Vous êtes sur la page 1sur 6

BUDAYA JAWA IBU POSTPARTUM DI DESA CANDIREJO

KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN

Sugita, Nurul Herlina Widiastuti


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Abstract: Java Culture, Mrs. Post Partum. The purpose of this study is to
describe the culture of Java on postpartum mothers in the village Candirejo
Ngawen District of Klaten district. This research is descriptive quantitative
research subjects across the capital after the postpartum period ending at 24
samples. Technical analysis of the data used is descriptive test. The results
showed that 16.66% of mothers after the postpartum period wear pilis 0-40 days,
25% use them less than 40 days, 37.5% were taking parem in the hands and feet
for 40 days, 75% drink herbal rice kencur, 87, 5% herbal drink wejahan, 37.5%
herbal drink papaya leaves, 8.33% herbal drink turmeric tamarind, ginger herbal
drink 4,16%, 37.5% herbal drink uyup-uyup, 37.5% do masage, 58, 33% do walik
bye at the time selapanan, 37.5% were taking octopus knot, wearing a corset
8.33%, 50% wear stagen 4 meters long, 41.66% were taking stagen along 10
meters, 50% do kempitan less than 40 day, 95.83% did sit senden less than 40
days, 66.66% abstain from eating spicy, 33.33% abstaining stimulating, 4.16%
abstain from drinking a lot, 12.5% abstinence drinking ice, 8.33% abstain from
eating sugary foods, 87.5% sat straight legs, a 100% sat feet together, parallel,
not hanging and 75% sat with his feet propped up a small chair.

Keywords: Java Culture, Mother Postpartum

Abstrak: Budaya Jawa, Ibu Postpartum. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui gambaran budaya jawa pada ibu postpartum di Desa Candirejo
Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini merupakan diskriptif
kuantitatif dengan subyek penelitian seluruh ibu pasca periode postpartum
berakhir sebesar 24 sampel. Tehnik analisis data yang digunakan adalah uji
diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 16,66% ibu pasca periode
postpartum memakai pilis 0-40 hari, 25% memakainya kurang dari 40 hari, 37,5%
memakai parem di tangan dan kaki selama 40 hari, 75% minum jamu beras
kencur, 87,5% minum jamu wejahan, 37,5% minum jamu daun papaya, 8,33 %
minum jamu kunir asem, 4,16% minum jamu temulawak, 37,5% minum jamu
uyup-uyup, 37,5% melakukan masage, 58,33% melakukan walik dadah pada
waktu selapanan, 37,5% memakai gurita simpul, 8,33% memakai korset, 50%
memakai stagen sepanjang 4 meter, 41,66% memakai stagen sepanjang 10 meter,
50% melakukan kempitan kurang dari 40 hari, 95,83% melakukan duduk senden
kurang dari 40 hari, 66,66% pantang makan pedas, 33,33% pantang makan
merangsang, 4,16% pantang minum banyak, 12,5% pantang minum es, 8,33%
pantang makan makanan manis, 87,5% duduk kaki lurus, 100% duduk kaki rapat,
sejajar, tidak menggantung dan 75% duduk dengan kaki diganjal kursi kecil.

Kata Kunci: Budaya Jawa, Ibu Postpartum

88
89 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99

PENDAHULUAN dan perilaku budaya dalam perawatan


Di dalam masyarakat kebudayaan masa postpartum. Para ahli antropologi
sering diartikan sebagai the general melihat bahwa pembentukan janin,
body of the arts, yang meliputi seni kelahiran dan masa pasca kelahiran
sastra, seni musik, seni pahat, seni umumnya dianggap oleh berbagai
rupa, pengetahuan filsafat atau bagian- masyarakat diberbagai penjuru dunia
bagian yang indah dari kehidupan sebagai peristiwa-peristiwa yang wajar
manusia. Dalam penggunaan cara dalam kehidupan manusia. Namun
hidup pengertian kebudayaan respon masyarakat terhadap berbagai
ditempatkan disamping pengertian peristiwa kehidupan ini bersifat
ekonomi, politik, hukum, sedang dalam budaya, yang tidak selalu sama pada
pengertian ilmu sosial kebudayaan berbagai kelompok masyarakat
adalah seluruh cara hidup sesuatu (Manurung, 2009).
masyarakat. Hasil buah budi (budaya) Di Indonesia terdapat pluralisme
manusia itu dapat kita bagi menjadi 2 sistem penyembuhan dimana berbagai
macam yaitu kebudayaan material cara pengobatan yang berbeda-beda
(lahir) yaitu kebudayaan yang hadir berdampingan termasuk humoral
berwujud kebendaan, misalnya: rumah, medicine dan elemen magis. Salah satu
gedung, alat-alat senjata, mesin-mesin, suku yang ada di Indonesia adalah
pakaian dan sebagainya dan Jawa, yang merupakan suku terbanyak,
kebudayaan immaterial pada masyarakat suku jawa mempunyai
(spiritual=batin), yaitu: kebudayaan, cara-cara tertentu dalam penyembuhan
adat istiadat, bahasa, ilmu pengetahuan dan mempunyai persepsi tertentu
dan sebagainya (Prasetya, 1991). tentang sehat sakit terkait budaya yang
Menurut Marmi (2000) masa dianut (Pratiwi, Arifah, 2011), hal
postpartum adalah masa dimulai tersebut sesuai dengan hasil penelitian
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta Suryawati tahun 2007 di Kabupaten
sampai 6 minggu setelah melahirkan. Jepara dari 60 ibu postpartum 41,7%
Masa postpartum dimulai setelah responden berpantang mengkonsumsi
kelahiran plasenta dan berakhir ketika daging dan ikan, 83,3% responden
alat-alat kandungan kembali seperti melakukan pijat badan untuk
keadaan sebelum hamil yang mengembalikan kebugaran tubuh dan
berlangsung kira-kira 6 minggu. minum jamu dilakukan hampir oleh
Perawatan masa postpartum mencakup semua responden. Sedangkan temuan
berbagai aspek mulai dari pengaturan pada penelitian yang dilakukan oleh
dalam mobilisasi, anjuran untuk Pratiwi dan Arifah (2011) di
kebersihan diri, pengaturan diet, Kabupaten Sukoharjo teridentifikasi
pengaturan miksi dan defekasi, alasan keluarga yang mempunyai
perawatan payudara (mamma) yang perilaku budaya pada masa postpartum
ditujukan terutama untuk kelancaran diantaranya makanan pantangan bagi
pemberian Air Susu Ibu guna ibu postpartum adalah gorengan, cabe
pemenuhan nutrisi bayi, dan lain-lain dengan kebanyakan alasan
(Mochtar, 1998). Selain perawatan menghambat penyembuhan luka
postpartum dengan memanfaatkan sehabis melahirkan, adapula seorang
system pelayanan biomedical, ada ibu yang memberikan alasan tidak
juga ditemukan sejumlah pengetahuan boleh makan ikan asin dan makanan
Sugita, Budaya Jawa Ibu Postpartum Di Desa 90

amis lainnya karena nanti ASI menjadi Analisa data yang dipakai dalam
amis, kemudian menganjurkan minum penelitian deskriptif menggunakan
jamu dan daun katu untuk statistik deskriptif yaitu statistik yang
memperlancar ASI, ibu postpartum membahas cara-cara meringkas,
tidak boleh tidur telentang karena dapat menyajikan dan mendeskripsikan suatu
menyebabkan darah putih naik ke mata, data dengan tujuan agar mudah
tidak dianjurkan kaki ditekuk dan kerja dimengerti dan lebih bermakna.
berat, duduk kaki harus lurus, memakai Analisa data ini akan menghasilkan
pilis di dahi, tidak boleh banyak gerak, distribusi dan presentase dari tiap
memakai stagen, perut diberi tapel, variabel, kemudian disajikan ke dalam
tidur setengah duduk serta mandi tabel distribusi frekuensi.
wuwung pagi dan sore.
Berdasarkan studi pendahuluan HASIL PENELITIAN
yang dilakukan di Bidan Desa Dari hasil wawancara yang telah
Candirejo Kecamatan Ngawen dilakukan terhadap dua puluh empat
Kabupaten Klaten dari hasil wawancara responden, peneliti menemukan
pada ibu-ibu yang kontrol setelah beberapa budaya jawa yang masih
melahirkan adalah ibu memakai stagen, umum dilakukan oleh ibu-ibu pada
pilis, kempitan dan minum jamu, masa postpartum di Desa Candirejo
sehingga perlu dikaji lebih dalam Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.
bagaimanakah gambaran budaya jawa Adapun menurut responden budaya-
pada ibu postpartum. budaya jawa tersebut sebagian besar
dilakukan sampai hari ke-36
METODE PENELITIAN postpartum, yang dalam masyarakat
Desain penelitian menggunakan jawa dikenal dengan istilah selapan.
deskriptif kuantitatif. Pada penelitian Budaya Jawa pada periode postpartum
ini peneliti mengidentifikasi distribusi diantaranya memakai pilis, parem,
frekwensi perawatan postpartum yang minum jamu, pijet, walikdadah,
dilakukan pada ibu postpartum di Desa memakai gurita, memakai stagen,
Candirejo Kecamatan Ngawen kempitan, duduk senden, pantang
Kabupaten Klaten.Populasi dalam makan dan budaya duduk.
penelitian ini adalah ibu-ibu yang
berada pada rentang waktu 1 minggu PEMBAHASAN
setelah periode postpartum berakhir di Berikut paparan dari masing-
Desa Candirejo Kecamatan Ngawen masing budaya jawa pada masa
Kabupaten Klaten.Teknik pengambilan postpartum:
sampel yang digunakan adalah 1. Budaya jawa memakai pilis
sampling jenuh dengan mengambil Berdasarkan hasil penelitian
semua anggota populasi menjadi diperoleh hasil sebagian kecil
sampel. Adapun sampel yang diambil responden melakukan budaya jawa
adalah Ibu-ibu yang telah 1 minggu memakai pilis. Sebesar 25 % atau enam
melewati periode postpartum di Desa orang memakai pilis kurang dari
Candirejo Kecamatan Ngawen empatpuluh hari, sedangkan 16, 66 %
Kabupaten Klaten.Variabel dalam atau dua orang memakainya sampai
penelitian ini adalah budaya jawa pada empatpuluh hari. Pilis digunakan
ibu postpartum. dengan cara ditempel di dahi.Pilis
91 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99

diperoleh dengan cara membeli di Dari hasil penelitian didapat


pasar atau tukang jamu tradisional. separuh lebih dari jumlah responden
Alasan ibu-ibu memakai pilis adalah yang melakukan budaya jawa
untuk menjaga kesejukan mata. walikdadah atau pengurutan yang
2. Budaya jawa Memakai parem terakhir dan daerah utama yang diurut
Dari hasil penelitian diketahui adalah perut. Responden melakukan
sebagian kecil responden melakukan walikdadahan pada selapan hari atau
budaya jawa memakai parem pada hari ke 36 periode postpartum. Tujuan
periode postpartum yaitu sebesar 37, 5 responden melakukan walikdadah
% atau sebanyak sembilan responden, adalah untuk mengembalikan posisi
parem digunakan pada tangan dan kaki. rahim kebentuk semula
3. Budaya Jawa Minum Jamu 6. Budaya jawa memakai gurita
Jamu yang dikonsumsi responden Diperoleh hasil bahwa hanya
merupakan jamu tradisional sebagian kecil responden yang
diantaranya jamu beras kencur, kunir melakukan budaya jawa memakai
asem, temulawak, godhong kates, gurita pada periode postpartum.
wejahan atau jamu campuran dan jamu Delapan responden memakai gurita
uyup-uyup. Sebagian besar responden dengan alasan mengecilkan perut dan
mengkonsumsi jamu wejahan. Alasan menjaga keindahan tubuh sedangkan
responden mengkonsumsi jamu adalah satu responden lainnya mengatakan
3 responden mengatakan untuk alasan memakai gurita agar perut
memperlancar ASI dan 22 responden menjadi kencang.
lainnya mengatakan selain untuk 7. Budaya jawa stagen
memperlancar ASI juga untuk menjaga Terdapat sebagian besar
agar badan sehat dan padat. responden memakai stagen pada
4. Budaya jawa pijet periode postpartum. Ukuran panjang
Dari hasil penelitian hanya stagen terdiri dari dua jenis yaitu empat
sebagian kecil responden melakukan meter dan sepuluh meter. Dalam
budaya jawa pijet pada masa pemakaian stagen dengan ukuran
postpartum. Sebanyak 6 responden panjang sepuluh meter para responden
memulai pijet pada hari pertama dibantu oleh orang lain sedangkan
setelah bersalin, 1 responden pada hari responden yang memakai stagen
ke- 2, 1 responden pada hari ke-3 dan 1 dengan panjang empat meter dapat
responden lainnya mulai pijet pada hari memakainya sendiri. Alasan responen
ketujuh setelah bersalin. Sebanyak tiga memakai stagen adalah untuk
responden melakukan pijet sebanyak mengecilkan perut dan menjaga
lima kali, lima responden melakukan keindahan tubuh.
pijet sebanyak tiga kali dan satu 8. Budaya jawa kempitan
responden melakukan pijet sebanyak Separuh dari jumlah seluruh
dua kali selama periode postpartum. responden melakukan budaya
Bagian yang dipijet adalah seluruh kempitan, kempitan dilakukan kurang
tubuh kecuali perut. Alasan responden dari empatpuluh hari, biasanya hanya
melakukan pijet adalah untuk selama lokhea masih keluar. Alasan
menghilangkan rasa lelah setelah responden melakukan budaya kempitan
bersalin. adalah agar jalan lahir menjadi rapat
5. Budaya Jawa Walikdadah kembali.
Sugita, Budaya Jawa Ibu Postpartum Di Desa 92

9. Budaya jawa duduk senden KESIMPULAN DAN SARAN


Duduk senden merupakan budaya Faktor sosial budaya
jawa pada ibu postpartum yang mempunyai peranan penting dalam
dilakukan sebagian besar responden, memahami sikap dan perilaku pada
dilakukan kurang dari empatpuluh hari. kehidupan manusia salah satunya
Alasan responden melakukan duduk adalah pada periode postpartum.
senden adalah untuk menjaga Sebagian pandangan budaya telah
kesehatan. diwariskan turun-temurun dalam
10. Budaya pantang makan kebudayaan masyarakat yang
Menurut para responden terdapat bersangkutan
budaya pantang makan pada makanan Berdasarkan hasil penelitian yang
tertentu yang perlu dilakukan oleh ibu- diperoleh peneliti dari duapuluh empat
ibu postpartum dengan berbagai alasan responden mengenai gambaran budaya
tertentu. Sebagian besar responden jawa pada ibu postpartum didapat
berpantang makan pedas atau cabai, bahwa budaya jawa pada periode
dengan alasan anak bisa diare. postpartum yang masih dilakukan
Sebanyak 33, 33 % atau 8 responden antara lain pilis, parem, minum jamu,
melakukan pantang makan pada pijet, stagenan, gurita, kempitan,
makanan amis-amisan dengan alasan walikdadah, duduk senden, pantang
ASI menjadi amis dan luka setelah makan dan budaya duduk.
beralin tidak lekas sembuh. Sebanyak Dari hasil pembahasan pada bab
4, 16 % atau 1 responden berpantang sebelumnya, didapatkan budaya jawa
minum banyak dengan alasan anak bisa pada ibu postpartum yang menunjang
pilek. Sebanyak 12, 5 % atau 3 kesehatan ataupun yang merugikan
responden berpantang minum es bagi kesehatan. Budaya yang
dengan alasan anak bisa sakit panas merugikan antara lain adalah duduk
atau pilek. Sebanyak 8, 33 % atau 2 senden, stagen dan pantang makan
responden berpantang makan makanan amis-amisan. Disamping hal tersebut
manis dengan alasan anak bisa beleken adapula budaya jawa yang menunjang
atau sakt mata. dari segi kesehatan diantaranya budaya
11. Budaya jawa duduk pada ibu minum jamu, budaya duduk, parem,
postpartum pilis dan kempitan. Saran yang
Terdapat beberapa budaya jawa dianjurkan setelah penelitian ini adalah:
duduk pada ibu postpartum dan seluruh 1. Keluarga dapat memberikan
responden melakukan budaya duduk dukungan terhadap budaya-
dengan kaki sejajar tidak saling budaya jawa yang tidak
tumpang tindih, merapatkan kaki serta merugikan dari segi kesehatan
kaki tidak menggantung setiap kali untuk tetap dilakukan selama
duduk dengan alasan agar tidak varises, periode postpartum seperti
merapatkan kembali jalan lahir dan menganjurkan memakai pilis,
agar jahitan tidak rusak, serta sebagian parem, minum jamu, dsb.
besar responden duduk dengan kaki 2. Ibu-ibu postpartum diharapkan
lurus dan diganjal kursi kecil dengan tidak melakukan praktik budaya
alasan supaya kaki tidak bengkak, tidak jawa yang merugikan bagi
varises dan mudah menyusui. kesehatan pada periode
postpartum seperti tidak perlu
93 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99

melakukan duduk Pratiwi, A., Arifah S. 2011, Perilaku


senden,memakai stagen ataupun Kehamilan , Persalinan Dan
pantang makan. Postpartum Terkait Dengan
3. Penelitian lebih lanjut dapat Budaya Kesehatan Pada
dilakukan lebih mendalam dan Masyarakat Jawa Di wilayah
memperluas daerah penelitian Kabupaten Sukoharjo’ Jurnal
serta spesifikasi pada budaya Komunikasi Kesehatan,
tertentu. [Online], Vol. 2 No.01. Dari:
Http://E-Journal.Akbid-
DAFTAR RUJUKAN Purworejo.Ac.Id/Index.Php/Jkk
Marmi. 2012, Asuhan Kebidanan Pada 2/Article/View/49 . [9 April
Masa Postpartum, Pustaka 2013]
Pelajar, Yogyakarta Suryawati, Chriswardani. 2007, Factor
Manurung,Y. D. 2009, Perawatan Sosial Budaya Dalam Praktik
Postpartum Menurut Budaya Perawatan Kehamilan,
Jawa, [Karya Tulis Ilmiah]. Persalinan Dan Pasca
Program D-IV Bidan Pendidik Persalinan Jurnal Promosi
Fakultas Kedokteran Kesehatan Indonesia, [Online],
Universitas Sumatra Utara Vol. 2, No. 1.Dari Http://
Mochtar , R.,1998, Synopsis Obstetric Repository.usu.ac.id/
Edisi 2 Jilid 1, Buku Kedikteran Handle/123456789/17200. [ 2
EGC: Jakarta Maret 2013]

Vous aimerez peut-être aussi