Vous êtes sur la page 1sur 35

TRADISI MENGEMIS DALAM KONTEKS PEREKONOMIAN

MASYARAKAT DESA PRAGAAN DAYA KECAMATAN PRAGAAN


KABUPATEN SUMENEP

PROPOSAL DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Doktor dalam
Program Studi Ekonomi Syariah pada Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya

Oleh :
Binti Mutafarida
NIM. F13318042

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2019
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2018 adalah 267 juta jiwa. Jumlah penduduk tersebut memiliki
potensi permasalahan ekonomi yaitu kesejahteraan. Kondisi masyarakat
sejahtera tidak hanya dilihat dari segi materi tetapi immateri.
Kesejahteraan masyarakat juga diindentifikasi dari jenis mata pencaharian.
Kondisi tidak sejahtera digambarkan dalam sebuah definisi kemiskinan.
Kemiskinan di provinsi Jawa Timur pada kurun waktu satu (1) tahun yaitu
tahun 2018 terjadi penurunan. Hal ini dilihat berdasarkan laporan semester
yaitu semester 1 (bulan Maret 2018) dan semester 2 (bulan September
2018)1.

Angka kemiskinan tersebut merupakan akumulasi angka kemiskinan


dari setiap kota maupun kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur. Salah
satu kabupaten yang memiliki angka kemiskinan cenderung naik adalah

1
www.bps.go.id, “Jumlah kemiskinan provinsi” diakses pada Juni 2019.
Kabupaten Sumenep. Berdasarkan prosentase kemiskinan Kabupaten
Sumenep tahun 2017 ke tahun 2018 mengalami kenaikan.2

Kabupaten Sumenep memiliki sebuah desa yang terkenal dengan


sebutan “Desa Pengemis” yaitu Desa Pragaan Daya. Hampir 90% masyarakat
Desa Pragaan Daya bekerja sebagai pengemis. 10% masyarakat bekerja
sebagai karyawan swasta, pegawai pemerintah, guru dan sebagainya.
Menurut Usman Amny pengemis adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka umum
dengan berbagai macam cara dan alasan untuk kebutuhan hidupnya.3
Mengemis dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
membantu muslim lainnya (orang kaya) untuk melakukan kebaikan (dengan

2
www.bps.go.id, “Kemiskinan menurut Kabupaten/Kota”, diakses Juni 2019.
3
Hasbi, “Hukum Memberi Nafkah Dari Hasil Mengemis,” (UIN Ar-Raniry, 2017) , 23.
cara bersedekah). Alasan tersebut sering dijumpai di masyarakat ketika
pengemis melakukan kegiatan mengemis.
Berdasarkan sebuah laporan penelitian menyajikan bahwa kehidupan
masyarakat pengemis di Desa Pragaan Daya Kab. Sumenep, tidak
mencerminkan sebuah kemiskinan yang sesungguhnya. Karena kondisi
ekonomi masyarakat desa tersebut jauh lebih baik dibandingkan desa lain
yang masyarakatnya tidak memiliki pekerjaan mengemis.4 Berdasarkan studi
tersebut menunjukkan bahwasanya mengemis tidak bisa menjadi indicator
kemiskinan. Di desa Pragaan ini, kegiatan mengemis akan tetap ditekuni
sepanjang hayat. Meskipun para pelaku (pengemis) sudah memiliki kekayaan
atau kebutuhan pokok hidup mereka sudah terpenuhi.
Masyarakat Desa Pragaan memandang mengemis adalah sebuah
kegiatan yang tidak bertentangan dengan agama. Di sisi lain, mengemis
menjadi sebuah tradisi turun temurun di desa tersebut.5 Kondisi semacam ini
menjadi faktor pendorong untuk memperkuat kegiatan mengemis. Tidak bisa
dipandang hanya sebagai bentuk akibat kemalasan, ketiadaan kesempatan atau
kondisi marjinal.
Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bekerja untuk
mendapatkan sebuah harta (penghasilan). Sebagai umat Islam, bekerja adalah
ibadah. Oleh karena itu, semua hal yang berkaitan dengan bekerja harus halal
dan bertujuan baik. Tujuan yang baik sesuai dengan maqashid syariah. Agama
Islam memberikan suatu pedoman tentang bekerja untuk memperoleh harta
meliputi cara memperoleh harta, status kepemilikan harta dan pengelolaan
harta tersebut. Menurut Kompilasi Hukum Syariah, pasal 1 ayat 6 amwāl
(harta) adalah benda yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan, dan dialihkan,
baik benda berwujud maupun tidak berwujud, baik yang terdaftar maupun

4
http://lib.ui.ac.id/ judul “Sosialisasi nilai pada komunitas pengemis: Studi kasus di Desa
Pragaan Daya, Sumenep, Madura”, diakses Juni 2019.
5
Misdar Mahfudz, “Konstruksi Budaya Mengemis Pada Masyarakat Desa Pragaan Daya
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep Madura, diakse pada Juni 2019.
yang tidak terdaftar, baik benda bergerak maupun benda yang tidak bergerak
dan hak yang memiliki nilai ekonomis.6
Dalam hadits disebutkan bahwasanya dilarang umat islam melakukan kegiatan
meminta-minta (mengemis)7.
‫ تحملت حما لة فأ تيت رسول ا هلل صلى ا‬: ‫عن قبيصة بن مخا رق الهال لي رضي ا هلل عنه قا ل‬
,‫ يا قبيصة‬: ‫ ثم قال‬: ‫ قال‬,‫ فنأ مرلك بها‬,‫ أ قم حتى تأ تينا الصدقة‬: ‫ فقال‬,‫هلل عليه وسلم أسأله فيها‬
,‫ رجل تحمل حمالة فحلت له المسأ لة حتى يصيبها ثم يمسك‬: ‫إن المسألة ال تحل إال ألحد ثال ثة‬
‫ سدا‬:‫ أوقا ل‬,‫ورجل أصا بته جا ئحة احتاجت ما له فحلت له المسأ لة حتى يصيب قوا ما من عيش‬
‫ لقد أ صا بت فال نا‬: ‫ ورجل أصا بته فا قة حتى يقوم ثال ثة من ذوى احجا من قومه‬. ‫دا من عيش‬
‫ فما سوا هن من‬.‫ سدا دا من عيش‬: ‫ أوقال‬,‫فأ قة فحلت له المسأ لت حتى يصيب قوا ما من عيش‬
‫ سحتا يأ كلها صا حبها سحتا‬,‫المسأ لة يا قبيصة‬

“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali


bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban
(hutang orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia
melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah
yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia
mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan
hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan,
„Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,‟ ia boleh meminta-minta
sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga
hal itu, wahai Qabishah! adalah haram, dan orang yang memakannya
adalah memakan yang haram”

Di sisi lain, Allah juga melarang umatnya untuk meninggalkan


keturunan yang lemah.
َ ‫ٱّللَ َو ۡل َيقُولُواْ قَ ۡو ٗال‬
(٩) ‫سدِيدًا‬ َّ ْ‫ض َٰ َعفًا خَافُواْ َعلَ ۡي ِه ۡم فَ ۡل َيتَّقُوا‬
ِ ‫ش ٱلَّذِينَ لَ ۡو ت ََر ُكواْ ِم ۡن خ َۡل ِف ِه ۡم ذ ُ ِري َّٗة‬
َ ‫َو ۡل َي ۡخ‬
Artinya: 9. Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah

6
Muhamad Masrur, “Hukum Islam : Konsep Harta dalam al-Qur’an dan Hadits”, Vol. 15 No 1 (
Juni 2017), 99.
7
Shohîh. HR Muslim II/722 no.1044), Abu Dâwud I/515 no.1640, Ahmad III/477 no.15957, V/60
no.20620, dan an-Nasâ`i V/89 no.2580
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.8
Keturunan yang lemah ini, bisa dimaknai dalam hal larangan
meninggalkan keturunan yang lemah dalam hal ilmu, agama maupun ekonomi.
sehingga bila ditarik relevansinya, maka orang mengemis adalah orang yang
lemah. Berdasarkan pemaparan paragraph di atas terdapat suatu hal kontras antara
tradisi mengemis masyarakat Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten
SUmenep terhadap tuntunan agama Islam dalam mencari sebuah harta.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Penelitian


Berdasarkan pendahuluan di atas, maka identifikasi dan batasan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Harta adalah segala kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat desa Pragaan
Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep yang mempunyai
pekerjaan sebagai pengemis, baik yang berupa benda bergerak maupun
tidak bergerak.
2. Masyarakat Pengemis Desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten
Sumenep adalah masyarakat dengan domisili di Desa Pragaan Daya
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep yang mempunyai pekerjaan
sebagai pengemis baik pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan.
3. Mengemis dalam penelitian ini adalah bentuk mengemis yang dilakukan
oleh masyarakat desa Pragaan Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.

Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut, maka objek penelitian


ini hanya dibatasi pada masyarakat desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan
Kabupaten Sumenep. Penelitian ini membahas tentang bentuk harta yang
bersifat bergerak dan tidak bergerak yang dimiliki oleh masyarakat desa
Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.

8
Qur’an Surat An Nisa ayat 9.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengambil rumusan
masalah: bagaimana tradisi mengemis dalam konteks perekonomian
masyarakat desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep ?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana tradisi mengemis dalam konteks perekonomian masyarakat Desa
Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.

E. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan berguna dan bermanfaat dalam :
1. Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan akan menemukan suatu
penjelasan tentang bagaimana tradisi mengemis dalam konteks
perekonomian bagi masyarakat yang menjadikan mengemis sebagai
profesi, baik profesi utama maupun sampingan, yang pada dasarnya secara
ekonomi telah mapan dan sudah memiliki harta lebih dari cukup dan juga
berada pada tingkat kesejahteraan yang bagus, masih memilih untuk
mengemis dan mengumpulkan harta. Dalam hal ini masyarakat Desa
Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
2. Praktis
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini secara praktis adalah :
a. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapakan dapat menjadi masukan bagi pemerintah
khususnya dinas terkait yang menangani masalah sosial terutama
masalah pengemis dalam pengambilan dan penentuan kebijakan yang
menjadikan para pengemis tidak menggantungkan atau mengandalkan
lagi pekerjaan mengemis sebagai sarana untuk mendapatkan harta atau
penghasilan.
b. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat yang
mempunyai kepentingan dengan masalah pengemis dan ikut serta
dalam mengurangi jumlah pengemis serta bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya dalam hal referensi.
c. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan perbendaharaan permasalahan yang
terjadi di masyarakat yang dapat dibandingkan dengan teori yang telah
ada dan menemukan permasalahan serta memberikan saran yang
berkaitan dengan permasalahan ini.

F. Kerangka Teoritik
F.1 Kesejahretaan
1. Indikator Kesejahteraan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Berdasarkan Indikator Kesejahteraan Rakyat tahun 2018 yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, indikator dari masyarakat yang
sejahtera dapat dilihat dari :
1. Kependudukan
2. Kesehatan dan Gizi
3. Pendidikan
4. Ketenagakerjaan
5. Taraf dan Pola Konsumsi
6. Perumahan dan Lingkungan
7. Kemiskinan
8. Sosial lainnya

2. Indikator Kesejahteraan Ryff


Menurut Ryff indikator kesejahteraan psikologis ada enam
dimensi yaitu
1. Otonomi (autonomy)
Yaitu kemampuan individu untuk menjadi unik dan berbeda dan
juga mandiri meskipun berbeda dengan masyarakat pada
umumnya, individu ini mampu membuat keputusan sendiri dan
juga mampu terhindar dari tekanan sosial. Dalam dimensi ini,
individu mampu mengatur perilaku diri dan mampu mengevaluasi
diri dengan standart pribadi.
2. Penguasaan lingkungan (envirolmental mastery)
Kemampuan individu untuk memilih atau membentuk lingkungan
yang sesuai dengan kondisi dirinya. Memiliki rasa penguasaan dan
kompetensi dalam mengatur lingkungan, mengkontrol aturan-
aturan kompleks dalam aktivitas-aktivitas eksternal, dapat
memanfaatkan dengan efektif kesempatan-kesempatan yang ada di
sekeliling, mampu memilih atau menciptakan hal-hal yang sesuai
dengan kebutuhan dan nilai pribadi.
3. Pertumbuhan diri (personal growth)
Memiliki rasa untuk pengembangan diri yang berkesinambungan,
melihat diri sebagai pribadi yang bertumbuh dan berkembang,
terbuka pada pengalaman-pengalaman baru, menyadari potensi-
potensi pribadi, melihat perkembangan diri dan perilaku diri dari
waktu ke waktu, berubah dengan cara-cara yang merefleksikan
pengetahuan dan keefektifan.
4. Hubungan positif dengan orang lain (positif relation with other)
Memiliki hubungan yang hangat, saling memuaskan dan
mempercayai dengan sesama. Memiliki kemampuan untuk
berempati, merasakan, dan berhubungan akrab. Menunjukkan
afeksi dan mampu untuk terlibat dalam hubungan pertemanan yang
mendalam dan beridentifikasi dengan orang lain.
5. Tujuan hidup (purpose in life)
Memiliki tujuan spesifik dalam hidup dan kontrol atas diri pribadi,
merasakan makna dari kehidupan masa lalu dan sekarang,
memegang keyakinan-keyakinan yang mengarahkan pada tujuan
hidup, memiliki tujuan dan sudut pandang dalam hidup.
6. Penerimaan diri (self acceptence)
Sikap positif terhadap diri sendiri dengan mengetahui dan
menerima aspek-aspek dari diri, termasuk kualitas yang baik
maupun yang buruk, serta pandangan positif tentang kehidupan di
masa lampau.

3. Indikator Kesejahteraan Menurut Islam


Dalam islam konsep kesejahteraan tidak hanya membicarakan
kesejahteraan dunia, tetapi bagaimana kesejahteraan di dunia dapat membawa
kesejahteraan di akherat. Istilah lain dalam islam dalam menggambarkan
kesejahteraan hidup baik secara material maupun spiritual di dunia dan
akherat adalah Fallah. Pengertian dari fallah kemuliaan dankemenangan
dalam hidup9. Kesejahteraan harus dapat diwujudkan baik secara fisik maupun
non fisik, hal ini juga menjadi tujuan dalam islam. Kesejahterateraan fisik
merupakan dapat terpenuhinya kebutuhan secara materi sehingga diharapkan
dengan kondisi ini kebutuhan non fisik dapat terpenuhi yaitu kebutuhan non
fisik atau rohani. Apabila kebutuhan fisik dan non fisik terpenuhi dapat
menimbulkan keseimbangan, keseimbangan ini akhirnya dapat melahirkan
maksimalnya semua output yang disertai dengan usaha dalam hal kesehatan
rohani yang terletak pada batin manusia dan juga keadilan dalam interaksi
antar manusia10.
Fallah mencakup tiga hal dalam pengertian yang berkaitan dengan
kehidupan dunia yaitu keberlangsungan dalam hidup, kebebasan dalam
berkeinginan (free-will), kekuatan dan kehormatan. Sedangkan pengertian
fallah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mencakup beberapa hal yaitu

9
M. B. Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonesia, 2003), 7.
10
M. Umer Chapra, Islam dan Pembangunan Ekonomi, diterjemahkan oleh: Ikhwan Abidin Basri,
(Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 8
keberlangsungan dalam hidup yang abadi, kesejahteraan yang abadi,
kemuliaan yang abadi, dan pengetahuan yang abadi(bebas dari segala
kebodohan)11.Fallah dapat diwujudkan apabila kebutuhan-kebutuhan fisik dan
non fisik dalam hidup manusia dapat terpenuhi baik kebutuhan sosial maupun
individu dengan cara yang seimbang. Tercukupinya kebutuhan individu dalam
kehidupan masyarakat akan berdampak pada keadaan yang disebut dengan
mashlahah.Mashlahah merupakan segala bentuk keadaan, baik materil
maupunnon materiil dan keadaan ini dapat meningkatkan kedudukan
manusiasebagai makhluk yang paling mulia12.
1. Imam Ghazali
Salah satu pemikir yang membahas tentang konsep maslahah
adalah Imam Ghazali. Konsep mashlahah Imam Ghazali membahas
tentang fungsi kesejahteraan sosial islami, yaitu konsep kesejahteraan yang
berakar pada ilmu sosio ekonomi. Konsep dari mashlahah atau
kesejahteraan sosial atau utilitas (kebaikan bersama) Imam Ghazali ini
adalah sebuah konsep kesejahteraan yang mencakup semua kegiatan
manusia yang berkaitan erat antara individu dengan masyarakat. Imam
Ghazali membahas semua masalah yang berupa masalih (utilitas atau
manfaat) maupun mafaashid (disutilitas atau kerusakan), hal ini dilakukan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial13.
Menurut Imam Ghazali kesejahteraan suatu masyarakat akan
terwujud apabila masyarakat masih memelihara lima tujuan dasar atau
elemen pokok yaitu agama (din), jiwa (nafs), akal (aql), harta (maal) dan
keturunan (an nasb). Berdasarkan lima tujuan dasar tersbut kemudian
Imam Ghazali membagi menjadi tiga tingkatan utilitas individu dan sosial,
yaitu kebutuhan(dharuriyah), kesenangan atau kenyamanan (hajiyah),

11
P3EI UII, Ekonomi Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), 2.
12
Ibid, 5
13
Boedi Abdullah, Peradaban Pemikiran Ekonomi Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 216
dankemewahan (tahsiniyah)14. Dharuriyahadalah kebutuhan yang sangat
dasar bagi kehidupan manusia, sehingga kebutuhan ini wajib ada karena
sebagai syarat mutlak dari terwujudnya kehidupan itusendiri, baik
kehidupan dunia maupun kehidupan akherat.kebutuhan dharuriyah berupa
sandang papan dan pangan.Sedangkan unsur kedua adalahhajiyah adalah
segala hal yang tidak sangat penting dalam mendukung lima pondasi
dalam kehidupan, tetapi hal ini dapat dilakukan untuk menghilangkan
rintangan dan kesukaran dalam hidup. Tingkatan terakhir
adalahtahsiniyyah, yakni kebutuhan hidup manusia ini merupakan
kebutuhan yang sifatnya sebagai penyempurna kesejahteraan hidup
manusia, sehingga apabila tidak terpenuhi maka tidak akan menyebabkan
kesengsaraan.15
Dari ketiga kebutuhan manusia tersebut, masing – masing
mempunyai tingkatan atau mashlahah yang berbeda, kebutuhan ini
meliputi tiga tingkatan, yaitu:
a. tingkatan dimana lima elemen pokok di atas dilindungi denganbaik
b. tingkat dimana perlindungan lima elemen pokok di atasdilengkapi
untuk memperkuat perlindungannya
c. tingkat dimana lima elemen pokok di atas secara sederhanadiperoleh
secara lebih baik.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, setiap muslim didorong


untuk mencari dan memproduksibarang dan jasa yang memiliki maslahah,
tergantung pada tingkatdimana barang/jasa tersebutmempunyai dampak
pada elemen pokok tersebut16. Islam menghendaki terjadinyakehidupan
manusia yang layak dan sejahtera. Maksudnya adalahsemua hukum islam
akan dapatterlaksana dengan baik apabila manusia mempunyai kehidupan

14
Ibid, 217
15
Hamka Haq, Al-Syatibi: Aspek Teologis Konsep Mashlahah dalam Kitab Al-Muwafaqat,
(Jakarta: Erlangga, 2007), 104
16
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE, 2004), 154
yangsejahtera dan islam tidak menghendaki kehidupan manusia dalam
keadaan menderita dikarenakan kekurangan harta. Hal tersebut yang
mengaharuskan manusia untuk memelihara harta dengan cara memperoleh
dengan bekerja dan mengatur dalam memanfaatkannya 17.Mashlahah
adalah sesuatu yang harys diwujudkan dalam mencapai tujuan
keselamatan dunia dan akherat, terutama mashlahah yang bersifat
dharuriyah yang meliputi lima hal yaitu pemeliharaan agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta. Mashlahah dunia adalah pendukung dari mashlahah
akherat, sehingga dalam mewujudkan mashlahah manusia harus terbebas
dari nafsu dunia karena mashlahah tidak dapat diukur dari hawa nafsu18.
Mashlahah merupakan sebuah konsep yang lengkap dalam
kehidupan manusia baik yang berkaitan dengan ekonomi,
kepentinganIndividu maupun kepentingan bersama. Selanjutnya pemikiran
Imam Ghazali dielaborasi dengan penemuan konsep yang menyebutkan
bahwa setiap hal yang mendukung terwujudnya suatu tujuan disebut
dengan mashaalih sedangkan kebalikannya disebut mafaashid. Dengan
begitu, Imam Ghazali juga menjelaskan fungsi kesejahteraan sosial dalam
Islam, yaitu dengan menetapkan hirarki kebutuhan individu dan sosial19.

2. Formula Islamic Poferty Index (IPI)


Selain dijelaskan oleh Imam Ghazali terdapat rumusan atau
formula tentang Islamic Poverty Index (IPI), indeks ini dapat dijadikan
ukuran dalam menentukan tingkat kemiskinan dan kesejahteraan
masyarakat baik secara finansialmaupun non finansial20. Formula tersebut
dapat dijabarkan sebagaiberikut:

1717
Hamka Haq, Al-Syatibi: Aspek Teologis Konsep Mashlahah dalam Kitab Al-Muwafaqat,
(Jakarta: Erlangga, 2007), 100
18
Ibid, 81
19
S. Mohammad Ghazanfar dan Abdul Azim Islahi, “Economic Thought of Al-Ghazali”, dalam
Islamic Economics Research Series, King Abdulaziz University-2, 8 October, (1997) 7
20
Maheran Zakaria, “The Influence of Human Needs in the Perspective of Maqasid asy-Syari’ah on
Zakat Distribution Effectiveness”, dalam Asian Social Science,Vol. 10, No. 3, (2014), 2
Formula Islamic Poferty Index (IPI)
Aspek Mohammed Rosbi Abd. Rahman Islamic Relief
Saladin Abdul dan Sanep Ahmad22 Worldwide23
Rasool, dll21

Religion Tauhid kepada Berpegang teguh pada Kemampuan


Allah ajaran islam dan tidak untuk
melanggar syariah menjalankan
termasuk dalam ajaran agama
mencari rizki dengan kapanpun dan
cara yang halal dimanapun
(sarana ibadah,
waktu luang, 5
kali sehari, dll

Physical Rumah, pakaian, Individu berusaha Makanan,


self kesehatan, menjaga keselamatan pakaian, tempat
transportasi diri dan keluarga, tinggal,
tidak membahayakan kesehatan
diri sendiri dan orang (jumlah kalori
lain dalam sehari,
fasilitas
kesehatan,
harapan hidup,
akses air

21
Mohamed Saladin Abdul Rasool, et. al, “Poverty Measurement in Malaysian Zakat Institutions:
A Theoretical Survey”, dalam Jurnal Ekonomi Malaysia, 45 (2011), 123-129.
22
Rosbi Abd Rahman dan Sanep Ahmad, “Pengukuran Keberkesanan Agihan Zakat: Perspektif
Maqasid Al-Syariah”, disampaikan dalam Seventh International Conference – The Tawhidi
Epistemology: Zakat and Waqf Economy, (Bangi 2010), 447-460.
23
Islamic Relief Worldwide, Definitions of Poverty: Islamic Relief, (United Kingdom: Islamic
Relief Worldwide, 2008), 11-26.
bersih)

Knowledge Kemampuan menggunakan akal Tingkat buta


mengembangkan untuk mmenimba huruf
kemampuan dan ilmu pengetahuan, pendidikan
kecerdasan kemahiran untuk primer
masing – masing menjamin
individu kesejahteraan diri,
keluarga dan
masyarakt

F.2 Konsep Harta


1. Pengertian Harta
Dalam bahasa Arab harta disebut juga dengan lafaz‫ مالجاموال‬yang
berarticenderung atau senang24. Makna dari nama tersebut telah dijaleskan
dalam Al Quran yaitu QS. ali-’Imran : 14
َ ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم‬
‫س َّو َم ِة َواأل ْنعَ ِام‬ َّ ‫ب َو ْال ِف‬ َ ‫ير ْال ُمقَ ْن‬
ِ ‫ط َرةِ ِمنَ الذَّ َه‬ ِ ‫اء َو ْالبَنِينَ َو ْالقَن‬
ِ ‫َاط‬ ِ ‫س‬ َ ِ‫ت ِمنَ الن‬ ِ ‫ش َه َوا‬ َّ ‫اس ُحب ال‬ ِ َّ‫ُزيِنَ ِللن‬
ِ ‫ّللاُ ِع ْندَهُ ُح ْسنُ ْال َمآ‬
.‫ب‬ َّ ‫ع ْال َحيَاةِ الد ْنيَا َو‬ ِ ‫َو ْال َح ْر‬
ُ ‫ث ذَلِكَ َمت َا‬

Artinya: ”Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta


terhadap apa yangdiinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak,
harta benda yangbertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan,
hewan ternak, dansawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allah-lah tempatkembali yang baik”.

Menurut Wahbah al-Zuhaily harta adalah25:

‫كل ما يقتضى ويحوزه االءنسان با لفعل سواء أكان عينا أو منفعة كذهب أو فضة أو حيوان أو نبات أو‬
.‫منافع الشيء كالركوب واللبس والسكنى‬

24
Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), 409.
25
al-Zuhaily, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, Juz IV, (Damsyik: Dar al-Fikr, 1989), 40.
Artinya: ”Sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia, baik
berupa benda yang tampak seperti emas, perak, hewan, tumbuh-tumbuhan
maupun (yang tidak tampak), yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian
dan tempat tinggal”

Pengertian lain tentang harta disampaikan oleh ulama hanafiyah


dan malikiyah yaitu26:
Ulama Hanafiyah:
. .‫المال كل ما يمكن حيازته واخرازه وينتفع به عادة‬

Artinya:”Harta adalah segala sesuatu yang dapat diambil,


disimpan, dan dapatdimanfaatkan”.

Jumhur Ulama (selain ulama Hanafiyah) :


.‫كل ماله قيمة يلزم متلفه بضمانه‬
Artinya:“Segala sesuatu yang bernilai dan pasti rusaknya dengan
menguasainya”.

Berdasarkan pengertian yang disampaikan ulama Hanafiyah dapat


disimpulkan bahwa yang termasuk harta adalah sesuatu yang dapat
dikuasai, dipelihara dan dimanfaatkan. Hal ini berarti bahwa segala
sesuatu yang tidak dapat dikuasai atau dimiliki dan dimanfaatkan tidak
termasuk harta. Sedangkan pengertian dari jumhur ulama menyatakan
bahwa harta adalah segala sesuatu yang bernilai, jadi yang diutamakan
adalah manfaatnya bukan zatnya (benda).Pengertian dari kalangan jumhur
ulama tersebut memiliki cakupan yang lebih luas apabila dibandingkan
dengan definisi dari ulama hanafiyah. Contoh dari harta yang
dimaksudkan oleh jumhur ulama adalah tanah, uang, kendaraan, rumah,
perhiasan, termasuk juga pakaian, perabotan rumah tangga, hasil
perkebunan, hasil karya cipta dan lain-lain.
Yusuf Qardhawi mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
harta (alamwaal)adalah bentuk jamak dari kata maal, dan maal bagi orang

26
al-Zuhaily, Wahbah, al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu, Juz IV, (Damsyik: Dar al-Fikr, 1989), 42
Arabadalah segala sesuatu yang diinginkan sekalioleh manusia untuk
menyimpan dan memilikinya27. Atas dasarini, maka segala yang disimpan
dan dimiliki manusia termasuk kategori harta.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas harta memilik fungsi
dalam kehidupan manusi. Harta dapat menunjukkan kegiatan manusia,
baik dalam kegiatan yang baik maupun buruk. Dalam islam fungsi harta
adalah sebagai berikut, banyaknya fungsi harta menjadikan banyak
manusia berusaha dengan berbagai cara dalam mendapatkan harta. Cara
mendapatkan harta akan berpengaruh terhadap fungsi harta itu sendiri.
Berikut ini adalah beberapa fungsi harta dalam islma28:
a. Kesempurnaan ibadah mahdhah
b. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah
Swt
c. Meneruskan estafet kehidupan, agar tidak meninggalkan generasi
lemah
d. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat
e. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu, dan
f. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat

Banyaknya fungsi harta dalam islam, menjadikan harta ini


mempunyai kedudukan. Kedudukan harta dalam islam adalah :
a. Harta mutlak milik Allah
b. Harta sebagai amanah atau titipan
c. Harta sebagai perhiasan
d. Harta sebagai ujian keimanan
e. Harta sebagai bekal manusia untuk beribadah

27
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, (Beirut: Muassasah Risalah, 1991), 126.
28
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), 28-30
2. Perolehan harta
Dalam islam harta dapat diperoleh dengan beberapa cara yaitu
a. Bekerja
Dalam mencari harta dengan bekerja sesuai dengan firman
Allah dalam surat at taubah ayat105
ِ ‫َّللا ُ ع َ َم ل َ ك ُ مْ َو َر س ُ و ل ُ ه ُ َو ا ل ْ ُم ْؤ ِم ن ُ و َن ۖ َو س َ ت ُ َر دُّ و َن إ ِ ل َ ٰى ع َا ل ِ ِم ا ل ْ غ َ ي ْ ب‬ ‫َو ق ُ ِل ا عْ َم ل ُ وا ف َ س َ ي َ َر ى ه‬
‫َو ال ش ه هَ ا دَ ة ِ ف َ ي ُ ن َ ب ِ ئ ُك ُ مْ ب ِ َم ا ك ُ ن ْ ت ُمْ ت َ ع ْ َم ل ُ و َن‬

Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah akan


melihat pekerjaanmu begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin,
dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.”
Selain ayat al quran terdapat juga hadis nabi yang menyatakan
untuk bekerja dalam mencari rizki atau harta29
َّ ‫صلَّى‬
‫ّللاُ َعلَ ْي ِه‬ َ ِ ‫ّللاُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِي‬
َّ ‫ي‬َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن الزبَي ِْر ب ِْن ْالعَ َّو ِام َر‬
َ ‫سى َحدَّثَنَا ُو َهيْب َحدَّثَنَا ِهشَام َع ْن أَبِي ِه‬ َ ‫َحدَّثَنَا ُمو‬
‫ّللاُ بِ َها َوجْ َههُ َخيْر لَهُ ِم ْن أَ ْن‬ َ ‫ي بِ ُح ْز َم ِة ْال َح‬ ْ ْ
َّ ‫ف‬ َ ‫ب َعلَى‬
َّ ‫ظ ْه ِر ِه فَيَبِي َع َها فَيَ ُك‬ ِ ‫ط‬ َ ِ‫سلَّ َم قَا َل َأل َ ْن يَأ ُخذَ أ َ َحد ُ ُك ْم َح ْبلَهُ فَيَأت‬
َ ‫َو‬
ُ‫ط ْوهُ أ َ ْو َمنَعُوه‬
َ ‫اس أَ ْع‬
َ َّ‫يَ ْسأ َ َل الن‬

Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa


Rasulullah SAW bersabda: " Telah menceritakan kepada kami Musa
telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada
kami Hisyam dari bapaknya dari Az Zubair bin Al 'Awam radliallahu
'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:Demi Dzat yang
jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh seorang dari kalian yang
mengambil talinya lalu dia mencari kayu bakar dan dibawa dengan
punggungnya lebih baik baginya daripada dia mendatangi seseorang
lalu meminta kepadanya, baik orang itu memberi atau menolak".

b. Menguasai harta benda mubah


Pada dasarnya semua harta yang ada di muka bumi adalah
milik Allah. Hal ini berarti bahwa selama harta tersebut belum dimiliki

29
Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Ibnu Katsir, 2002), 357
dan dikuasai oleh manusia , harta tersebut dapat dimiliki dan dikelola
oleh siapa saja. Kondisi ini sesuai dengan sabda Nabi SAW30.
)‫ قال من أحياأرضا ميتة فهي له (رواه أحمد والترمذى‬,‫ ان النبي صلى هللا عليه وسلم‬,‫عن جابر رضى هللا‬

Dari Jabir r.a dari Nabi SAW bersabda: barang siapa yang
memakmurkan (menghidupkan) sebidang tanah yang tidak dimiliki
seseorang, maka tanah tersebut adalah menjadi hak miliknya. Urwah
berkata Umar menetapkan demikian pada era kekhalifahannya (HR.
Ahmad dan Turmudi)

c. Perjanjian atau transaksi milik


Islam membolehkan umatnya untuk memperoleh harta dengan
cara perpindahan hak milik melalui jual beli, sewa-menyewa, wasiat,
hibah dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman dalam surat al
Baqarah ayat 275:
ِ ‫ّللاُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫الربَا‬ َّ ‫َوأ َ َح َّل‬
Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba...

Selain ayat al quran terdapat juga hadis nabi yang menerangkan


tentang memperoleh harta dengan perjanjian31

‫أن النبى صلى هللا عليه وسلم سئل أى الكسب أطيب قال عمل الرجل بيده وكل بيع مبرور‬

Artinya: Dari Rifa’ah bin Rafi’ bahwa Nabi SAW ditanya


tentang kerja apa yang paling baik? Beliau menjawab: kerja
seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang baik (jual beli
yang terhindar dari maisir, gharar dan riba)32.

d. Warisan

30
Ibid, 562
31
Ali bin Sulthan Muhammad Al Qari, Mirqat al-Mafatih Syarah Misykat al-Maṣabih, (Beirut :
Dar al fikr, 2002), 2783
32
Abi Abdillah Ahmad bin Hambal, Musnad, (Saudi Arabia: Dar al Afkar ad Dauliah, 1998), 1389
Cara lain dalam memperoleh harta yang halal yaitu dengan
adanya warisan, hal ini telah diatur dalam al quran surat an nisa’ ayat 7
‫ك ال ْ َو ا ل ِ د َ ا ِن‬
َ ‫َص يب ِم َّم ا ت َ َر‬ ْ ‫ك ال ْ َو ا ل ِ د َ ا ِن َو‬
ِ ‫األ َق ْ َر ب ُو َن َو ل ِ لن ِ س َ ا ِء ن‬ َ ‫َص يب ِم َّم ا ت َ َر‬ ِ ‫لر َج ا ِل ن‬ ِ ِ‫ل‬
‫َص ي ب ًا َم ف ْ ُر و ضً ا‬ ِ ‫األ َق ْ َر ب ُو َن ِم َّم ا ق َ َّل ِم ن ْ ه ُ أ َ ْو ك َ ث ُ َر ۚ ن‬
ْ ‫َو‬
Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu, bapak dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada
hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu, bapak dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”

Selain firman Allah, terdapat juga hadis yang menjelaskan


tentang warisan
‫ اقسموا المال بين أهل الفرائض على‬:‫عن ابن عباس رضى هللا عنهما عن النبى صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫كتاب هللا تعالى‬.
Artinya: Dari Ibnu Abbas Bagilah harta pusaka antara ahli-
ahli waris menurut kitabullah(HR. Muslim dan Abu Daud)33

e. Syuf’ah
Pengertian dari syuf’ah adalah hak untuk membeli dengan cara
paksa terhadap harta bersama yang dijual kepada orang lain tanpa izin
kepada pemilik yang lainnya. Misalnya rumah yang dimiliki oleh tiga
orang, maka dalam kepemilikan rumah tersebut terdapat hak
syuf’ahsalah satu pemiliknya untuk menjual rumah tersebut. Imam
Malik meriwayatkan dari Syibab bin Abi Salamah bin Abdurrahman
dan Said bin al-Musayyab:
‫ع ْن َجا ِب ِر ب ِْن‬
َ ‫الرحْ َم ِن‬ َّ ‫سلَ َمةَ ب ِْن َع ْب ِد‬َ ‫ق َحدَّثَنَا َم ْع َمر َع ْن الز ْه ِري ِ َع ْن أ َ ِبي‬ َّ ُ ‫َحدَّثَنَا أَحْ َمد ُ ْبنُ َح ْن َب ٍل َحدَّثَنَا َع ْبد‬
ِ ‫الر َّزا‬
‫ت‬ْ ‫ص ِر َف‬ُ ‫ت ْال ُحد ُود ُ َو‬ َ ‫سلَّ َم الش ْف َعةَ ِفي ُك ِل َما َل ْم يُ ْق‬
ْ ‫س ْم َفإِذَا َو َق َع‬ َّ ‫ص َّلى‬
َ ‫ّللاُ َع َل ْي ِه َو‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫ّللا‬ ُ ‫ّللاِ قَا َل ِإنَّ َما َج َع َل َر‬َّ ‫َع ْب ِد‬
َ‫ش ْفعَة‬
ُ ‫الط ُر ُق فَ َال‬
Bahwa Rasulullah SAW. menetapkan syuf’ah untuk barang
yang belum dibagi antar partner- artner. Apabila terjadi pembatasan
(had) antara mereka, maka tidak ada syuf’ah34.

33
Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj Al-Naisaburi, Sahih Muslim, (Beirut : Dar al-Kutub al-
Ilmiah, tt), 758
34
Muhamad Masrur, Hukum Islam : Konsep Harta dalam Al Quran dan Hadis, Vol. 15, No. 1
(Juni 2017), 95-128
f. Hak-hak keagamaan
Maksud dari hak-hak keagamaan adalah adanya perintah dalam
islam bahwa dalam setiap harta terdapat hak orang lain. Contoh dari
harta yang diperoleh dari hak – hak keagamaan adalah zakat untuk
delapan aṣnāf, hak nafkah istri, anak, orang tua dan lain sebagainya.
Tidak semua orang dapat memeperoleh harta dengan cara ini, tetapi
orang – orang yang berhak terhadap harta ini telah diatur dalam al qurn
dan hadis. Al-Qur’ān dan Ḥadīṡ sangat banyak menyinggung masalah
berbuat baik melalui zakat, infaq dan sedekah, antara lain surah al-
Isra’ ayat: 26-27
Artinya: Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”.

Dalam ajaran agama Islam, setiap muslim sangat dianjurkan


untuk senang dalam bersedekah karena hal ini seperti investasi yang
akan selalu memperoleh untung. Hal ini sesuai dengan hadis nabi35:

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : “Rasūlullah SAW


bersabda : “Siapa yang bersedekah dengan sebiji korma yang berasal
dari usahanya yang halal lagi baik (Allah tidak menerima kecuali dari
yang halal lagi baik), maka sesungguhnya Allah menerima sedekah
tersebut dengan tangan kanan-Nya kemudian Allah menjaga dan
memeliharnya untuk pemiliknya seperti seseorang di antara kalian
yang menjaga dan memelihara anak kudanya. Hingga sedekah
tersebut menjadi sebesar gunung.”

F.3 Tradisi

F.4 Tradisi Mengemis


1. Pengertian menurut KBBI dan para ahli

35
Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Sahih al Bukhari, (Beirut: Dar Ibnu Kasir, 2002), 342.
Pengerian pengemis dalam kamus bahasa Indonesia adalah orang
yang meminta- minta36. Selain dalam kamus Bahasa Indonesia, terdapat
juga pengertian lain dalam Peraturan Pemerintah, dalam PP nomor 31
Pasal 1, dijelaskan bahwa pengemis adalah orang-orang yang
mendapatkan penghasilan dengan cara meminta-minta di muka umum
dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan orang
lain37. Oleh Weinberg, para pengemis di daerah perkotaan digambarkan
dengan kondisi yang miskin, selain itu mereka mengalami tindakan
diskriminatif dan juga pemberian stigma negatif oleh masyarakat. Dalam
kaitannya dengan ini, Rubington & Weinberg menyebutkan bahwa
pemberian stigma yang negatif akan menjauhkan orang pada kelompok
masyarakat pada umumnya38. Pada dasarnya pengemis dapat dibagi
menjadi dua. Pertama, mereka yang masuk dalam kategori menggelandang
dan mengemis untuk bertahan hidup, dan yang kedua adalah mereka yang
menggelandang dan mengemis karena malas dalam bekerja. Secara umum,
para pengemis tidak memiliki kartu identitas, hal ini dikarenakan mereka
merasa takut atau malu apabila terjaring razia dan dikembalikan ke daerah
asalnya. Disisi lain, pemerintah kota tidak mengakui dan tidak
memberikan toleransi terhadap penduduk kota yang tidak memiliki kartu
identitas39.
Ahli hubungan sosial, Soekanto, mendefinisikan pengemis sebagai
yang menjelaskan pengertian pengemis adalah orang yang mencari nafkah
dengan meminta-minta belas kasihan dari orang lain, biasanya disebabkan
sulitnya lapangan kerja dan cacat fisiknya 40. Adapun menurut Usman

36
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,
2005), 746
37
Peraturan Pemerintah Nomor 31 Pasal 1 Tahun 1980 tentang Penanggulangan Gelandangan
dan Pengemis
38
Paulus Tangdilintin, Masalah-Masalah Sosial (Suatu Pendekatan Analisis Sosiologis), (Jakarta :
Pusat Penerbitan Universitas Terbuka ,2000), 1-5.
39
Muhammad Suud, 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial, (Surabaya : Presatsi Pustaka, 2008), 8
40
Soejono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengentar Ekonomi, (Jakarta: Rajawali, 1982), 150
Amny pengemis adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendapatkan penghasilan dengan cara meminta-minta di muka umum
dengan berbagai macam metode dan alasan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya41. Secara terminologis, seorang pengemis atau peminta-minta
adalah orang yang meminta bantuan, derma, sumbangan, baik kepada
perorangan atau lembaga. Mengemis identik dengan penampilan pakaian
serba kumal, yang dijadikan sarana untuk mengungkapkan kebutuhan apa
adanya. Menurut Islam, tidak terdapat pengertian atau defenisi yang jelas
dan pasti mengenai arti pengemis, tetapi demikian kata pengemis berkaitan
erat dengan orang yang meminta-minta, tanpa memelihara kehormatan dan
martabat seorang muslim42.

2. Hadis Tentang Mengemis


Berikut ini adalah hadis yang memperbolehkan seseorang mengemis,
tetapi terdapat beberapa kondisi, sehingga seseorang diperbolehkan
mekakukan tidakan mengemis dengan syarat43
‫ تحملت حما لة فأ تيت رسول ا هلل صلى ا‬: ‫عن قبيصة بن مخا رق الهال لي رضي ا هلل عنه قا ل‬
,‫ يا قبيصة‬: ‫ ثم قال‬: ‫ قال‬,‫ فنأ مرلك بها‬,‫ أ قم حتى تأ تينا الصدقة‬: ‫ فقال‬,‫هلل عليه وسلم أسأله فيها‬
,‫ رجل تحمل حمالة فحلت له المسأ لة حتى يصيبها ثم يمسك‬: ‫إن المسألة ال تحل إال ألحد ثال ثة‬
‫ سدا‬:‫ أوقا ل‬,‫ورجل أصا بته جا ئحة احتاجت ما له فحلت له المسأ لة حتى يصيب قوا ما من عيش‬
‫ لقد أ صا بت فال نا‬: ‫ ورجل أصا بته فا قة حتى يقوم ثال ثة من ذوى احجا من قومه‬. ‫دا من عيش‬
‫ فما سوا هن من‬.‫ سدا دا من عيش‬: ‫ أوقال‬,‫فأ قة فحلت له المسأ لت حتى يصيب قوا ما من عيش‬
‫ سحتا يأ كلها صا حبها سحتا‬,‫المسأ لة يا قبيصة‬

“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali


bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban
(hutang orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia

41
Usma Amny, Permasalahan Gelandangan dan Pengemis di Dalam Warta Badan Koordinasi
Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS), (Prov. Dista Aceh: January-February, 1993), 23
42
Yusuf Qardawi, Mencari Karunia Allah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), 10-11
43
Shohîh. HR Muslim II/722 no.1044), Abu Dâwud I/515 no.1640, Ahmad III/477 no.15957, V/60
no.20620, dan an-Nasâ`i V/89 no.2580
melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah
yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia
mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan
hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan,
„Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,‟ ia boleh meminta-minta
sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk ketiga
hal itu, wahai Qabishah! adalah haram, dan orang yang memakannya
adalah memakan yang haram”

‫ عن‬,‫ عن أبي إ سحا ق‬,‫ حد ثنا إسر ائيل‬: ‫ قا ال‬,‫ ويحيى بن ابي بكير‬,‫حد ثنا يحيى بن آ دم‬
‫ فكأ نما يأ كل الجمر‬,‫ من سا ل من غيرفقر‬: ‫ قا ل رسول ا هلل عليه وسلم‬: ‫ قا ل‬,‫حبشي بن جنا دة‬
Yahya bin Adam dan Yahya bin Abi Bukair menuturkan kepada kami,
mereka berdua mengatakan, Israil menuturkan kepada kami, dari Abu
Ishaq, dari Hubsyi bin Junadah radhiallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang meminta-minta
padahal ia tidak fakir maka seakan-seakan ia memakan bara api”.

‫ من سأل النا س ليثري ما‬: ‫قال‬,‫ أو غرم مفظع‬,‫ إال في فقر مد فع‬,‫ال تحل الصد قة لغني وال لذ ي مرة سوي‬
‫ ومن شاء فليكثر‬,‫ فمن شاءفليقل‬,‫له كان خمو شا في وجهه ورضفا يأ كله من جهنم‬

Tidak halal menerima sedekah bagi orang yang kaya juga bagi orang
yang punya kemampuan untuk bekerja, kecuali orang fakir yang sangat
sengsara atau orang yang punya tunggakan hutang dan sangat kesulitan
membayarnya”. Beliau juga bersabda: “Barangsiapa yang meminta-
minta kepada orang lain untuk menumpuk harta maka pada hari kiamat
akan ada cakaran di wajahnya dan akan memakan batu panas dari
neraka jahanam. Maka silakan pilih sendiri, kurangilah meminta-minta
atau perbanyaklah”.

‫من سأل النا س في غير مصيبة حا جتتته فكأ نما يلتقم الرضفة‬

“Barangsiapa yang meminta-minta kepada orang lain padahal ia tidak


sedang dalam kebutuhan mendesak disebabkan musibah yang ia derita,
maka seakan-seakan ia memakan bara api”.

,‫ فإ نه خموش في وجهه‬,‫ ومن سأ ل النا س ليثري به له‬,‫إن المسأ لة ال تحل إال من مد قع أوغرم مفظع‬
‫ وإن كثيرا فكثير‬,‫ إن قليال فقليل‬,‫ورضف يأ كله من جهنم‬
“Tidak halal meminta-minta kecuali bagi orang fakir yang sangat
sengsara atau orang yang punya tunggakan hutang dan sangat kesulitan
membayarnya. Barangsiapa yang meminta-minta kepada orang lain
untuk menumpuk harta maka pada hari kiamat akan ada cakaran di
wajahnya dan akan memakan batu panas dari neraka jahanam. Jika ia
meminta-minta hanya sedikit, maka sedikit pula azab yang ia terima, jika
ia meminta-minta banyak maka banyak pula azab yang ia terima”.

G. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya, berikut ini diantara penelitian yang telah
dilakukan dan penulis gunakan sebagai kajian penelitian terdahulu dalam
penelelitian ini. Dalam penelitian ini terdapat juga perbedaan maupun
persamaan dengan penelitian terdahulu. Berikut ini adalah penelitian-
penelitian terdahulu dan perbedaan dengan penelitian ini, serta dimana posisi
penelitian ini :
No Nama / Tahun Judul Hasil Perbedaan

1 Hasim As’ari Pengemis dan  Fungsi makam  Tahun penelitian


dan Makam sebagai tempat  Teori
Moh.Mudzakkir (Fenomena mencari dermawan  Objek penelitian
44
(2015) Pengemis di dan tempat  Populasi dan sampel
Makam Sunan melakukan ritual penelitian
Giri Kabupaten  Kegiatan mengemis
Gresik) dilakukan karena
pendidikan yang
rendah, sosial dan
budaya, ekonomi
dan keluarga
(perpecahan rumah
tangga, suami

44
Hasim As’ari dan Moh.Mudzakkir, Pengemis dan Makam (Fenomena Pengemis di Makam
Sunan Giri Kabupaten Gresik), Paradigma Volume 03 Nomor. 02, 2015,
meninggal dunia,
dan memiliki anak
yang masih sekolah
 Tujuan mengemis
adalah
1. Tujuan
subsisten/kontempo
rer/jangka pendek
(menginginkan
kesembuhan
suami,membayar
hutang,
memberikan uang
saku sekolah)
2. Tujuan strategis/
jangka panjang
(memberikan
pendidikan tinggi
bagi anak, usaha
dagang, menabung
untuk investasi)
2 Misdar Mahfudz Konstruksi  Budaya mengemis  Tahun penelitian
(2018)45
Budaya yang terjadi di  Teori
Mengemis pada masyarakat Pragaan  Rumusan masalah
Masyarakat Daya dikarenakan
Desa Pragaan memegang teguh
Daya kepercayaan bahwa
Kecamatan mengemis adalah
Pragaan profesi yang mulia
Kabupaten  Telah terbentuknya

45
Misdar Mahfudz, Konstruksi Budaya Mengemis pada Masyarakat Desa Pragaan Daya
Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep, 2018
Sumenep jaringan pengemis
warga Madura di
luar daerah madura
3 Umi Karakteristik  Faktor yan  Tahun penelitian
Supraptiningsih Pengemis mendorong  Teori
(2016)46
Perempuan di mengemis adalah  Objek penelitian
Kecamatan kemiskinan, budaya  Populasi dan sampel
Tlanakan  Masyarakat penelitian
Kabupaten Tlanakan memahami  Rumusan masalah
Pamekasan bahwa kebutuhan  Pendekatan penelitian
hidup hanya makan 
dan minum.
 Para pengemis
perempuan di
Kecamatan Tlanakan
siap untuk
ditertibkan apabila
terdapat perda
tentang itu tetapi
dengan jaminan
pekerjaan dengan
penghasilan yang
dapat digunakan
untuk memenuhi
kebutuhan hidup
 Teradapat perasaan
malu dalam
melakukan kegiatan
mengemis tetapi
mereka harus tetap

46
melakukannya
karena beban hidup
yang harus
ditanggung
4 Arzena Devita Pelembagaan  Perilaku mengemis  Tahun penelitian
47
Sari (2015) Perilaku masyarakat desa  Teori
Mengemis di Pragaan Daya
“Kampung termasuk dalam
Pengemis” kelompok hubungan
(Studi Deskriptif kerjasama mutual
Pengemis di benefit yaitu
Desa Pragaan kerjasama dengan
Daya pihak-pihak tertentu
Kecamatan dan antar pihak
Pragaan saling untung
Kabupaten  Perilaku ini
Sumenep merupakan kapital
sosial substansial
yaitu kerjasama yang
terjadi atas dasar
komitmen usaha
bersama,
mempertahankan
kesuksesan
kerjasama yang
saling
menguntungkan
tersebut dan
kemudian
melembagakan (teori

47
kapital
sosial/Norman T.
Uphoff)

5 Rina Studi Etnografi  98 persen  Tahun penelitian
Hardiyantina Perilaku masyarakat desa  Teori
dan Sukardi Pengemis Pragaan Daya
48
(2016) Masyarakat bekerja sebagai
Desa Pragaan pengemis dan 2
Daya Kabupaten persen sebagai
Sumenep pedagang
 Mengemis
merupakan
pekerjaan pokok
 Mengemis
konvensional
1. Home to home
2. Gendong bayi
3. Membawa
barang
4. Menanti di
warung
 Mengemis non
konvensional
(kolektif)

Berdasarkan tabel penelitian terdahulu diatas, dapat disimpulkan bahwa


posisi penelitian ini adalah penelitian baru karena belum terdapat penelitian
terdahulu yang menggunakan teori tentang makna harta untuk mengkaji

48
pandangan pengemis terhadap harta yang diperolehnya baik secara
konvensional maupun harta menurut islam.

H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian disertasi ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
jenis pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan suatu
penelitian dimana peneliti melakukan pengamatan dan wawancara secara
langsung terhadap objek yang diteliti, wawancara dalam penelitian
kualitatif dilakukan terhadap orang-orang yang dianggap mengerti dan
paham dengan kondisi dan situasi sosial pada objek penelitian49.
Sedangkan pendekatan fenomenologi merupakan ilmu yang berhubungan
atau ilmu yang mempelajari fenomena manusia tanpa bertanya terhadap
penyebab, kenyataan yang sebenarnya dan juga penampilan.
Prinsip dasar dalam penelitian fenomenologi adalah zuruck zu de
sachen selbst (kembali kepada benda- benda itu sendiri)50. Dalam metode
penelitian ini terdapat dua motif yaitu in order to (untuk/tujuan) dan
because (karena/sebab). Motif in order to (untuk/tujuan) berdasarkan pada
keadaan pada masa yang akan datang dimana ada tindakan untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan motif because
berlandaskan pada keadaan di masa yang lalu, motif ini menggambarkan
masa lampau dari tafsiran masa kini51.

2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti harus hadir di masyarakat desa
Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep. Hal ini
diperlukan karena peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan

49
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2017), 299
50
George Ritzer, dkk, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Predana Media, 2008), 76
51
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2011), 44
mengamati segala aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat desa Pragaan
Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep. Selain itu peran peneliti
juga sebagai peneliti dan penganalisis data, sehingga peneliti harus
menemui masyarakat desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten
Sumenep secara langsung dan juga pihak – pihak yang dapat memeberikan
informasi atau data yang jelas dan akurat berkaitan dengan penelitian ini.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan
Kabupaten Sumenep.
4. Sumber data
Dalam penelitian data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah sumber data yang secara langsung dapat memberikan
semua data yang dibutuhkan oeh peneliti52. Data primer yang digunakan
dalam penelitian ini berasal atau bersumber alngsung dari masyarakat desa
Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep yang mempunyai
pekerjaan pengemis, baik pekerjaan utama maupun pekerjaan sampingan.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber atau informan yang
memberikan data kepada peneliti secara tidak langsung53. Sumber data
sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu
berupa data tertulis yang berupa data kependudukan atau sejarah dari
desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep yang
berasal dari dinas terkait seperti BPS, dinas kependudukan, kelurahan,
kecamatan dll. Selain data tertulis data sekunder juga dapat berupa
informasi dari pihak lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
5. Teknik sampling

52
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2017), 308
53
ibid, 308
Teknik sampling merupakan cara atau strategi dalam mengambil sample
dalam penelitian54. Teknik yang digunakan dalam menentukan sumber
informasi dalam penelitian ini adalah snowball sampling yaitu menentukan
pihak yang dilibatkan dalam penelitian dengan pertimbangan dan tujuan
tertentu. Dalam menentukan pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini
merujuk pada pendapat dari Spradley, yaitu55
1. Informan telah lama menyatu atau tinggal dalam setting penelitian
2. Informan adalah orang yang sampai dengan dilakukan penelitian ini
masih aktif dalam kegiatan - kegiatan yang dilakukan di lingkungan
setting penelitian
3. Informan adalah orang yang mempunyai kesempatan yang luas dan
menyatakan bersedia untuk memberikan informasi yang diperlukan
oleh peneliti
4. Informan adalah orang dapat memberikan informasi yang sebenarnya
5. Informan dapat dijadikan sebagai “guru baru” dalam penelitian yang
dilakukan peneliti
6. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam
penelitian56. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti
akan terjun ke tempat objek penelitian sendiri, baik pada grand tour
question, tahap focus dan selection, melakukan pengumpulan data, analisis
dan membuat kesimpulan.
7. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif tentang tradisi mengemis dalam konteks
perekonomian masyarakat desa Pragaan Daya Kecamatan Pragaan
Kabupaten Sumenep dilakukan dengan pasrticipant observation,
wawancara, dan juga dokumentasi.

54
ibid, 300
55
J.P. Spradley, Participant Observation. New York: Holt, Rinehart, and Winston,1980
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2017), 305
8. Pengecekan keabsahan Temuan
Pengecekan kualitas desain penelitian dilakukan sebelum mulainya
pengamatan, sampai data telah dihasilkan, dilakukan validasi data
sehingga semakin menguatkan. Uji keabsahan data atau temuan dalam
penelitian ini menggunakan uji credibility (validitas internal),
transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas atau
ketergantungan data) dan confirmability (obyektivitas)57. Kredibilitas data
penelitian difokuskan pada data yang telah diperoleh, apakah data telah
diperoleh setelah dicek ke lokasi valid atau tidak, berubah atau tidak, bila
setelah dicek kembali kelapangan data sudah benar berarti data tersebut
kredibilitas maka pengamatan dapat berakhir.

I. Sistematika Pembahasan
Disertasi ini akan ditulis berdasarkan sistematika pembahasan yang
terdiri dari bagian depan penelitian, bagian substansi dan juga bagian belakang
penelitian. Bagian depan disertasi terdiri dari halam judul, pernyataan
keaslian, halaman persetujuan promotor, halaman pengesahan tim penguji,
pedoman transliterasi, motto, abstrak, pernyataan ucapan terimakasih, daftar
isi, daftar tabel dan daftar gambar. Selanjutnya bagian substansi dari disertasi
ini akan diuraikan berdasarkan bab pendahuluan, bab landasan teoritik, bab
hasil penelitian, bab pembahasan dan penutup.
Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari uraian latar
belakang, identifikasi masalah dan batasan penelitian, fokus penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan penelitian terdahulu.
Bab kedua adalah landasan teori yang akan mengkaji tentang
kesejahteraan, konsep harta dan tradisi mengemis.
Bab ketiga adalah metodologi penelitian. Dalam metodologi penelitian
ini meliputi jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data,

57
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta, 2017), 364
teknik sampling, instrumen penelitian, analisis data, dan pengecekan
keabsahan data.
Bab ke empat adalah penyajian deskripsi data tentang masyarakat Desa
Pragaan dan temuan hasil penelitian.
Bab ke lima adalah pembahasan dan diskusi atas hasil data penelitian
yang diperoleh di lapangan.
Bab ke enam adalah penutup. Pada bagian penutup ini meliputi tentang
kesimpulan, implikasi teoritik dan rekomendasi.

J. Outline Penelitian
Bagian Depan
Halaman Judul
Pernyataan Keaslian
Halaman Persetujuan Promotor
Halaman Pengesahan Tim Penguji
Pedoman Transliterasi
Motto
Abstrak
Pernyataan Ucapan Terimakasih
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Bagian Substansi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Penelitian
C. Fokus Penelitian
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Penelitian Terdahulu
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Kesejahteraan
B. Teori Makna Harta
C. Tradisi Mengemis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Kehadiran Peneliti
C. Lokasi Penelitian
D. Sumber Data
E. Teknik Sampling
F. Instrumen Penelitian
G. Analisis Data
H. Pengecekan Keabsahan Data
BAB IV HASIL DATA PENELITIAN
A. Deskripsi data tentang Masyarakat Pragaan Daya
B. Hasil Temuan
BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi Teoritik
C. Rekomendasi
Bagian Belakang
Daftar Kepustakaan
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
K. Daftar Kepustakaan Sementara

Vous aimerez peut-être aussi