Vous êtes sur la page 1sur 10

Walking Exercise Programme (WEP) Menurunkan Cancer Related Fatigue (CRF)

Pada Pasien Kanker Payudara Di RSUD. Ibnu Sina Gresik

Indah Sri Wahyuni*, I Ketut Sudiana**, Herdina Mariyanti**


*Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
** Staf Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Email: iendah_yoeni@yahoo.com

ABSTRACT

Introduction: Development of cancer and the side effect of chemotherapy could lead to Cancer
Related Fatigue (CRF) in breast cancer patient that getting worse due to inactivation . Hence,
exercise was needed. This aimed of this was to analyze the effect of Walking Exercise Program
(WEP) to Cancer Related Fatigue. Methode: This study was used quasy experimental design and
the population was breast cancer patient undergoing chemotherapy in RSUD Ibnu Sina Gresik in
June 2012. The 10 respondents who met inclusion criteria were taken with matching allocation
technique and divided into control and case group. CRF were collected by a subjective instrument
called Brief Fatigue Inventory (BFI), then analyzed using Wilcoxon signed rank test and Mann
Whitney test with signification value was α≤0,05. Result: Result of Wilcoxon signed rank test
showed that CRF scale in pre-test was different compared to CRF in post-test of case group
(p=0.043). Mann Whitney test showed the comparison of post-test scores in both of groups was
different (p=0.009). It can be concluded that WEP has effect to CRF. Discussion: The result
showed that WEP could decrease CRF in breast cancer patient undergoing chemotheraphy in
RSUD. Ibnu Sina Gresik. It is recommended to apply WEP as one of fatigue management in breast
cancer patient undergoing chemotherapy. Further study should use WEP and psychosocial therapy
to manage CRF in each fatigue dimension to reduce more scale of fatigue in patient.

Keywords: Walking Exercise Programme, Cancer Related Fatique, Breast Cancer, Chemotherapy

PENDAHULUAN Fatigue sendiri terdiri atas berbagai


dimensi yang saling berhubungan satu sama
Cancer Related Fatigue (CRF) lain. Klasifikasi dimensi fatigue berdasarkan
adalah gejala yang sering ditemui pada faktor penyebab menurut Soetomo (1981)
pasien kanker yang merupakan tanda dari adalah kelelahan fisik (physical/ muscular
kanker itu sendiri atau efek samping dari fatigue), kelelahan psikologi (psychological
terapi kanker. Kejadian fatigue yang fatigue), kelelahan mental (mental fatigue),
sebenarnya pada pasien kanker bervariasi, kelelahan keterampilan (skill fatigue).
dengan laporan mulai dari 60% hingga 90% Fatigue dapat terjadi akibat dari
(Carson et al., 2002). Banyak pasien kanker berkurangnya jumlah eritrosit yang
lebih terganggu akibat timbulnya fatigue disebabkan oleh rusaknya fungsi sel darah
daripada nyeri kanker itu sendiri (Yeo et al., merah. Dalam sebuah studi, Stone & Minton
2012). Karakteristik khas dari fatigue adalah (2008) menginvestigasi mengenai adanya
kelelahan yang dirasakan amat sangat dan ketidaknormalan hemoglobin pada pasien
tidak dapat hilang dengan istirahat. CRF kanker yang dibandingkan dengan subjek
dapat terjadi pada saat diagnosis dan menjadi kontrol, namun hasilnya tidak ditemukan
semakin sering dialami seiring perbedaan yang mencolok dan tidak ada
berkembangnya penyakit dan efek samping hubungan kuat antara disosiasi
pengobatan. CRF dapat merupakan efek oxyhaemoglobin dan tingkat keparahan
samping dari tindakan operatif, kemoterapi fatigue (Stone & Minton, 2008).
dan radioterapi (Stone & Minton, 2008). Penyebab fatigue sendiri hingga saat
ini secara pasti masih diperdebatkan.
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan menggunakan pasien kanker stadium awal
namun banyak diantaranya kurang bermakna yaitu stadium I dan II, namun beberapa
atau bahkan mendapatkan hasil yang saling penelitian juga menggunakan subjek yang
bertentangan. Beberapa peneliti telah berada pada stadium lanjut kanker ataupun
mengusulkan bahwa terdapat hubungan yang telah mengalami metastasis. Pasien
antara CRF dengan rerspon inflamasi yang tersebut tetap dapat menjalankan exercise
lama dan meningkat pada pasien kanker. dengan sukses. Sebagaimana dilaporkan
Beberapa studi yang pernah dilakukan telah dalam beberapa penelitian, lebih dari dua per
mendemostrasikan meningkatnya level tiga pasien kanker pada stadium III dan IV
sitokin tertentu yang berhubungan dengan mampu mengikuti program exercise dan
fatigue. Sedangkan penelitian-penelitian berhasil mengurangi berbagai gejala akibat
lainnya gagal membuktikan adanya kanker dan berbagai pengobatannya. Pasien
hubungan diantara keduanya sehingga kanker yang tengah menjalani tipe
membuat gagasan respon inflamasi ini masih pengobatan apapun juga telah dibuktikan
diperdebatkan (Stone & Minton, 2008). aman dan berhasil dalam mengikuti program
Beberapa faktor lain yang dapat exercise. Pengobatan yang dimaksud adalah
berhubungan dengan timbulnya CRF pada kemoterapi, radioterapi, terapi hormon,
pasien kanker antara lain nyeri, depresi dan immunoterapi, dan transplantasi
ansietas, inaktivitas atau pembatasan (McCoaughan & Arzola, 2007).
aktivitas, gangguan tidur, kurangnya nutrisi, The American College of Sports
dan medikasi seperti antihistamin, Medicine (ASCM) merekomendasikan
antidepresan, narkotik dan antinausea serta preskripsi exercise yang terdiri dari lima
kondisi medis lainnya yang dapat komponen penting yaitu frekuensi, intensitas,
menyebabkan fatigue lebih berat (National waktu, tipe dan progress. Frekuensi adalah
Comprehensive Cancer Network [NCCN], jumlah sesi tiap minggu, intensitas adalah
2011a-b). seberapa berat seseorang dalam melakukan
Pada pasien kanker payudara yang exercise, tipe adalah model exercise yang
menerima kemoterapi, fatigue meningkat dilakukan, waktu adalah durasi lama sesi
secara signifikan setelah menerima exercise yang dilakukan, dan progress adalah
kemoterapi inisiasi, tetapi kemudian seberapa frekuensi, intensitas dan durasi
dilaporkan tidak ada perubahan yang berarti ditingkatkan dalam waktu tertentu.
antara pengukuran awal dan pengukuran Walking Exercise Program (WEP)
akhir. Pada penelitian lainnya bagi pasien merupakan program exercise yang
kanker payudara yang menerima kemoterapi, dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
fatigue tidak meningkat secara signifikan frekuensi, durasi, intensitas, dan aktifitas
namun terjadi fluktuasi pada tingkat fatigue yang disarankan oleh ASCM dan literature
yang terjadi. CRF terutama menigggi ketika review. WEP dilaksanakan selama tiga
sedang menjalani infus kemoterapi, oleh minggu yang dilakukan sebanyak 3-5 hari
karena itu menyebabkan pola tinggi dan dalam seminggu selama 12 menit. Pasien
rendahnya kejadian fatigue (Prue et al, 2006). diminta untuk berjalan dengan intensitas
Pasien kanker yang sedang menjalani ringan sehingga ketika diukur mencapai
kemoterapi telah dengan sukses denyut jantung target yaitu denyut jantung
berpartisispasi dalam penelitian berkaitan istirahat ditambah dengan +40%. Keamanan
dengan exercise. Baik laki-laki maupun dan keselamatan pasien dipastikan dengan
perempuan telah dilakukan penelitian pada melakukan pengukuran awal yaitu pada
keduanya. Wanita dengan kanker payudara gerakan berjalan selama 12 menit dan
merupakan kelompok yang paling sering pengukuran tekanan darah dan denyut
digunakan sebagai subjek penelitian. jantung serta respiratory rate sebagai acuan
Exercise pada pasien kanker prostat, kanker awal. Pada inisiasi awal juga diberikan
kolon, kanker paru, kanker perut, kanker instrument BFI (Brief Fatigue Inventory)
endometrial, kanker kepala dan leher, untuk mengukur angka fatigue awal pada
limpoma, multiple myeloma, melanoma dan pasien tersebut. Standar tekanan darah
pasien yang sedang menjalani transplantasi normal yang dipakai dalam pengukuran ini
sumsum tulang juga pernah menjadi subjek adalah antara 60 hingga 110 per menit,
penelitian. Pada umumnya subjek penelitian Respiratory Rate (RR) standar kurang dari 30
kali per menit, nilai ambang tekanan sistolik Pada penelitian ini variabel
antara 90 hingga 160 mmHg dan tekanan independen yang digunakan adalah
diastolik antara 60 hingga 100 mmHg (Chang pemberian WEP dan variabel dependen pada
et al, 2008) penelitian ini adalah CRF. Metode
Penggunaan Brief Fatigue Inventory pengambilan data dilakukan melalui
(BFI) sebagai instrumen penelitian yang observasi dan kuesioner. Kuisioner yang
menilai tingkat fatigue pada pasien kanker dipergunakan untuk mengukur CRF adalah
telah disarankan beberapa literature review dengan menggunakan BFI. BFI terdiri dari 4
seperti pada Pallett et al (2009). Salah poin yang mengkaji intensitas fatigue dalam
satunya adalah berdasarkan penelitian minggu ini (perasaan fatigue saat ini, rata-
Whitehead (2009) yang menyebutkan bahwa rata intensitas fatigue, level fatigue yang
BFI merupakan salah satu instrumen CRF paling berat yang dirasa, dan level fatigue
yang sensitif menilai adanya perubahan yang paling ringan yang dirasa) dan enam
berdasarkan waktu. poin yang mengkaji fatigue yang
Brief Fatigue Inventory (BFI) mengganggu kegiatan sehari-hari pada
dikembangkan oleh Mendoza et al (1999) minggu sebelumnya
yang terdiri dari 9 item kuisioner yang Prosedur pengumpulan data diawali
masing-masing menggunakan skala 0-10, dengan pengurusan administrasi yang
menggunakan kata-kata penunjuk sederhana dilanjutkan dengan penentuan sample
mengenai tingkat keparahan fatigue agar berdasar kriteria inklusi dan dilakukannya
mudah dimengerti. BFI mengukur efek pre-test dengan menggunakan BFI untuk
fatigue terhadap mood, hubungan dengan menilai skala fatigue yang dirasakan.
orang lain, kemampuan dalam melakukan Intervensi WEP yang diberikan yaitu dengan
kegiatan sehari-hari, dan kenikmatan hidup. berjalan santai selama 12 menit dalam 3-5
Skor 1-3 menunjukkan adanya fatigue ringan, hari tiap minggu dalam waktu 3 minggu.
4-6 menunjukkan adanya fatigue sedang dan Setiap akhir minggu dilakukan pengukuran
7-10 menunujukkan adanya fatigue berat. skala fatigue untuk melihat perkembangan
BFI juga mengevaluasi tingkat fatigue yang nilai fatigue pada kedua kelompok. Post-test
dirasakan dalam 24 jam terakhir dan tingkat terakhir dilakukan pada minggu ke-tiga.
fatigue yang dirasakan saat ini. Selain itu Penelitian ini dilakukan di RSUD.
informasi umum dan data demografi yang Ibnu Sina Gresik, Jawa Timur pada bulan
dikumpulkan dari responde adalah usia, Mei sampai dengan Juni 2012. Data yang
pendidikan, pekerjaan, riwayat pola terkumpul dianalisis untuk mengetahui
kebiasaan olahraga beserta durasinya, jenis perbedaan skala fatigue pada responden
stadium penyakit, serta status pengobatan sebelum dan setelah diberikan WEP dan
kanker yang dijalani (Aghili et al, 2007). membuktikan apakah ada pengaruh antara
WEP terhadap perubahan skala CRF. Analisis
data ini dilakukan dengan uji statistik
BAHAN DAN METODE Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann
Whitney U Test dengan tingkat kemaknaan
Desain penelitian yang digunakan α=0,05.
pada penelitian ini adalah Quasi-Eksperimen
dengan pendekatan Non-Equivalen Control
Group atau non-randomized control group HASIL
pretest-postest design. Populasi pada
penelitian ini adalah semua pasien kanker Distribusi data demografi responden
payudara yang sedang menjalani kemoterapi penelitian ini dapat dilihat bahwa dari segi
di RSUD. Ibnu Sina Gresik pada bulan Mei usia kelompok perlakuan dan kelompok
2012, sebanyak 12 orang. Teknik sampling kontrol sebagian besar responden berusia 41-
yang digunakan adalah purposive sampling 45 tahun (60%). Dari segi pendidikan,
dan diperoleh sampel sebanyak 10 mayoritas kelompok perlakuan berpendidikan
responden berdasarkan kriteria inklusi. setingkat SMA (80%) dan kelompok kontrol
Responden dibagi menjadi 2 kelompok berpendidikan setingkat SMA sebanyak
melalui matching allocation. (60%). Dari segi pekerjaan mayoritas
responden adalah ibu rumah tangga yaitu
sebesar 80% pada kelompok kontrol dan 40% Carson ini sejalan dengan hasil pre-test pada
pada kelompok perlakuan. Dari segi stadium seluruh responden yang mengalami fatigue
kanker yang dialami, mayoritas responden dalam tingkat sedang dan tinggi. Beberapa
berada pada stadium 2B, untuk kelompok faktor yang mempengaruhi tingkat fatigue
kontrol sebesar (60%) dan kelompok yang berbeda-beda pada tiap responden
perlakuan sebesar (80%). Sedangkan yang adalah pendidikan, nutrisi, pekerjaan, riwayat
terakhir dari segi rutinitas berolahraga, pola kebiasaan olahraga beserta durasinya,
seluruh responden baik kelompok kontrol jenis stadium penyakit (Aghili et al, 2007),
maupun kelompok perlakuan tidak rutin inaktivitas (Stone & Minton, 2008), aktivitas
melakukan olahraga (100%). seseorang serta kebiasaan exercise seseorang
(Labourey, 2007).
Skala fatigue yang dialami oleh Tingkat nutrisi individu dapat
seluruh responden sebelum diberikan WEP berpengaruh terhadap besarnya fatigue yang
adalah berkisar antara 5,4-7,0 pada kelompk dirasakan oleh individu tersebut. Pada
perlakuan dan berkisar antara 5,4-6,8 pada penelitian yang dilakukan Ariani (2009)
kelompok kontrol. Sedangkan pada post-test didapatkan hasil bahwa nutrisi berpengaruh
ke-tiga seluruh responden pada kelompok secara signifikan terhadap perasaan fatigue
perlakuan mengalami penurunan skala yang dialami responden. Pada responden
fatigue sehingga berkisar pada 4,0-5,4. penelitian ini seluruhnya mendapatkan suplai
Sedangkan pada kelompok kontrol skala vitamin secara berkala sesuai preskripsi
fatigue yang dirasakan tidak berbeda jauh dokter yang bertanggung jawab, namun
dengan sebelumnya yaitu berkisar antara 5,6- penelitian ini tidak membahas dan meneliti
6,3. Hasil uji statistik dapat dilihat pada tabel lebih lanjut mengenai dampak nutrisi pada
1. nilai fatigue seorang individu.
Pekerjaan dan tingkat aktifitas sehari-
hari responden cukup mempengaruhi tingkat
PEMBAHASAN fatigue yang dialami. Data yang dikumpulkan
peneliti menunjukkan bahwa 6 orang
Hasil penelitian dalam pre-test responden (60%) berstatus ibu rumah tangga,
menunjukkan bahwa tingkat CRF pada 2 orang responden (20%) merupakan
semua responden sebelum dilakukan pedagang dan 2 orang responden lainnya
intervensi WEP adalah sebanyak 9 responden (20%) bekerja sebagai karyawan. Seperti
(90%) berada pada tingkat sedang dan yang terjadi pada beberapa responden yang
sebanyak 1 orang responden (10%) mengalami tingkat fatigue lebih tinggi
mengalami fatigue berat menurut kategori diantara yang lain merupakan responden
BFI. Cancer Related Fatigue (CRF) adalah yang menjadi ibu rumah tangga saja, bahkan
sensasi subyektif yang secara umum dikenal pada responden nomor 5 pada kelompok
sebagai perasaan lelah yang tidak perlakuan mengalami fatigue tinggi (7)
proporsional. Asosiasi Perawatan Paliatif karena seorang ibu rumah tangga dan
Eropa (European Association of Palliative memilih untuk meninggalkan aktifitas sehari-
Care [EAPC]) mendefinisikan fatigue hari (ADL) sehingga menjadi inaktivitas.
sebagai perasan subjektif mengenai Pada responden lainnya mengalami
kelelahan, kelemahan atau kekurangan nilai fatigue sedang dengan rentang 5,4-6,8
energi. CRF dapat terjadi pada saat diagnosis berstatus ibu rumah tangga, pedagang
kanker dan menjadi semakin sering dialami ataupun karyawan swasta. Hal ini sesuai
seiring berkembangnya penyakit dan efek dengan pendapat yang dikemukakan Stone &
samping pengobatan seperti kemoterapi Minton (2008) yang menyebutkan bahwa
(Stone & Minton, 2008). inaktivitas seseorang dapat menyebabkan
Fatigue adalah gejala yang sering dekondisi terjadi, jika hal ini dibiarkan dan
ditemui pada pasien kanker yang merupakan tidak dengan segera melatih aktivitas secara
tanda dari kanker itu sendiri atau efek perlahan, maka fatigue timbul. Pendapat
samping dari terapi kanker. Kejadian fatigue lainnya datang dari US Army Center for
yang sebenarnya pada pasien kanker Health Promotion and Preventive Medicine
bervariasi, dengan laporan mulai dari 60% (2006) mengatakan bahwa rasa bosan dan
hingga 90% (Carson et al, 2002). Pernyataan ketidakpastian juga dapat mengakibatkan
mental fatigue dan memperberat tingkat berpengaruh terhadap tingkat fatigue yang
fatigue secara umum. Maka seorang individu dialami setiap individu (Aghili et al, 2007).
yang cenderung inaktivitas atau lebih pasif Data demografi yang dikumpulkan
akan mengalami tingkat fatigue yang lebih peneliti mengenai tingkat pendidikan
tinggi karena pola aktivitas yang minim serta responden didapatkan hasil bahwa sebanyak
rasa bosan dan ketidakpastian yang dialami. 3 orang (30%) responden berpendidkan
Tingkat fatigue yang dialami seluruh setingkat SMP dan 7 orang (70%) responden
responden adalah 90% sedang dan 10% berat, berpendidikan SMA. Dari data tersebut jika
hal ini berkenaan dengan stadium kanker dihubungkan dengan tingkat fatigue yang
payudara yang dialami oleh responden adalah dialami responden didapatkan hasil bahwa
kanker payudara stadium awal yaitu stadium responden dengan tingkat pendidikan hingga
2A sebanyak 3 orang (30%) dan stadium 2B SMA memiliki nilai fatigue yang lebih
sebanyak 7 orang (70%). Pada responden rendah. Hal ini berkenaan dengan adanya
nomor 4 kelompok kontrol yang berada pada perbedaan pemahaman penyakit dan sikap
stadium 2B mengalami fatigue sebesar 5,4 responden tersebut dalam menghadapi stress.
sedangkan pada responden nomor 2 Responden dengan tingkat pendidikan lebih
kelompok kontrol yang berada pada stadium tinggi dan usia lebih matang terbiasa untuk
2A mengalami fatigue sebesar 5,6. Tingkat menyikapi stress dengan cara yang lebih baik
fatigue seseorang tidak secara langsung sesuai dengan pendapat Black & Jacobs
berkaitan dengan stadium kanker yang (1997) sehingga responden tersebut dapat
dialami oleh individu tersebut hal ini sesuai meminimalkan mental fatigue dan
dengan pernyataan McCoaughan & Arzola psychological fatigue yang dialaminya.
(2007) dalam penelitiannya yg membuktikan Pada penelitian sebelumnya oleh
bahwa pasien kanker payudara stadium 3 dan Darusman (2010) didapatkan hasil bahwa
4 masih dapat melaksanakan home based adanya pengaruh usia terhadap mekanisme
walking exercise. Data ini sejalan dengan koping, dimana semakin bertambah usia
pendapat Labourey (2007) bahwa aktifitas individu maka semakin baik individu tersebut
fisik sehari-hari dapat mencegah dan dalam menyikapi stress dan pada akhirnya
mengurangi fatigue bagi pasien kanker dapat pula meminimalkan tingkat fatigue.
payudara yang sedang menjalani kemoterapi. Responden nomor 5 pada kelompok kontrol
Bagi pasien kanker payudara stadium akhir dengan pendidikan setara SMA mengalami
yang terpaksa mengalami inaktivitas akibat tingkat fatigue cukup tinggi dibandingkan
nyeri maupun metastase pada tulang dapat responden lain (6,8), hal ini berkaitan dengan
mengalami fatigue dengan tingkat yang lebih inaktivitas dan status tidak bekerja hanya
tinggi. sebagai ibu rumah tangga saja. Sedangkan
Faktor yang cukup penting dalam responden nomor 2 kelompok kontrol
penilaian efektifitas WEP adalah kebiasaan mengalami fatigue sebesar 5,6 yang relatif
atau rutinitas olahraga dari responden. lebih ringan dibandingkan responden nomor
Olahraga atau exercise merupakan salah satu 5 kelompok kontrol, hal ini terjadi karena
bentuk dari aktifitas fisik yang disebut oleh pendidikan terakhir responden tersebut
Labourey (2007) dalam penelitiannya sebagai adalah SMA dan tidak meninggalkan aktifitas
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat sehari-hari. Untuk responden nomor 1
fatigue seorang individu. Data yang kelompok kontrol cenderung memiliki nilai
didapatkan dari seluruh responden adalah fatigue lebih tinggi yaitu sebesar 6,3 karena
bahwa 10 orang (100%) responden tidak berpendidikan setara SMP.
terbiasa melakukan olahraga rutin, sehingga Data yang diambil setelah pemberian
peneliti belum dapat menganalisa adanya intervensi WEP pada kelompok perlakuan
perbedaan tingkat fatigue antara responden didapatkan bahwa seluruh responden (100%)
yang terbiasa melakukan exercise dengan mengalami penurunan nilai fatigue antara (-
responden yang tidak terbiasa melakukan 0,9) hingga (-1,6). Bagi responden yang
exercise. berpendidikan SMA dengan pekerjaan
Pendidikan, pekerjaan, riwayat pola sebagai karyawan seperti pada responden
kebiasaan olahraga beserta durasinya, jenis nomor 2 dan nomor 3 kelompok perlakuan
stadium penyakit adalah faktor yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dengan tingkat pemahaman dan
aktifitas yang lebih tinggi sehingga dapat responden ini mempunyai kapasitas fisik
mengalami perubahan tingkat fatigue lebih yang lebih rendah daripada responden
signifikan daripada responden lainnya. Data lainnya sehingga tidak dapat melaksanakan
pre-test responden nomor 2 menunjukkan WEP secara maksimal seperti responden
nilai 5,4 dan pada post-test turun hingga lainnya dan dibutuhkan waktu lebih lama
bernilai 4 sedangkan pada responden nomor untuk mencapai kapasitas fisik yang lebih
3 nilai pre-test sebesar 6,7 dan pada post-test baik, pada akhirnya berdampak pada tingkat
turun menjadi 5,2. Tingkat pendidikan klien fatigue yang turun hanya sebanyak (-0,9)
kanker payudara mempengaruhi persepsi skala saja.
individu terhadap gejala yang dialami (Black Pada kelompok kontrol, seluruh
& Jacobs, 1997), sehingga dapat berpengaruh responden mengalami perubahan nilai
pula terhadap persepsi fatigue serta fatigue juga baik mengalami kenaikan
perubahan tingkat fatigue yang dialami maupun penurunan, namun tidak terjadi
responden selama pemberian intervensi WEP perubahan tingkat fatigue secara signifikan.
serta terjadinya penurunan nilai fatigue Nilai pre-test dalam rentang 5,4–6,8
dengan skala yang cukup banyak. sedangkan nilai post-test tidak jauh berbeda
Pada responden nomor 5 yang dengan rentang skala fatigue 5,6–6,3. Skala
mengalami tingkat fatigue berat (skala 7) yang berbeda-beda setiap responden
merupakan ibu rumah tangga yang tergantung dengan kemampuan adaptasi dan
inaktivitas, namun responden nomor 5 pada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
kelompok perlakuan ini kemudian mengikuti tingkat fatigue antara lain usia responden,
program WEP dengan baik dan melakukan kebiasaan olahraga dan aktifitas fisik,
kembali ADL sehingga dapat menurunkan pekerjaan, pendidikan menurut Aghili et al
tingkat fatigue secara signifikan yaitu dari (2007), kondisi psikososial menurut Soetomo
nilai pre-test sebesar 7 yang merupakan (1981) serta adanya efek samping lainnya
tingkat fatigue tinggi, kemudian turun dari kemoterapi seperti mual-muntah (Prue et
sebanyak (-1,6) skala dan berada pada skala al, 2006). Sebagai gambaran pada responden
5,4 dalam kategori tingkat fatigue sedang. nomor 1 kelompok kontrol mengalami
Terdapat satu orang responden pada penurunan fatigue yang semula hasil pre-test
kelompok perlakuan dengan nilai penurunan sebesar 6,3 mengalami penurunan menjadi
tingkat fatigue yang tidak sebanyak 6,0 pada post-test. Pada responden nomor 4
responden lainnya yaitu dari skala 6,3 kelompok kontrol terjadi peningkatan nilai
menjadi 5,4 (-0,9 skala). Responden nomor 1 fatigue yang cukup bernilai yang merupakan
pada kelompok kontrol ini berusia 55 tahun. akibat dari pemberian kemoterapi pada
Berdasarkan pendapat Black & Jacob (1997) minggu tersebut dan mengakibatkan mual
bahwa usia seorang dapat mempengaruhi muntah berlebih sehingga memperberat nilai
kapasitas fisik dari individu tersebut. fatigue yang dialami responden tersebut. Hal
Menurut Grievink et al (2000), penurunan ini sesuai dengan pendapat Prue et al (2006)
fungsi paru-paru yang berdampak pada bahwa pada pasien kanker payudara yang
penurunan kapasitas fisik sejalan dengan menerima kemoterapi, fatigue meningkat
semakin bertambahnya usia seorang individu secara signifikan setelah menerima
sehingga ketika diberikan exercise fungsi kemoterapi inisiasi, tetapi kemudian
paru-paru yang merupakan faktor dari dilaporkan tidak ada perubahan yang berarti
kapasitas fisik seorang individu tidak dapat antara pengukuran awal dan pengukuran
meningkat secara signifikan dalam waktu akhir.
singkat, hal ini terjadi karena pemberian Perubahan nilai pre-test dan post-test
WEP dilakukan selama 3 minggu yang berbeda-beda antar responden merupakan
merupakan tahap inisiasi saja dalam standar dampak dari perubahan kondisi fisik,
pemberian aerobic exercise menurut psikologi dan sosial dari tiap responden
McCaughan & Arzola (2007). Pendapat ini kelompok perlakuan yang mempengaruhi
menjelaskan keadaan responden nomor 1 selain dengan pemberian WEP sendiri. Pada
kelompok perlakuan yang mengalami penggunaan BFI pengukuran dilakukan tidak
perubahan tingkat fatigue paling rendah hanya pada tingkat physical fatigue tapi juga
dibandingkan responden kelompok perlakuan pada tingkat mental fatigue, physicological
lainnya. Hal ini terjadi dikarenakan fatigue dan skill fatigue yang tercermin
dalam pertanyaan mengenai BFI poin 4 Menurut Lucia et al tahun 2003,
hingga 9 yang mengukur efek fatigue exercise seperti berjalan dapat meningkatkan
terhadap mood, hubungan dengan orang lain, peak oxygen consumption hingga 3-4
kemampuan dalam melakukan kegiatan mL/kg/menit, selain itu exercise juga dapat
sehari-hari, dan kenikmatan hidup (Aghili et memaksimalkan morfologi jantung termasuk
al, 2007). Selain dampak dari kanker dan peningkatan massa dan volume ventrikel
kemoterapi pada physical fatigue terjadi juga serta peningkatan pengisian dan pengosongan
mental fatigue yang pada dasarnya setiap diastolik yang kemudian akan meningkatkan
proses mental yang berlebihan dapat stroke volume sehingga pada akhirnya
menyebabkan dan merupakan ciri mental meningkatkan cardiac output. Exercise juga
fatigue (US Army Center for Health meningkatkan volume darah yaitu
Promotion and Preventive Medicine, 2006), peningkatan awal volume plasma yang
serta terjadi physicological fatigue seperti diikuti peningkatan massa sel darah merah
pendapat Suma’mur (1991) yang menyatakan sehingga berkonsekuensi meningkatnya
bahwa faktor psikologis memerankan konsentrasi hemoglobin. Peningkatan
peranan besar dalam menimbulkan fatigue. hemoglobin dan cardiac output turut serta
Pengukuran tingkat Cancer Related dalam meningkatkan aliran oksigen pada
Fatigue (CRF) sesudah pemberian Walking seluruh tubuh (Jones et al, 2009).
Exercise Program (WEP) pada kelompok Exercise dikenal sebagai intervensi
perlakuan mengalami perubahan yang cukup landasan untuk melakukan kontrol metabolik.
signifikan saat dibandingkan antara hasil Otot gerak adalah jaringan utama tubuh yang
pengukuran pre-test dan post-test ke-3. Dari bertanggungjawab terhadap insulin-
diagram batang 5,7 dapat dilihat bahwa stimulated glucose uptake dan oksidasi lemak
seluruh responden mengalami penurunan serta penggunaan 80% glukosa akibat kondisi
tingkat fatigue antara skala (-1,2) hingga (- stimulasi insulin. Exercise dapat
1,6) sehingga seluruh responden kelompok meningkatkan glucose uptake hingga 20-100
perlakuan berada pada tingkat fatigue sedang. kali pada otot melalui mekanisme insulin-
Sedangkan pada kelompok kontrol terjadi independen sehingga meningkatkan
perubahan tingkat fatigue antara -0,5 hingga metabolisme (Jones et al, 2009). Dari
+0,8. Hal ini membuktikan pendapat bahwa berbagai proses tersebut yaitu meningkatnya
intervensi home based walking, telah hemoglobin dan cardiac output,
menunjukkan efektivitas dalam mengurangi meningkatnya aliran oksigen serta
dampak Cancer Related Fatigue (Ingram & peningkatan metabolisme dapat membantu
Vivosky, 2007). dalam menurunkan tingkat fatigue yang
Cancer Related Fatigue (CRF) sedang dialami oleh responden (Jones et al,
memang merupakan hal yang hampir selalu 2009).
terjadi pada pasien kanker payudara yang Paska pemberian WEP terjadi
sedang menjalani kemoterapi mulai dari 60% penurunan tingkat fatigue yang cukup
hingga 90% pasien (Carson et al, 2002). bermakna pada pasien kanker payudara yang
Banyak pasien kanker lebih terganggu akibat sedang menjalani kemoterapi sehingga dapat
timbulnya fatigue daripada nyeri kanker itu memperingan perasaan fatigue yang dialami
sendiri dan merupakan keluhan utama (Yeo oleh responden. Berdasarkan hasil analisis
et al, 2012). Cancer Related Fatigue (CRF) statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank
timbul akibat proses perkembangan kanker Test pada kelompok perlakuan didapatkan
itu sendiri maupun akibat kemoterapi. kesimpulan bahwa terjadi perubahan
Walking Exercise Program (WEP) diberikan penurunan tingkat fatigue setelah diberikan
dengan berjalan santai 12 menit yang intervensi WEP dengan nilai kemaknaan
dilakukan sebanyak 3-5 hari tiap minggu p=0,043. Pada kelompok kontrol juga
dalam waktu 3 minggu. Dengan memberikan dilakukan analisis statistik menggunakan
Walking Exercise Program (WEP) maka Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai
dapat meningkatkan oxygen cascade (aliran kemaknaan p=0,715 yang berarti tidak terjadi
oksigen) dan metabolisme sehingga dapat perubahan bermakna. Terdapat bukti yang
terjadi perubahan pada tingkat fatigue yang kuat tentang pengaruh pemberian WEP
dialami responden. terhadap CRF memiliki hasil yang signifikan,
hal ini dapat dijadikan dasar dalam
pelaksanaan WEP sebagai salah satu terapi berenang/ swimming atau bersepeda/cycling
dalam mengatasi CRF pada pasien kanker serta dapat menyebabkan peningkatan
payudara yang sedang menjalani kemoterapi. kapasitas fisik, penurunan lemak tubuh,
Dari data diatas berdasarkan analisis statistik penurunan rasa mual, penurunan fatigue,
Wilcoxon Signed Rank Test nilai yang serta peningkatan fungsi fisik (Wilson et al,
diperoleh p≤0,05 berarti Ho ditolak dan H1 2006). Pemberian WEP sebagai penurun CRF
diterima, dengan demikian ada perubahan dapat digunakan karena lebih efektif dan
sebelum dan sesudah pemberian intervensi lebih mudah, sehingga responden dapat
WEP. mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
Berdasarkan hasil analisis statistik hari. Penggunaan WEP jika dapat
Mann Whitney Test tingkat CRF antara post- dikombinasikan dengan terapi lainnya seperti
test kelompok perlakuan dengan post-test terapi psikososial akan dapat menurunkan
kelompok kontrol didapatkan kesimpulan tingkat fatigue lebih banyak karena fatigue
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dapat diatasi dari berbagai dimensi baik
dengan nilai kemaknaan p=0,009. Peneliti fatigue fisik, mental maupun psikologi.
menemukan bahwa pemberian WEP yang Berdasarkan pada hasil penelitian,
diberikan dengan berjalan santai 12 menit didapatkan adanya perbedaan tingkat CRF
yang dilakukan sebanyak 3-5 hari per minggu yang bermakna antara sebelum dan sesudah
selama 3 minggu terbukti menurunkan pemberian WEP. WEP terbukti efektif dalam
tingkat CRF pada pasien kanker payudara menurunkan tingkat CRF pada pasien kanker
yang sedang menjalani kemoterapi. Berjalan payudara yang sedang menjalani kemoterapi.
kaki merupakan jenis aerobic exercise yang Hal tersebut sesuai dengan teori dan
sering dipilih dan disarankan kepada pasien penelitian sebelumnya bahwa salah satu cara
kanker yang mengalami fatigue karena paling untuk menurunkan tingkat CRF pada pasien
efektif, mudah dan aman (Labourey, 2007), kanker payudara yang sedang menjalani
dengan peningkatan kualitas hidup dan kemoterapi adalah dengan pemberian WEP.
kepatuhan paling tinggi dibandingkan dengan

Tabel 1. Hasil analisis statistik nilai CRF sebelum dan sesudah diberikan intervensi WEP pada
kelompok intervensi dan nilai CRF pada kelompok kontrol, serta antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol di RSUD Ibnu Sina Gresik.

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


perlakuan kontrol perlakuan kontrol perlakuan kontrol
No
Pre- Post- Pre-test Post- Pre-test Pre-test Post-test Post-test
test test test
1 6.3 5.4 6.3 6.0 6.3 6.3 5.4 6.0
2 5.4 4.0 5.6 5.6 5.4 5.6 4.0 5.6
3 6.7 5.2 6.2 5.8 6.7 6.2 5.2 5.8
4 5.4 4.2 5.4 6.2 5.4 5.4 4.2 6.2
5 7.0 5.4 6.8 6.3 7.0 6.8 5.4 6.3
Mean 6.160 4.84 6.06 5.98 6.160 6.06 5.98 4.84
SD 0.737 0.68 0.564 0.29 0.737 0.564 0.29 0.68
Wilcoxon Signed Wilcoxon Signed Mann Whitney Test Mann Whitney Test
Rank Test Rank Test p=0.832 p=0.009
p=0.043 p=0.715
Keterangan:
p = derajat kemaknaan
SD = Standar Deviasi
Mean = rerata
SIMPULAN DAN SARAN file=digital/125639-
S5863.Literatur.pdf
Simpulan Black & Jacobs 1997, ‘Medical Surgical
Simpulan pada penelitian ini sebagai Nursing Ed.3’, W.B Sounders,
berikut 1) skala CRF pada pasien kanker Philadelphia
payudara yang sedang menjalani kemoterapi Carson, C et al 2002, Exercise for Cancer
sebelum diberikan intervensi WEP berada Patients, HCA Cancer Care, Colorado
pada rentang skala 5,4-7,0; 2) skala CRF Chang, PH et al 2008, ’Effects of a Walking
pada pasien kanker payudara yang sedang Intervention on Fatigue-Related
menjalani kemoterapi kelompok perlakuan Experiences of Hospitalized Acute
setelah diberikan intervensi WEP selama 3 Myelogenous Leukemia Patients
minggu terjadi perubahan yaitu penurunan Undergoing Chemotherapy: A
skala yang signifikan antara (-1,2) hingga Randomized Controlled Trial’,
skala (-1,6), sehingga pada akhir minggu ke- Journal of Pain and Symptom
3 responden berada pada rentang skala 4,0- Management,vol. 35, isu 4, hal 587 –
5,4; dan 3) terdapat pengaruh pemberian 596, diakses 4 Maret 2012,
WEP terhadap perubahan CRF pasien kanker http://sciencedirect.com/
payudara yang sedang menjalani kemoterapi Darusman 2010, ’Faktor-Faktor yang
di RSUD. Ibnu Sina Gresik. Mempengaruhi Strategi Koping
Keluarga dengan Anggota Keluarga
Saran Menderita Stroke di RSUD
Berdasarkan simpulan yang telah Panembahan Senopati di Bantul
diuraikan di atas, selanjutnya peneliti akan Yogyakarta’, Jurnal Universitas
mengemukakan beberapa saran yaitu 1) bagi Muhammadiyah Yogyakarta, diakses
pasien kanker payudara yang sedang 17 Juli 2012,
menjalani kemoterapi WEP dapat digunakan http://publikasi.umy.ac.id/index.php/ps
sebagai salah satu cara penanganan non- ik/article/view/2511
farmakologi untuk menurunkan CRF; 2) bagi Grievink, L et al 2000, ’Serum Carotenoids,
RSUD, penting untuk memberikan sosialisasi α-Tocopherol and lung function among
mengenai aplikasi WEP dan menerapkan Dutch Elderly’, American Journal of
pemberian WEP sebagai penanganan non- Respiratory and Critical Care, diakses
farmakologi untuk menurunkan CRF; dan 3) 24 Juli 2012, http://sciencedirect.com/
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Ingram, C & Visovsky, C 2007, ‘Exercise
mengenai pengaruh WEP yang digabungkan Intervention to Modify Physiologic
dengan terapi psikososial terhadap CRF pada Risk Factors in Cancer Survivors’,
pasien kanker payudara yang sedang Seminars in Oncology Nursing, vol.
menjalani kemoterapi untuk mengontrol 23, isu. 4, hal 275 – 284, diakses 4
tingkat fatigue secara menyeluruh. Maret 2012, http://sciencedirect.com/.
Jones, WL et al 2009, ’Exercise intolerance
in cancer and the role of exercise
KEPUSTAKAAN therapy to reverse dysfunction’, The
Lancet Oncology, vol. 10, isu 6, hal
Aghili, M et al 2007, ’A pilot study of the 598-605, diakses 4 Maret 2012,
effects of programmed aerobic exercis http://sciencedirect.com/
e on the sever ity of fatigue in cancer Labourey, JL et al 2007, ’Physical activity in
patients during external radiotherapy’, the management of cancer-related
European Journal of Oncology fatigue induced by oncological
Nursing, vol. 11, hal 179 – 182, treatments’, Annales de réadaptation
diakses 4 Maret 2012 et de médecine physique, vol. 50, hal.
www.elsevier.com/locate/ejon 450 –454, diakses 4 Maret 2012,
Ariani, DN 2009, ’Tinjauan faktor yang http://sciencedirect.com/.
berpengaruh terhadap kelelahan Lucia, A et al 2003, ’Cancer–related fatigue:
pengemudi bus’, Jurnal Universitas can exercise physiology assist
Indonesia, diakses pada 17 Juli 2012, oncologists?’, The Lancet Oncology,
www.lontar.ui.ac.id/file?
vol 4, isu 10, hal 616-625, diakses 4 iles/cdk_024_pernafasan_kedokteran_
Maret 2012, http://sciencedirect.com/ penerbangan.pdf
McCaughan, YS & Arzola, MS 2007, Stone, CP & Minton, O 2008, ‘Cancer-
’Exercise Intervention for Patients related fatigue’, European Journal of
with Cancer on Treatment’, Seminars Cancer, vol. 44, hal 1097-1104,
in Oncology Nursing, vol. 23, isu. 4, diakses 4 Maret 2012,
hal 264 – 274, diakses 4 Maret 2012, http://sciencedirect.com/.
http://sciencedirect.com/. US Army Center for Health Promotion and
National Comprehensive Cancer Network Preventive Medicine 2006, ‘Combat
2011a, Exercising During Cancer and Operational Stress Control Manual
Treatment, National Comprehensive for Leaders and Soldiers’, Journal of
Cancer Network, diakses 4 Maret United State Army, diakses pada 2 Juli
2012, http://nccn.com/ 2012, http://us.army.mil/
National Comprehensive Cancer Network Whitehead, L 2009, ‘The Measurement of
2011b, Fighting Cancer Fatigue, Fatigue in Chronic Illness: A
National Comprehensive Cancer Systematic Review of Unidimensional
Network, diakses 4 Maret 2012, and Multidimensional Fatigue
http://nccn.com/ Measures’, Journal of Pain and
Pallett, DE et al 2009, ’The Brief Fatigue Symptom Management, vol. 3, no. 7,
Inventory: Comparison of Data diakses 4 Maret 2012,
Collection Using a Novel Audio http://sciencedirect.com/.
Device with Conventional Paper Wilson, WR et al 2006, ’Pilot study of a self-
Questionnaire’, Journal of Pain and administered stress management and
Symptom Management, Vol. 38 No. 3, exercise intervention during
diakses 4 Maret 2012, chemotherapy for cancer’, Support
http://sciencedirect.com/. Care Cancer, vol. 14, hal 928-935,
Prue, G et al 2006, ’Cancer Related Fatigfue: diakses 4 Maret 2012,
A Critical Appraisal’, European http://sciencedirect.com/.
Journal of Cancer, vol. 42, isu 7, hal Yeo, PT et al 2012, ’A Progressive
846-863, diakses 4 Maret 2012, Postresection Walking Program
http://sciencedirect.com/ Significantly Improves Fatigue and
Soetomo 1981, ’Kelelahan (Fatigue) dalam Health-Related Quality of Life in
Penerbangan’, Cermin Dunia Pancreas and Periampullary Cancer
Kedokteran, diakses pada 5 Mei 2012. Patients’, Journal of the American
http://www.kalbefarma.com/files/cdk/f College of Surgeons, diakses 4 Maret
2012, http://sciencedirect.com/

Vous aimerez peut-être aussi