Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1994:27), persepsi dari suatu objek tergantung ketika ia tidak berpamitan. Ibu Susanti juga
subjek yang melihat atau mengalaminya. Apa mengaku bahwa apabila dalam sehari Jason
yang muncul dalam kesadaran adalah realitas rewel berarti Jason lupa tidak digendong atau
absolut sedangkan apa yang muncul di dunia disapa ayahnya setiap ayahnya pulang kerja.
adalah sebuah produk belajar. Sehingga dalam Meskipun anak mereka mengalami gangguan
memaknai pengalamannya setiap orang tua dalam melakukan komunikasi verbal ataupun
akan berbeda-beda antara yang satu dengan nonverbal setiap orang tua tetap dapat menjalin
yang lainnya. komunikasi yang efektif.
Partisipan atau subjek penelitian dalam Pada beberapa partisipan kedekatan dan
penelitian ini adalah orang tua dari anak kebersamaan mereka dengan anak tidak hanya
penyandang autisme. Penelitian ini akan berelasi dengan waktu dan pengenalannya
mengambil lima orang partisipan atau responden terhadap anak tetapi juga berelasi dengan otoritas
penelitian. Satuan analisis data dalam penelitian pengasuhan anak. Ibu Dewi menyatakan bahwa
ini adalah hasil interview dengan co-researcher/ karena suaminya sedang berada di luar negeri
partisipan, meliputi semua jawaban dari setiap dan ia tidak memiliki pembantu maka segala
jenis interview terhadap pengalaman orang tua hal mengenai kebutuhan Faikar dia sendiri
dalam melakukan komunikasi antar pribadi yang mengurusnya. Dia menjadi sangat hafal
dengan anaknya yang menyandang autisme. dengan semua kebiasaan, hobi dan karakter
Teknik analisis data dalam penelitian ini anaknya. Bapak Ristianto juga menyatakan
menggunakan modifikasi metode analisis data bahwa meskipun ia seorang wirasawata ia tetap
fenomenologi dari Van Kaam. memiliki hubungan yang dekat dengan Akbar
karena ia juga ikut mengasuh dan mengurusi
Hasil Penelitian kebutuhan Akbar sehari-hari.
Deskripsi Struktural Gabungan (Composite Dalam interpretasi partisipan tentang
Structural Description). Makna atau esensi pola komunikasinya dengan anak berelasi
pengalaman komunikasi antar pribadi orang dengan sikap suportif, positif dan empati.
tua dan anak penyandang autisme secara Keseluruhan partisipan menyatakan bahwa
umum dapat diekspresikan dari kedekatan pada dasarnya mereka berusaha untuk bersikap
dan kebersamaan, pola komunikasi dan relasi sama terhadap anak mereka yang menyandang
partisipan dengan dirinya sendiri. autisme seperti pada anak mereka yang
Dalam interpretasinya tentang kedekatan normal. Ibu Triono mengatakan bahwa ia
dan kebersamaannya dengan anak, setiap ingin membuat Yonas tidak merasa berbeda
partisipan menyatakan bahwa mereka memiliki dengan orang lain. Meskipun demikian
hubungan yang dekat dengan anak mereka dalam berkomunikasi dengan anaknya yang
yang menyandang autisme. Interpretasi mereka menyandang autism keseluruhan partisipan
tentang kedekatan dan kebersamaannya dengan menyatakan bahwa mereka harus bersikap
anak berelasi dengan waktu dan pengenalannya lebih sabar. Seperti dengan mengulang-
terhadap anak. Dalam relasinya dengan ngulang, menjelaskan sedikit demi sedikit
waktu semua partisipan menyatakan bahwa sampai langsung mempraktekkan apa yang
mereka selalu memiliki waktu luang bersama dimaksudkan. Seluruh partisipan juga
anaknya. Mereka selalu mendampingi anak memahami keterbatasan kondisi anaknya
dalam keseharian anak. Dengan frekuensi untuk dapat memahami norma-norma yang
kebersamaan yang tinggi antara partisipan dan telah diajarkan. Bapak Ristianto mengatakan
anaknya, partisipan menjadi hafal dan faham bahwa Akbar melakukan norma-norma yang
tentang hobi, kebiasaan dan karakter anak. Hal telah diajarkan lebih sebagai suatu kebiasaan
tersebut sangat berguna di dalam mengajarkan bukan karena Akbar memahaminya.
dan memberikan pemahaman tentang suatu Meskipun demikian seluruh partisipan
norma kepada anak. Partisipan juga menjadi tahu mengatakan bahwa mereka akan terus
bagaimana harus bertindak dalam menghadapi mengulang, menjelaskan sedikit demi sedikit
situasi komunikasi tertentu dengan sang anak. norma-norma perilaku yang harus dilakukan
Misalnya Ibu Triono mengaku mendapatkan anak mereka sampai mereka bisa melakukannya
kebiasaan untuk selalu berpamitan ketika dengan benar. Pujian juga salah satu cara yang
akan meninggalkan rumah karena melihat partisipan lakukan untuk menunjukkan ke anak
reaksi Yonas, anaknya yang selalu menangis mereka bahwa sesuatu hal itu benar dilakukan.
Selain itu pengharapan juga merupakan mengatakan bahwa mereka banyak belajar dari
salah satu cara yang digunakan partisipan anak mereka untuk menjadi orang yang lebih
untuk memotivasi anak mereka. Seringkali baik.
pengharapan-pengharapan itu diungkapkan Bagaimana partisipan memandang dunia
secara spontan saat sedang bersama-sama. dan pengetahuan mereka tentang kondisi
Bahkan Ibu Dewi mengatakan karena di anaknya juga berelasi dengan norma-norma
dalam keluarganya hanya ada dia dan Faikar perilaku yang mereka ajarkan ke anak. Ibu
maka ia selalu menceritakan segala sesuatu Triono dan Ibu Susanti percaya bahwa televisi
baik tentang dirinya maupun lingkungannya memiliki dampak yang tidak baik untuk anak
ke Faikar. Usia anak juga mempengaruhi pola penandang autisme sehingga mereka tidak
komunikasi partisipan. Ibu Ida dan Bapak pernah mengajak anak mereka untuk menonton
Ristianto mengaku karena usia anak yang TV. Yonas dan Jasonpun jadi tidak memiliki
masih kecil mereka belum pernah menceritakan kebiasaan menonton TV bahkan Jonas jadi tidak
keseharian mereka ke anak mereka. Meskipun menyukai TV. Beberapa partisipan menyatakan
demikian dalam pengambilan keputusan, bahwa dalam berkomunikasi dengan anaknya
semua partisipan mengatakan mereka selalu mereka harus mengulang-ngulang kalimat
berusaha meminta pendapat anaknya di dalam mereka, tetapi Ibu Triono mengatakan ia
menentukan suatu hal. Hal itu dilakukan tidak pernah mengulang kalimatnya dengan
sebagai salah satu cara untuk menciptakan kata yang sama. Menurutnya hal itu akan
komunikasi dengan anaknya. Sikap suportif menyebabkan ekolali. Berbeda dengan
juga ditunjukkan ketika pertama kali Ibu Susanti, ia selalu mengulang-ngulang
mengetahui anaknya menyandang autisme, kalimatnya, ia tidak peduli kalau Jason akan
semua partisipan menyatakan bahwa mereka menjadi ekolali menurutnya yang penting
berusaha mencari informasi tentang autisme adalah Jason dapat berbicara. Pada tahap ini
dari berbagai sumber. Berbagai macam usaha kondisi anak mempengaruhi apa yang menjadi
juga dilakukan untuk kesembuhan anak mereka prioritas partisipan. Pada kasus Yonas, Yonas
mulai dari membawa ke dokter dan melakukan sudah dapat berbicara sedikit-sedikit sehingga
terapi dengan rutin. dapat bicara bukan lagi prioritas Ibu Triono
Dalam relasinya dengan diri sendiri tetapi membuat Yonas tidak ekolali adalah
berkaitan dengan penyesuaian diri partisipan prioritasnya. Pada kasus Jason, Jason masih
dan bagaimana partisipan memandang dunia sangat susah untuk melakukan komunikasi
yang harus ia terjemahkan ke anak mereka. verbal sehingga meskipun ekolali asalkan
Perasaan takut, shock, down hingga perasaan Jason dapat berbicara itu sudah menunjukkan
menolak adalah perasaan yang pertama kali suatu kemajuan bagi Ibu Susanti.
menghinggapi partisipan sebagai orang tua
yang mengetahui anaknya menyandang Pembahasan
autisme. Perasaan tersebut muncul karena Setiap orang tua mengharapkan anak
partisipan memikirkan bagaimana masa depan mereka dapat mengembangkan diri secara
anak mereka nantinya. Dalam benak mereka optimal. Namun hal tersebut tidaklah mudah
selalu dipenuhi pertanyaan “bagaimana karena seperti telah diungkapkan sebelumnya
nantinya...bisa mandiri tidak...?”. Penolakan bahwa anak autis mengalami gangguan dalam
juga salah satu hal yang terjadi ketika anak bidang komunikasi, interaksi sosial dan
mereka didiagnosa menyandang autisme. Ibu perilaku. Komunikasi antar pribadi yang terjadi
Susanti mengaku bahwa setelah mengetahui antara orang tua dan anak autis terjadi dalam
Jason menyandang autisme ia langsung lingkup keluarga. Sebagai anggota keluarga
menolak, pikirannya dipenuhi pertanyaan yang paling bertanggung jawab tentang
“kenapa harus dia...kenapa harus anaknya...”. perkembangan sang anak, tentunya orang tua
Seiring berjalannya waktu ia menyadari bahwa akan berusaha untuk mengajarkan kepada
semuanya itu proses. Ia mengaku menjadi lebih anaknya yang menyandang autis tentang
sabar. Selain Ibu Susanti, beberapa partisipan norma-norma perilaku yang harus ditaati. Hal
lain juga mengaku bahwa setelah mengetahui ini dilakukan dalam konteks komunikasi antar
anaknya menyandang autisme mereka menjadi pribadinya dengan sang anak.
orang yang lebih sabar padahal dulunya mereka Seperti yang dikatakan Devito (1989),
memiliki sifat pemarah. Mayoritas partisipan komunikasi selalu memiliki dampak. Bahkan
seorang anak penyandang autis yang mengalami Menurut Devito (1989), suasana empati
gangguan komunikasi pun akan mengalami tidak dapat muncul apabila tidak tercipta
perubahan karena dampak komunikasi antar perilaku suportif. Untuk dapat memahami
pribadinya dengan orang tua. Sedikit demi dan berempati dengan anaknya, semua
sedikit mereka akan belajar melakukan norma- partisipan mengaku bahwa mereka berusaha
norma perilaku yang diajarkan orang tua. mencari informasi tentang autisme dari
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Fisher berbagai sumber. Bagaimana pola terapi yang
(1987) bahwa orang tua sebagai komunikator digunakan, makanan yang dianjurkan, cara
melakukan komunikasi persuasif ke anak berkomunikasi, dll. Alih-alih dari sikap defensif
dengan tujuan untuk mengajarkan norma- dalam menghadapi masalah, mereka bertindak
norma perilaku. Jason anak Ibu Susanti sudah suportif dengan menghadapi kenyataan dan
mulai dapat mengucapkan salam apabila berusaha mencari jalan untuk kesembuhan
bertemu orang yang dikenal karena Ibu Susanti anaknya. Bersikap lebih sabar seperti dengan
selalu mengajarkan kepada Jason untuk selalu mengulang-ngulang perintah secara perlahan,
menyapa kepada orang yang dikenal. menjelaskan sedikit demi sedikit hingga
Selain menyapa, berpamitan, menata mempraktekkan secara langsung adalah
sepatu, membuang sampah, cuci tangan contoh metode-metode yang mereka gunakan
sebelum makan, cuci kaki, ganti baju sebelum untuk berkomunikasi dengan anak mereka.
tidur, menyapa ayah setiap pulang kerja juga Menyadari keterbatasan kondisi anaknya dalam
termasuk bentuk norma-norma perilaku berkomunikasi semua partisipan menyatakan
yang diajarkan orang tua ke anak. Tentunya bahwa kesabaran adalah kunci keberhasilan
dalam mengajarkan norma-norma perilaku komunikasi antara orang tua dengan anak
ke anak penyandang autisme tidak semudah autisme. Bapak Ristianto mengatakan bahwa
mengajarkan norma-norma perilaku ke anak Akbar memiliki sifat pemarah, kadang bisa
normal. memukul, mencakar, menampar, dll tetapi
Sebelum dapat melakukan komunikasi sebagai oarang tua ia tetap harus bersikap
persuasif ke anak mereka yang menyandang sabar demi untuk kemajuan Akbar. Selain
autisme, terlebih dahulu orang tua harus dapat itu keberanian partisipan untuk mengakui
menerima kondisi anak mereka. Perasaan bahwa anaknya menyandang autisme adalah
menolak, shock, takut, down adalah perasaan- suatu langkah awal untuk dapat menerima
perasaan yang tidak dapat dihindari dirasakan kondisi anaknya. Akbar anak Bapak Ristianto
oleh orang tua ketika mengetahui anaknya tidak pernah didiagnosis menyandang autism
menyandang autisme. Menurut perspektif baik oleh dokter maupun oleh terapi tetapi
humanistik ada beberapa kualitas yang dapat melihat kondisi Akbar dan informasi yang
mempengaruhi keefektifan komunikasi. Bapak Ristianto dapatkan dari berbagai
Beberapa diantaranya adalah sikap empati, sumber, ia menyadari bahwa anaknya memang
suportif dan positif. Untuk menerima kondisi menyandang autisme.
anaknya setiap orang tua harus dapat memahami Sikap positif juga salah satu kualitas yang
dan menempatkan diri pada posisi anak mereka. dipersyaratkan agar dapat tercapai komunikasi
Ibu Dewi dan Ibu Susanti mengaku sebelum antar pribadi yang efektif. Penting bagi orang
mengetahui anak mereka menyandang autisme tua untuk menyadari bahwa segala usaha yang
mereka seringkali merasa jengkel menghadapi mereka lakukan akan sangat berguna bagi masa
perilaku anak mereka. “kadang pengen depan anak. Sikap positif dapat ditunjukkan
hiiihhh...”, “saya suka jengkel..kok anak saya dari pujian dan pengharapan-pengharapan
saya ajari ga bisa-bisa.” Adalah ungkapan- orang tua yang ditujukan untuk anak. Menurut
ungkapan yang digunakan partisipan untuk para partisipan pujian adalah salah satu cara
melukiskan perasaan kesal mereka. Bahkan untuk menunjukkan ke anak bahwa apa yang
untuk menenangkan perasaannya Ibu Susanti telah dilakukan anak adalah sesuatu yang
kadang membutuhkan waktu lima menit untuk benar. Ibu Susanti mengatakan bahwa ia selalu
berdiam di kamar meredam kemarahannya. memuji perkembangan sekecil apapun yang
“Semuanya adalah proses” adalah kalimat ditunjukkan Jason. Ia tidak peduli meskipun
yang digunakan Ibu Susanti untuk melukiskan mungkin bagi anak normal hal itu amat sepele
bagaimana perjalanan yang harus ia hadapi dan tidak perlu dipuji. “Saya tidak peduli
dalam mendidik Jason. kalau orang menganggap saya aneh...ah..gitu
aja kok dipuji.. yang penting bagi saya adalah penyesuaian. Keseluruhan partisipan mengakui
Jason.” Pengharapan adalah salah satu cara bahwa dalam berkomunikasi dengan anak,
yang digunakan partisipan untuk memotivasi mereka menjadi individu yang lebih sabar
anaknya. Orangtua yang selalu berbicara positif, daripada sebelumnya. Penyesuaian terhadap
akan membantu menumbuhkan harga diri harapan-harapan pribadi juga dilakukan oleh
anak, membuat anak merasa berguna, merasa partisipan. Semua partisipan menyatakan
senang, memberi harapan dan memupuk jiwa bahwa sebagai orang tua mereka banyak
mereka. berharap ke anak mereka apalagi mereka
Menurut Miller dan Steinberg (1975) adalah anak laki-laki pertama tetapi setelah
komunikasi antar pribadi sifatnya tidak statis mengetahui anaknya menyandang autisme,
tetapi berkembang. Tingkatan hubungan antar harapan mereka hanyalah supaya anak mereka
pribadi berdasarkan pada pengetahuan salah bisa hidup mandiri. Selain proses penyesuaian
satu pihak mengenai aspek psikologi pihak yang berelasi dengan diri sendiri, para partisipan
lainnya. Untuk mengetahui aspek psikologi juga mengaku melakukan penyesuaian dalam
seseorang seharusnya mengetahui sifat- cara berkomunikasi. Ibu Triono mendapatkan
sifatnya, perasaannya, sikapnya dan data-data kebiasaan untuk selalu berpamitan dengan
personal lainnya. Sejalan dengan itu Schement Yonas setiap akan meninggalkan rumah karena
(2002) menyebutkan bahwa dengan mengetahui Yonas justru akan selalu menangis apabila tidak
aspek psikologi seseorang komunikator dapat dipamiti olehnya. Berbeda dengan partisipan
memprediksi tindakan komunikan dalam yang lain, mereka menyatakan tidak pernah
merespon sebuah komunikasi. Semakin tinggi berpamitan dengan anaknya karena apabila
frekuensi kebersamaan orang tua dengan anak, dipamiti justru mereka akan menangis. Apabila
orang tua akan semakin memahami kebiasaan, seorang komunikator sudah cukup mengenal
hobi dan karakter anak. Hal tersebut akan keadaan sosiologis dan psikologis komunikan
sangat berguna dalam menciptakan komunikasi maka dia dapat menyiapkan pesan yang sesuai
yang persuasif dalam memberikan pemahaman dengan kebutuhan komunikan.
tentang norma-norma perilaku kepada anak. Bagaimana orang tua memandang
Sunarjo yang mengutip dari berbagai sumber dunia akan berpengaruh pada bagaimana
mengatakan bahwa persuasi merupakan ia menerjemahkan dunia ke sang anak.
teknik untuk mempengaruhi manusia dengan Schramm (1973) menyebutkan bahwa orang
memanfaatkan/menggunakan data dan fakta tua mendefinisikan kepada anak tentang
psilologis maupun sosiologis dari komunikan bagaimana kehidupan (the way of life) yang
yang hendak dipengaruhi. Ibu Susanti harus anak internalisasi disini dilakukan
mengatakan bahwa ada saat-saat tertentu Jason melalui norma-norma perilaku yang diajarkan
menjadi sangat susah untuk diajari melakukan ke anak. Apabila suaminya pulang Ibu Susanti
sesuatu tetapi ada pula saat-saat dimana ia selalu menyambutnya. Hal itu ia lakukan untuk
menjadi sangat cooperatif dan mudah diajari. menunjukkan dan mengajarkan ke Jason bahwa
Ibu Ida juga menyatakan bahwa ada trik-trik keluarga merasa senang apabila ada anggota
tertentu yang dia gunakan untuk mempersuasi keluarga yang pulang. Menurut Jones dan
Dipo agar mau melakukan sesuatu yang Gerard, dunia yang akan dimasuki seorang anak
diajarkan. Setiap partisipan memiliki cara-cara mengandung konsep-konsep abstrak, seperti
tertentu yang digunakan untuk mempermudah moralitas dan keadilan yang akan selalu ada
persuasi mereka, tentu saja cara tersebut dalam kehidupan. Disini orang tua memegang
didapatkan dengan mengamati dan memahami peranan penting dalam menyalurkan informasi-
karakter anak. informasi tersebut. Ibu Susanti dan Ibu Triono
Orang tua juga jadi tahu bagaimana menyakini kalau televisi memiliki dampak
harus bertindak ketika mengahadapi situasi yang buruk untuk anak penyandang autisme
komunikasi tertentu dengan sang anak. Ibu sehingga mereka tidak pernah mendampingi
Ida tahu bahwa Dipo meminta perhatiannya ataupun menganjurkan anak mereka menonton
apabila Dipo mulai bertingkah dan rewel. Hal televisi. Akibatnya Jason dan Yonas pun jadi
itu dilakukan Dipo karena ia terlalu sibuk dan tidak menyukai menonton televisi.
lupa memperhatikan Dipo. Sejalan dengan Hal diatas sejalan dengan pendapat Jones
hal tersebut Devito (1989) menyebutkan dan Gerard yang juga menyatakan bahwa
bahwa dalam komunikasi melibatkan proses masa kanak-kanak berada dalam dua kondisi
karena itu orang tua tidak perlu malu untuk Littlejohn, S. W. 1999. Theories of Human
mengakui bahwa anaknya menyandang Communication 6th Edition. Belmont,
autisme. Dengan identifikasi sejak dini CA: Wadsworth. N/A.
dan penanganan yang tepat anak autisme Miller, Gerald R. 1976. Explorations in
dapat dididik secara optimal dan menjadi Interpersonal Communication. Beverly
individu yang berguna di masa datang. Hills: SAGE Publications, Inc.
5. Orang tua tidak boleh menyalahkan anak Moleong, Lexy J. 2000. Metode Penelitian
atas autisme yang dialami anak. Orang Kualitatif. Bandung: PT Remaja
tua harus menyadari bahwa anak mereka Rosdakarya.
tidak lahir di dunia dengan diberikan Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological
kemampuan untuk memilih dengan Research Methods. California: SAGE
kondisi apa mereka dilahirkan. Oleh Publications.
karena itu daripada berusaha melarikan Reardon, Kathleen K. 1987. Where Minds
diri dari kenyataan atau menyalahkan Meet (interpersonal communication).
anak yang justru tidak akan membawa B e l m o n t - C a l i f o r n i a : Wa d s w o r t h
penyelesaian, orang tua harus bisa Publishing Company.
menghadapi kenyataan dan berusaha Satiadarma, Monty P. 2001. Persepsi Orang
memahami kondisi anak demi kemajuan Tua Membentuk Perilaku Anak. Jakarta:
sang anak. Yayasan Obor Indonesia.
Schement, Jorge Reina. 2002. Encyclopedia of
DAFTAR PUSTAKA Communication and Information.
USA: Macmillan Reference.
Denzin, Norman K and Yvonna S. Lincoln. Schramm, Wilbur, Frederick W. Frey, Nathan
1994. Handbook of Qualitative Maccoby, Edwin B. Parker. 1973.
Research. Handbook of Communication. Chicago: Rand
California: SAGE Publications. McNally College Publishing Company.
DeVito, Joseph A. 1986. The Communication Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian
Handbook A Dictionary. New York: Survai. Jakarta: LP3ES.
Harper & Row. Soekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga.
De Vito, Joseph A.1989. The Interpersonal Jakarta: Rineka Cipta.
Communication Book 5th Edition. New Yatim, Faisal. 2003. Autisme (suatu gangguan
York: Harper & Row. jiwa pada anak-anak). Jakarta: Pustaka
Effendy, Onong Udjana. 2001. Ilmu Populer Obor.
Komunikasi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Lain-lain :
Elkin, Frederick and Gerald Handel. 1984. The www.puterakembara.com
Child and Society 4th Edition. New http://www.dikdasmen.depdiknas.go.id/html/
York: Random house. plb/plb-kebijakan-proritas.htm
Fisher, B. Aubrey. 1987. Interpersonal www.dnet.net.id/kesehatan/ beritasehat/detail
Communication (pragmatic of human http://eemshopcare.tripod.com/autisme.html
relationships). New York: Random House.
Gunarsa, Singgih D. 1995. 1995. Psikologi
Perkembangan. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
Hidayati, Arini. 1998. Televisi dan
Perkembangan Sosial Anak. Yogjakarta:
Pustaka Pelajar (anggota IKAPI).
Kuppuswamy, B. 1974. A Textbook of Child
Behaviour and Development 2nd
Edition. India: Vikas publishing house
PVT LTD.
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Antar Pribadi.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.