Vous êtes sur la page 1sur 9

ANALISIS KESTABILAN LERENG DESAIN AKHIR TAHUN 2018 DI PIT CENTRAL

TUTUPAN PT. ADARO INDONESIA KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN


TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh :
Doni Ardi1, Akhmad Syafuan 2, Solihin3
Abstract
The geotechnical study on Pit Tutupan is not only done on actual slope conditions, but also on existing
slope designs, including slope design end of 2018. The reason is that a design that can be safely assumed for
mining activities until the end of 2018. Based on consideration of slope stability until the end of 2018, then
the problem of slope stability for in 2019 did not find many obstacles. Data was collected by geotechnical
mapping of window mapping in five sections in Pit Central Tutupan PT. Adaro Indonesia include the slopes
of highwall, lowwall and endwall to obtain description data and rock mass conditions.Based on rock mass
rating (RMR), rock mass conditions at the site are dominated in class III and moderate condition (RMR 41-
60). Limit equilibrium analysis is used to obtain safety factor values and kinematics analysis to identify
potentials and types of landslides in the study sites. Limit equilibrium analysis uses Generalized Hoek Brown
failure criteria with the help of Slide 6.0 software. The kinematics analysis used the software of Dips 6.0 and
for frictional angle approach in using GSI, mi, and disturbance factor (D) values and assisted by Roclab 1.0
software. The results of the analysis of the factors that appear as follows: Section XS01A, highwall FK 1,779
(screen safe). Section SCT31A highwall FK 1.8 (safe screen). Section SCT33A highwall FK 1,987 (screen
safe). The objectives and recommendations that can be made for the final design of 2018. Middle Cover
based on analysis using numbers can be used in two actions, namely: first, optimization of the final design
year 2018 by increasing the overallslope value to get a critical FK value.

Keywords : slope stability, rock mass rating, type of failure, PIT Central Tutupan

Sari
Kajian geoteknis di Pit Central Tutupan tidak hanya dilakukan pada kondisi lereng aktual, tetapi juga
pada desain lereng yang ada, termasuk desain lereng akhir tahun. Alasannya adalah diperlukan suatu desain
yang dapat diperkirakan aman untuk kegiatan penambangan sampai akhir tahun 2018. Dengan
diperhitungkannya kestabilan lereng sampai akhir tahun 2018, maka ketika melakukan permasalahan
kestabilan lereng untuk tahun 2019 tidak menemukan banyak hambatan. Pengambilan data dilakukan dengan
pemetaan geoteknik window mapping pada lima section di Pit Central Tutupan PT. Adaro Indonesia meliputi
lereng highwall, lowwall dan endwall untuk mendapatkan data deskripsi dan kondisi massa batuan.
Berdasarkan rock mass rating (RMR), kondisi massa batuan di lokasi didominasi pada kelas III dan masuk
dalam kondisi sedang (RMR 41-60). Analisis kesetimbangan batas digunakan untuk mendapatkan nilai
faktor keamanan dan análisis kinematika untuk mengetahuhi potensi dan jenis longsoran di lokasi penelitian.
Analisis kesetimbangan batas menggunakan kriteria keruntuhan Generalized Hoek Brown dengan bantuan
software Slide 6.0. Analisis kinematika menggunakan software Dips 6.0 dan untuk pendekatan sudut geser
dalam menggunakan nilai GSI, mi, dan disturbance factor (D) dan dibantu oleh software Roclab 1.0. Hasil
analisis faktor keamanan desain akhir tahun 2018 menunjukan sebagai berikut: Section XS01A, highwall FK
1.779 (kondisi aman). Section SCT31A highwall FK 1.8 (kondisi aman). Section SCT33A highwall FK
1.987 (kondisi aman). Tindakan rekomendasi dan penunjang yang dapat dilakukan kepada design akhir tahun
2018 Pit Central Tutupan berdasarkan analisa dengan menggunakan nilai faktor keamanan dapat dilakukan
dua tindakan yaitu : pertama, optimalisasi design akhir tahum 2018 dengan menaikan nilai overallslope
untuk mendapatkan nilai FK kritis.

Kata Kunci : kestabilan lereng,massa batuan,, jenis longsoran, Pit Central Tutupan

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 1


I. PENDAHULUAN 1.3. Tujuan
1.1.Latar Belakang Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
Kajian geoteknik dalam hal kestabilan lereng penelitian ini adalah sebagai berikut :
tambang merupakan aspek yang sangat penting 1. Melakukan investigasi kondisi massa batuan
karena sebagian perusahaan tambang mengejar dan mengetahui besar nilai Geological
dan meningkatkan target produksi dengan Strength Index sebagai input karakteristik
melakukan pelebaran dan pendalaman penggalian material untuk mengetahuhi kekuatan massa
dimana resiko terhadap faktor keamanan dan batuan penyusun lereng pada lokasi penelitian.
kestabilan lereng meningkat. Kestabilan lereng 2. Melakukan analisis kinematik untuk
menjadi hal yang sangat penting diperhatikan menentukan tipe potensi longsoran di lokasi
karena berhubungan dengan aspek keselamatan penelitian.
pekerja dan peralatan yang berada dibawah lereng 3. Menganalisis kestabilan lereng design akhir
penambangan serta operasional penambangan. tahun 2018 di lokasi penelitian berdasarkan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan nilai faktor keamanan.
lereng yaitu geometri lereng, kondisi geologi 4. Memberi rekomendasi untuk kestabilan lereng
(bidang lemah/diskontinuitas batuan), air pada lokasi penelitian.
(hidrologi dan hidrogeologi), sifat fisik dan
mekanik material penyusun lereng, gaya dinamis II. METODELOGI
(gempa, getaran peledakan, dan lalu lalang alat). 2.1. Massa Batuan
PT Adaro Indonesia merupakan salah satu Merupakan material batuan yang bersifat
perusahaan tambang yang melakukan proses tidak lagi utuh atau tidak masif dikarenakan
penambangan dengan metode tambang terbuka keterdapatan bidang diskontinuitas berupa kekar,
(open pit). Proses penambangan secara langsung sesar, lipatan, foliasi, dan sebagainya. Rock mass
memberikan gangguan terhadap massa batuan cenderung bersifat heterogen dan anisotropik
yang awalnya stabil. Jika tidak diperhitungkan dimana permeabilitas vertikalnya sama dengan
dengan baik, gangguan tersebut dapat perlapisan horizontalnya. Sifat mekanik (kekuatan
menyebabkan longsor. dan deformabilitas) dari suatu rock mass dikontrol
Kajian geoteknis tidak hanya dilakukan pada oleh karakteristik geologi yang meliputi litologi
kondisi lereng aktual, tetapi juga pada desain (sifat dan tipe dari material intact rock),
lereng yang ada. Kajian geoteknis dilakukan diskontinuitas, gaya yang diberikan terhadap rock
dengan menentukan bobot massa batuan mass, derajat pelapukan, dan kondisi hidrologi
menggunakan RMR (Rock Mass Rating) Diskontinuitas batuan merupakan bidang
mengetahuhi nilai GSI (Geological Strength lemah yang membagi – bagi batuan ke dalam
Index) pada blok yang ditentukan : yaitu Blok beberapa segmen batuan yang terpisah – pisah.
N6000 – N7500 dan pada jenjang lereng highwall Menurut Priest (1993), bidang diskontinuitas pada
dan lowwall sehingga dapat diketahuhi bagaimana batuan merupakan suatu bidang lemah yang terjadi
nilai faktor keamanan terhadap kondisi lereng pada bagian yang memiliki kuat tarik paling lemah
aktual dan desain yang sudah direncanakan. dalam batuan..
Bidang diskontinuitas yang terdapat pada
1.2. Rumusan Masalah batuan akan mempengaruhi nilai kekuatan dari
Sehubungan dengan pemaparan latar suatu batuan. Semakin banyak atau intensif suatu
belakang di atas, maka yang menjadi rumusan batuan yang terdapat bidang diskontinuitasnya,
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai maka kekuatan batuannya akan semakin rendah,
berikut : hal tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan
a. Bagaimana kondisi massa batuan pada lereng di bentuk dan ukuran, serta meningkatkan
lokasi penelitian dan berapa Geological permeabilitas pada batuan tersebut. Hal tersebut
Strength Index material penyusun lereng pada berlaku untuk yang sebaliknya.
lokasi penelitian? Bidang diskontinuitas memiliki beberapa
b. Bagaimana potensi dan jenis longsoran macam jenis, jenis tersebut digolongkan
berdasarkan analisis kinematika? berdasarkan pada ukuran dan komposisi, serta
c. Bagaimana kondisi kestabilan lereng design posisi dari bidang diskontinuitas sebagai
akhir tahun 2018 Pit Paringin Blok N6000 – berikut:Patahan, kekar, fracture, crack, rupture,
N7500 PT. Adaro Indonesia berdasarkan nilai fissure, bidang perlapisan, seam, shear
faktor keamanan?
d. Bagaimana rekomendasi untuk kestabilan
lereng lereng di lokasi penelitian?

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 2


Nilai RMR yang digunakan dalam perkiraan
GSI adalah nilai RMR’. RMR’ adalah nilai RMR
dengan parameter kondisi air tanah diasumsikan
kering (dengan bobot benilai 15). RMR bertujuan
untuk melihat kondisi massa batuan secara alami
tanpa ada pengaruh luar seperti air dan penggalian.
Gambar 1 Karakteristik bidang diskontinuitas Nilai GSI diperoleh dari hasil deskripsi
batuan (ISRM, 1981 dalam Singh Goel, 2011) geologi dengan berdasarkan struktur dan kondisi
permukaan struktur. RMR pertama kali digunakan
2.2. Klasifikasi Massa Batuan
oleh Hoek dan Brown (1980) untuk memprediksi
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu
nilai GSI. GSI adalah suatu indeks yang dipakai
klasifikasi massa batuan yang disebut Rock Mass
untuk memperkirakan nilai konstanta mb, s, dan a.
Rating (RMR). Parameter yang digunakan dalam
Konstanta mb, s, dan a digunakan dalam
klasifikasi RMR yaitu:
menentukan kekuatan massa batuan berdasarkan
1. Kuat tekan uniaxial batuan utuh (σc).
kriteria runtuh (failure) Hoek dan Brown
2. Rock Qualily Designation (RQD).
(1980).Nilai GSI dapat juga didekati dari nilai
3. Spasi bidang diskontinu.
RMR yang diperoleh dari klasifikasi massa batuan
4. Kondisi bidang diskontinu.
menurut Bieniawski (1989) dengan persamaan
5. Kondisi air tanah.
sebagai berikut:
Nilai-nilai dari setiap parameter tersebut
kemudian dijumlahkan untuk memperoleh nilai GSI = RMR –5
RMR.
2.4. Kriteria Keruntuhan
2.3. Geological Strength Index Kriteria keruntuhan merupakan hubungan
Hoek & Brown (1980) mengusulkan metode tegangan dan regangan yang memberikan sifat
untuk mendapatkan kekuatan massa batuan terjadinya keruntuhan batuan dan ditentukan
terkekarkan, yang dikenal sebagai Original Hoek- berdasarkan hasil-hasil percobaan. Pada penelitian
Brown Criterion. Kriteria ini dimulai dari kekuatan ini dari berbagai macam kriteria keruntuhan,
batuan utuh dan kemudian diperkenalkan faktor- penulis menggunakan kriteria keruntuhan
faktor untuk mengurangi kekuatan tersebut Generalized Hoek-Brown dan kriteria keruntuhan
berdasarkan pada karakteristik pada bidang Mohr-Coulomb.
diskontinu (joints) didalam massa batuan. Kriteria
ini terus dikembangkan oleh Hoek, dkk (1995) 1. 1. Keruntuhan Hoek-Brown
dimasukkan konsep Geological Strength Index Hoek dan Brown (1980) mengusulkan metode
(GSI). untuk mendapatkan estimasi kekuatan massa
Penggunaan lebih lanjut dari RMR adalah batuan terkekarkan berdasarkan pada penilaian
untuk memperkirakan nilai Geological Strength ikatan antar struktur pada massa batuan dan
Index (GSI). GSI adalah suatu indeks yang kondisi permukaan struktur geologi tersebut, yang
berhubungan dengan kekuatan massa batuan dikenal sebagai Original Hoek-Brown criterion
terkekarkan. Kriteria ini dimulai dari kekuatan batuan utuh
Nilai GSI didapat dengan dua cara : dan kemudian diperkenalkan faktor-faktor untuk
pengamatan dengan observasi geologi di lapangan mengurangi kekuatan tersebut berdasarkan pada
dengan bantuan chart. karakteristik bidang diskontinyu di dalam massa
batuan (joint). Pada tahun 1995 Hoek,dkk
memasukkan konsep Geological Strength Index
(GSI) yang memberikan estimasi pengurangan
kekuatan massa batuan karena perbedaan kondisi
geologi. Kriteria ini kemudian dikenal sebagai
Generalized Hoek-Brown criterion dengan
persamaan 2.24.
1 '   3 ' ci  b  '  s ........................
3
a (1)

m

 ci 
 Dimana σ1´ dan σ3´ merupakan tegangan
Gambar 2 Penentuan Nilai GSI (Hoek & Brown,1980) efektif maksimum dan minimum saat batuan
runtuh. σc adalah kuat tekan (UCS) batuan utuh.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 3


Adapun nilai UCS/sigci, GSI (Geological mb merupakan penurunan konstanta
Strength Index), disturbance factor dan konstanta material mi yang berasal dari pengujian triaksial
mi digunakan untuk mendapatka konstanta mb, s, batuan utuh di laboratorium dengan besarnya :
dan a yang digunakan untuk menentukan kekuatan GSI −100 (2)
massa batuan berdasarkan kriteria runtuk Hoek- m
 mi b exp  

Brown.  28 −14D 
Nilai GSI didapat dengan dua cara : s dan a merupakan konstanta untuk massa
pengamatan dengan observasi geologi di lapangan batuan yang diberikan dari hubungan (Hoek &
dengan bantuan chart pada gambar 2.6 dan bisa Brown , 2002) :
juga didapatkan dari hasil RMR pengurangan. D GSI −100 (3)
adalah faktor kerusakan (disturbance factor) yang 9 − 3D
s  exp  

tergantung kepada derajat kerusakan massa batuan 1  1  − / 15 20 / 3


yang disebabkan oleh peledakan maupun a  2  6 e GSI − e− ..……..(4)
pelepasan tegangan akibat penggalian. Parameter
material mi bergantung pada jenis batuan (beku, 2. Kriteria Keruntuhan Mohr-Coloumb
malihan, atau sedimen) yang ditentukan pada
Keruntuhan geser (shear failure) tanah
Tabel 2.7 . Kisaran nilai mi didapatkan untuk
terjadi bukan disebabkan hancurnya butir-butir
setiap material yang bergantung pada granulitas
tanah tersebut tetapi karena adanya gerak relatif
dan interlocking pada struktur kristal dalam
antara butir-butir tanah tersebut. Mohr menjelaskan
natuan. Nilai mi yang lebih besar menggambarkan
bahwa keruntuhan sebagai akibat dari kombinasi
karakteristik batuan dengan kristal yang semakin
kritis antara tegangan normal dan geser dan bukan
interlocking dan lebih bersifat friksi. hanya akibat tegangan normal maksimum dan
tegangan geser maksimum saja. Kriteria ini
Tabe 1 Nilai Parameter mi (Hoek & Brown, 1980)
didefinisikan sebagai berikut :
τ= C + σn. tg (5)

Keterangan:
 : Tegangan geser
C : Kohesi
σn : Tegangan normal
1. : Sudut geser dalam batuan

Sedangkan persamaan untuk mendapatkan


normal stress (σn) dapat menggunakan persamaan
2.30.
σ1+σ3 σ1−σ3
σn = + cos 2β ................. (6)

2 2

Keterangan :
β = Sudut kemiringan dari lereng
(0) σ1 = Sigma 1
Parameter material mi bergantung pada jenis
σ3 = Sigma 3
batua (beku, malihan atau sedimen) yang ditetukan
pada tabel 2.7. Kisaran nilai mi didapatkan untuk
Faktor keamanan ditentukan berdasarkan jarak
setiap material yang bergantung pada granualitas
dari titik pusat lingkaran Mohr ke garis kekuatan
dan interlocking pada struktur kristal dalam
batuan (kurva intrinsic) dibagi dengan jari-jari
batuan. Nilai mi yang lebih besar menggambarkan
lingkaran Mohr seperti yang ditunjukan pada
karakteritik batua dengan kristal yang semakin
gambar 2.15. Faktor keamanan ini menyatakan
interlocking dan bersifat friksi
perbandingan keadaan kekuatan batuan terhadap
Tabel 2 Nilai Faktor D
tegangan yang berkerja pada batuan tersebut.
Faktor keamanan Mohr-Coloumb dapat ditentukan
dengan mengunakan persamaan 7.
1+ 3

( + )sin
a

(7)
tan
2

Faktor Keamanan = =
1− 3
b

Keterangan :
a = (tan + 1+ 23)sin

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 4


b = 1− 3 2

(Unconfined Compressive Strength) yang
didapatkan dari hasil uji laboratorium. GSI
didapatkan dari nilai RMR – 5. Mi didapatkan
berdasarkan jenis litologi material dan
distrubance factor atau faktor ketergangguan
didapatkan dari penggalian atau peledakan.
2. Dengan memasukan nilai pada penjabaran
Gambar 3 Penentuan Faktor Keamanan nomor satu, software Roclab secara otomatis
(Sumber: Mohr, 1776) mengkomputasi dengan persamaan diatas untuk
mendapatkan kriteria Hoek-Brown dan Mohr
2.5. Hubungan Mohr - Coloumb dengan Hoek Coloumb
& Brown
Kebanyakan software geoteknik masih
mengacu pada kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb,
sehingga perlu menentukan sudut geser dalam dan
nilai kohesi yang setara untuk masing-masing
massa batuan. Proses penyesuaian membutuhkan
keseimbangan antara daerah atas dan bawah pada
plot Mohr-Coulomb, sehingga menghasilkan
persamaan untuk mendapatkan nilai sudut geser Gambar 4. Input Hoek Brown Classification untuk
dalam dan kohesi (Hoek & Brown , 2002) : mendapatkan konstanta kriteria Hoek-Brown dan Nilai c’
dan phi’

c'=
ci (1+ 2a)s + (1− a)mb3n 's + m b3n 'a−1

 
(1+ a)(2 + a) 1+ 6am b  s + m b3n ' a−1 /1+ a2 + a


'  sin −1 6amb s  mb 3n 'a−1 

21  a2  a 6am s  m  'a−1 
 b b 3n 
  / 
Keterangan : 3n 3'max ci
Gambar 5. Tampilan software Roclab
Penentuan nilai σ3max pada lereng dan
terowongan berbeda, untuk lereng nilai σ3max 2.6. Metode Analisis Kestablian Lereng
didapat berdasarkan rumusan (Hoek & Brown ,
2002) : 1. Analisis Kesetimbangan Batas
 '  '  −0.91 Metode kesetimbangan batas atau
3 max  0.72 cm (2.19) metode limit equillibrum dikenal sebagai metode
 
 'cm  H  irisan karena bidang longsoran dari lereng tersebut
dibagi menjadi beberapa irisan. Metode ini terbukti
sedangkan pada terowongan nilai σ3max sangat berguna dan dapat diandalkan dalam pratek
didapat dengan rumusan (Hoek & Brown , 2002) : rekayasa serta menumbuhkan data yang relatif
 '   '  −0.94 sedikit dibandingkan metode lainnya, seperti
3 max  0.47 cm (2.20) metode elemen hingga, metode beda hingga, dan
 

 'cm  H  metode elemen diskrit Semua metode irisan


menyatakan kondisi kestabilan suatu lereng,
Adapun pendekatan untuk mendapatkan dinyatakan dalam suatu indeks yang disebut faktor
nilai kohesi dan sudut geser dalam massa batuan, keamanan (FK), yang didefinisikan sebagai berikut
atau hubungan antara kriteria keruntuhan Mohr- :
Coloumb dan Hoek-Brown di atas, dapat juga
didapatkan dengan cara komputasi menggunakan F= = ℎ

software Roclab dimana software tersebut Adapun gaya penahan adalah kekuatan yang
menggunakan pendekatan rumus diatas : menahan lereng tersebut bergerak, yaitu kekuatan
1. Memasukan input nilai sigci, GSO, mi (Hoek- dari material tersebut seperti kohesi dan sudut gesek
Brown Intact Rock Constant), dan D dalam. Sedangkan gaya penggerak adalah, gaya yang
(disturbance factor). Sigci (sigma compressive menyebabkan pergerakan pada lereng. Keruntuhan
intact) didapat dengan memasukan nilai UCS (failure) terjadi akibat tegangan geser melampaui
kekuatan geser material. Bisa dikarenakan karena
bertambahnya tegangan geser

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 5


atau berkurangnya kekuatan geser. Berikut adalah Adapun parameter yang dihitung dan diamati
faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan antara lain :
lereng: 1. Deskripsi massa batuan, yang terdiri dari tingkat
Tabel 3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan pelapukam, tingkat kekuatan, dan jumlah set
Lereng (Indian Institut of Technology) discontinuity.
N0 Nama parameter Detail 2. Deskripsi diskontinuitas, yang terdiri dari tipe
dan propertis diskontinuitas,orientasi bidang diskontinuitas,
1 Kondisi Patahan. Kekar, panjang, spasi, kekasaran material pengisi dan
diskontinuitas bidang perlapisan, dll. ketebalan.
geologi
2 Air Air tanah, pola III. KONDISI UMUM
penyaliran, curah
Wilayah kuasa pertambangan PT Adaro
hujan, akuifer dan
permeabilitas Indonesia secara regional termasuk dalam cekungan
3. Kekuatan Kuat tekan, kuat kutai, Cekungan Kutai ini, dibagi menjadi dua bagian,
Tarik, kuat Geser yaitu: Cekungan Barito yang terdapat di sebelah barat
4. Parameter Ukuran butir, kadar Pegunungan Meratus dan Cekungan Pasir yang
geoteknik kelembapan, batas terdapat di sebelah Timur Pegunungan
atterberg Meratus. Secara khusus wilayah kerja penambangan
5 Metode Penggalian langsung PT Adaro Indonesia terletak pada Cekungan Barito
penambangan (excavator/shovel) yang terletak di tepi bagian timur Sub-cekungan
6 Gaya dinamis Peledakan, aktivitas Barito di dekat Pegunungan Meratus. Sub-cekungan
seismik Barito merupakan bagian selatan cekungan Kutai
7 Geometri Tinggi, Lebar dan yang berupa suatu cekungan luas dan meliputi
Lereng Sudut Lereng
Kalimantan bagian Selatan dan Timur selama zaman
Tersier. Cekungan Barito, terdiri dari empat formasi
Kekuatan geser material yang tersedia yang
yang berumur eosin sampai plesitosen.
tersedia untuk menahan material sehingga lereng
tidak longsor dinyatakan mencapai syarat batas
yang dirumuskan sesuai dengan persamaan (3-2). IV. Hasil dan Pembahasan
= + tan .................(3-2)
4.1. Klasifikasi Massa Batuan
Klasifikasi massa batuan Rock Mass Rating
dimaksudkan untuk mencari nilai GSI dimana nilai
2.7. Window Mapping GSI sendiri di dapat dari nilai RMR pengurangan,
Pemetaan geoteknik merupakan metode nilai GSI merupakan parameter penting dalam
mendapatkan kondisi lapangan dan singkapan di menentukan kekuatan massa bataun berdasarkan
permukaan dalam pit tambang dan satu formasi kriteria runtuhan Generalized Hoek and Brown
geologi yang sama, Menurut Waylie dan Mah (1980).
(2004), terdapat beberapa metode yang umum
dipakai yaitu scanline mapping dan window 4.2 Analisa Kestabilan Lereng
mapping. Metode ini dapat dilakukan dilereng Analisis kestabilan lereng merupakan suatu
tambang baik highwall maupun lowwall. Highwall tindakan untuk mengetahui tingkat kestabilan suatu
merupakan lereng terjal yang arah kemiringannya lereng. Serangkaian data diperlukan meliputi litologi
sejajar dengan bidang perlapisan batubara (Swana penyusun segmen lereng, nilai unit weight/density,
dkk). Tujuan dilakukannya geotechnical mapping GSI, mi dan nilai disturban factor untuk mecari nilai
yaitu untuk mengumpulkan data, antara lain : mb, s, a yang merupakan nilai konstanta massa
1. Kehadiran, karakteristik, dan keberagaman batuan dalam kriteria runtuhan Hoek and Brown,
bidang diskontinuitas seperti bedding, kekar selain itu profil bagian atas penampang
maupun patahan di lereng tambang menyesuaikan dari kontur topografi aktual yang
2. Kondisi massa batuan (rock mass) melewati sayatan. Pada penelitian ini dilakukan juga
analisis terhadap rencana desain tambang yang akan
Hal-hal yang dimasukan dalam Window dilakukan pada tahun 2018, sehingga dihasilkan 2
Mapping antara lain lokasi mapping, koordinat, analisis kestabilan lereng yaitu analisis kondisi
elevasi dan orientasi lereng. Adapun dimensi area aktual lereng dan analisis rancangan desain tambang
pemetaan dengan window mapping normalnya tahun 2018
adalah 10 m (Waylie & Mah, 2004). Namun dari
beberapa penelitian ada yang dimensi pemetaan
berkisar dari 10 – 50 m.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 6


2. Sayatan SCT31A

4.3 Penampang Lereng Pit Central Tutupan


Penelitian dilakukan pada lereng highwall
tambang batubara Pit Central Tutupan. Total 3
sayatan berarah relatif barat-timur sayatan dibuat
untuk memudahkan dalam melakukan analisis
kestabilan lereng, dengan sayatan tersebut
diharapkan dapat mewakili kondisi aktual pada Gambar 8 Analisis kestabilan lereng Desain
Gambar
lereng 6. Peta Lokasi Pit Central Tutupan
tersebut.
Lereng desain pada Gambar 6.9 memiliki
1. Sayatan XS01A panjang 3500 meter dengan elevasi tertinggi berada
pada ketinggian 77 mdpl dan elevasi terendah berada
pada ketinggian -64 mdpl total tinggi lereng 141 meter
dengan overall slope 15˚ dan lebar sump 207 meter,
lereng desain SCT31A tersusun dari 8 single slope
masing masing slope memiliki sudut sebesar 28˚
sampai 40˚ dengan ketinggian maksimal per Bench
yaitu 16 meter dan lebar bench 6 meter sampai 110
meter. Berdasarkan hasil analisis kestimbangan batas di
dapatkan FK sebesar 2,1 yang menyatakan bahwa
Gambar 7. Analisis kestabilan lereng Desain XS01A desain highwall CT2018R00 ini aman untuk digunakan
dalam proses penambangan (Bowles,1989).
Lereng desain pada Gambar 6.10 memiliki panjang
3750 meter dengan elevasi tertinggi berada pada 3. Sayatan SCT33A
ketinggian 108 mdpl dan elevasi terendah berada
pada ketinggian -96 mdpl total tinggi lereng 204
meter dengan overall slope 15˚, lereng desain
XS01A tersusun dari 12 single slope masing masing
slope memiliki sudut sebesar 20˚ sampai 40˚ dengan
ketinggian maksimal per Bench yaitu 16 meter dan
lebar bench 20 meter sampai 80 meter. Berdasarkan
hasil analisis kestimbangan batas di dapatkan FK
sebesar 2,3 yang menyatakan bahwa desain highwall
CT2018R00 ini aman untuk digunakan dalam proses Gambar 9 Analisis kestabilan lereng Desain
penambangan (Bowles,1989).
Lereng desain pada Gambar 6.11 memiliki
panjang 3250 meter dengan elevasi tertinggi berada
pada ketinggian 87 mdpl dan elevasi terendah berada
pada ketinggian -62 mdpl total tinggi lereng 149 meter
dengan overall slope 10˚ dan lebar sump 207 meter,
lereng desain SCT33A tersusun dari 9 single slope
masing masing slope memiliki sudut sebesar 25˚
sampai 40˚ dengan ketinggian maksimal per Bench
yaitu 16 meter dan lebar bench 6 meter sampai 227
meter. Berdasarkan hasil analisis kestimbangan batas di
dapatkan FK sebesar 3,2 yang menyatakan bahwa
desain highwall CT2018R00 ini aman untuk digunakan
dalam proses penambangan (Bowles,1989).

4.4 Optimalisasi dan Redesain


Optimalisasi bertujuan untuk meningkatkan
recovery penggalian batubara dan untuk menambah
perolehan produksi batubara tanpa
menesampingkan kondisi keamanan dari lereng
penambangan. Juga memberikan informasi baik
untuk mineplan atau geotechnical enggineer

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 7


terhadap berbagai variasi nilai faktor keamanan 3. Redesain Sayatan SCT33A
dari yang paling aman sampai dengan yang paling
kritis optimalisasi desain dilakukan dengan
menaikan overall slope dari setiap sayatan.

1. Redesain Sayatan XS01A

Gambar 12 Analisis kestabilan lereng Redesain SCT33A

Sayatan SCT33A memiliki overall slope


awal sebesar 10˚ dengan sudut single slope yaitu
Gambar 10 Analisis kestabilan lereng 30˚ didapat nilai FK sebesar 3.2, kemudian penulis
melakukan redesain dengan menaikan sudut single
Sayatan XS01A memiliki overall slope awal slope dari yang awalnya 30˚ menjadi 50˚ dan
sebesar 14˚ dengan sudut single slope yaitu 30˚ melakukan perubahan geometri lereng pada lebar
didapat nilai FK sebesar 2.5, kemudian penulis dan tinggi dari setiap bench sehingga overall slope
melakukan redesain dengan menaikan sudut single desain naik menjadi 16 Setalah dilakukan analisa
slope dari yang awalnya 30˚ menjadi 40˚ sampai 50˚ dan perhitungan ulang menggunakan software slide
dan melakukan perubahan geometri lereng pada lebar maka didapatkan nilai fk baru sebesar 1.9 sehingga
dan tinggi dari setiap bench sehingga overall slope redesain sayatan SCT33A dapat aman digunakan
desain naik menjadi 19˚. Setalah dilakukan analisa dalam proses penambangan.
dan perhitungan ulang menggunakan software slide
maka didapatkan nilai fk baru sebesar 2.0 sehingga 4.5 Kesimpulan
redesain sayatan XS01A dapat aman digunakan Berdasarkan hasil kajian analisis kestimbangan
dalam proses penambangan. batas menggunakan software slide v6 lokasi pit
CT1HW central tutupan kondisi lereng aktual dan
2. Redesain Sayatan SCT31A Desain 2018 Line section XS01A, SCT33A dan
SCT31A dalam keadaan stabil, sehingga tidak
perlu dilakukannya rekomendasi geoteknik, tapi
dalam pelaksanaan di lapangan perlu dilakukannya
pengawasan terhadap proses penambangan agar
overall slope topo aktual tidak lebih besar dari
overall slope desain

Saran

1. Pembuatan parit pada sepanjang bench


Gambar 11. Analisis kestabilan lereng Redesain SCT33A merupakan upaya yang efektif dan efisien
untuk meningkatkan stabilitas lereng serta
Sayatan SCT31A memiliki overall slope
mengurangi intensitas rembesan air pada
awal sebesar 14˚ dengan sudut single slope yaitu
dinding lereng dari air hujan.
30˚ didapat nilai FK sebesar 2.1, kemudian penulis
melakukan redesain dengan menaikan sudut single 2. Pemantauan lereng secara berkala perlu
slope dari yang awalnya 30˚ menjadi 45˚ dan dilakukan untuk mengetahui adanya
melakukan perubahan geometri lereng pada lebar gerakan tanah yang mungkin terjadi,
dan tinggi dari setiap bench sehingga overall slope dengan demikian apabila terjadi gejala
desain naik menjadi 23˚. Setalah dilakukan analisa ketidakstabilan dapat segera dilakukan
dan perhitungan ulang menggunakan software upaya pencegahan.
slide maka didapatkan nilai fk baru sebesar 1.8
sehingga redesain sayatan SCT31A dapat aman DAFTAR PUSTAKA
digunakan dalam proses penambangan. Bowles, J.E. 1984. Physical and Geotechnical
Properties of Soil: Second Edition.McGraw-
Hill: New York, USA.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 8


Hoek, E and Brown, E.T. 1980. Empirical Strength
Criterion for Rock Masses. Journal of the
Geotechnical Engineering Division:
Proceedings of American Society of
Civil Engineers, Vol. 106.

Hoek, E and Bray, J.W. 1981. Rock Slope


Engineering. The Institution of Mining
and Metallurgy. 3rd edition : London.

Hoek, E and Brown, E.T. 1997. Technical Note


Practical Estimates of Rock Mass Strength.
Elsevier: International Journal Rock
Mechanics and Mining Sciences Vol
34, No 8 pages 1165- 1186.

Hoek, E., Carter, T.G., Diedrichs, M.S. 2013.


Quantification of Geological Strength Index
Chart. Proceedings of 47th Geomechanic
Symposium: San Fransisco.

PENULIS:
1. Doni Ardi, S.T. Alumni (2018) Program Studi
Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas
Pakuan.
2. Ir. Akhmad Syafuan N, MT. Staf Dosen
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik
- Universitas Pakuan.
3. Ir. Solhin, MT. Staf Dosen Program Studi
Teknik Geologi, Fakultas Teknik - Universitas
Pakuan.

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Pakuan 9

Vous aimerez peut-être aussi