimat-kalimat motivasi atau
penilaian pada keluarganya. Hal ini juga
Pemberian dukungan keluarga responden menjadi suatu hal yang cukup sulit
penelitian ini cenderung mengalami dilakukan perubahan. Akan tetapi secara
perbaikan pada post-test. Faktor tingkat keseluruhan, responden keluarga dalam
pendidikan tidak terlalu berpengaruh penelitian ini dapat meningkatkan
pada pemberian dukungan keluarga. pemberian dukungan keluarga pada
Faktor emosi cukup memberikan penderita DMT2 walaupun dengan
pengaruh pada pelaksanaan pemberian model atau cara yang berbeda sesuai
dukungan keluarga, itulah sebabnya dengan adat atau pola kebiasaan di dalam
keluarga yang diikutsertakan dalam masing-masing keluarga. Dukungan
penelitian ini diupayakan adalah orang keluarga yang diberikan secara konsisten
terdekat penderita DMT2. Sedangkan dan benar akan meningkatkan rasa
faktor sosioekonomi dan latar belakang percaya diri dan kesejahteraan psikologis
budaya sangat mempengaruhi praktik penderita DMT2.
pemberian dukungan keluarga. Keluarga
dengan tingkat ekonomi rendah
cenderung mengalami kesulitan dalam
158
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Peningkatan pemahaman, efikasi diri, jam setelah makan sahur atau minimal 3
dukungan keluarga, dan perilaku jam setelah sarapan pagi.
pengelolaan diabetes mandiri pada
penderita DMT2 menunjang perbaikan
kadar glukosa darah. Hasil penelitian Glukosa darah penderita DMT2
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan menurun secara langsung oleh beberapa
antara nilai GDA sebelum dan sesudah hal yaitu seperti diet, aktivitas fisik,
diberikan intervensi MP, sedangkan pada penggunaan obat antidiabetes dan insulin.
kelompok kontrol tidak terdapat Secara tidak langsung kadar glukosa darah
perbedaan antara nilai GDA sebelum dan penderita DMT2 juga dipengaruhi oleh
sesudah diberikan intervensi.Hasil aspek kognitif, persepsi, kondisi
penelitian ini didukung oleh beberapa psikologis penderita, dukungan sosial,
penelitian lain. Pemberian motivasi dan serta kualitas pelayanan kesehatan.
edukasi dengan pendekatan Model Perubahan perilaku diawali dari
Behavioral System Dorothy E. Johnson pemahaman yang benar terhadap suatu
menurunkan kadar glukosa darah puasa hal (didapatkan dari belajar), yang
dan kadar glukosa darah 2 jam PP pada selanjutnya pemahaman (ranah kognitif)
penderita DMT2 (Aini et al. 2011). ini akan memberikan dampak pada ranah
Penerapan Health Action Process Approach psikologis atau emosional. Ranah
(HAPA) dapat menurunkan kadar psikologis atau emosional ini akan
glukosa darah puasa secara signifikan membangkitkan keinginan, motivasi, dan
pada penderita DMT2 di Puskesmas kepercayaan diri seseorang untuk
Krian Sidoarjo (Kusnanto et al. 2015). melakukan tindakan (action). Ditambah
dengan dukungan sosial dari keluarga
yang akan membantu meningkatkan
Glukosa darah acak merupakan salah satu kepercayaan diri penderita DMT2 untuk
indikator yang diukur untuk melakukan pengelolaan diabetes mandiri
menunjukkan kondisi penderita DMT2. dengan baik.Menjalankan pengelolaan
Kriteria pengendalian DM menurut diabetes secara mandiri dengan
Perkeni (2011) salah satunya adalah kadar pemahaman yang benar, keyakinan dan
glukosa darah acak. Kadar glukosa darah kesadaran yang positif, akan mendukung
acak pada penelitian ini diukur minimal 3 perilaku yang positif dan pada respon
biologisnya akan menstimulasi jalur
159
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

HPA-axis yang nantinya akan berdampak Glukosa darah menjadi kunci penilaian
akhir pada penurunan sekresi hormon diabetes. Glukosa yang cenderung
kortisol dan hormon stres menurun dan menjadi terkontrol akan
lainnyasehingga kadar glukosa darah membantu mencegah terjadinya
menurun (Freeman & Lawliw, 2001). komplikasi diabetes mellitus baik
komplikasi mikro maupun makrovaskuler
serta meningkatkan derajat kesehatan dan
Beberapa responden dalam penelitian ini
kualitas hidup penderita DMT2.
yang mengalami peningkatan kadar
glukosa darah acak saat pemeriksaan
KESIMPULAN
darah post test mengatakan bahwa
Pemberian Modifikasi Psikoedukasi
mengalami kesulitan untuk mengontrol
meningkatkan perilaku pengelolaan
makanan pada saat berbuka puasa,
diabetes mandiri dan dukungan keluarga,
terutama untuk menghindari minuman
serta menurunkan kadar glukosa darah
manis. Responden juga mengatakan
acak penderita DMT2 di Poli Penyakit
bahwa sajian makanan pada saat berbuka
Dalam RSUD dr. H. Moh. Anwar
puasa menjadi lebih banyak dan beraneka
Sumenep.
ragam dari biasanya (di luar bulan
Ramadhan) sehingga kesulitan untuk
Model pendidikan diabetes seperti
menahan diri.
Modifikasi Psikoedukasi yang melibatkan
aspek kognitif, emosi (psikologis) dan
Akan tetapi secara umum responden
sosial budaya klien perlu diterapkan di
mengalami penurunan kadar glukosa
pelayanan kesehatan sehingga dapat
darah. Hal ini dapat disebabkan oleh
mengefektifkan pendidikan kesehatan
materi yang diberikan pada saat
yang diberikan kepada penderita DMT2.
pemberian edukasi juga menyentuh ranah
psikologis dan emosi penderita DMT2,
REFERENSI
sehingga penderita DMT2 mungkin
Aini, N., Fatmaningrum, W., & Yusuf, A.
memiliki perasaan takut glukosa darah (2011). Upaya meningkatkan
naik, atau perasaan yakin mampu perilaku pasien dalam tatalaksana
diabetes mellitus dengan
mengendalikan, atau perasaan semangat pendekatan teori model behavioral
untuk meningkatkan status kesehatnnya. system Dorothy E. Johnson. Jurnal
Ners, 6(1), 1-10.
160
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Al-Khawaldeh, O. A., Al-Hassan, M. A., Fitriani, K. I. (2011). Kajian Teori Sumber


& Froelicher, E. S. (2012). Self- Dukungan Keluarga(Doctoral
Efficacy, Self-Management, and dissertation, Tesis. Malang:
Glycemic Control in Adults with Universitas Islam Negeri Maulana
Type 2 Diabetes Mellitus. Journal of Malik Ibrahim).
Diabetes and Its Complication. No. 12,
10-16. Fitzner, K. K., Heckinger, E., Tulas, K.
M., Specker, J., & McKoy, J.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise (2014). Telehealth technologies:
of control. Macmillan. changing the way we deliver
efficacious and cost-effective
Bastable, S. B. (2002). Perawat sebagai diabetes self-management
pendidik: prinsip-prinsip education. Journal of health care for the
pengajaran dan poor and underserved, 25(4), 1853-
pembelajaran. Jakarta: EGC, 139- 1897.
140.
Gallegos, E. C., Berumen, F. O., &
Caplan, G. (1989). Recent developments Gomez-Meza, M. V. (2006).
in crisis intervention and the Metabolic control of adults with
promotion of support type 2 diabetes mellitus through
service. Journal of Primary education and counseling. Journal of
Prevention, 10(1), 3-25. Nursing Scholarship, 344-351.
Coffey, J. T., Brandle, M., Zhou, H., Grey, M., Whittemore, R., Jeon, S.,
Marriott, D., Burke, R., Tabael, B. Murphy, K., Faulkner, M. S., &
P., Herman, W. H. (2002). Valuing Delamater, A. (2013). Internet
health-related quality of life in Psycho-Education Programs
diabetes. Diabetes Care, 25, 2238- improve outcomes in youth with
2243. type 1 diabetes. Diabetes Care, 36,
2475-2482.
Darmansyah, A. F., Nursalam, &
Suharto. (2013). Efektivitas Hill-Briggs, F., Lazo, M., Peyrot, M.,
Supportive Educative terhadap Doswell, A., Chang, Y. T., Hill, M.
peningkatan self regulation, self N., ... & Brancati, F. L. (2011).
efficacy, dan self care agency dalam Effect of problem-solving-based
kontrol glikemik penderita diabetes diabetes self-management training
mellitus tipe 2. Jurnal Ners , 253- on diabetes control in a low
270. income patient sample. Journal of
general internal medicine, 26(9), 972.
Davies, M. J., Heller, S., Skinner, T. C.,
Campbell, M. J., Carey, M. E., Ilyas, E.I., 2009. Olah Raga Diabetesi.
Cradock, S., . . . Khunti, K. (2006). Dalam : Soegondo, S.,
Effectiveness of the Diabetes Soewondo,P., Subekti, I.,
Education and Self Management Penatalaksanaan Diabetes Melitus
for Ongoing and Newly Diagnosed Terpadu. Fakultas Kedokteran
(DESMOND) programme for Universitas Indonesia, Jakarta:
people with newly diagnosed type 2 73,76
diabetes: cluster randomised
controlled trial. Bio Medical Journal, Keeratiyutawong, P., Hanucharurnkul, S.,
1-11. Boonchauy, W., Phumleng, B., &
Muangkae, W. (2005).
161
Jurnal Care Vol .6, No.2,Tahun 2018

Effectiveness of a supportive Depressed Women with Diabetes.


educative program on diabetic Behavioral Medicine, 192-206.
control, perceived self-care
efficacy, and body mass index in Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
persons with type 2 diabetes (2011). Konsensus pengelolaan dan
mellitus. Thai Journal of Nursing pencegahan diabetes mellitus tipe 2
Research, 9(1), 1-12. di Indonesia. Perkeni, (hal. 4-10, 15-
29).
Kholifah, S. N. (2014). Self management
intervention sebagai upaya Raudhoh, S. (2013). Psikoedukasi:
peningkatan kepatuhan pada Intervensi dan Rehabilitasi dan
penderita DM. Jurnal Ners, 9 (1), Prevensi. Artikel Penelitian.
143-150. Magister Profesi Psikologi
Universitas Padjadjaran.
King, I. M. (1997). King's theory of goal
attainment in practice. Nursing Siminerio, L. M. (2008). Approaches to
Science Quarterly, 10(4), 180-185. help people with diabetes
overcome barriers for improved
Kusnanto, Kurnia, I. D., & Prasetia, D. I. health outcomes. The Diabetes
(2015). Penerapan "Health action Educator, 34 (1), 18-24.
proccess approach" untuk
meningkatkan kepatuhan diet Sratton, I. M., Adler, A. I., Neil, H. A.,
penderita DM tipe 2. Jurnal Ners, 10 Matthews, D. R., Manley, S. E.,
(2), 272-278. Cull, C. A., Holman, R. R. (2000).
Association of glycaemia with
Miller, C. K., Edwards, L., Kisslling, G., macrovascular and microvascular
& Sanville, L. (2002). Nutrition complication of type 2 diabetes
education improves metabolic (UKPDS 35): prospective
outcomes among older adults with observational study. British Medical
diabetes mellitus: results from a Journal, 321, 405-412.
randomized controlled trial.
Preventive Medicine, 34, 252-259. Surya, K. W., Yuniarti, K. W., & MedSc,
M. (2015). Pelatihan pasien terpusat
Notoadmojo, P. D. (2003). Pendidikan dan dengan pendekatan common sense model
perilaku kesehatan. Jakarta: PT dalam meningkatkan manajemen diri
Rineka Cipta. dan efikasi diri pasien diabetes mellitus
tipe 2 (Doctoral dissertation,
Paddison, C. A. M., Alpass, F. M., & Universitas Gadjah Mada).
Stephens, C. V. (2008).
Psychological factors account for Walsh, J. F. (2010). Psychoeducation in
variation in metabolic control and mental health. Lyceum Books.
perceived quality of life among
people with type 2 diabetes in New Wiyati, R., Wahyuningsih, D., &
Zealand. International journal of Widayanti, E. D. (2010). Pengaruh
behavioral medicine, 15(3), 180-186. Psikoedukasi Keluarga Terhadap
Kemampuan Keluarga dalam
Penckofer, S. M., Ferrans, C., Byrn, M., Merawat Klien Isolasi Sosial. Jurnal
Harrison, R. P., & Durazo-Arvizu, Keperawatan Soedirman. Volume 5, No.
R. A. (2012). A Psychoeducational 2, 85-94.
Intervention (SWEEP) for

Vous aimerez peut-être aussi