Vous êtes sur la page 1sur 82

Indonesian Legal System LAW117

Department of Public Relations Studies


Department of Marketing Studies
Department of Mass Communication Studies
Department of Advertising Studies
Study Guide 2005

Prepared by
M.A. Tomasouw

Produced by learning materials center


Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
The London School of Public Relations -Jakarta

Copyright
STIKOM LSPR 2005
ACD/SG-LAW117/032/00/04/CBC
Prepared by M.A.Tomasouw for learning materials center
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi
The London School of Public Relations – Jakarta
I. SUBJECT OUTLINE.

See Attachment.
Sistem Hukum Indonesia oleh M.A.Tomasouw.
Jakarta, 6 September 2004.

Subject objectives :

After studying this subject students will have :

· Additional knowledge of law, which will be of great help in whatever field of job
they obtain.

· Everyone knows that law has a role in every aspect of life. Not one Department,
Institution, Office or a bonafide Company which does not have a legal department
or legal bureau.

· Therefore the very short period available in STIKOM – LSPR for studying the Indone-
sian Legal System (Sistem Hukum Indonesia) must be used to the utmost by the
students in order to obtain a good legal knowledge in solving the various matters
they will experience in future.

· The book which must be studied, and is available at STIKOM – LSPR, is


“PENGANTAR ILMU HUKUM” and “TATA HUKUM INDONESIA” written by Drs.C.S.T. KANSIL,
SH, does not include the subject of INTELLECTUAL PROPERTY RIGHT (Hak Milik
Intelektual) (Brand/Trade Mark, Patent, Copyright). Therefore in establishing the
guide book for the subject of Indonesian Legal System (Sistem Hukum Indonesia) I
have also included material regarding Brand/Trade Mark, using as the main source
Law No. 15 year 2001 regarding Brand/Trade Mark.

· I hope this guide book will be useful for those students who really want to study.
II) Study Guide Writer

I joined the London School of Public Relations as Lecturer in 1999, prior to that I was
a Public Prosecutor (Jaksa) at the Attorney General’s Office in Jakarta with national and
international experiences.
In 1964 I completed my study from the Law Faculty of Gajah Mada University, Yogyakarta.
Then I joined the Attorney General’s Office as a Public Prosecutor.
My experiences are among others as follows :
1. 1971 Intelligence Course in Jakarta.
2. 1972 Special Course in International Police Academy, Washington DC,
USA.
3. 1974 National Workshop for Handling Narcotic Cases.
(Preparing / Made Working Paper)
4. 1974 – 1981 Head of Public Relations and Protocol Department at Attorney
General’s Office / Spokesman of the Attorney General.
5. 1987 Seminar on Laws and the Medical Profession at Sam Ratulangi
University in Manado.
6. 1989 Seminar on Intellectual Property Right at Sam Ratulangi
University in Manado.
7. 1990 Special Management Course at International Management
Development Institute, Graduate School of Public and International Af
fairs, University of Pittsburgh, USA.
8. 1991 Seminar on Enforcement of Environmental Law in Semarang.
(Departemen Lingkungan Hidup).
9. 1991 Special Course in Environmental Law Enforcement at Polytechnic
IJsselland, Den Haag, Holland.
10.1992 Legal Workshop on Drug Investigation, Legal Proceedings and
Related International Cooperation in Bangkok as a representative of
the Republic of Indonesia.
11. 1993 Special Course on Judicial & Crime Management, White Collar &
Corporate Crime, Computer Crime at IMDI / JSPIA, University of
Pittsburgh, USA.
12. July-August Meeting and Discussion with :
1993 1. Director of International Law Institute, Washington DC,
USA.
2. Chief of Training Division of Federal Bureau of Investiga
tion
(FBI) at US Marince Corps Base, Quantico, Virgina, USA.
3. Management of US Environmental Protection Agency, At
lanta, Georgia, USA.
4. Vice Director of Custom, Miami, Florida, USA.
III. SCHEME OF WORK

Week 1 Pengertian tata hukum Indonesia


Arti tata hukum
Dasar-dasar hukum berlakunya aneka warna hukum di Indonesia
Week 2 Lapangan-lapangan hukum di Indonesia
Keadaan tata hukum Indonesia
Sejarah hukum perdata di Indonesia
Week 3 Pembagian dan sistematik hukum perdata
Hukum perorangan (personenrecht)
Hukum keluarga (familierecht)
Week 4 Hukum Perkawinan menurut hukum perdata Eropa
Hukum Perkawinan berdasarkan UU No.1 tahun 1974
Week 5 Hukum harta kekayaan (vermogensrecht)
Week 6 Idem lanjutan
Week 7 UU Merek tahun 2001
Ketentuan Umum
Lingkup Merek
Week 8 Mid term exam
Week 9 Permohonan pendaftaran merek
Pendaftaran merek
Week 10 Pengalihan hak atas merek terdaftar
Penyelesaian sengketa
Week 11 Asas-asas hukum pidana / pengertian hukum pidana
Riwayat hukum pidana Indonesia
Week 12 Pembagian hukum pidana
Tujuan hukum pidana
Kitab UU hukum pidana
Week 13 Asas-asas hukum acara pengadilan
Pengertian pokok hukum acara
Week 14 Pelaksanaan acara perdata
Week 15 Pelaksanaan acara pidana
Week 16 Final exam.
DAFTAR ISI

PENGANTAR 1
BAB I PENGERTIAN TATA HUKUM INDONESIA 2
PAR. 1 ARTI TATA HUKUM 2
PAR. 2 TATA HUKUM INDONESIA 3
PAR. 3 DASAR-DASAR HUKUM BERLAKUNYA ANEKA WARNA 4
PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA
1. Peraturan-peraturan Pokok pada zaman 4
Hindia Belanda
2. Peraturan-peraturan Pokok pada zaman 5
Jepang
3. Pernyataan berlakunya peraturan-peraturan 5
Sebelum Republik Indonesia
PAR. 4 LAPANGAN-LAPANGAN HUKUM DI INDONESIA 8
PAR. 5 KEADAAN TATA HUKUM INDONESIA 9
1. Asas Konkordansi 9
2. Keadaan Hukum Kodifikasi di Indonesia 11
3. Kesatuan Berlakunya Hukum Pidana (Unifikasi Hukum 10
Pidana)
4. Pluralisme dalam Hukum Perdata di Indonesia 11

BAB II ASAS-ASAS HUKUM PERDATA 12


PAR. 6 SEJARAH HUKUM PERDATA DI INDONESIA 12
1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda, Tahun 1830. 12
2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesia tahun 1848 12
PAR. 7 PEMBAGIAN DAN SISTEMATIK HUKUM PERDATA 16
PAR. 8 HUKUM PERORANGAN (PERSONENRECHT) 17
PAR. 9 HUKUM KELUARGA (FAMILIERECHT) 18
1. Kekuasaan orang tua (ouderlijke macht) 18
2. Perwalian (voogdij) 19
3. Pengampuan (curatele) 19
4. Hukum Perkawinan menurut Hukum Perdata Eropa 20
PAR. 10 HUKUM PERKAWINAN INDONESIA BERDASARKAN 23
UNDANG-UNDANG No.1 TAHUN 1974
A. Sistematika dan Isi Pokok UU No.1 tahun 1974 23
B. Konsiderans UU No.1 Tahun 1974 23
C. Pengertian Umum tentang Perkawinan 24
menurut UU No.1 tahun 1974
D. Syarat-syarat Perkawinan 26

PAR. 11 HUKUM HARTA KEKAYAAN (VERMOGENSRECHT) 28


1. Hukum Benda (zakenrecht) 29
2. Hukum Perikatan (verbintenissenrecht) 31

BAB III MEREK 39


PAR. 12 UU MEREK TAHUN 2001 39
1. Isi Pokok UU Merek tahun 2001 39
2. Dasar Hukum UU Merek 39
3. Dasar Pertimbangan dikeluarkan UU Merk tahun 2001 40
PAR. 13 KETENTUAN UMUM 40
4. Beberapa Pengertian 40
PAR. 14 LINGKUP MEREK 41
5. Merek Dagang dan Merek Jasa 41
6. Merek yang tidak dapat didaftar dan ditolak 42
PAR. 15 PERMOHONAN PENDAFTARAN MEREK 44
7. Syarat dan tata cara permohonan 44
8. Permohonan Pendaftaran Merek dengan Hak Prioritas 46
PAR. 16 PENDAFTARAN MEREK 46
PAR. 17 PENGALIHAN HAK ATAS MEREK TERDAFTAR 50
PAR. 18 PENYELESAIAN SENGKETA 53

BAB IV ASAS-ASAS HUKUM PIDANA 54


PAR. 19 PENGERTIAN HUKUM PIDANA 54
PAR. 20 RIWAYAT HUKUM PIDANA INDONESIA 56
PAR. 21 PEMBAGIAN HUKUM PIDANA 58
PAR. 22 TUJUAN HUKUM PIDANA 60
PAR. 23 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA 61

BAB V ASAS-ASAS HUKUM ACARA PENGADILAN 68


PAR. 24 PENGERTIAN POKOK HUKUM ACARA 68
PAR. 25 PELAKSANAAN ACARA PERDATA 69
PAR. 26 PELAKSANAAN ACARA PIDANA 72

KEPUSTAKAAN
1 Pengertian Tata Hukum Indonesia

PE N GANTAR

Matakuliah SISTEM HUKUM INDONESIA atau TATA HUKUM INDONESIA di Fakultas Hukum
lazimnya diberikan sebagai lanjutan dari PENGANTAR ILMU HUKUM. Oleh karena itu untuk
mahasiswa yang tidak pernah mendapat matakuliah Pengantar Ilmu Hukum dan diwajibkan
langsung mempelajari SISTEM HUKUM INDONESIA atau TATA HUKUM INDONESIA, perlu kiranya
disiapkan bahankuliah yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata dari masing-masing tingkat
pendidikan (Fakultas /Akademi).

Khusus untuk para mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The London School of
Public Relations – Jakarta ( STIKOM LSPR ), penyusun berusaha menyusunkan Buku Pedoman
matakuliah SISTEM HUKUM INDONESIA ini mengacu pada buku wajib yang disediakan oleh
STIKOM LSPR yaitu PENGANTAR ILMU HUKUM DAN TATA HUKUM INDONESIA karangan Drs.
C.S.T. KANSIL, S.H.

Untuk melengkapi pengetahuan mahasiswa dalam masalah HAK MILIK INTELEKTUAL (khusus
Hak Merek), maka selain buku karangan Drs. C.S.T. KANSIL, S.H. dengan judul HAK MILIK
INTELLEKTUAL, HAK MILIK PERINDUSTRIAN dan HAK CIPTA, penyusun juga menggunakan buku
karangan Prof.Mr.Dr. Sudargo Gautama berjudul “Masalah-Masalah PERDAGANGAN,
PERJANJIAN, HUKUM PERDATA INTERNASIONAL dan HAK MILIK INTELEKTUAL”, dan UNDANG-
UNDANG TENTANG MEREK (Undang-Undang Nomor 15 / 2001), sebagai sumber .

Berbagai kekurangan dan kekeliruan pasti ada dalam menyusun Buku Pedoman ini,
karenanya masukan dari siapapun demi perbaikan sangat diharapkan.

Bahan-bahan kuliah yang disajikan dalam buku ini disusun secara sederhana namun
tetap diupayakan sistematis agar mudah dipelajari dan terutama dipahami oleh para
mahasiswa.

Semoga buku ini dapat bemanfaat.

Jakarta, 6 September 2004.

M.A.Tomasouw.

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Pengertian Tata Hukum Indonesia 2

BAB I
PENGERTIAN TATA HUKUM INDONESIA
tata hukum.
Par. 1
Tiap-tiap bangsa mempunyai tata
ARTI TATA HUKUM. hukumnya sendiri, demikian juga bangsa In-
donesia mempunyai tata hukum sendiri, TATA
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi The Lon- HUKUM INDONESIA.
don School of Public Relations – Jakarta Barang siapa mempelajari Tata Hukum In-
(STIKOM LSPR) , menggunakan istilah donesia, maksudnya terutama ialah ingin
matakuliah “SISTEM HUKUM INDONESIA” mengetahui perbuatan atau tindakan manakah
sedang buku acuan karangan Drs. C.S.T. Kansil, yang menurut hukum, dan yang manakah
S.H. menggunakan istilah “TATA HUKUM IN- bertentangan dengan hukum, bagaimanakah
DONESIA”. kedudukan seseorang dalam masyarakat ,
Untuk menghindari kekeliruan pengertian apakah kewajiban-kewajiban dan wewenang-
perlu dijelaskan kesamaan arti dua istilah wewenangnya, semuanya itu menurut hukum
tersebut yaitu SISTEM HUKUM dan TATA Indonesia.
HUKUM. Menurut Kamus Umum Bahasa Indo- Dengan singkatnya dapat dikatakan,
nesia karangan Prof. Dr. J.S. Badudu dan Prof. bahwa ia ingin mengetahui hukum yang
Sutan Mohammad Zain, berlaku sekarang ini di dalam Negara Kesatuan
sistem = susunan kesatuan-kesatuan yang Republik Indonesia. Hukum yang sedang
masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tetapi berlaku di dalam suatu negara itu dipelajari,
berfungsi membentuk kesatuan secara dijadikan obyek dari ilmu pengetahuan. Ilmu
keseluruhan, pengetahuan yang obyeknya ialah hukum
tata = pemadan kata lain yang berarti yang sedang berlaku dalam suatu negara,
aturan, kaidah, sistem. disebut ilmu pengetahuan hukum positif [
Oleh karena itu dapat dikatakan SISTEM ius constitutum ].
HUKUM sama artinya dengan TATA HUKUM Hukum yang berlaku terdiri dari dan
yaitu SEGALA ATURAN DAN TERTIB HUKUM diwujudkan oleh ketentuan-ketentuan atau
YANG MEMBENTUK SUATU KESATUAN HUKUM aturan-aturan hukum yang saling berhubungan
YANG BERLAKU DI SUATU NEGARA. dan saling menentukan. Misalnya : aturan
Pada masa kini, tak ada suatu bangsa di bahwa hak milik diakui; jika tidak diakui
dunia ini yang tidak mempunyai hukumnya adanya hak milik, maka tak ada kemungkinan
sendiri. Apabila dalam bahasa dikenal tata pencabutan hak milik tersebut.
bahasa, demikian juga dalam hukum dikenal Selanjutnya aturan bahwa hak milik

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


3 Pengertian Tata Hukum Indonesia

mempunyai fungsi social, menentukan luasnya Par. 2


kewenangan seseorang dalam menggunakan
hak miliknya itu. Oleh karena itu aturan-
TATA HUKUM INDONESIA
aturan tadi merupakan suatu susunan (tata),
suatu Tata Hukum. Tata Hukum Indonesia ditetapkan oleh
Tata Hukum itu sah, berlaku bagi suatu masyarakat hukum Indonesia, ditetapkan oleh
masyarakat tertentu jika dibuat oleh Negara Indonesia. Oleh karena itu adanya Tata
penguasa (authority) masyarakat itu. Hukum Indonesia baru sejak lahirnya Negara
Suatu masyarakat yang menetapkan tata Indonesia (17 – 8 – 1945). Pada saat berdirinya
hukumnya bagi masyarakat itu sendiri dan Negara Indonesia dibentuklah tata hukumnya;
oleh sebab itu turut serta sendiri dalam hal itu dinyatakan dalam :
berlakunya tata hukum itu, artinya tunduk 1) Proklamasi Kemerdekaan : “Kami bangsa
sendiri kepada tata hukum itu, disebut Indonesia dengan ini menyatakan
masyarakat hukum (misalnya : desa dan Kemerdekaan Indonesia.”
negara). Tata hukum sebagai suatu susunan 2) Pembukaaan UUD – 1945 : “ Atas berkat
merupakan suatu keseluruhan yang bagian- Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
bagiannya salin berhubungan dan saling didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
menentukan serta saling mengimbangi. berkehidupan kebangsaan yang bebas,
Dalam tiap-tiap tata hukum cara maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
berhubungan, cara menentukan dan cara ini kemerdekaannya.” “Kemudian daripada
perimbangan antara bagian yang satu dengan
itu ……disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
bagian yang lain itu adalah tertentu. Misalnya
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
imbangan antara bagian yang tertulis dengan
Dasar Negara Indonesia…..”
bagian yang tak tertulis. Dalam tata hukum
Pernyataan tersebut mengandung arti :
Hindia Belanda dinyatakan dalam I.S.
a) menjadikan Indonesia suatu Negara
(Indische Staatsregeling) pasal 131 dan A.B.
yang merdeka dan berdaulat
pasal 15; dalam tata hukum Indonesia pernah
b) pada saat itu juga menetapkan tata
dinyatakan dalam UUDS – 1950 pasal 32 jo.
hukum Indonesia, sekedar mengenai
pasal 102.
bagian yang tertulis. Di dalam Undang-
Dapat dikatakan, tiap-tiap tata hukum
mempunyai Struktur tertentu yakni Undang Dasar Negara itulah tertulis
strukturnya sendiri. Masyarakat yang tata hukum Indonesia (yang tertulis).
menetapkan dan menuruti tata hukum itu UUD hanyalah memuat ketentuan-
hidup, berkembang, bergerak, berubah. ketentuan dasar dan merupakan rangka dari
Demikian pun tata hukumnya, sehingga Tata Hukum Indonesia. Masih banyak
struktur tata hukum pun dapat berubah-ubah ketentuan-ketentuan yang perlu
juga, oleh karena itu dikatakan, bahwa tata diselenggarakan lebih lanjut dalam pelbagai
hukum mempunyai struktur terbuka. Undang-Undang Organik.

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Pengertian Tata Hukum Indonesia 4

Oleh karena sampai sekarang belum juga tata hukum Indonesia. UUD 1945 adalah inti
banyak Undang-Undang demikian, maka masih tata hukum Nasional Indonesia yang harus kita
sangat pentinglah arti ketentuan peralihan kembangkan.
dalam pasal II Aturan Peralihan UUD
1945.Dengan adanya aturan peralihan Par. 3
tersebut, pengaturan dalam peraturan-
DASAR-DASAR HUKUM BERLAKU-
perundangan Organik yang menyelenggarakan
NYA ANEKA WARNA PERATURAN
ketentuan Dasar dari UUD, maka melalui
jembatan pasal peralihan tersebut, masih
PER-UNDANGAN DI INDONESIA.
harus kita pergunakan peraturan perundangan
tentang hal itu dari tata hukum sebelum 17
1. Peraturan-Peraturan Pokok Pada Zaman
Agustus 1945, ialah Tata Hukum Belanda.
Hindia Belanda
Telah kita ketahui, bahwa di Indonesia
Kenyataan demikian, dewasa ini masih
terdapat dalam banyak lapangan hukum In- dewasa ini terdapat beraneka warna
donesia. Kiranya tak ada tata hukum di dunia Peraturan -perundangan baik yang diadakan
ini yang “sesulit” tata hukum Indonesia ! oleh Pemerintah Republik Indonesia sendiri
Akan tetapi walaupun demikian, tata sejak Proklamasi Kemerdekaan pada 17
hukum Indonesia tetap berpribadi Agustus 1945 maupun yang diadakan
Indonesia,yang sepanjang masa mengalami Pemerintah pada zaman penjajahan Hindia
pengaruh dari anasir tata hukum asing, yang Belanda dan Bala Tentara Jepang.
pada masa penjajahan Belanda hampir- Sejak berachirnya kekuasaan dengan hak
hampir terdesak oleh tata hukum Hindia Monopoli dan Oktrooi dari V.O.C. pada 31
Belanda. Tetapi akhirnya dengan Proklamasi Desember 1799 dan dimulainya Pemerintah
Kemerdekaan hidup kembali dengan segarnya Hindia Belanda pada 1 Januari 1800, hingga
dengan kesadaran akan pribadinya sendiri. masuknya Pemerintahan Militer Jepang di In-
Bahwasannya bangsa Indonesia donesia pada 9 Maret 1942, tidaklah sedikit
mempunyai tata hukum pribadi asli itu peraturan – perundangan yang telah
dibuktikan oleh adanya ilmu pengetahuan dikeluarkan oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Hukum Adat, berkat hasil penyelidikan ilmiah Yang menjadi Peraturan Pokok pada
Prof. Mr. C. Van Vollenhoven di Indonesia. zaman Hindia Belanda ialah :
Dalam pada itu tata hukum Indonesia, a. Algemene Bepalingen van Wetgeving
semenjak tanggal 17 Agustus 1945 ada di voor Indonesia, disingkat A.B.
tengah-tengah dunia modern. Tata Hukum (Ketentuan-ketentuan Umum tentang
Indonesia yang pada waktu dahulu dikatakan Peraturan-perundangan untuk Indonesia).
tidak berbentuk tertentu kini menemukan A.B. ini dikeluarkan pada 30 April 1847
dirinya lahir kembali dalam bentuk tertentu. termuat dalam Stb. 1847 / 23. Beberapa
Negara Indonesia dengan Undang-Undang ketetuan penting dalam A.B. ini terdapat
Dasarnya, sebagai perwujudan dari pribadi dalam pasal 15 dan 22.

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


5 Pengertian Tata Hukum Indonesia

b. Regerings Regleement (R.R.) yang mengeluarkan pelbagai macam peraturan,


dikeluarkan pada 2 September 1854 yang maka dapatlah dibayangkan betapa
termuat dalam Stb. 1854 / 2. Ketentuan banyaknya peraturan perundangan yang
yang penting dalam R.R. ini misalnya yang berlaku sekarang ini, jika ditambahkan pula
diatur dalam pasal 75. dengan Peraturan-Peraturan yang diadakan RI
c. Indische Staatsregeling (I.S.) atau sejak Proklamasi Kemerdekaan.
Peraturan Ketatanegaraan Indonesia. Timbullah kini pertanyaan bagi kita :
Pada tanggal 23 Juni 1925 Regerings “Apakah semua peraturan perundangan
Reglement tersebut dirobah menjadi tersebut, baik yang diadakan Pemerintah RI,
Indische Staatsregeling, termuat dalam m,aupun yang diadakan oleh kedua
Stb. 1925 / 415 yang mulai berlaku pada Pemerintahan jajahan, masih berlaku lagi di
1 Januari 1926. Indonesia sekarang ini?”
R.R. dan I.S. ini adalah peraturan- Untuk mengetahui peraturan perundangan
peraturan pokok yang dapat dikatakan atau hukum apakah yang berlaku dalam suatu
merupakan “undang-undang dasar Hindia negara, kita harus melihat kepada Undang-
Belanda” dan merupakan sumber peraturan- Undang Dasar atau Peraturan Pokok dari
peraturan organik pada masa itu. negara tersebut.
Macam-macam peraturan organik seperti Oleh karena itu untuk menjawab
Ordonansi, Regerings Verordening, Lokale pertanyaan tersebut di atas, kita harus
Verordening dan lain-lain diatur dalam pasal melihat pula Undang-Undang Dasar yang
95 I.S. berlaku. Dan pertanyaan tersebut dijawab
oleh Undang-Undang Dasar yang sekarang
2. Peraturan Pokok di zaman Jepang. berlaku (UUD 1945) dalam Pasal II Aturan
Satu-satunya peraturan pokok yang Peralihan : “Segala badan negara dan
diadakan Pemerintah Militer Jepang di Indo- peraturan yang ada masih langsung berlaku,
nesia ialah Undang-Undang No.1 tahun 1942 selama belum diadakan yang baru menurut
yang menyatakan berlakunya kembali semua Undang-Undang Dasar ini.”
peraturan-perundangan Hindia Belanda yang Peraturan-peraturan apakah dan manakah
tidak bertentangan dengan kekuasaan Militer yang ada pada saat Dekrit Presiden 5 Juli
Jepang. 1959 (dekrit yang menyatakan berlakunya
kembali UUD 1945)? Peraturan yang ada pada
3. Pernyataan berlakunya peraturan- saat Dekrit Presiden tersebut, ialah segala
peraturan sebelum Republik Indonesia. peraturan-peraturan yang diadakan
Telah kita lihat, bahwa Pemerintah Hindia berdasarkan UUDS-1950 dan peraturan-
Belanda telah mengeluarkan bermacam- peraturan yang dinyatakan berlaku oleh
macam peraturan yang jumlahnya tidak UUDS-1950 tersebut.
sedikit. Kemudian dengan berkuasanya Peraturan Perundangan yang dinyatakan
Pemerintah Militer Jepang yang juga berlaku oleh UUDS-1950 ialah segala

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Pengertian Tata Hukum Indonesia 6

peraturan-peraturan yang telah ada sebelum sia sendiri selama dan sekedar peraturan-
terbentuknya UUDS-1950 pada 15 Agustus peraturan dan ketentuan-ketentuan itu
1950, sebab menurut UUDS-1950 Pasal 142. tidak dicabut, ditambah atau diubah oleh
Ketentuan Peralihan : Undang-Undang dan ketentuan-ketentuan
“Peraturan undang-undang dan tata-usaha atas kuasa Konstitusi itu.”
ketentuan-ketentuan tata-usaha negara Teranglah pula di sini, bahwa segala
yang sudah ada pada tanggal 17 Agustus 1950, peraturan-peraturan perundang-undangan
tetap berlaku dengan tidak berobah sebagai yang sudah ada sebelum terbentuknya
peraturan-ketentuan RI sendiri, selama dan Konstitusi Ris tetap berlaku selama belum
sekedar peraturan-peraturan dan dicabut, ditambah atau diubah. Peraturan-
ketentuan-ketentuan itu tidak dicabut, peraturan apakah dan manakah yang sudah
ditambah atau diubah oleh Undang-Undang ada pada saat mulai berlakunya Konstitusi
dan ketentuan tata-usaha atas kuasa UUD RIS?
ini.” Peraturan-peraturan yang sudah ada pada
Jelaslah di sini, bahwa segala peraturan- 6 Februari 1950 ialah segala peraturan yang
peraturan perundangan yang ada sebelum diadakan berdasarkan UUD 1945 (UUD
terbentuknya UUDS-1950 tetap berlaku selama Proklamasi) dan peraturan-peraturan yang
belum dicabut, ditambah atau diubah. dinyatakan berlaku oleh UUD 1945 tersebut.
Tetapi peraturan-peraturan apakah dan Peraturan-peraturan yang dinyatakan
manakah sudah ada tanggal 17 Agustus 1950? berlaku oleh UUD 1945 itu ialah segala
Peraturan-peraturan yang sudah ada pada 17 peraturan-peraturan yang sudah ada pada saat
Agustus 1950 ialah segala peraturan-peraturan Proklamasi Kemerdekaan 17-8-1945
yang diadakan berdasarkan Konstitusi RIS diumumkan, seperti yang tersebut dalam Pasal
1949, dan peraturan-peraturan yang II Peraturan Peralihan UUD 1945 : “Segala
dinyatakan berlaku oleh Konstitusi RIS badan negara dan peraturan yang ada masih
tersebut. langsung berlaku selama belum diadakan
Peraturan-peraturan yang dinyatakan yang baru menurut UUD ini.”
berlaku oleh Konstitusi RIS itu adalah segala Jelas pula kepada kita sekarang, bahwa
peraturan-peraturan yang telah ada sebelum segala peraturan-peraturan perundangan yang
terbentuknya Konstitusi RIS pada 6 Februari telah ada pada saat kita memproklamasikan
1950, seperti yang dinyatakan oleh Pasal 192 kemerdekaan (yaitu segala peraturan-
Ketentuan Peralihan Konstitusi RIS: peraturan perundangan yang dibuat pada
“Peraturan-Peraturan dan ketentuan tata- zaman penjajahan Jepang dan Belanda) tetap
usaha yang sudah ada pada saat Konstitusi berlaku/ dinyatakan berlaku sebagai
ini mulai berlaku tetap berlaku dengan peraturan-peraturan RI; diadakannya Aturan
tidak berubah sebagai peraturan-peraturan Peraturan Pasal II ini, disebabkan tidak cukup
dan ketentuan-ketentuan Republik Indone- waktu sama sekali untuk membuat peraturan-

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


7 Pengertian Tata Hukum Indonesia

peraturan yang baru untuk menggantikan Militer Jepang mengambil alih segala
semua peraturan-peraturan yang diadakan peraturan-peraturan di zaman Hindia Belanda
kedua pemerintahan jajahan tersebut. (Indonesia pada zaman “Hindia Jepang”
Lagi pula akan sangat besar pula akibatnya dikuasai oleh Pemerintah Militer Jepang.
jika peraturan-peraturan perundangan Jepang Untuk Jawa dan Madura dikuasai oleh
dan Belanda tersebut secara serentak Angkatan Darat Kerajaan Jepang dan untuk
dihapuskan, sehingga menimbulkan daerah-daerah seberang dikuasai oleh
kekosongan (vacuum) dalam peraturan- Angkatan Laut Kerajaan Jepang).
perundangan dan hukum. Dari keterangan-keterangan pelajaran
Sekarang marilah kita tinjau keadaan tersebut di atas dapat diambil keringkasan
peraturan-peraturan sebelum Proklamasi sebagai berikut ini :
Kemerdekaan: Peraturan Peralihan Pasal II 1) Semua peraturan-peraturan perundangan
UUD 1945 itu menyatakan berlakunya segala Hindia Belanda yang diambil alih oleh
peraturan-peraturan yang telah ada pada saat Pemerintah Militer Jepang ditambah
Proklamasi. Sedangkan peraturan-peraturan dengan peraturan-peraturan yang dibuat
yang telah ada pada saat kita merdeka ialah Pemerintah Jepang sendiri, berlaku pada
peraturan-peraturan yang dibuat oleh zaman penjajahan Jepang di Indonesia.
Pemerintah Militer Jepang sejak menduduki 2) Semua peraturan-peraturan perundangan
Indonesia pada tahun 1942. yang belaku pada masa penjajahan
Disamping peraturan-peraturan yang Jepang yang diambil alih oleh UUD 1945
diadakan oleh Pemerintah Militer Jepang di (Pasal II Aturan Peralihan) ditambah
Indonesia, mereka juga menyatakan dengan peraturan-peraturan yang dibuat
berlakunya segala peraturan-peraturan berdasarkan UUD 1945 tersebut, berlaku
perundangan yang dibuat oleh Pemerintah pada masa UUD 1945 (yang pertama).
Hindia Belanda yang sesuai dengan peraturan 3) Semua peraturan-peraturan perundangan
yang dikeluarkan mereka itu sendiri. yang berlaku pada masa UUD 1945 yang
Untuk itu pada tanggal 7 Maret 1942 diambil alih oleh Konstitusi RIS (Pasal 192
Pemerintah Balatentara Jepang di Indonesia Aturan Peralihan) ditambah dengan
telah mengeluarkan Undang-Undang No.1 peraturan-peraturan yang dibuat
tahun 1942 yang dalam Pasal 3 ditentukan berdasarkan Konstitusi RIS tersebut,
“Semua badan-badan Pemerintahan dan berlaku selama masa Konstitusi RIS.
kekuasaannya hukum dan undang-undang 4) Semua peraturan-peraturan perundangan
dari Pemerintah yang dulu, tetap diakui sah yang berlaku pada masa Konstitusi RIS
buat sementara waktu, asal saja tidak yang diambil alih oleh UUDS 1950 (Pasal
bertentangan dengan Aturan Pemerintah 142 Ketentuan Peralihan), ditambah
Militer.” dengan peraturan-peraturan yang dibuat
Ternyata pula di sini, bahwa Pemerintah berdasarkan UUDS 1950 tersebut selama

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Pengertian Tata Hukum Indonesia 8

masa UUDS 1950. atau diubah oleh ketentuan-ketentuan


5) Akhirnya semua peraturan-peraturan per- berdasarkan UUD 1945 yang sekarang berlaku
undangan yang berlaku selama masa di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
berlakunya UUDS 1950 yang diambil alih
oleh UUD 1945 (UUD 1945 dinyatakan Par. 4
berlaku dengan Dekrit Presiden),
LAPANGAN-LAPANGAN HUKUM
ditambah dengan Peraturan-peraturan
DI INDONESIA
perundangan yang dibuat berdasarkan
UUD 1945 (yang kedua) ditambah lagi Aturan-atuan Hukum yang beraneka-ragam
dengan peraturan-peraturan yang dibuat itu dapat digolongkan menjadi lapangan-
berdasarkan Dekrit Presiden (sebagai lapangan hukum tertentu. Di dalam UUDS
peraturan-peraturan pelaksanaan Dekirt (1950) pernah disebut beberapa lapangan
Presiden tersebut sepanjang belum hukum yaitu dalam pasal 102 dan 108.
dicabut) berlaku pada masa sekarang ini. Dalam pasal 102 UUDS disebut :
Alhasil dapatlah kita mengambil a.Hukum Perdata dan Hukum Dagang.
kesimpulan bahwa berdasarkan : b.Hukum Pidana Sipil dan Hukum Pidana
a) Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 Militer.
(Setelah Dekrit Presiden) c.Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara
juncto (berhubungan dengan) Pidana.
b) Pasal 142 ketentuan Peralihan UUDS RI
1950 juncto Pasal 108 UUDS menyebut pula Hukum Tata
c) Pasal 192 ketentuan Peralihan Konstitusi Usaha . Kedua pasal ini tidaklah memuat
RIS juncto pembagian lapangan hukum di Indonesia,
d) Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 sehingga tidak menyebut lengkap semua
(Proklamasi) juncto lapangan hukum.
e) Pasal 3 Undang-Undang Balatentara Pasal 102 UUDS ini hanya menyebut
Jepang tahun 1942 No.1 lapangan-lapangan hukum yang harus “diatur
Maka dapatlah dikatakan, bahwa : dengan undang-undang dalam kitab-kitab
Segala peraturan – perundangan yang hukum.” Dengan kata lain, pasal 102 UUDS
diadakan di zaman Hindia Belanda, di zaman hanya menyebut lapangan-lapangan hukum
Bala tentara Jepang dan di zaman Republik yang harus “ dikodifikasikan.”
Indonesia hingga sekarang, berlaku seluruhnya Sedangkan pasal 108 UUDS hanya
di Indonesia sekarang ini, asal saja peratauran- menentukan siapa harus memutuskan
peraturan perundangan tersebut tidak sengketa-sengketa yang mengenai hukum tata
bertentangan dengan UUD 1945 yang sekarang usaha ( Hukum Administrasi ). Pada pokoknya
berlaku dan tetap akan berlaku di Indonesia jenis-jenis lapangan hukum dapatlah
seterusnya selama belum dicabut, ditambah disebutkan sebagai berikut :

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


9 Pengertian Tata Hukum Indonesia

Pertama-tama ialah Hukum Tata Negara. semua peraturan-peraturan hukum yang


Dengan terwujudnya Negara Indonesia dapat diadakan / diatur oleh negara atau bagian-
dimengerti bahwa aturan-aturan hukum tentang bagiannya dan berlaku pada waktu itu untuk
negara Indonesia merupakan Hukum Tata Negara seluruh masyarakat dalam negara itu.
Indonesia. Sesudah itu sebagai lapangan kedua Jelasnya, semua hukum yang berlaku bagi
ialah Hukum Administrasi Negara, karena erat suatu masyarakat pada suatu waktu dalam
pertaliannya dengan Negara. suatu tempat tertentu.. Oleh karena itu ada
Jika Hukum Tata Negara mengatur sarjana yang mempersamakan tata hukum itu
bagaimana keadaan organisasi yang disebut dengan Hukum Positif atau Ius constitutum.
negara itu dan tugas-tugasnya, maka Hukum Tujuan tata hukum ialah untuk
Administrasi Negara mengatur cara negara mempertahankan, memelihara dan
atau alat-alat perlengkapan negara hendaknya melaksanakan tata tertib di kalangan anggota-
bertingkah-laku dalam menjalankan tugasnya anggota masyarakat dalam negara itu dengan
itu. Lapangan ketiga ialah Hukum Perdata, peraturan-peraturan yang diadakan oleh
yaitu keseluruhan aturan hukum yang negara atau bagian-bagiannya.
mengatur tingkah-laku orang-orang terhadap Peraturan-peraturan Hukum tertulis yang
orang lainnya di dalam negara, tingkah –laku berlaku di Indonesia sebagian besarnya telah
antara warga masyarakat dalam hubungan dikodifikasikan dan disebut Hukum
keluarga dan pergaulan masyarakat. Kodifikasi.
Lapangan keempat ialah Hukum Dagang, Dasar Hukum dari Kodifikasi itu tercantum
yang pada hakekatnya bagian Hukum Perdata dalam pasal 75 ayat 1 Regerings Reglement [
di bidang perdagangan atau perusahaan. R.R.] yang kemudian diganti menjadi pasal
Lapangan kelima ialah Hukum Pidana 131 ayat 1 Indische Staatsregeling [ I.S.], yaitu
yakni aturan-aturan hukum yang mengatur Peraturan Ketatanegaraan Hindia Belanda,
tindakan-tindakan apa yanmg dilarang dan yang berbunyi : “Hukum Perdata dan Hukum
memberikan pidana kepada siapa yang Dagang begitu pula Hukum Pidana beserta
melanggarnya. Ada Hukum Pidana Sipil dan Hukum Acara Perdata dan Hukum Acara Pidana
Hukum Pidana Militer.
harus diletakkan dalam Undang-Undang.” (
Lapangan hukum keenam ialah Hukm
yaitu harus dikodifikasikan).
Acara, yang meliputi Hukum Acara Perdata
dan Hukum Acara Pidana.
1. Asas Konkordansi (Asas keselarasan).
Hukum kodifikasi (misalnya Hukum
Par. 5
Perdata, Hukum Dagang, Hukum Pidana) yang
KEADAAN TATA HUKUM INDO- sekarang berlaku di Indonesia adalah selaras
NESIA. [ Konkordan ] dengan Hukum Kodifikasi yang
berlaku dinegeri Belanda. Keselarasan Hukum
Seperti telah dijelaskan, Tata Hukum ialah Kodifikasi tersebut disebabkan berlakunya

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Pengertian Tata Hukum Indonesia 10

Asas Konkordansi ( asas keselarasan = asas yaitu zaman penjajahan Belanda dan Jepang.
persamaan berlakunya system hukum ) di In- Sampai sekarang ini keadaan yang demikian
donesia. Asas Konkordansi diatur dalam I.S. itu (dualisme) masih belum dapat
pasal 131 ayat 2 yang berbunyi : “Untuk dihindarkan.
golongan bangsa Belanda harus dianut ( Adapun sebabnya ialah karena negara
dicontoh ) undang-undang di negeri Belanda.” Republik Indonesia sendiri belumlah
Hal itu berarti, bahwa hukum yang mengadakan hukum kodifikasi yang baru.
berlaku bagi orang-orang Belanda di Untuk menghindari kekosongan [ vacuum ]
Indonesiaharus dipersamakan dengan hukum dalam hukum, maka negara kita mengadakan
yang berlaku di negeri Belanda. Jadi peraturan-peraturan peralihan dalam
selarasnya hukum kodifikasi di Indonesia beberapa Undang-Undang Dasar yang telah
dengan hukum kodifikasi di negeri Belanda dan sedang berlaku.
adalah berdasarkan asas konkordansi tersebut. Peraturan-peraturan itu menyatakan,
Namun demikian hukum kodifikasi yang bahwa hukum kodifikasi yang lama (hukum
berlaku di Belanda ini umumnya juga kodifikasi yang konkordan dengan hukum
mencontohi hukum kodifikasi yang berlaku kodifikasi di negeri Belanda) masih tetap
diPerancis, yang pada akhirnya kodifikasi berlaku. Pembentuk Undang-Undang RI belum
Perancis berpokok-pangkal pada hukum dapat menghasilkan hukum kodifikasi yang
kodifikasi di Romawi Kuno. baru, oleh karena untuk itu diperlukan waktu
yang tidak sedikit dan pengetahuan hukum
2. Keadaan Hukum Kodifikasi di Indonesia. yang luas.
Bagaimanakah keadaan hukum kodifikasi Di samping itu diperlukan banyak ahli-
yang sekarang berlaku di Indonesia ? ahli hukum yang berpengalaman untuk
Walaupun konkordan dengan hukum kodifikasi mengadakan penyelidikan yang mendalam,
yang terdapat di negeri Belanda, namun berhubung dengan banyaknya macam
tidaklah sama dalam kesatuan berlakunya golongan rakyat dan suku bangsa yang masing-
(unifikasi) bagi seluruh golongan penduduk. masing mempunyai kebutuhan-kebutuhan
Hukum kodifikasi di Indonesia terutama hukum yang berlainan serta mendiami beribu-
Hukum Sipil berlaku hanya bagi beberapa ribu kepulauan tersebar di seluruh Nusantara
golongan rakyat tertentu saja, sedangkan bagi yang luas ini.
golongan terbesar dari rakyat Indonesia
berlaku susunan Hukum Perdata yang lain 3. Kesatuan berlakunya Hukum Pidana
pula, yang pada umumnya tak tertulis, yaitu [Unifikasi Hukum Pidana]
Hukum Perdata Adat ( Hukum Adat ). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUH
Perbedaan dalam Hukum Perdata itu Pidana) di Indonesia yang dikodifikasi pada
sebenarnya sudah ada semenjak sebelum tahun 1918 itu adalah merupakan satu-satunya
Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, hukum kodifikasi yang berlaku umum untuk

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


11 Pengertian Tata Hukum Indonesia

semua golongan penduduk yang berada dalam


daerah Indonesia. KUH Pidana ini berlaku
terhadap setiap orang dalam daerah Indone-
sia yang melakukan suatu perbuatan yang
dapat dihukum (tindak pidana = delik).
Kesatuan berlakunya atau unifikasi Hukum
Pidana yang telah dikodifikasikan ini mulai
berlaku sejak 1 Januari 1918.
Tetapi jauh sebelum tanggal tersebut,
masih terdapat juga dualisme dalam hukum
pidana, karena waktu itu berlaku dua macam
hukum pidana, yakni hukum pidana yang
berlaku khusus untuk golongan Eropah di In-
donesia dan hukum pidana yang berlaku bagi
golongan rakyat bukan Eropah.

4. Pluralisme dalam Hukum Perdata di Indo-


nesia
Kalau Hukum Pidana di Indonesia itu
sebagai Hukum Kodifikasi telah diadakan
unifikasi, maka sebaliknya Hukum Perdata di
Indonesia masih “ber-bhineka”, yaitu
beraneka warna.
Di Indonesia berlaku bermacam-macam
hukum perdata, yaitu Hukum Eropah (Barat)
, Hukum Perdata Timur Asing dan Hukum
Perdata Adat [Hukum Adat], yang kesemuanya
itu berlaku resmi bagi golongan-golongan
penduduk di Indonesia.Keadaan demikian
disebut pluralisme dalam Hukum Perdata
(berlakunya bermacam-macam hukum
perdata bagi masing-masing golongan
penduduk).Beberapa bagian dari Hukum
Perdata di Indonesia sekarang ini telah
diadakan perubahan dan dinyatakan berlaku
bagi semua warga negara Indonesia seperti
misalnya : peraturan tentang perkawinan dan
pencatatan sipil.

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 12

BAB II
ASAS-ASAS HUKUM PERDATA
dan bertugas membuat rencana kodifikasi
Par. 6
hukum perdata Belanda dengan menggunakan
SEJARAH HUKUM PERDATA DI sebagai sumber sebagian besar “Code Napo-
INDONESIA leon” dan sebagian kecil hukum Belanda Kuno.
Meskipun penyusunan tersebut sudah
1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda, tahun selesai sebelumnya (5 Juli 1830) tetapi Hukum
1830. Perdata Belanda baru diresmikan pada 1
Sumber pokok Hukum Perdata Oktober 1838.
(Burgerlijkrecht) ialah Kitab Undang-Undang Pada tahun itu dikeluarkan :
Hukum Sipil (Burgerlijk Wetboek), disingkat 1. Burgerlijk Wetboek (KUH Sipil).
KUHS (B.W.). 2. Wetboek van Koophandel (KUH
KUHS sebagian besar adalah hukum Dagang).
perdata Perancis, yaitu Code Napoleon tahun
1811-1838; akibat pendudukan Perancis di Berdasarkan asas konkordinasi, kodifikasi
Belanda, berlaku di Negeri Belanda sebagai hukum perdata Belanda menjadi contoh bagi
Kitab Undang-Undang Hukum Sipil yang resmi. kodifikasi hukum perdata Eropa di Indone-
Sebagian dari Code Napoleon ini adalah sia. Kodifikasi ini diumumkan pada tanggal
Code Civil, yang dalam penyusunannya 30-4-1847 Staatsblad No. 23 dan mulai berlaku
mengambil karangan-karangan pengarang- pada 1 Mei 1848 di Indonesia.
pengarang bangsa Perancis tentang hukum
Romawi (Corpus Juris Civilis), yang pada 2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesia,
jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang tahun 1848.
paling sempurna. Juga unsur-unsur hukum KUHS yang terlaksana dalam tahun 1848
kanoniek (hukum agama Katholik) dan hukum itu adalah hasil panitia kodifikasi yang
kebiasaan setempat mempengaruhinya. diketuai oleh Mr. C.J SCHOLTEN van
Peraturan-peraturan yang belum ada pada OUDHAARLEM.
jaman Romawi, tidak dimasukkan dalam Maksud daripada kodifikasi pada waktu
Code Civil, tetapi dalam kitab tersendiri ialah itu untuk mengadakan persesuaian antara
Code de Commerce. hukum dan keadaan di Indonesia dengan
Setelah pendudukan Perancis berakhir, hukum dan keadaan di negeri Belanda. Di
oleh pemerintah Belanda dibentuk suatu negeri Belanda aliran kodifikasi adalah
panitia yang diketuai oleh Mr J.M. Kemper daripada aliran kodifikasi yang di Eropa

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


13 Asas-Asas Hukum Perdata

berlangsung secara umum pada akhir abad dan lain karena pengangkatannya dilakukan
ke-18; malah pada waktu itu sudah ada berkenaan dengan hal, bahwa setelah
negara-negara yang telah selesai dengan undang-undang baru Belanda itu dijalankan,
kodifikasinya. di Indonesia peraturan-peraturan lama masih
Demikian antara lain Perancis, sesudah tetap berlaku, sedangkan sampai tahun 1835
10 tahun bekerja, dalam tahun 1804 telah itu kodifikasi Belanda tadi belum juga
menyelesaikan kodifikasinya, yaitu Code civil berlaku, keadaan mana disebabkan oleh
des Francais. pemberontakan Belgia.
Di negeri Belanda, setelah merdeka dari “Kodifikasi itu adalah hasil daripada
penjajahan Perancis, aliran kodifikasi pekerjaan kebanyakan orang-orang Belgia,
diwujudkan tahun 1830 dalam KUHS dan karena adanya revolusi itu, maka
(tertanggal 5 Juli 1830) dan akan mulai sekarang ini saya belum dapat mengadakan
berlaku jam 12 malam tanggal 31 Januari 1831 Persiapan,” demikian HAGEMANN
(antara 31 Januari dan 1 Februari 1831). selanjutnya. Tepatkah jawaban ini?
Sesudah kodifikasi itu setelah pemerintah Pertimbangan HAGEMANN itu tidak masuk
Belanda mengangkat Mr C.C. HAGEMANN akal, sebab tanpa bergantung pada pisah
sebagai Presiden daripada Mahkamah Agung tidaknya Belgia dari Belanda, Belanda akan
(Hooggerechtshof) di Hindia Belanda dengan tetap mengadakan kodifikasi. Dan itu berarti,
catatan, supaya ia menyesuaikan peraturan- di Indonesia juga akan ada kodifikasi. Jadi
peraturan lama di Hindia Belanda dengan persiapan diperlukan juga.
kodifikasi tadi. Dengan demikian ia Tahun 1836 HAGEMANN pulang ke negeri
diwajibkan mengadakan penyelidikan Belanda: sebagai Ketua Mahkamah Agung ia
seperlunya, dan ia harus pula mengemukakan diganti oleh SCHOLTEN van OUDHAARLEM
usul-usul kepada pemerintah Belanda. tersebut di atas.
Teranglah, bahwa ia mendapat perintah SCHOLTEN van OUDHAARLEM tidak diberi
istimewa untuk menjalankan persiapan tugas seperti HAGEMANN, tapi ia minta diberi
daripada kodifikasi di Indonesia. tugas itu (tugas diberikan tanggal 24 Septem-
HAGEMANN diangkat bulan Juli 1830, tapi ber 1837), karena merasa bertanggung jawab
sampai 1835 tidak dikerjakannya sesuatu atas usaha kodifikasi di Indonesia. Ia
apapun juga. Pemerintah Hindia Belanda, mengusulkan supaya dibentuk panitia.
Gubernur Jenderal J.CH.BAUD menegur Pemerintah Hindia Belanda menyambut
HAGEMANN karena kelalaiannya itu pada hasrat itu dengan baik dan dengan surat
bulan Agustus 1835. HAGEMANN 3 bulan tanggal 31 Oktober 1837 SCHOLTEN van
kemudian., yaitu tanggal 19 Desember 1835, OUDHAARLEM diangkat sehagai ketua panitia,
menjawab, bahwa ia mengakui belum dan Mr A.A. van VLOTEN sera Mr P. MEYER,
dikerjakannya sedikit pun tugas itu. Dalam masing-masing sebagai anggota panitia,
pada itu ia mengemukakan alasan, bahwa tak dengan tugas menjalankan tindakan-tindakan
mungkinnya berbuat sesuatu itu adalah satu persiapan, mengemukakan usul-usul tentang

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 14

pembagian daripada peradilan di Indonesia aturan undang-undang Belanda dapat


dan lain-lain. dijalankan;
Panitia bekerja giat, tapi hasil yang 2) mengemukakan usul-usul;
diharapkan tidak ada, karena SCHOLTEN van 3) memperhatikan organisasi kehakiman
OUDHAARLEM jatuh sakit dan kembali ke (rechterlijke organisatie = R.O.);
negeri Belanda atas nasehat dokter. Juga van
VLOTEN meninggalkan Jakarta, sehingga Panitia itu berhasil membuat rancangan
panitia tadi bubar dengan sendirinya. peraturan tentang susunan badan peradilan
Dalam pada itu dalam waktu yang singkat, di Hindia Belanda (Reglement op de R.O.),
yaitu dalam 1 tahun, panitia tadi dengan yang walaupun suidah disahkan oleh
mengadakan kontak dengan pimpinan pemerintah Belanda, mulai berlakunya
Javasche Bank dan Nederlandsche ditangguhkan.
Handelmaatschappij telah dapat mengerjakan Rancangan disahkan itu dikirimkan kepada
hukum dagang, dan atas pertimbangan Gubernur Jenderal untuk mendapat advis.
instansi-instansi itu panitia pada tanggal 23 Gubernur Jenderal MERKUS yang menerima
April 1838 menyampaikan laporan kepada peraturan itu kemudian minta advis J. van
pemerintah. de VINNE directeur ‘s Lands Middelen en
Dengan suratnya tanggal 23 Desember Domein.
1838 SCHOLTEN van OUDHAARLEM Advis dari van de VINNE adalah sangat
menganjurkan kepada Gubernur Jenderal, jauh dari baik, dan perlawanan dari pihaknya
supaya diangkat panitia baru, tapi panitia itu demikian hebatnya, sehingga SCHOLTEN van
jangan disuruh bekerja di Indonesia melainkan OUDHAARLEM diminta mengadakan kontak
di negeri Balanda. Ia menyediakan diri dengan van de VINNE. Hasil kontak itu ialah
sebagai anggota atau ketua panitia. Dengan diubahnya rancangan tadi. Kemudian van de
advis baik surat itu diteruskan ke negeri VINNE diangkat menjadi anggota Raad van
Belanda. Pemerintah Belanda minta lebih State.
dulu advis anggota Staten-General, J.Chr. Panitia menyelesaikan pula beberapa usul,
BAUD; hasilnya ialah dibentuknya panitia antara lain tentang KUHS dan RO.
dengan SCHOLTEN van OUDHAARLEM sebagai Dalan Raad van State, van de VINNE
ketua, sedangkan anggotanya adalah : menyampaikan pandangannya tentang
1) Mr I.SCHNEITHER (bekas Sekretaris rancangan peraturan tadi, pandangan mana
Pemerintah Hindia Belanda). bersifat :
2) Mr I.F.H. van NES (bekas hakim pada 1) prinsipil
Hooggerechtshof (HGH) dan bekas 2) umum
Residen Pasuruan). 3) politis

Tugas panitia adalah : Ad 1): Di sini keberatannya adalah


1) merancang peraturan, agar aturan- sebagai berikut :

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


15 Asas-Asas Hukum Perdata

a. peraturan-peraturan tidak cocok Walaupun sengitnya reaksi itu, namun


dengan kepentingan berjuta-juta or- SCHOLTEN van OUDHAARLEM sebagai jurist
ang di Indonesia dan aturan-aturan yang masih dapat mempertahankan pendiriannya,
ruwet (gecompliceerd) itu tidak akan sehingga usulnya diterima menjadi undang-
difahami; lagipula agama Islam tidak undang (KUHS dan RO).
akan tunduk. Sebagai telah diketahui, maka peraturan
b. gelijkgestelden (orang yang di Indonesia konkordan dengan peraturan di
dipersamakan hak dengan orang Eropa) negeri Belanda.
(lihat pasal 7 A.B.) tidak akan Asas konkordansi yang bagaimanakah,
menyetujui undang-undang itu yang dipakai oleh KUHS di Indonesia ?
sedangkan orang Indonesia Kristen SCHOLTEN van OUDHAARLEM menjawab
keadaan dan pikirannya tidak beda pula : “Panitia mencari persamaan seerat-eratnya
dengan orang yang beragama lain. dengan peraturan di negeri Belanda, jadi yang
c. peraturan-peraturan itu tidak cocok diikuti adalah konkordinasi sempit (enge
bagi orang Belanda peranakan, karena concordantie).”
mereka itu pikirannya sama dengan Pendirian ini ditentang oleh Menteri
pikiran orang Belanda. Kehakiman Mr de JONGE van CAMPENS-
d. orang-orang Belanda totok jumlahnya NIEUWLAND dengan pernyataan sebagai
sedikit, dan yang sudah sedikit itu berikut :
kelakuannya tidak baik. “Mengapa peraturan-perundangan Indone-
sia harus mengekor peraturan-peraturan
Ad 2): Disini keberatannya adalah sebagai Belanda? Keadaannya jauh berlainan, dan jika
berikut : penyelesaian daripada panitia itu ternyata peraturan-perundangan itu tidak
tidak baik, karena tidak lebih dulu minta baik, untuk apa ia dipakai di Indonesia.”
advis ahli-ahli hukum di Indonesia. Ia berpendirian, bahwa peraturan-
peraturan Belanda itu hendaklah baru diikuti,
Ad 3): Disini keberatannya adalah sebagai bila peraturan itu sesuai dengan keadaan di
berikut : kekuasaan yang diberikan oleh Indonesia.
peraturan-peraturan itu menjadikan Gubernur Pada waktu itu jabatan Menteri Jajahan
Jenderal berkedudukan sama dengan Raja dipegang oleh J.Chr. BAUD; ia tidak
dalam monarkhi konstitusional, sedangkan menyetujui pendapat Menteri Kehakiman;
hendaknya janganlah demikian. Gubernur diikutinya pendirian SCHOLTEN van
Jenderal harus mempunyai kekuasaan lebih OUDHAARLEM dengan alasan sebagai berikut:
banyak. Oleh karena itu, maka kekuasaan “Tidaklah mungkin, bahwa peraturan-
dalam KUHS itu janganlah diberikan juga peraturan di Indonesia lebih baik dari
kepada Ketua HGH, melainkan kepada peraturan-perundangan di negeri Belanda.”
Gubernur Jenderal saja. Karena pendirian BAUD yang wibawa itu serta

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 16

kelemahan Kementerian Kehakiman karena 1. Buku I, yang berjudul Perihal Orang


tidak dapat menunjukkan manakah hasil (Van Personen), yang memuat Hukum
pertauran-perundangan dagang di negeri Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;
Belanda yang dianggap tidak baik, maka 2. Buku II, yang berjudul Perihal Benda
dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa asas (Van Zaken), yang memuat Hukum
konkordansi itu adalah sempit (enge Benda dan Hukum Waris;
concordantie), jadi, peraturan-peraturan 3. Buku III, yang berjudul Perihal
Belanda selalu diikuti oleh Hindia Belanda. Perikatan (Van Verbintenissen), yang
Hanya bila sangat perlu saja boleh memuat Hukum Harta Kekayaan yang
menyimpang; konkordansi itu demikian berkenaan dengan hak-hak dan
eratnya, sehingga, walaupun peraturan kewajiban yang berlaku bagi orang-
Belanda nyata-nyata salah, namun peraturan orang atau pihak-pihak tertentu;
Indonesia tidaklah boleh menyimpang. 4. Buku IV, yang berjudul Perihal
Oleh karena asas konkordansi itu KUHS Pembuktian dan Kadaluwarsa atau
Belanda mendapat perhatian lebih besar Liwat Waktu (Van Bewijs en Verjaring),
untuk dipelajari jiwanya. Demikianlah KUHS yang memuat perihal alat-alat
Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku pembuktian dan akibat-akibat liwat
sejak 1 Mei 1848) dapat dikatakan suatu copy waktu terhadap hubungan-hubungan
KUHS Belanda, sehingga untuk menyelidikinya hukum.
perlulah dengan sendirinya menyelidiki KUHS
Belanda. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum
Perdata (yang termuat dalam KUHS) dapat
dibagi dalam 4 bagian, yaitu :
Par. 7
1. Hukum Perorangan (Personenrecht)
PEMBAGIAN DAN SISTEMATIK yang memuat antara lain :
HUKUM PERDATA. a. peraturan-peraturan tentang manusia
sebagai subyek hukum;
Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah b. peraturan-peraturan tentang
rangkaian peraturan-peraturan hukum yang kecakapan untuk memiliki hak-hak dan
mengatur hubungan hukum antara orang yang untuk bertindak sendiri melaksanakan
satu dengan orang lain, dengan hak-haknya itu.
menitikberatkan kepada kepentingan 2. Hukum Keluarga (Familierecht) yang
perseorangan. memuat antara lain :
Hukum perdata diatur dalam (bersumber a. perkawinan beserta hubungan dalam
pokok pada) Kitab Undang-Undang Hukum hukum harta kekayaan antara suami/
Sipil yang disingkat KUHS (Burgerlijk isteri;
Wetboek, disingkat B.W.). b. hubungan antara orang tua dan anak-
KUHS itu terdiri atas 4 Buku, yaitu : anaknya (kekuasaan orang tua –

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


17 Asas-Asas Hukum Perdata

ouderlijke macht); meninggal dunia.


c. perwalian (voogdij); Hukum Perdata mengatur seluruh segi
d. pengampuan (curatele). kehidupan manusia sejak ia belum lahir dan
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogens- masih dalam kandungan ibunya sampai
recht),yang mengatur tentang meninggal dunia.
hubungan- hubungan hukum yang dapat Hal itu diatur dalam KUHS pasal 2 ayat 1:
dinilaikan dengan uang. “Anak yang ada dalam kandungan seorang
Hukum Harta Kekayaan meliputi : perempuan dianggap sebagai telah dilahirkan,
a. hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku apabila kepentingan si anak menghen-
terhadap tiap orang; dakinya.”
b. hak perorangan, yaitu hak-hak yang Dengan demikian seorang anak yang masih
hanya berlaku terhadap seorang atau dalam kandungan ibunya sudah dijamin untuk
suatu pihak tertentu saja. mendapat warisan jika ayahnya meninggal
4. Hukum Waris (Erfrecht), yang dunia.
mengatur tentang benda atau kekayaan Selanjutnya pasal 2 ayat 2 KUHS
menyatakan, bahwa apabila ia dilahirkan
seorang jika ia meninggal dunia (
mati, maka ia dianggap tidak pernah ada.
mengatur akibat-akibat dari hubungan
Sebagai Negara hukum, Negara Republik
keluarga terhadap harta peninggalan
Indonesia mengakui setiap orang sebagai
seseorang).
manusia terhadap undang-undang, artinya
bahwa setiap orang diakui sebagai subjek
hukum oleh undang-undang. UUD 1945 pasal
Par. 8
27 menetapkan segala warga negara
HUKUM PERORANGAN (PER- bersamaan kedudukannya di dalam hukum
SONENRECHT). dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
Dalam pelajaran terdahulu telah ada kecualinya.
dijelaskan, bahwa di dalam hukum perkataan Di samping manusia sebagai pembawa
“orang” atau “persoon” berarti “ hak, di dalam hukum juga badan-badan atau
pembawa hak “, yaitu segala sesuatu yang perkumpulan-perkumpulan dipandang sebagai
mempunya hak dan kewajiban dan disebut subyek hukum yang dapat memiliki hak-hak
subyek hukum yang terdiri dari : dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum
1. manusia (natuurlijke persoon) seperti manusia.
2. badan hukum (rechtspersoon). Badan-badan dan perkumpulan-
perkumpulan itu dapat memiliki kekayaan
Berlakunya seorang manusia sebagai sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum
pembawa hak (subjek hukum) ialah mulai saat dengan perantaraan pengurusnya, dapat
ia dilahirkan dan berakhir pada saat ia digugat dan menggugat di muka Hakim,

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 18

singkatnya diperlakukan sepenuhnya sebagai berada.


seorang manusia. Ada orang-orang yang mempunyai domisili
Badan-badan atau perkumpulan tersebut mengikuti pada domisili orang lain, seperti
dinamakan Badan Hukum (Rechtspersoon), seorang istri berdomisili di tempat tinggal
yang berarti orang (persoon) yang diciptakan suaminya, anak-anak yang belum dewasa
oleh hukum. pada domisili orang tuanya dan buruh di
Yang dimaksud dengan badan hukum itu rumah majikannya.
adalah misalnya : Negara, Propinsi, Ada pula domisili pilihan, misalnya dua
Kabupaten, Perseroan Terbatas, Koperasi, orang yang mengadakan suatu perjanjian
Yayasan (Stichting), Wakaf, Gereja, dan lain- (perdagangan) memilih domisili di kantor
lain. seorang Notaris atau kantor Kepaniteraan
Suatu perkumpulan dapat dimintakan Pengadilan Negeri.

pengesahan sebagai badan hukum dengan


cara:
a. didirikan dengan Akte Notaris.
Par. 9
b. didaftarkan di kantor Panitera HUKUM KELUARGA.
Pengadilan Negeri setempat.
c. dimintakan pengesahan Anggaran Hukum Keluarga memuat rangkaian
Dasarnya kepada Menteri Kehakiman. peraturan-peraturan hukum yang timbul dari
d. diumumkan dalam Berita Negara. pergaulan hidup kekeluargaan.
Termasuk hukum keluarga antara lain
Menurut hukum tiap-tiap orang harus ialah:
mempunyai tempat tinggal di mana ia harus
dicari; tempat tinggal itu disebut domisili. 1. Kekuasaan orang tua (ouderlijke macht:
Suatu badan hukum pun harus pula KUHS pasal 198 dan seterusnya).
mempunyai domisili. Setiap anak wajib hormat dan patuh
Pentingnya domisili itu ialah dalam hal : kepada orang tuanya, sebaliknya orang tua
a. dimana seorang harus menikah; wajib memelihara dan memberi bimbingan
b. dimana seorang harus dipanggil oleh anak-anaknya yang belum cukup umur sesuai
Pengadilan; dengan kemampuannya masing-masing.
c. Pengadilan mana yang berwenang Setiap anak yang belum dewasa (belum
terhadap seseorang, dan sebagainya. 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin)
dianggap tidak cakap bertindak
Seseorang yang tidak mempunyai domisili (handelingsonbekwaam) dalam lalu lintas
di tempat kediamannya yang pokok hukum oleh undang-undang. Mereka
(tertentu), maka domisilinya dianggap berada ditentukan tidak dapat mengadakan
di tempat di mana ia sungguh- sungguh persetujuan-persetujuan: maka itu orang

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


19 Asas-Asas Hukum Perdata

tualah yang wajib menyelenggarakan segala 2. Perwalian (Voogdij : KUHS pasal 331 dan
kebutuhannya. Akan tetapi bagi anak yang seterusnya).
sudah 20 tahun dapat mengajukan permintaan Anak yatim piatu atau anak-anak yang
pernyataan dewasa (venia aetatis = belum cukup umur dan tidak dalam kekuasaan
handlichting) kepada Menteri Kehakiman. orang tua memerlukan pemeliharaan dan
Kepada orang tua dibebankan wajib bimbingan; karena itu harus ditunjuk wali
yaitu orang atau perkumpulan-perkumpulan
nafkah (kewajiban alimentasi) yaitu
yang akan menyelenggarakan keperluan-
kewajiban untuk memelihara dan mendidik
keperluan hidup anak-anak tersebut.
anak-anaknya yang belum cukup umur;
Wali ditetapkan oleh hakim atau dapat
demikian sebaliknya anak-anak yang telah
pula karena wasiat orang tua sebelum ia
dewasa wajib memelihara orang tuanya dan
meninggal; sedapat mungkin wali diangkat
keluarganya menurut garis lurus ke atas yang dari orang-orang yang mempunyai pertalian
dalam keadaan tidak mampu. darah terdekat dengan si anak itu atau
Kekuasaan orang tua ini berlaku selama bapaknya yang karena sesuatu hal telah
ayah dan ibunya masih hidup dalam bercerai atau saudara-saudaranya yang
perkawinan; mereka mempunyai hak dianggap cakap untuk itu. Hakim juga dapat
menikmati hasil harta benda anak-anaknya. menetapkan seseorang atau perkumpulan-
Kekuasaan orang tua itu berhenti apabila : perkumpulan sebagai wali.
1. Anak tersebut telah dewasa (sudah 21 Perwalian dapat terjadi karena (1)
tahun); perkawinan orang tua putus baik
2. perkawinan orang tua putus; disebabkan salah seorang meninggal atau
3. kekuasaan orang tua dipecat oleh karena bercerai (2) kekuasaan orang tua
dipecat atau dibebaskan, maka Hakim
Hakim, misalnya karena pendidikannya
mengangkat seorang Wali yang disertai Wali
buruk sekali;
Pengawas yang harus mengawasi pekerjaan
4. pembebasan dari kekuasaan orang tua,
Wali tersebut. Wali Pengawas di Indonesia
misalnya kelakuan si anak luar biasa
dijalankan oleh penjabat Balai Harta
nakalnya hingga orang tuanya tidak
Peninggalan (Weeskamer).
berdaya lagi.
Jadi segala hak dan kewajiban yang 3. Pengampuan (Curatele, KIHS pasal 433
timbul antara anak dengan orang tua seperti dan seterusnya).
akibat-akibat kekuasaan bapak terhadap si Orang yang telah dewasa akan tetapi (1)
anak dan harta bendanya, pembebasan dan sakit ingatan (2) pemboros (3) leman daya
pemecatan kekuasaan orang tua, kewajiban atau (4) tidak sanggup mengurus
timbal balik orang tua dan anak tersebut kepentingan sendiri dengan semestinya,
kesemuanya diatur dalam peraturan tentang disebabkan kelakuan buruk di luar batas
kekuasaan orang tua. atau mengganggu keamanan, memerlukan

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 20

pengampuan. Oleh sebab itu diperlukan pada pengampuan bimbingan dilaksanakan


adanya Pengampu (Kurator); biasanya suami oleh kurator (yaitu keluarga sedarah atau
jadi pengampu atas isterinya atau sebaliknya, orang yang ditunjuk) terhadap orang-orang
akan tetapi mungkin juga Hakim mengangkat dewasa yang karena sesuatu sebab dinyatakan
orang lain atau perkumpulan-perkumpulan tidak cakap bertindak di dalam lalu lintas
sedangkan sebagai Pengampu Pengawas ialah hukum.
Balai Harta Peninggalan.
Penetapan di bawah pengampuan dapat 4. Hukum Perkawinan menurut Hukum
dimintakan oleh suami atau isteri, keluarga Perdata Eropa (menurut KUHS, pasal 26
sedarah, Kejaksaan dan dalam hal lemah daya dan seterusnya).
hanya boleh atas permintaan yang Hukum perkawinan ialah peraturan-
berkepentingan saja. peraturan hukum yang mengatur perbuatan-
Orang yang di bawah pengampuan disebut perbuatan hukum serta akibat-akibatnya
Kurandus; dan akibatnya ia dinyatakan tidak antara dua fihak, yaitu seorang laki-laki dan
cakap bertindak. Pengampuan berakhir seorang wanita dengan maksud hidup bersama
apabila alasan-alasan itu sudah tidak ada lagi. untuk waktu yang lama menurut peraturan-
Tentang hubungan hukum antara Kurator dan peraturan yang ditetapkan dalam undang-
Kurandus, tentang syarat-syarat timbul dan undang. Kebanyakan isi peraturan mengenai
hilangnya pengampuan dan sebagainya pergaulan hidup suami istri diatur dalam
kesemua itu diatur dalam peraturan tentang norma-norma keagamaan, kesusilaan atau
pengampuan atau curatele. kesopanan.
Ada persamaan dan perbedaan antara Hukum perkawinan yang diatur di dalam
kekuasaan orang tua, perwalian dan KUHS berdasarkan agama Kristen yang
pengampuan. Persamaannya ialah bahwa berasaskan monogami (seorang suami hanya
kesemua itu mengawasi dan menye- diperbolehkan mempunyai seorang istri).
lenggarakan hubungan hukum orang-orang Syarat-syarat yang pokok yang harus dipenuhi
yang dinyatakan tidak cakap bertindak, untuk sahnya suatu perkawinan menurut
sedangkan perbedaannya: pada kekuasaan Hukum Perdata Barat antara lain :
orang tua kekuasaan asli dilaksanakan oleh 1) pihak-pihak calon mempelai dalam
orang tuanya sendiri yang masih dalam ikatan keadaan tidak kawin;
perkawinan terhadap anak-anaknya yang 2) laki-laki berumur 18 tahun, perempuan
belum dewasa; pada perwalian 15 tahun;
pemeliharaan dan bimbingan dilaksanakan 3) dilakukan di muka Pegawai Catatan
oleh wali, dapat salah satu ibunya atau Sipil (Burgerlijke Stand);
bapaknya yang tidak dalam keadaan ikatan 4) tidak ada pertalian darah yang
perkawinan lagi atau orang lain terhadap terlarang;
anak-anak yang belum dewasa; sedangkan 5) dengan kemauan yang bebas, dan

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


21 Asas-Asas Hukum Perdata

sebagainya. benda;
a. Hak dan kewajiban suami istri. (g) menyimpan dan mengambil uang di
Adapun hak dan kewajiban suami istri Bank Tabungan Pos;
ialah misalnya: (h)menggugat perceraian, dan
1) Kekuasaan marital dari suami, yaitu sebagainya.
bahwa suami menjadi kepala keluarga
dan bertanggung jawab atas istri dan Suami berhak mengurus dan menguasai
anak-anaknya; harta perkawinan gabungan jika sebelumnya
2) Wajib nafkah (kewajiban alimentasi): tidak diadakan perjanjian harta perkawinan
Suami wajib memelihara istrinya; or- pisah. Istri mengurus harta kekayaan sendiri,
ang tua wajib memelihara dan jika sebelumnya diadakan perjanjian harta
mendidik anak-anaknya yang belum perkawinan pisah.
cukup umur; anak-anak yang telah
dewasa wajib memelihara orang b. Hubungan hukum dalam
tuanya, kakek neneknya atau keluarga perkawinan.
sedarah menurut garis lurus, yang Selanjutnya ikatan perkawinan itu penting
dalam keadaan miskin; menantu wajib juga artinya bagi keturunan dan hubungan
memelihara mertua dan sebaliknya; kekeluargaan; sedangkan bagi fihak ketiga
3) Istri mengikuti kewarganeraan terutama penting untuk mengetahui
suaminya; kedudukan harta perkawinan.
4) Istri mengikuti tempat tinggal Oleh hukum yang berlaku sekarang
(domisili) suaminya; ditetapkan bahwa :
5) Istri menjadi tidak cakap bertindak. (1) anak-anak yang belum dewasa (belum
Di dalam segala perbuatan hukum ia 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah
memerlukan bantuan dari suaminya, kawin);
kecuali dalam beberapa hal antara lain: (2) orang-orang yang ada di bawah
(a) perbuatan sehari-harinya guna pengampuan.
keperluan rumah tangga; (3) Wanita yang bersuami, dianggap tidak
(b)mengadakan perjanjian kerja sebagai cakap bertindak (handelingson-
majikan guna kepentingan rumah bekwaam) di dalam lalu lintas hukum.
tangga;
(c) melakukan pekerjaan bebas (dokter, Apabila seseorang yang belum dewasa
pengacara); kawin, dan perkawinannya itu kemudian
(d)membuat wasiat; dibubarkan sebelum ia berumur genap 21
(e)membuat perjanjian kerja sebagai tahun, maka orang itu tetap dianggap dewasa
buruh; dan ia tetap dianggap cakap bertindak dalam
(f) memperoleh hak milik atas sesuatu lalu lintas hukum.

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 22

Seseorang yang cakap bertindak, akan dipakai sebagai alasan kalau belum
tetapi oleh hukum dicabut haknya untuk diadakan panggilan lebih dahulu, misalnya
melakukan sesuatu perbuatan tertentu, maka panggilan dalam surat kabar, majalah dan
ia disebut tidak berwenang bertindak sebagainya.
(handelingsonbevoegd) misalnya seorang juru Bepergian selama sepuluh tahun itu dapat
lelang tidak berwenang bertindak untuk diperpendek menjadi satu tahun, apabila:
membeli barang-barang tetap yang ia lelangkan. a. kepergian itu dengan menumpang
Peraturan-peraturan tentang kekuasaan kapal, sedang diketahui bahwa kapal
orang tua, perwalian, pengampuan, hukum tersebut telah hancur, hilang atau
perkawinan, hukum harta perkawinan dan terbakar.
hukum perceraian semua menjadi inti dalam b. Kepergian itu ke tempat yang
hubungan kekeluargaan; sebab itu peraturan- berbahaya, misalnya malapetaka,
peraturan tersebut digolongkan menjadi satu gunung meletus, perang, sehingga
yang disebut Hukum Keluarga. diyakinkan bahwa yang pergi itu telah
musnah.
c. Putusnya Perkawinan. Ad.3 Akibat perpisahan meja makan
Sebab-sebab putusnya perkawinan dan ranjang. Setelah perpisahan meja makan
ialah: dan ranjang selama lima tahun, suami atau
1. Kematian istri dengan persetujuan maupun dengan
2. Kepergian suami atau istri selama alasan-alasan dapat menuntut di muka hakim
sepuluh tahun untuk diputuskan perkawinannya.
3. Akibat perpisahan meja makan dan Ad.4. Perceraian: artinya diputuskannya
tempat tidur perkawinan itu oleh hakim, karena suatu
4. Perceraian. sebab tertentu.
Sedangkan perceraian karena persetujuan
Ad.1. Kematian. Menurut ajaran agama bersama antara suami istri tidak
Kristen, hanya kematianlah yang dapat diperbolehkan.
memutuskan perkawinan. Perceraian disebabkan oleh :
Ad.2. Kepergian selama sepuluh tahun. a. Zina;
Jika salah satu fihak pergi selama sepuluh b. Meninggalkan tempat tinggal dengan
tahun, maka pihak yang lain dapat sengaja;
melangsungkan perkawinannya yang baru c. Hukuman selama lima tahun;
dengan orang lain dengan syarat-syarat yang d. Penganiayaan yang menyebabkan luka
telah ditetapkan oleh hukum perkawinan. berat.
Dengan terjadinya perkawinan yang baru itu,
maka putuslah perkawinannya yang lama. Perceraian ini baru sah sesudah
Sebab ini belum sah dan belum dapat diumumkan oleh Pengadilan.

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


23 Asas-Asas Hukum Perdata

Par. 10 Perkawinan
3) Bab III : Pencegahan
HUKUM PERKAWINAN INDONE
Perkawinan
SIA BERDASARKAN UNDANG-
4) Bab IV : Batalnya Perkawinan
UNDANG NO. 1 TAHUN 1974.
5) Bab V : Perjanjian Perkawinan
6) Bab VI : Hak dan Kewajiban
A. Sistematik dan Isi Pokok Undang-Undang
Suami Istri
Perkawinan Tahun 1974
7) Bab VII : Harta Benda dalam
Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan
Perkawinan (selanjutnya disebut Undang-
8) Bab VIII : Putusnya Perkawinan
Undang Perkawinan disingkat UUP) disahkan
serta akibatnya
Presiden pada tanggal 2 Januari 1974 dan
9) Bab IX : Kedudukan Anak
diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun
10) Bab X : Hak dan Kewajiban
1974 No.1 dan Penjelasannya dimuat dalam
antara Orang Tua dan
Tambahan Lembaran Negara No. 2019.
Anak
11) Bab XI : Perkawinan
UUP ini mempunyai sistematik sebagai
12) Bab XII : Ketentuan-ketentuan
berikut.
1. Konsiderans (alas an-alasan lain

dikeluarkannya Undang-Undang ini) 13) Bab XIII : Ketentuan Peralihan


Yang terdiri dari : 14) Bab XIV : Ketentuan Penutup
a. Dasar Pertimbangan: satu alinea b. 67 Pasal
b. Dasar Hukum: 4. Penjelasan Undang-Undang Perka-
1) Pasal-pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat winan, yang terbagi atas :
(1), Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 29 a. Penjelasan Umum, yang terdiri dari 5
Undang-Undang Dasar 1945. Pokok Penjelasan
2) Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 b. Penjelasan Pasal demi Pasal.
tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara. B. Konsiderans UU No. 1 Tahun 1974.
2. Diktum yang berbunyi : Memutuskan: 1. Dasar Pertimbangan
Menetapkan Undang-Undang tentang Adapun dasar pertimbangan Pemerintah
Perkawinan. Republik Indonesia dan DPR untuk
3. Batang Tubuh atau Isi Undang- mengeluarkan Undang-Undang Perkawinan ini
Undang Perkawinan, yang terdiri dari ialah, bahwa sesuai dengan Falsafah Pancasila
: serta cita-cita untuk pembinaan hukum
a. 14 Bab. Yaitu : nasional, perlu adanya Undang-Undang
1) Bab I : Dasar Perkawinan tentang Perkawinan yang berlaku bagi semua
2) Bab II : Syarat-syarat Warganegara Indonesia.

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 24

2. Dasar Hukum Penyusunan Undang-Undang 3) Agama dan Kepercayaan Terhadap


Perkawinan Tuhan Yang Maha Esa :
Sebagai dasar atau landasan bagi Atas dasar Kepercayaan Bangsa Indo-
penyusunan Undang-Undang Perkawinan ini nesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Disebutkan peraturan-peraturan yang maka perikehidupan beragama dan
berikut: perikehidupan berkepercayaan
a. UU 1945 : terhadap Tuhan Yang Maha Esa
1) Pasal 5 ayat 1: Presiden memgang didasarkan atas kebebasan menghayati
kekuasaan membentuk Undang-Undang dan mengamalkan Ketuhanan Yang
dengan persetujuan DPR; Maha Esa sesuai dengan Falsafah
2) Pasal 20 ayat 1: Tiap-tiap Undang- Pancasila;
Undang menghendaki persetujuan DPR; 4) Pembinaan Keluarga Sejahtera :
3) Pasal 27 ayat 1: Segala warganegara Pembinaan keluarga yang sejahtera
bersamaan kedudukannya di dalam adalah sarana bagi pembinaan Generasi
Hukum dan Pemerintahan dan wajib Muda. Untuk pembinaan keluarga yang
menjunjung Hukum dan Pemerintahan sedemikian itu maka Hak-hak Wanita
itu dengan tidak ada kecualinya; dijamin serta kedudukannya dalam
4) Pasal 29: keluarga dan masyarakat dilindungi.
ayat 1: Negara berdasar atas 5) Hukum :
Ketuhanan Yang Maha Esa; Peningkatan dan penyempurnaan
ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan pembinaan Hukum Nasional dengan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk antara lain mengadakan pembaharuan,
agamanya masing-masing dan untuk kodifikasi serta unifikasi Hukum
beribadat menurut agamanya dan dengan jalan memperhatikan Kesadaran
kepercayaannya itu. Hukum dalam masyarakat.
b. Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973
tentang Garis-Garis Besar Haluan C. Pengertian Umum Tentang Perkawinan
Negara, antara lain: menurut UU No. 1 Tahun 1974.
1) Landasan : Berkenaan dengan mutlak adanya Undang-
Garis-garis Besar Haluan Negara disusun Undang Perkawinan, aneka ragam hukum
berdasarkan landasan idial Pancasila perkawinan dan asas-asas perkawinan, dalam
dan konstitusional UUD 1945; Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 secara
2) Modal Dasar : umum dijelaskan sebagai berikut :
Kepercayaan dan keyakinan Bangsa 1. Mutlak adanya Undang-Undang Perkawinan
atas kebenaran Falsafah Pancasila Bagi suatu Negara dan Bangsa seperti In-
merupakan modal sikap mental yang donesia adalah mutlak adanya Undang-
dapat membawa Bangsa menuju cita- Undang Perkawinan Nasional yang sekaligus
citanya; menampung prinsip-prinsip dan mem-

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


25 Asas-Asas Hukum Perdata

berikan landasan hukum perkawinan yang 3. Undang-Undang Perkawinan mewujudkan


selama ini menjadi pegangan dan telah prinsio-prinsip yang terkandung dalam
berlaku bagi berbagai golongan dalam Pancasila dan UUD 1945.
masyarakat kita. Sesuai dengan landasan falsafah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
2. Aneka ragam Hukum Perkawinan di Indone- maka Undang-Undang ini di satu fihak harus
sia dapat mewujudkan prinsip-prinsip yang
Dewasa ini (sebelum berlaku UU No.1 terkandung dalam Pancasila dan Undang-
tahun 1974) berlaku berbagai hukum Undang Dasar 1945, sedangkan di lain fihak
perkawinan bagi berbagai golongan harus dapat pula menampung segala
warganegara dan berbagai daerah seperti kenyataan yang hidup dalam masyarakat
berikut : dewasa ini. Undang-Undang Perkawinan ini
a. bagi orang-orang Indonesia Asli yang telah menampung di dalamnya unsur-unsur
beragama Islam berlaku hukum agama dan ketentuan-ketentuan Hukum Agamanya
dan Kepercayaannya itu dari yang
yang
bersangkutan.
telah diresiplir dalam Hukum Adat;
b. bagi orang-orang Indonesia Asli lainnya
4. Asas-asas Perkawinan.
berlaku Hukum Adat;
Dalam Undang-Undang ini ditentukan
c. bagi orang-orang Indonesia Asli yang
prinsip-prinsip atau asas-asas mengenai
beragama Kristen berlaku Huwelijksor-
perkawinan dan segala sesuatu yang
donnantie Christen Indonesia (S.1933
berhubungan dengan perkawinan yang telah
Nomor 74);
disesuaikan dengan perkembangan dan
d. bagi orang Timur Asing Cina dan
tuntutan zaman. Asas-asas atau prinsip-prinsip
warganegara Indonesia keturunan Cina
yang tercantum dalam Undang-Undang ini
berlaku ketentuan-ketentuan Kitab
adalah sebagai berikut :
Undang-Undang Hukum Perdata dengan
a. Tujuan Perkawinan.
sedikit perubahan;
Tujuan Perkawinan adalah membentuk
e. bagi orang-orang Timur Asing lainnya keluarga yang bahagia dan kekal.
dan warganegara Indonesia keturunan Untuk itu suami istri perlu saling
Timur Asing lainnya tersebut berlaku membantu dan melengkapi, agar masing-
Hukum Adat mereka; masing dapat mengem-bangkan
f. bagi orang-orang Eropa dan kepribadiannya membantu dan mencapai
Warganegara Indonesia keturunan kesejahteraan spiritual dan material.
Eropa dan yang disamakan dengan b. Sahnya Perkawinan.
mereka berlaku Kitab Undang-Undang Dalam Undang-Undang ini dinyatakan,
Hukum Perdata. bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana
dilakukan menurut hukum masing-masing

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 26

agamanya dan kepercayaannya itu; dan di dirundingkan dan diputuskan bersama oleh
samping itu tiap-tiap perkawinan harus suami istri.
dicatat menurut peraturan perundangan yang
berlaku. Pencatatan tiap-tiap perkawinan D. Syarat-syarat Perkawinan (Pasal 6 s/d 12).
adalah sama halnya dengan catatan peristiwa- 1. Syarat-syarat untuk dapat melangsungkan
peristiwa penting dalam kehidupan perkawinan.
seseorang, misalnya kelahiran, kematian yang Untuk dapat melangsungkan perkawinan
dinyatakan dalam surat-surat keterangan, secara sah, harus dipenuhi syarat-syarat
suatu akte resmi yang juga dimuat dalam perkawinan yang ditegaskan dalam Pasal 6
daftar pencacatan; UUP yaitu:
c. Asas Monogami. (1)Perkawinan harus didasarkan atas
Undang-Undang ini menganut asas persetujuan kedua calon mempelai.
monogami; hanya apabila dikehendaki oleh Ditetapkannya syarat “persetujuan
yang bersangkutan, karena hukum dan agama kedua mempelai” oleh karena
dari yang bersangkutan mengizinkannya, perkawinan mempunyai maksud agar
seorang suami dapat beristeri lebih dari suami dan isteri dapat membentuk
seorang. Namun demikian perkawinan seorang keluarga yang kekal dan bahagia, dan
suami dengan lebih dari seorang isteri, sesuai dengan cita-cita dari kedua
meskipun hal itu dikehendaki oleh pihak- belah pihak yang melangsungkan
pihak yang bersangkutan, hanya dapat perkawinan tersebut, tanpa ada
dilakukanapabila dipenuhi berbagai paksaan dari pihak mana pun.
persyaratan tertentu dan diputuskan oleh Ketentuan dalam pasal ini, tidak
Pengadilan. berarti mengurangi syarat-syarat
d. Mempersukar terjadinya perceraian. perkawinan menurut ketentuan hukum
Karena tujuan perkawinan adalah untuk perkawinan yang sekarang berlaku,
membentuk keluarga yang bahagia kekal dan sepanjang tidak bertentangan dengan
sejahtera, maka Undang-Undang ini menganut ketentuan-ketentuan dalam Undang-
prinsip untuk mempersukar terjadinya Undang ini sebagaimana dimaksud
perceraian. Untuk memungkinkan perceraian dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
harus ada alasan-alasan Perkawinan yang telah disebutkan di
tertentu serta harus dilakukan di depan atas.
Sidang Pengadilan. (2)Untuk melangsungkan perkawinan
e. Hak dan kedudukan istri. seorang yang belum mendapat umur 21
Hak dan kedudukan istri adalah seimbang (dua puluh satu) tahun harus mendapat
dengan hak dan kedudukan suami baik dalam izin kedua orang tua.
kehidupan rumah tangga maupun dalam (3)Dalam hal salah seorang dari kedua
pergaulan masyarakat, sehingga dengan orang tua telah meninggal dunia atau
demikian segala sesuatu dalam keluarga dapat dalam keadaan tidak mampu

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


27 Asas-Asas Hukum Perdata

menyatakan kehendaknya, maka izin wanita sudah mencapai umur 16 (enam


dimaksud ayat (2) pasal ini cukup belas) tahun. Ketentuan ini diadakan
diperoleh dari orang tua yang masih ialah untuk menjaga kesehatan suami
hidup atau dari orang tua yang mampu istri dan keturunan, dan karena itu
menyatakan kehendaknya. dipandang perlu diterangkan batas
(4)Dalam hal kedua orang tua telah umur untuk perkawinan dalam Undang-
meninggal dunia atau dalam keadaan Undang Perkawinan.
tidak mampu untuk menyatakan (2)Dalam hal penyimpangan terhadap
kehendaknya, maka izin diperoleh dari ayat (1) pasal ini dapat meminta
wali, orang yang memelihara atau dispensasi kepada Pengadilan atau
keluarga yang mempunyai hubungan pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
darah dalam garis keturunan lurus ke orang tua pihak pria maupun pihak
atas selama mereka masih hidup dan wanita. Dengan berlakunya Undang-
dalam keadaan dapat menyatakan
Undang ini maka ketentuan-ketentuan
kehendaknya.
yang mengatur tentang pemberian
(5)Dalam hal ada perbedaan pendapat
dispensasi terhadap perkawinan yang
antara orang-orang yang disebut dalam
dimaksud pada ayat (1) seperti diatur
ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau
dalam Kitab Undang-Undang Hukum
salah seorang atau lebih di antara
Perdata dan Ordonansi Perkawinan In-
mereka tidak menyatakan
donesia Kristen (S. 1933 Nomor 74)
pendapatnya, maka Pengadilan dalam
dinyatakan tidak berlaku.
daerah hukum tempattinggal orang
(3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan
yang akan melangsungkan perkawinan
salah seorang atau kedua orang tua
atas permintaan orang tersebut dapat
tersebut dalam Pasal 6 ayat (3) dan (4)
memberikan izin setelah lebih dahulu
Undang-Undang ini, berlaku juga dalam
mendengar orang-orang tersebut
dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini. hal permintaan dispensasi tersebut ayat
(6)Ketentuan tersebut ayat (1) sampai (2) pasal ini dengan tidak mengurangi
dengan (5) pasal ini berlaku sepanjang yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).
hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya dari yang 2. Larangan Perkawinan.
bersangkutan tidak menentukan lain. Menurut pasal 8 UUP, perkawinan dilarang
antara dua orang yang :
Selanjutnya dalam pasal 7 UUP digaskan a. berhubungan darah dalam garis
hal-hal yang berikut : keturunan lurus ke bawah ataupun ke
(1)Perkawinan hanya dizinkan jika pihak atas;
pria sudah mencapai umur 19 tahun b. berhubungan darah dalam garis
(sembilan belas) tahun dan pihak keturunan menyamping yaitu antara

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 28

saudara, antara seorang dengan lagi; sepanjang hukum masing-masing


saudara orang tua dan antara seorang agamanya dan kepercayaannya itu dari yang
dengan saudara neneknya; bersangkutan tidak menentukan lain (Pasal
c. berhubungan semenda, yaitu mertua, 10).
anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri; Oleh karena perkawinan mumpunyai
d. berhubungan saudara dengan istri atau maksud agar suami dan istri dapat
sebagai bibi atau kemenakan dari istri, membentuk keluarga yang kekal, maka suatu
dalam hal seorang suami beristri lebih tindakan yang mengakibatkan putusnya suatu
dari seorang; perkawinan harus benar-benar dapat
e. berhubungan susuan, yaitu orang tua dipertimbangkan dan dipikirkan masak-
susuan, anak susuan, saudara susuan dan masak.
bibi/paman susuan; Ketentuan ini dimaksudkan untuk
f. berhubungan saudara dengan istri atau mencegah tindakan kawin-cerai berulang
sebagai bibi atau kemenakan dari istri, kali, sehingga suami maupun istri benar-benar
dalam hal seorang suami beristri lebih saling menghargai satu sama lain.
dari seorang; Adapun seorang wanita yang putus
g. yang mempunyai hubungan yang oleh perkawinannya berlaku jangka waktu tunggu
agamanya atau peraturan lain yang (Pasal 11 ayat 1), sedangkan tenggang waktu
berlaku, dilarang kawin. jangka waktu tunggu tersebut masih akan
diatur dalam Peraturan Pemerintah lebih
Menurut pasal 9 UUP seorang yang masih lanjut (Pasal 11 ayat 2).
terikat tali perkawinan dengan orang lain Demikian pula tata cara pelaksanaan
tidak dapat kawin lagi, kecuali jika :
perkawinan, menurut pasal 12 UUP diatur
1) mendapat izin dari Pengadilan
dalam p e ra t u ra n perundangan
(berdasarkan ketentuan pasal 3 ayat (2)
tersendiri.
UUP yang disebutkan di atas).
Ketentuan pasal 12 UUP ini tidak
2) dengan alasan bahwa istri (Oasal 4
mengurangi ketentuan yang diatur dalam
UUP) :
Undang-Undang No. 32 Tahun 1954 tentang
a) tidak dapat menjalankan kewajiban
Penetapan Undang-Undang tentang
sebagai istri;
Pencacatan Nikah, Talak dan Rujuk di seluruh
b) mendapat cacad badan atau penyakit
luar Jawa dan Madura.
yang tidak dapat disembuhkan;
c) tidak dapat melahirkan keturunan.
Par. 11
Apabila suami dan istri yang telah cerai HUKUM HARTA KEKAYAAN
kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai
lagi untuk kedua kalinya, maka di antara Hukum harta kekayaan yaitu peraturan-
mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan peraturan hukum yang mengatur hak dan

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


29 Asas-Asas Hukum Perdata

kewajiban manusia yang bernilai uang. hak opstal, hak erfpah, hak hipotik
Hukum harta kekayaan meliputi dua (karena penentuan undang-undang dan
lapangan, yaitu : sebagainya.
1. Hukum Benda, yaitu peraturan- b. Benda bergerak ialah benda-benda
peraturan hukum yang mengatur hak- yang karena sifatnya atau karena
hak kebendaan yang bersifat mutlak penentuan undang-undang dianggap
artinya hak terhadap benda yang oleh benda bergerak misalnya alat-alat
setiap orang wajib diakui dan perkakas, kendaraan, binatang (karena
dihormati. sifatnya), hak-hak terhadap surat-surat
2. Hukum Perikatan ialah peraturan- berharga (karena undang-undang dan
peraturan yang mengatur perhubungan sebagainya).
yang bersifat kehartaan antara dua or-
ang atau lebih di mana fihak pertama Benda-benda itu juga dapat dibedakan
lagi menjadi :
berhak atas sesuatu prestasi
1) Benda-benda berwujud (= barang-
(pemenuhan sesuatu) dan fihak yang
barang) dan;
lain wajib memenuhi sesuatu prestasi.
2) Benda-benda tak berwujud (=
bermacam-macam hak).
Ad.1. Hukum Benda. Manusia di dalam
pergaulan hidup memerlukan benda-benda
Benda-benda ini dapat dimiliki dan
baik untuk dipergunakan langsung ataupun
dikuasai oleh manusia dan karena itu
sekedar sebagai alat untuk mencukupi
diperlukan peraturan-peraturan hukum yang
kebutuhan hidupnya.
mengatur hubungan manusia dengan benda-
Benda dalam arti Ilmu Pengetahuan
benda tersebut. Timbullah peraturan-
Hukum ialah segala sesuatu yang dapat
peraturan tentang hukum kebendaan
menjadi obyek hukum sedangkan menurut
(zakelijke rechten) yang bersifat mutlak
pasal 499 KUHS benda ialah segala barang dan (absoluut recht) artinya dapat berlaku dan
hak yang dapat menjadi milik orang (obyek harus dihormati oleh setiap orang.
hak milik). Benda-benda tersebut dapat Hak mutlak dalam lapangan keperdataan,
dibedakan menjadi : dapat meliputi :
a. Benda tetap ialah benda-benda yang (1)benda-benda berwujud, misalnya hak
karena sifatnya, tujuannya atau eigendom, hak opstal, hak erfpah,
penerapan undang-undang dinyatakan hak gadai, hak hipotik dan sebagainya.
sebagai benda tak bergerak misalnya (2)benda tak berwujud, seperti hak
bangunan-bangunan, tanah tanam- panenan, hak pengarang (hak cipta),
tanaman (karena sifatnya), mesin- hak oktroi, hak merk, dan sebagainya.
mesin pabrik, sarang burung yang
dapat dimakan (karena tujuannya), Di dalam KUHS diatur beberapa hak

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 30

kebendaan, antara lain : e. Hak Pemakaian Hasil (Vruchtgebruik,


a. Hak Eigendom (hak milik Barat), KUHS pasal 756 dan seterusnya) ialah
(Recht van Eigendom, KUHS pasal 570 hak atas benda tetap atau benda
dan seterusnya), ialah hak untuk bergerak, untuk menggunakan
menikmati dengan bebas dan seluruhnya serta memungut hasil dan
menguasai mutlak sesuatu benda, asal buahnya sedang sifat benda tersebut
tidak dipergunakan yang bertentangan tidak boleh berubah ataupun
dengan undang-undang, peraturan- berkurang nilainya; sebab itu undang-
peraturan lain dan tidak mengganggu undang mengharuskan ada jaminan
kepentingan orang lain; kesemuanya itu gadai, hipotik atau tanggungan orang.
sekedar tidak diadakan pencabutan f. Hak gadai (Pand, KUHS pasal 1150 dan
hak milik (onteigening) oleh Negara seterusnya) adalah hak seseorang
untuk kepentingan umum. kreditur (penagih) atas sesuatu benda
b. Hak pekarangan (Servituut, KUHS bergerak yang diserahkan kepadanya
pasal 674 dan seterusnya) ialah oleh debitur atau orang lain atas
kewajiban bagi pemilik pekarangan namanya sebagai jaminan dari
yang berdekatan dengan kepunyaan or- hutangnya dengan ketentuan bahwa
ang lain untuk mengizinkan memakai kreditur tersebut harus dibayar lebih
atau menggunakan pekarangan dahulu dari kreditur-kreditur lainnya
tersebut. dengan jalan melelang benda tersebut
c. Hak Opstal (Recht van Opstal, KUHS di muka umum.
pasal 711 dan seterusnya) ialah hak g. Hak Hipotik (KUHS pasal 1162 dan
untuk mempunyai atau mendirikan seterusnya) ialah hak tanggungan
bangunan-bangunan atau tanaman di seperti hak gadai; akan tetapi benda
atas tanah milik orang lain. Untuk yang dijadikan jaminan berupa benda
mendirikan bangunan atau menanami tetap (rumah, tanah dan sebagainya).
tanah itu, diperlukan izin pemiliknya, Kapal yang muatannya 20 m3 ke atas,
sedangkan orang itu tidak perlu segala hak-hak kebendaan seperti hak
memiliki tanah sendiri. postal, erfpah, pemakaian hasil dan
d. Hak Erfpacht (KUHS pasal 20 dan lain-lain dapat dibebani hipotik.
seterusnya), ialah suatu hak untuk Pada tahun 1960 telah ditetapkan
mempergunakan benda tetap penghapusan hak-hak berkenaan dengan
kepunyaan orang lain dengan tanah.
kemerdekaan penuh, seolah-olah Hal ini diatur dalam undang-undang Pokok
menjadi miliknya sendiri, dengan Agraria (Undang-Undang No. 5 tahun 1960).
pembayaran uang canon (pacht) pada Undang-Undang ini bermaksud untuk
tiap-tiap tahun baik berupa uang mengadakan hukum agraria nasional yang
ataupun benda lain atau buah-buahan. berdasarkan atas hukum adat tentang tanah.

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


31 Asas-Asas Hukum Perdata

Dengan lahirnya undang-undang ini maka telah c) Hak guna bangunan adalah hak untuk
tercapailah suatu keseragaman (uniformiteit) mendirikan dan mempunyai bangunan-
mengenai hukum tanah, sehingga tidak lagi bangunan atas tanah yang bukan
ada hak-hak atas tanah menurut hukum Barat miliknya sendiri dengan jangka waktu
di sampingnya hak-hak atas tanah menurut paling lama 30 tahun, waktu mana
hukum adat. dapat diperpanjang.
Dengan undang-undang ini telah dicabut d) Hak pakai adalah hak untuk
Buku II Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menggunakan dan atau memungut hasil
(Burgerlijk Wetboek) sepanjang yang dari tanah yang dikuasai langsung oleh
mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang Negara atau tanah milik orang lain,
terkandung di dalamnya, kecuali ketentuan- yang memberi wewenang dan
ketentuan mengenai hipotik yang masih kewajiban yang ditentukan dalam
berlaku pada mulai berlakunya undang-undang keputusan pemberiannya oleh
ini. penjabat yang berwenang
Maka dengan demikian telah dihapuskan memberikannya atau dalam perjanjian
dari BW segala ketentuan atau pasal-pasal dengan pemilik tanahnya yang bukan
yang mengenai eigendom dan hak-hak perjanjian sewa menyewa atau
perbendaan (zakelijke rechten) lainnya atas perjanjian pengolahan tanah.
tanah dan oleh undang-undang baru itu telah e) Hak sewa : Seseorang atau suatu badan
diciptakan hak-hak yang berikut atas tanah : hukum mempunyai hak sewa atas
a. hak milik; tanah apabila ia berhak
b. hak guna usaha; mempergunakan tanah milik orang lain
c. hak guna bangunan; untuk keperluan bangunan, dengan
d. hak pakai; membayar kepada pemiliknya
e. hak sewa. sejumlah uang sebagai sewa.

a) Hak milik adalah hak turun temurun Ad.2 Hukum Perikatan (Verbintenissen-
terkuat dan terpenuh yang dapat recht). Dalam mencapai kebutuhan hidupnya
dipunyai orang atas tanah, dengan manusia memerlukan kerja-sama.
mengingat bahwa semua hak atas Mereka saling mengikatkan diri untuk
tanah itu mempunyai funksi social. memenuhi sesuatu prestasi, sehingga
b) Hak guna usaha adalah hak untuk timbullah hukum perikatan yaitu suatu
mengusahakan tanah yang dikuasai oleh perhubungan hukum antara dua orang atau
Negara, dalam jangka waktu paling lebih yang menyebabkan fihak yang satu
lama 25 tahun (untuk perusahaan yang berhak atas sesuatu dan fihak yang lain
memerlukan waktu lebih lama dapat mempunyai kewajiban untuk melakukan atau
diberikan untuk waktu 35 tahun), memberikan sesuatu. Fihak yang
waktu mana dapat diperpanjang. berkewajiban memenuhi perikatan disebut

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 32

debitur, fihak yang berhak atas pemenuhan b. Perikatan Wajar (Natuurlijke


sesuatu perikatan disebut kreditur. verbintenissen), yaitu perikatan yang
Yang menjadi obyek perikatan ialah tak mempunyai hak tagihan akan
prestasi, yaitu hal pemenuhan perikatan. tetapi kalau sudah dibayar atau
Macam-macam prestasi ialah : dipenuhi tidak dapat diminta kembali;
1. memberikan sesuatu, seperti misalnya hutang karena pertaruhan,
membayar harga, menyerahkan barang perjudian, persetujuan di waktu pailit
dan sebagainya. dan sebagainya.
2. berbuat sesuatu, misalnya 2a. Perikatan yang dapat dibagi
memperbaiki barang yang rusak, (deelbare verbintenissen) yaitu
membongkar bangunan, kesemuanya perikatan yang menurut sifat dan
karena putusan Pengadilan dan maksudnya dapat dibagi-bagi dalam
sebagainya. memenuhi prestasinya, misalnya
3. tidak berbuat sesuatu, misalnya untuk perjanjian mencangkul dan
tidak mendirikan sesuatu bangunan, sebagainya.
untuk tidak menggunakan merek b. Perikatan yang tak dapat dibagi
dagang tertentu, kesemua karena (ondeelbare verbintenissen) yaitu
ditetapkan oleh putusan pengadilan. perikatan yang menurut sifat dan
maksudnya tak dapat dibagi-bagi
Kalau debitur tidak memenuhi atau tidak dalam melaksanakan prestasinya,
menepati perikatan disebut cidra janji misalnya perjanjian menyanyi.
(wanprestasi). Sebelum dinyatakan cidra 3a. Perikatan pokok (Principale atau
janji terlebih dahulu harus dilakukan somasi hoof-dverbintenissen) ialah perikatan-
(ingebrekestelling) yaitu suatu peringatan perikatan yang dapat berdiri sendiri
kepada debitur agar memenuhi tidak tergantung pada perikatan-
kewajibannya. perikatan lainnya misalnya, jual beli,
Apabila seorang dalam keadaan-keadaan sewa menyewa, hutang piutang dan
tertentu beranggapan bahwa perbuatan sebagainya.
debiturnya akan merugikan, maka ia dapat b. Perikatan tambahan (accessoire atau
minta pembatalan perikatan. nevenverbintenissen) ialah perikatan
Kita harus membedakan bermacam- yang merupakan tambahan dari
macam perikatan yaitu : perikatan lainnya dan tak dapat berdiri
1a. Perikatan Sipil (Civiele verbin- sendiri, misalnya : perjanjian gadai,
tenissen), yaitu perikatan yang apabila hipotik tanggungan adalah merupakan
tidak dipenuhi dapat dilakukan gugatan perjanjian tambahan dari perjanjian
(hak tagihan) misalnya jual beli, hutang piutang.
pinjam meminjam, sewa menyewa 4a. Perikatan spesifik (spesifieke verbin-
dan sebagainya. tenissen) yaitu perikatan yang secara

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


33 Asas-Asas Hukum Perdata

khusus ditetapkan macamnya prestasi. hak relatif (hak-hak perseorangan =


b. Perikatan generic (genericke verbin- persoonlijke rechten) yaitu hak-hak yang
tenissen) yaitu perikatan hanya hanya wajib dihormati dan diakui oleh or-
ditentukan menurut jenisnya. ang-orang yang berkepentingan saja misalnya
5a. Perikatan sederhana (eenvoudige hak tagihan, hak menyewa, hak memungut
verbin-tenissen), perikatan yang hanya hasil dan sebagainya.
ada satu prestasi yang harus dipenuhi Sesuatu perikatan dapat berakhir
oleh debitur. disebabkan karena :
b. Perikatan jamak (meervoudige a. Pembayaran (betaling) artinya jika
verbin-tenissen), yaitu perikatan yang kewajiban terhadap perikatan itu telah
pemenuhannya oleh debitur lebih dari dipenuhi. Pembajaran harus diartikan
satu macam prestasi harus dipenuhi luas misalnya seorang pekerja
maka disebut bersusun (cumulatieve melakukan pekerjaan termasuk juga
verbintenis), tapi jika hanya salah satu pembayaran. Ada kemungkinan fihak
saja di antaranya yang harus dipenuhi ketiga yang membayar hutang seorang
itu maka disebut perikatan boleh pilih debitur kemudian ia sendiri menjadi
(alternatip). Perikatan fakultatip ialah kreditur baru pengganti kreditur yang
perikatan yang telah ditentukan lama. Keadaan semacam itu disebut
prestasinya, akan tetapi jika karena subrogasi.
sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi b. Penawaran bayar tunai diikuti
maka debitur berhak memberi prestasi penyimpanan (consignatie) yaitu
yang lain. pembayaran tunai yang diberikan oleh
6a. Perikatan murni (zuivere verbintenis) debitur, namun tidak diterima oleh
ialah perikatan yang prestasinya kreditur tetapi kemudian oleh debitur
seketika itu juga wajib dipenuhi. disimpan pada Pengadilan. Kalau
b. Perikatan bersyarat (voorwaardelijke Pengadilan mengesahkan pembayaran
verbintenis) ialah perikatan yang itu maka perikatan dianggap berakhir.
pemenuhannya oleh debitur, c. Pembaharuan hutang atau novasi
digantungkan kepada sesuatu syarat, yaitu apabila hutang yang lama
yaitu keadaan-keadaan yang akan digantikan oleh hutang yang baru.
datang atau yang pasti terjadi; jika d. Imbalan (vergelijking) atau
perikatannya itu pemenuhannya masih kompensasi yaitu apabila kedua belah
digantungkan pada waktu tertentu fihak saling mempunyai hutang, maka
maka disebut perikatan dengan hutang mereka masing-masing
penentuan waktu (verbintenis met diperhitungkan; misalnya A berhutang
tijdsbepaling). Rp.1.000,00 kepada B, dan B berhutang
Rp.800,00 kepada A, maka jika
Dari Hukum Perikatan dapat timbul hak- diadakan kompensasi sisa hutangnya

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 34

Rp.200,00 (hutang A kepada B). tidak lulus; maka batallah perjanjian


e. Percampuran hutang (schuldver- itu.
menging) yaitu apabila pada suatu j. Kadaluwarsa (Verjaring). Periksa lagi
perikatan kedudukan kreditur dan kadaluwarsa pembebasan (extinctief
debitur ada di satu tangan seperti pada verjaring) dari pelajaran terdahulu.
warisan, perkawinan dengan harta
gabungan dan sebagainya. Sumber Hukum Perikatan ialah :
Contoh : A. Perjanjian (kontrak);
Seorang anak sebagai ahli waris B. Undang-Undang.
mempunyai hutang kepada bapaknya.
Jika kemudian bapaknya sebagai Ad.A. Hukum Perikatan yang bersumber
kreditur meninggal, maka si anak pada Perjanjian. Perjanjian (kontrak) adalah
(debitur) berhak menerima warisan suatu perbuatan di mana seseorang atau
(termasuk hak tagihan kepada dirinya beberapa orang mengikatkan dirinya kepada
sendiri), maka dengan sendirinya seorang atau beberapa orang lain. Untuk
lunaslah hutang tersebut. mempermudah memperoleh keperluan-
f. Pembebasan hutang (kwijtschelding keperluan hidupnya manusia di dalam
der schuld) yaitu apabila kreditur pergaulan masyarakat saling mengadakan
membebaskan segala hutang-hutang hubungan dan persetujuan-persetujuan
dan kewajiban fihak debitur. berdasarkan persesuaian kehendak (=
g. Batal dan pembatalan (nietigheid of verbintenissen). Dari persetujuan-persetujuan
te niet doening) apabila perikatan itu itu timbul akibat-akibat hukum yang mengikat
batal atau dibatalkan misalnya karena kedua belah fihak ( = partijen, contractanten)
fihak-fihak tak cakap bertindak, dan persetujuan-persetujuan yang demikian
terdapat paksaan, penipuan atau disebut perjanjian (kontrak).
kekeliruan, dan sebagainya. Agar sesuatu perjanjian dianggap sah,
h. Hilangnya benda yang diperjanjikan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
(het vergaan der verschuldigde zaak) 1) Izin kedua belah fihak berdasarkan
apabila benda yang diperjanjikan persetujuan kehendak mereka masing-
binasa, hilang atau menjadi tidak dapat masing, artinya pada waktu perjanjian
diperdagangkan, maka perjanjian itu diadakan tidak terdapat paksaan,
menjadi batal. penipuan atau kekeliruan.
i. Timbul syarat yang membatalkan 2) Kedua belah fihak harus cakap
(door werking ener ontbindende bertindak; jika syarat ini tidak dipenuhi
voorwaarde) misalnya A akan memberi maka perjanjian itu dapat dibatalkan
Rp.1.000,00 kepada B, tapi jika B tidak dengan perantaraan Hakim.
lulus ujian SMA maka pemberian itu 3) Ada obyek tertentu; jumlah, jenis dan
tidak jadi. Akhirnya B sungguh-sungguh bentuk yang diperjanjikan sudah

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


35 Asas-Asas Hukum Perdata

tertentu. 3) Jual beli itu bukan antara suami istri


4) Ada sebab yang dibolehkan, artinya ada yang masih dalam perkawinan.
sebab-sebab hukum yang menjadi dasar
perjanjian yang tidak dilarang oleh Untuk menghindarkan atau mengurangi
peraturan-peraturan, bertentangan resiko-resiko tersebut maka pada waktu
dengan keamanan dan ketertiban umum, sekarang ada macam-macam jual beli sebagai
misalnya tidak boleh mengadakan berikut :
perjanjian pemberian hadiah untuk 1) Jual beli dengan percobaan (koop op
memukul atau membunuh orang yang proef) yaitu jual beli yang berlakunya
ditunjuk; dilarang mengadakan masih ditangguhkan pada hasil-hasil
perjanjian jual beli budak dan lain-lain. percobaan dalam satu masa. Jika si
pembeli menyetujui, maka jadilah
Suatu perjanjian terjadi dengan sah perikatan itu, jika tidak, maka
apabila masing-masing fihak dapat bebas perikatan itu tidak berlaku.
mengikatkan dirinya. Jika dalam perjanjian 2) Jual beli dengan contoh (koop op
itu terdapat ketidakbebasan kehendak monster) yaitu jual beli yang disertai
(wilsgebrek), maka perjanjian itu dapat contoh-contoh jenis barang yang
dibatalkan. Suatu perjanjian dianggap tidak ditawarkan. Contoh-contoh ini
ada kebebasan kehendak apabila terjadinya maksudnya untuk disamakan dengan
karena : barang-barang yang akan diterimanya
a. paksaan (dwang) nanti. Jika barang-barang yang diterima
b. kekeliruan (dwaling) pembeli tidak sama jenisnya dengan
c. penipuan (bedrog) monster, maka ia dapat menuntut
pembatalan jual beli tersebut.
Perjanjian adalah merupakan sumber 3) Beli sewa (huurkoop) adalah
pokok adanya perikatan. perjanjian jual beli di mana si pembeli
Jenis-jenis perjanjian tertentu adalah menjadi pemilik mutlak dari barang
sebagai berikut : yang dibelinya itu, pada saat pencicilan
terakhir telah dibayar, sedangkan
1. Perjanjian jual beli (koop en verkoop). selama barang itu belum lunas dibayar,
Jual beli adalah suatu persetujuan antara kedudukan si pembeli sama dengan
dua pihak, di mana pihak ke satu berjanji seorang penyewa. Jika si pembeli
akan menyerahkan suatu barang, dan pihak sewa tidak mau membayar sewanya,
lain akan membayar harga yang telah perikatan dapat diputuskan.
disetujuinya.
Syarat-syarat jual beli ialah : 2. Perjanjian tukar menukar (Ruil, KUHS pasal
1) Harus antara mata uang dan barang. 1541 dst.)
2) Barang yang dijual adalah milik sendiri. Ialah sama dengan perjanjian jual beli

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 36

tetapi bedanya pada tukar menukar kedua pertama (yang menitipkan) menyerahkan
belah pihak berkewajiban untuk sesuatu barang untuk dititipkan dan pihak lain
menyerahkan barang, sedangkan pada jual (yang dititipi) berkewajiban menyimpan
beli pihak yang satu wajib menyerahkan barang tersebut dan mengambalikannya pada
barang pihak yang lain menyerahkan uang. waktunya dalam keadaan semula.
3. Perjanjian sewa menyewa (Huur en verhuur,
KUHS pasal 1548 dst.) 7. Perjanjian Kerja (Arbeidscontract, KUHS
Ialah suatu perjanjian di mana pihak pasal 1601 dst)
pertama (yang menyewakan) memberi izin Adalah suatu perjanjian di mana pihak
dalam waktu tertentu kepada pihak lain (si pertama ( buruh, pekerja ) akan memberikan
penyewa) untuk menggunakan barangnya tenaganya untuk melakukan sesuatu
dengan kewajiban dari si penyewa untuk pekerjaan bagi pihak lain (majikan) dengan
membayar sejumlah uang sewaannya. menerima upah yang telah ditentukan.

4. Pinjam pakai (Bruiklening, KUHS pasal 1740 8. Perserikatan ( Maatschap, KUHS pasal 1618
dst.) dst )
Ialah perjanjian, di mana pihak pertama Adalah suatu perjanjian antara dua orang
(yang meminjamkan) memberikan sesuatu atau lebih yang mengikatkan dirinya masing-
benda untuk di-pakai, sedangkan pihak lain masing untuk mengumpulkan sesuatu ( harta
(peminjam) berkewajiban mengembalikan atau tenaga ) dengan maksud membagi-bagi
barang tersebut tepat pada waktunya dan keuntungan yang diperoleh daripadanya.
dalam keadaan semual.
9. Pemberian beban (Lastgeving, KUHS pasal
5. Pinjam pakai sampai habis = pinjam 1792)
mengganti (Verbruiklening, KUHS pasal Adalah suatu perjanjian di mana seseorang
1754 dst.) (Lastgever) memberikan sesuatu guna
Adalah suatu perjanjian di mana pihak kepentingan atas nama si pemberi beban.
pertama (yang meminjamkan) menyerahkan
sejumlah barang-barang yang habis dipakai Kita dapat membedakan 2 macam
kepada pihak lain (si peminjam) dengan pemberian beban :
ketentuan pihak terakhir ini (si peminjam) a). Perwakilan langsung ialah apabila yang
akan mengembalikannya sebanyak jumlah diberi kuasa itu menghubungkan
yang sama jenisnya dengan barang-barang sipemberi kuasa langsung dengan pihak
yang telah dipinjamnya. yang dihubungi misalnya makelar;
b).Perwakilan tak langsung ialah apabila
6. Perjanjian Penitipan (Bewaargeving, KUHS yang memberi kuasa itu tidak
pasal 1694 dst.) berhubungan langsung dengan pihak
Adalah suatu perjanjian, di mana pihak yang dihubungi melainkan hubungannya

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


37 Asas-Asas Hukum Perdata

melalui orang yang diberi kuasa menjadi persengketaan.


misalnya komisioner. Seseorang menganggap dirinya sebagai
yang berhak akan sesuatu, sedangkan orang
lain menyangkal dan tidak mengakuinya.
10. Pemberian hadiah ( Schenking, KUHS pasal Timbul perselisihan. Untuk mencegah
1666 dst) perselisihan hukum semacam itu kemudian
Adalah suatu perjanjian di mana pihak mereka mengadakan persetujuan bahwa
pertama akan menyerahkan suatu benda masing-masing akan mengorbankan sebagian
karena kebaikannya kepada pihak lain yang dari kepentingannya untuk memperoleh
menerima pemberian kebaikan itu. perdamaian.
Seperti juga pinjam pakai, pemberian Segala perjanjian dalam lapangan
hadiah ini adalah suatu perjanjian unilat- kehartabendaan (vermogensrechtelijk)
eral ( eenzijdig = sepihak ), artinya suatu pelaksanaan-nya dijamin oleh Tata Hukum.
perjanjian yang isinya menyatakan bahwa
hanya satu pihak sajalah yang wajib Ad. B. Hukum Perikatan yang
melaksanakan prestasi. bersumber pada Undang-Undang.
Peraturan – perundangan juga dapat
11. Pertanggungan (Borgtocht, KUHS pasal menjadi sumber pewrikatan. Perikatan yang
1820 dst.) terjadi karena undang-undang, dibagi pula
Adalah suatu perjanjian di mana seseorang dalam dua golongan yaitu :
(si penanggung) wajib memenuhi perikatan 1). Perikatan yang terjadi karena undang-
seorang debitur kepada krediturnya, apabila undang itu sendiri.
debitur tadi tidak memenuhi kewajibannya. 2). Perikatan yang terjadi karena undang-
Ada persamaan antara gadai, hipotik dan undang disertai dengan tindakan
pertanggungan yaitu bahwa kesemuanya manusia yakni :
merupakan (1) perjanjian dengan jaminan (2 a. tindakan menurut hukum/hakiki
) perjanjian asesor, sedangkan perbedaannya (rechtmatige daad).
dari gadai dan hipotik ialah bahwa dalam b. tindakan melanggar hukum
pertanggungan yang dijadikan jaminan adalah (onrechtmatige daad).
orang, dan pertanggungan merupakan hak Ad.1) Karena suatu keadaan telah
perseorangan. ditentukan oleh peraturan perundangan, maka
timbullah suatu perikatan seperti timbulnya
12. Penarikan perkara ( Dading, KUHS pasal hak dan kewajiban antara dua pemilik
1851 dst.) pekarangan yang berdekatan (servituut);
Adalah suatu perjanjian di mana pihak- timbulnya wajib nafkah dan seterusnya.
pihak akan menyelesaikan atau memecahkan
perkara-perkara tentang penyerahan, janji, Ad.2a) Tindakan hakiki (rechtmatige
atau pengembalian sesuatu barang yang daad) yaitu perbuatan manusia berdasarkan

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Perdata 38

haknya seperti seseorang yang atas jurisprudensi mengartikan bahwa tindakan


kerelaannya sendiri mengurus urusan orang melanggar hukum itu ialah “Berbuat atau
lain (zaakwaarneming) maka timbullah tidak berbuat sesuatu yang: (1) melanggar
perikatan terhadap orang itu; seseorang yang hak orang lain (2) atau berlawanan dengan
dengan niat baik membayar hutang yang kewajiban hukum orang yang berbuat atau
sebenarnya tidak ada (onverschuldige tidak berbuat itu sendiri (3) atau
betaling), maka timbullah ikatan-ikatan bertentangan dengan tatasusila maupun (4)
terhadap yang menerima uang untuk berlawanan dengan sikap berhati-hati
menyerahkan kembali dan orang yang telah sebagaimana patutnya dalam pergaulan
membayarkan berhak menagih kembali. masyarakat, terhadap diri atau barang orang
b) Tindakan melanggar hukum lain.
(onrechtmatige daad) diatur dalam KUHS Berdasarkan ketentuan tersebut maka asal
pasal 1365 dst.): Seseorang melempar mangga tindakan dilakukan dengan ketentuan dan
dengan batu dan kena kaca rumah orang lain. kepantasan sebagaimana dapat diharapkan
Baik menurut perasaan kesusilaan maupun dari pergaulan masyarakat yang baik, tidak
kesopanan tindakan orang itu adalah tidak perlu orang khawatir bahwa perbuatannya
pantas dan oleh karena itu wajib itu tergolong dalam tindakan melanggar
membetulkan kembali atau memberikan ganti hukum. Contoh-contoh lain tentang tindakan-
kerugian. tindakan melanggar hukum misalnya
Perlindungan hukum terhadap tindakan- pengaduan palsu untuk merugikan orang lain,
tindakan dursila ini, diatur di dalam peraturan persaingan curang. fitnahan dan seterusnya.
tentang tindakan melanggar hukum pasal Setelah dikemukakan bermacam-macam
1365 KUHS dst. yang berbunyi: “Setiap perjanjian selanjutnya disebutkan cara
tindakan melanggar hukum yang lenyapnya (berakhirnya) suatu perjanjian
menyebabkan kerugian kepada orang lain, (persetujuan), yakni karena :
maka orang yang bersalah menyebabkan 1) Telah lampau waktunya.
kerugian itu wajib memberi ganti kerugian.” 2) Telah tercapai tujuannya.
Bunyi peraturan dalam pasal tersebut, 3) Dinyatakan berhenti.
terlalu luas lagi samar-samar sehingga dalam 4) Dicabut kembali.
dunia perniagaan setiap pengusaha yang 5) Diputuskan oleh Hakim.
mendirikan perusahaan baru, berarti
menyaingi dan merugikan kepada pengusaha
lama lainnya, maka menurut peraturan
tersebut tindakannya itu adalah termasuk
tindakan melanggar hukum.
Untuk memberi batas-batas yang tegas
dalam membedakan bermacam-macam
tindakan itu, maka baik tata hukum maupun

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


39 Merek

BAB III
MEREK
mempunyai isi pokok/sistematika :
Par. 12
Bab I : Ketentuan Umum
UNDANG-UNDANG MEREK Bab II : Lingkup Merek
TAHUN 2001. Bab III : Permohonan Pendaftaran
Merek
Pada tanggal 1 Agustus 2001 telah Bab IV : Pendaftaran Merek
diundangkan Undang-undang No.15 tahun Bab V : Pengalihan Hak Atas Merek
2001 tentang Merek. Undang-undang Merek Terdaftar
tahun 2001 diundangkan dalam Lembaran Bab VI : Merek Kolektif
Negara tahun 2001 No.110 dan Penjelasannya Bab VII : Indikasi-Geofrafis dan
diumumkan dalam Tambahan Lembaran Indikasi-Asal
Negara No.4131. Dengan berlakunya Undang- Bab VIII : Penghapusan dan
undang Merek No.15 tahun 2001 maka Undang- Pembatalan Pendaftaran
undang Merek No.19 tahun 1992 tentang Merek
Merek sebagaimana telah diubah dengan Bab IX : Administrasi Merek
Undang-undang No.14 tahun 1997 dan Undang- Bab X : Biaya
undang Merek tahun 1961 tentang Merek Bab XI : Penyelesaian Sengketa
Perusahaan dan Merek Perniagaan dinyatakan Bab XII : Penetapan Sementara
tidak berlaku lagi. Pengadilan
Selain itu, semua peraturan pelaksanaan Bab XIII : Penyidikan
yang dibuat berdasarkan UU No.21 tahun 1961 Bab XIV : Ketentuan Pidana
tentang Merek Perusahaan dan Merek Bab XV : Ketentuan Peralihan
Perniagaan, Undang-undang Merek No. 19 Bab XVI : Ketentuan Penutup
tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No.14 tahun 1997 yang telah 2. Dasar Hukum Undang-undang Merek
ada, dinyatakan tetap berlaku selama tidak 2001
bertentangan atau belum diganti dengan yang a). Pasal 5 ayat (1) , Pasal 20 , dan Pasal
baru berdasarkan UU Merek tahun 2001. 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
1. Isi Pokok Undang-Undang Merek Tahun b).Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994
2001. tentang Pengesahan Agreement Estab-
UU No.15 tahun 2001 tentang Merek lishing the World Trade Organization

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Merek 40

{Persetujuan Pembentukan Organisasi ini yang dimaksud dengan :


Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara 1) Merek adalah tanda yang berupa
Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor gambar, nama, kata, hruf-huruf, angka-
57, Tambahan Lembaran Negara angka, susunan warna, atau kombinasi
Republik Indonesia Nomor 3564); dari unsure-nusur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan
3. Dasar Pertimbangan Dikeluarkan dalam kegiatan perdagangan barang
Undang-undang Merek 2001. atau jasa.
Adapun yang menjadi dasar pertimbangan
dikeluarkannya Undang-undang Merek 2001 2) Merek Dagang adalah Merek yang
disebutkan hal-hal berikut ini. digunakan pada barang yang
a). Di dalam era perdagangan global, diperdagangkan oleh seseorang atau
sejalan dengan konvensi-konvensi beberapa orang secara bersama-sama
internasional yang telah diratifikasi atau badan hukum untuk membedakan
Indonesia, peranan Merek menjadi dengan barang sejenis lainnya.
sangat penting, terutama dalam
menjaga persaingan usaha yang sehat; 3) Merek Jasa adalah Merek yang
b). Memperhatikan hal tersebut di atas digunakan pada jasa yang
diperlukan pengaturan yang memadai diperdagangkan oleh seseorang atau
tentang Merek guna memberikan beberapa orang secara bersama-sama
peningkatan pelayanan bagi masyarakat; atau badan hukum untuk membedakan
c).Berdasarkan pertimbangan tersebut pada dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
huruf a dan huruf b, serta
memperhatikan pengalaman dalam 4) Merek Kolektif adalah Merek yang
digunakan pada barabg dan/atau jasa
melaksanakan Undang-undang Merek yang
dengan karakteristik yang sama yang
ada, dipandang perlu untuk mengganti
diperdagangkan oleh beberapa orang
Undang-undang No 19 Tahun 1992 tentang
atau badan hukum secara bersama-
Merek sebagaimana telah diubah dengan
sama untuk membedakan dengan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997
barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek.
5) Permohonan adalah permintaan
pendaftaran Merek yang diajukan
Par. 13
secara tertulis kepada Direktorat
KETENTUAN UMUM Jenderal.

4. Beberapa pengertian (Pasal 1) 6) Pemohon adalah pihak yang


Dalam Undang-undang Merek Tahun 2001 mengajukan Permohonan.

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


41 Merek

7) Pemeriksa adalah Pemeriksa Merek 13)Lisensi adalah izin yang diberikan oleh
yaitu pejabat yang karena keahliannya pemilik Merek terdaftar kepada pihak
diangkat dengan Keputusan Mentri, dan lain melalui suatu perjanjian
ditugasi untuk melakukan pemeriksaan berdasarkan pada pemberian hak (
terhadap Permohonan pendaftaran bukan pengalihan hak ) untuk
Merek. menggunakan Merek tersebut, baik
untuk seluruh atau sebagian jenis
barang dan/atau jasa yang didaftarkan
8) Kuasa adalah Konsultan Hak Kekayaan
dalam jangka waktu dan syarat
Inetelektual.
tertentu.
14)Hak Prioritas adalah hak pemohon
9) Menteri adalah Menteri yang
untuk mengajukan permohonan yang
membawahkan departenmen yang
berasal dari negara yang tergabung
salah satu lingkup tugas dan tanggung
dalam Paris Convention for the Pro-
jawabnya meliputi bidang hak
tection of Industrial Property atau
kekayaan intelektual, termasuk Merek.
Agreement Establishing the World
Trade Organization untuk
10)Direktorat Jenderal adalah Direktorat memperoleh pengakuan bahwa tanggal
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang penerimaan di negara asal merupakan
berada di bawah departemen yang tanggal prioritas di negara tujuan yang
dipimpin oleh Menteri. juga anggota salah satu dari kedua
perjanjian itu, selama pengajuan
11)Tanggal Penerimaan adalah tanggal tersebut dilakukan dalam kurun waktu
penerimaan Permohonan yang telah yang telah ditentukan berdasarkan
memenuhi persyaratan administratif. Paris Convention for the Protection
of Industrial Property.
12)Konsultan Hak Kekayaan Intelektual
adalah orang yang memiliki keahlian 15)Hari adalah hari kerja.
di bidang hak kekayaan intelektual dan
secara khusus memberikan jasa di
bidang pengajuan dan pengurusan Par. 14
Permohonan Paten, Merek, Desain LINGKUP MEREK
Industri serta bidang-bidang hak
kekayaan intelektual lainnya dan 5. Merek Dagang dan Merek Jasa
terdaftar sebagai Konsultan Hak Menurut Pasal 2 UU Merek :
Kekayaan Intelektual di Direktorat Merek sebagaimana diatur dalam Undang-
Jenderal. undang ini meliputi Merek Dagang dan Merek

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Merek 42

Jasa. tidaknya patut diketahui unsur


Menurut Pasal 3 UU Merek : kesengajaannya dalam meniru Merek Dagang
Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang yang sudah dikenal tersebut.
diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek Bahwa iktikad baik adalah sendi daripada
yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek sistem hukum Indonesia, dapat dilihat secara
untuk jangka waktu tertentu dengan tegas dari berbagai keputusan Mahkamah
menggunakan sendiri Merek tersebut atau Agung. Bukuan saja “ siapa yang pertama-
memberikan izin kepada pihak lain untuk tama memakai” suatu merek di Indonesia
menggunakannya. yang mendapat hak atas merek bersangkutan
Kecuali secara tegas dinyatakan lain, maka itu, seperti dicantumkan dalam UU Merek
yang dimaksud dengan pihak lain dalam pasal sejak tahun 1961 (UU Nomor 21 Tahun 1961
ini dan pasal-pasal selanjutnya dalam UU ini tentang Merk Perusahaan dan Merk
adalah seseorang, beberapa orang secara Perdagangan), tetapi ditambahkan oleh
bersama-sama atau badan hukum. Mahkamah Agung bahwa hanya pemakai
merek pertama yang beriktikad baik
6. Merek yang tidak dapat didaftar dan adalah yang dilindungi. Hal ini dapat kita
ditolak saksikan secara tegas dalam jurisprudensi
Menurut Pasal 4 UU Merek : Mahkamah Agung dalam merek perkara
Merek tidak dapat didaftar atas dasar “Tancho” dari 13 Desember 1972 No. 677/K/
Permohonan yang diajukan oleh Pemohon Sip/1972 dan kemudian juga dalam perkara
yang beriktikad tidak baik. “Nike” dari tgl 30 Oktober 1986 putusan
Dalam penjelasan Pasal 4 dikatakan Mahkamah Agung No. 220/PK/Prd./1986 oleh
Pemohon yang beriktikad baik adalah Ketua Prof. Z. Asikin Kusumah Atmadja SH,
Pemohon yang mendaftarkan Mereknya yang ternyata juga adalah hakim dalam team
secara layak dan jujur tanpaada niat apa putusan Tancho.
pun untuk membonceng, meniru, atau
menjiplak ketenaran Merek pihak lain demi Jadi interpretasi “pemakai pertama”
kepentingan usahanya yang berakibat sekarang ini adalah “pemakai pertama yang
kerugian pada pihak lain itu atau beriktikad baik”. Dalam konsiderans dari
menimbulkan kondisi persaingan curang, putusan Menkeh tahun 1981 telah
mengecoh, atau menyesatkan konsumen. dikemukakan pula bahwa dalam penjelasan
Contohnya, Merek Dagang A yang sudah UU Merek 1961 No.21 hanya pemakai merek
dikenal masyarakat secara umum sejak yang beriktikad baik yang harus dilindungi,
bertahun-tahun, ditiru demikian rupa pemakai merek yang beriktikad tidak baik
sehingga memiliki persamaan pada pokoknya tidak berhak mendapat perlindungan hukum
atau keseluruhannya dengan Merek Dagang A dan ini adalah wajar. Pembajak tidak pada
tersebut. Dalam contoh ini sudah terjadi tempatnya untuk diberikan perlindungan.
iktikad tidak baik dari peniru karena setidak- Menurut pasal 5 UU Merek :

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


43 Merek

Merek tidak dapat didaftar apabila merek barang kopi atau untuk produk kopi.
tersebut mengandung salah satu unsure Menurut pasal 6 UU Merek :
dibawah ini : (1) Permohonan harus ditolak oleh
a) bertentangan dengan peraturan Direktorat Jenderal apabila merek
perundang-undangan yang berlaku, tersebut:
moralitas agama, kesusilaan, atau a. mempunyai persamaan pada
ketertiban umum; pokoknya atau keseluruhannya
b) tidak memiliki daya pembeda; dengan merek milik pihak lain yang
c) telah menjadi milik umum; atau sudah terdaftar lebih dahulu untuk
d) merupakan keterangan atau berkaitan barang dan/atau jasa yang sejenis;
dengan barang atau jasa yang b. mempunyai persamaan pada
dimohonkan pendaftarannya. pokoknya atau keseluruhannya
dengan merek yang sudah terkenal
Ad. a) Termasuk dalam pengertian ber- milik pihak lain untuk barang dan/
tentangan dengan moralitas agama, atau jasa sejenis;
kesusilaan, atau ketertiban umum adalah c. mempunyai persamaan pada
apabila penggunaan tanda tersebut dapat pokoknya atau keseluruhannya
menyinggung persasaan, kesopanan, dengan indikasi-geografis yang sudah
ketenteraman, atau keagamaan dari khalayak dikenal.
umum atau dari golongan masyarakat
tertentu. Ad.a) Yang dimaksud dengan persamaan
Ad.b) Tanda dianggap tidak memiliki daya pada pokoknya adalah kemiripan yang
pembeda apabila tanda tersebut terlalu disebabkan oleh adanya unsure-unsur yang
sederhana seperti satu tanda garis atau satu menonjol antara merek yang satu dan merek
tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga yang lain, yang dapat menimbilkan kesan
tidak jelas. adanya persamaan baik mengenai bentuk,
Ad.c) Salah satu contoh merek seperti cara penempatan, cara penulisan atau
ini adalah tanda tengkorak diatas dua tulang kombinasi antara unsure-unsur ataupun
yang bersilang, yang secara umum telah persamaan bunyi ucapan yang terdapat dalam
diketahui sebagai tanda bahaya. Tanda merek-merek tersebut.
seperti itu adalah tanda yang bersifat umum Ad.b) Penolakan Permohonan yang
dan telah menjadi milik umum. Oleh karena mempunyai persamaan pada pokoknya atau
itu, tanda itu tidak dapat digunakan sebagai keseluruhan dengan merek terkenal untuk
merek. barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan
Ad.d) Merek tersebut berkaitan atau dengan memperhatikan pengetahuan umum
hanya menyebutkan barang atau jasa yang masyarakat mengenai merek tersebut di
dimohonkan pendaftarannya. Contohnya : bidang usaha yang bersangkutan. Disamping
Merek Kopi atau gambar kopi untuk jenis itu, diperhatikan pula reputasi merek

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Merek 44

terkenal yang diperoleh karena promosi yang yang digunakan oleh negara atau
gencar dan besar-besaran, investasi di lembaga Pemerintah, kecuali atas
beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh persetujuan tertulis dari pihak yang
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran berwenang.
merek tersebut di beberapa negara. Apabila Yang dimaksud dengan nama badan
hal-hal diatas belum dianggap cukup, hukum adalah nama badan hukum yang
Pengadilan Niaga dapat memerintahkan digunakan sebagai Merek dan terdaftar dalam
lembaga yang bersifat mandiri untuk Daftar Umum Merek.
melakukan survey guna memperoleh
kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Par. 15
merek yang menjadi dasar penolakan.
PERMOHOANAN PENDAFTARAN
MEREK
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hruf b dapat pula
7. Syarat dan Tata Cara Permohoanan
diberlakukan tehadap barang dan/atau Dalam Pasal 7 UU Merek 2001 ini
jasa yang tidak sejenis sepanjang ditegaskan:
memenuhi persyaratan tertentu yang (1) Permohonan diajukan secara tertulis
akan ditetapkan lebih lanjut dengan dalam bahasa Indonesia kepada
Peraturan Pemerintah. Direktorat Jenderal dengan
mencantumkan:
(3) Permohonan juga harus ditolak oleh a. tanggal, bulan dan tahun;
Direktorat Jenderal apabila Merek b. nama lengkap, kewarganegaraan,
tersebut : dan alamat Pemohon;
a. merupakan atau menyerupai nama c. nama lengkap dan alamat Kuasa
orang terkenal, foto, atau nama apabila permohonan diajukan
badan hukum yang dimiliki orang melalui Kuasa
lain, kecuali atas persetujuan d. warna-warna apabila merek yang
tertulis dari yang berhak; dimohonkan pendaftarannya
b. merupakan tiruan atau menyerupai menggunakan unsur-unsur warna;
nama atau singkatan nama, bendera, e. nama negara dan tanggal permintaan
lambang atau symbol atau emblem Merek yang pertama kali dalam hal
negara atau lembaga nasional permohonan diajukan dengan Hak
maupun internasional, kecuali atas Prioritas.
pesetujuan tertulis dari pihak yang (2) Permohonan ditandatangani Pemohon
berwenang; atau Kuasanya.
c. merupakan tiruan atau menyerupai (3) Pemohon sebagaimana dimaksud
tanda atau cap atau stempel resmi dalam ayat (2) dapat terdiri dari satu

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


45 Merek

orang atau beberapa orang secara wajib menyatakan dan memilih tempat
bersama atau badan hukum. tinggal Kuasa sebagai domisili hukumnya di
(4) Permohonan dilampiri dengan bukti Indonesia.
pembayaran biaya.
(5 ) Dalam hal Permohonan diajukan oleh 8. Permohonan Pendaftaran Merek dengan
lebih dari satu Pemohon yang secara Hak Prioritas.
bersama-sama berhak atas merek Permohonan Pendaftaran Merek dengan
tersebut, semua nama Pemohon Hak Prioritas ini diatur dalam Pasal 11 Pasal
dicantumakan dengan memilih salah 12 UU Merek sebagai berikut :
satu alamat sebagai alamat mereka. Permohonan dengan menggunakan Hak
(6) Dalam hal Permohonan sebagaimana Prioritas harus diajukan dalam waktu paling
dimaksud pada ayat (5), Permohonan lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal
tersebut ditandatangani oleh salah satu penerimaan permohonan pendaftaran merek
dari Pemohon yang berhak atas merek yang pertama kali diterima di negara lain,
tersebut dengan melampirkan yang merupakan anggota Paris Convention
persetujuan tertulis dari pada Pemohon for the Protection of Industrial Property
yang mewakilkan. atau anggota Agreement Establishing the
(7) Dalam hal Permohonan sebagaimana World Trade Organization.
dimaksud pada ayat (5) diajukan Ketentuan ini dimaksudkan untuk
melalui Kuasanya, surat kuasa untuk itu menampung kepentingan negara yang hanya
ditandatangani oleh semua pihak yang menjadi salah satu anggota dari Paris Con-
berhak atas merek tersebut. vention for the Protection of Industrial Prop-
(8) Kuasa sebagaimana dimaksud dalam erty 1883 (sebagaimana telah beberapa kali
ayat (7) adalah Konsultan Hak Kekayaan diubah) atau Agreement Establishing the
Intelektual. World Trade Organization.
(9) Ketentuan mengenai syarat-syarat untuk Selain harusmemenuhi ketentuan
dapat diangkat sebagai Konsultan Hak sebagaimana dimaksud dengan Bagian Pertama
Kekayaan Intelektual diatur dengan Bab ini, Pemohon dengan menggunakan Hak
Peraturan Pemerintah, sedangkan tata Prioritas wajib dilengkapi dengan bukti
cara pengangkatannya diatur dengan tentang penerimaan permohonan pendaftaran
Keputusan Presiden. Merek yang pertama kali yang menimbulkan
Hak Prioritas tersebut.
Menurut Pasal 10 UU Merek Permohonan Bukti Hak Prioritas sebagaimana dimaksud
yang diajukan oleh Pemohon yang bertempat di atas diterjemahkan ke dalam bahasa In-
tinggal atau berkedudukan tetap di luar donesia.
wilayah Negara Republik Indonesia wajib Dalam hal ketentuan sebagaimana
diajukan melalui Kuasanya di Indonesia. dimaksud di atas tidak dipenuhi dalam waktu
Pemohon sebagaimana dimaksud di atas paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Merek 46

hak mengajukan Permohonan dengan pemenuhan kekuranagn persyaratan


menggunakan Hak Prioritas sebagaimana tersebut paling lama 3 (tiga) bulan
dimaksud dalam Pasal 11, Permohonan terhitung sejak berakhirnya jangka
tersebut tetap diproses, namun tanpa waktu pengajuan Permohonan dengan
menggunakan Hak Prioritas. menggunakan Hak Prioritas.
Bukti Hak Prioritas berupa surat
permohonan pendaftaran beserta tanda 10. Waktu Penerimaan Permohonan
penerimaan permohonan tersebut yang juga Pendaftaran Merek.
memberikan penegasan tentang tanggal Menurut Pasal 15 UU Merek :
penerimaan permohonan. Dalam hal yang (1) Dalam hal seluruh persyaratan admin-
disampaikan berupa salinan atau fotokopi istrative sebagaimana dimaksud dalam
surat atau tanda penerimaan, pengesahan Pasal 7, Pasal8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal
atas salinan atau fotokopi surat atau tanda 11, dan Pasal 12 telah dipenuhi,
penerimaan tersebut diberikan oleh terhadap Permohonan diberikan
Direktorat Jenderal apabila Permohonan Tanggal Penerimaan.
diajukan untuk pertama kali. (2) Tanggal Penerimaan sebagaiman
dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh
9. Pemeriksaan Kelengkapan Persya-ratan Direktorat Jenderal.
Pendaftaran Merek.
Dalam Pasal 13 ditegaskan bahwa : Tanggal Penerimaan dikenal dengan fil-
(1) Direktorat Jenderal melakukan ing date.
pemeriksaan terhadap kelengkapan Tanggal Penerimaan mungkin sama dengan
persyaratan pendaftaran Merek
tanggal pengajuan Permohonan apabila
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,
seluruh persyaratan dipenuhi pada saat
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11,
pengajuan Permohonan. Kalau pemenuhan
dan Pasal 12.
kelengkapan persyaratan baru terjadi pada
(2) Dalam hal terdapat kekurangan dalam
tanggal lain sesudah tanggal pengajuan,
kelengkapan persyaratan sebagaimana
tanggal lain tersebut ditetapkan sebagai
dimaksud pada ayat (1), Direktorat
Tanggal Penerimaan.
Jenderal meminta agar kelengkapan
persyaratan tersebut dipenuhi dalam
Par. 16
waktu paling lama 2 (dua) bulan
terhitung sejak tanggal pengiriman PENDAFTARAN MEREK
surat permintaan untuk memenuhi
kelengkapan persyaratan tersebut. 11. Pemeriksaan Substantif
(3) Dalam hal kekurangan tersebut Pemeriksaan Substantif diatur dalam Pasal
menyangkut persyaratan sebagaimana 18, Pasal 19, dan Pasal 20 UU Merek
dimaksud dalam Pasal 12, jangka waktu Menurut Pasal 18 :

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


47 Merek

(1) Dalam waktu paling lama 30 (tiga Permohonan tidak dapat didaftar atau
puluh) hari terhitung sejak Tanggal ditolak, atas persetujuan Direktur
Penerimaan sebagaimana dimaksud Jenderal, hal tersebut diberitahukan
dalam Pasal 15, Direktorat Jenderal secara tertulis kepada Pemohon atau
melakukan pemeriksaan substantif Kuasanya denag menyebutkan
terhadap Permohonan. alasannya.
(2) Pemeriksaan substantif sebagaimana (3) Dalam waktu paling lama 30 (tiga
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan puluh) hari terhitung sejak tanggal
berdasarkan ketentuan Pasal 4, Pasal penerimaan surat pemveritahuan
5, dan Pasal 6. sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
(3) Pemeriksaan substantif sebagaimana Pemohon atau Kuasanya dapat
menyampaikan keberatan atau
dimaksud pada ayat (1) diselesaikan
tanggapannya dengan menyebutkan
dalma (waktu palin lama 9 (sembilan)
alasan.
bulan.
(4) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya
tidak menyampaikan keberatan atau
Menurut Pasal 19 :
tanggapan sebagaimana dimaksud ayat
(1) Pemeriksaan substantif dilaksanakan
(3), Direktorat Jenderal menetapkan
oleh Pemeriksa pada Direktorat
keputusan tentang penolakan
Jenderal.
Permohonan tersebut.
(2) Pemeriksa adalah pejabat yang karena
(5) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya
keahliannya diangkat dan
menyampaikan keberatan atau
diberhentikan sebagai pejabat
tanggapan sebagaimana dimaksud pada
fungsional oleh Menteri berdasarkan
ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan
syarat dan kualifikasi tertentu.
bahwa tanggapan tersebut dapat
(3) Pemeriksa diberi jenjang dan diterima, atas persetujuan Direktur
tunjangan fungsional di samping hak Jenderal, Permohonan itu diumumkan
lainnya sesuai dengan peraturan dalam Berita Resmi Merek.
perundang-undangan yang berlaku. (6) Dalam hal Pemohon atau Kuasanya
Menurut Pasal 20 : menyampaikan keberatan atau
(1) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil tanggapan sebagaimana dimaksud pada
pemeriksaan substantif bahwa ayat (3), dan Pemeriksa melaporkan
Permohonan dapat disetujui untuk bahwa tanggapan tersebut tidak dapat
didaftar, atas persetujuan Direktur diterima, atas persetujuan Direktur
Jenderal, Permohonan tersebut Jenderal, ditetapkan keputusan
diumumkan dalam Berita Resmi Merek. tentang penolakan Permohonan
(2) Dalam hal Pemeriksa melaporkan hasil tersebut.
pemeriksaan substantif bahwa (7) Keputusan penolakan sebagaimana

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Merek 48

dimaksud pada ayat (4) dan ayat (6) mencakup antara alin papan pengumuman.
diberitahukan secara tertulis kepada Jika keadaan memungkinkan, sarana khusus
Pemohon atau Kuasanya dengan itu akan dikembangkan dengan antara lain,
menyebutkan alas an. microfilm,microfiche, CD-ROM, internet dan
(8) Dalam hal Permohonan ditolak, segala media lainnya.
biaya yang telah dibayarkan kepada
Direktorat Jenderal tidak dapat ditarik Menurut Pasal 23 UU Merek :
kembali. Pengumuman dilakukan dengan
mencantumkan :
12. Pengumuman Permohonan a. nama dan alamat lengkap Pemohon,
Pasal 21, pasal 22 dan pasal 23 mengatur termasuk Kuasa apabila Permohonan
tentang Pengumuman Permohonan. diajukan melalui Kuasa;
Menurut Pasal 21 UU Merek : b. kelas dan jenis barang dan/atau jasa
Dalam waktu paling lama 10 (sepuluh) hari bagi Merek yang dimohonkan
terhitung sejak tanggal disetujuinya pendaftarannya;
Permohonan untuk didaftar, Direktorat c. tanggal Penerimaan;
Jenderal mengumumkan Permohonan d. nama negara dan tanggal penerimaan
tersebut dalam Berita Resmi Merek. permohonan yang pertama kali, dalam
hal Permohonan diajukan dengan
Selanjutnya menurut Pasal 22 : menggunakan Hak Prioritas; dan
(1) Pengumuman berlangsung selama 3 e. contoh Merek, termasuk keterangan
(tiga) bulan dan dilakukan dengan : mengenai warna dan apabila etiket
a. menempatkannya dalam Berita Resmi Merek menggunakan bahasa asing dan/
Merek yang diterbitkan secara atau huruf selain huruf Latin dan/atau
berkala oleh Direktorat Jenderal, angka yang tidak lazim digunakan
dan/atau dalam bahasa Indonesia, disertai
b. menempatkannya pada sarana khusus terjemahannya ke dalam bahasa Indo-
yang dengan mudah serta jelas dapat nesia, huruf Latin atau angka yang lazim
dilihat oleh masyarakat yang digunakan dalam bahasa Indonesia,
disediakan oleh Direktorat Jenderal. serta cara pengucapannya dalam ejaan
Latin.
(2) Tanggal mulai diumumkannya
Permohonan dicata oleh Direktorat 13. Keberatan dan Sanggahan
Jenderal dalam Berita Resmi Merek. Dalam Pasal 24 UU Merek disebutkan :
(1) Selama jangka waktu pengumuman
Yang dimaksud dengan sarana khusus yang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,
disediakan oleh Direktorat Jenderal setiap pihal dapat mengajukan

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


49 Merek

keberatan secara tertuli kepada sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu
Direktorat Jenderal atas Permohonan perlindungan itu dapat diperpanjang.
yang bersangkutan dengan dikenai
biaya. 15. Permohonan Banding
(2) Keberatan sebagaimana dimaksud Permohonan banding diatur dalam Pasal
pada ayat (1) dapat diajukan apabila 29, Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32. UU
terdapat alas an yang cukup disertai Merek.
bukti bahwa Merek yang dimohonkan Menurut Pasal 29
pendaftarannya adalah Merek yang (1) Permohonan banding dapat diajukan
berdasarkan Undang-undang ini tidak terhadap penolakan Permohonan yang
dapat diaftar atau ditolak. berkaitan dengan alas an dan dasar
(3) Dalam hal terdapat keberatan, pertimbangan mengenai hal-hal yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat substantif sebagaimana
Direktorat Jenderal dalam waktu pal- dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5, atau
ing lama 14 (empat belas) hari Pasal 6.
terhitung sejak tanggal penerimaan (2) Permohonan banding diajukan secara
keberatan mengirimkan salinan surat tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya
yang berisikan keberatan tersebut kepada Komisi Banding Merek dengan
kepada Pemohon atau Kuasanya. tembusan yang disampaikan kepada
DirektoratJenderal dengan dikenai
Menurut Pasal 25 UU Merek : biaya.
(1) Pemohon atau Kuasanya berhak (3) Permohonan banding diajukan dengan
mengajukan sanggahan terhadap menguraikan secara lengkap keberatan
keberatan sebagaimana dimaksud serta alas an terhadap penolakan
dalam Pasal 24 kepada Direktorat Permohonan sebagai hasil pemeriksaan
Jenderal. substantif.
(2) Sanggahan sebagaimana dimaksud (4) Alasan sebagaimana dimaksud pada
pada ayat (1) diajukan secara tertulis ayat (3) harus tidak merupakan
dalam waktu paling lama 2 (dua) perbaikan atau penyempurnaan atas
bulan terhitung sejak tanggal Permohonan yang ditolak.
penerimaan salinan keberatan yang Permohonan banding hanya terbatas pada
disampaikan oleh Direktorat Jenderal. alasan atau pertimbangan yang bersifat
substantif, yang menjadi dasar penolakan
14. Jangka Waktu Perlindungan Merek tersebut. Dengan demikian banding tidak
Terdaftar dapat diminta karena alas an lain, misalnya
Menurut Pasal 28 UU Merek : karena dianggap ditariknya kembali
Merek terdaftar mendapat perlindungan Permohonan.
hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun Alasan, penjelasan, atau bukti yang

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Merek 50

disertakan dalam permohonan banding harus Permohonan yang telah diumumkan


bersifat pendalaman atas alasan, penjelasan dalam Berita Resmi Merek.
atau bukti yang telah atau yang seharusnya (3) Dalam hal Komisi Banding Merek
telah disampaikan. menolak permohonan banding,
Ketentuan ini perlu untuk mencegah Pemohon atau Kuasanya dapat
timbulnya kemungkinan banding digunakan mengajukan gugatan atas putusan
sebagai alat untuk melengkapi kekurangan penolakan permohonan banding
dalam Permohonan karena untuk melengkapi kepada Pengadilan Niaga dalam waktu
persyaratan telah diberikan dalam tahap paling lama 3 (tiga) bulan terhitung
sebelumnya. sejak tanggal diterimanya keputusan
penolakan tersebut.
Pasal 30 UU Merek menentukan :
(1) Permohonan banding diajukan paling Pasal 32 UU Merek menentukan :
lama dalam waktu 3 (tiga) bulan Tata cara permohonan, pemeriksaan
terhitung sejak tanggal surat serta penyelesaian banding diatur lebih lanjut
pemberitahuan penolakan dengan Keputusan Presiden.
Permohonan.
(2) Apabila jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah lewat Par. 17
tanpa adanya permohonan banding,
penolakan Permohonan dianggap PENGALIHAN HAK ATAS
diterima oleh Pemohon. MEREK TERDAFTAR
(3) Dalam hal penolakan Permohonan
telah dianggap diterima sebagaimana 16. Pengalihan Hak.
dimaksud pada ayat (2), Direktorat Menurut Pasal 40 UU Merek :
Jenderal mencatat dan mengumumkan (1) Hak atas Merek terdaftar dapat beralih
penolakan itu. atau dialihkan karena :
a. pewarisan;
Menurut Pasal 31 UU Merek : b. wasiat;
(1) Keputusan Komisi Banding Merek c. hibah;
diberikan dalam waktu paling lama 3 d. perjanjian; atau
(tiga) bulan terhitung sejak tanggal e. sebab-sebab lain yang dibenarkan
penerimaan permohonan banding. oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Dalam hal Komisi Banding Merek
mengabulkan permohonan banding, (2) Pengalihan hak atas Merek
Direktorat Jenderal melaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pengumuman sebagaimana dimaksud wajib dimohonkan pencatatannya
dalam Pasal 21, kecuali terhadap kepada Direktorat Jenderal untuk

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


51 Merek

dicatat dalam Daftar Umum Merek. Pengalihan hak atas Merek Jasa pada ayat
(3) Permohonan pengalihan hak atas ini hanya dapat dilakukan apabila ada
Merek sebagaimana dimaksud pada jaminan, baik dari pemilik Merek atau
ayat (2) disertai dengan dokumen yang penerima Lisensi, untuk menjaga kualitas jasa
mendukungnya. yang diperdagangkan.
(4) Pengalihan hak atas Merek terdaftar Untuk itu , perlu suatu pedoman khusus
yang telah dicatat sebagaimana yang disusun oleh pemilik Merek (pemberi
dimaksud pada ayat (2), diumumkan Lisensi atau pihak yang mengalihkan Merek
dalam Berita Resmi Merek. tersebut) mengenai metode atau cara
(5) Pengalihan hak atas Merek terdaftar pemberian jasa yang dilekati Merek tersebut.
yang tidak dicatatkan dalam Daftar
Umum Merek tidak berakibat hukum 17. L i s e n s i
pada pihak ketiga. Lisensi diatur dalam 7 pasal yaitu Pasal
(6) Pencatatan pengalihan hak atas Merek 43 sampai dengan Pasal 49 UU Merek ini.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemilik Merek terdaftar selain menggunakan
dikenai biaya sebagaimana diatur sendiri Mereknya berhak untuk mengalihkan
dalam Undang-undang ini. penggunaan Merek tersebut kepada pihak lain
atas dasar perjanjian.
Yang dimaksud dengan sebab-sebab lain
yang dibenarkan oleh peraturan perundang- Menurut Pasal 43 UU Merek :
undangan dalam ayat (1) huruf e sepanjang (1) Pemilik Merek terdaftar berhak
tidak bertentangan dengan undang-undang memberikan Lisensi kepada pihak lain
ini, misalnya kepemilikan Merek karena dengan perjanjian bahwa penerima
pembubaran badan hukum yang semula Lisensi akan menggunakan Merek
pemilik Merek. tersebut untuk sebagian atau seluruh
jenis barang atau jasa.
Menurut Pasal 41 UU Merek : (2) Perjanjian Lisensi berlaku di seluruh
(1) Pengalihan hak atas Merek terdaftar wilayah Negara Republik Indonesia,
dapat disertai dengan pengalihan nama kecuali bila diperjanjikan lain, untuk
baik, reputasi, atau lain-lainnya yang jangka waktu yang tidak lebih lama
terkait dengan Merek tersebut. dari jangka waktu perlindungan Merek
(2) Hak atas Merek Jasa terdaftar yang terdaftar yang bersangkutan.
tidak dapat dipisahkan dari (3) Perjanjian Lisensi wajib dimohonkan
kemampuan, kualitas, atau pencatatannya pada Direktorat
keterampilan pribadi pemberi jasa jenderal dengan dikenai biaya dan
yang bersangkutan dapat dialihkan akibat hukum dari pencatatan
dengan ketentuan harus ada jaminan perjanjian Lisensi berlaku terhadap
terhadap kualitas pemberian jasa. pihak-pihak yang bersangkutan dan

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Merek 52

tehadap pihak ketiga. (2) huruf a.


(4) Perjanjian Lisensi sebagaimana Kata Lisensi berasal dari kata Latin l i c e
dimaksud pada ayat (3) dicatat oleh n t i a, yang berarti kebebasan atau izin.
Direktorat Jenderal dalam Daftar Apabila seseorang memberikan lisensi atas suatu
Umum Merek dan diumumkan dalam merek umpamanya, maka hal itu berartiia
Berita Resmi Merek. memberikan kebebasan atau persetujuan
kepada orang lain untuk digunakannya sesuatu
Menurut Pasal 44 UU Merek : yang semula tidak diperkenankan ; yakni untuk
Pemilik Merek terdaftar yang telah memakai merek yang dilindungi hak-
memberikan Lisensi kepada pihak lain haknya.Tanpa persetujuan tersebut maka or-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat ang lain itu tidak bebas menggunakan merek
(1) tetap dapat menggunakan sendiri atau itu, karena hak khusus atas merek itu berada
memberikan Lisensi kepada pihak ketiga di tangan orang yang memilikinya.
lainnya untuk menggunakan Merek tersebut, Lisensi lazimnya diberikan di bidang in-
kecuali bila diperjanjikan lain. tellectual property rights.
Dalam kepustakaan dikenal beberapa jenis
Pasal 45 UU Merek mengatur bahwa : lisensi :
Dalam perjanjian Lisensi dapat ditentukan a. Lisensi tunggal dan lisensi yang diberikan
bahwa penerima Lisensi bisa memberi Lisensi kepada beberapa perusahaan. Dalam hal
lebih lanjut kepada pihak ketiga. lisensi tunggal, satu perusahaan atau satu
orang tertentu memperoleh izin untuk
Menurut Pasal 46 UU Merek : menggunakan salah satu hak intelektual
Penggunaan Merek terdaftar di Indonesia tadi. Pemekaian hak itu dengan
oleh penerima Lisensi dianggap sama dengan mengecualikan semua orang lain
penggunaan Merek tersebut di Indonesia oleh (termasuk di dalamnya pemegang hak
pemilik Merek. itu sendiri).
Maksud dibuatnya pasal 46 ini untuk Dalam hal lisensi diberikan kepada
melindungi pemilik Merek terdaftar yang tidak beberapa perusahaan/orang, maka
menggunakan sendiri Mereknya dalam perusahaan/orang ini memakai hak itu
perdagangan barang atau jasa di Indonesia. bersam-sama /di samping beberapa
Penggunaan Merek tersebut oleh penerima perusahaan/orang lain. Kita lazimnya
Lisensi diakui sama dengan penggunaan oleh lalu berbicara tentang exclusive dan
pemilik Merek terdaftar itu sendiri. Hal itu non exclusive license. Di sini kita
berkaitan dengan kemungkinan penghapusan berbicara perihal siapa saja yang
pendaftaran Merek yang tidak digunakan berhak menggunakan lisensi itu.
dalam perdagangan barang atau jasa dalam
waktu 3 (tiga) tahun berturut-turut b. Lisensi terbatas dan lisensi tidak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat terbatas.

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


53 Merek

Di sini kita berbicara perihal luasnya b. penghentian semua perbuatan yang


ruang lingkup pemberian lisensi itu. berkaitan dengan penggunaan Merek
Dalam hal lisensi tidak terbatas maka tersebut.
pemegang lisensi berhak melakukan
apa saja sebagaimana halnya pemilik (2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada
hak itu sendiri. Lain halnya dengan ayat (1) diajukan kepada Pengadilan
lisensi terbatas. Niaga.
Pembatasan dapat dilakukan misalnya
mengenai luasnya hak-hak yang Menurut Pasal 77 UU Merek :
diberikan lisensinya. Dalam hal lisensi Gugatan atas pelanggaran Merek
merek misalnya dapat ditentukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76 dapat
bahwa hak untuk memakai merek itu diajukan oleh penerima Lisensi Merek
hanya terbatas untuk satu atau terdaftar baik secara sendiri maupun
beberapa barang tertentu saja. bersama-sama dengan pemilik Merek yang
Bisa juga dilakukan pembatasan bersangkutan.
mengenai syarat-syarat penjualan,
wilayah di mana barang-barang dengan Menurut Pasal 78 UU Merek :
merek itu bisa dipasarkan. Dapat pula (1)Selama masih dalam pemeroksaan dan
diadakan persyaratan bahwa barang- untuk mencegah kerugian yang lebih
barang dengan merek itu harus besar, atas permohonan pemilik Merek
diedarkan melalui grosir-grosir atau penerima Lisensi selaku
tertentu dan sebagainya. penggugat,hakim dapat memerintah-kan
tergugat untuk menghentikan produksi,
peredaran dan/atau perdagangan barang
Par. 18 atau jasa yang menggunakan Merek
tersebut secara tanpa hak.
PENYELESAIAN SENGKETA (2)Dalam hal tergugat dituntut juga
menyerahkan barang yang menggunakan
18. Gugatan atas Pelanggaran Merek Merek secara tanpa hak, hakim dapat
Menurut Pasal 76 UU Merek : memerintahkan bahwa penyerahan
(1) Pemilik Merek terdaftar dapat barang atau nilai barang tersebut
mengajukan gugatan terhadap pihak dilaksanakan setelah putusan pengadilan
lain yang secara tanpa hak mempunyai kekuatan hukum tetap.
menggunakan Merek yang mempunyai
persamaan pada pokoknya atau Menurut Pasal 79 UU Merek :
keseluruhannya untuk barang atau jasa Terhadap putusan Pengadilan Niaga hanya
yang sejenis berupa : dapat diajukan kasasi.
a. gugatan ganti rugi, dan / atau

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Pidana 54

BAB IV
ASAS-ASAS HUKUM PIDANA
dan kejahatan-kejahatan terhadap
Par. 19
kepentingan umum, perbuatan mana diancam
PENGERTIAN HUKUM PIDANA. dengan hukuman yang merupakan suatu
penderitaan atau siksaan.
Ketertiban dan keamanan dalam Dari definisi tersebut di atas tadi dapatlah
masyarakat akan terpelihara bilamana tiap- kita mengambil kesimpulan, bahwa Hukum
tiap anggota masyarakat mentaati peraturan- Pidana itu bukanlah suatu hukum yang
peraturan (norma-norma) yang ada dalam mengandung norma-norma yang baru,
masyarakat itu. Peraturan-peraturan ini melainkan hanya mengatur tentang
dikeluarkan oleh suatu badan yang berkuasa pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-
dalam masyarakat itu yang disebut kejahatan terhadap norma-norma hukum
Pemerintah. yang mengenai kepentingan umum.
Namun walaupun peraturan-peraturan ini Adapun yang termasuk dalam pengertian
telah dikeluarkan, masih ada saja orang yang kepentingan umum ialah :
melanggar peraturan-peraturan, misalnya 1. Badan dan peraturan perundangan
dalam hal pencurian yaitu mengambil barang negara, seperti Negara. Lembaga-
yang dimiliki orang lain dan yang lembaga Negara, Penjabat Negara,
bertentangan dengan hukum (KUHP pasal Pegawai Negeri, Undang-Undang,
362). Terhadap orang ini sudah tentu Peraturan Pemerintah, dan seba-
dikenakan hukuman yang sesuai dengan gainya.
perbuatannya yang bertentangan dengan 2. Kepentingan hukum tiap manusia,
hukum itu. Segala peraturan-peraturan yaitu: jiwa, raga/tubuh, kemerde-
tentang pelanggaran (overtredingen), kaan, kehormatan, dan hak milik/
kejahatan (misdrijven), dan sebagainya, harta benda.
diatur oleh Hukum Pidana (strafrecht) dan
dimuat dalam satu Kitab Undang-undang yang Antara pelanggaran dan kejahatan
disebut KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM terdapat perbedaan yang berikut :
PIDANA (Wetboek van Strafrecht) yang 1) Pelanggaran ialah mengenai hal-hal
disingkat “KUHP” (WvS). kecil atau ringan, yang diancam dengan
Hukum Pidana itu ialah hukum yang hukuman denda, misalnya: Sopir mobil
mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran yang tak memiliki Surat Izin Mengenudi

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


55 Asas-Asas Hukum Pidana

(SIM), bersepeda pada malam hari Kita mengetahui bahwa Pengadilan


tanpa lampu, dan lain-lain. Perdata baru bertindak kalau sudah ada
2) Kejahatan ialah mengenai soal-soal pengaduan (klacht) dari pihak yang menjadi
yang besar, seperti: pembunuhan, korban. Orang itulah sendiri yang harus
penganiayaan, penghinaan, pen- mengurus perkaranya ke dan di muka
curian, dan sebagainya. Pengadilan Perdata.
Contoh pelanggaran kejahatan Sedangkan dalam Hukum Pidana yang
terhadap umum berkenaan dengan: bertindak dan yang mengurus perkara ke dan
a. Badan/Peraturan Perundangan di muka Pengadilan Pidana, bukanlah pihak
Negara, misalnya pemberon-takan, korban sendiri melainkan alat-alat kekuasaan
penghinaan, tidak membayar pajak, negara seperti polisi, jaksa, dan hakim.
melawan pegawai negeri yang Oleh karena itu kemudian ternyata,
sedang menjalankan tugasnya; bahwa orang-orang yang berkepentingan
b. Kepentingan hukum manusia : hukumnya diserang malu-malu, segan atau
a) terhadap jiwa : pembunuhan takut mengurus sendiri perkaranya ke muka
b) terhadap tubuh : penganiayaan Pengadilan Perdata, maka mudah dapat
c) terhadap kemerdekaan : pencu-likan dimengerti, bahwa banyak perkara yang
d) terhadap kehormatan : penghi-naan tidak sampai ke pengadilan sehingga
e) terhadap milik : pencurian merajalela pelanggaran atas kepentingan
hukum orang.
Mengenai pelanggaran terhadap Keadaan demikian itu tentu tidak
kepentingan hukum tiap manusia mungkin membawa ketertiban dan keamanan dalam
timbul pertanyaan, apakah hal-hal itu masyarakat; berhubung dengan hal itu, dan
bukanlah mengenai kepentingan juga terdorong oleh perubahan zaman yang
perseorangan yang sudah diatur dalam Hukum menganggap tiap-tiap orang adalah anggota
Perdata? masyarakat, maka sekarang tiap-tiap
Hukum Pidana itu tidak membuat serangan atas kepentingan hukum
peraturan-peraturan yang baru, melainkan perseorangan dipandang juga sebagai
mengambil dari peraturan-peraturan hukum serangan terhadap masyarakat.
yang lain yang bersifat kepentingan umum. Dan karena masyarakat yang tertinggi itu
Memang sebenarnya peraturan-peraturan adalah negara, maka negaralah dengan
tentang jiwa, raga, milik, dan sebagainya, perantaraan polisi, jaksa, dan hakim yang
dari tiap orang telah termasuk Hukum bertindak menguruskan tiap-tiap warganya
Perdata. yang diserang kepentingan hukumnya. Jadi
Hal pembunuhan, pencurian, dan di samping hal pelanggaran atas kepentingan
sebagainya antara orang-orang biasa, semata- hukum tiap orang itu adalah urusan Hukum
mata diurus oleh Pengadilan Pidana. Perdata, sekarang hal itu juga termasuk

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Pidana 56

urusan Hukum Pidana. 3) Pidana kurungan (sekurang-kurangnya


Pembunuhan, penganiayaan, penculikan, 1 hari dan setinggi-tingginya 1 tahun)
penghinaan, pencurian, dan sebagainya, 4) Pidana denda
sekalipun antara orang-orang biasa telah 5) Pidana tutupan.
menjadi kepentingan umum pula.
Untuk menjaga keselamatan dari 2. Pidana tambahan :
kepentingan umum itu, Hukum Pidana 1) pencabutan hak-hak tertentu
mengadakan satu jaminan yang istimewa 2) perampasan (penyitaan barang-barang
terhadapnya yaitu seperti tertulis pada tertentu
bagian terakhir dari definisi Hukum Pidana, 3) pengumuman keputusan hakim
“…. perbuatan mana diancam dengan suatu
hukuman yang berupa siksaan.” Par. 20
Pidana adalah hukuman berupa siksaan
RIWAYAT HUKUM PIDANA INDO-
yang merupakan keistimewaan dan unsur yang
NESIA
terpenting dalam Hukum Pidana. Kita telah
mengetahui, bahwa sifat dari hukum ialah
Hukum Pidana yang berlaku sekarang ini
memaksa dan dapat dipaksakan; dan paksaan
ialah hukum yang tertulis dan telah
itu perlu untuk menjaga tertibnya, diturutnya
peraturan-peraturan hukum atau untuk dikodifikasi.
memaksa si perusak memperbaiki keadaan Peraturan-peraturan Hukum Pidana ini
yang dirusakkannya atau mengganti kerugian tersebar dimana-mana sebab tiap-tiap Badan
yang disebabkannya. Legislatif dan tiap-tiap orang yang diserahi
Pokoknya untuk menjaga dan tugas untuk menjalankan undnag-undang (
memperbaiki keseimbangan atau keadaan Presiden, Menteri, Kepala Daerah, Komandan
yang semula. Tentara, dan sebagainya) berhak membuat
Tapi dalam Hukum Pidana paksaan itu Peraturan Pidana, yaitu peraturan-peraturan
disertai suatu siksaan atau penderitaan yang yang mengandung ancaman hukuman berupa
berupa hukuman. Hukuman itu bermacam- suatu penderitaan terhadap si pelanggar.
macam jenisnya. Tentu saja perautran-peraturan pidana
Menurut KUHP pasal 10 hukuman atau yang dibuat oleh Badan Legislatif dan Badan
pidana terdiri atas : Eksekutif yang lebih rendah kedudukannya,
1. Pidana pokok (utama) : tak boleh beretentangan dengan atau
1) Pidana mati. menyimpang dari peraturan-peraturan pidana
2) Pidana penjara : dari Badan-Badan Legislatif dan Eksekutif
a. pidana seumur hidup. yang lebih tinggi kedudukannya.
b. pidana penjara selama waktu Di atas telah diterangkan, bahwa
tertentu (setinggi-tingginya 20 tahun peraturan-peraturan pidana itu tersebar di
dan sekurang-kurangnya 1 tahun) mana-mana. Tetapi pada umumnya kalau kita

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


57 Asas-Asas Hukum Pidana

membicarakan tenatng Hukum Pidana, maka sesuai dengan keperluan dan keadaan nasional
yang dimaksudkan ialah pewrauran-peraturan kita dewasa ini.
pidana yang terkumpul dalam suatu kitab yaitu Perubahan yang penting dari KUHP ciptaan
: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana disingkat Hindia Belanda itu diadakan dengan Undang-
KUHP ( Wetboek van Strafrecht = W.v.S). Undang No. 1 tahun 1946. Dengan KUHP itu
Haruslah diperhatikan benar-benar, maka mulai 1 Januari 1918 berlakulah satu
bahwa semua peraturan-peraturan pidana macam Hukum Pidana untuk semua golongan
dibukukan dalam Kitab Undang-Undang penduduk Indonesia (unifikasi Hukum Pidana).
Hukum Pidana. Kitab Undang-Undang Hukum Sebelum tanggal 1 Januari 1918 di tanah
pidana merupakan induk dari peraturan- air kita ini berlaku dua KUHP yaitu :
peraturan pidana. KUHP memuat peraturan- a. satu untuk golongan Indonesia (mulai
peraturan pidana yang berlaku terhadap berlaku 1 Januari 1873 ;
segenap penduduk Indonesia, karena ia dibuat b. satu untuk golongan Eropa (mulai
oleh Badan Legislatif yang tertinggi dan sesuai berlaku 1 Januari 1867.
dengan asas unifikasi hukum.
KUHP ialah kitab peraturan pidan yang KUHP untuk golongan Indonesia ( 1873 )
dipakai sehari-hari. adalah copy /turunan dari KUHP untuk
Bagi kita cukuplah dengan mempelajari golongan Eropa ( 1867). Dan KUHP untuk
KUHP itu untuk sekedar mengetahui seluk golongan Eropa ini adalah pula satu copy
beluknya Hukum Pidana kita. Sebelum kita dari Code Penal, yaitu Hukum Pidana di
mulai meninjau isi KUHP, maka baiklah jika perancis di zaman Napoleon pada tahun 1811.
kita terlebih dahulu mengetahui isinya. Perbedaan antara KUHP untuk orang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang Eropa (1867) dan dengan KUHP untuk orang
berlaku sekarang ini bukanlah asli ciptaan kita Indonesia (1873) adalah terutama macamnya
bangsa Indonesia. Kitab Undang-Undang hukuman.
Hukum Pidana ini lahir dan telah mulai berlaku Misalnya :
sejak 1 Januari 1918.Jadi ia dibuat pada a. Orang Indonesia dapat diberi kerja
zaman Hindia Belanda dahulu. paksa dengan lehernya diberi kalung
Berdasarkan pasal II Aturan Peralihan dari besi atau kerja dengan tidak dibayar
UUD 1945 yo. pasal 192 Konstitusi RIS 1949 untuk mengerjakan pekerjaan umum,
yo. Pasal 142 UUDS 1950, maka sampai kini sedang orang Eropa tidak, hanya
masih diperlakukan KUHP yang lahir pada 1 hukuman penjara atau kurungan saja.
Januari 1918 itu, karena belum juga diadakan b. KUHP untuk orang Indonesia dise-
KUHP yang baru. Tapi itu tidak berarti, bahwa suaikan dengan keadaan dan kebiasaan
KUHP kita yang sekarang, masih dalam keadaan orang Indonesia.
asli atau telah diambil alih langsung oleh
negara kita, tetapi isinya dan jiwanya telah Misalnya :
banyak diubah dan diganti, sehingga telah - perkawinan dengan lebih dari satu or-

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Pidana 58

ang perempuan tidak dihukum; Sebelum tahun 1886, KUHP negeri


- pengemisan dan mandi tanpa pakaian Belanda adalah pula suatu copy dari Code
di muka umum tidak dihukum. Penal Perancis Tahun 1811. Tetapi mulai dari
tahun 1886 berlakulah di negeri Belanda suatu
Sebelum tahun 1867 orang-orang Eropa KUHP yang bersifat nasional. Beberapa
di Indonesia pada umumnya dikenakan Hukum perbedaan penting antara KUHP Belanda yang
Pidana dari negeri Belanda atau Hukum Pidana nasional dengan yang merupakan copy dari
Romawi. Sedang bagi orang Indonesia Code Penal adalah :
sebelum tahun 1873 diperlakukan Hukum Adat Hapusnya hukuman yang serendah-
Pidananya masing-masing. Hukum Adat rendahnya dan hukuman mati (1870).
Pidana di Indonesia pada umumnya tidak Dalam KUHP Belanda nasional keadaan si
tertulis dan kalau tertulis belum merupakan pelanggar diperhatikan.
suatu kodifikasi, sebab masih tercampur Pada umumnya KUHP Belanda yang
dengan hukum yang lain, lagi pula Hukum Adat bersifat nasional itu adalah lebih modern dan
Pidana itu bersifat sedaerah-daerah. lebih sesuai dengan kemajuan zaman, jika
Contoh-contoh dari Hukum Adat Pidana dibandingkan dengan KUHP dari lain-lain
yang tertulis: negara pada waktu itu, sebab KUHP Belanda
1) Kutaramanawa dalam Kerajaan ini dibuat belakangan, sehingga dapat
Mojopahit kira-kira tahun 1350; menarik keuntungan-keuntungan dari KUHP
2) Pepakem Cirebon untuk Kerajaan di negara lain.
Cirebon tahun 1768. Perbedaan yang penting antara KUHP
Belanda 1886 dengan copynya di Indonesia
Jadi mulai 1 Januari 1873 Hukum Adat yang mulai berlaku 1 Januari 1918 ialah masih
Pidana yang bersifat sedaerah-daerah itu ada hukuman mati dalam KUHP Indonesia
dihapuskan dan untuk semua orang Indonesia pada tahun 1918.
berlaku satu KUHP saja.
Di muka sudah diterangkan bahwa KUHP
Par. 21
1873 adalah Copy dari KUHP 1967, dan KUHP
1967 ini adalah pula turunan dari Code Penal PEMBAGIAN HUKUM PIDANA.
Perancis.
Pada waktu 1 Januari 1918 di Indonesia Hukum Pidana dapat dibagi sebagai
system DUALISME dihapuskan dan hanya berikut:
diadakan satu KUHP saja untuk semua 1. Hukum Pidana Obyektif (Jus Punale),
GOLONGAN penduduk di Indonesia, maka yang dapat dibagi ke dalam:
KUHP yang baru ini (1918), bukan lagi copy a. Hukum Pidana Material.
dari Code Penal Perancis, melainkan b. Hukum Pidana Formal (Hukum
merupakan turunan dari KUHP nasional negeri Acara Pidana).
Belanda tahun 1886. 2. Hukum Pidana Subyektif (Jus

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


59 Asas-Asas Hukum Pidana

Puniendi). Umum, akan tetapi diatur tersendiri


3. Hukum pidana Umum. dalam undang-Undang (Pidana
4. Hukum Pidana Khusus, yang dapat Pajak).
dibagi lagi ke dalam:
a. Hukum Pidana Militer. b) Hukum Pidana Formal ialah hukum yang
b. Hukum Pidana Pajak (Fiskal). mengatur cara-cara menghukum
seseorang yang melanggar peraturan
1) Hukum Pidana Obyektif (Jus Punale) pidana (merupakan pelaksanaan dari
ialah semua peraturan yang mengandung Hukum Pidana Material).
keharusan atau larangan, terhadap Dapat juga dikatakan bahwa Hukum
pelanggaran mana diancam dengan Pidana Formal atau Hukum Acara
hukuman yang bersifat siksaan. Pidana memuat peraturan-peraturan
Hukum Pidana Obyektif dibagi dalam tentang bagaimana memelihara atau
Hukum Pidana Material dan mem-pertahankan Hukum Pidana Ma-
Hukum Pidana Formal : terial; dan karena memuat cara-cara
a) Hukum Pidana Material ialah peraturan- untuk menghukum seseorang yang
peraturan yang mene-gaskan: melanggar peraturan pidana, maka
(1) Perbuatan-perbuatan apa yang dapat hukum ini dinamakan juga Hukum
dihukum. Acara Pidana.
(2) Siapa yang dapat dihukum.
(3) Dengan hukuman apa menghukum Hukum Acara Pidana terkumpul/diatur
seseorang. dalam Reglemen Indonesia yang
dibaharui disingkat dahulu R.I.B.
Singkatnya Hukuman Pidana Material (Herziene Inlandsche Reglement =
mengatur tentang apa, siapa dan H.I.R.) sekarang diatur dalam Kitab
bagaimana orang dapat dihukum. Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Jadi Hukuman Pidana Material (KUHP) Tahun 1981.
mengatur perumusan dari kejahatan
dan pelanggaran serta syarat-syarat 2) Hukum Pidana subyektif (Jus Puniendi),
bila seseorang dapat dihukum. ialah hak Negara atau alat-alat untuk
Hukum Pidana Material membedakan menghukum berdasarkan Hukum
adanya : Pidana Obyektif.
(a) Hukum Pidana Umum. Pada hakekatnya Hukum Pidana
(b) Hukum Pidana Khusus, misalnya Obyektif itu membatasi hak Negara
Hukum Pidana Pajak (seorang yang untuk menghukum. Hukum Pidana
tidak membayar pajak kendaraan subyektif ini baru ada, setelah ada
bermotor, hukumannya tidak peraturan-peraturan dari Hukum Pidana
terdapat dalam Hukum Pidana Obyektif terlebih dahulu.

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Pidana 60

Dalam hubungan ini tersimpul “Perbuatan yang dapat dihukum”. Kalau


kekuasaan untuk dipergunakan oleh seorang melanggar peraturan pidana, maka
Negara, yang berarti, bahwa tiap or- akibatnya ialah bahwa orang itu dapat
ang dilarang untuk mengambil tindakan dipertanggung-jawabkan tentang
sendiri dalam menyelesaikan tindak perbuatannya itu sehingga ia dapat dikenakan
pidana (perbuatan melanggar hukum = hukuman (kecuali orang gila, di bawah umur
delik). dan sebagainya).
Tujuan Hukum Pidana itu memberi sistem
3) Hukum Pidana Umum ialah Hukum
dalam bahan-bahan yang banyak dari hukum
Pidana yang berlaku terhadap setiap
itu: Asas-asas dihubungkan satu sama lain
penduduk (berlaku terhadap siapa pun
sehingga dapat dimasukkan dalam satu
juga di seluruh Indonesia) kecuali
sistem. Penyelidikan secara demikian adalah
anggota ketentaraan.
dogmatis juridis.
Selain itu Hukum Pidana dilihat sebagai
4) Hukum Pidana Khusus ialah Hukum
ilmu pengetahuan kemasyarakatan.
Pidana yang berlaku khusus untuk or-
ang-orang yang tertentu. Sebagai ilmu pengethuan social, maka
diselidiki sebab-sebab dari kejahatan dan
Contoh : dicari cara-cara untuk memberantasnya.
a) Hukum Pidana Militer, berlaku Penyelelidikan tentang sebab dari kejahatan
khusus untuk anggota militer dan (Crime) ini dapat dicari pada diri orang
mereka yang dipersamakan dengan (keadaan badan dan jiwanya) atau pada
militer. keadaan masyarakat.
b) Hukum Pidana Pajak, berlaku Seperti juga tiap-tiap Ilmu Pengetahuan
khusus untuk perseroan dan mereka membutuhkan bantuan dan keterangan-
yang membayar pajak (wajib keterangan dari Ilmu Pengetahuan lain,
pajak). demikian pula Ilmu Hukum Pidana ini
mempunyai ilmu-ilmu pengetahuan
pembantunya, diantaranya:
Par. 22 1. Anthropologi
TUJUAN HUKUM PIDANA. 2. Filsafat
3. Ethica
Hukum Pidana merupakan ilmu 4. Statistik
pengetahuan hukum; oleh karena itu 5. Medicina Forensic (Ilmu Kedokteran
peninjauan bahan-bahan mengenai Hukum bagian Kehakiman)
Pidana terutama dilakukan dari sudut 6. Psychiatrie – Kehakiman
pertanggungan jawab manusia tentang 7. Kriminologi.

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


61 Asas-Asas Hukum Pidana

Par. 23 normanya dan baru kemudian dalam pasal


terakhir diterangkan bahwa: “Pelanggaran-
KITAB UNDANG-UNDANG pelanggaran terhadap pasal I, II dan
HUKUM PIDANA (KUHP) seterusnya dihukum dengan hukuman penjara
paling lama sekian tahun.”
Peninjauan terhadap KUHP dapat dari luar Ada juga Undang-Undang Hukum Pidana
dan dapat pula dari dalam. Peninjauan dari yang bentuknya mengancam dengan hukuman
luar ialah mengenai riwayatnya yang telah (sanksi) terlebih dahulu. Sedangkan norma-
kita bicarakan dahulu, sekitar Undang-Undang normanya belum ada seperti misalnya bunyi
Pidana dan beberapa ilmu pengetahuan pasal 122 KUHP: “Dihukum dengan hukuman
pembantu dari Hukum Pidana. penjara setinggi-tingginya 15 tahun, barang
Dari dalam ialah mengenai bentuk dan siapa dalam masa perang dengan sengaja
isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. melanggar suatu peraturan yang diadakan
Baiklah kita meninjau dari dalam karena oleh pemerintah untuk menjaga keselamatan
riwayat KUHP telah dipaparkan di muka, dan negara.”
kita mulai dengan uraian sekitar Undang- Di dalam pasal ini belum terdapat
Undang Pidana : normanya melainkan baru nanti diadakan
kalau masa perang tiba. Jika kita meninjau
1. Undang-Undang Hukum Pidana. dengan teliti norma dari Undang-Undang
Apakah Undang-Undang Hukum Pidana itu? Hukum Pidana itu, maka norma itu bukanlah
Undang-Undang Hukum Pidana itu adalah norma asli dari Hukum Pidana melainkan dari
peraturan hidup (norma) yang ditetapkan norma-norma hukum lain.
oleh instansi kenegaraan yang berhak Yang asli dan istimewa adalah sanksinya.
membuatnya, norma mana ditambah dengan Tetapi ini tidaklah berarti bahwa kalau kita
ancaman hukuman yang merupakan melanggar Undang-Undang Hukum Pidana
penderitaan (sanksi) terhadap barang siapa yang kita langgar sanksinya, melainkan tetap
yang melanggarnya. Lazim juga dikatakan normanya.
bahwa Undang-Undang Hukum Pidana adalah Sanksi itu tidak berdiri sendiri melainkan
“Norma plus Sanksi”. adalah untuk melindungi normanya itu.
Norma dan sanksi itu pada umumnya
terdapat pada satu pasal. Misalnya pasal 338 2. Siapakah yang berhak membuat Undang-
KUHP bunyinya: “Barang siapa dengan sengaja Undang Hukum Pidana itu ?
mengambil nyawa orang lain dihukum, karena Kalau perkataan undang-undang Hukum
makar mati (pembunuhan), dengan hukuman Pidana itu diartikan sempit sebagai undang-
penjara setinggi-tingginya 15 tahun.” undang, maka yang berhak membuatnya
Dapat juga norma dan sanksi terpisah adalah Badan Legislatif yang tertinggi (DPR)
dalam beberapa pasal. Jadi dalam pasal I, II bersama Pemerintah.
dan seterusnya disebutkan dahulu norma- Kalau diartikan luas sebagai peraturan

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Pidana 62

maka yang berhak membuat peraturan pidana Undang-undang itu. Tidak boleh orang yang
adalah semua badan legislatif dan semua or- melanggar undang-undang itu, sambil
ang yang mempunyai kekuasaan Eksekutif membela atau membebaskan diri dengan
(Presiden, Menteri, Kepala Daerah, Kepala alasan: “Saya tidak tahu peraturan itu.”
Polisi, Komandan tentara dan lain-lain).
Tentunya badan-badan dan orang-orang 4. Bila suatu Undang-undang Pidana tidak
yang lebih rendah kedudukannya tidak boleh berlaku lagi ?
lagi membuat peraturan-peraturan pidana Mulai tidak berlakunya itu dapat
yang sudah dibuat oleh instansi-instandi yang dinyatakan dengan tegas oleh Instansi yang
lebih tinggi, apa lagi yang bertentangan atau membuatnya atau oleh instansi yang lebih
melampaui batas-batas kekuasaannya. Jika tinggi dengan menyatakan: Undang-undang
terjadi demikian maka dengan sendirinya nomor sekian dicabut; dapat juga suatu
peraturan pidana dari instansi bawahan itu undang-undang tidak berlaku lagi dengan
tidak sah (menjadi batal). tidak disebut-sebutkan, yaitu karena hal itu
telah diatur dengan undang-undang yang baru
3. Bila suatu Undang-Undang Pidana mulai oleh instansi yang membuatnya atau oleh
sah berlaku ? instansi yang lebih tinggi; Juga kalau waktu
Syarat mutlak untuk berlakunya suatu berlakunya undang-undang itu telah habis.
Undang-undang ialah sesudah diundangkan Singkatnya:
oleh pemerintah (dalam hal ini menteri 1) Suatu peraturan tak berlaku lagi bila
Sekretaris Negara) dalam Lembaran Negara waktu yang telah ditentukan oleh
(LN), Dalam Zaman Hindia Belanda Undang- peraturan itu sudah lampau.
undang itu diundangkan dalam STAATSBLAD 2) Bila keadaan untuk mana bunyi
(Stb. = S). Setelah diundangkan dalam peraturan itu diadakan sudah tidak ada
Lembaran Negara Undang-undang tersebut lagi.
lalu diumumkan dalam Berita Negara (zaman 3) Bila peraturan itu dicabut (dengan tegas
Hindia Belanda: De Javasche Courant, dan atau tidak langsung).
berita resmi di zaman Jepang: Kan Po). 4) Bila telah ada peraturan yang baru yang
Tanggal mulai berlakunya Undang-undang isinya bertentangan dengan peraturan
itu ialah menurut tanggal yang ditetapkan yang duluan (kebijaksanaan dalam
dalam Undang-undang itu sendiri dan kalau ketatanegaraan).
tanggal itu tidak disebutkan, maka Undang- 5. Sampai di manakah kekuasaan
undang itu mulai berlaku untuk Jawa dan berlakunya Undang-undang Hukum
Madura 30 hari sesudah diundangkan dalam Pidana Indonesia ?
Lembaran Negara dan untuk daerah yang lain
100 hari sesudah pengundangan itu. Sesudah Kekuasaan berlakunya Undang-Undang
syarat tersebut di atas dipenuhi maka tiap- Hukum Pidana Indonesia dapat dipandang dari
tiap orang telah dianggap mengetahui dua sudut :

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


63 Asas-Asas Hukum Pidana

a. Yang bersifat negatif


b. Yang besifat positif Artinya :
“Tidak ada hukuman, kalau tak ada
Ad.a Yang bersifat negatif ini adalah Undang-Undang,
mengenai: Tidak ada hukuman, kalau tak ada
Berlakunya Undang-Undang Pidana kejahatan
berhubung dengan waktu. Tidak ada kejahatan, kalau tidak ada
Undang-Undang Pidana itu tidak berkuasa hukuman, yang berdasarkanUndang-Undang.”
(berlaku) terhadap sesuatu perbuatan yang
dilakukan sebelum Undang-Undang Pidana itu Dengan diadakannya pasal 1 ayat 1 ini
diadakan. dapat ditarik beberapa kesimpulan, bahwa :
Jadi suatu Undang-Undang Pidana itu 1) Hukum Pidana itu mencegah adanya
hanya berlaku untuk masa depannya (datang) penjatuhan hukuman secara sewenang-
dan tidak dapat diperlakukan terhadap wenang oleh Pengadilan (Hakim).
perbuatan-perbuatan sebelum diadakannya 2) Dapat dicapai kepastian hukum.
Undang-Undang Pidana itu. 3) Hukum Pidana itu bersumber kepada
Pendirian tersebut dengan tegas hukum tertulis.
dinyatakan (dapat disimpulkan) dalam Pasal
1 ayat 1 KUHP yang berbunyi: “Sesuatu Peraturan yang terdapat dalam pasal 1
perbuatan tidak dapat dihukum selain atas ayat 1 ini dikecualikan oleh pasal 1 ayat 2
kekuatan aturan Pidana dalam Undang- KUHP yang berbunyi: “Apabila ada perubahan
Undang, yang diadakan sebelum perbuatan peraturan perundangan sesudah perbuatan itu
itu terjadi.” dilakukan, maka haruslah dipakai aturan yang
Hal itu berarti, bahwa seseorang hanya ringan bagi tersangka.”
dapat dijatuhi hukuman, jika perbuatannya Jadi pasal 1 ayat 2 adalah merupakan
itu telah ada atau telah disebut di dalam pengecualian terhadap pasal 1 ayat 1 KUHP.
KUHP. Jadi menurut pasal 1 ayat 1 jika or- Dikatakan, bahwa dalam pasal 1 ayat 1
ang dituduh melakukan sesuatu kejahatan, KUHP terdapat asas:
akan tetapi kemudian terbukti, bahwa “Undang-Undang Pidana tak dapat berlaku
perbuatannya itu tidak terdapat dalam KUHP, surut” (Strafrecht heeft geen terug-
maka si tersangka tadi dibebaskan dari werkende kracht).
tuduhan tersebut, dan ia tidak dijatuhi
hukuman. Ad.b. Yang bersifat positif, adalah:
Hal ini oleh Anselm von Feuerbach Berlakunya Undang-Undang Pidana
dirumuskan sebagai berikut : berhubung dengan tempat.
“Nulla poena sine lege Hal ini diatur dalam pasal 2 sampai dengan
Nulla poena sine Crimine pasal 9 KUHP, yang memuat 4 asas :
Nullum Crimen sine poena legali”. 1) Asas territorial (daerah).

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Pidana 64

2) Asas nasional yang aktif. perluasan dari pasal 2.


3) Asas nasional yang pasif. Sebagai pengecualian asas Territorial,
4) Asas universal. ialah bahwa Undang-Undang Pidana Indone-
sia tidak berkuasa terhadap:
Ad.1) Asas Territorial. a. Mereka yang mempunyai Hak Ex-ter-
Undang-Undang Pidana Indonesia berlaku ritorial, yaitu orang-orang di daerah
terhadap setiap orang yang melakukan negara asing tidak dikenakan Undang-
sesuatu pelanggaran/kejahatan di dalam Undang Pidana dari negara itu dan oleh
wilayah kedaulatan negara Republik Indone- karena itu mereka berada di luar
sia. kekuasaan hukum negara di mana
Jadi bukan hanya berlaku terhadap warga mereka berada.
negara Indonesia sendiri saja, namun juga Mereka itu ialah:
berlaku terhadap orang asing yang melakukan 1) Kepala negara asing dengan
kejahatan di wilayah kekuasaan Indonesia. keluarganya yang berada di Indone-
Yang menjadi dasar adalah tempat di sia.
mana perbuatan melanggar itu terjadi, dan 2) Duta dengan keluarganya dan
karena itu dasar kekuasaan Undang-Undang pegawai-pegawai kedutaan.
Pidana ini dinamakan asas Daerah atau asas 3) Anak buah kapal perang asing,
Territorial. meskipun mereka berada di luar
Yang termasuk wilayah kekuasaan kapalnya.
Undang-Undang Pidana itu, selain daerah 4) Anggota ketentaraan asing yang
daratan (territoir), lautan dan udara territo- mempunyai izin mengunjungi Indo-
rial, juga kapal-kapal yang memakai bendera nesia.
Indonesia (kapal-kapal Indonesia) yang berada 5) Sekretaris Jenderal PBB.
di luar perairan Indonesia. 6) Anggota delegasi negara asing yang
Asas territorial terdapat dalam pasal 2 dan sedang dalam perjalanan menuju
3 KUHP: sidang PBB, dan singgah di Indone-
Pasal 2: Ketentuan pidana dalam undang- sia.
undang Indonesia berlaku bagi tiap orang yang Hak Ex-Territorial diakui dalam pasal 9
dalam Indonesia melakukan sesuatu KUHP.
perbuatan yang boleh dihukum (delik = tindak
pidana). b. Hak Immuniteit – Parlementair (Hak
Pasal 3: Ketentuan pidana dalam undang- Kekebalan).
undang Indonesia berlaku bagi tiap orang di Para anggota MPR dan DPR Pusat dan
luar Indonesia dalam kapal atau perahu Indo- DPR Daerah serta para Menteri juga
nesia yang melakukan sesuatu perbuatan yang tidak dikenakan hukuman (Pidana)
boleh dihukum (tindak pidana). untuk segala apa yang dikatakannya
Pasal 3 KUHP sebenarnya mengenai (dan tulisan-tulisan mereka) di dalam

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


65 Asas-Asas Hukum Pidana

gedung Parlemen. asas ini dinamakan “asas perlindungan” atau


Mereka ini mempunyai Hak Immuniteit- “asas nasional pasif.”
Parlementair. Yang termasuk perbuatan-perbuatan yang
Hak ini tak diatur dalam KUHP, tetapi merugikan negara kita ialah: memalsukan
diatur dalam Hukum Tata negara uang Indonesia, Meterai, Lambang Negara,
(Ketetapan MPR No. 1/MPR/1983 dan cap negara, surat hutang yang ditanggung
Undang-Undang No.13 tahun 1970). Pemerintah Indonesia dan lain-lain.
Hal-hal ini diatur dalam KUHP pasal 4 ayat
Ad.2) Asas Nasional Aktif. 1, 2 dan 3, pasal 7 dan pasal 8.
Undang-Undang Pidana Indonesia berlaku Untuk dapat menuntut seseorang di luar
juga terhadap Warganegara Indonesia yang negeri, juga dengan jalan “penyerahan” yang
berada di luar negeri. akan dibicarakan kemudian.
Kalau asas Territorial yang dipentingkan
“Tempat terjadinya” kejahatan, maka asas Ad.4) Asas Universal (universaliteit).
Nasional aktif yang menjadi dasar ialah orang Undang-Undang Pidana kita dapat juga
(kebangsaan) yang melakukan kejahatan itu. diberlakukan terhadap perbuatan-perbuatan
Dengan orang di sini dimaksudkan warga jahat yang bersifat merugikan keselamatan
negara Indonesia, oleh karena itu asas ini internasional, yang terjadi dalam daerah yang
dinamakan “ asas personaliteit atau asas tidak bertuan.
Nasional aktif”. Hal ini diatur dalam KUHP Jadi disini mengenai perbuatan-
pasal 5 ayat 1 sub 1: “Ketentuan pidana dalam perbuatan jahat yang dilakukan dalam daerah
undang-undang Indonesia berlaku bagi yang tidak termasuk kedaulatan sesuatu
warganegara Indonesia yang melakukan negara manapun, seperti : di lautan terbuka,
kejahatan (tertentu) di luar Indonesia.” atau di daerah kutub.
Untuk dapat menuntut Warganegara kita Kejahatan-kejahatan yang bersifat
di luar negeri maka diperlukan dulu merugikan keselamatan Internasional adalah
“penyerahannya” oleh negara asing yang : “pembajakan di laut”, pemalsuan mata uang
bersangkutan kepada kita. Mengenai negara mana pun juga. Karena di sini yang
“penyerahan” akan dibicarakan kemudian. dipentingkan keselamatan Internasional, maka
dinamakan “Asas Universal”.
Ad.3) Asas Nasional Pasif. Hal ini diatur dalam KUHP pasal 4 ayat 4.
Undang-Undang Pidana Indonesia berkuasa Asas ini didasarkan atas pertimbangan, seplah-
juga mengadakan penuntutan terhadap olah di seluruh dunia telah ada satu
siapapun juga di luar negara Republik Indo- ketertiban hukum.
nesia juga terhadap orang asing di luar RI.
Di sini dipentingkan kepentingan hukum 5. Penyerahan (extradition = uitlevering)
sesuatu negara (keselamatan negara) yang Dari uraian tersebut di atas, ternyata,
dilanggar oleh seseorang. Oleh karena itu bahwa Undang-Undang Pidana Indonesia

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Pidana 66

mempunyai kekuasaan tidak saja di dalam langsung untuk merobohkan negara;


negara kita, tetapi juga di luar negeri. ii. Kejahatan Politik Relatif :
Bagaimanakah sekarang jalannya untuk Kalau kejahatan itu secara tidak
dapat menuntut seseorang yang melanggar langsung hendak mengganggu
Undang-Undang Pidana Indonesia, tetapi ia keamanan negara.
berada di luar negeri? c. Kalau orang itu oleh Pengadilan Negara
Untuk dapat menuntut orang tersebut, Asing sudah diputuskan perkaranya.
maka terlebih dahulu perlu dia diserahkan d. Kalau permintaan penyerahan dari
oleh negara asing yang bersangkutan kepada negara yang dilanggar undang-
negara kita. undangnya dianggap kasib oleh negara
Permintaan penyerahan seseorang itu, asing itu.
harus melalui saluran-saluran Diplomatik. e. Kalau orang yang diminta diserahkan
Akan tetapi sebelumnya harus terlebih dahulu itu penjabat suatu agama.
ada perjanjian penyerahan antara kedua Keputusan tentang penyerahan Penjahat
negara itu. Politik berada di tangan Pemerintah yang
Peraturan-peraturan untuk Hindia Belanda sedang melindungi pelarian politik itu, setelah
dahulu ditetapkan dalam LN/Stb. 1883 diminta pertimbangan dari Pengadilan
No.188. Tertinggi.
Menurut peraturan ini sudah diadakan
beberapa traktat penyerahan oleh Belanda 6. Interpretasi (Penafsiran) Undang-Undang
untuk Hindia Belanda dengan beberapa Pidana.
Negara-negara lain, yang sekarang masih Kita telah maklum, bahwa suatu kalimat
berlaku, yaitu antara lain : pada tahun 1895 bahkan suatu perkataan pun dapat di tafsirkan
dengan Spanyol, Belgia dan Denmark; pada berlain-lainan.
tahun 1897 dengan Italia, pada tahun 1898 Bagaimanakah menafsirkan Undang-
dengan Jerman dan Perancis, pada tahun 1899 Undang Pidana? Undang-Undang Pidana hanya
dengan Inggris dan Swis; pada tahun 1904 dapat ditafsirkan menurut kata-kata dalam
dengan USA. Hukum Pidana itu sendiri, oleh karena
Ada beberapa hal dimana orang itu tidak terhadap beberapa perkataan yang terdapat
diserahkan yaitu : di dalam KUHP itu oleh Pembentuk KUHP
a. Kalau orang yang diminta diserahkan sudah ditegaskan apa yang dimaksud dengan
itu Warganegara sendiri. perkataan-perkataan itu (disebut penafsiran
b. Kalau dianggap oleh Negara asing itu Authentiek). Penafsiran dari beberapa
bahwa Perbuatan orang itu adalah perkataan itu tercantum dalam Buku I title IX
bersifat “Kejahatan Politik”. Kejahatan dari KUHP, dan penafsiran-penafsiran itu
Politik terdiri atas : hanya berlaku terhadap perkataan-perkataan
i. Kejahatan Politik Mutlak. yang tercantum di dalam KUHP.
Kalau kejahatan ditujukan secara Jadi penafsiran itu tidak berlaku

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


67 Asas-Asas Hukum Pidana

terhadap perkataan-perkataan yang di luar lamanya 30 hari.


KUHP. Pasal 98 : Malam berarti, masa antara
Penafsiran tentang kata-kata dalam KUHP matahari terbenam dan matahari terbit.
diatur dalam Buku I title IX pasal 86 sampai Pasal 99 : Dengan perkataan memanjat,
dengan pasal 101. dimaksudkan juga memasuki rumah melalui
Beberapa penafsiran yang penting ialah : lobang yang telah ada, tetapi tidak untuk
Pasal 88 : Meruntuhkan pemerintahan, tempat orang lalu, atau melalui lobang yang
berarti menghapus atau merobah dengan sengaja digali, demikian juga melalui selokan
jalan yang tidak sah bentuk pemerintahan atau parit yang membatasi rumah itu.
yang berdasarkan UUD. Pasal 101 : Ternak berarti hewan yang
Pasal 89 : Yang disamakan dengan berkuku satu, hewan yang memamah biak
melakukan kekerasan, yaitu membuat orang dan babi.
jadi pingsan atau tak berdaya lagi.
Pasal 90: Luka berat berarti :
a. Penyakit atau luka yang tidak dapat
diharapkan akan sembuh lagi, atau yang
dapat mendatangkan bahaya maut.
b. Menyebabkan tidak cakap lagi
mengerjakan jabatannya atau
pekerjaannya.
c. Kehilangan salah satu pancaindra,
cacad, lumpuh.
d. Pikiran terganggu lebih dari 4 minggu.
e. Menggugurkan atau membunuh anak
yang sedang dikandung.
Pasal 96 :
a. Termasuk sebutan musuh adalah juga
pemberontak.
b. Termasuk sebutan perang adalah juga
perang saudara.
c. Termasuk keadaan perang adalah juga
keadaan diwaktu mana, sangat
mungkin peperangan meletus,
demikian juga kalau telah
diperintahkan dan selama ada
mobilisasi tentara.
Pasal 97 : Sehari berarti, masa yang
lamanya 24 jam, sebulan berarti, masa yang

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan 68

BAB V
ASAS-ASAS HUKUM ACARA PENGADILAN
1. Hukum Acara Perdata (Hukum Perdata
Par. 24
Formal).
PENGERTIAN POKOK HUKUM 2. Hukum Acara Pidana (Hukum Pidana For-
ACARA mal).

Menurut ajaran Montesquieu, kekuasaan Hukum Acara Perdata ialah rangkaian


untuk mempertahankan peraturan peraturan hukum yang menentukan
perundangan atau kekuasaan peradilan bagaimana cara-cara mengajukan ke depan
(kekuasaan yudikatif) berada di tangan pengadilan perkara-perkara keperdataan
Badan Peradilan yang terlepas dan bebas dalam arti luas (meliputi juga Hukum Dagang)
dari campur tangan kekuasaan legislatif dan dan cara-cara melaksanakan putusan-putusan
eksekutif. (vonnis) hakim juga diambil berdasarkan
Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan peraturan-peraturan tersebut; dapat juga
sebaik-baiknya, Badan-badan Peradilan disebut rangkaian peraturan-peraturan hukum
memerlukan peraturan-peraturan hukum yang tentang cara-cara memelihara dan
mengatur cara-cara bagaimana dan apakah mempertahankan Hukum Perdata Material.
yang akan terjadi jika norma-norma hukum Adapun lapangan keperdataan itu memuat
yang telah diadakan itu tidak ditaati oleh peraturan-peraturan tentang keadaan hukum
masyarakat. dan perhubungan hukum yang mengenai
Adapun bidang hukum yang demikian itu kepentingan-kepentingan perseorangan,
dinamakan Hukum Acara atau Hukum Formal, misalnya : soal perkawinan, jual beli, sewa
yakni rangkaian kaedah hukum yang mengatur menyewa, hutang piutang, hak milik, warisan
cara-cara bagaimana mengajukan sesuatu dan lain-lain sebagainya. Perkara perdata
perkara ke muka suatu badan peradilan serta ialah suatu perkara mengenai perselisihan
cara-cara Hakim memberikan putusan; dapat antara kepentingan perseorangan atau antara
juga dikatakan, suatu rangkaian peraturan kepentingan suatu badan hukum dengan
hukum yang mengatur tentang cara-cara kepentingan perseorangan misalnya:
memelihara dan mempertahankan hukum perselisihan tentang perjanjian jual beli atau
material. sewa menyewa, pembagian warisan dan
Hukum Acara yang mengatur dan sebagainya.
melaksanakan soal-soal peradilan disebut Lembaga-lembaga hukum yang terdapat
Hukum Acara Pengadilan, terdiri dari : dalam lapangan keperdataan ialah misalnya

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


69 Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan

: Pengadilan Perdata, Kantor Catatan Sipil


a. Dilarang bertindak sebagai hakim
(untuk pendaftaran kelahiran, perkawinan,
sendiri;
perceraian, kematian), Balai Harta
b. Hukum Acara harus tertulis dan
Peninggalan (Weeskamer), Kantor
dikodifikasikan;
Pendaftaran Tanah (kadaster), Notaris, Juru
c. Kekuasaan pengadilan harus bebas dari
Sita, Juru Lelang, Kantor Lembaga Bantuan
pengaruh kekuasaan badan negara
Hukum dan Pengacara.
lainnya;
Hukum Acara Pidana ialah rangkaian
d. Semua putusan pengadilan harus berisi
peraturan hukum yang menentukan
dasar-dasar hukum;
bagaimana cara-cara mengajukan ke depan
e. Kecuali yang ditetapkan oleh undang-
pengadilan, perkara-perkara kepidanaan dan
undang sidang pengadilan terbuka
bagaimana cara-cara menjatuhkan hukuman
untuk umum dan keputusan hakim
oleh hakim, jika ada orang yang disangka
senantiasa dinyatakan dengan pintu
melanggar aturan hukum pidana yang telah
terbuka.
ditetapkan sebelum perbuatan melanggar
hukum itu terjadi; dapat juga disebut
Par. 25
rangkaian kaedah-kaedah hukum tentang
cara memelihara dan mempertahankan PELAKSANAAN ACARA PERDATA.
hukum pidana material.
Setiap orang yang dituntut karena 1. Sumber-sumber hukum dari Hukum Acara
disangka melakukan sesuatu tindak pidana Perdata.
berhak dianggap tidak bersalah sampai dapat Hukum Acara Perdata di Indonesia
dibuktikan kesalahannya oleh hakim dalam bersumber pada 3 kodifikasi hukum, yakni :
suatu Sidang Pengadilan yang diadakan a. Reglement Hukum Acara Perdata, yang
menurut aturan-aturan hukum yang berlaku, berlaku bagi golongan Eropa di Jawan
dan si tersangka dalam sidang itu diberikan dan Madura (Reglement op de
segala jaminan hukum yang telah ditentukan Burgerlijke Rechtsvordering);
dan yang diperlukannya untuk pembelaan. b. Reglement Indonesia yang Dibaharui
Lapangan kepidanaan meliputi hal (RIB), yang berlaku bagi golongan In-
pengusutan, penuntutan, penyelidikan, donesia di Jawa dan Madura (Herziene
penahanan, pemasyarakatan dan lain-lain. Inlandsch Reglement = H.I.R.);
Perkara pidana ialah suatu perkara tentang sekarang untuk hukum acara pidana
pelanggaran atau kejahatan terhadap suatu diganti oleh Kitab Undang-Undang
kepentingan umum, perbuatan mana diancam Hukum Acara Pidana (KUHAP);
dengan hukuman yang bersifat suatu c. Reglement hukum untuk Daerah
penderitaan. Seberang, yang berlaku bagi peradilan
Dalam bidang Hukum Acara Pengadilan Eropa dan Indonesia di daerah luar
berlaku asas-asas pengadilan yang antara lain: Jawa dan Madura (Rechtsreglement

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan 70

Buitengewesten). Pengajuan permohonan gugatan oleh


penggugat dilakukan baik secara tertulis di
Namun demikian, dalam kenyataan atas kertas yang bermeterai, maupun
pelaksanaan hukum oleh pengadilan dewasa disampaikan secara lisan kepada Ketua
ini, sebagian besar digunakan RIB bagi seluruh Pengadilan Negeri setempat. Pada waktu
Indonesia. Apabila ada hal-hal yang tidak mengajukan surat gugatan, pihak penggugat
diatur dalam RIB, maka pengadilan diharuskan membayar sejumlah uang yang
mempergunakan aturan-aturan dari telah ditentukan kepada Panitera Pengadilan
Reglement Hukum Acara Perdata. Negeri untuk ongkos perkara yang
Adapun pelaksanaan acara perdata secara bersangkutan, namun dapat juga dibebaskan
garis besar dapat digambarkan sebagai jika penggugat tersebut tidak mampu
berikut : Pihak penggugat (yang dirugikan) membayar.
mengajukan surat gugatan kepada Kantor Apabila kedua pihak telah hadir pada hari
Panitera Pengadilan Negeri setempat. yang telah ditentukan hakim membuka sidang
Berdasarkan surat gugatan tersebut, Juru Sita pengadilan. Mula-mula dalam sidang
menyampaikan sebuah surat pemberitahuan pengadilan itu, Ketua Majelis berusaha untuk
kepada pihak tergugat (yang menimbulkan mendamaikan kedua pihak yang bersengketa.
kerugian) yang isi pokoknya menyatakan, Jika tercapai perdamaian, maka dibuatlah
bahwa pihak tergugat harus datang akte perdamaian yang isinya harus
menghadap ke Kantor Pengadilan untuk dilaksanakan oleh kedua pihak tersebut.
diperiksa oleh hakim dalam suatu perkara Namun jika pihak-pihak yang berperkara
keperdataan seperti yang disebutkan dalam itu tidak dapat didamaikan lagi, maka hakim
surat pemberitahuan tersebut. lalu membacakan surat gugatan yang telah
Untuk menguruskan suatu perkara perdata diajukan oleh penggugat, dan kemudian
di Pengadilan, pihak penggugat dapat juga setelah itu hakim memeriksa baik penggugat
memintakan bantuan jasa (perantaraan) maupun tergugat. Selama pemeriksaan masih
seorang Pengacara atau Pembela (Advokat). berlangsung, masing-masing pihak
Tata cara mengajukan gugatan haruslah diperkenankan mengajukan saksi-saksi untuk
memenuhi syarat-syarat yang telah menguatkan kebenarannya.Sebelum
ditentukan, karena jika tidak gugatan yang memberikan kesaksiannya, para saksi itu
diajukan itu akan menjadi tidak sah. terlebih dahulu harus mengangkat sumpah.
Pada masa sekarang, berdasarkan surat Ketua Pengadilan setelah selesai
gugatan dari pihak penggugat, hakim mendengarkan dan mempertimbangkan
memanggil kedua pihak (penggugat dan segala sesuatu berkenaan dengan perkara
tergugat) untuk datang menghadap ke sidang tersebut (keterangan-keterangan kedua pihak
pengadilan yang akan melakukan pemeriksaan yang berperkara, saksi-saksi dan bukti-bukti
dalam perkara perdata seperti yang yang dikemukakan dalam sidang pengadilan),
dijelaskan dalam surat gugatan tersebut. maka Ketua Pengadilan akan memutuskan :

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


71 Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan

siapa yang benar, yang sifatnya menerima antara pihak-pihak yang bersangkutan
gugatan dan berarti penggugat yang menang, timbul keadaan hukum baru, misalnya
ataupun menolak gugatan yang berarti pihak harus saling mengembalikan barang-
penggugat yang dikalahkan. Pihak yang barang dan uang yang telah diterima
dikalahkan wajib membayar ongkos-ongkos masing-masing.
perkara. c. Keputusan Kondemnator, yakni
Putusan hakim Pengdilan Negeri itu masih keputusan penetapan hukuman
dapat dimintakan banding (appel) kepada terhadap salah satu pihak. Contoh:
Pengadilan Tinggi. pihak terhukum harus menyerahkan
Dalam hal pihak penggugat atau barang-barangnya kembali atau pihak
pembelanya menganggap Pengadilan Negeri terhukum tidak dibolehkan mendirikan
tidak berwenang untuk memeriksa bangunan dan sebagainya.
perkaranya, ia dapat mengajukan perlawanan
(esksepsi). 2. Alat-alat Pembuktian.
Hakim pengadilan dapat mengadili dan Menurut KUHS pasal 1865 dab R.I.B. pasal
memutuskan suatu perkara tanpa hadirnya 163, bahwa barang siapa menyatakan
pihak tergugat, dalam hal pihak tergugat mempunyai hak atau menyebutkan sesuatu
tidak hadir pada hari pemeriksaan walaupun peristiwa, maka ia harus membuktikan adanya
ia telah dipanggil dengan sepatutnya. hak itu atau adanya peristiwa tersebut.
Pihak tergugat sebagai terhukum dapat Berhubung dengan itu dalam Hukum Acara
pula mengajukan perlawanan (verzet) Perdata dikenal 5 macam alat pembuktian
terhadap putusan hakim pengadilan tanpa (cara pembuktian) yaitu :
hadirnya tergugat. Putusan yang dijatuhkan a. Bukti tulisan;
hakim tanpa hadirnya pihak tergugat, disebut b. Bukti saksi;
putusan verstek (verstek vonnis). c. Persangkaan (dugaan);
Adapun putusan hakim pengadilan dalam d. Pengakuan;
bidang keperdataan dapat merupakan : e. Sumpah.
a. Keputusan Deklarator, yakni
keputusan yang menguatkan terhadap Bukti tulisan itu merupakan akte-akte dan
hak seseorang. Contoh: hakim surat-surat lainnya. Adapaun yang
menetapkan, bahwa pihak yang dimaksudkan dengan akte ialah sebuah surat
berhak atas barang yang disengketakan yang ditandatangani dan sengaja dibuat untuk
itu ialah tergugat atau penggugat. dijadikan bukti. Kita mengenal dua macam
b. Keputusan Konstitutif, yakni akte, yaitu :
keputusan yang menimbulkan hukum 1. Akte Authentiek (resmi). Ialah surat-
baru. Contoh: hakim yang surat yang dibuat dengan bentuk-
membatalkan suatu perjanjian maka bentuk tertentu oleh atau di hadapan

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan 72

penjabat-penjabat yang berkuasa bersumpah lazimnya ialah pihak yang


membuatnya, seperti notaries, juru dimenangkan. Sumpah tambahan
sita, pegawai catatan sipil, gubernur, (suppletoire) ialah sumpah yang
bupati dan sebagainya. diperintahkan hakim pengadilan karena
Contoh akter authentiek : akte jabatannya untuk melengkapi bukti-bukti yang
kelahiran, akte perkawinan, akte ada namun kurang lengkap.
perceraian, akte kematian, akte no- Sumpah penentuan diatur dalam pasal 156
taries, sertifikat tanah dan lain-lain. R.I.B. sedangkan sumpah tambahan diatur
2. Akte dibawah tangan (onderhands dalam pasal 155 R.I.B.
akte) yaitu akte yang dibuat pihak-
pihak yang berkepentingan tanpa Par. 26
perantaraan penjabat-penjabat resmi.
PELAKSANAAN ACARA PIDANA
Adapun surat-surat lainnya ialah surat-surat
yang bukan merupakan akte, misalnya surat-
Adapun proses pelaksanaan acara pidana
surat biasa, faktur, kwitansi, karcis kereta
terdiri dari tiga tingkatan yaitu :
api dan lain-lain.
a. Pemeriksaan pendahuluan
Bukti saksi ialah pernyataan seseorang
(vooronderzoek)
mengenai sesuatu peristiwa ataukeadaan.
b. Pemeriksaan dalam sidang pengadilan
Orang yang menjadi saksi itu harus disumpah (eindonderzoek)
terlebih dahulu dan tidak ada hubungan c. Pelaksanaan hukuman (strafexecutie).
keluarga, telah dewasa, tidak sakit ingatan
dan sebagainya. 1. Pemeriksaan Pendahuluan.
Persangkaan yaitu kesimpulan yang dapat Pemeriksaan pendahuluan ialah suatu
diambil berdasarkan peristiwa-peristiwa yang tindakan pengusutan dan penyelidikan apakah
telah diketahui. sesuatu sangkaan itu benar-benar beralasan
Pengakuan ialah pernyattan sesuatu pihak atau mempunyai dasar-dasar yang dapat
mengenai peristiwa tertentu atau sesuatu dibuktikan kebenarannya atau tidak. Dalam
hak. tingkat pemeriksaan ini diselidiki ketentuan
Adapun yang dimaksudkan dengan pidana apa yang dilanggar, dan diusahakan
sumpah, ialah pernyataan dengan segala untuk menemukan siapa yang melakukannya
keluhuran untuk memberikan janji atau dan siapakah saksi-saksinya.
keterangan dengan disaksikan Tuhan dan Dalam kegiatan pemeriksaan pendahuluan
sanggup menerima segala hukumannya. terdapat tiga pekerjaan yang harus
Sumpah penentuan (decisoire) ialah dilaksanakan yaitu:
sumpah atas permintaan salah satu pihak a. Pekerjaan pengusutan (opsporing)
untuk menentukan sesuatu perkara apabila untuk mencari dan menyelidiki
kekurangan bukti-bukti lain; pihak yang kejatan dan pelanggaran yang terjadi.

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


73 Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan

Tugas ini dibebankan kepada penjabat- tidak, apakah bukti-bukti yang dimajukan itu
penjabat khusus ditugaskan untuk itu, sah atau tidak, apakah pasal dari Kitab
yaitu misalnya kepala desa, camat, Undang-Undang Hukum Pidana yang dilanggar
penjabat polisi umum, penuntut umum itu sesuai perumusannya dengan tindakan
pada Pengadilan Negeri dan lain-lain pidana yang telah terjadi itu.
penjabat yang ditetapkan dalam Pemeriksaan di muka sidang Pengadilan
peraturan perundangan. bersifat akusator, yang berarti si terdakwa
b. Penyelesaian pemeriksaan pendahuluan mempunyai kedudukan sebagai “pihak” yang
(nasporing) untuk meninjau secara sederajat menghadapi pihak lawannya, yaitu
yuridis, yakni mengumpulkan bukti- Penuntut Umum, seolah-olah kedua belah
bukti dan menetapkan ketentuan pihak itu sedang “bersengketa” di muka
pidana apa yang dilanggar. Hakim, yang nanti akan memutuskan
c. Pekerjaan penuntutan (vervolging) “persengketaan” itu.
yakni pengajuan perkara ke sidang Pemeriksaan di muka sidang Pengadilan
Pengadilan oleh pegawai penuntut dilakukan secara terbuka untuk umum, kecuali
umum ataupun pembantu magistraat kalau peraturan menentukan lain, misalnya
(kepala distrik, camat, mantri polisi dalam hal pemeriksaan kejahatan kesusilaan
atau pegawai polisi yang ditunjuk oleh dan lain-lain.
Jaksa Agung). Setelah semua surat pemeriksaan
pendahuluan selesai, Kepala Kejaksaan Negeri
Dalam tahap pemeriksaan pendahuluan, akan menyerahkan surat-surat itu serta bukti-
dipergunakan sebagai pedoman, asas-asas buktinya dalam perkara yang bersangkutan
yang berikut ini : kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
1) asas kebenaran materiil (kebenaran dan berkuasa, dengan permintaan supaya perkara
kenyataan) yaitu usaha-usaha yang diserahkan kepada Pengadilan.
ditujukan untuk mengetahui apakah Setelah Ketua ataupun Hakim telah
benar-benar telah terjadi. mempelajari berkas pemeriksaan
2) Asas inkwisitor, yaitu bahwa si pendahuluan itu dan menganggapnya cukup,
tersangka hanyalah merupakan obyek maka ia menentukan suatu hari sidang,
dalam pemeriksaan, tidak mempunyai dengan memerintahkan kepada Jaksa untuk
hak apa-apa dan segala tindakan memanggil terdakwa dan saksi-saksi untuk
dilakukan dalam keadaan yang tidak menghadap di muka sidang.
terbuka untuk umum. Pada waktu menerima panggilan si
terdakwa akan diberikan suatu salinan dari
2. Pemeriksaan dalam Sidang Penga-dilan. surat tuduhan yang dikeluarkan oleh Hakim
Adapun pemeriksaan dalam sidang Pengadilan Negeri yang disalin dari tuduhan
Pengadilan bertujuan meneliti dan menyaring yang telah diajukan oleh Jaksa. Dalam surat
apakah suatu tindak pidana itu benar atau tuduhan termuat suatu penguraian tentang

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR


Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan 74

perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan a. Oleh Jaksa jika keputusan itu mengenai
oleh si terdakwa yang dipandang sebagai hukuman denda atau hukuman
pelanggaran Kitab Undang-Undang Hukum perampasan (penyitaan) barang-barang
Pidana, dengan diterangkan keadaan-keadaan tertentu dari terhukum.
dalam mana perbuatan-perbuatan itu b. Atas perintah Jaksa jika mengenai
dilakukan, dengan menyebutkan pasal-pasal hukuman lainnya.
undang-undang yang dilanggar.
Setelah pemeriksaan selesai Penuntut
Umum (Jaksa), membacakan tuntutannya
(requisitoir) dan menyerahkan tuntutan itu
kepada Hakim. Dan setelah Hakim
memperoleh keyakinan dengan alat-alat bukti
yang sah akan kebenaran perkara-perkara
tersebut, maka ia akan mempertimbangkan
hukuman apa yang akan dijatuhkannya.
Menurut R.I.B. Keputusan Hakim (vonnis)
dapat berupa :
a. Pembebasan dari segala tuduhan
apabila sidang Pengadilan menganggap
bahwa perkara tersebut kurang cukup
bukti-bukti.
b. Pembebasan dari segala tuntutan
hukum apabila perkara yang diajukan
itu dapat dibuktikan akan tetapi tidak
merupakan kejahatan maupun
pelanggaran.
c. Menjatuhkan pidana (hukuman) apabila
tindak pidana itu dapat dibuktikan
bahwa terdakwalah yang melakukan
dan Hakim mempunyai keyakinan akan
kebenarannya.

3. Pekaksanaan hukuman.
Keputusan Hakim yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat harus
dilaksanakan dengan segera oleh atau atas
perintah Jaksa :

STIKOM LSPR LAW117, Indonesian Legal System


75 Asas-Asas Hukum Acara Pengadilan

KEPUSTAKAAN

1. KANSIL, C.S.T., Drs, SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka – Jakarta 1989

2. KANSIL, C.S.T., Drs, SH. Hak Milik Intelektual, Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta,
Sinar Grafika – Jakarta 1997

3. SUDARGO GAUTAMA, Prof. Mr. Dr., Masalah-Masalah Perdagangan, Perjanjian, Hukum


Perdata Internasional dan Hak Milik Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti -Bandung 1992

4. SETAWAN, SH,. Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni – Bandung
1992

5. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK

LAW117, Indonesian Legal System STIKOM LSPR

Vous aimerez peut-être aussi