Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Known by,
Responsibility Lecturer
solution is colorless
titrat 3 = 6.10 mL
Asked: N HCl = …?
Solution:
V1 (mL) W (mg)
×2×
100 Fw
N HCl = V2
25 mL 403 mg
×2 meq/mmol ×
100 mL 381 mg/mmol
= 6.00 mL
0.25 × 2 meq ×1.06
= 6.53 mL
= 0,07541 M.
= 0,07541 mmol/mL
1,94 mL × 0,0881 N
= 20 mL
= 0,0085 M
= 0,0085 mmol/mL
H. DISCUSSION
Metode titrimetri dikenal sebagai metode volumetri yang merupakan cara
analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia antara
komponen analit dan titran. Titran ditambahkan ke dalam larutan analit hingga
mencapai jumlah tertentu pada saat titik ekivalent tercapai. Dalam percobaan ini
dilakukan 2 kegiatan yaitu:
1. Standarisasi Larutan HCl 0.1 N
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh normalitas larutan HCl
secara pasti menggunakan natrium tetra boraks (Na2B4O7). Karena larutan standar
HCl bukan merupakan larutan standar primer, maka perlu distandarisasi. Larutan
HCl dikatakan larutan standar sekunder sebab konsentrasinya mudah
berubah/penyimpanannya tidak stabil. Larutan natrium tetra boraks digunakan
sebab memiliki konsentrasi yang tetap dan stabil dalam penyimpanan serta bereaksi
cepat denagn larutan HCl. Adapun dasar prinsip dari percobaan ini ialah Boraks
adalah garam yang bersifat basa lemah sehingga dapat bereaksi dengan HCl. Karna
dalam reaksi ini terbentuk asam borat, maka dipilih suatu indicator yang tidak
dipengaruhinya yaitu Metil Orange dengan tititk ekivalen pada pH ± 4.1 dengan
warna titik akhir sindur. Adapun reaksinya:
Na2B4O7.10H2O(s) + 2HCl(l) → 2NaCl(l) + 4H3BO3(l) + 5H2O(aq)
Pada percobaan ini, boraks (Na2B4O7) diencerkan dengan menggunakan air
untuk mendapatkan larutan boraks. Larutan boraks yang telah dibuat direaksikan
dengan indikator metil orange yang berfungsi untuk memberikan tanda perubahan
saat titrasi berakhir yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan
yang dititrasi yaitu dari kuning menjadi merah. Indikator metil orange digunakan
karena trayek pH indikator metil orange adalah (3,1 - 4,4) yang bersifat asam
(Chang, 2010: 733) sesuai dengan larutan HCl yang akan distandarisasi yang
bersifat asam pula. Larutan boraks dititrasi dengan larutan standar HCl dan
dihasilkan larutan berwarna merah. Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali agar
diperoleh volume yang konstan. Volume rata-rata titran yang diperoleh adalah 6,00
mL sedangkan normalitas HCl sebesar 0.0881 N. Hal ini tidak sesuai dengan teori,
dimana normalitas HCl yang digunakan yaitu 0.1 N yang menandakan bahwa HCl
tidak stabil dalam penyimpanan sehingga konsentrasinya berubah-ubah. Hal ini
sesuai dengan teori dimana Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang zat
terlarutnya tidak harus zat yang tingkat kemurniannya tinggi. Larutan baku
sekunder ini konsentrasinya ditentukan berdasarkan standarisasi dengan cara titrasi
terhadap larutan baku primer. Sebagai larutan baku sekunder dapat digunakan
larutan basa atau asam dari senyawa anorganik misalnya NaOH, HCl. Larutan baku
sekunder ini umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap
minggu (Lutfi, 2008).
2. Penentuan Campuran Karbonat dan Bikarbonat
Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai
titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Pada
prinsipnya asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat
sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat
basa, ataupun pengukuran dengan asam (yang diukur jumlah basa atau garamnya).
Sedangkan alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan
basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat
asam (Sakura, 2012). Tujuan dari percobaan ini untuk menentukan campuran
karbonat dan bikarbonat, hal ini dikarenakan ion karbonat dan bikarbonat
merupakan salah satu bagian dari golongan basa. Umumnya ion-ion ini banyak
ditemukan pada batu kapur atau batu tulis yang digunakan sebagai campuran
bahan-bahan bangunan. Dalam penentuan kadar ion karbonat dan ion bikarbonat
dalam suatu cuplikan digunakan metode asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan
salah satu bagian analisis volumetri kuantitatif yang berdasarkan reaksi netralisasi.
Penentuan campuran ini dilakukan dengan cara mengambil dua bagian sampel
dengan cara menitrasinya dengan bantuan indikator MO yang berfungsi untuk
memberikan tanda perubahan saat titrasi berakhir yang ditandai dengan terjadinya
perubahan warna pada larutan yang dititrasi yaitu dari kuning karena ditetesi metil
orange menjadi merah setelah titrasi.
Bagian pertama, larutan sampel campuran karbonat dan bikarbonat
direaksikan dengan indikator metil orange menghasilkan larutan berwarna kuning
kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl sehingga menghasilkan larutan yang
berwarna merah. Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh volume yang
konstan. Volume rata-rata yang diperoleh sebesar 10.5 mL dengan kadar karbonat
sebesar 0,07541 mmol/mL
Bagian kedua, penentuan kadar bikarbonat dilakukan dengan mereaksikan
larutan sampel campuran dengan larutan BaCl2 10% sampai terbentuk endapan
lagi hal ini dilakukan agar ion CO32- mengendap seluruhnya dan yang tersisa hanya
bikarbonatnya. Terbentuk endapan dikarenakan ion bikarbonat CO32- bereaksi
dengan BaCl2 membentuk endapan putih yaitu BaCO3 dimana penambahan BaCl2
10% berfungsi untuk mengendapkan ion sampai membentuk BaCO3 sehingga yang
tersisa hanya bikarbonatnya untuk dihitung kadarnya. Larutan dengan endapan
putih yang dihasilkan disaring kemudian filtrat yang diperoleh yaitu H2CO3
ditambahkan indikator metil orange yang berfungsi untuk memberikan tanda
perubahan saat titrasi berakhir yang ditandai dengan berubahnya larutan kuning
menjadi larutan merah. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh volume
yang konstan. Volume rata-rata yang diperoleh sebesar 1.94mL. Kadar bikarbonat
yang diperoleh adalah 0,0085 mmol/mL. Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
HCO32- + HCl → H2CO3 + Cl- (karbonat)
CO32- + BaCl2 → BaCO3 ↓ (putih) + 2Cl-
HCO32- + HCl → H2CO3 + Cl- (bikarbonat)
I. CONCLUSION AND SUGGESTION
1. Conclusion
a. Standardization of Hydrochloric Acid 0.1 N used titrimetry method and Borax
Na2B407 as secondary standard solution.
b. Normality of HCl solution obtained from the standardization HCl 0.1 N is
0.0881 N.
c. Carbonate amount in the sample solution the mixture used is 0,07541 mmol/mL
while the bicarbonate amount is 0,0085 mmol/mL
2. Suggestion
a. Titration should be doing carefully, especially in addition of standard solution
to get accurate result.
b. Next apprentice should pay attention with significant number of each apparatus
used to get accurate valve.
BIBLIOGRAPHY
Churikov, A. V., et al. 2014. Separate Determination of Borohydride, Borate,
Hydroxide, and Carbonate in the Borohydride Fuel Cell by Acid-Base and
Iodometric Potentiometric Titration. Journal of Fuels. Russia: Saratov State
University. Voleme.2, Issue.10.
Fay, Mc Murry. 2007. Chemistry. the United States of America: The McGraw-Hill.
Jeffery, et al. 1989. Vogel’s textbook of Quatitative Chemical Analysis fifth edition.
School of Chemistry: London.
Nuryanti, Siti., et al. 2010. Indikator Titrasi Asam-Basa dari Ekstrak Bunga Sepatu
(Hibiscus rosa sinensis L). Journal of Agritech. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada. Volume.30, Issue.3.
Kenkel, John. 2003. Analytical Chemistry for Technicians [Third Edition]. New
York: CRC Press, LLC.