Vous êtes sur la page 1sur 31

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Alhamdulilahirabbil alamin segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita
Rasulullah SAW beserta para sahabat.

Makalah ini berjudul “Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Official
Website Perusahaan Studi pada PT. UNILEVER INDONESIA Tbk”. disusun sebagai
tugas mata kuliah Sistem Informasi Manajemen. Tentunya dalam penyusunan makalah ini
kami sebagai penulis tidak lepas dari kesalahan, oleh karena itu kritik dan saran sangat
kami harapkan agar dalam makalah selanjutnya kami dapat lebih baik.

Ucapan terima kasih kami kepada dosen pengampu atas bantuan dan dukungannya dalam
penyusunan makalah ini.

Demikianlah makalah kami dengan judul “Pengungkapan Corporate Social Responsibility


(CSR) Pada Official Website Perusahaan Studi pada PT. UNILEVER INDONESIA Tbk”.
Semoga dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita semua. Amin.

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

samarinda, oktobober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

EKSEKUTIVE SUMMARY........................................................................................... iv

1. LATAR BELAKANG MASALAH ...................................................................................1

2. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................2

3. TUJUAN ............................................................................................................................2

4. BATASAN MASALAH.................................................................................................... 2

5. SIM (TERGANTUNG STUDI KASUS) ..........................................................................2

6. 6a. Organisasi ....................................................................................................................3

Visi Misi Organisasi........................................................................................................ 4

Strategi Organisasi........................................................................................................... 5

Struktur Organisasi...........................................................................................................6

Fungsi Manajemen........................................................................................................... 6

6b. Critical sucses Faktor SIM......................................................................................... 9

6c. Komponen SI............................................................................................................. 10

6d. Enterprise Analysis ....................................................................................................13

Fungsi Manajemen dan Kebutuhan Informasi................................................................. 13

Kebutuhan Informasi .......................................................................................................15


Analysis Keutuhan Data ................................................................................................15

6e. Tabel ........................................................................................................................16

6f. Arsitektur Teknologi Informasi............................................................................... 17

6g. Implementasi........................................................................................................... 18

Organisasi IT .................................................................................................................18

Manajemen Implementasi SIM..................................................................................... 19

6h. Maintenance.............................................................................................................24
7. ANALISIS........................................................................................................... 24
8. PENUTUP ...........................................................................................................25
9. DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 26
EXECUTIVE SUMMARY

Pengungkapan CSR perusahaan melalui berbagai macam media dilakukan sebagai bentuk
pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan dan juga untuk menjaga
reputasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah perusahaan telah
memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran
dan praktek penerapan CSR pada perusahaan dalam setiap kegiatan bisnis yang
dilakukannya dalam kaitannya dengan kepentingan pihak-pihak lain. Penelitian dilakukan
terhadap official website PT Unilever Indonesia Tbk yang beralamat di
http://www.unilever.co.id. Fokus penelitian adalah pada tiga area utama, yaitu tata kelola
perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan lingkungan dan
kebijakan sosial. Ada lima pertanyaan (kategori) yang akan digunakan untuk meneliti
setiap area utama tersebut. Untuk mengukur kuantitas informasi yang disajikan digunakan
Index Publisitas sebagai indikator. Index ini menunjukkan jumlah kategori yang
diungkapkan oleh perusahaan dari 15 kategori yang ada. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Index Publisitas Unilever adalah 13. Index tersebut diperoleh dari Tata Kelola
Perusahaan dan Pelaporan 4, dari Dasar Kebijakan terhadap Lingkungan yang dilakukan
4, dan dari sisi Kebijakan Sosial 5. Dengan demikian Unilever telah mengungkapkan 13
informasi yang relevan dengan CSR kepada publik melalui official web site-nya.

1. Latar Belakang Masalah


Perubahan tingkat kesadaran masyarakat mengenai perkembangan dunia bisnis di
Indonesia, menimbulkan kesadaran baru tentang pentingnya melaksanakan Corporate
Social Responsibility (CSR). Hal terpenting dari pelaksanaan CSR adalah memperkuat
keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar
stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program
pengembangan masyarakat sekitarnya. CSR mengandung makna bahwa, seperti halnya
individu, perusahaan memiliki tugas moral untuk berlaku jujur, mematuhi hukum,
menjunjung integritas, dan tidak korup. CSR menekankan bahwa perusahaan harus
mengembangkan praktik bisnis yang etis dan berkesinambungan (sustainable) secara
ekonomi, sosial dan lingkungan. Pengungkapan CSR perusahaan melalui berbagai macam
media dilakukan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan
dan juga untuk menjaga reputasi perusahaan. Sebagian perusahaan bahkan menganggap
bahwa mengomunikasikan kegiatan atau program CSR sama pentingnya dengan kegiatan
CSR itu sendiri. Dengan mengomunikasikan CSR-nya, makin banyak masyarakat yang
mengetahui investasi social perusahaan sehingga tingkat risiko perusahaan menghadapi
gejolak sosial akan menurun. Jadi, melaporkan CSR kepada khalayak akan meningkatkan
nilai social hedging perusahaan. Program CSR ini tidak akan dapat berjalan dengan mulus
tanpa adanya dukungan dan parisipasi seluruh anggota perusahaan baik itu yang ada di
tingkat atas maupun yang berada ditingkat bawah. Sehingga untuk menyukseskan program
CSR ini dibutuhkan suatu organisasi yang kuat didalam diri perusahaan tersebut. Untuk
memperlancar program CSR ini setiap perusahaan akan memanfaatkan official website-
nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan dari sisi tata kelola perusahaan,
lingkungan dan social. Diharapkan untuk semua perusahaan, khususnya dalam hal ini PT.
unilever dapat memanfaatkan official website-nya secara maksimal sehingga program
CSR dapat berjalan lancar dan memuaskan. Dengan adanya program CSR ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan praktek penerapan CSR
pada perusahaan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam kaitannya dengan
kepentingan pihak-pihak lain.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis merumuskan pokok permasalahannya
yaitu apakah perusahaan telah memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan
program CSR yang dilakukan dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan dan social.

3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan membatasi rumusan masalah diatas adalah dengan
dilakukannya pengukuran Index Publisitas, yaitu kuantitas informasi CSR yang disajikan
pada official website perusahaan. Dimana dalam batasan masalah ini akan dibahas hal-hal
mengenai :
1. Pengertian Penerapan CSR
2. Pentingnya Menerapkan CSR
4. Tujuan
Pada penelitian ini, penulis menganalisis pengungkapan CSR oleh PT Unilever Indonesia
Tbk (selanjutnya ditulis Unilever), dengan tujuan untuk melihat apakah perusahaan telah
memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukan,
dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan, dan sosial. Sehingga hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesadaran dan praktek
penerapan CSR pada perusahaan dalam setiap kegiatan bisnis yang dilakukannya dalam
kaitannya dengan kepentingan pihak-pihak lain.

5. Sistem Informasi Manajemen

Untuk memperlancar program CSR ini PT. Unilever mempunyai system informasi
manajemen yaitu official website yanfg akan dimanfaatkan untuk mengungkapkan
program CSR yang dilakukan dari sisi tata kelola perusahaan, lingkungan dan social.
Diharapkan untuk semua perusahaan, khususnya dalam hal ini PT. unilever dapat
memanfaatkan official website-nya secara maksimal sehingga program CSR dapat berjalan
lancar dan memuaskan.

6. 6a. Organisasi

 Gambaran Singkat PT. Unilever


PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai
Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen,
notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie
dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di
Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche
Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli
1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang
dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan
diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman
dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan
diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.

Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.

Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham
menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per
saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No.
46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui oleh
Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No. C-
17533 HT.01.04-TH.2003.

Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan
makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-
produk kosmetik.

Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni,
2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo,
S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan
memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan
No. C-18482HT.01.04-TH.2000.

Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.

 Visi PT. Unilever

“To become the first choice of consumer, costumer and community”

Visi ini terbentuk disadari bahwa PT. Unilever terfokus pada consumer, costumer dan
community. Hal ini terwujud pada komitmen PT. Unilever terhadap konsumennya yaitu
menyediakan produk bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai
dari segi harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaianny agar costumer,
consumer dan community dapat merasa puas.
 MISI PT. UNILEVER
 Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan
aspirasi konsumen
 Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
 Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses.
 Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang tinggi.
 Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan
memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham.
 Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan
lingkungan hidup.

 Stretegi PT. Unilever


Strategi PT. UNILEVER,tbk dalam memasarkan produk

Di dalam menghadapi persaingan antar perusahan, PT. UNILEVER,tbk memiliki strategi-


strategi dalam menghadapi persaingan-persaingan antar perusahaan, strategi itu antara
lain:

1) KEPEMIMPINAN HARGA RENDAH

Dengan menjaga harga yang rendah dan rak-rak diisi dengan baik menggunakan
sistim pengisian kembali persediaan yang melegenda, wal-mart menjadi pemimpin
bisnis eceran di amerika serikat. Sistem mili wal-mart mengirimkan pesanan atas
barang dagang baru secara langsung kepada pemasok ketika pelanggan membayar
pembelian mereka pada kasir.terminal titik pejualan mencatat kode barang setiap
barang yang melewati kasir dan mengirimkan transaksi pembelian langsung
kepada komputer pusat wal-mart. Komputer mengumpulkan pesanan dari semua
toko wai-mart dan mengirimkannya ke pemasok. Pemasok juga dapat mengakses
daa penjualan dan persediaan wal-mart menggunakan teknologi web. Sistem ini
mampu membuat wal-mart mempertahankan biaya rendah sembari menyesuaikan
persediaannya untuk memenuhi permintaan pelanggan.
2) DIFERENSIASI PRODUK

Produk Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi


Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol
kaca, sachet, botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya.

3) BERFOKUS PADA PELUANG PASAR

Produk Unilever menggunakan sistem informasi pelanggan yang beda dengan


yang lain, produk masuk kedalam pasar dengan cara mempromosikan barang-
barangnya dengan cara terjun langsung ke masyarakat dengan bukti-bukti kualitas
secara real, misalnya dengan diadakannya perlombaan-perlombaan kepada
masyarakat perbandingan antara produk Unilever dengan produk-produk pesaing
lainnya.

4) MENGUATKAN KEAKRABAN PELANGGAN DAN PEMASOK

Menggunakan sistem informasi untuk memfasilitasi akses langsung dari pemasok


terhadap jadwal produksi.dan bahkan mengizinkan pemasok untuk memutuskan
bagaimana dan kapan mengirim pasokan kepada pemasok. Selain itu Unilever juga
melakukan Tanya jawab kepada para konsumen dan membuat suara konsumen
tempat para konsumen mengeluh.

 Struktur Organisasi PT. Unilever


 Fungsi manajemen ( tugas, tujuan san sasaran)
1. Fungsi Manajemen

Pada hakikatnya, fungsi manajemen adalah sebagai berikut :

a.Forecasting

adalah kegiatan meramalkan memproyeksikan atau mengadakan taksiran terhadap


berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat
dilakukan. Misalnya suatu akademi meramalkan jumlah mahasiswa yang akan melamar
belajar ke akademi tersebut. Ramalan tersebut dengan menggunakan beberapa indikator,
misalnya jumal lulusan SLTA. Suatu perusahaan industri harus mengadakan forescasting
tentang penjualan hasil produksi dengan memperhatikan jumlah penduduk pada daerah
penjualan, income perkapita anggota masyarakat, kebiasaan membeli dsb.

b. Planning termasuk budgeting

Berbagai alasan tentang planning dari yang sangat sedrhana sampai kepada perumusan
yang lebih rumit. Ada yang merumuskan dengan sangat sederhana, misalnya perencanaan
adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
Pembatasan yang agak komplek merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang
harus dicapai bila hal itu dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus
dicapai, siapa yang bertanggungjawab dan penetapan mengapa hal itu harus dicapai.

Hampir sama dengan pembatasan terakhir dimana perumusan perencanaan merupakan


penetapan jawaban kepada 6 pertanyaan sbb :

1. tindakan apa yang harus dikerjakan ?

2. apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?

3. dimanakah tindakan itu harus dikerjakan ?

4. kapankah tindakan itu dilaksanakan ?

5. siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?

6. bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?


Sesungguhnya fungsi perencanaan bukan saja menetapkan hal-hal tersebut diatas, tetapi
juga dalam fungsi perencanaan sudah termasuk didalamnya penetapan budget. Oleh
karenanya lebih tepat bila perencanaan atau planning dirumuskan sebagai penetapan
tujuan, police, prosedure, budget dan pogram dari suatu organisasi. Jadi dengan fungsi
planning termasuk budgeting yang dimaksudkan fungsi manajemen dalam menetapkan
tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi menetapkan peraturan dan pedoman pelaksanaan
yang harus dituruti dan menetapkan ikhtiar biaya yang diperlukan dan pemasukan uang
yang diharapkan akan diperoleh dari rangkaian tindakan yang akan dilakukan.

c. Organizing

Dengan organzing dimaksudkan mengelompokkan kegiatan yang diperlukan yakni


penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam
organisasi serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit
tersebut. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan
aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi,
wewenang, serta tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang
berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu.

d. Staffing atau assembling resources

Istilah staffing diberikan oleh Luther Gulick, Harold Koonz dan Cyril O’Donnel
sedangkan assembling resources dekemukan oleh William Herbar Newman : istilah itu
cenderung mengandung pengertian yang sama.

Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada
suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha
agar setiap tenaga petugas memberikan daya guna maksimal kepada organisasi.

Organizing dan staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat hubungannya.
Orgaizing yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai kegiatan
yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi, sedangkan staffing berhubungan dengan
penerapan orang – orang yang akan memangku masing-masing jabatan yang ada di dalam
organisasi tersebut.
e. Directing atau commanding

adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran,
perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas maing-
masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan
yang telah ditetapkan semula. Directing commanding merupakan fungsi manajemen yang
dapat berfungsi bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu
kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasi kegiatan berbagai unsure organisasi
agar efektif tertuju pada realisasi tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

f. Leading

Istilah leading yang merupakan salah satu fungsi manajemen yang dikemukan oleh Loius
A. Allen yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer
yang menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading meliput 5 macam kegiatan
yakni mengambil keputusan, mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara
manajer dengan bawahan, memberi semangat, inspirasi, dan mendorong kepada bawahan
supaya merekan bertindak, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya
serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam
usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

g. Coordinating

Merupakan salah satu fungsi manajemen unutk melakukan berbagai kegiatan agar tidak
terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan :

Kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan, dan menyelaraskan pekerjaan


bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan
organisasi. Usaha yg dapat dilakukan untuk mencapai tujuan itu, antara lain dengan
memberi instruksi,pemerintah, mengadakan pertemuan untuk memberikan penjelasan,
bimbingan atau nasihat, dan mengadakan coaching dan bila perlu memberi teguran.

h. Motivating

Merupakan kegiatan salah satu fungsi menejemen berupa pemberian inspirasi, semangat
dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela sesuai
apa yg dikehendaki oleh atasan. Pemberian inspirasi, semangat dan dorongan oleh atasan
kepada bawahan ditujukan agar bawahan bertambah kegiatannya, atau mereka lebih
bersemangat melaksanakan tugas-tugas sehingga mereka lebih berdaya guna dan berhasil
guna.

i. Controllingz

Sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yg berupa
mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yg dilakukan
bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yg sudah
digariskan semula. Dalam melaksanakan kegiatan kontroling, atasan mengadakan
pemeriksaan, mencocokkan serta mengusahakan agar kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta tujuan yg diinginkan
dicapai.

j. Reporting

Pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau
hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas
dan fungsi-fungsi kepada pejabat yg lebih tinggi, baik secara lisan maupun tertulis
sehingga dalam menerima laporan dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas
orang yg memberi laporan.

6b. Critical Success Factor Sistem Informasi Manajemen

Secara teknis rencana suksesi PT. Unilever ke depan, seperti dijelaskan Joseph,
pertama karena pertumbuhan perusahaan ke depan harus melihat apakah perusahaan akan
punya karyawan yang sama atau mengalami pertambahan atau pengurangan, kedua
apakah perusahaan mempunyai stock tenaga kerja dan apakah stock ini akan cukup atau
perlu ditambah atau mungkin orangnya tetap sama tetapi perlu dididik lagi untuk
memenuhi requirement di tahun mendatang. Dalam konteks unilever, sejak awal tahun 70-
an telah mempunyai program untuk merekrut fresh graduate dari perguruan tinggi.
"Mereka yang direkrut adalah mereka yang punya potensi bisa naik setinggi mungkin di
dalam organisasi ini. Kami didik mereka untuk bisa di posisi baik vertical maupun
horizontal," jelas Joseph. "Hal ini memungkinkan mereka belajar, untuk bisa mengisi
posisi yang ada baik disamping atau di atas mereka. Hasil dari itu saat ini direksi lokal
kami adalah mantan management trainee yang kami rekrut saat masih fresh graduate.
Selain itu, untuk mendukung rencana suksesi di perusahaan, PT. Unilever mempunyai
buku panduan yang dinamakan 'Professional Skill Dictionary'. "Masing-masing role di
perusahaan ini mempunyai petunjuk pengetahuan apa yang harus dia punya untuk semua
level. Di sini kami definisikan ada basic awareness, working knowledge, fully operational
dan yang paling tinggi leading act. Jadi setiap karyawan selalu dibandingkan dengan
requirement dari pekerjaannya, apakah cocok atau tidak, jika belum cocok yang akan
dilakukan perusahaan adalah pengembangan orangnya. Rencana suksesi ini dilakukan
juga untuk menghadapi keadaan darurat seperti ketika karyawan yang tiba-tiba pindah ke
perusahaan lain. Meski demikian tetap tidak menutup kemungkinan jika karyawan
pengganti harus diambil dari luar perusahaan. Sedangkan untuk mengukur keberhasilan
rencana suksesi itu yang paling gampang adalah dengan menggunakan performance a
phrasal.

6c. Komponen Sistem Informasi

1. Sumber daya manusia

Semakin berkembangnya perusahaan Unilever maka semakin banyaknya sumber


daya manusia yang bergabung di dalamnya. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa disini kita memiliki dua pelajaran manajerial yang ingin kita explorasi disini. Yang
pertama, melalui pengalaman pemasarannya yang amat ekstensif, kita mungkin mesti
harus menyebut Unilever Indonesia sebagai The Best Marketing School in Town. Sebuah
tempat dimana proses pengembangan SDM dalam bidang pemasaran menemukan
bentuknya yang paling ideal.

Dalam konteks ini, kita melihat mereka mampu mendesain skema pengembangan
karir yang sistematis dan terencana terhadap para manajer mereka – baik yang senior
maupun junior. Didukung oleh portfolio produk yang luas, mereka lantas cukup leluasa
untuk melakukan rotasi diantara manajernya untuk berpindah dari satu produk (brand) ke
lini produk lainnya. Dan disinilah mereka kemudian mampu menempa para manajer
mereka secara optimal melalui pergerakan karir yang dinamis – baik secara vertikal,
diagonal dan horizontal. Yang lebih elok, mereka tampaknya juga mampu menciptakan
proses mentoring secara natural – dimana para manajer yang telah senior secara konstan
terus menerus melakukan transfer pengetahuan kepada para juniornya.
Pelajaran kedua yang bisa kita petik adalah ini : Unilever Indonesia memiliki
komitmen yang kuat dan bervisi jauh kedepan dalam mendidik dan mengembangkan
barisan sumber daya manusianya. Dalam sebuah kesempatan, Direktur SDM Unilever
Indonesia Josef Bataona menyebutkan, mayoritas jajaran direksi mereka sekarang adalah
para peserta program management trainee (MT) yang telah mereka tempuh puluhan tahun
sebelumnya. Program MT Unilever Indonesia memang terkenal bagus, dan pernyataan
diatas kian menegaskan reputasi itu. Artinya, mereka benar-benar menjalankan program
MT sesuai dengan tujuan dasarnya : yakni mencetak dan menyiapkan para future leaders
secara sistematis dan terencana.

2. Sumber Daya Hardware

Pada perusahaan Unilever banyak digunakannya sumber daya hardware, misalnya


untuk penyimpanan data yang dilakukan oleh unilever, untuk memproduksi suatu produk
juga menggunakan sumber daya hardware. Adapun sumber daya hardware yang
digunakan oleh perusahaan Unilever adalah pemakaian computer yang berguna untuk
penyimpanan data perusahaan, monitor video untuk membantu keamanan di dalam pabrik,
dan masih bank lagi sumber daya hardware yang digunakan.

3. Sumber Daya Software

Pada perusahaan Unilever banyak menggunakan sumber daya software, misalnya


untuk pembukuan laporan keuangan Unilever sudah memakai sumber daya software
accurate,pada saat memproduksi produk dilakukan program-program system operasi.

4. Sumber Daya Data

Unilever adalh perusahaan manufaktur global yang bernilai 54 milyar dolar dan
pemasok barang-barang kebutuhan sehari-hari.Unilever adalah sebuah perusahaan yang
sangat besar,ini terbukti karena unilever beroperasi di57 negara dengan Tim regional
untuk Eropa,Amerika,dan Asia Afrika(termasuk Australia).Bisa dibayangkan jika terjadi
penerobosan sistem keamanan Unilever,akan banyak data perusahaan yang penting yang
dicuri seperti angka penjualan,nomor jaminan sosial,nama pelanggan,nomor telepon dan
alamat e-mail.Pengguna yang tidak sah tentu saja dapat mengakses jaringan perusahaan
internal melalui perangkat-perangkat ini,mengunduh data atau pesan yang tidak ditorisasi
dapat membawa masuk walmare yang berbahaya bagi sistem.Hal ini tentu saja sangat
merugikan perusahaan dan dapat mengganggu kinerja perusahaan.

5. Sumber Daya Jaringan

Sumber daya jaringan yang dimiliki oleh Unlever adalah perangkat genggam nirkabel.
Sebagai eksekutif tentu saja membutuhkan alat untuk mempermudah kinerja bisnis
perusahaan.Dengan semakin majunya ternologi maka sekarang para eksekutif banyak
menggunakan perangkat genggam nirkabel.Begitu pula dengan eksekutif sekarang banyak
menggunakan perangkat genggam nirkabel.Begitu pula dengan eksekutif unilever ,sebagai
pekerja di perusahaan besar maka nirkabel sangat membantu para eksekutif dalam
pekerjaanya.Perangkat gengganm nirkabel dilengkapi dengan perangkat yang dapat
mengirimkan suara dan data beroperasi dengan jaringan nirkabel yang berbeda.Dapat
dilihat lampiran e-mail seperti fileword dan kekuatan baterainya lebih dari 4 jam.Dengan
segala kemudahannya hal ini hal ini juga dapat meningkatkan kinerja bisnis perusahaan
sehingga perusahaan akan mendapatkan banyak keuntungan.

Mengijinkan para eksekutif Unilever menggunakan BlackBerry adalah ide yang baik
karena perangkat tersebut adalah pemimpin dalam kategorinnya dan bekerja dengan
banyak server e-mail yang berbeda dan standar jaringan nirkabel yang beragam termasuk
CDMA dan Wi-Fi.Hal ini tentu saja memudahkan para eksekutif untuk membawa
kemanapun alat tersebut walaupun perangkat genggam nirkabel mudah hilang atau dicuri
karena begitu portabel dan dapat ditembus oleh haicker dari pihak luar lainnya.Tetapi
dengan kecanggihannya perangkat-perangkat BlackBerry menggunakan sistem operasi
yang mengizinkan manajer teknologi informasi membuat larangan-larangan otomatis
seperti tidak boleh membuka lampiran e-mail yangn dikirim dari PC pengguna.Ini
mengurangi kesempatan virus menulari jaringan perusahaan.Penggunaan keamanan ini
juga mencegah penggunaan layanan e-mail atau Browser Web Alternatif.Jadi dengan
mengizinkan para eksekutif menggunakan BlackBerry maka hal tersebut dapat lebih
memudahka para eksekutif untuk bekerja dengan baik
6d. Enterprise Analysis

Isu CSR dapat disimpulkan sebagai parameter kedekatan era kebangkitan masyarakt (civil
society). Maka dari itu, sudah seharusnya CSR tidak hanya bergerak dalam aspek
philantropy maupun level strategi, melainkan harus merambat naik naik ke tingkat
kebijakan (policy) yg lebih makro dan riil. Dunia usaha harus dapat mencontoh
perusahaan-perusahaan yg telah terlebih dahulu melaksanakn program CSR sebagai salah
satu policy dari manjemen perusahaan. PT. Bogasari, misalnya memiliki program CSR yg
terintegrasi dengan strategi perusahaan, melalui pendampingan para pelaku usah mikro,
kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu. Seperti yg telah kita ketahui, jika mereka
adalah konsumen utama dari produk perusahaan ini. Demikian juga dengan PT. Unilever
yg memiliki program CSR berupa pendampingan terhadap petani kedelai. Bagi
kepentingan petani, adanya program CSR ini berperan dalam meningkatkan kualitas
produksi, sekaligus menjamin kelancaran distribusi. Sedangkan bagi Unilever sendiri, hal
ini akan menjamin pasokan bahan baku untuk setiap produksi mereka yg berbasis kedelai,
seperti kecap Bango, yg telah menjadi salah satu andalan produknya. Ada kalanya
program CSR perusahaan tidak mesti harus berada pada tingkat produsen dan
pengembangan produk, tetapi dapat mencakup aspek-aspek lain, semisal pendidikan dan
pelatihan, serta konservasi. Poin yang pertama, akhir-akhir ini seakan-akan sedang
menjadi trend di dunia usaha. Banyak perusahaan yang memilih program CSR di bidang
edukasi. Program seperti ini kebanyakn memfokuskan pada edukasi bagi generasi
mendatang, pengembangan kewirausahaan, pendidikan finansial, maupun pelatihan2. PT.
Astra International Tbk, misalny, telah membentuk Politeknik Manufaktur Astra, yg
menelan dana puluhan milyar. Selain itu, ada juga program dari HM Sampoerna utk
mengembangkan pendidikan melalui Smapoerna Foundation, utk program ini, Sampoerna
sendiri telah mengucurkan dana tak kurang dari 47 milliar. Nah, jelas sudah jika CSR
sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat meningkatkan image perusahaan. Jadi,
semestinya dunia usaha tidak memandang CSR sebgai suatu tuntutan represif dari
masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia usaha.
- fungsi manajemen dan kebutuhan informasi

Pengertian Penerapan CSR


Menurut Boone dan Kurtz (2007), pengertian tanggung jawab social (social
responsibility) secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk
mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara
setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan.
B. Tamam Achda (2007) mengartikan CSR sebagai komitmen perusahaan
untuk mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi,
dan lingkungan, serta terus menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang
manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Meskipun laba dan kesempatan
kerja tetap memiliki arti penting, tetapi dewasa ini terdapat banyak faktor yang
memberikan kontribusi pada penilaian kinerja sosial sebuah perusahaan, termasuk di
antaranya memberikan kesempatan kerja yang sama; menghargai perbedaan budaya
para karyawan; merespon masalah-masalah lingkungan hidup; menyediakan tempat
kerja yang aman dan sehat; dan memproduksi produk-produk bermutu tinggi yang
aman untuk digunakan.

Pentingnya Menerapkan CSR


Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu
sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi
perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat
sekitarnya. Ada enam kecenderungan utama yang semakin menegaskan arti penting
CSR yaitu :
1. meningkatnya kesenjangan antara kaya dan miskin
2. posisi negara yang semakin berjarak kepada rakyatnya
3. semakin mengemukanya arti kesinambungan
4. semakin gencarnya sorotan kritis dan resistensi dari publik, bahkan bersifat anti-
perusahaan
5. tren ke arah transparansi
6. harapan bagi terwujudnya kehidupan yang lebih baik dan manusiawi.
Pearce (2003) melaporkan dari workshop yang diselenggarakan oleh
Departemen Perdagangan dan Industri UK dan diorganisir oleh Forum for the Future
pada bulan Mei 2003, temuan yang menyatakan CSR bukanlah biaya bagi suatu bisnis
terangkat dari adanya tumpang tindih antara perhatian manajemen lingkungan dan
stakeholder dan apa yang dilihat oleh strategi bisnis modern yang berbasis sumber daya
(resource-based business strategy) sebagai sumber sukses kompetitif bisnis. Workshop
tersebut juga menemukan bahwa penelitian parallel pada modal intangible dan
intelektual dari bisnis, termasuk kontribusi manajemen stakholder dapat membuat
perusahaan memiliki keunggulan kompetitif.
Lantos (2002) menggunakan Klasifikasi Carroll (Carroll’s classification)
sebagai dasar untuk melihat pelaksanaan CSR pada perusahaan, yaitu:
1. Tanggung jawab ekonomi : menguntungkan bagi pemegang saham, menyediakan
pekerjaan yang bagus bagi pekerjanya, menghasilkan produk yang berkualitas bagi
pelanggan
2. Tanggung jawab hukum : mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan permainan
3. Tanggung jawab etik : menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang
benar, apa yang harus dan fair, dan tidak menimbulkan kerusakan
4. Tanggung jawab filantropis : memberikan kontribusi secara sukarela kepada
masyarakat, memberikan waktu dan uang untuk pekerjaan yang baik.
Dari Klasifikasi Caroll tersebut Lantos membuat klasifikasi yang berkaitan
dengannya (Lantos, 2002) yaitu :
1. Ethical CSR: secara moral memilih untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dari
segi ekonomi, hukum, dan etika
2. Altruistic CSR: Memenuhi tanggung jawab filantropik perusahaan, melakukan
pencegahan timbulnya kerusakan (ethical CSR) untuk membantu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tanpa memperhitungkan apakah hal itu menguntungkan
perusahaan
3. Strategic CSR: memenuhi tanggung jawab filantropik yang menguntungkan
perusahaan melalui publikasi positif dan goodwill.
- kebutuhan informasi

Pengukuran Index Publisitas


Kuantitas informasi CSR yang diukur meliputi tiga area utama yaitu tata kelola
perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan
lingkungan, dan kebijakan sosial. Untuk setiap area utama tersebut diajukan 5 (lima)
pertanyaan atau kategori. Index Publisitas (East-West Management Institute and PFS
Program, 2004) digunakan sebagai indicator pengungkapan CSR oleh perusahaan.
Index tersebut diukur dengan menghitung jumlah informasi sesuai kategori yang
diungkapkan oleh Unilever pada official website-nya.

Berikut adalah 15 (lima belas) kategori yang dimaksud:


I. Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan
1. Apakah perusahaan menjelaskan secara rinci struktur dari pengelolaan
perusahaan?
2. Apakah perusahaan tunduk pada Hukum/Aturan Tata Kelola Perusahaan?
3. Apakah perusahaan melaporkan informasi tentang pemeriksaan keuangan?
4. Apakah perusahaan menjelaskan tentang kebijaksanaan hak pemegang saham?
5. Apakah perusahaan melaporkan dan menjelaskan tentang kode etik internal
perusahaan?
II. Kebijakan Lingkungan
1. Apakah perusahaan menyatakan tunduk terhadap aturan yang spesifik industri,
sesuai dengan peraturan nasional dan atau internasional mengenai standar
lingkungan?
2. Apakah perusahaan mencantumkan nama individu (manajemen dan atau
anggota dewan pengurus) atau departemen yang bertanggung jawab untuk
manajemen lingkungan dan pengabdian terhadap lingkungan?
3. Apakah perusahaan melaporkan penggunaan energi dan air?
4. Apakah perusahaan melaporkan kinerja lingkungan, meliputi efisiensi
penggunaan sumber daya, meminimalisasikan emisi ataupun limbah?
5. Apakah perusahaan memasukkan aspek lingkungan ke dalam rangkaian
kebijaksanaan manajemen persediaan?
III. Kebijakan Sosial
1. Apakah perusahaan mengungkapkan tunduk peraturan nasional dan atau
internasional mengenai hak asasi manusia dan atau standar ketenagakerjaan?
2. Apakah perusahaan melaporkan program sponsorship atau sebagai penyokong
kegiatan komunitas?
3. Apakah perusahaan menjelaskan tentang pengembangan karyawan, atau
kebijakan kepentingan karyawan?
4. Apakah perusahaan menjelaskan kebijakan tentang kesehatan dan keamanan?
5. Apakah perusahaan menjelaskan tentang kebijakan jabatan?

- analisis keutuhan data


Dari uraian tentang program CSR Unilever di atas, kategori CSR yang
dungkapkan oleh Unilever pada official website-nya dapat dilihat bahwa Unilever
telah mengungkapkan 13 informasi yang relevan dengan CSR kepada publiknya
melalui official website-nya. Index tersebut diperoleh dari Tata Kelola Perusahaan
dan Pelaporan sebanyak 4 kategori, dari Dasar Kebijakan terhadap Lingkungan yang
dilakukan sebanyak 4 kategori, dan dari sisi Kebijakan Sosial sebanyak 5 kategori.

6e. Tabel data

Tabel 1. Penyajian CSR dalam Sustainability Report Unilever tahun 2006


6f. Arsitektur Teknologi Informasi

Teknologi informasi bagi banyak perusahaan merupakan bagian yang semakin hari
semakin berpran penting dalam menunjang performance perusahaan. Oleh karena itu
pengelolaannyapun perlu mendapat perhatian yang serius.

Di banyak perusahaan, TI identik dengan cost center. Itulah sebabnya mengapa banyak
perusahaan kini menaruh minat pada gagasan SOA (Service Oriented Architecture), yang
menjanjikan pengembangan peranti lunak lebih cepat, fleksibel dan hemat biaya. Namun,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika perusahaan memutuskan untuk
melangkah lebih jauh dengan SOA.

Pada dasarnya, SOA adalah arsitektur teknologi informasi yang menitikberatkan pada
layanan (services), dimana komponen-komponen peranti lunak dapat digunakan kembali
(reused) dan dipadukan kembali (recombined) dengan fleksibel.

Di lingkungan arsitektur peranti lunak berbasis SOA, yang memanfaatkan berbagai


mekanisme standar seperti misalnya eXtensible Markup Language (XML), komponen-
komponen peranti lunak itu tampil di jaringan menawarkan services, yang kemudian
dimanfaatkan aplikasi-aplikasi lainnya. Alhasil, bagi departemen TI, cara ini lebih
produktif. Kini mereka bisa dengan mudah mengubah atau membangun services baru
tanpa harus membongkar berbagai jenis aplikasi satu per satu.

Filosofi desain peranti SOA memaksa perusahaan untuk membuat reusable service,
ketimbang membuat satu aplikasi utuh. Aspek reuse atau penggunaan kembali di dalam
SOA ini berdampak pada penghematan biaya, karena para pengembang peranti lunak bisa
meminimalkan kode-kode software yang berlebihan, selain waktu pengembangan software
juga lebih cepat. Hal ini berarti pula perusahaan bisa lebih siap merespon perubahan
kebutuhan kastamer maupun rekanan usahanya.
g. Implementasi

- Organisasi IT dan Pengukuran Index Publisitas


Kuantitas informasi CSR yang diukur meliputi tiga area utama yaitu tata kelola
perusahaan dan pelaporan (corporate governance and reporting), kebijakan lingkungan,
dan kebijakan sosial. Untuk setiap area utama tersebut diajukan 5 (lima) pertanyaan atau
kategori. Index Publisitas (East-West Management Institute and PFS Program, 2004)
digunakan sebagai indicator pengungkapan CSR oleh perusahaan. Index tersebut diukur
dengan menghitung jumlah informasi sesuai kategori yang diungkapkan oleh Unilever
pada official website-nya.

-Manajemen implementasi SIM

Pegungkapan CSR Unilever


I. Tata Kelola Perusahaan dan Pelaporan
setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah diintegrasikan ke dalam ‘Tujuan Perusahaan’
dan ‘Kode Etik Prinsip Bisnis’ Unilever. Dokumen-dokumen tersebut menjadi Unilever
tidak mengungkapkan informasi secara rinci tentang struktur direksi, tanggung jawab
setiap direksi, komposisi direksi, nama dan biografi direksi, anggota komite, orang yang
bertugas menangani pelaksanaan, pengawasan dan audit kebijakan ekonomi, sosial, dan
lingkungannya.
Unilever melaporkan bahwa mereka berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata
kelola perusahaan yang baik atau good corporate governance (GCG) dalam pedoman bagi
manajemen, karyawan, mitra dan juga para pihak yang berkepentingan dalam aktivitas
mereka.
Berkelanjutan juga diterapkan secara langsung di dalam beberapa elemen tata
kelola perusahaan Uniever, antara lain:

 Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee (SEAC) atau
Komisi Jaminan Keselamatan dan Lingkungan yang berkedudukan di Inggris guna
memastikan bahwa seluruh proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
keselamatan dan lingkungan dari produk dilakukan secara terpisah dari keputusan
komersial.
 Central Safety, Health and Environment Committee (CSHEC) atau Komisi Pusat
Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan mengembangkan kebijakan, peraturan, prosedur
dan standar tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan
perilaku yang aman dan penanganan investigasi kecelakaan.
Dalam laporannya, Unilever menyatakan bahwa mereka menghormati hak dengan
meminta kepada pemasok yang terpilih untuk mengikuti Kode Etik Prinsip Bisnis
Pemasok atau Supplier Code of Business Principles (COBP) yang mengutamakan strategi
bisnis berdasarkan kejujuran dan integritas, serta respek terhadap yang lain. Kode etik ini
merupakan bagian integral dari setiap kontrak pemasok, yang membantu Unilever untuk
memastikan kesinambungan praktek Unilever dan pemasoknya.
Kode etik perusahaan yang diungkapkan dalam Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever
meliputi:

Kode Etik Terhadap Konsumen:


“Unilever berkomitmen untuk menyediakan produk dan jasa yang senantiasa
memberikan nilai dalam harga dan kualitas, yang aman digunakan sesuai
peruntukannya. Produk dan jasa akan diberi label, diiklankan dan dikomunikasikan
secara akurat dan benar.”

Kode Etik Terhadap Pelanggan:


“Unilever berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan
dengan para pelanggan kami. Di dalam urusan bisnis, kami mengharapkan para
mitra menjunjung prinsip yang sesuai dengan prinsip kami.”

Kode Etik Terhadap Pemasok:


“Unilever berkomitmen untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan
dengan para pemasok kami. Dalam urusan bisnis, kami mengharapkan para mitra
kami menjunjung prinsip bisnis yang sejalan dengan prinsip bisnis kami.”

Kode Etik Terhadap Karyawan:


“Unilever berkomitmen terhadap keanekaragaman dalam lingkungan kerja yang
didasari saling percaya dan menghormati, yang membuat setiap orang merasa
bertanggung jawab bagi kinerja dan reputasi perusahaan. Kami akan merekrut,
mempekerjakan dan mempromosikan karyawan hanya berdasarkan landasan
kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang bersangkutan.
Kami berkomitmen untuk menyediakan sarana kerja yang aman dan sehat untuk
semua karyawan. Kami tidak akan mempergunakan tenaga kerja yang dipaksa,
diwajibkan, ataupun dibawah umur. Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan
para karyawan dalam mengembangkan dan meningkatkan ketrampilan dan
kemampuan masing-masing karyawan. Kami menghormati martabat setiap karyawan
dan hak mereka untuk berasosiasi secara bebas. Kami akan menjaga komunikasi
yang baik dengan para karyawan melalui pemberian informasi dan konsultasi.”

Kode Etik Terhadap Lingkungan:


“Unilever berkomitmen terhadap pengembangan manajemen dampak lingkungan
secara berkesinambungan dan terhadap tujuan jangka panjang berupa
mengembangkan bisnis yang berkesinambungan.”

II. Kebijakan Lingkungan


Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi
atas dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi)
dan dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk
mengelola dampak ini sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi,
Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental
Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001.
Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran
berdasarkan indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap
tahun, Unilever mengumpulkan data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut
berupa hasil pengukuran kinerja lingkungan yang penting. Data ini dibandingkan
dengan standar yang berlaku di Indonesia dan target global Unilever, kemudian
dihimpun dan dianalisis sebagai bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan
atau Environmental Performance Report (EPR) global Unilever.
Dalam hal penggunaan energi dan air, Unilever menyatakan bahwa sejak 2003,
pabrik Unilever telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi
energi. Program ini telah mengurangi jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak
37% dibandingkan 2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut telah berhasil mengurangi
kebutuhan air dan mengurangi pembuangan air limbah dari proses produksinya
melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis. Teknologi ini
menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan pemanfaatan air
buangan hasil daur ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu, limbah
domestik dari toilet dan aktivitas pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran
limbah milik kawasan industri.
Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
yang telah dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang
penyimpan khusus, sebelum dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan
limbah B3 yang memenuhi standar lingkungan Indonesia dan internasional. Limbah
padat dari kegiatan pencucian reaktor dipandang sebagai limbah B3 dan karena itu
dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang baik dan benar. Sedangkan untuk limbah
yang tidak berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang
Plastik Indonesia (AIDUPI), kami memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau
bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset.
Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai
lagi atau didaur ulang
Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam
yang mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi
SOx kami secara signifikan. Namun, pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke
Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa kembali memakai solar sambil
mencari alternative bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang tetap
memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.
Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever
adalah Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah
memakai pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka
kerja TPM didasari oleh lima prinsip yaitu :

 Seiri – Keteraturan

 Seiton – Organisasi Tempat Kerja

 Seiso – Pembersihan

 Seikhatsu – Kebersihan
 Shitsuke – Kedisiplinan
Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga peralatan
sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien,
mengurangi waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan
kerja, kecelakaan fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents
(LTA), kasus yang menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta
kasus yang menuntut perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).

III. Kebijaksanaan Sosial


Unilever mengatakan bahwa mereka bekerja sesuai standar Kode Etik Prinsip
Bisnis. Mereka juga mengatakan pelaksanaan kegiatannya sesuai Undang-Undang
Tenaga Kerja Indonesia (UU 13 Tahun 2003) dan mengelola bisnis sedemikian
rupa, sehingga martabat manusia dan hak pekerja terjaga. Sekitar 90% karyawan
Unilever adalah anggota serikat pekerja. Pada tahun 2003 dan 2004, manajemen
Unilever mengadakan pelatihan “Labour Management Cooperation” bersama-sama
International Labour Organization (ILO). Dalam rangka memastikan kesehatan dan
vitalitas para karyawan, Unilever mengadakan pemeriksaan kesehatan setiap
karyawan secara berkala. Pada tahun 2005, mereka telah mengembangkan program
sukarela yang menawarkan berbagai pendidikan dan bantuan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan yang diidentifikasi dalam pemeriksaan kesehatan. Saat ini,
program-program tersebut mencakup kelompok obesitas, diabetes, dan sakit
punggung.
Sejalan dengan misi sosial brand, Unilever aktif bekerja sama dengan berbagai
organisasi kesehatan dan lingkungan internasional. Unilever bekerja erat dengan
BPOM ketika mereka mengembangkan standar pengawasan paska pemasaran atau
Post Marketing Surveillance (PMS) bekerja sama dengan Badan Kosmetika
ASEAN. Standar ini akan diterapkan pada 2008, yang akan menyelaraskan
distribusi produk kesehatan, kebersihan dan obat-obatan di negara-negara ASEAN.
Vitalitas perusahaan diklaim oleh Unilever secara langsung dipengaruhi oleh
kemampuan Unilever sendiri dalam menarik minat dan mempertahankan orang-
orang dengan ketrampilan, motivasi dan kreativitas yang dibutuhkan untuk
mencapai keberhasilan. Unilever menyediakan tempat kerja yang sehat, aman dan
terbuka, kesempatan belajar dan berkembang, penghargaan dan kompensasi yang
adil, serta penghargaan atas kemajuan. Unilever berupaya mengembangkan
karyawan dengan meningkatkan kemampuan intelektual dan ketrampilan karyawan
serta mendekati secara emosional dan spiritual untuk merangkul hati para
karyawannya.
Permasalahan kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan pun dimasukkan
ke dalam bagian pabrik pada Perjanjian Kerja antara Unilever dan serikat karyawan.
Dalam perjanjian ini, perusahaan berkomitmen untuk menerapkan program
kesehatan, keselamatan dan lingkungan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku,
sementara para karyawan berkomitmen untuk mengikuti program tersebut dan juga
berperan aktif dalam upaya perusahaan untuk menjaga kinerja kesehatan,
keselamatan, dan lingkungannya.
Pada tahun 2006, Unilever membentuk inisiatif dengan fokus khusus pada
keselamatan di perjalanan, termasuk bagi para pengendara sepeda motor. Para
karyawan seharusnya tidak hanya memiliki tempat kerja yang aman, melainkan
juga dapat sampai ke tempat kerja dengan aman. Bagi para staf penjualan, program
ini mencakup cara berkendara yang benar dan penyediaan perlengkapan
keselamatan seperti helm bagi para karyawan.

6h. Maintenance
Salah satu instrumen untuk mencapai sasaran efisiensi lingkungan Unilever adalah
Total Productive Maintenance (TPM). Sejak tahun 1992, Unilever telah memakai
pendekatan TPM untuk menciptakan kondisi pabrik yang ideal. Kerangka kerja TPM
didasari oleh lima prinsip yaitu :

 Seiri – Keteraturan

 Seiton – Organisasi Tempat Kerja

 Seiso – Pembersihan

 Seikhatsu – Kebersihan

 Shitsuke – Kedisiplinan
Kelima prinsip ini dipercaya mampu membantu mereka dalam menjaga peralatan
sedekat mungkin dengan kondisi peralatan yang ideal, bekerja lebih efisien, mengurangi
waktu mesin tidak beroperasi, serta meningkatkan catatan keselamatan kerja, kecelakaan
fatal, kecelakaan berakibat hilang waktu atau lost time accidents (LTA), kasus yang
menghambat pekerjaan atau restricted work cases (RWC), serta kasus yang menuntut
perawatan kesehatan atau medical treatment cases (MTC).
7. ANALISIS
Dalam studi kasus PT. Unilever diatas menunjukkan bahwa system informasi
manjemen yang di gunakan oleh Unilever yaitu official website telah benar-benar di
manfaatkan. Hal ini terbukti bahwa pada hasil pengamatan terhadap official website
Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah mencoba memanfaatkan laman resminya
untuk mengungkapkan program CSR yang dilakukannya, baik dari sisi tata kelola
perusahaan dan pelaporan, kebijakan lingkungan dan kebijakan sosial.

Kendaka dalam studi kasus ini adalah bahwa tidak semua perusahaan dapat
memanfaatkan system informasi manajemen yang dimilikinya, dalam hal ini official
website dengan maksimal sehingga hasilnya tidak memuaskan dalam rangka
menyukseskan program CSR suatu perusahaan.

Kebutuhan pengembangan yang perlu dilakukan oleh sutu purusahaan adalah dengan
benar-bener memanfaatkan system informasi manajemen yang di milikinya, khususnya
official website agar program CSR suatu perusahaan dapat berhasil sehingga dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak.
PENUTUP
a. Kesimpulan

1. Hasil pengamatan terhadap official website Unilever menunjukkan bahwa Unilever telah
mencoba memanfaatkan laman resminya untuk mengungkapkan program CSR yang
dilakukannya, baik dari sisi tata kelola perusahaan dan pelaporan, kebijakan lingkungan
dan kebijakan sosial.

2. Penelitian ini menunjukkan bahwa Index Publisitas Unilever adalah 13, index tersebut
diperoleh dari tata kelola perusahaan dan pelaporan sebanyak 4 kategori, dari dasar
kebijakan terhadap lingkungan yang dilakukan sebanyak 4 kategori, dan dari sisi
kebijakan sosial sebanyak 5 kategori. Dengan demikian Unilever telah mengungkapkan 13
informasi yang relevan dengan CSR kepada publik melalui official website-nya.

b. Saran
Berdasarkan pada hasil pembahasan dan kesimpulan diatas penulis memberikan saran
yaitu :
1. Pada penelitian berikutnya sebaiknya dilakukan survey index publisitas untuk
mengetahui berapa banyak perusahaan, khususnya yang beroperasi di Indonesia, yang
telah memanfaatkan official website-nya untuk mengungkapkan CSR yang
dilakukannya.
2. Penelitian di atas tidak menyertakan kualitas informasi yang disajikan sehingga terbuka
untuk dilakukan pada penelitian berikutnya. Sebaiknya pada penelitian berikutnya
disajikan kualitas informasinya sehingga di penelitian berikutnya dapat menjadi lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Achda, B. Tamam. 6 Juni 2008. Konteks Sosiologis Perkembangan Corporate Social


Responsibilityn(CSR) dan Implementasinya di Indonesia.
http://www.menlh.go.id/serbaserbi/cs r/sosiologi.pdf.

Boone dan Kurtz. 2007. Contemporary Business; Pengantar Bisnis Kontemporer; Buku 1,
Salemba Empat, Jakarta

East-West Management Institute and Partners for Financial Stability Program. 2004.
“Report on a Survey of Corporate Social Responsibility of the Largest Listed Companies
in Hungary. Final Report”. Hungarian Environmental Economics Center, Budapest

Lantos, G. P. 2002. “The ethicality of altruistic corporate social responsibility”, Journal of


Consumer Marketing, Vol. 19 No. 3, pp. 205- 230.

Pearce, Brian. 9 Juni 2008. Sustainability and Competitiveness. Measuring The Benefit for
Business Competitive Advantage from Social Responsibility and Sustainability.
www.forumforthefuture.org.uk

Vous aimerez peut-être aussi