Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Prepared by
M.A. Tomasouw
Copyright
STIKOM LSPR 2005
ACD/SG-LAW117/032/00/04/CBC
Prepared by M.A.Tomasouw for learning materials center
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
The London School of Public Relations – Jakarta
I. SUBJECT OUTLINE.
See Attachment.
Sistem Hukum Indonesia oleh M.A.Tomasouw.
Jakarta, 6 September 2004.
Subject objectives :
· Additional knowledge of law, which will be of great help in whatever field of job
they obtain.
· Everyone knows that law has a role in every aspect of life. Not one Department,
Institution, Office or a bonafide Company which does not have a legal department
or legal bureau.
· Therefore the very short period available in STIKOM – LSPR for studying the Indone-
sian Legal System (Sistem Hukum Indonesia) must be used to the utmost by the
students in order to obtain a good legal knowledge in solving the various matters
they will experience in future.
· I hope this guide book will be useful for those students who really want to study.
II) Study Guide Writer
I joined the London School of Public Relations as Lecturer in 1999, prior to that I was
a Public Prosecutor (Jaksa) at the Attorney General’s Office in Jakarta with national and
international experiences.
In 1964 I completed my study from the Law Faculty of Gajah Mada University, Yogyakarta.
Then I joined the Attorney General’s Office as a Public Prosecutor.
My experiences are among others as follows :
1. 1971 Intelligence Course in Jakarta.
2. 1972 Special Course in International Police Academy, Washington DC,
USA.
3. 1974 National Workshop for Handling Narcotic Cases.
(Preparing / Made Working Paper)
4. 1974 – 1981 Head of Public Relations and Protocol Department at Attorney
General’s Office / Spokesman of the Attorney General.
5. 1987 Seminar on Laws and the Medical Profession at Sam Ratulangi
University in Manado.
6. 1989 Seminar on Intellectual Property Right at Sam Ratulangi
University in Manado.
7. 1990 Special Management Course at International Management
Development Institute, Graduate School of Public and International Af
fairs, University of Pittsburgh, USA.
8. 1991 Seminar on Enforcement of Environmental Law in Semarang.
(Departemen Lingkungan Hidup).
9. 1991 Special Course in Environmental Law Enforcement at Polytechnic
IJsselland, Den Haag, Holland.
10.1992 Legal Workshop on Drug Investigation, Legal Proceedings and
Related International Cooperation in Bangkok as a representative of
the Republic of Indonesia.
11. 1993 Special Course on Judicial & Crime Management, White Collar &
Corporate Crime, Computer Crime at IMDI / JSPIA, University of
Pittsburgh, USA.
12. July-August Meeting and Discussion with :
1993 1. Director of International Law Institute, Washington DC,
USA.
2. Chief of Training Division of Federal Bureau of Investiga
tion
(FBI) at US Marince Corps Base, Quantico, Virgina, USA.
3. Management of US Environmental Protection Agency, At
lanta, Georgia, USA.
4. Vice Director of Custom, Miami, Florida, USA.
III. SCHEME OF WORK
PENGANTAR 1
BAB I PENGERTIAN TATA HUKUM INDONESIA 2
PAR. 1 ARTI TATA HUKUM 2
PAR. 2 TATA HUKUM INDONESIA 3
PAR. 3 DASAR-DASAR HUKUM BERLAKUNYA ANEKA WARNA 4
PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA
1. Peraturan-peraturan Pokok pada zaman 4
Hindia Belanda
2. Peraturan-peraturan Pokok pada zaman 5
Jepang
3. Pernyataan berlakunya peraturan-peraturan 5
Sebelum Republik Indonesia
PAR. 4 LAPANGAN-LAPANGAN HUKUM DI INDONESIA 8
PAR. 5 KEADAAN TATA HUKUM INDONESIA 9
1. Asas Konkordansi 9
2. Keadaan Hukum Kodifikasi di Indonesia 11
3. Kesatuan Berlakunya Hukum Pidana (Unifikasi Hukum 10
Pidana)
4. Pluralisme dalam Hukum Perdata di Indonesia 11
KEPUSTAKAAN
1 Pengertian Tata Hukum Indonesia
PE N GANTAR
Matakuliah SISTEM HUKUM INDONESIA atau TATA HUKUM INDONESIA di Fakultas Hukum
lazimnya diberikan sebagai lanjutan dari PENGANTAR ILMU HUKUM. Oleh karena itu untuk
mahasiswa yang tidak pernah mendapat matakuliah Pengantar Ilmu Hukum dan diwajibkan
langsung mempelajari SISTEM HUKUM INDONESIA atau TATA HUKUM INDONESIA, perlu kiranya
disiapkan bahankuliah yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata dari masing-masing tingkat
pendidikan (Fakultas /Akademi).
Khusus untuk para mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of
Public Relations – Jakarta ( STIKOM LSPR ), penyusun berusaha menyusunkan Buku Pedoman
matakuliah SISTEM HUKUM INDONESIA ini mengacu pada buku wajib yang disediakan oleh
STIKOM LSPR yaitu PENGANTAR ILMU HUKUM DAN TATA HUKUM INDONESIA karangan Drs.
C.S.T. KANSIL, S.H.
Untuk melengkapi pengetahuan mahasiswa dalam masalah HAK MILIK INTELEKTUAL (khusus
Hak Merek), maka selain buku karangan Drs. C.S.T. KANSIL, S.H. dengan judul HAK MILIK
INTELLEKTUAL, HAK MILIK PERINDUSTRIAN dan HAK CIPTA, penyusun juga menggunakan buku
karangan Prof.Mr.Dr. Sudargo Gautama berjudul “Masalah-Masalah PERDAGANGAN,
PERJANJIAN, HUKUM PERDATA INTERNASIONAL dan HAK MILIK INTELEKTUAL”, dan UNDANG-
UNDANG TENTANG MEREK (Undang-Undang Nomor 15 / 2001), sebagai sumber .
Berbagai kekurangan dan kekeliruan pasti ada dalam menyusun Buku Pedoman ini,
karenanya masukan dari siapapun demi perbaikan sangat diharapkan.
Bahan-bahan kuliah yang disajikan dalam buku ini disusun secara sederhana namun
tetap diupayakan sistematis agar mudah dipelajari dan terutama dipahami oleh para
mahasiswa.
M.A.Tomasouw.
BAB I
PENGERTIAN TATA HUKUM INDONESIA
tata hukum.
Par. 1
Tiap-tiap bangsa mempunyai tata
ARTI TATA HUKUM. hukumnya sendiri, demikian juga bangsa In-
donesia mempunyai tata hukum sendiri, TATA
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The Lon- HUKUM INDONESIA.
don School of Public Relations – Jakarta Barang siapa mempelajari Tata Hukum In-
(STIKOM LSPR) , menggunakan istilah donesia, maksudnya terutama ialah ingin
matakuliah “SISTEM HUKUM INDONESIA” mengetahui perbuatan atau tindakan manakah
sedang buku acuan karangan Drs. C.S.T. Kansil, yang menurut hukum, dan yang manakah
S.H. menggunakan istilah “TATA HUKUM IN- bertentangan dengan hukum, bagaimanakah
DONESIA”. kedudukan seseorang dalam masyarakat ,
Untuk menghindari kekeliruan pengertian apakah kewajiban-kewajiban dan wewenang-
perlu dijelaskan kesamaan arti dua istilah wewenangnya, semuanya itu menurut hukum
tersebut yaitu SISTEM HUKUM dan TATA Indonesia.
HUKUM. Menurut Kamus Umum Bahasa Indo- Dengan singkatnya dapat dikatakan,
nesia karangan Prof. Dr. J.S. Badudu dan Prof. bahwa ia ingin mengetahui hukum yang
Sutan Mohammad Zain, berlaku sekarang ini di dalam Negara Kesatuan
sistem = susunan kesatuan-kesatuan yang Republik Indonesia. Hukum yang sedang
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi berlaku di dalam suatu negara itu dipelajari,
berfungsi membentuk kesatuan secara dijadikan obyek dari ilmu pengetahuan. Ilmu
keseluruhan, pengetahuan yang obyeknya ialah hukum
tata = pemadan kata lain yang berarti yang sedang berlaku dalam suatu negara,
aturan, kaidah, sistem. disebut ilmu pengetahuan hukum positif [
Oleh karena itu dapat dikatakan SISTEM ius constitutum ].
HUKUM sama artinya dengan TATA HUKUM Hukum yang berlaku terdiri dari dan
yaitu SEGALA ATURAN DAN TERTIB HUKUM diwujudkan oleh ketentuan-ketentuan atau
YANG MEMBENTUK SUATU KESATUAN HUKUM aturan-aturan hukum yang saling berhubungan
YANG BERLAKU DI SUATU NEGARA. dan saling menentukan. Misalnya : aturan
Pada masa kini, tak ada suatu bangsa di bahwa hak milik diakui; jika tidak diakui
dunia ini yang tidak mempunyai hukumnya adanya hak milik, maka tak ada kemungkinan
sendiri. Apabila dalam bahasa dikenal tata pencabutan hak milik tersebut.
bahasa, demikian juga dalam hukum dikenal Selanjutnya aturan bahwa hak milik
Oleh karena sampai sekarang belum juga tata hukum Indonesia. UUD 1945 adalah inti
banyak Undang-Undang demikian, maka masih tata hukum Nasional Indonesia yang harus kita
sangat pentinglah arti ketentuan peralihan kembangkan.
dalam pasal II Aturan Peralihan UUD
1945.Dengan adanya aturan peralihan Par. 3
tersebut, pengaturan dalam peraturan-
DASAR-DASAR HUKUM BERLAKU-
perundangan Organik yang menyelenggarakan
NYA ANEKA WARNA PERATURAN
ketentuan Dasar dari UUD, maka melalui
jembatan pasal peralihan tersebut, masih
PER-UNDANGAN DI INDONESIA.
harus kita pergunakan peraturan perundangan
tentang hal itu dari tata hukum sebelum 17
1. Peraturan-Peraturan Pokok Pada Zaman
Agustus 1945, ialah Tata Hukum Belanda.
Hindia Belanda
Telah kita ketahui, bahwa di Indonesia
Kenyataan demikian, dewasa ini masih
terdapat dalam banyak lapangan hukum In- dewasa ini terdapat beraneka warna
donesia. Kiranya tak ada tata hukum di dunia Peraturan -perundangan baik yang diadakan
ini yang “sesulit” tata hukum Indonesia ! oleh Pemerintah Republik Indonesia sendiri
Akan tetapi walaupun demikian, tata sejak Proklamasi Kemerdekaan pada 17
hukum Indonesia tetap berpribadi Agustus 1945 maupun yang diadakan
Indonesia,yang sepanjang masa mengalami Pemerintah pada zaman penjajahan Hindia
pengaruh dari anasir tata hukum asing, yang Belanda dan Bala Tentara Jepang.
pada masa penjajahan Belanda hampir- Sejak berachirnya kekuasaan dengan hak
hampir terdesak oleh tata hukum Hindia Monopoli dan Oktrooi dari V.O.C. pada 31
Belanda. Tetapi akhirnya dengan Proklamasi Desember 1799 dan dimulainya Pemerintah
Kemerdekaan hidup kembali dengan segarnya Hindia Belanda pada 1 Januari 1800, hingga
dengan kesadaran akan pribadinya sendiri. masuknya Pemerintahan Militer Jepang di In-
Bahwasannya bangsa Indonesia donesia pada 9 Maret 1942, tidaklah sedikit
mempunyai tata hukum pribadi asli itu peraturan – perundangan yang telah
dibuktikan oleh adanya ilmu pengetahuan dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Hukum Adat, berkat hasil penyelidikan ilmiah Yang menjadi Peraturan Pokok pada
Prof. Mr. C. Van Vollenhoven di Indonesia. zaman Hindia Belanda ialah :
Dalam pada itu tata hukum Indonesia, a. Algemene Bepalingen van Wetgeving
semenjak tanggal 17 Agustus 1945 ada di voor Indonesia, disingkat A.B.
tengah-tengah dunia modern. Tata Hukum (Ketentuan-ketentuan Umum tentang
Indonesia yang pada waktu dahulu dikatakan Peraturan-perundangan untuk Indonesia).
tidak berbentuk tertentu kini menemukan A.B. ini dikeluarkan pada 30 April 1847
dirinya lahir kembali dalam bentuk tertentu. termuat dalam Stb. 1847 / 23. Beberapa
Negara Indonesia dengan Undang-Undang ketetuan penting dalam A.B. ini terdapat
Dasarnya, sebagai perwujudan dari pribadi dalam pasal 15 dan 22.
peraturan-peraturan yang telah ada sebelum sia sendiri selama dan sekedar peraturan-
terbentuknya UUDS-1950 pada 15 Agustus peraturan dan ketentuan-ketentuan itu
1950, sebab menurut UUDS-1950 Pasal 142. tidak dicabut, ditambah atau diubah oleh
Ketentuan Peralihan : Undang-Undang dan ketentuan-ketentuan
“Peraturan undang-undang dan tata-usaha atas kuasa Konstitusi itu.”
ketentuan-ketentuan tata-usaha negara Teranglah pula di sini, bahwa segala
yang sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, peraturan-peraturan perundang-undangan
tetap berlaku dengan tidak berobah sebagai yang sudah ada sebelum terbentuknya
peraturan-ketentuan RI sendiri, selama dan Konstitusi Ris tetap berlaku selama belum
sekedar peraturan-peraturan dan dicabut, ditambah atau diubah. Peraturan-
ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut, peraturan apakah dan manakah yang sudah
ditambah atau diubah oleh Undang-Undang ada pada saat mulai berlakunya Konstitusi
dan ketentuan tata-usaha atas kuasa UUD RIS?
ini.” Peraturan-peraturan yang sudah ada pada
Jelaslah di sini, bahwa segala peraturan- 6 Februari 1950 ialah segala peraturan yang
peraturan perundangan yang ada sebelum diadakan berdasarkan UUD 1945 (UUD
terbentuknya UUDS-1950 tetap berlaku selama Proklamasi) dan peraturan-peraturan yang
belum dicabut, ditambah atau diubah. dinyatakan berlaku oleh UUD 1945 tersebut.
Tetapi peraturan-peraturan apakah dan Peraturan-peraturan yang dinyatakan
manakah sudah ada tanggal 17 Agustus 1950? berlaku oleh UUD 1945 itu ialah segala
Peraturan-peraturan yang sudah ada pada 17 peraturan-peraturan yang sudah ada pada saat
Agustus 1950 ialah segala peraturan-peraturan Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945
yang diadakan berdasarkan Konstitusi RIS diumumkan, seperti yang tersebut dalam Pasal
1949, dan peraturan-peraturan yang II Peraturan Peralihan UUD 1945 : “Segala
dinyatakan berlaku oleh Konstitusi RIS badan negara dan peraturan yang ada masih
tersebut. langsung berlaku selama belum diadakan
Peraturan-peraturan yang dinyatakan yang baru menurut UUD ini.”
berlaku oleh Konstitusi RIS itu adalah segala Jelas pula kepada kita sekarang, bahwa
peraturan-peraturan yang telah ada sebelum segala peraturan-peraturan perundangan yang
terbentuknya Konstitusi RIS pada 6 Februari telah ada pada saat kita memproklamasikan
1950, seperti yang dinyatakan oleh Pasal 192 kemerdekaan (yaitu segala peraturan-
Ketentuan Peralihan Konstitusi RIS: peraturan perundangan yang dibuat pada
“Peraturan-Peraturan dan ketentuan tata- zaman penjajahan Jepang dan Belanda) tetap
usaha yang sudah ada pada saat Konstitusi berlaku/ dinyatakan berlaku sebagai
ini mulai berlaku tetap berlaku dengan peraturan-peraturan RI; diadakannya Aturan
tidak berubah sebagai peraturan-peraturan Peraturan Pasal II ini, disebabkan tidak cukup
dan ketentuan-ketentuan Republik Indone- waktu sama sekali untuk membuat peraturan-
peraturan yang baru untuk menggantikan Militer Jepang mengambil alih segala
semua peraturan-peraturan yang diadakan peraturan-peraturan di zaman Hindia Belanda
kedua pemerintahan jajahan tersebut. (Indonesia pada zaman “Hindia Jepang”
Lagi pula akan sangat besar pula akibatnya dikuasai oleh Pemerintah Militer Jepang.
jika peraturan-peraturan perundangan Jepang Untuk Jawa dan Madura dikuasai oleh
dan Belanda tersebut secara serentak Angkatan Darat Kerajaan Jepang dan untuk
dihapuskan, sehingga menimbulkan daerah-daerah seberang dikuasai oleh
kekosongan (vacuum) dalam peraturan- Angkatan Laut Kerajaan Jepang).
perundangan dan hukum. Dari keterangan-keterangan pelajaran
Sekarang marilah kita tinjau keadaan tersebut di atas dapat diambil keringkasan
peraturan-peraturan sebelum Proklamasi sebagai berikut ini :
Kemerdekaan: Peraturan Peralihan Pasal II 1) Semua peraturan-peraturan perundangan
UUD 1945 itu menyatakan berlakunya segala Hindia Belanda yang diambil alih oleh
peraturan-peraturan yang telah ada pada saat Pemerintah Militer Jepang ditambah
Proklamasi. Sedangkan peraturan-peraturan dengan peraturan-peraturan yang dibuat
yang telah ada pada saat kita merdeka ialah Pemerintah Jepang sendiri, berlaku pada
peraturan-peraturan yang dibuat oleh zaman penjajahan Jepang di Indonesia.
Pemerintah Militer Jepang sejak menduduki 2) Semua peraturan-peraturan perundangan
Indonesia pada tahun 1942. yang belaku pada masa penjajahan
Disamping peraturan-peraturan yang Jepang yang diambil alih oleh UUD 1945
diadakan oleh Pemerintah Militer Jepang di (Pasal II Aturan Peralihan) ditambah
Indonesia, mereka juga menyatakan dengan peraturan-peraturan yang dibuat
berlakunya segala peraturan-peraturan berdasarkan UUD 1945 tersebut, berlaku
perundangan yang dibuat oleh Pemerintah pada masa UUD 1945 (yang pertama).
Hindia Belanda yang sesuai dengan peraturan 3) Semua peraturan-peraturan perundangan
yang dikeluarkan mereka itu sendiri. yang berlaku pada masa UUD 1945 yang
Untuk itu pada tanggal 7 Maret 1942 diambil alih oleh Konstitusi RIS (Pasal 192
Pemerintah Balatentara Jepang di Indonesia Aturan Peralihan) ditambah dengan
telah mengeluarkan Undang-Undang No.1 peraturan-peraturan yang dibuat
tahun 1942 yang dalam Pasal 3 ditentukan berdasarkan Konstitusi RIS tersebut,
“Semua badan-badan Pemerintahan dan berlaku selama masa Konstitusi RIS.
kekuasaannya hukum dan undang-undang 4) Semua peraturan-peraturan perundangan
dari Pemerintah yang dulu, tetap diakui sah yang berlaku pada masa Konstitusi RIS
buat sementara waktu, asal saja tidak yang diambil alih oleh UUDS 1950 (Pasal
bertentangan dengan Aturan Pemerintah 142 Ketentuan Peralihan), ditambah
Militer.” dengan peraturan-peraturan yang dibuat
Ternyata pula di sini, bahwa Pemerintah berdasarkan UUDS 1950 tersebut selama
Asas Konkordansi ( asas keselarasan = asas yaitu zaman penjajahan Belanda dan Jepang.
persamaan berlakunya system hukum ) di In- Sampai sekarang ini keadaan yang demikian
donesia. Asas Konkordansi diatur dalam I.S. itu (dualisme) masih belum dapat
pasal 131 ayat 2 yang berbunyi : “Untuk dihindarkan.
golongan bangsa Belanda harus dianut ( Adapun sebabnya ialah karena negara
dicontoh ) undang-undang di negeri Belanda.” Republik Indonesia sendiri belumlah
Hal itu berarti, bahwa hukum yang mengadakan hukum kodifikasi yang baru.
berlaku bagi orang-orang Belanda di Untuk menghindari kekosongan [ vacuum ]
Indonesiaharus dipersamakan dengan hukum dalam hukum, maka negara kita mengadakan
yang berlaku di negeri Belanda. Jadi peraturan-peraturan peralihan dalam
selarasnya hukum kodifikasi di Indonesia beberapa Undang-Undang Dasar yang telah
dengan hukum kodifikasi di negeri Belanda dan sedang berlaku.
adalah berdasarkan asas konkordansi tersebut. Peraturan-peraturan itu menyatakan,
Namun demikian hukum kodifikasi yang bahwa hukum kodifikasi yang lama (hukum
berlaku di Belanda ini umumnya juga kodifikasi yang konkordan dengan hukum
mencontohi hukum kodifikasi yang berlaku kodifikasi di negeri Belanda) masih tetap
diPerancis, yang pada akhirnya kodifikasi berlaku. Pembentuk Undang-Undang RI belum
Perancis berpokok-pangkal pada hukum dapat menghasilkan hukum kodifikasi yang
kodifikasi di Romawi Kuno. baru, oleh karena untuk itu diperlukan waktu
yang tidak sedikit dan pengetahuan hukum
2. Keadaan Hukum Kodifikasi di Indonesia. yang luas.
Bagaimanakah keadaan hukum kodifikasi Di samping itu diperlukan banyak ahli-
yang sekarang berlaku di Indonesia ? ahli hukum yang berpengalaman untuk
Walaupun konkordan dengan hukum kodifikasi mengadakan penyelidikan yang mendalam,
yang terdapat di negeri Belanda, namun berhubung dengan banyaknya macam
tidaklah sama dalam kesatuan berlakunya golongan rakyat dan suku bangsa yang masing-
(unifikasi) bagi seluruh golongan penduduk. masing mempunyai kebutuhan-kebutuhan
Hukum kodifikasi di Indonesia terutama hukum yang berlainan serta mendiami beribu-
Hukum Sipil berlaku hanya bagi beberapa ribu kepulauan tersebar di seluruh Nusantara
golongan rakyat tertentu saja, sedangkan bagi yang luas ini.
golongan terbesar dari rakyat Indonesia
berlaku susunan Hukum Perdata yang lain 3. Kesatuan berlakunya Hukum Pidana
pula, yang pada umumnya tak tertulis, yaitu [Unifikasi Hukum Pidana]
Hukum Perdata Adat ( Hukum Adat ). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUH
Perbedaan dalam Hukum Perdata itu Pidana) di Indonesia yang dikodifikasi pada
sebenarnya sudah ada semenjak sebelum tahun 1918 itu adalah merupakan satu-satunya
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, hukum kodifikasi yang berlaku umum untuk
BAB II
ASAS-ASAS HUKUM PERDATA
dan bertugas membuat rencana kodifikasi
Par. 6
hukum perdata Belanda dengan menggunakan
SEJARAH HUKUM PERDATA DI sebagai sumber sebagian besar “Code Napo-
INDONESIA leon” dan sebagian kecil hukum Belanda Kuno.
Meskipun penyusunan tersebut sudah
1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda, tahun selesai sebelumnya (5 Juli 1830) tetapi Hukum
1830. Perdata Belanda baru diresmikan pada 1
Sumber pokok Hukum Perdata Oktober 1838.
(Burgerlijkrecht) ialah Kitab Undang-Undang Pada tahun itu dikeluarkan :
Hukum Sipil (Burgerlijk Wetboek), disingkat 1. Burgerlijk Wetboek (KUH Sipil).
KUHS (B.W.). 2. Wetboek van Koophandel (KUH
KUHS sebagian besar adalah hukum Dagang).
perdata Perancis, yaitu Code Napoleon tahun
1811-1838; akibat pendudukan Perancis di Berdasarkan asas konkordinasi, kodifikasi
Belanda, berlaku di Negeri Belanda sebagai hukum perdata Belanda menjadi contoh bagi
Kitab Undang-Undang Hukum Sipil yang resmi. kodifikasi hukum perdata Eropa di Indone-
Sebagian dari Code Napoleon ini adalah sia. Kodifikasi ini diumumkan pada tanggal
Code Civil, yang dalam penyusunannya 30-4-1847 Staatsblad No. 23 dan mulai berlaku
mengambil karangan-karangan pengarang- pada 1 Mei 1848 di Indonesia.
pengarang bangsa Perancis tentang hukum
Romawi (Corpus Juris Civilis), yang pada 2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesia,
jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang tahun 1848.
paling sempurna. Juga unsur-unsur hukum KUHS yang terlaksana dalam tahun 1848
kanoniek (hukum agama Katholik) dan hukum itu adalah hasil panitia kodifikasi yang
kebiasaan setempat mempengaruhinya. diketuai oleh Mr. C.J SCHOLTEN van
Peraturan-peraturan yang belum ada pada OUDHAARLEM.
jaman Romawi, tidak dimasukkan dalam Maksud daripada kodifikasi pada waktu
Code Civil, tetapi dalam kitab tersendiri ialah itu untuk mengadakan persesuaian antara
Code de Commerce. hukum dan keadaan di Indonesia dengan
Setelah pendudukan Perancis berakhir, hukum dan keadaan di negeri Belanda. Di
oleh pemerintah Belanda dibentuk suatu negeri Belanda aliran kodifikasi adalah
panitia yang diketuai oleh Mr J.M. Kemper daripada aliran kodifikasi yang di Eropa
berlangsung secara umum pada akhir abad dan lain karena pengangkatannya dilakukan
ke-18; malah pada waktu itu sudah ada berkenaan dengan hal, bahwa setelah
negara-negara yang telah selesai dengan undang-undang baru Belanda itu dijalankan,
kodifikasinya. di Indonesia peraturan-peraturan lama masih
Demikian antara lain Perancis, sesudah tetap berlaku, sedangkan sampai tahun 1835
10 tahun bekerja, dalam tahun 1804 telah itu kodifikasi Belanda tadi belum juga
menyelesaikan kodifikasinya, yaitu Code civil berlaku, keadaan mana disebabkan oleh
des Francais. pemberontakan Belgia.
Di negeri Belanda, setelah merdeka dari “Kodifikasi itu adalah hasil daripada
penjajahan Perancis, aliran kodifikasi pekerjaan kebanyakan orang-orang Belgia,
diwujudkan tahun 1830 dalam KUHS dan karena adanya revolusi itu, maka
(tertanggal 5 Juli 1830) dan akan mulai sekarang ini saya belum dapat mengadakan
berlaku jam 12 malam tanggal 31 Januari 1831 Persiapan,” demikian HAGEMANN
(antara 31 Januari dan 1 Februari 1831). selanjutnya. Tepatkah jawaban ini?
Sesudah kodifikasi itu setelah pemerintah Pertimbangan HAGEMANN itu tidak masuk
Belanda mengangkat Mr C.C. HAGEMANN akal, sebab tanpa bergantung pada pisah
sebagai Presiden daripada Mahkamah Agung tidaknya Belgia dari Belanda, Belanda akan
(Hooggerechtshof) di Hindia Belanda dengan tetap mengadakan kodifikasi. Dan itu berarti,
catatan, supaya ia menyesuaikan peraturan- di Indonesia juga akan ada kodifikasi. Jadi
peraturan lama di Hindia Belanda dengan persiapan diperlukan juga.
kodifikasi tadi. Dengan demikian ia Tahun 1836 HAGEMANN pulang ke negeri
diwajibkan mengadakan penyelidikan Belanda: sebagai Ketua Mahkamah Agung ia
seperlunya, dan ia harus pula mengemukakan diganti oleh SCHOLTEN van OUDHAARLEM
usul-usul kepada pemerintah Belanda. tersebut di atas.
Teranglah, bahwa ia mendapat perintah SCHOLTEN van OUDHAARLEM tidak diberi
istimewa untuk menjalankan persiapan tugas seperti HAGEMANN, tapi ia minta diberi
daripada kodifikasi di Indonesia. tugas itu (tugas diberikan tanggal 24 Septem-
HAGEMANN diangkat bulan Juli 1830, tapi ber 1837), karena merasa bertanggung jawab
sampai 1835 tidak dikerjakannya sesuatu atas usaha kodifikasi di Indonesia. Ia
apapun juga. Pemerintah Hindia Belanda, mengusulkan supaya dibentuk panitia.
Gubernur Jenderal J.CH.BAUD menegur Pemerintah Hindia Belanda menyambut
HAGEMANN karena kelalaiannya itu pada hasrat itu dengan baik dan dengan surat
bulan Agustus 1835. HAGEMANN 3 bulan tanggal 31 Oktober 1837 SCHOLTEN van
kemudian., yaitu tanggal 19 Desember 1835, OUDHAARLEM diangkat sehagai ketua panitia,
menjawab, bahwa ia mengakui belum dan Mr A.A. van VLOTEN sera Mr P. MEYER,
dikerjakannya sedikit pun tugas itu. Dalam masing-masing sebagai anggota panitia,
pada itu ia mengemukakan alasan, bahwa tak dengan tugas menjalankan tindakan-tindakan
mungkinnya berbuat sesuatu itu adalah satu persiapan, mengemukakan usul-usul tentang
tualah yang wajib menyelenggarakan segala 2. Perwalian (Voogdij : KUHS pasal 331 dan
kebutuhannya. Akan tetapi bagi anak yang seterusnya).
sudah 20 tahun dapat mengajukan permintaan Anak yatim piatu atau anak-anak yang
pernyataan dewasa (venia aetatis = belum cukup umur dan tidak dalam kekuasaan
handlichting) kepada Menteri Kehakiman. orang tua memerlukan pemeliharaan dan
Kepada orang tua dibebankan wajib bimbingan; karena itu harus ditunjuk wali
yaitu orang atau perkumpulan-perkumpulan
nafkah (kewajiban alimentasi) yaitu
yang akan menyelenggarakan keperluan-
kewajiban untuk memelihara dan mendidik
keperluan hidup anak-anak tersebut.
anak-anaknya yang belum cukup umur;
Wali ditetapkan oleh hakim atau dapat
demikian sebaliknya anak-anak yang telah
pula karena wasiat orang tua sebelum ia
dewasa wajib memelihara orang tuanya dan
meninggal; sedapat mungkin wali diangkat
keluarganya menurut garis lurus ke atas yang dari orang-orang yang mempunyai pertalian
dalam keadaan tidak mampu. darah terdekat dengan si anak itu atau
Kekuasaan orang tua ini berlaku selama bapaknya yang karena sesuatu hal telah
ayah dan ibunya masih hidup dalam bercerai atau saudara-saudaranya yang
perkawinan; mereka mempunyai hak dianggap cakap untuk itu. Hakim juga dapat
menikmati hasil harta benda anak-anaknya. menetapkan seseorang atau perkumpulan-
Kekuasaan orang tua itu berhenti apabila : perkumpulan sebagai wali.
1. Anak tersebut telah dewasa (sudah 21 Perwalian dapat terjadi karena (1)
tahun); perkawinan orang tua putus baik
2. perkawinan orang tua putus; disebabkan salah seorang meninggal atau
3. kekuasaan orang tua dipecat oleh karena bercerai (2) kekuasaan orang tua
dipecat atau dibebaskan, maka Hakim
Hakim, misalnya karena pendidikannya
mengangkat seorang Wali yang disertai Wali
buruk sekali;
Pengawas yang harus mengawasi pekerjaan
4. pembebasan dari kekuasaan orang tua,
Wali tersebut. Wali Pengawas di Indonesia
misalnya kelakuan si anak luar biasa
dijalankan oleh penjabat Balai Harta
nakalnya hingga orang tuanya tidak
Peninggalan (Weeskamer).
berdaya lagi.
Jadi segala hak dan kewajiban yang 3. Pengampuan (Curatele, KIHS pasal 433
timbul antara anak dengan orang tua seperti dan seterusnya).
akibat-akibat kekuasaan bapak terhadap si Orang yang telah dewasa akan tetapi (1)
anak dan harta bendanya, pembebasan dan sakit ingatan (2) pemboros (3) leman daya
pemecatan kekuasaan orang tua, kewajiban atau (4) tidak sanggup mengurus
timbal balik orang tua dan anak tersebut kepentingan sendiri dengan semestinya,
kesemuanya diatur dalam peraturan tentang disebabkan kelakuan buruk di luar batas
kekuasaan orang tua. atau mengganggu keamanan, memerlukan
sebagainya. benda;
a. Hak dan kewajiban suami istri. (g) menyimpan dan mengambil uang di
Adapun hak dan kewajiban suami istri Bank Tabungan Pos;
ialah misalnya: (h)menggugat perceraian, dan
1) Kekuasaan marital dari suami, yaitu sebagainya.
bahwa suami menjadi kepala keluarga
dan bertanggung jawab atas istri dan Suami berhak mengurus dan menguasai
anak-anaknya; harta perkawinan gabungan jika sebelumnya
2) Wajib nafkah (kewajiban alimentasi): tidak diadakan perjanjian harta perkawinan
Suami wajib memelihara istrinya; or- pisah. Istri mengurus harta kekayaan sendiri,
ang tua wajib memelihara dan jika sebelumnya diadakan perjanjian harta
mendidik anak-anaknya yang belum perkawinan pisah.
cukup umur; anak-anak yang telah
dewasa wajib memelihara orang b. Hubungan hukum dalam
tuanya, kakek neneknya atau keluarga perkawinan.
sedarah menurut garis lurus, yang Selanjutnya ikatan perkawinan itu penting
dalam keadaan miskin; menantu wajib juga artinya bagi keturunan dan hubungan
memelihara mertua dan sebaliknya; kekeluargaan; sedangkan bagi fihak ketiga
3) Istri mengikuti kewarganeraan terutama penting untuk mengetahui
suaminya; kedudukan harta perkawinan.
4) Istri mengikuti tempat tinggal Oleh hukum yang berlaku sekarang
(domisili) suaminya; ditetapkan bahwa :
5) Istri menjadi tidak cakap bertindak. (1) anak-anak yang belum dewasa (belum
Di dalam segala perbuatan hukum ia 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah
memerlukan bantuan dari suaminya, kawin);
kecuali dalam beberapa hal antara lain: (2) orang-orang yang ada di bawah
(a) perbuatan sehari-harinya guna pengampuan.
keperluan rumah tangga; (3) Wanita yang bersuami, dianggap tidak
(b)mengadakan perjanjian kerja sebagai cakap bertindak (handelingson-
majikan guna kepentingan rumah bekwaam) di dalam lalu lintas hukum.
tangga;
(c) melakukan pekerjaan bebas (dokter, Apabila seseorang yang belum dewasa
pengacara); kawin, dan perkawinannya itu kemudian
(d)membuat wasiat; dibubarkan sebelum ia berumur genap 21
(e)membuat perjanjian kerja sebagai tahun, maka orang itu tetap dianggap dewasa
buruh; dan ia tetap dianggap cakap bertindak dalam
(f) memperoleh hak milik atas sesuatu lalu lintas hukum.
Seseorang yang cakap bertindak, akan dipakai sebagai alasan kalau belum
tetapi oleh hukum dicabut haknya untuk diadakan panggilan lebih dahulu, misalnya
melakukan sesuatu perbuatan tertentu, maka panggilan dalam surat kabar, majalah dan
ia disebut tidak berwenang bertindak sebagainya.
(handelingsonbevoegd) misalnya seorang juru Bepergian selama sepuluh tahun itu dapat
lelang tidak berwenang bertindak untuk diperpendek menjadi satu tahun, apabila:
membeli barang-barang tetap yang ia lelangkan. a. kepergian itu dengan menumpang
Peraturan-peraturan tentang kekuasaan kapal, sedang diketahui bahwa kapal
orang tua, perwalian, pengampuan, hukum tersebut telah hancur, hilang atau
perkawinan, hukum harta perkawinan dan terbakar.
hukum perceraian semua menjadi inti dalam b. Kepergian itu ke tempat yang
hubungan kekeluargaan; sebab itu peraturan- berbahaya, misalnya malapetaka,
peraturan tersebut digolongkan menjadi satu gunung meletus, perang, sehingga
yang disebut Hukum Keluarga. diyakinkan bahwa yang pergi itu telah
musnah.
c. Putusnya Perkawinan. Ad.3 Akibat perpisahan meja makan
Sebab-sebab putusnya perkawinan dan ranjang. Setelah perpisahan meja makan
ialah: dan ranjang selama lima tahun, suami atau
1. Kematian istri dengan persetujuan maupun dengan
2. Kepergian suami atau istri selama alasan-alasan dapat menuntut di muka hakim
sepuluh tahun untuk diputuskan perkawinannya.
3. Akibat perpisahan meja makan dan Ad.4. Perceraian: artinya diputuskannya
tempat tidur perkawinan itu oleh hakim, karena suatu
4. Perceraian. sebab tertentu.
Sedangkan perceraian karena persetujuan
Ad.1. Kematian. Menurut ajaran agama bersama antara suami istri tidak
Kristen, hanya kematianlah yang dapat diperbolehkan.
memutuskan perkawinan. Perceraian disebabkan oleh :
Ad.2. Kepergian selama sepuluh tahun. a. Zina;
Jika salah satu fihak pergi selama sepuluh b. Meninggalkan tempat tinggal dengan
tahun, maka pihak yang lain dapat sengaja;
melangsungkan perkawinannya yang baru c. Hukuman selama lima tahun;
dengan orang lain dengan syarat-syarat yang d. Penganiayaan yang menyebabkan luka
telah ditetapkan oleh hukum perkawinan. berat.
Dengan terjadinya perkawinan yang baru itu,
maka putuslah perkawinannya yang lama. Perceraian ini baru sah sesudah
Sebab ini belum sah dan belum dapat diumumkan oleh Pengadilan.
Par. 10 Perkawinan
3) Bab III : Pencegahan
HUKUM PERKAWINAN INDONE
Perkawinan
SIA BERDASARKAN UNDANG-
4) Bab IV : Batalnya Perkawinan
UNDANG NO. 1 TAHUN 1974.
5) Bab V : Perjanjian Perkawinan
6) Bab VI : Hak dan Kewajiban
A. Sistematik dan Isi Pokok Undang-Undang
Suami Istri
Perkawinan Tahun 1974
7) Bab VII : Harta Benda dalam
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
Perkawinan (selanjutnya disebut Undang-
8) Bab VIII : Putusnya Perkawinan
Undang Perkawinan disingkat UUP) disahkan
serta akibatnya
Presiden pada tanggal 2 Januari 1974 dan
9) Bab IX : Kedudukan Anak
diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun
10) Bab X : Hak dan Kewajiban
1974 No.1 dan Penjelasannya dimuat dalam
antara Orang Tua dan
Tambahan Lembaran Negara No. 2019.
Anak
11) Bab XI : Perkawinan
UUP ini mempunyai sistematik sebagai
12) Bab XII : Ketentuan-ketentuan
berikut.
1. Konsiderans (alas an-alasan lain
agamanya dan kepercayaannya itu; dan di dirundingkan dan diputuskan bersama oleh
samping itu tiap-tiap perkawinan harus suami istri.
dicatat menurut peraturan perundangan yang
berlaku. Pencatatan tiap-tiap perkawinan D. Syarat-syarat Perkawinan (Pasal 6 s/d 12).
adalah sama halnya dengan catatan peristiwa- 1. Syarat-syarat untuk dapat melangsungkan
peristiwa penting dalam kehidupan perkawinan.
seseorang, misalnya kelahiran, kematian yang Untuk dapat melangsungkan perkawinan
dinyatakan dalam surat-surat keterangan, secara sah, harus dipenuhi syarat-syarat
suatu akte resmi yang juga dimuat dalam perkawinan yang ditegaskan dalam Pasal 6
daftar pencacatan; UUP yaitu:
c. Asas Monogami. (1)Perkawinan harus didasarkan atas
Undang-Undang ini menganut asas persetujuan kedua calon mempelai.
monogami; hanya apabila dikehendaki oleh Ditetapkannya syarat “persetujuan
yang bersangkutan, karena hukum dan agama kedua mempelai” oleh karena
dari yang bersangkutan mengizinkannya, perkawinan mempunyai maksud agar
seorang suami dapat beristeri lebih dari suami dan isteri dapat membentuk
seorang. Namun demikian perkawinan seorang keluarga yang kekal dan bahagia, dan
suami dengan lebih dari seorang isteri, sesuai dengan cita-cita dari kedua
meskipun hal itu dikehendaki oleh pihak- belah pihak yang melangsungkan
pihak yang bersangkutan, hanya dapat perkawinan tersebut, tanpa ada
dilakukanapabila dipenuhi berbagai paksaan dari pihak mana pun.
persyaratan tertentu dan diputuskan oleh Ketentuan dalam pasal ini, tidak
Pengadilan. berarti mengurangi syarat-syarat
d. Mempersukar terjadinya perceraian. perkawinan menurut ketentuan hukum
Karena tujuan perkawinan adalah untuk perkawinan yang sekarang berlaku,
membentuk keluarga yang bahagia kekal dan sepanjang tidak bertentangan dengan
sejahtera, maka Undang-Undang ini menganut ketentuan-ketentuan dalam Undang-
prinsip untuk mempersukar terjadinya Undang ini sebagaimana dimaksud
perceraian. Untuk memungkinkan perceraian dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
harus ada alasan-alasan Perkawinan yang telah disebutkan di
tertentu serta harus dilakukan di depan atas.
Sidang Pengadilan. (2)Untuk melangsungkan perkawinan
e. Hak dan kedudukan istri. seorang yang belum mendapat umur 21
Hak dan kedudukan istri adalah seimbang (dua puluh satu) tahun harus mendapat
dengan hak dan kedudukan suami baik dalam izin kedua orang tua.
kehidupan rumah tangga maupun dalam (3)Dalam hal salah seorang dari kedua
pergaulan masyarakat, sehingga dengan orang tua telah meninggal dunia atau
demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dalam keadaan tidak mampu
kewajiban manusia yang bernilai uang. hak opstal, hak erfpah, hak hipotik
Hukum harta kekayaan meliputi dua (karena penentuan undang-undang dan
lapangan, yaitu : sebagainya.
1. Hukum Benda, yaitu peraturan- b. Benda bergerak ialah benda-benda
peraturan hukum yang mengatur hak- yang karena sifatnya atau karena
hak kebendaan yang bersifat mutlak penentuan undang-undang dianggap
artinya hak terhadap benda yang oleh benda bergerak misalnya alat-alat
setiap orang wajib diakui dan perkakas, kendaraan, binatang (karena
dihormati. sifatnya), hak-hak terhadap surat-surat
2. Hukum Perikatan ialah peraturan- berharga (karena undang-undang dan
peraturan yang mengatur perhubungan sebagainya).
yang bersifat kehartaan antara dua or-
ang atau lebih di mana fihak pertama Benda-benda itu juga dapat dibedakan
lagi menjadi :
berhak atas sesuatu prestasi
1) Benda-benda berwujud (= barang-
(pemenuhan sesuatu) dan fihak yang
barang) dan;
lain wajib memenuhi sesuatu prestasi.
2) Benda-benda tak berwujud (=
bermacam-macam hak).
Ad.1. Hukum Benda. Manusia di dalam
pergaulan hidup memerlukan benda-benda
Benda-benda ini dapat dimiliki dan
baik untuk dipergunakan langsung ataupun
dikuasai oleh manusia dan karena itu
sekedar sebagai alat untuk mencukupi
diperlukan peraturan-peraturan hukum yang
kebutuhan hidupnya.
mengatur hubungan manusia dengan benda-
Benda dalam arti Ilmu Pengetahuan
benda tersebut. Timbullah peraturan-
Hukum ialah segala sesuatu yang dapat
peraturan tentang hukum kebendaan
menjadi obyek hukum sedangkan menurut
(zakelijke rechten) yang bersifat mutlak
pasal 499 KUHS benda ialah segala barang dan (absoluut recht) artinya dapat berlaku dan
hak yang dapat menjadi milik orang (obyek harus dihormati oleh setiap orang.
hak milik). Benda-benda tersebut dapat Hak mutlak dalam lapangan keperdataan,
dibedakan menjadi : dapat meliputi :
a. Benda tetap ialah benda-benda yang (1)benda-benda berwujud, misalnya hak
karena sifatnya, tujuannya atau eigendom, hak opstal, hak erfpah,
penerapan undang-undang dinyatakan hak gadai, hak hipotik dan sebagainya.
sebagai benda tak bergerak misalnya (2)benda tak berwujud, seperti hak
bangunan-bangunan, tanah tanam- panenan, hak pengarang (hak cipta),
tanaman (karena sifatnya), mesin- hak oktroi, hak merk, dan sebagainya.
mesin pabrik, sarang burung yang
dapat dimakan (karena tujuannya), Di dalam KUHS diatur beberapa hak
Dengan lahirnya undang-undang ini maka telah c) Hak guna bangunan adalah hak untuk
tercapailah suatu keseragaman (uniformiteit) mendirikan dan mempunyai bangunan-
mengenai hukum tanah, sehingga tidak lagi bangunan atas tanah yang bukan
ada hak-hak atas tanah menurut hukum Barat miliknya sendiri dengan jangka waktu
di sampingnya hak-hak atas tanah menurut paling lama 30 tahun, waktu mana
hukum adat. dapat diperpanjang.
Dengan undang-undang ini telah dicabut d) Hak pakai adalah hak untuk
Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menggunakan dan atau memungut hasil
(Burgerlijk Wetboek) sepanjang yang dari tanah yang dikuasai langsung oleh
mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang Negara atau tanah milik orang lain,
terkandung di dalamnya, kecuali ketentuan- yang memberi wewenang dan
ketentuan mengenai hipotik yang masih kewajiban yang ditentukan dalam
berlaku pada mulai berlakunya undang-undang keputusan pemberiannya oleh
ini. penjabat yang berwenang
Maka dengan demikian telah dihapuskan memberikannya atau dalam perjanjian
dari BW segala ketentuan atau pasal-pasal dengan pemilik tanahnya yang bukan
yang mengenai eigendom dan hak-hak perjanjian sewa menyewa atau
perbendaan (zakelijke rechten) lainnya atas perjanjian pengolahan tanah.
tanah dan oleh undang-undang baru itu telah e) Hak sewa : Seseorang atau suatu badan
diciptakan hak-hak yang berikut atas tanah : hukum mempunyai hak sewa atas
a. hak milik; tanah apabila ia berhak
b. hak guna usaha; mempergunakan tanah milik orang lain
c. hak guna bangunan; untuk keperluan bangunan, dengan
d. hak pakai; membayar kepada pemiliknya
e. hak sewa. sejumlah uang sebagai sewa.
a) Hak milik adalah hak turun temurun Ad.2 Hukum Perikatan (Verbintenissen-
terkuat dan terpenuh yang dapat recht). Dalam mencapai kebutuhan hidupnya
dipunyai orang atas tanah, dengan manusia memerlukan kerja-sama.
mengingat bahwa semua hak atas Mereka saling mengikatkan diri untuk
tanah itu mempunyai funksi social. memenuhi sesuatu prestasi, sehingga
b) Hak guna usaha adalah hak untuk timbullah hukum perikatan yaitu suatu
mengusahakan tanah yang dikuasai oleh perhubungan hukum antara dua orang atau
Negara, dalam jangka waktu paling lebih yang menyebabkan fihak yang satu
lama 25 tahun (untuk perusahaan yang berhak atas sesuatu dan fihak yang lain
memerlukan waktu lebih lama dapat mempunyai kewajiban untuk melakukan atau
diberikan untuk waktu 35 tahun), memberikan sesuatu. Fihak yang
waktu mana dapat diperpanjang. berkewajiban memenuhi perikatan disebut
tetapi bedanya pada tukar menukar kedua pertama (yang menitipkan) menyerahkan
belah pihak berkewajiban untuk sesuatu barang untuk dititipkan dan pihak lain
menyerahkan barang, sedangkan pada jual (yang dititipi) berkewajiban menyimpan
beli pihak yang satu wajib menyerahkan barang tersebut dan mengambalikannya pada
barang pihak yang lain menyerahkan uang. waktunya dalam keadaan semula.
3. Perjanjian sewa menyewa (Huur en verhuur,
KUHS pasal 1548 dst.) 7. Perjanjian Kerja (Arbeidscontract, KUHS
Ialah suatu perjanjian di mana pihak pasal 1601 dst)
pertama (yang menyewakan) memberi izin Adalah suatu perjanjian di mana pihak
dalam waktu tertentu kepada pihak lain (si pertama ( buruh, pekerja ) akan memberikan
penyewa) untuk menggunakan barangnya tenaganya untuk melakukan sesuatu
dengan kewajiban dari si penyewa untuk pekerjaan bagi pihak lain (majikan) dengan
membayar sejumlah uang sewaannya. menerima upah yang telah ditentukan.
4. Pinjam pakai (Bruiklening, KUHS pasal 1740 8. Perserikatan ( Maatschap, KUHS pasal 1618
dst.) dst )
Ialah perjanjian, di mana pihak pertama Adalah suatu perjanjian antara dua orang
(yang meminjamkan) memberikan sesuatu atau lebih yang mengikatkan dirinya masing-
benda untuk di-pakai, sedangkan pihak lain masing untuk mengumpulkan sesuatu ( harta
(peminjam) berkewajiban mengembalikan atau tenaga ) dengan maksud membagi-bagi
barang tersebut tepat pada waktunya dan keuntungan yang diperoleh daripadanya.
dalam keadaan semual.
9. Pemberian beban (Lastgeving, KUHS pasal
5. Pinjam pakai sampai habis = pinjam 1792)
mengganti (Verbruiklening, KUHS pasal Adalah suatu perjanjian di mana seseorang
1754 dst.) (Lastgever) memberikan sesuatu guna
Adalah suatu perjanjian di mana pihak kepentingan atas nama si pemberi beban.
pertama (yang meminjamkan) menyerahkan
sejumlah barang-barang yang habis dipakai Kita dapat membedakan 2 macam
kepada pihak lain (si peminjam) dengan pemberian beban :
ketentuan pihak terakhir ini (si peminjam) a). Perwakilan langsung ialah apabila yang
akan mengembalikannya sebanyak jumlah diberi kuasa itu menghubungkan
yang sama jenisnya dengan barang-barang sipemberi kuasa langsung dengan pihak
yang telah dipinjamnya. yang dihubungi misalnya makelar;
b).Perwakilan tak langsung ialah apabila
6. Perjanjian Penitipan (Bewaargeving, KUHS yang memberi kuasa itu tidak
pasal 1694 dst.) berhubungan langsung dengan pihak
Adalah suatu perjanjian, di mana pihak yang dihubungi melainkan hubungannya
BAB III
MEREK
mempunyai isi pokok/sistematika :
Par. 12
Bab I : Ketentuan Umum
UNDANG-UNDANG MEREK Bab II : Lingkup Merek
TAHUN 2001. Bab III : Permohonan Pendaftaran
Merek
Pada tanggal 1 Agustus 2001 telah Bab IV : Pendaftaran Merek
diundangkan Undang-undang No.15 tahun Bab V : Pengalihan Hak Atas Merek
2001 tentang Merek. Undang-undang Merek Terdaftar
tahun 2001 diundangkan dalam Lembaran Bab VI : Merek Kolektif
Negara tahun 2001 No.110 dan Penjelasannya Bab VII : Indikasi-Geofrafis dan
diumumkan dalam Tambahan Lembaran Indikasi-Asal
Negara No.4131. Dengan berlakunya Undang- Bab VIII : Penghapusan dan
undang Merek No.15 tahun 2001 maka Undang- Pembatalan Pendaftaran
undang Merek No.19 tahun 1992 tentang Merek
Merek sebagaimana telah diubah dengan Bab IX : Administrasi Merek
Undang-undang No.14 tahun 1997 dan Undang- Bab X : Biaya
undang Merek tahun 1961 tentang Merek Bab XI : Penyelesaian Sengketa
Perusahaan dan Merek Perniagaan dinyatakan Bab XII : Penetapan Sementara
tidak berlaku lagi. Pengadilan
Selain itu, semua peraturan pelaksanaan Bab XIII : Penyidikan
yang dibuat berdasarkan UU No.21 tahun 1961 Bab XIV : Ketentuan Pidana
tentang Merek Perusahaan dan Merek Bab XV : Ketentuan Peralihan
Perniagaan, Undang-undang Merek No. 19 Bab XVI : Ketentuan Penutup
tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No.14 tahun 1997 yang telah 2. Dasar Hukum Undang-undang Merek
ada, dinyatakan tetap berlaku selama tidak 2001
bertentangan atau belum diganti dengan yang a). Pasal 5 ayat (1) , Pasal 20 , dan Pasal
baru berdasarkan UU Merek tahun 2001. 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
1. Isi Pokok Undang-Undang Merek Tahun b).Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994
2001. tentang Pengesahan Agreement Estab-
UU No.15 tahun 2001 tentang Merek lishing the World Trade Organization
7) Pemeriksa adalah Pemeriksa Merek 13)Lisensi adalah izin yang diberikan oleh
yaitu pejabat yang karena keahliannya pemilik Merek terdaftar kepada pihak
diangkat dengan Keputusan Mentri, dan lain melalui suatu perjanjian
ditugasi untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan pada pemberian hak (
terhadap Permohonan pendaftaran bukan pengalihan hak ) untuk
Merek. menggunakan Merek tersebut, baik
untuk seluruh atau sebagian jenis
barang dan/atau jasa yang didaftarkan
8) Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan
dalam jangka waktu dan syarat
Inetelektual.
tertentu.
14)Hak Prioritas adalah hak pemohon
9) Menteri adalah Menteri yang
untuk mengajukan permohonan yang
membawahkan departenmen yang
berasal dari negara yang tergabung
salah satu lingkup tugas dan tanggung
dalam Paris Convention for the Pro-
jawabnya meliputi bidang hak
tection of Industrial Property atau
kekayaan intelektual, termasuk Merek.
Agreement Establishing the World
Trade Organization untuk
10)Direktorat Jenderal adalah Direktorat memperoleh pengakuan bahwa tanggal
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang penerimaan di negara asal merupakan
berada di bawah departemen yang tanggal prioritas di negara tujuan yang
dipimpin oleh Menteri. juga anggota salah satu dari kedua
perjanjian itu, selama pengajuan
11)Tanggal Penerimaan adalah tanggal tersebut dilakukan dalam kurun waktu
penerimaan Permohonan yang telah yang telah ditentukan berdasarkan
memenuhi persyaratan administratif. Paris Convention for the Protection
of Industrial Property.
12)Konsultan Hak Kekayaan Intelektual
adalah orang yang memiliki keahlian 15)Hari adalah hari kerja.
di bidang hak kekayaan intelektual dan
secara khusus memberikan jasa di
bidang pengajuan dan pengurusan Par. 14
Permohonan Paten, Merek, Desain LINGKUP MEREK
Industri serta bidang-bidang hak
kekayaan intelektual lainnya dan 5. Merek Dagang dan Merek Jasa
terdaftar sebagai Konsultan Hak Menurut Pasal 2 UU Merek :
Kekayaan Intelektual di Direktorat Merek sebagaimana diatur dalam Undang-
Jenderal. undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek
Merek tidak dapat didaftar apabila merek barang kopi atau untuk produk kopi.
tersebut mengandung salah satu unsure Menurut pasal 6 UU Merek :
dibawah ini : (1) Permohonan harus ditolak oleh
a) bertentangan dengan peraturan Direktorat Jenderal apabila merek
perundang-undangan yang berlaku, tersebut:
moralitas agama, kesusilaan, atau a. mempunyai persamaan pada
ketertiban umum; pokoknya atau keseluruhannya
b) tidak memiliki daya pembeda; dengan merek milik pihak lain yang
c) telah menjadi milik umum; atau sudah terdaftar lebih dahulu untuk
d) merupakan keterangan atau berkaitan barang dan/atau jasa yang sejenis;
dengan barang atau jasa yang b. mempunyai persamaan pada
dimohonkan pendaftarannya. pokoknya atau keseluruhannya
dengan merek yang sudah terkenal
Ad. a) Termasuk dalam pengertian ber- milik pihak lain untuk barang dan/
tentangan dengan moralitas agama, atau jasa sejenis;
kesusilaan, atau ketertiban umum adalah c. mempunyai persamaan pada
apabila penggunaan tanda tersebut dapat pokoknya atau keseluruhannya
menyinggung persasaan, kesopanan, dengan indikasi-geografis yang sudah
ketenteraman, atau keagamaan dari khalayak dikenal.
umum atau dari golongan masyarakat
tertentu. Ad.a) Yang dimaksud dengan persamaan
Ad.b) Tanda dianggap tidak memiliki daya pada pokoknya adalah kemiripan yang
pembeda apabila tanda tersebut terlalu disebabkan oleh adanya unsure-unsur yang
sederhana seperti satu tanda garis atau satu menonjol antara merek yang satu dan merek
tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga yang lain, yang dapat menimbilkan kesan
tidak jelas. adanya persamaan baik mengenai bentuk,
Ad.c) Salah satu contoh merek seperti cara penempatan, cara penulisan atau
ini adalah tanda tengkorak diatas dua tulang kombinasi antara unsure-unsur ataupun
yang bersilang, yang secara umum telah persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam
diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda merek-merek tersebut.
seperti itu adalah tanda yang bersifat umum Ad.b) Penolakan Permohonan yang
dan telah menjadi milik umum. Oleh karena mempunyai persamaan pada pokoknya atau
itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai keseluruhan dengan merek terkenal untuk
merek. barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan
Ad.d) Merek tersebut berkaitan atau dengan memperhatikan pengetahuan umum
hanya menyebutkan barang atau jasa yang masyarakat mengenai merek tersebut di
dimohonkan pendaftarannya. Contohnya : bidang usaha yang bersangkutan. Disamping
Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis itu, diperhatikan pula reputasi merek
terkenal yang diperoleh karena promosi yang yang digunakan oleh negara atau
gencar dan besar-besaran, investasi di lembaga Pemerintah, kecuali atas
beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh persetujuan tertulis dari pihak yang
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran berwenang.
merek tersebut di beberapa negara. Apabila Yang dimaksud dengan nama badan
hal-hal diatas belum dianggap cukup, hukum adalah nama badan hukum yang
Pengadilan Niaga dapat memerintahkan digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam
lembaga yang bersifat mandiri untuk Daftar Umum Merek.
melakukan survey guna memperoleh
kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Par. 15
merek yang menjadi dasar penolakan.
PERMOHOANAN PENDAFTARAN
MEREK
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hruf b dapat pula
7. Syarat dan Tata Cara Permohoanan
diberlakukan tehadap barang dan/atau Dalam Pasal 7 UU Merek 2001 ini
jasa yang tidak sejenis sepanjang ditegaskan:
memenuhi persyaratan tertentu yang (1) Permohonan diajukan secara tertulis
akan ditetapkan lebih lanjut dengan dalam bahasa Indonesia kepada
Peraturan Pemerintah. Direktorat Jenderal dengan
mencantumkan:
(3) Permohonan juga harus ditolak oleh a. tanggal, bulan dan tahun;
Direktorat Jenderal apabila Merek b. nama lengkap, kewarganegaraan,
tersebut : dan alamat Pemohon;
a. merupakan atau menyerupai nama c. nama lengkap dan alamat Kuasa
orang terkenal, foto, atau nama apabila permohonan diajukan
badan hukum yang dimiliki orang melalui Kuasa
lain, kecuali atas persetujuan d. warna-warna apabila merek yang
tertulis dari yang berhak; dimohonkan pendaftarannya
b. merupakan tiruan atau menyerupai menggunakan unsur-unsur warna;
nama atau singkatan nama, bendera, e. nama negara dan tanggal permintaan
lambang atau symbol atau emblem Merek yang pertama kali dalam hal
negara atau lembaga nasional permohonan diajukan dengan Hak
maupun internasional, kecuali atas Prioritas.
pesetujuan tertulis dari pihak yang (2) Permohonan ditandatangani Pemohon
berwenang; atau Kuasanya.
c. merupakan tiruan atau menyerupai (3) Pemohon sebagaimana dimaksud
tanda atau cap atau stempel resmi dalam ayat (2) dapat terdiri dari satu
orang atau beberapa orang secara wajib menyatakan dan memilih tempat
bersama atau badan hukum. tinggal Kuasa sebagai domisili hukumnya di
(4) Permohonan dilampiri dengan bukti Indonesia.
pembayaran biaya.
(5 ) Dalam hal Permohonan diajukan oleh 8. Permohonan Pendaftaran Merek dengan
lebih dari satu Pemohon yang secara Hak Prioritas.
bersama-sama berhak atas merek Permohonan Pendaftaran Merek dengan
tersebut, semua nama Pemohon Hak Prioritas ini diatur dalam Pasal 11 Pasal
dicantumakan dengan memilih salah 12 UU Merek sebagai berikut :
satu alamat sebagai alamat mereka. Permohonan dengan menggunakan Hak
(6) Dalam hal Permohonan sebagaimana Prioritas harus diajukan dalam waktu paling
dimaksud pada ayat (5), Permohonan lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
tersebut ditandatangani oleh salah satu penerimaan permohonan pendaftaran merek
dari Pemohon yang berhak atas merek yang pertama kali diterima di negara lain,
tersebut dengan melampirkan yang merupakan anggota Paris Convention
persetujuan tertulis dari pada Pemohon for the Protection of Industrial Property
yang mewakilkan. atau anggota Agreement Establishing the
(7) Dalam hal Permohonan sebagaimana World Trade Organization.
dimaksud pada ayat (5) diajukan Ketentuan ini dimaksudkan untuk
melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu menampung kepentingan negara yang hanya
ditandatangani oleh semua pihak yang menjadi salah satu anggota dari Paris Con-
berhak atas merek tersebut. vention for the Protection of Industrial Prop-
(8) Kuasa sebagaimana dimaksud dalam erty 1883 (sebagaimana telah beberapa kali
ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan diubah) atau Agreement Establishing the
Intelektual. World Trade Organization.
(9) Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk Selain harusmemenuhi ketentuan
dapat diangkat sebagai Konsultan Hak sebagaimana dimaksud dengan Bagian Pertama
Kekayaan Intelektual diatur dengan Bab ini, Pemohon dengan menggunakan Hak
Peraturan Pemerintah, sedangkan tata Prioritas wajib dilengkapi dengan bukti
cara pengangkatannya diatur dengan tentang penerimaan permohonan pendaftaran
Keputusan Presiden. Merek yang pertama kali yang menimbulkan
Hak Prioritas tersebut.
Menurut Pasal 10 UU Merek Permohonan Bukti Hak Prioritas sebagaimana dimaksud
yang diajukan oleh Pemohon yang bertempat di atas diterjemahkan ke dalam bahasa In-
tinggal atau berkedudukan tetap di luar donesia.
wilayah Negara Republik Indonesia wajib Dalam hal ketentuan sebagaimana
diajukan melalui Kuasanya di Indonesia. dimaksud di atas tidak dipenuhi dalam waktu
Pemohon sebagaimana dimaksud di atas paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya
(1) Dalam waktu paling lama 30 (tiga Permohonan tidak dapat didaftar atau
puluh) hari terhitung sejak Tanggal ditolak, atas persetujuan Direktur
Penerimaan sebagaimana dimaksud Jenderal, hal tersebut diberitahukan
dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal secara tertulis kepada Pemohon atau
melakukan pemeriksaan substantif Kuasanya denag menyebutkan
terhadap Permohonan. alasannya.
(2) Pemeriksaan substantif sebagaimana (3) Dalam waktu paling lama 30 (tiga
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan puluh) hari terhitung sejak tanggal
berdasarkan ketentuan Pasal 4, Pasal penerimaan surat pemveritahuan
5, dan Pasal 6. sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
(3) Pemeriksaan substantif sebagaimana Pemohon atau Kuasanya dapat
menyampaikan keberatan atau
dimaksud pada ayat (1) diselesaikan
tanggapannya dengan menyebutkan
dalma (waktu palin lama 9 (sembilan)
alasan.
bulan.
(4) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya
tidak menyampaikan keberatan atau
Menurut Pasal 19 :
tanggapan sebagaimana dimaksud ayat
(1) Pemeriksaan substantif dilaksanakan
(3), Direktorat Jenderal menetapkan
oleh Pemeriksa pada Direktorat
keputusan tentang penolakan
Jenderal.
Permohonan tersebut.
(2) Pemeriksa adalah pejabat yang karena
(5) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya
keahliannya diangkat dan
menyampaikan keberatan atau
diberhentikan sebagai pejabat
tanggapan sebagaimana dimaksud pada
fungsional oleh Menteri berdasarkan
ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan
syarat dan kualifikasi tertentu.
bahwa tanggapan tersebut dapat
(3) Pemeriksa diberi jenjang dan diterima, atas persetujuan Direktur
tunjangan fungsional di samping hak Jenderal, Permohonan itu diumumkan
lainnya sesuai dengan peraturan dalam Berita Resmi Merek.
perundang-undangan yang berlaku. (6) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya
Menurut Pasal 20 : menyampaikan keberatan atau
(1) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil tanggapan sebagaimana dimaksud pada
pemeriksaan substantif bahwa ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan
Permohonan dapat disetujui untuk bahwa tanggapan tersebut tidak dapat
didaftar, atas persetujuan Direktur diterima, atas persetujuan Direktur
Jenderal, Permohonan tersebut Jenderal, ditetapkan keputusan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek. tentang penolakan Permohonan
(2) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil tersebut.
pemeriksaan substantif bahwa (7) Keputusan penolakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6) mencakup antara alin papan pengumuman.
diberitahukan secara tertulis kepada Jika keadaan memungkinkan, sarana khusus
Pemohon atau Kuasanya dengan itu akan dikembangkan dengan antara lain,
menyebutkan alas an. microfilm,microfiche, CD-ROM, internet dan
(8) Dalam hal Permohonan ditolak, segala media lainnya.
biaya yang telah dibayarkan kepada
Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik Menurut Pasal 23 UU Merek :
kembali. Pengumuman dilakukan dengan
mencantumkan :
12. Pengumuman Permohonan a. nama dan alamat lengkap Pemohon,
Pasal 21, pasal 22 dan pasal 23 mengatur termasuk Kuasa apabila Permohonan
tentang Pengumuman Permohonan. diajukan melalui Kuasa;
Menurut Pasal 21 UU Merek : b. kelas dan jenis barang dan/atau jasa
Dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari bagi Merek yang dimohonkan
terhitung sejak tanggal disetujuinya pendaftarannya;
Permohonan untuk didaftar, Direktorat c. tanggal Penerimaan;
Jenderal mengumumkan Permohonan d. nama negara dan tanggal penerimaan
tersebut dalam Berita Resmi Merek. permohonan yang pertama kali, dalam
hal Permohonan diajukan dengan
Selanjutnya menurut Pasal 22 : menggunakan Hak Prioritas; dan
(1) Pengumuman berlangsung selama 3 e. contoh Merek, termasuk keterangan
(tiga) bulan dan dilakukan dengan : mengenai warna dan apabila etiket
a. menempatkannya dalam Berita Resmi Merek menggunakan bahasa asing dan/
Merek yang diterbitkan secara atau huruf selain huruf Latin dan/atau
berkala oleh Direktorat Jenderal, angka yang tidak lazim digunakan
dan/atau dalam bahasa Indonesia, disertai
b. menempatkannya pada sarana khusus terjemahannya ke dalam bahasa Indo-
yang dengan mudah serta jelas dapat nesia, huruf Latin atau angka yang lazim
dilihat oleh masyarakat yang digunakan dalam bahasa Indonesia,
disediakan oleh Direktorat Jenderal. serta cara pengucapannya dalam ejaan
Latin.
(2) Tanggal mulai diumumkannya
Permohonan dicata oleh Direktorat 13. Keberatan dan Sanggahan
Jenderal dalam Berita Resmi Merek. Dalam Pasal 24 UU Merek disebutkan :
(1) Selama jangka waktu pengumuman
Yang dimaksud dengan sarana khusus yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
disediakan oleh Direktorat Jenderal setiap pihal dapat mengajukan
keberatan secara tertuli kepada sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu
Direktorat Jenderal atas Permohonan perlindungan itu dapat diperpanjang.
yang bersangkutan dengan dikenai
biaya. 15. Permohonan Banding
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud Permohonan banding diatur dalam Pasal
pada ayat (1) dapat diajukan apabila 29, Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32. UU
terdapat alas an yang cukup disertai Merek.
bukti bahwa Merek yang dimohonkan Menurut Pasal 29
pendaftarannya adalah Merek yang (1) Permohonan banding dapat diajukan
berdasarkan Undang-undang ini tidak terhadap penolakan Permohonan yang
dapat diaftar atau ditolak. berkaitan dengan alas an dan dasar
(3) Dalam hal terdapat keberatan, pertimbangan mengenai hal-hal yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat substantif sebagaimana
Direktorat Jenderal dalam waktu pal- dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau
ing lama 14 (empat belas) hari Pasal 6.
terhitung sejak tanggal penerimaan (2) Permohonan banding diajukan secara
keberatan mengirimkan salinan surat tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya
yang berisikan keberatan tersebut kepada Komisi Banding Merek dengan
kepada Pemohon atau Kuasanya. tembusan yang disampaikan kepada
DirektoratJenderal dengan dikenai
Menurut Pasal 25 UU Merek : biaya.
(1) Pemohon atau Kuasanya berhak (3) Permohonan banding diajukan dengan
mengajukan sanggahan terhadap menguraikan secara lengkap keberatan
keberatan sebagaimana dimaksud serta alas an terhadap penolakan
dalam Pasal 24 kepada Direktorat Permohonan sebagai hasil pemeriksaan
Jenderal. substantif.
(2) Sanggahan sebagaimana dimaksud (4) Alasan sebagaimana dimaksud pada
pada ayat (1) diajukan secara tertulis ayat (3) harus tidak merupakan
dalam waktu paling lama 2 (dua) perbaikan atau penyempurnaan atas
bulan terhitung sejak tanggal Permohonan yang ditolak.
penerimaan salinan keberatan yang Permohonan banding hanya terbatas pada
disampaikan oleh Direktorat Jenderal. alasan atau pertimbangan yang bersifat
substantif, yang menjadi dasar penolakan
14. Jangka Waktu Perlindungan Merek tersebut. Dengan demikian banding tidak
Terdaftar dapat diminta karena alas an lain, misalnya
Menurut Pasal 28 UU Merek : karena dianggap ditariknya kembali
Merek terdaftar mendapat perlindungan Permohonan.
hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun Alasan, penjelasan, atau bukti yang
dicatat dalam Daftar Umum Merek. Pengalihan hak atas Merek Jasa pada ayat
(3) Permohonan pengalihan hak atas ini hanya dapat dilakukan apabila ada
Merek sebagaimana dimaksud pada jaminan, baik dari pemilik Merek atau
ayat (2) disertai dengan dokumen yang penerima Lisensi, untuk menjaga kualitas jasa
mendukungnya. yang diperdagangkan.
(4) Pengalihan hak atas Merek terdaftar Untuk itu , perlu suatu pedoman khusus
yang telah dicatat sebagaimana yang disusun oleh pemilik Merek (pemberi
dimaksud pada ayat (2), diumumkan Lisensi atau pihak yang mengalihkan Merek
dalam Berita Resmi Merek. tersebut) mengenai metode atau cara
(5) Pengalihan hak atas Merek terdaftar pemberian jasa yang dilekati Merek tersebut.
yang tidak dicatatkan dalam Daftar
Umum Merek tidak berakibat hukum 17. L i s e n s i
pada pihak ketiga. Lisensi diatur dalam 7 pasal yaitu Pasal
(6) Pencatatan pengalihan hak atas Merek 43 sampai dengan Pasal 49 UU Merek ini.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemilik Merek terdaftar selain menggunakan
dikenai biaya sebagaimana diatur sendiri Mereknya berhak untuk mengalihkan
dalam Undang-undang ini. penggunaan Merek tersebut kepada pihak lain
atas dasar perjanjian.
Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain
yang dibenarkan oleh peraturan perundang- Menurut Pasal 43 UU Merek :
undangan dalam ayat (1) huruf e sepanjang (1) Pemilik Merek terdaftar berhak
tidak bertentangan dengan undang-undang memberikan Lisensi kepada pihak lain
ini, misalnya kepemilikan Merek karena dengan perjanjian bahwa penerima
pembubaran badan hukum yang semula Lisensi akan menggunakan Merek
pemilik Merek. tersebut untuk sebagian atau seluruh
jenis barang atau jasa.
Menurut Pasal 41 UU Merek : (2) Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh
(1) Pengalihan hak atas Merek terdaftar wilayah Negara Republik Indonesia,
dapat disertai dengan pengalihan nama kecuali bila diperjanjikan lain, untuk
baik, reputasi, atau lain-lainnya yang jangka waktu yang tidak lebih lama
terkait dengan Merek tersebut. dari jangka waktu perlindungan Merek
(2) Hak atas Merek Jasa terdaftar yang terdaftar yang bersangkutan.
tidak dapat dipisahkan dari (3) Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan
kemampuan, kualitas, atau pencatatannya pada Direktorat
keterampilan pribadi pemberi jasa jenderal dengan dikenai biaya dan
yang bersangkutan dapat dialihkan akibat hukum dari pencatatan
dengan ketentuan harus ada jaminan perjanjian Lisensi berlaku terhadap
terhadap kualitas pemberian jasa. pihak-pihak yang bersangkutan dan
BAB IV
ASAS-ASAS HUKUM PIDANA
dan kejahatan-kejahatan terhadap
Par. 19
kepentingan umum, perbuatan mana diancam
PENGERTIAN HUKUM PIDANA. dengan hukuman yang merupakan suatu
penderitaan atau siksaan.
Ketertiban dan keamanan dalam Dari definisi tersebut di atas tadi dapatlah
masyarakat akan terpelihara bilamana tiap- kita mengambil kesimpulan, bahwa Hukum
tiap anggota masyarakat mentaati peraturan- Pidana itu bukanlah suatu hukum yang
peraturan (norma-norma) yang ada dalam mengandung norma-norma yang baru,
masyarakat itu. Peraturan-peraturan ini melainkan hanya mengatur tentang
dikeluarkan oleh suatu badan yang berkuasa pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-
dalam masyarakat itu yang disebut kejahatan terhadap norma-norma hukum
Pemerintah. yang mengenai kepentingan umum.
Namun walaupun peraturan-peraturan ini Adapun yang termasuk dalam pengertian
telah dikeluarkan, masih ada saja orang yang kepentingan umum ialah :
melanggar peraturan-peraturan, misalnya 1. Badan dan peraturan perundangan
dalam hal pencurian yaitu mengambil barang negara, seperti Negara. Lembaga-
yang dimiliki orang lain dan yang lembaga Negara, Penjabat Negara,
bertentangan dengan hukum (KUHP pasal Pegawai Negeri, Undang-Undang,
362). Terhadap orang ini sudah tentu Peraturan Pemerintah, dan seba-
dikenakan hukuman yang sesuai dengan gainya.
perbuatannya yang bertentangan dengan 2. Kepentingan hukum tiap manusia,
hukum itu. Segala peraturan-peraturan yaitu: jiwa, raga/tubuh, kemerde-
tentang pelanggaran (overtredingen), kaan, kehormatan, dan hak milik/
kejahatan (misdrijven), dan sebagainya, harta benda.
diatur oleh Hukum Pidana (strafrecht) dan
dimuat dalam satu Kitab Undang-undang yang Antara pelanggaran dan kejahatan
disebut KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM terdapat perbedaan yang berikut :
PIDANA (Wetboek van Strafrecht) yang 1) Pelanggaran ialah mengenai hal-hal
disingkat “KUHP” (WvS). kecil atau ringan, yang diancam dengan
Hukum Pidana itu ialah hukum yang hukuman denda, misalnya: Sopir mobil
mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran yang tak memiliki Surat Izin Mengenudi
membicarakan tenatng Hukum Pidana, maka sesuai dengan keperluan dan keadaan nasional
yang dimaksudkan ialah pewrauran-peraturan kita dewasa ini.
pidana yang terkumpul dalam suatu kitab yaitu Perubahan yang penting dari KUHP ciptaan
: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana disingkat Hindia Belanda itu diadakan dengan Undang-
KUHP ( Wetboek van Strafrecht = W.v.S). Undang No. 1 tahun 1946. Dengan KUHP itu
Haruslah diperhatikan benar-benar, maka mulai 1 Januari 1918 berlakulah satu
bahwa semua peraturan-peraturan pidana macam Hukum Pidana untuk semua golongan
dibukukan dalam Kitab Undang-Undang penduduk Indonesia (unifikasi Hukum Pidana).
Hukum Pidana. Kitab Undang-Undang Hukum Sebelum tanggal 1 Januari 1918 di tanah
pidana merupakan induk dari peraturan- air kita ini berlaku dua KUHP yaitu :
peraturan pidana. KUHP memuat peraturan- a. satu untuk golongan Indonesia (mulai
peraturan pidana yang berlaku terhadap berlaku 1 Januari 1873 ;
segenap penduduk Indonesia, karena ia dibuat b. satu untuk golongan Eropa (mulai
oleh Badan Legislatif yang tertinggi dan sesuai berlaku 1 Januari 1867.
dengan asas unifikasi hukum.
KUHP ialah kitab peraturan pidan yang KUHP untuk golongan Indonesia ( 1873 )
dipakai sehari-hari. adalah copy /turunan dari KUHP untuk
Bagi kita cukuplah dengan mempelajari golongan Eropa ( 1867). Dan KUHP untuk
KUHP itu untuk sekedar mengetahui seluk golongan Eropa ini adalah pula satu copy
beluknya Hukum Pidana kita. Sebelum kita dari Code Penal, yaitu Hukum Pidana di
mulai meninjau isi KUHP, maka baiklah jika perancis di zaman Napoleon pada tahun 1811.
kita terlebih dahulu mengetahui isinya. Perbedaan antara KUHP untuk orang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang Eropa (1867) dan dengan KUHP untuk orang
berlaku sekarang ini bukanlah asli ciptaan kita Indonesia (1873) adalah terutama macamnya
bangsa Indonesia. Kitab Undang-Undang hukuman.
Hukum Pidana ini lahir dan telah mulai berlaku Misalnya :
sejak 1 Januari 1918.Jadi ia dibuat pada a. Orang Indonesia dapat diberi kerja
zaman Hindia Belanda dahulu. paksa dengan lehernya diberi kalung
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan dari besi atau kerja dengan tidak dibayar
UUD 1945 yo. pasal 192 Konstitusi RIS 1949 untuk mengerjakan pekerjaan umum,
yo. Pasal 142 UUDS 1950, maka sampai kini sedang orang Eropa tidak, hanya
masih diperlakukan KUHP yang lahir pada 1 hukuman penjara atau kurungan saja.
Januari 1918 itu, karena belum juga diadakan b. KUHP untuk orang Indonesia dise-
KUHP yang baru. Tapi itu tidak berarti, bahwa suaikan dengan keadaan dan kebiasaan
KUHP kita yang sekarang, masih dalam keadaan orang Indonesia.
asli atau telah diambil alih langsung oleh
negara kita, tetapi isinya dan jiwanya telah Misalnya :
banyak diubah dan diganti, sehingga telah - perkawinan dengan lebih dari satu or-
maka yang berhak membuat peraturan pidana Undang-undang itu. Tidak boleh orang yang
adalah semua badan legislatif dan semua or- melanggar undang-undang itu, sambil
ang yang mempunyai kekuasaan Eksekutif membela atau membebaskan diri dengan
(Presiden, Menteri, Kepala Daerah, Kepala alasan: “Saya tidak tahu peraturan itu.”
Polisi, Komandan tentara dan lain-lain).
Tentunya badan-badan dan orang-orang 4. Bila suatu Undang-undang Pidana tidak
yang lebih rendah kedudukannya tidak boleh berlaku lagi ?
lagi membuat peraturan-peraturan pidana Mulai tidak berlakunya itu dapat
yang sudah dibuat oleh instansi-instandi yang dinyatakan dengan tegas oleh Instansi yang
lebih tinggi, apa lagi yang bertentangan atau membuatnya atau oleh instansi yang lebih
melampaui batas-batas kekuasaannya. Jika tinggi dengan menyatakan: Undang-undang
terjadi demikian maka dengan sendirinya nomor sekian dicabut; dapat juga suatu
peraturan pidana dari instansi bawahan itu undang-undang tidak berlaku lagi dengan
tidak sah (menjadi batal). tidak disebut-sebutkan, yaitu karena hal itu
telah diatur dengan undang-undang yang baru
3. Bila suatu Undang-Undang Pidana mulai oleh instansi yang membuatnya atau oleh
sah berlaku ? instansi yang lebih tinggi; Juga kalau waktu
Syarat mutlak untuk berlakunya suatu berlakunya undang-undang itu telah habis.
Undang-undang ialah sesudah diundangkan Singkatnya:
oleh pemerintah (dalam hal ini menteri 1) Suatu peraturan tak berlaku lagi bila
Sekretaris Negara) dalam Lembaran Negara waktu yang telah ditentukan oleh
(LN), Dalam Zaman Hindia Belanda Undang- peraturan itu sudah lampau.
undang itu diundangkan dalam STAATSBLAD 2) Bila keadaan untuk mana bunyi
(Stb. = S). Setelah diundangkan dalam peraturan itu diadakan sudah tidak ada
Lembaran Negara Undang-undang tersebut lagi.
lalu diumumkan dalam Berita Negara (zaman 3) Bila peraturan itu dicabut (dengan tegas
Hindia Belanda: De Javasche Courant, dan atau tidak langsung).
berita resmi di zaman Jepang: Kan Po). 4) Bila telah ada peraturan yang baru yang
Tanggal mulai berlakunya Undang-undang isinya bertentangan dengan peraturan
itu ialah menurut tanggal yang ditetapkan yang duluan (kebijaksanaan dalam
dalam Undang-undang itu sendiri dan kalau ketatanegaraan).
tanggal itu tidak disebutkan, maka Undang- 5. Sampai di manakah kekuasaan
undang itu mulai berlaku untuk Jawa dan berlakunya Undang-undang Hukum
Madura 30 hari sesudah diundangkan dalam Pidana Indonesia ?
Lembaran Negara dan untuk daerah yang lain
100 hari sesudah pengundangan itu. Sesudah Kekuasaan berlakunya Undang-Undang
syarat tersebut di atas dipenuhi maka tiap- Hukum Pidana Indonesia dapat dipandang dari
tiap orang telah dianggap mengetahui dua sudut :
BAB V
ASAS-ASAS HUKUM ACARA PENGADILAN
1. Hukum Acara Perdata (Hukum Perdata
Par. 24
Formal).
PENGERTIAN POKOK HUKUM 2. Hukum Acara Pidana (Hukum Pidana For-
ACARA mal).
siapa yang benar, yang sifatnya menerima antara pihak-pihak yang bersangkutan
gugatan dan berarti penggugat yang menang, timbul keadaan hukum baru, misalnya
ataupun menolak gugatan yang berarti pihak harus saling mengembalikan barang-
penggugat yang dikalahkan. Pihak yang barang dan uang yang telah diterima
dikalahkan wajib membayar ongkos-ongkos masing-masing.
perkara. c. Keputusan Kondemnator, yakni
Putusan hakim Pengdilan Negeri itu masih keputusan penetapan hukuman
dapat dimintakan banding (appel) kepada terhadap salah satu pihak. Contoh:
Pengadilan Tinggi. pihak terhukum harus menyerahkan
Dalam hal pihak penggugat atau barang-barangnya kembali atau pihak
pembelanya menganggap Pengadilan Negeri terhukum tidak dibolehkan mendirikan
tidak berwenang untuk memeriksa bangunan dan sebagainya.
perkaranya, ia dapat mengajukan perlawanan
(esksepsi). 2. Alat-alat Pembuktian.
Hakim pengadilan dapat mengadili dan Menurut KUHS pasal 1865 dab R.I.B. pasal
memutuskan suatu perkara tanpa hadirnya 163, bahwa barang siapa menyatakan
pihak tergugat, dalam hal pihak tergugat mempunyai hak atau menyebutkan sesuatu
tidak hadir pada hari pemeriksaan walaupun peristiwa, maka ia harus membuktikan adanya
ia telah dipanggil dengan sepatutnya. hak itu atau adanya peristiwa tersebut.
Pihak tergugat sebagai terhukum dapat Berhubung dengan itu dalam Hukum Acara
pula mengajukan perlawanan (verzet) Perdata dikenal 5 macam alat pembuktian
terhadap putusan hakim pengadilan tanpa (cara pembuktian) yaitu :
hadirnya tergugat. Putusan yang dijatuhkan a. Bukti tulisan;
hakim tanpa hadirnya pihak tergugat, disebut b. Bukti saksi;
putusan verstek (verstek vonnis). c. Persangkaan (dugaan);
Adapun putusan hakim pengadilan dalam d. Pengakuan;
bidang keperdataan dapat merupakan : e. Sumpah.
a. Keputusan Deklarator, yakni
keputusan yang menguatkan terhadap Bukti tulisan itu merupakan akte-akte dan
hak seseorang. Contoh: hakim surat-surat lainnya. Adapaun yang
menetapkan, bahwa pihak yang dimaksudkan dengan akte ialah sebuah surat
berhak atas barang yang disengketakan yang ditandatangani dan sengaja dibuat untuk
itu ialah tergugat atau penggugat. dijadikan bukti. Kita mengenal dua macam
b. Keputusan Konstitutif, yakni akte, yaitu :
keputusan yang menimbulkan hukum 1. Akte Authentiek (resmi). Ialah surat-
baru. Contoh: hakim yang surat yang dibuat dengan bentuk-
membatalkan suatu perjanjian maka bentuk tertentu oleh atau di hadapan
Tugas ini dibebankan kepada penjabat- tidak, apakah bukti-bukti yang dimajukan itu
penjabat khusus ditugaskan untuk itu, sah atau tidak, apakah pasal dari Kitab
yaitu misalnya kepala desa, camat, Undang-Undang Hukum Pidana yang dilanggar
penjabat polisi umum, penuntut umum itu sesuai perumusannya dengan tindakan
pada Pengadilan Negeri dan lain-lain pidana yang telah terjadi itu.
penjabat yang ditetapkan dalam Pemeriksaan di muka sidang Pengadilan
peraturan perundangan. bersifat akusator, yang berarti si terdakwa
b. Penyelesaian pemeriksaan pendahuluan mempunyai kedudukan sebagai “pihak” yang
(nasporing) untuk meninjau secara sederajat menghadapi pihak lawannya, yaitu
yuridis, yakni mengumpulkan bukti- Penuntut Umum, seolah-olah kedua belah
bukti dan menetapkan ketentuan pihak itu sedang “bersengketa” di muka
pidana apa yang dilanggar. Hakim, yang nanti akan memutuskan
c. Pekerjaan penuntutan (vervolging) “persengketaan” itu.
yakni pengajuan perkara ke sidang Pemeriksaan di muka sidang Pengadilan
Pengadilan oleh pegawai penuntut dilakukan secara terbuka untuk umum, kecuali
umum ataupun pembantu magistraat kalau peraturan menentukan lain, misalnya
(kepala distrik, camat, mantri polisi dalam hal pemeriksaan kejahatan kesusilaan
atau pegawai polisi yang ditunjuk oleh dan lain-lain.
Jaksa Agung). Setelah semua surat pemeriksaan
pendahuluan selesai, Kepala Kejaksaan Negeri
Dalam tahap pemeriksaan pendahuluan, akan menyerahkan surat-surat itu serta bukti-
dipergunakan sebagai pedoman, asas-asas buktinya dalam perkara yang bersangkutan
yang berikut ini : kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
1) asas kebenaran materiil (kebenaran dan berkuasa, dengan permintaan supaya perkara
kenyataan) yaitu usaha-usaha yang diserahkan kepada Pengadilan.
ditujukan untuk mengetahui apakah Setelah Ketua ataupun Hakim telah
benar-benar telah terjadi. mempelajari berkas pemeriksaan
2) Asas inkwisitor, yaitu bahwa si pendahuluan itu dan menganggapnya cukup,
tersangka hanyalah merupakan obyek maka ia menentukan suatu hari sidang,
dalam pemeriksaan, tidak mempunyai dengan memerintahkan kepada Jaksa untuk
hak apa-apa dan segala tindakan memanggil terdakwa dan saksi-saksi untuk
dilakukan dalam keadaan yang tidak menghadap di muka sidang.
terbuka untuk umum. Pada waktu menerima panggilan si
terdakwa akan diberikan suatu salinan dari
2. Pemeriksaan dalam Sidang Penga-dilan. surat tuduhan yang dikeluarkan oleh Hakim
Adapun pemeriksaan dalam sidang Pengadilan Negeri yang disalin dari tuduhan
Pengadilan bertujuan meneliti dan menyaring yang telah diajukan oleh Jaksa. Dalam surat
apakah suatu tindak pidana itu benar atau tuduhan termuat suatu penguraian tentang
perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan a. Oleh Jaksa jika keputusan itu mengenai
oleh si terdakwa yang dipandang sebagai hukuman denda atau hukuman
pelanggaran Kitab Undang-Undang Hukum perampasan (penyitaan) barang-barang
Pidana, dengan diterangkan keadaan-keadaan tertentu dari terhukum.
dalam mana perbuatan-perbuatan itu b. Atas perintah Jaksa jika mengenai
dilakukan, dengan menyebutkan pasal-pasal hukuman lainnya.
undang-undang yang dilanggar.
Setelah pemeriksaan selesai Penuntut
Umum (Jaksa), membacakan tuntutannya
(requisitoir) dan menyerahkan tuntutan itu
kepada Hakim. Dan setelah Hakim
memperoleh keyakinan dengan alat-alat bukti
yang sah akan kebenaran perkara-perkara
tersebut, maka ia akan mempertimbangkan
hukuman apa yang akan dijatuhkannya.
Menurut R.I.B. Keputusan Hakim (vonnis)
dapat berupa :
a. Pembebasan dari segala tuduhan
apabila sidang Pengadilan menganggap
bahwa perkara tersebut kurang cukup
bukti-bukti.
b. Pembebasan dari segala tuntutan
hukum apabila perkara yang diajukan
itu dapat dibuktikan akan tetapi tidak
merupakan kejahatan maupun
pelanggaran.
c. Menjatuhkan pidana (hukuman) apabila
tindak pidana itu dapat dibuktikan
bahwa terdakwalah yang melakukan
dan Hakim mempunyai keyakinan akan
kebenarannya.
3. Pekaksanaan hukuman.
Keputusan Hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat harus
dilaksanakan dengan segera oleh atau atas
perintah Jaksa :
KEPUSTAKAAN
1. KANSIL, C.S.T., Drs, SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka – Jakarta 1989
2. KANSIL, C.S.T., Drs, SH. Hak Milik Intelektual, Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta,
Sinar Grafika – Jakarta 1997
4. SETAWAN, SH,. Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni – Bandung
1992