Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
REMAJA
Abstract: Adolescent life in Detention Center is punishment form for the consequences of unlawful
behavior ever conducted. The living experience in detention center for adolescent, including life
changed, loss of freedom and rights becomes more limited, moreover the acquisition of the label
"criminal" attached to him. Those can lead to adolescent experiencing low self esteem in adolescenct
where it could lead teen to gets depression and personalitas disorder. Therefore, treatment is required
to improve self-esteem in adolescents. This study examines cognitive therapy effect to improving the
self-esteem of teenagers in Detention Center. This study design was Quasi Experimental Pre-Post
Test With Control Group. Total sample of 28 respondents consist of 14 treatment group and 14 control
group were chosen using purposive sampling. The instrument for measuring self-esteem is
amodification questionnaire of Roserberg Self-Esteem Scale. These results indicate there is a
difference between the increase in adolescent self-esteem before and after HDR generalist therapy
and cognitive therapy in the treatment group (p-value = 0.000). In the control group there were
differences in the increase in self-esteem between before and after therapy is given generalist HDR
(p-value = 0.000), while for adolescent self-esteem after a given intervention between treatment
groups with the control group there were differences improved self-esteem among the treatment group
and control group after a given intervention (p-value = 0.006). Generalist therapy and cognitive
therapy have more meaningful impact on adolescent self-esteem compared to given only by therapy
generalist.
Abstrak: Kehidupan remaja di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) merupakan bentuk dari
konsekuensi hukuman atas perilaku melanggar hukum yang pernah dilakukan. Berbagai
permasalahan dialami remaja dalam menjalani kehidupannya di LPKA, diantaranya perubahan hidup,
hilangnya kebebasan dan hak-hak yang semakin terbatas, hingga perolehan label “panjahat” yang
melekat pada dirinya.Oleh sebab itu, dibutuhkan terapi untuk meningkatkan harga diri pada remaja.
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh terapi kognitif terhadap peningkatan harga diri remaja di
LPKA. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experimental Pre-Post Test with Control Group.
Jumlah sampel sebanyak 28 responden yang terdiri dari 14 kelompok perlakuan dan 14 kelompok
kontrol dengan teknik purposive sampling. Instrument pengukuran harga diri menggunakan kuesioner
yang di modifikasi dari Roserberg Self-Esteem Scale. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat
perbedaan peningkatan harga diri remaja antara sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis
HDR dan terapi kognitif pada kelompok perlakuan (nilai p-value = 0,000). Pada kelompok kontrol
terdapat perbedaan peningkatan harga diri antara sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis
HDR (nilai p-value= 0,000), sedangkan untuk harga diri remaja sesudah diberikan intervensi antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol terdapat perbedaan peningkatan harga diri antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol setelah diberikan intervensi (nilai p-value
=0,006).Pemberian terapi generalis dan terapi kognitif memiliki pengaruh yang lebih bermakna
terhadap peningkatan harga diri remaja dibandingkan dengan pemberian tindakan generalis saja.
PENDAHULUAN
292
Zulian Effendi dkk, Pengaruh Terapi Kognitif… | 293
dunia. WHO (2009) menyebutkan bahwa Lapas Anak Kelas II B Pekanbaru yang
18% dari penduduk dunia adalah remaja memiliki harga diri positif dan harga diri
atau sebanyak 1,2 miliar jiwa. Berdasarkan negatif hampir sama. Persentase Remaja
hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah di lapas anak yang memiliki harga diri
remaja di Indonesia sekitar 67 juta atau negatif sedikit lebih besar yaitu sebanyak
29% dari total seluruh populasi (BPS, 55 %.Berdasarkan studi pendahuluan yang
2013). Di wilayah Sumatera Selatan pada dilakukan peneliti di Lembaga Pembinaan
tahun 2014, populasi remaja berjumlah Khusus Anak (LPKA) Kelas I Palembang,
27.52 % atau 1.522.196 jiwa (BPS Sumsel, dengan menyebarkan kuesioner kepada 20
2014). Banyaknya populasi remaja akan orang narapidana remaja, didapatkan hasil
menimbulkan dampak yang buruk jika sebanyak 16 orang narapidana remaja
remaja tersebut menunjukkan perilaku (80%) mengalami harga diri rendah. Harga
yang negatif dan terlibat kenakalan remaja diri rendah yang terjadi pada narapidana
(BKKBN, 2012). remaja di LPKA akan menghambat
Tingkat kenakalan remaja di wilayah penyesuaian diri mereka terhadap
Indonesia semakin meningkat. Data lingkungan lapas dan apabila tidak diatasi
Markas Besar Polisi Republik Indonesia dapat menyebabkan remaja depresi dan
menunjukkan bahwa selama tahun 2007 gangguan kejiwaan.
sebanyak 3.145 remaja berusia 18 tahun Terapi kognitif adalah salah satu
terlibat tindak kriminal. Pada tahun 2008 bentuk psikoterapi yang didasarkan pada
sebanyak 3.280 remaja dan tahun 2009 konsep proses patologi jiwa, dimana fokus
sebanyak 4.213 remaja (BPS, 2010). dari tindakannya berdasarkan modifikasi
Kenakalan remaja yang dulu hanya dari distorsi kognitif dan perilaku
perkelahian dan tawuran antar pelajar kini maladapatif (Townsend, 2014). Menurut
telah mengarah pada tindakan kriminal Nevid, Rathus, dan Greene (2008) terapi
seperti perampasan, pemerkosaan, kognitif juga berfokus untuk membantu
penggunaan narkoba dan pembunuhan klien mengidentifikasi dan mengkoreksi
(BPS, 2010). Kenakalan remaja berupa pikiran maladaptif, jenis pikiran otomatis,
tindak kriminal dapat membawa remaja dan mengubah perilaku diri yang
berhadapan dengan hukum. Hal ini didominasi oleh dorongan dimensi
membuat remaja divonis bersalah yang emosional.
kemudian menyebabkan remaja menjalani Pemberian terapi kognitif pada
masa-masa berada di Lapas sebagai remaja di LPKA diharapkan dapat
narapidana. menstimulus remaja untuk memiliki pola
Whitehead dan Steptoe (2007) pikir yang positif sehingga dapat mengatasi
berpendapat bahwa pengalaman hidup di masalah harga diri rendah yang dialami
Lapas merupakan bagian pengalaman dan meningkatkan kualitas hidupnya.
kehidupan yang paling penuh dengan Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui
tekanan, hal tersebut dikarenakan keadaan pengaruh terapi kognitif terhadap
yang jauh dari orang tua dan keluarga peningkatan harga diri remaja di LPKA.
serta penyesalan yang menimbulkan
penilaian negatif terhadap diri sendiri, METODE
merasa tidak berharga dibandingkan
dengan anak seusianya, mendapat celaan Penelitian ini adalah penelitian
dari orang lain, merasa tidak punya kuantitatif dengan pendekatan quasi
harapan, merasa gagal sehingga pada experimental menggunakan desain pre-
akhirnya dapat menimbulkan harga diri post test with control group” dengan
rendah. Hal ini diperkuat dengan intervensi tindakan keperawatan generalis
pernyataan Matsuura et al (2010) yang dan terapi kognitif. Kelompok kontrol hanya
mengatakan bahwa remaja yang mendapat intervensi berupa tindakan
melakukan tindakan kriminal paling serius keperawatan generalis saja. Sedangkan
memiliki harga diri rendah yang signifikan kelompok perlakuan yang didapat adalah
dibandingkan dengan populasi umumnya. tindakan keperawatan generalis dan terapi
Penelitian Armeliza (2013) kognitif sebanyak empat sesi. Teknik
menggambarkan bahwa jumlah remaja di pengambilan sampel secara purposive
294 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 292-301
Tabel 3. Distribusi harga diri sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol pada remaja
Kelompok Intervensi n Mean SD Min-Max 95% CI
Perlakuan Sebelum 14 20,1 2,5 16-23 18,7-21,6
Sesudah 14 28 3,7 24-34 25,9-30,1
Kontrol Sebelum 14 20,6 1,9 16-23 19,5-21,7
Sesudah 14 24,2 2,9 20-29 22,5-25,9
Sumber: Data Primer 2016
Zulian Effendi dkk, Pengaruh Terapi Kognitif… | 295
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat Rata-rata skor harga diri remaja pada
diketahui rata-rata skor harga diri remaja kelompok kontrol sebelum intervensi
sebelum intervensi pada kelompok sebesar 20,6 dengan skor terendah 16 dan
perlakuan sebesar 20,1 dengan skor skor tertinggi 23 (95% CI remaja pada
terendah 16 dan skor tertinggi 23 (95% CI kelompok kontrol yang mengalami harga
remaja yang mengalami harga diri rendah diri rendah berada pada rentang 19,5-
sebelum diberikan terapi kognitif pada 21,7). Rata-rata skor harga diri remaja
kelompok perlakuan berada pada rentang pada kelompok kontrol setelah intervensi
18,7-21,6). Rata-rata skor harga diri remaja menjadi 24,2 (standar deviasi 2,9) dimana
sesudah intervensi pada kelompok skor tersebut menunjukkan adanya
perlakuan meningkat sebesar 28 (standar peningkatan harga diri remaja dengan skor
deviasi 3,7) di mana skor tersebut terendah 20 dan skor tertinggi 29.
menunjukkan bahwa harga diri remaja
mengalami peningkatan dengan skor
terendah 24 dan skor tertinggi 34.
3. Perbedaan Harga Diri Remaja Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Generalis dan
Terapi Kognitif Pada Kelompok Perlakuan
Tabel 4. Hasil uji t berpasangan perbedaan harga diri remaja sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok perlakuan
Harga Diri n Mean Mean Difference 95% CI t p-value
Sebelum 14 20,1 -7,86 -9,1 s/d -6,6 -13,5 0,000
Sesudah 14 28
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa serta nilai t hitung < t tabel, maka Ho
nilai signifikansi 0,000 (p value < 0,05) ditolak. Hal ini menunjukkan secara
dengan selisih -7,86 (95 % CI -9,1 sampai statistik terdapat perbedaan yang
dengan -6,6) serta nilai t hitung -13,5 yang bermakna pada harga diri remaja pada
menunjukkan lebih kecil dari t tabel (- kelompok perlakuan sebelum dan sesudah
2,160). Karena nilai p value < 0,05 dan diberikan terapi kognitif dan terapi
interval kepercayaan tidak melewati nol generalis HDR.
4. Perbedaan Harga Diri Remaja Sebelum dan Sesudah diberikan Terapi Generalis
Pada Kelompok Kontrol
Tabel 5. Hasil Uji t berpasangan perbedaan Harga Diri Remaja Sebelum dan Sesudah
Intervensi Pada Kelompok Kontrol
Harga Diri n Mean Mean Difference 95% CI t p-value
Sebelum 14 20,57 -3,64 -4,8 s/d -2,5 -6,7 0,000
Sesudah 14 24,21
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa 2,160). Karena nilai p value < 0,05 dan
nilai signifikansi 0,000 (p value< 0,05) interval kepercayaan tidak melewati nol
dengan selisih -3,64 (95 % CI -4,8 sampai serta nilai t hitung < t tabel, maka Ho
dengan -2,5) serta nilai t hitung -6,7 yang ditolak. Hal ini menunjukkan secara
menunjukkan lebih kecil dari t tabel (- statistik terdapat perbedaan yang
296 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 292-301
bermakna pada harga diri remaja pada diberikan terapi generalis HDR.
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
5. Perbedaan Harga Diri Remaja Antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Sesudah diberikan Intervensi
Tabel 6. Hasil uji t tidak berpasangan perbedaan harga diri remaja sesudah intervensi
antara kelompok kontrol dan perlakuan
Harga Diri n Mean Mean Difference 95% CI t p-value
Kontrol 14 24,2 -3,79 -6,4 s/d -1,2 -3,01 0,006
Perlakuan 14 28
Sumber: Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa nilai mengalami fobia sosial yang berpengaruh
p 0,006 (p value < 0,05) dengan selisih - terhadap harga diri remaja tersebut.
3,79 (95 % CI -6,4 sampai dengan -1,2) Terapi kognitif merupakan salah satu
serta nilai t hitung - 3,01 yang bentuk psikoterapi yang melatih klien untuk
menunjukkan lebih kecil dari t tabel (- mengubah pikiran otomatis negatif dan
2,160). Karena nilai p value < 0,05 dan cara pandang seseorang terhadap sesuatu
interval kepercayaan tidak melewati nol sehingga menimbulkan perasaan lebih baik
serta nilai t hitung < t tabel secara statistik dan dapat bertindak lebih produktif
terdapat perbedaan yang bermakna skor (Varcarolis, 2013). Penelitian yang
harga diri remaja antara kelompok kontrol dilakukan oleh Matsuura et al. (2010)
dan kelompok perlakuan sesudah menemukan bahwa remaja yang
diberikan intervensi. melakukan tindakan kriminal paling serius
memiliki harga diri rendah yang signifikan
PEMBAHASAN dibandingkan dengan populasi umumnya.
Remaja yang berada di lembaga
A. Perbedaan harga diri remaja pembinaan khusus anak dengan harga diri
sebelum dan sesudah diberikan rendah mengalami pikiran otomatis negatif
terapi generalis dan kognitif pada yaitu kesalahan cara berpikir tentang diri
kelompok perlakuan sendiri, lingkungan danmasa depan, serta
muncul pikiran–pikiran negatif selama
Hasil penelitian yang telah dilakukan berada di tahanan. Hal ini selaras dengan
menunjukkan harga diri pada kelompok pernyataan Power (2010) yang
perlakuan sesudah mendapatkan terapi menyatakan remaja yang mengalami harga
generalis dan terapi kognitif rata-rata diri rendah akan menerjemahkan pikiran
meningkat sebesar 7,86. Hasil penelitian otomatis negatif dimulai dari memikirkan
diketahui seluruh responden mengalami apa yang telah terjadi sehingga
peningkatan pada skor harga diri yang menimbulkan asumsi, ketika asumsi
ditunjukkan secara bermakna berdasarkan tersebut terus berulang maka akan
uji statistik dengan menggunakan uji t mengaktifkan asumsi buruk yang akan
berpasangan didapatkan nilai p value = menghasilkan pikiran otomatis negatif dan
0,000 (p value < 0,05). Sehingga dapat akhirnya diterjemahkan melalui perasaan,
disimpulkan bahwa dengan pemberian pikiran dan perilaku baik secara
terapi kognitif kepada remaja berpengaruh intrapersonal ataupun interpersonal.
secara bermakna terhadap peningkatan Pada saat sesi terapi teridentifikasi
harga diri remaja. pikiran otomatis negatif yang timbul dari
Hasil penelitian ini selaras dengan responden perlakuan di LPKA antara lain
penelitian yang dilakukan oleh Ingul et al. merasa dirinya gagal, merasa tidak
(2013) yang membuktikan bahwa dengan berguna, merasa tidak memiliki masa
pemberian terapi kognitif memberikan efek depan lagi, merasa dirinya bodoh, merasa
lebih besar dalam mengurangi gejala serta tidak bisa membanggakan orang tua,
memperbaiki kondisi remaja yang merasa takut tidak diterima lingkungan
Zulian Effendi dkk, Pengaruh Terapi Kognitif… | 297
sekitar ketika keluar dari penjara. Pikiran pasien mengembangkan pola pikir yang
otomatis negatif yang dihasilkan remaja di rasional dan membentuk kembali perilaku
LPKA ini menghasilkan perilaku maladaptif dengan mengubah pesan-pesan internal.
yang mengarah kepada harga diri rendah Terapi kognitif berfokus pada bagaimana
sehingga remaja sering menghindar cara mengidentifikasi dan memperbaiki
terhadap lingkungan sekitar. Hal ini selaras persepsi-persepsi pasien yang bias yang
dengan studi yang dilakukan Waite et al terdapat dalam pikirannya (Frisch & Frisch,
(2012) yang menyatakan bahwa remaja 2006).
dengan harga diri rendah akan merasa Berdasarkan uraian hasil penelitian
tidak nyaman di suatu lingkungan sehingga tersebut diatas, maka dapat disimpulkan
dia cenderung akan menghindar dan dan bahwa dengan pemberian terapi kognitif
jika terus menerus dilakukan akan kepada remaja di lembaga pembinaan
mempengaruhi harga dirinya. khusus anak berpengaruh secara
Tingginya harga diri diasosiasikan bermakna terhadap peningkatan harga diri
dengan pembentukan strategi koping yang remaja. Hal ini membuktikan bahwa tingkat
baik, tingginya motivasi, serta emosi harga diri dapat dipengaruhi oleh
secara positif (Harter, 2006). Pemberian pemberian intervensi keperawatan
terapi kognitif mampu merubah pikiran- spesialistik yang adekuat salah satunya
pikiran negatif pada remaja dengan harga dengan pemberian terapi kognitif.
diri rendah menjadi pikiran yang lebih
positif serta remaja yang memiliki perilaku B. Perbedaan harga diri remaja sebelum
maladaptif menjadi efektif sesuai dengan dan sesudah diberikan terapi
kemampuan yang dimiliki sehingga kualitas generalis pada kelompok kontrol
hidup yang baik akan tercapai.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Hasil analisis statistik pada kelompok
penelitian yang dilakukan Rahayuningsih kontrol terhadap harga diri remaja
(2007) dalam penelitiannya yang berjudul menunjukkan bahwa terdapat perubahan
pengaruh terapi kognitif terhadap tingkat pada harga diri remaja sebelum dan
harga diri dan kemandirian pasien dengan sesudah diberikan terapi generalis HDR
kanker payudara didapatkan hasil bahwa dengan rata-rata responden mengalami
dari 29 responden, 100% responden peningkatan harga diri sebesar 3,64. Hal
mengalami harga diri rendah sebelum ini ditunjukkan secara bermakna
dilakukan terapi kognitif dan setelah berdasarkan uji statistik dengan
dilakukan terapi kognitif terjadi peningkatan menggunakan uji t berpasangan
harga diri menjadi harga diri tinggi pada 17 didapatkan nilai p value = 0,000 (p value<
responden (58,6%). Hal ini menunjukkan 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa
bahwa terapi kognitif bermanfaat pada dengan pemberian terapi generalis HDR
pasien dengan gangguan kesehatan fisik kepada remaja berpengaruh secara
yang mengalami harga diri rendah. Hasil bermakna terhadap peningkatan harga diri
yang sama juga didapatkan oleh remaja.
Kristiyaningsih (2009) yang meneliti Intervensi penelitian yang diberikan
tentang pengaruh terapi kognitif terhadap untuk remaja pada kelompok kontrol
perubahan harga diri rendah dan kondisi adalah terapi generalis harga diri rendah di
depresi pasien gagal ginjal kronik mana terapi ini bertujuan untuk
didapatkan kesimpulan bahwa terdapat meningkatkan psikomotor atau
perubahan bermakna terhadap rata-rata kemampuan responden dalam mengatasi
tingkat harga diri dan kondisi pasien. masalah keperawatan yang dialaminya
Terapi kognitif sendiri diyakini dapat (Keliat dkk, 2011). Proses pelaksanaan
meningkatkan harga diri remaja. Hal ini terapi generalis ini dimulai dengan terapis
sesuai dengan tujuan terapi kognitif yaitu dan responden mendiskusikan sejumlah
untuk mengubah pikiran negatif menjadi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
positif, mengetahui penyebab perasaan pasien seperti kegiatan pembinaan yang
negatif yang dirasakan, membantu ada di lembaga pembinaan khusus anak
mengendalikan diri. Menurut Copel (2007) kelas I Palembang. Selanjutnya terapis
terapi kognitif bertujuan untuk membantu mendorong penggunaan aspek positif dan
298 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 292-301
kemampuan yang dimiliki klien serta dukungan keluarga yang kurang hal
mengevaluasi semua proses pelaksanaan tersebut dapat dilihat dari kunjungan
terapi. keluarga ke lembaga pembinaan khusus
Hal yang mendukung berhasilnya anak yang jarang.
tindakan keperawatan generalis pada Hal ini sesuai dengan penelitian yang
remaja di lembaga pembinaan khusus dilakukan oleh Ikiz et al. (2010) dalam
anak menurut peneliti adalah dikarenakan penelitiannya menunjukkan bahwa remaja
remaja dapat mempraktekkan bersama yang memiliki dukungan orang tua
dengan bimbingan terapis. Selain itu mempunyai harga diri yang tinggi saat
remaja berpartisipasi aktif dalam setiap mereka menghadapi masalah atau
pertemuan dalam pelaksanaan tindakan kegagalan sedangkan remaja yang tidak
keperawatan generalis. Tindakan ini memiliki dukungan orang tua mempunyai
ternyata memberikan efek menaikkan harga diri yang rendah saat mereka
tingkat harga diri remaja di lembaga menghadapi masalah atau mengalami
pembinaan khusus anak berdasarkan hasil kegagalan.
penelitian walaupun tidak sebesar apabila Meskipun skor akhir pada responden
ditambah dengan terapi kognitif. belum semuanya meningkat dan mencapai
Temuan ini selaras dengan penelitian kategori harga diri tinggi tetapi sudah
yang dilakukan Rochdiat (2016) tentang menunjukkan hasil yang cukup bermakna
pengaruh tindakan keperawatan generalis dalam meningkatkan harga diri remaja di
dan terapi suportif terhadap perubahan lembaga pembinaan khusus anak kelas I
harga diri klien diabetes melitus di RS Palembang. Dapat peneliti asumsikan
panembahan senopati Bantul didapatkan bahwa harga diri akan dapat terus
bahwa tindakan keperawatan generalis meningkat jika terapi generalis yang telah
memberikan efek menaikkan tingkat harga diajarkan kepada remaja yang mengalami
diri klien DM. harga diri rendah, dapat dilakukan terus
Pada penelitian ini didapatkan menerus oleh remaja secara mandiri.
sebanyak 4 responden pada kelompok
kontrol setelah dilakukan intervensi terapi C. Perbedaan harga diri remaja sesudah
generalis tetap mengalami harga diri diberikan intervensipada kelompok
rendah tetapi pada skor harga dirinya perlakuan dan kelompok kontrol
mengalami peningkatan dan 2 responden
tidak mengalami perubahan pada skor Hasil uji statistik dengan
harga diri. Apabila dilihat dari karakteristik menggunakan uji t tidak berpasangan pada
responden dapat disebabkan karena usia tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat
responden ini adalah remaja awal (13-16 perbedaan yang signifikan pada harga diri
tahun). Pada kelompok usia tersebut remaja antara kelompok perlakuan dan
merupakan masa pembentukan harga diri kelompok kontrol dengan nilai p value =
yang cenderung tidak stabil. Hal ini 0,006 (p value < 0,05). Sehingga dapat
didukung oleh pernyataan Stuart (2014) disimpulkan bahwa peningkatan harga diri
yang menyatakan bahwa pembentukan pada kelompok intervensi sesudah
harga diri meningkat sesuai dengan usia pemberian terapi kognitif berbeda secara
remaja dan akan terus berkembang signifikan dengan kelompok kontrol yang
sampai remaja akhir serta cenderung stabil hanya diberikan terapi generalis HDR.
ketika dewasa. Hasil penelitian ini menunjukkan
Karakteristik responden lainnya adalah bahwa kedua kelompok mempunyai
dukungan keluarga berupa kunjungan peningkatan yang bermakna. Akan tetapi
keluarga ke lembaga pembinaan khusus juga memiliki selisih perbedaan yang
anak. Berdasarkan table 2 diketahui bahwa bermakna yaitu pada kelompok perlakuan
pada kelompok intervensi dan kelompok yang mendapat tambahan terapi kognitif
kontrol memiliki proporsi kunjungan mengalami peningkatan harga diri yang
keluarga yang jarang dengan persentase lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
yang sama yaitu 57%. Dapat diasumsikan kontrol yang hanya diberikan tindakan
bahwa remaja yang mengalami harga diri generalis harga diri rendah. Hal ini
rendah pada penelitian ini memiliki dikarenakan bahwa tindakan generalis
Zulian Effendi dkk, Pengaruh Terapi Kognitif… | 299
DAFTAR PUSTAKA