Vous êtes sur la page 1sur 25

INOVASI QUIZ LEARNING BERBASIS DUAL CODING

PADA BUKU AJAR PENDIDIKAN JARAK JAUH


UNTUK KEMANDIRIAN BELAJAR

Dewi Andriyani1*, Suhartono2*

Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Indonesia1*


Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Indonesia2*

(dewiandry@ut.ac.id) 1*, (hart@ut.ac.id) 2*

Abstract. The aim of research to identify the model and improve the quality of textbooks with the packing exercise/
quiz (Quiz Learning/QL) as interactive media in independent learning in Distance Learning (ODL) Open University.
Innovation efforts in presenting the textbook developed to foster independence ODL students to learn. Pentingnnya
research by focusing the development of the material in the textbook based dual coding to help students understand the
material and makes the learning patterns in mastering concepts. This study uses a randomized study design Two-Group
Design, Posttest Only. Data collected by using the techniques of testing through the content analysis stage, interviews,
and questionnaires (open and closed). Subjects were students of the Open University S1 PGSD as many as 60 people
as samples in Pokjar Bogor and Serang. Month study period April-September 2015. The results showed that packed in
a visual illustration QL increase the ability to remember the content of the material, where the ability to remember when
given a visual illustration decoration based lower than the ability to recall when given a visual illustration-based
information. So it can be concluded that giving a visual illustration on a quiz based on the material information dual
coding will increase the ability to remember the content of the material. Various studies that need to be followed up for
subsequent research that is related to the significance of the concept of the material that has not appeared emerging as
dual coding rules.
Keywords: Textbook, Quiz Learning, Dual Coding

Abstrak. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi model dan memperbaiki kualitas buku ajar dengan mengemas
latihan/quiz (Quiz Learning/QL) sebagai media interaktif dalam kemandirian belajar di Pendidikan Jarak Jauh (PJJ)
Universitas Terbuka. Upaya inovasi buku ajar dikembangkan dalam penyajian untuk menumbuhkan kemandirian
mahasiswa PJJ untuk belajar. Pentingnnya penelitian dengan menfokuskan pengembangan materi pada buku ajar
berbasis dual coding membantu mahasiswa memahami materi dan menjadikan pola belajar dalam menguasai berbagai
konsep. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Randomized Two-Group Design, Posttest Only. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan teknik pemberian tes melalui tahapan analisis konten, wawancara, dan pengisian
kuesioner (terbuka dan tertutup). Subjek penelitian adalah mahasiswa S1 PGSD Universitas Terbuka sebanyak 60
orang sebagai sampel di Pokjar Bogor dan Serang. Waktu penelitian bulan April-September tahun 2015. Hasil
menunjukkan ilustrasi visual yang dikemas dalam QL meningkatkan kemampuan mengingat isi materi, dimana
kemampuan mengingat ketika diberi ilustrasi visual berbasis decoration lebih rendah dibandingkan dengan
kemampuan mengingat ketika diberi ilustrasi visual berbasis information. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian ilustrasi visual pada quiz berbasis information dual coding pada materi akan meningkatkan kemampuan
mengingat isi materi tersebut. Berbagai kajian yang perlu ditindaklanjuti untuk penelitian berikutnya yaitu berkenaan
dengan kebermaknaan konsep pada materi yang belum nampak muncul sebagai kaidah dual coding.
Kata kunci: Buku Ajar, Quiz Learning, Dual Coding

Latar Belakang berdialog dengan dosennya. Oleh karenanya


buku ajar UT harus komunikatif, interaktif,
Sistem Belajar Jarak Jauh yang
dan berorientasi kepada kepentingan belajar
diterapkan oleh Universitas Terbuka (UT),
mahasiswa. Julaeha dan Pratmoko (2004)
menunjukkan suatu perbedaan dengan
mengemukakan bahwa buku ajar utama yang
Perguruan Tinggi konvensional. Salah satu
di gunakan di UT adalah bahan ajar cetak,
perbedaannya adalah mahasiswa UT dituntut
yang di sebut modul, yang di rancang secara
untuk mampu belajar mandiri. UT
khusus dan memungkinkan mahasiswa
menyediakan buku ajar yang didisain secara
belajar sesuai dengan kemampuan masing-
khusus dengan sistematika tertentu dengan
masing.
tujuan agar mahasiswa yang mempelajari
Mengacu pada konsep bahan ajar
buku ajar tersebut dapat merasakan sedang

1
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

yang telah di kemukakan, maka buku ajar UT latihan/quiz berbasis Dual Coding dalam
dikatakan berkualitas bila cara penyajiannya setiap modul untuk meningkatkan
memenuhi standar yang telah ditentukan, kemandirian mahasiswa dalam mencapai
materinya up to date, dan mahasiswa dapat kompetensi yang diharapkan?. Tujuan dari
mudah mempelajarinya. Penyajian buku ajar evaluasi buku ajar ini adalah untuk
yang baik adalah sesuai dengan rambu-rambu mengidentifikasi model dan memperbaiki
yang telah ditetapkan oleh UT. Penyusunan kualitas buku ajar dengan mengemas
buku ajar jarak jauh, seperti yang di terapkan latihan/quiz pada modul sebagai bahan ajar
di UT, ditulis berdasarkan Rancangan Mata PJJ pada program S1 PGSD-UT. Adapun
Kuliah (RMK), yang terdiri dari Analisis manfaat penelitian ini adalah: (1) Mengetahui
Kompetensi (AI) dan Garis Besar Program kualitas buku ajar yang dapat meningkatkan
Pengajaran (GBPP). Materi yang ditulis kemandirian belajar mahasiswa, (2)
dalam bahan ajar diupayakan tidak Memberikan inovasi pada pengembangan
ketinggalan zaman. Sedangkan indikator buku ajar yang interaktif dan variatif.
bahan ajar mudah dipelajari oleh mahasiswa
dapat dilihat pada hasil evaluasi belajar Buku Ajar PJJ
mahasiswa. Ellington dan Race (1997), buku ajar
Dalam menjaga kualitas buku ajar cetak yang digunakan dalam PJJ merupakan
UT, maka evaluasi buku ajar perlu dilakukan. buku ajar utama yang dirancang dengan
Evaluasi buku ajar jarak jauh dapat dilakukan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan
dengan melibatkan unsur-unsur yang dapat jelas, yang mampu melibatkan proses berfikir
memberikan perbaikan pada bagian modul, mahasiswa, serta dapat mengevaluasi tingkat
seperti dari para pakar baik untuk materi, penguasaan mahasiswa dalam proses belajar
media, bahasa, desain grafis, para dosen atau mandiri. Sementara itu menurut Mishra
tutor dan mahasiswa yang pada akhirnya (2001) dan Francis (1979), buku ajar bagi
menjadikan suatu BMP memiliki kualitas pembelajar jarak jauh disebut juga bahan
yang prima. Berbagai masukan dan evaluasi belajar mandiri. Sebagai buku ajar mandiri,
tersebut sangat bermanfaat dalam maka proses penulisan buku ajar (modul) atau
memperoleh informasi terhadap proses modularisasi adalah suatu proses
“kekurangan” buku ajar. Selanjutnya memilah-milah bahan kuliah yang kompleks
informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai menjadi beberapa bagian yang sederhana
dasar untuk merevisi buku ajar. supaya lebih mudah dipelajari oleh
Upaya inovasi buku ajar mahasiswa.
dikembangkan agar BMP lebih variatif dalam Upaya evaluasi buku ajar merupakan
penyajian dan menjadi buku ajar yang dapat salah satu komponen aktifitas manajemen
menumbuhkan kemandirian dan rasa senang pengembangan buku ajar. Adapun tujuannya
dari mahasiswa untuk mempelajari BMP. adalah untuk menilai kualitas buku ajar
Peneliti akan mengembangkan model apakah sudah sesuai denga standar sistem
pembelajaran interaktif melalui quiz pada manajemen kualitas Universitas Terbuka.
setiap sajian latihan modul. Pentingnnya Menurut Julaeha dan Pratmoko (2004) ada
penelitian dengan menfokuskan lima kriteria yang dapat digunakan untuk
pengembangan latihan/quiz pada modul yang menilai efektifitas suatu buku ajar. Kelima
interaktif dan variatif adalah untuk membantu kriteria tersebut adalah kriteria
mahasiswa dalam memahami materi yang hasil/pengaruh, validasi, efektifitas biaya, isi
tersedia di modul dan menjadi jembatan materi, strategi penyajian, dan pemakai. Dari
dalam mengasah kemampuan mahasiswa kriteria tersebut yang berkaitan langsung
menguasai berbagai konsep. dengan kualitas pembelajaran menurut
Rumusan masalah dalam evaluasi prinsip belajar tuntas adalah kriteria isi materi
buku ajar ini difokuskan untuk menjawab dan strategi penyajian. Dari kelima faktor
pertanyaan tentang: Bagaimana model tersebut, faktor yang dapat diusahakan UT

2
Dewi Andriyani dan Suhartono

untuk membantu mahasiswa berhasil dalam Sesuai dengan pendapat tersebut maka
belajar adalah faktor kualitas pembelajaran. evaluasi terhadap buku ajar jarak jauh dapat
Karena kegiatan pembelajaran di UT diartikan sebagai tindakan atau proses untuk
menerapkan kegiatan belajar mandiri dengan menentukan kualitas buku ajar jarak jauh
modul sebagai bahan ajarnya, maka kualitas tersebut.
pembelajaran ini terkait dengan kualitas
modul. Model Latihan/Kuis (QL) dalam Buku
Faktor-Faktor Evaluasi Buku Ajar Ajar
Kompleksitas, keunikan proses
Faktor-faktor yang berpengaruh belajar, ketepatan pemilihan media dan
terhadap kelayakan suatu buku ajar untuk metode pembelajaran akan sangat
dievaluasi, mencakup: isi, cakupan, berpengaruh terhadap hasil belajar
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, mahasiswa. Di samping itu, persepsi
dan pengemasan (Pannen & Puspitasari, mahasiswa juga sangat mempengaruhi hasil
2005). Sementara Julaeha dan Pratmoko belajar. Dalam pemilihan media, di samping
(2004) sehubungan hal penulisan modul memperhatikan kompleksitas dan keunikan
sebagai bahan ajar mandiri, modul hendaknya proses belajar, memahami makna persepsi
memenuhi kriteria mudah dibaca dan dicerna, serta faktor-faktor yang berpengaruh erhadap
dalam arti menggunakan bahasa yang penjelasan persepsi hendaknya diupayakan
sederhana, komunikatif, dan jelas; mampu secara optimal agar proses pembelajaran
melibatkan proses berpikir mahasiswa; serta dapat berangsung secara efektif.
memungkinkan mahasiswa dapat Setiap model pembelajaran, masing-
mengevaluasi tingkat penguasaannya secara masing menerapkan berbagai kegiatan
mandiri. belajar. Keller (1983) menyatakan bahwa unit
Menurut Suparman (2005) dalam pembelajaran terbagi menjadi beberapa seri.
proses pengembangan produk instruksional, Mahasiswa diarahkan untuk menguasai satu
pelaksanaan evaluasi formatif adalah suatu unit barulah mereka beranjak ke unit
keharusan. Evaluasi formatif adalah suatu berikutnya. Quiz atau latihan-latihan
proses menyediakan dan menggunakan digunakan untuk menilai penguasaan materi.
informasi untuk dijadikan dasar pengambilan Mahasiswa dapat mengerjakan latihan
keputusan dalam rangka meningkatkan kapanpun sesuai kehendaknya sendiri karena
kualitas bahan ajar atau media instruksional. itu perlu menggunakan instruksi yang dapat
Evaluasi formatif terhadap bahan ajar diikuti oleh pengguna modul. Keller (1983)
dapat dilakukan dengan cara: (1) review oleh selanjutnya menyatakan bahwa setelah quiz,
ahli materi/media instruksional; (2) melihat pebelajar menerima secara langsung umpan
hasil belajar mahasiswa; (3) mengumpulkan balik yang dapat diperoleh dari tutor atau
pendapat mahasiswa. temannya sendiri. Pada umumnya modul
Suparman (2005) menyatakan bahwa yang digunakan UT sudah disediakan kunci
buku ajar yang direvisi berdasarkan hasil jawaban sebagai umpan balik. Sehingga
evaluasi memperlihatkan hasil yang baik dan setiap pengguna dapat melakukan remidi
lebih unggul. Dengan demikian usaha sendiri. Demikian juga menurut Morrison
evaluasi bahan ajar merupakan langkah (2001) dan Dick and carey (2001). Pada
penting dalam pengembangan dan intinya variasi kegiatan belajar semuanya
peningkatan kualitas buku ajar. Menurut dapat terkumpul dan terurut, sebagaimana
Smith, P.L. dan Ragan, T.L. (2003) evaluasi nine even of instruction (Reigeluth, 1983)
adalah proses pengumpulan data dan yang merupakan kontribusi dari Gagne dan
informasi yang dilakukan untuk menilai dan Briggs (1979). Sembilan peristiwa belajar
mengambil keputusan. Pandangan lain dimaksud dijelaskan sebagai berikut.
menurut Zainul dan Nasution (1997), 1. Gain attention, kegiatan ini dilakukan
maksud evaluasi atau penilaian adalah untuk mempelancar kegiatan berikutnya
memberi nilai tentang kualitas sesuatu.

3
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

(Degeng, 1989). Untuk mendapakan Supporting content merupakan


perhatian, Punaji (2011) menjelaskan keterampilan prasyarat yang mendukung
bahwa pebelajar perlu menerima isi pembelajaran. Prasyarat belajar
dorongan-dorongan yang bersifat netral. menurut Degeng (1989) yaitu prasyarat
Gagne (1987) menyatakan: gaining utama yang harus dikuasai sebelum
attention through the use of stimulus pembelajaran dan prasyarat pendukung
change (Degeng, 1989). Dalam desain yang dapatmemudahkan pembelajaran
teks, untuk meraih perhatian dengan tetapi tidak mutlak menyebabkan
rangsangan yang unik, menggunakan terjadinya pembelajaran.
warna kontras (fleming dan Malcom, 4. Penyajian isi/materi bahan yang
1981; Heinich, 2002), yaitu disajikan adalah stimulus material
menggunakan tulisan dalam garis/kotak (Gagne, 1981). Degeng (1989)
berwarna merah. Modul pembelajaran memaparkan beberapa contoh material
dapat mengikuti cara-cara tersebut untuk perangsang yang ditentukan berdasarkan
menarik perhatian pebelajar. Menurut kapabilitas pembelajaran. Menurut
Kruse (2000) cara terbaik menarik Gagne: 1) dalam informasi verbal dapat
perhatian pebelajar yaitu dengan berupa bahan tercetak, verbal dan
pertanyaan-pertanyaan yang rekaman, 2) bahan perangsang
memprovokasi atau fakta-fakta yang keterampilan intelektual berupa objek
menarik pebelajar. Sedangkan Degeng dan symbol yang termasuk dalam konsep
(1989) menganjurkan dengan atau kaidah yang akan disajikan, 3)
menggunakan kata-kata seperti; lihat untuk strategi kognitif, prosedur dan
atau perhatian. strategi dideskripsikan atau ditampilkan,
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran. 4) dalam keterampilan motorik, yang
Gagne (1981) menyatakan bahwa untuk digunakan sebagai perangsang adalah
mengenal bagian pembelajaran yang situasi pada saat menampilkan
penting dan relevan. Prawiradilaga keterampilan, 5) sikap menggunakan
(2007) menyatakan agar pembelajaran bahan perangsang berupa model perilaku
lebih terarah. Sedangkan Degeng (1989) manusia.
tujuan yang sebenarnya adalah 5. Memberikan bimbingan pembelajaran.
memberikan informasi kepada pebelajar Menurut Gagne (1981) dilakukan sesuai
apa yang harus dicapai pada akhir dengan tingkat kompleksitas, kesulitan
pembelajaran. materi dan pengetahuan atau
3. Rangsangan untuk mengingat materi kemampuan pebelajar. Dalam proses
sebelumnya. Langkah ini memberikan mental (Kruse, 2000) pebelajar dapat
rangsangan agar pebelajar dapat membuat kode semantic dalam memori
megingatkan kembali materi jangka panjang yang tentunya dapat
sebelumnya termasuk prasyarat mebimbing pebelajar mengingat,
pembelajaran (Degeng, 1989). Kruse mengambil kembali dan mengaitkan
(2000) menyatakan proses mental yang denga materi lain. Tujuan pemberian
terjadi adalah retrieval and activation of bimbingan adalah untuk membantu
short-term memory. Learning pebelajar memperoleh kapabilitas yang
prerequisite (Gagne, 1968) adalah ditetapkan dalam tujuan (Degeng, 1989)
keharusan memiliki pengetahuan awal 6. Menampilkan unjuk kerja. Menurut
dalam konteks tertentu sebelum Kruse (2000) unjuk kerja ditampilkan
pembelajaran diberikan. Learning sebagai respon terhadap pertanyaan-
prerequisite dinyatakan sebagai pertanyaan, berguna untuk
supporting contend an akan disajikan mempertahankan dan verifikasi
apabila sangat relevan dengan isi kode/sandi yang telah dibuat pebelajar
pembelajaran (Reigeluth, 1983). untuk memori jangka panjang.

4
Dewi Andriyani dan Suhartono

Menampilkan unjuk kerja juga dapat sebagai upaya perluasan. Latihan dapat
meyakinkan bahwa pebelajar telah merupakan proses individual dan dapat pula
menguasai kapabilitas pembelajaran merupakan proses kelompok.
yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai (Degeng, 1989) Dengan menetapkan tujuan
7. Memberikan balikan. Prawiradilaga pembelajaran maka arah pembelajaran akan
(2007) menyatakan. Sewaktu penyajian, jelas dan pembelajaran berjalan efektif dan
pebelajar diberikan kesempatan untuk efisien. Morrison, Ross dan Kemp (2001)
merespon penyajian dengan menjalan- menyebutkan latihan /quiz sebagai komponen
kan kegiatan yang mendukung penting dalam modul dengan penjabaran
pemahaman seperti kerja tim, bertanya, sebagai berikut:
berdemonstrasi dan sebagainya seperti 1. Petunjuk pembelajaran. Pada prinsipnya,
membuat singkatan untuk materi. menetapkan petunjuk pembelajaran atau
Menurut Degeng (1989) diberikan instruksi sama dengan menetapkan
balikan yang informatif ditambah petunjuk dalam instrument tes. Petunjuk
bumbu-bumbu yang bermakna bukan harus dideskripsikan dengan jelas terhadap
seperti pernyataan. apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
8. Menilai unjuk kerja. Kegiatan ini adalah mengerjakannya (Dick & Carey, 2001).
menilai ketercapaian tujuan Pertimbangan utama yang digunakan
pembelajaran, penguasaan materi atau dalam menetapkan instruksi adalah prilaku
apakah pebelajar sudah mampu yang diharapkan dalam tujuan
menampilkan unjuk kerja. Dalam tujuan pembelajaran dan prosedur yang harus
pembelajaran terdapat kapabilitas atau diikuti untuk mencapai tujuan
perilaku-perilaku tertentu, karena itu pembelajaran tersebut.
perlu menetapkan format penilaian yang 2. Deskripsi terhadap aktivitas dan latihan.
tepat. Aktivitas pembelajaran dirancang ekstra
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar hati-hati dan langsung mengarah ke
terhadap pekerjaan. Fase ini sangat pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam
menentukan untuk menjadikan pebelajar menetapkan petunjuk terhadap berbagai
terampil dalam dunia nyata. Menurut aktivitas dan kegiatan latihan terkadang
Degeng (1989) fase ini perlu diberikan pilihan-pilihan sehingga
dimasukkan dalam pembelajaran secara pebelajar aktivitas dapat memilih sendiri
eksplisit. Sedangkan cara yang efektif metode yang diinginkan (Morrison, Ross,
(Kruse, 2000) menyatakan tujuan dan Kemp, 2001).
pembelajaran yang focus pada unjuk 3. Daftar sumber. Jika terjadi kesulitan maka
kerja tertentu dan bagi perancang mahasiswa dapat diarahkan untuk
pembelajaran dapat menyatukan desain membaca sumber atau rujukan yang
dan media yang dapat memfasilitasi berhubungan dengan materi. Dapat juga
pebelajar untuk meningkatkan retensi diarahkan membaca buku perpustakaan,
dan transfer. membaca sumber-sumber dari media
masa, dan sebagainya (Morrison, Ross,
Kekuatan Latihan/ kuis sebagai dan Kemp, 2001). Morrison juga
Komponen Penting dalam Buku Ajar menyarankan bahwa aktivitas dan sumber
harus dipilih secara tepat dan tetap
Pengertian latihan dalam hubungan merujuk kearah pencapaian tujuan
mengajar dan belajar adalah suatu pembelajaran.
tindakan/perbuatan pengulangan yang
bertujuan untuk lebih memantapkan hasil Beberapa manfaat latihan dalam proses
belajar (Degeng, 1989). Pemantapan itu pembelajaran, antara lain:
diartikan sebagai usaha perbaikan dan

5
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

1. Latihan memberikan pengalaman tepat artinya tidak terlalu cepat tetapi


pendidikan baik para mahasiswa; juga tidak terlambat. Latihan
2. Latihan dapat memantapkan hasil diberikan setelah mahasiswa
belajar, penguasaan aspek-aspek memahami dengan benar sesuatu
perubahan tingkah laku peserta didik, bahan, lalu dilaksanakan latihan untuk
seperti: kebiasaan, keterampilan, mencapi ketepatan;
sikap, pengertian, penghargaan, dan 5. Efektivitas suatu latihan bergantung
lain-lain; pada banyaknya bahan. Bahan yang
3. Latihan berfungsi mengembangkan terlalu banyak memerlukan waktu
kemampuan berpikir untuk lama. Bila bahan itu tidak bermakna
memecahkan masalah-masalah yang maka waktu yang diperlukan untuk
dihadapi baik secara individual latihan juga akan lebih lama.
maupun secara kelompok; Sebaliknya, kalau bahan yang
4. Latihan penting artinya untuk dipelajari tidak terlalu banyak dan
kehidupan sehari-hari bagi para juga merupakan bahan-bahan yang
peserta didik, misal: transfer belajar; bermakna, maka waktu latihan akan
5. Latihan membantu cara pembelajaran berkurang, dan hasil latihan akan
yang lebih efektif, seperti: Mengingat lebih baik;
(memorization), meniru dan 6. Distribusi latihan mempengaruhi
otomatisasi jawaban-jawaban; keefektifan program latihan.
6. Latihan dapat mendorong dan Distribusi latihan ada 2 jenis: massed
memperluas motivasi belajar para practice dan distributed practice.
peserta didik. Jenis distribusi mana yang dilakukan
tergantung pada kondisi tertentu. Pada
Terdapat beberapa faktor yang perlu massed practice, waktu istirahat lebih
diperhatikan agar latihan efektif antara pendek agar supaya tidak lupa dan
lain: melelahkan, oleh karena latihan
1. Lingkungan belajar besar demikian memerlukan jangka waktu
pengaruhnya dalam latihan. yang lama.
Lingkungan terdiri dari: lingkungan
kelas, sekolah, keluarga dan Ada beberapa bentuk latihan yang dapat
masyarakat. digunakan dalam proses pembelajaran, sesuai
2. Latihan harus fungsional, artinya dengan teori belajar. Bentuk/teknik/prosedur
berfungsi bagi diri peserta didik. Oleh tersebut hampir sama artinya (Degeng, 1989):
sebab itu latihan harus menarik minat 1. Repetition (ulangan). Ulangan berarti
peserta didik. Untuk itu hendaknya mengulang suatu perbuatan berkali-
mahasiswa harus dilatih dengan hal- kali dan ini sudah biasa dilakukan
hal yang berhubungan petunjuk dan orang sejak kecil sampai dewasa
karakteristik latihan; bahkan seumur hidupnya. Ia selalu
3. Latihan dilaksanakan secara suka mengulang perbuatan-
sistematis. Latihan dilakukan perbuatannya. Dari segi pendidikan,
berdasarkan rencana yang teliti berbuat mengulang berkali-kali
dengan urutan yang tersusun baik. belum tentu mencapai tujuan tertentu;
Latihan terpusat pada minat 2. Latihan otomatisasi (drill). Drill atau
mahasiswa, ditujukan untuk sering juga disebut repetitive drill
menguasai kecakapan-kecakapan method, adalah upaya untuk
tertentu dengan petunjuk yang jelas. memantapkan keterampilan-
4. Latihan dilaksanakan tepat pada keterampilan otomatis atau asosiasi
waktunya. Latihan akan berhasil baik, yang telah diperoleh;
bila dilaksanakan dalam saat yang

6
Dewi Andriyani dan Suhartono

3. Review atau Reteaching. Cara ini Desain Pengembangan Dual Coding dalam
adalah untuk mengjarkan kembali Buku Ajar PJJ
atau mempelajari kembali bahan- Teori dual coding mengidentifikasi
bahan yang telah diajarkan dengan tiga cara pemrosesan informasi, yaitu: (a)
maksud memperoleh pemahaman, pengaktifan langsung representasi verbal atau
memperluas atau memperdalam dan piktorial, (b) pengaktifan representasi verbal
memperjelas hal-hal tersebut. Bila oleh piktorial atau sebaliknya, dan (c)
siswa melihat terdapat kesamaan pengaktifan secara bersama-sama
antara unsur-unsur dalam situasi representasi verbal dan piktorial. Mayer
semula dengan situasi waktu (2003) mengintegrasikan teori dual coding ini
diadakannya review, maka akan ke dalam model SOI (Selecting Organizing
terjadi transfer belajar. Dalam hal ini, Integrating) dalam pemrosesan informasi.
review merupakan teknik Teori dual coding memberikan dukungan
membimbing siswa untuk bahwa penggunaan media yang bervariasi
menerpakan hasil belajar ke situasi (multimedia) yang mengandung format
baru; informasi berupa visual (piktorial) dan verbal
4. Practice. Suatu keterampilan dapat akan memudahkan pebelajar dalam belajar
dikuasiai oleh siswa bila telah pada aspek ingatan dan pemahaman (Barron,
mengalami proses latihan (practice). 20014). Berbeda dengan longterm memory
Latihan adalah paling esensial dalam yang memiliki kapasitas memori sangat besar
kondiosi belajar. Practice is (‘unlimited’), kapasitas working memory
approriate whenever a more or less sangat terbatas. Miller (1956)
fixed pattern of automatic response is mengemukakan bahwa kapasistas working
needed (Hoover, 1996). Latihan tidak memory sebagai the magical number seven,
memerlukan ulangan yang betul-betul dimana kapasitas working memory sekitar 5
sama, misalnya belajar mengetik, s/d 9 (7 plus minus 2) unit informasi. Unit
menyetir mobil, dan sebagainya. informasi yang dimaksud bisa berupa angka,
5. Review dan Practice. Kedua prosedur kata, posisi/struktur, dan wajah/bentuk.
ini sama pentingnya dalam proses Mengacu pada terbatasnya kapasistas memori
pembelajaran, kendatipun terdapat ini, perancangan multimedia pembelajaran
kesamaan dan perbedaan. harus mempertimbangkan beban kognitif
Kesamaannya, kedua teknik (cognitive load) pada working memory saat
merupakan keharusan belajar dalam pemrosesan informasi.
kelas, practice merupakan aspek yang Berikut bagan desain pengembangan buku
penting dari review, sedangkan ajar berbasis dual coding dengan mengadopsi
review menggunakan practice dari berbagai model yang telah
sebagai jalan ke pemecahan masalah. dikembangkan (Lampiran 1)
Tujuan utama practice ialah untuk
memperluas belajar. Perbedaannya Metode
ialah bersifat efektif dalam Dalam melakukan evaluasi buku ajar
pengajaran keterampilan dan cetak/BMP khususnya terhadap komponen
kebiasaan-kebiasaan, bahkan latihan/quiz, terdapat beberapa hal yang perlu
merupakan suatu proses ditekankan, antara lain komponen latihan
individualisasi. Review bersifat dalam modul yang dievaluasi, kesesuaian
efektif untuk menumbuhkan latihan dengan karakteristik materi dalam
pengertian, sikap, apresiasi dan modul, dan konsistensi serta relevansi antar
terutama merupakan suatu proses komponen yang terdapat dalam latihan
pertimbangan kelompok. dengan materi modul. Peneliti akan
memfokuskan pada pengembangan
latihan/quiz yang interaktif dan variatif dalam

7
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

modul. Metode evaluasi yang digunakan menunjukkan bahwa modul-modul tersebut


adalah document analysis dengan dinilai oleh mahasiswa memiliki karakteristik
menggunakan pedoman kuesioner, materi yang sulit dipahami karena terdiri dari
wawancara dan observasi yang telah pemahaman konsep dasar IPS, deret waktu
dirancang oleh peneliti. pada perekembangan konsep sejarah, model
Objek kajian penelitian adalah Buku merancang dan menerapkan keterampilan
Materi Pokok (BMP) Konsep Dasar IPS kode dasar IPS Terpadu. Pelaksanaan penelitian
mata kuliah PDGK4102. Komponen bahan dilakukan pada bulan April-September tahun
ajar yang dievaluasi difokuskan pada analisis 2015, hingga pada tahapan evaluasi one to one
model latihan/quiz yang interaktif dan variatif dan small group.
pada modul 1, 4 dan 12. Pemilihan ke tiga Instrumen pengembangan komponen
modul tersebut didasarkan pada hasil latihan/quiz pada modul 1, 4, dan 12
penelitian buku ajar pada tahun 2010 dirancang dengan berpedoman pada:

No. Indikator Instrumen


1. Kesesuaian latihan dengan a) Kesesuaian latihan dengan kelengkapan materi
materi pada modul b) Kesesuaian latihan dengan keluasan materi
c) Kesesuaian latihan dengan kedalaman materi
d) Kesesuaian latihan dengan akurasi konsep
e) Kesesuaian latihan dengan akurasi contoh
f) Kesesuaian latihan dengan keterkaitan konsep
2. Bahasa a) Kalimat sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
b) Kalimat melibatkan kemampuan berfikir logis dan kritis
c) Struktur kalimat sesuai dengan perkembangan mahasiswa
d) Kalimat komunikatif
e) Tanda baca sesuai dengan ejaan yang disempurnakan
f) Kata atau istilah mudah di baca
g) Gambar, tabel, mozaik mudah di baca
h) Tampilan fisik baik dan menarik
i) Kemenarikan materi pada latihan
j) Format desain menarik dan mudah dipahami
3. Bentuk dan model latihan a) Petunjuk dalam latihan yang interaktif
b) Ilustrasi gambar, tabel, bagan, dan chart
c) Halaman latihan yang menarik dan mendukung
d) Model latihan interaktif dan variatif
4. Ukuran format a) Standar sesuai aturan
b) Mudah di baca

8
Dewi Andriyani dan Suhartono

Bagan 1. Visualisasi Alur Prosedur Penelitian

Prosedur
Tahap Studi Pendahuluan
 Mengkaji dokumen modul (hasil telaah pakar)
 Eksploring (wawancara kepada para mahasiswa, tutor, dosen pengampuh mata kuliah dan pakar)
 Penggalian (mengamati kegiatan tutorial tatap muka mata kuliah Konsep Dasar IPS di kelas)
 Pencerahan (mengikuti berbagai kegiatan workshop dan seminar berkenaan dengan evaluasi
bahan ajar)
 Pengolahan (merefleksikan berbagai informasi dan data awal)
 Peneguhan (merencanakan dan memantapkan kesepakatan dengan berbagai responden untuk
pelaksanaan penelitian)
 Perancangan alat evaluasi: kuesioner dan pedoman wawancara dan model latihan/kuis
 Plainning (perencanaan) skema pelaksanaan penelitian

Tahap Satu Satu (One to One)


Melakukan wawancara terdapat satu satu mahasiswa dengan kategori
mahasiswa pintar, sedang dan kurang. Data yang diperoleh berupa
informasi awal tentang kualitas latihan/kuis dalam modul untuk menilai
penguasaan materi. Alat evaluasi yang digunakan BMP Konsep Dasar
IPS dan pedoman wawancara. Melibatkan evaluator mahasiswa S1 PGSD
sebanyak 3 orang

Triangulasi model latihan/quiz melalui


hasil reviu 2 pakar materi, 2 tutor/dosen,
Revisi
1 pakar media/bahasa dan 1 pakar desain
grafis

Tahap Uji Coba Kelompok Kecil (Small Group)


 Menggunakan rancangan model latihan/kuis pada modul
 Alat evaluasi: kuesioner dan pedoman wawancara
 Evaluator mahasiswa S1 PGSD semester 2 sebanyak 8-10 orang
dalam pertemuan tutorial tatap muka

Model latihan/kuis berbasis DC dalam modul

Tahap Kaji Modul maupun makna substansi modul tersebut


Dalam tahap ini dihasilkan analisis untuk level mahasiswa S1. Karena itu
dokumen modul dan hasil telaah pakar. perlu sedikit penyederhanaan yang
Secara umum hasil kaji modul menurut pakar sistematis penulisannya.
materi menunjukkan: 2. Sedangkan pada modul 4 keluasan
1. Keluasan materi sebetulnya sedikit materinya juga tidak jelas arahnya
terlalu luas dan agak tumpang tindih penguatan kompetensi apa? Dalam hal
serta complicated, sehingga tidak ini memang diperlukan pemhaman
menutup kemungkinan pengguna modul struktur keilmuan sejarah dalam
ini tidak akan cukup sekali membaca jika kontribusinya utuk mengembangkan IPS
ingin memahami dan menguasai isi yang powerfull itu bagaimana. Mestinya

9
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

diuraikan satu persatu konsep-konsep B. Tahap Penggalian


yang digunakan dalam sejarah untuk Dalam tahap ini penulis melakukan
memperkokoh ke-IPS-annya itu, dalam observasi dan mengamati kegiatan tutorial
arti bukan diperlukan narasi kesejarahan tatap muka terhadap tutor mata kuliah
secara tematik. Konsep Dasar IPS di pokjar Tangerang.
3. Kedalaman materinya sebetulnya cukup Catatan evaluasi pada saat tutor menyajikan
mendalam, namun karena kian kemari, tutorial di kelas dengan mahasiswa menjadi
agak bolak-balik kadang-kadang, hal ini informasi dan data awal untuk perbaikan
membuat kurang mendalam. Saya pikir bahan ajar. Pada umumnya mahasiswa dan
di bagian ketiga yang bagus dan tutor mendapatkan kesulitan untuk
mendalam. Berbeda dengan bagian mengembangkan materi pada bagian-bagin
kesatu dan kedua yang terlalu banyak modul tertentu diantaranya pada modul 1 dan
informasi yang dijejalkan, kurang modul 4. Kesulitan yang menjadi hambatan
sistematis dan berbelit-belit untuk memahami modul ini dikarenakan
penulisannya. materi terlalu konseptual dan dibahas dengan
contoh-contoh yang sangat minim. Dalam
A. Tahap Pencerahan kesempatan tanya jawab dengan mahasiswa
Dalam tahap ini dilakukan kegiatan dan tutor didapat informasi bahwa materi
pencerahan berkenaan dengan evaluasi bahan yang disajikan dalam modul menimbulkan
ajar. Beberapa yang dapat dilakukan adalah kebosenan dan kurang melatih mahasiswa
mengikuti kegiatan workshop tentang untuk menggali lebih dalam lagi. Materi pada
evaluasi bahan ajar yang diselenggarakan modul tersebut mengajak mahasiswa untuk
LPPM-UT dengan pembicara Prof. Atwi selalu menghafal dan tidak melatih
Suparman, para pengembang modul dan pengembangan ketingkat penalaran.
dosen UT. Selain itu pada bulan November
2014, FKIP-UT menyelenggarakan Temu C. Tahap Pengolahan
Ilmiah Nasional Guru dengan menyajikan Pada tahap ini peneliti melakukan
berbagai kajian bahan ajar PJJ. Berbagai refleksi dari hasil eksploring dengan
informasi berkenaan dengan bahan ajar mengumpulkan berbagai informasi dan data
menjadi bahan pendukung dalam melakukan awal berkenaan dengan pemanfaatan bahan
evaluasi buku ajar. Selain itu melibatkan ajar. Hasil pengamatan dielaborasikan
peserta dari mahasiswa yang juga dengan catatan-catatan selama kegiatan per
mendapatkan pencerahan tentang kualitas tahap dilakukan. Hasil refleksi menunjukkan
bahan ajar di UT. Dalam kegiatan tersebut bahwa, pemanfaatan bahan ajar yang
peneliti dan berbagai responden melakukan digunakan oleh mahasiswa lebih
pertemuan ilmiah sekaligus berdiskusi untuk mengutamakan pada konteks hafalan. Selain
memantapkan kajian bahan ajar. Selanjutnya itu setiap model pembelajaran haruslah
peneliti juga mengikuti dalam kegiatan- masing-masing menerapkan berbagai
kegiatan temu ilmiah dan konferensi ilmiah kegiatan belajar belum nampak terwujud
pada ICDE di Bali dan Seminar Internasioanl dengan baik. Selanjutnya berbagai contoh
UNESCO di Bangkok Thailand. Dalam dan non contoh yang seharusnya menjadi
kesempatan ini menjadi ajang untuk pola modul yang berkualitas masih kurang
mendapatkan referensi tentang pemanfaatan memadai. Hal ini nampak pada sebagian
bahan ajar jarak jauh sebagai pilar utama mahasiswa belum berhasil mengikuti
pembelajaran bagi mahasiswa PJJ. Dalam pembelajaran dengan baik.
tahap pencerahan ini diperoleh berbagai
kajian mengenai karakteristik buku ajar PJJ, D. Tahap peneguhan
apa, mengapa, dan bagaimana buku ajar yang Dalam tahap ini peneliti dan para
baik untuk pembelajaran jarak jauh. mahasiswa serta tutor melakukan
kesepakatan untuk melakukan kerjasama

10
Dewi Andriyani dan Suhartono

dalam penelitian. Para mahasiswa dan tutor bahan ajar yang memenuhi kriteria baik perlu
sebagai komponen penting dalam penelitian ditindaklanjuti dengan pengembangan
ini ikut bertanggung jawab dan berpartisipasi instrumen alat evaluasi, berupa panduan
penuh serta mempunyai sikap ketaatan yang instrumen dan wawancara mendalam.
kuat untuk menggali kualitas bahan ajar yang
diharapkan. Untuk semakin menambah E. Tahap perancangan alat evaluasi:
pengetahuan dasar tentang pelaksanaan kaji kuesioner dan pedoman wawancara dan
modul dengan aktivitas tutorial, maka peneliti model latihan/kuis.
melakukan observasi non partisipatif selama Pada tahap ini peneliti
2 bulan (8 kali pertemuan dalam TTM di mengembangkan berbagai instrumen untuk
pokjar Tangerang). Melalui observasi ini kuesioner dan wawancara. Pengembangan
diperoleh gambaran yang mendalam secara instrumen didasarkan pada kebutuhan
nyata berlangsungnya penggunaan modul penelitian yaitu perbaikan bahan ajar
dalam kegiatan TTM. Program TTM terutama menggali model latihan untuk
sangatlah kompleks, sehingga berdasarkan perbaikan bahan ajar. Hasil pengembangan
analisis kekuatan dan kelemahan yang instrumen dan pedoman penelitian sebagai
didapat dari mahasiswa dan tutor serta sarana berikut.
dan prasarana yang mendukung kualitas

Tabel . Reviu Indikator Instrumen Penelitian


No. Indikator Instrumen Catatan Pakar
1. Kesesuaian a) Kesesuaian latihan dengan Cukup memadai untuk
latihan dengan kelengkapan materi menggali materi yang dapat
materi pada b) Kesesuaian latihan dengan keluasan disesuaikan dengan kebutuhan
modul materi pola latihan
c) Kesesuaian latihan dengan
kedalaman materi
d) Kesesuaian latihan dengan akurasi
konsep
e) Kesesuaian latihan dengan akurasi
contoh
f) Kesesuaian latihan dengan
keterkaitan konsep
2. Bahasa a) Kalimat sesuai dengan kaidah bahasa Cukup menghasilkan data
Indonesia tentang kebutuhan kualitas dan
b) Kalimat melibatkan kemampuan efektifitas penggunaan kalimat
berfikir logis dan kritis /bahasa yang diharapkan dalam
c) Struktur kalimat sesuai dengan modul
perkembangan mahasiswa
d) Kalimat komunikatif
e) Tanda baca sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan
f) Kata atau istilah mudah di baca
g) Gambar, tabel, mozaik mudah di
baca
h) Tampilan fisik baik dan menarik
i) Kemenarikan materi pada latihan
j) Format desain menarik dan mudah
dipahami
3. Bentuk dan model a) Petunjuk dalam latihan yang Cukup memadai untuk
latihan interaktif mendapatkan data yang

11
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

b) Ilustrasi gambar, tabel, bagan, dan berkenaan dengan kebutuhan


chart latihan pada modul
c) Halaman latihan yang menarik dan
mendukung
d) Model latihan interaktif dan variatif
4. Ukuran format a) Tidak menggangu proses keterbacaan Cukup memadai untuk
b) Ukuran marjin sesuai standar mendaptkan informasi
perbukuan berkenaan dengan desain grafis

F. Planning (perencanaan) untuk skema para tutor, dosen pengampuh mata kuliah
penelitian Konsep Dasar IPS, pakar
Dalam tahap planning adalah tahap pembelajaran/materi, dan pakar
merencanakan bentuk kreasi/inovasi dari percetakan/desain grafis. Dalam perencanaan
fokus materi yang telah dipelajari dengan ini dihasilkan skema penelitian dalam bentuk
membuat beberapa perencanaan untuk format rancangan penelitian dan instrumen
mencapai hal yang telah ditargetkan. Pada yang dibutuhkan.Berdasarkan hasil analisa
tahap perencanaan peneliti menyusun agenda pada tahap planning, selanjutnya dilakukan
program pengambilan data dan wawancara refleksi dari setiap data yang dihasilkan oleh
untuk para responden. Adapun responden responden. Berikut hasil analisa refleksi
yang terlibat adalah mahasiswa yang telah planning.
mengambil mata kuliah Konsep Dasar IPS,

Tabel . Analisis Refleksi


Responden Refleksi
Mahasiswa Modul atau BMP mata kuliah Konsep dasar IPS secara keseluruhan cukup
baik, walaupun masih memerlukan beberapa perbaikan dan
penyempurnaan untuk menjadikannya sebagai bahan ajar yang efektif.
Pakar Materi Cakupan materi telah sesuai dengan materi yang terdapat pada BMP mata
kuliah Konsep Dasar IPS. Hal yang perlu ditambahkan dalam BMP ini
adalah penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan aktivitas
belajar ke-IPS-an di tingkat SD.
Tutor (1) Materi yang terdapat dalam BMP cukup sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah Konsep Dasar IPS. Selain itu,
kedalaman dan keluasan materi BMP ini sudah memenuhi kebutuhan
untuk pembelajaran tentang Konsep ke-IPS-an saat ini.
Tutor (2) Model pembelajaran yang digunakan dalam BMP mata kuliah Konsep
Dasar IPS cukup sesuai dengan aktivitas belajar ke-IPS-an di SD. Namun
perlu ditambahkan penjelasan tentang bagaimana media pembelajaran
dapat dimanfaatkan untuk membelajarkan ke-IPS-an. Akan lebih baik jika
BMP ini dilengkapi dengan penjelasan singkat tentang penggunaan
metode dan media yang dapat digunakan dalam aktivitas pembejaran ke-
IPS-an.
Tutor (3) Salah satu hal yang menjadi kekuatan dalam modul ini adalah
disertakannya glosarium yang dapat membantu mahasiswa dalam
mempelajari definisi dari konsep- konsep yang tengah dipelajari.
Penjelasan yang dilakukan dalam kunci jawaban juga sangat rinci dan
membantu dalam memahami soal-soal yang diajukan dalam tes formatif.
Selain itu perlu dilengkapi dengan contoh-contoh nyata yang berguna bagi

12
Dewi Andriyani dan Suhartono

mahasiswa dan latihan perlu ditambahkan beberapa kasus penerapan


sosial dengan konsep dasar ke-IPS-an.
Dosen Pengampuh Secara teoritis modul atau BMP Konsep Dasar IPS cukup baik.
Disamping itu, modul ini juga membahas tentang materi yang perlu
dipelajari oleh mahasiswa yang mencakup karakteristik dan kebutuhan
pendidikan IPS. Uraian konsep-konsep tentang IPS yang diungkapkan
dalam BMP ini cukup terperinci dan detil, namun banyak juga
istilah/konsep yang kurang diperjelas.
Pakar BMP Konsep Dasar IPS juga memiliki beberapa komponen yang perlu
Desain Grafis diperbaiki mencakup perlu penambahan ilustrasi gambar dan grafik yang
dapat membantu pemahaman mahasiswa tentang konsep-konsep yang
dipelajari.

Selanjutnya dalam pelaksanaan kaji Setelah memberikan penilaian


instrumen pada responden dihasilkan data tersebut, ketiga mahasiswa satu lawan satu
dan sub kultur yang diawali dengan suatu memberikan saran, kritik, dan komentar
aksioma, yaitu adanya tantangan. Dari mengenai latihan dalam modul 1,4 dan 12.
tantangan timbul gagasan, kemauan, dan Secara garis besar mahasiswa menyarankan
dorongan untuk berinisiatif, yaitu berpikir supaya latihan dalam modul diperbaiki
kreatif dan bertindak inovatif sehingga mencakup 5 katagori:
tantangan awal tersebut dapat teratasi dan 1. Kebutuhan latihan bagi mahasiswa
terpecahkan. untuk pengayaan dan pemahaman
materi
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Kesesuaian latihan dengan
A. Kaji analisis mahasiswa satu lawan satu pendalaman dan keluasan materi yang
(one to one) telah dipelajari pada bahasan modul
Melakukan wawancara terdapat 3. Pola latihan yang interaktif dan
mahasiswa satu lawan satu dengan kategori variatif (tidak kaku dan monoton)
mahasiswa pintar, sedang dan kurang. Data 4. Bahasa yang digunakan dalam latihan
yang diperoleh berupa informasi awal tentang sistematis dan runtut
kualitas latihan/kuis dalam modul untuk 5. Latihan dilengkapi dengan rambu-
menilai penguasaan materi. Alat evaluasi rambu/petunjuk dan media grafis
yang digunakan BMP Konsep Dasar IPS dan yang mendukung penguasaan materi
pedoman wawancara. Melibatkan evaluator Komentar mereka tentang latihan
mahasiswa S1 PGSD sebanyak 3 orang. yang dikembangkan adalah mengacu pada
Hasil wawancara dari tiga mahasiswa kesesuaian dan cukup dimengerti. Dengan
satu lawan satu menunjukkan bahwa adanya tampilan latihan yang bervariasi akan
keberagaman tanggapan dan penilaian lebih dapat memotivasi untuk pengayaan
terhadap latihan dalam modul mencakup: materi dan tidak membosankan.
kesesuaian materi, pola tampilan grafis,
bahasa yang digunakan, teks yang disajikan, B. Pembahasan dan Analisis Ahli Materi
kejelasan petunjuk dalam mengerjakan soal Berdasarkan hasil analisis yang
latihan, kesesuaian latihan soal dengan teks, diperoleh dari ahli materi, dapat diketahui
dan latihan soal yang disajikan. Pendalaman bahwa ahli materi memberikan penilaian
wawancara menurut mahasiswa mengenai terhadap kualitas materi yang mencakup:
kualitas latihan dalam modul termasuk dalam Kesesuaian latihan dengan kelengkapan
katagori kurang dengan mencapai persentase materi, keluasan materi, kedalaman materi,
dari 40%-70%, sehingga pada bagian tertentu akurasi konsep, akurasi contoh, dan
pada komponen latihan perlu dilakukan keterkaitan konsep. Ahli materi menyatakan
perbaikan. dalam bagian rekomendasi, bahwa kualitas

13
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

materi yang dikembangkan dalam modul 1, 4 mempermudah mahasiswa dalam


dan 12 serta kesesuaian materi dengan menganalisis kondisi pengetahuan
latihan/kuis yang telah disusun menunjukkan awalnya.
pola yaitu disesuaikan untuk tujuan-tujuan 4. Penulisan angka-angka disederhanakan
pengukuran ketercapaian ranah kognitif dan dijabarkan secara sistematis sehingga
tingkat rendah melalui soal esay. Tetapi untuk tidak terkesan membingungkan.
pemikiran kritis dan kreatif masih kurang 5. Pada bagian materi yang bergambar
terakomodasi, apalagi jika ingin mengukur diperbaiki dan disederhanakan.
aspek afektif dan psikomotor, mesti (Lampiran 2)
menggunakan bentuk-bentuk pengamatan/
proses/ kinerja, dan lain-lain yang sesuai, C. Uji Kelompok Kecil (Small Group)
interaktif dan variatif. Berdasarkan hasil angket mahasiswa
uji kelompok kecil diketahui bahwa secara
Tahap Revisi keseluruhan persentase yang diperoleh
Pada tahap revisi model latihan/kuis hampir rata-rata pada setiap item sebesar 85-
dilakukan oleh 2 pakar materi, 2 tutor/dosen. 90% menyatakan sesuai. Hasil tersebut
1 mahasiswa dan 1 orang desain grafis. Hasil termasuk dalam kriteria baik.
revisi dari model latihan/kuis sebagian besar
sudah menunjukkan kondisi yang baik dan D. Social Presence
terpahami. Hampir 78 % pola dipahami oleh Social precense adalah perasaan
mahasiswa. Pada bagian pola untuk katagori nyaman yang muncul pada interaksi sosial
isian uraian mengalami kesulitan yang lebih yang dilakukan oleh orang-orang secara nyata
beragam dibandingkan dengan pola format (hadir secara fisik) misalnya ketika orang
yang simpel cara mengisinya. Perlu adanya saling berjabat tangan, membicarakan suatu
penjelasan dari pernyataan yang semakin topik masalah, dan lain-lain (Downes, 2005).
mudah dipelajari dan kolom-kolom yang Pada pengimplementasian QL, pada social
simpel pula. Perubahan dari format yang presence akan jauh lebih tampak pada proses
biasa terdapat di modul dengan model latihan pembelajaran melalui kelas konvensional.
yang beragam mengakibatkan pola harus
disesuikan dengan karakter yang selama ini E. Cognitive load
mahasiswa miliki. Pada bagian kolom-kolom Cognitive load menunjukkan
yang terlalu banyak agar disesuaikan dengan seberapa besar kinerja mental ketika memori
kapasitas daya ingat dan pengamatan otak jangka pendek bekerja untuk memproses
mahasiswa terhadap subyek. Misalnya untuk informasi (Richardson, 2008). Tiap orang
kolom yang tidak terdapat pada modul hanya dapat mengingat sejumlah informasi
menjadi bagian penting dalam model yang terbatas tanpa adanya latihan atau alat
latihan/kuis. Begitu pula pada deretan angka- bantu, misalnya dokumentasi. Pada
angka dijelaskan secara rinci dan simpel yang pembelajaran yang menggunakan media
tidak membingungkan. Beberapa kajian terkendali oleh pengajar terdapat resiko
umum berkenaan dengan hasil revisi adalah munculnya cognitive load (atau bahkan
sebagai berikut: cognitive overload) karena kemampuan dari
1. Setiap format sudah mengalami revisi dan masing-masing pembelajar yang berbeda-
mencantumkan judul tematik sesuai beda. QL berbasis Dula Coding
dengan pokok bahasan pada modul. memungkinkan pembelajaran individu secara
2. Format mengalami revisi pada bagian mandiri. Pembelajar dapat mempelajari
kolom yang semula berjumlah 3 kolom materi sendiri, mengulang sesi maupun
menjadi 2 kolom. (lihat lampiran). Hal ini mengulang pembelajaran secara keseluruhan.
dikarenakan lebih sederhana dan simpel. Pembelajar dapat memanfaatkan fasilitas
3. Latihan/kuis dicantumkan beberapa remediasi, kosa kata istilah, dan sebagainya
indikator sebagai rambu-rambu sehingga

14
Dewi Andriyani dan Suhartono

yang itu semua tergantung pada desain sistem perlu diperhatikan adalah bahwa VC hanya
pembelajaran itu sendiri. QL berbasis Dual akan berjalan dengan efektif jika pengajar
Coding menjadi pilihan yang tepat untuk menerapkan interaksi yang relevan (berbasis
diterapkan bagi para pembelajar yang penugasan) secara berkesinambungan
heterogen atau berbeda level pengetahuan (Braman, 2008). Tanpa adanya hal tersebut,
terhadap materi yang harus dipelajari. metode maka proses pembelajaran hanya akan sama
ini juga menyediakan opsi pengayaan atau dengan pembelajaran melalui kelas
latihan individu yang dapat mendorong konvensional yang membosankan dan para
pembelajar untuk memahami materi dengan pembelajar akan sibuk sendiri-sendiri dan
cepat dan akurat, atau bisa juga menampilkan tidak memperhatikan materi yang
materi dengan memanfaatkan animasi video disampaikan.
atau simulasi (Clark, 2008).
H. Solusi Campuran
F. Visualisasi Penugasan yang bersifat kolaboratif
Pada pelaksanaan QL berbasis Dual dapat membantu dalam pemecahan masalah
Coding yang didominasi dengan pemanfaatan pada pembelajar yang heterogen dengan
whiteboard, visualisasi grafis menggunakan mengijinkan pembelajar yang lebih cerdas
gambar sangat diperlukan (Holub, 2008). untuk membantu pembelajar lain yang kuang
Materi yang disampaikan dengan hanya memahami materi. Namun scara umum, pada
melalui baris-baris paragraf akan sangat tidak QL ditemukan kesulitan dalam menangani
menarik agi pembelajar. Oleh karena itu, pembelajar yang berbeda-beda level
ketika mengimplementasikan QL, instruktur pemahamannya dengan penugasan yang
harus mampu mengembangkan literatur kompleks yang membutuhkan banyak waktu
visual baik melalui gambar, skema, grafik, bagi pembelajar untuk berpikir. Hal ini yang
diagram, dan sebagainya. Visualisasi sangat melatarbelakangi terkadang pengajar
penting untuk menjaga motivasi pembelajar menerapkan solusi campuran (blended
dalam membaca dan memahami materi yang solutions) dengan melakukan pemilihan
disampaikan oleh instruktur atau pengajar. media yang terbaik untuk tiap topik atau sesi
Salah satu contoh visualisasi yang bisa pembelajaran (Holub, 2008).
dilakukan adalah mengembangkan materi
pembelajaran yang didesain seperti halaman Dari paparan-paparan di atas maka
komik sehingga menarik bagi pembelajar. dapat ditarik suatu garis merah bahwa
Minat dan ketertarikan pembelajar terhadap ilustrasi yang berhubungan dengan materi
materi adalah salah satu faktor penting bagi kasus atau mampu menjelaskan isi materi
kesuksesan proses pembelajaran. Jika dapat berpengaruh pada kemampuan
pembelajar sudah tidak tertarik terhadap mengingat isi materi tersebut. Keefektifan
materi yang disampaikan, tentunya proses ilustrasi gambar terhadap kemampuan
pembelajaran tidak akan berhasil karena mengingat isi materi terjadi apabila ilustrasi
pembelajar sudah tidak termotivasi untuk gambar yang diberikan pada pembahasan
berinteraksi dengan materi. Pemilihan teknik materi adalah ilustrasi gambar berbasis
dan bentuk visualisasi materi menjadi sangat information. Ilustrasi berbasis information
penting untuk menjamin kelangsungan adalah ilustrasi sebagai media perantara
sebuah QL. untuk memperjelas suatu kejadian atau
peristiwa, berarti Ilustrasi yang
menggambarkan adegan-adegan penting
dalam kaitannya dengan pembahasan/kasus
G. Tipe Interaksi mewakili keseluruhan isi materi dalam
Tipe interaksi pada bentuk yang ringkas dan padat.
pengimplementasian VC akan dijelaskan Pengetahuan yang diproses dan
kemudian di bagian lain tulisan ini. Yang dimaknai dalam memori kerja disimpan

15
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

dalam memori jangka panjang dalam bentuk merupakan salah satu topik utama dalam
skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pendesainan multimedia instruksional. Dalam
pemahaman dalam pemrosesan informasi konteks ini, desain pesan multimedia
dalam memori kerja berfokus pada berkenaan dengan penyeleksian,
bagaimana pengetahuan baru dimodifikasi. pengorganisasian, pengintegrasian elemen-
Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh elemen pesan untuk menyampaikan sesuatu
interpretasi terhadap stimulus. Faktor informasi. Penyampaian informasi bermulti-
stimulus adalah karakteristik dari elemen- ilustrasi gambar yang berhasil akan
elemen desain pesan seperti ukuran, ilustrasi, bergantung pada pengertian akan makna yang
teks, animasi, narasi, warna, musik, serta dilekatkan pada stimulus elemen-elemen
video. Studi tentang bagaimana informasi pesan tersebut. Proses penyeleksian,
diidentifikasi, diproses, dimaknai, dan pengorganisasian, serta pengintegrasian
ditransfer dalam dan dari memori kerja untuk elemen-elemen informasi tersebut disajikan
disimpan dalam memori jangka panjang oleh Gambar 1.
mengisyaratkan bahwa pendesainan pesan

Gambar : Teori Kognitif Pembelajaran Bermultimedia (Adaptasi Pranata, 2003)

Dalam mengartikan penyampaian QL bentuk kata-kata tertulis atau lisan (dua


berbasis Dual Coding perlu dibedakan apa sensorik yang berbeda).
yang disebut dengan media pengantar, desain Setiap memori kerja, visual maupun
pesan, serta kemampuan sensorik. Media verbal dalam QL berbasis Dual Coding,
pengantar mengacu pada sistem yang dipakai memiliki kapasitas yang terbatas. Karena itu
untuk menyajikan informasi. Desain pesan ketika informasi visual dan verbal dalam
mengacu pada bentuk yang digunakan untuk bentuk teks ditampilkan ada kemungkinan
menyajikan informasi, misalnya pemakaian memori kerja visual tidak dapat menampung
animasi atau teks audio. Kemampuan semua informasi sehingga akan ada informasi
sensorik mengacu pada jalur pemrosesan yang hilang. Hal yang sama mungkin terjadi
informasi yang dipakai untuk memproses ketika sumber informasi verbal dalam bentuk
informasi yang diperoleh, seperti proses auditorial ditampilkan berbarengan dengan
penerimaan informasi visual atau auditorial. bentuk teks visual. Tetapi jika informasi
Sebagai contoh, suatu paparan tentang visual ditampilkan secara visual dan
bagaimana sistem sesuatu alat bekerja dapat informasi verbal ditampilkan secara
dipresentasikan melalui teks tertulis dalam auditorial maka akan terbuka kesempatan
buku teks, dalam bentuk rangkaian kata-kata memori kerja visual dan verbal bekerja
atau kombinasi kata-kata dan gambar (dua bersama sehingga penerima lebih mudah
desain pesan yang berbeda), atau dalam menyusun kode-kode teks karena informasi

16
Dewi Andriyani dan Suhartono

ditangkap secara maksimal. Akibatnya, 3. Latihan yang dikembangkan adalah


performansi penerima desain pesan yang mengacu pada kesesuaian dan cukup
terakhir ini akan lebih baik bila dibandingkan dimengerti.
dengan penerima yang mengalami efek 4. Adanya tampilan latihan yang bervariasi
redundansi (Sweller, van Merrienboer & akan lebih dapat memotivasi untuk
Paas, 1998; Sweller, 1994; Kalyuga, pengayaan materi dan tidak
Chandler & Sweller, 2000). membosankan.
5. Berdasarkan hasil angket mahasiswa uji
Jika sebuah paduan terintegrasi diagram dan kelompok kecil diketahui bahwa secara
narasi sudah cukup lengkap maka teks keseluruhan persentase yang diperoleh
tambahan apa pun yang berusaha mengulang hampir rata-rata pada setiap item sebesar
pesan secara naratif malah akan berlebihan 85-90% menyatakan model latihan/kuis
dan karenanya mesti dihilangkan dalam yang dikembangkan sesuai. Hasil tersebut
pengembangan QL berbasis Dual Coding. termasuk dalam kriteria baik.
Simpulan B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis terhadap 1. Program S1-PGSD dapat berupaya
pengembangan model latihan/kuis pada menghasilkan berbagai produk inovasi
modul/BMP mata kuliah Konsep Dasar IPS, pembelajaran pada modul.
dapat dijabarkan beberapa kesimpulan 2. Dosen UT dapat mengimplementasikan
sebagai berikut: berbagai hasil penelitian bahan ajar PJJ.
1. Pola model latihan/kuis dikembangkan 3. Guru/Mahasiswa S1-PGSD dapat
melalui tiga langkah penelitian, yaitu kaji memanfaatkan model latihan/kuis
pendahuluan, uji coba satu lawan satu, sebagai alternatif penguasaan materi.
dan uji kelompok kecil (small group).
Penerapan ini didasarkan pada DAFTAR PUSTAKA
pendekatan pembelajaran sebagai sistem Degeng, I Nyoman Sudana (1989). Ilmu
(input–proses-output) yang terdiri dari Pengajaran Taksonomi Variabel.
beberpa komponen yang berinterfungsi Jakarta: Depdikbud
untuk mencapai tujuan; berkenaan Dick, W., Carey, L. and Carey, J.O. (2001).
dengan model untuk menghasilkan The Systematic Design of Instruction.
desain–implementasi-evaluasi dan tindak (5th Edition). Addison-Wesley
lanjut. Educational Publishers, Inc.
2. Secara garis besar mahasiswa Fleming, Malcolm & W. Howard Levie.
menyarankan supaya latihan dalam (1981). Instructional Message Design:
modul diperbaiki mencakup 5 katagori: Principles from the Behavioral
a) Kebutuhan latihan bagi mahasiswa Sciences. New Jersey: Educational
untuk pengayaan dan pemahaman Technology Publications.
materi Gagne, Robert M. (1997). Mastery learning
b) Kesesuaian latihan dengan and instructional design. Performance
pendalaman dan keluasan materi yang Improvement Quarterly
telah dipelajari pada bahasan modul Heinrich, R., Molenda, M., Russell, J.D.,
c) Pola latihan yang interaktif dan Smaldino, S.E. (1996). Instructional
variatif (tidak kaku dan monoton) Media and Technologies for Learning.
d) Bahasa yang digunakan dalam latihan Englewood Cliffs, NJ: Merrill.
sistematis dan runtut Julaeha dan Pratmoko. (2004).
e) Latihan dilengkapi dengan rambu- Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta
rambu/petunjuk dan media grafis PAU-PPAI.
yang mendukung penguasaan materi Katalog Pendas, 2010 Universitas Terbuka

17
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

Keller, J. M. (1983). Motivational design of Theories and Models: An Overview of


instruction. In C. M. Reigeluth (Ed.), their Current States. Hillsdale, NJ:
Instructional-design theories and Lawrence Erlbaum.
models: An overview of their current Smith, P.L. dan Ragan, T.L. (2003).
status. Hillsdale, NJ: Lawrence Instructional Design. New York.
Erlbaum Associates. Merril
Kruse (2004). Introduction to instructional Suparman A. (2001). Desain Instruksional.
design and the ADDIE model Proyek pengembangan Universitas
[on-line].Available:http://www.e Terbuka Ditjen Dikti Departemen
learningguru.com/articles/art2_1.htm. Pendidikan Nasional Jakarta: PAU-
Morrison, G., Ross, S., and Kemp, J. (2001). PPAI
Designing effective instruction (3rd Tim Pusmintas (2004), Pedoman Penulisan
ed.). New York: John Wiley & Sons. dan Revisi Bahan Ajar, JKAK BA01,
Paulina Pannen, dkk (1999). Cakrawala Departemen Pendidikan Nasinal,
Pendidikan. Jakarta: Universitas Universitas Terbuka, Edisi Kedua.
Terbuka. Yunus dan Paulina Pannen (2004).
Prawiradilaga D Salma (2007), Prinsip Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Desain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Tinggi jarak Jauh. Pendidikan Tinggi
Puskom-UT, 2009. Jarak Jauh. Jakarta: Universitas
Punaji, S. (2001). Media Pembelajaran. Terbuka.
Malang: Elang Mas. Zainul, & Nasution. (1997). Penilaian Hasil
Reigeluth, C. M. and Stein, F. S. (1983). The Belajar. Jakarta: Departemen
Elaboration Theory of Instruction. In C. Pendidikan dan Kebudayaan.
M. Reigeluth (ed), Instructional Design

18
Dewi Andriyani dan Suhartono

Lampiran 1

L1 Stimuli Non-verbal Stimuli L2 Stimuli

Sensory Analysis

L1 Verbal System L2 Verbal System

L1 abstract L2 abstract
word word
logogens logogens
L1 verbal-
L2 verbal
L1 concrete L2 concrete
word logogens word
connection logogens

Imagens L1 Imagens L2
connections Image connections
system

Referent
imagens

L1 output Nameless L2 output


system imagens system

Non verbal
output system

Gambar 3: Adaptasi Model Versi Bilingilual Dual Coding System


(Sumber: Paivio A, 1991. Images in Mind, hlm. 329)

19
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

Lampiran 2
Tabel. Model Latihan/Kuis dalam modul

MODUL/
POKOK KONSEP MODEL LATIHAN
BAHASAN
Modul 1 Hakikat Mata Kuliah Konsep Pada gambar dibawah ini, anak –anak
Hakikat dan Dasar IPS, mencakup: sedang berinteraksi dengan
Karakteristik  IPS merupakan suatu bidang lingkungan sekitar. Sambil bermain
Konsep Dasar IPS pengkajian tentang gejala mengenal lingkungan sosialnya
dan masalah sosial mereka juga belajar sebagai individu
 Kerangka kerja IPS tidak dalam masyarakat majemuk. Anak
menekankan pada bidang belajar tentang gejala sosial dan
teoritis, tetapi pada bidang membekali mereka dengan
praktis dalam mempelajari pengalaman kognitif, afektif dan
gejala dan masalah-masalah psikomotor terhadap kehidupan
sosial yang terdapat di sehari-hari
lingkungan masyarakat

Modul 1 Hubungan Cakupan Konsep Gambar. Keterkaitan antara Sains


Ruang Lingkup dan Dasar IPS dan STM (Sains, Teknologi Masyarakat dan Studi
Cakupan Konsep Teknologi, Masyarakat) Sosial (Science and Society
Dasar IPS a. Sejarah , pembahasannya Committee,1989)
ditujukan pada hidup dan
kehidupan manusia dalam
konteks sosialnya
b. Geografi, ilmu yang
mempelajari persamaan dan
perbedaan fenomena

20
Dewi Andriyani dan Suhartono

MODUL/
POKOK KONSEP MODEL LATIHAN
BAHASAN
geosfer dengan sudut
pandang lingkungan atau
kewilayahan dalm konteks
Teknologi
keruangan.
c. Ekonomi dan koperasi,
studi ilmiah mengenai Studi
bagaimana cara manusia Sosial

memenuhi kebutuhan Sains Masyarakat

materi.
d. Sosiologi, mempelajari
manusia dalam konteks
sosial yang melakukan
interaksi sesamanya Dari diagram tersebut dapat
e. Antropologi, ilmu yang dijelaskan bahwa sains, teknologi dan
mempelajari manusia masyarakat merupakan satu rangkaian
dengan prilaku sosial atau atau sistem yang mempunyai kaitan
dengan kebudayaannya yang erat satu dengan yang lain, dan
f. Politik dan Pemerintahan, kedudukan studi sosial dapat
ilmu yang mempelajari menjelaskan sains, teknologi dan
kehidupan negara, masyarakat sesuai dengan informasi
mempelajari negara yang ada pada ketiga unsur tersebut
melakukan tugasnya baik dampak negatif maupun
mencapai tujuan tertentu positifnya.
sesuai dengan tugas Pemahaman konsep sains, teknologi
tersebut, kekuasaan sebagai dan masyarakat dapat dijembatani
penyelenggara negara, melalui proses pembelajaran studi
kekuasaan memerintah sosial yang terpadu.
negara
g. Psikologi Sosial, studi
ilmiah tentang proses
mental manusia sebagai
makhluk sosial

21
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

MODUL/
POKOK KONSEP MODEL LATIHAN
BAHASAN
Pertemuan ke 4
Modul 4 Konsep waktu dalam sejarah
Konsep Dasar mempunyai arti kelangsungan
Sejarah, kebudayaan (continuity) dan satuan atau
Hakikat sejarah
dan perubahan jangka berlangsungnya
sosial perjalanan waktu (duration). Suatu konsep tentang waktu yang
kontinu dan perubahan yang
mengarungi ruang geografis yang
Kelangsungan waktu atas berisi berbagai peristiwa mengenai
berbagai aktivitas dan hasil karya
manusia pada waktu yang lalu
kesadaran manusia, terhadap selalu dengan rangkaian sebab
akibat (kausalitas)

waktu dibagi menjadi tiga,


dimensi yaitu: waktu yang lalu,
waktu sekarang, dan waktu yang
akan datang di dalam satu
kontinuitas.
Perubahan merupakan gejala
yang umum terjadi pada
masyarakat manusia, tidak ada
satu masyarakat pun yang benar-
benar statis, cepat atau lambat
semua masyarakat akan
mengalami perubahan.
Ada dua macam perubahan,
yaitu perubahan sosial dan
kebudayaan. Perubahan sosial
adalah perubahan lembaga-
lembaga, kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat, yang
sistem sosialnya, termasuk di
dalamnya nilai-nilai sikap dan
pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
Pertemuan ke 4
Manusia adalah makhluk
Kepribadian dipengaruhi oleh
individu yang tidak dapat
melepaskan diri dari hubungan Lingkungan
:
Faktor
genetika
(Genotype)
dengan manusia lain. Sebagai Lingkungan
fisik alam
maupun Pengalaman
sosial
akibat dari hubungan yang
Behavior
terjadi di antara individu- Sosialisasi
system
individu (manusia) kemudian Naluri Pendidkan

lahirlah kelompok-kelompok Perasaan

sosial yang dilandasi kesamaan-


kesamaan kepentingan

22
Dewi Andriyani dan Suhartono

Perubahan sosial Pencemaran lingkungan atau


CONTOH KASUS:
polusi adalah masuknya atau PENCEMARAN LINGKUNGAN
dimasukkannya makhluk hidup,
zat energi, dan atau komponen
lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas
lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai
limbah yang dihasilkan terlalu banyak sehingga tidak sebanding
peruntukannya (Undang- dengan laju proses daur ulang alami

Undang Pokok Pengolahan


Lingkungan Hidup No. 4 Tahun
1982)

Beberapa cara untuk


menghambat pemanasan global:

 Pengurangan bahan bakar


minyak.
 Pengurangan penggunaan
energy batubara. Pence
maran
Pence
maran
Pencem Pencemaran
aran Lingkungan
 Mengurangi penebangan Udara Air Tanah

hutan dan meningkatkan


reboisasi.
 Penggunaan filter untuk
menyaring CO2 dari asap
pabrik.
 Peningkatan penggunaan
energy matahari, angin dan
panas bumi.

23
JURNAL DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR
VOLUME 8, NO 1, Maret 2016: 1 - 25

MODUL/
POKOK KONSEP MODEL LATIHAN
BAHASAN
Modul 12 Pembelajaran IPS terpadu Untuk memperdalam pemahaman
Merancang dan dapat dilakukan dengan Anda mengenai materi tersebut,
Menerapkan model-model berikut: kerjakanlah latihan berikut!
Keterampilan Dasar 1) Jelaskan mengapa untuk
IPS pembelajaran di sekolah dasar
diperlukan pembelajaran terpadu!
2) Jelaskan karakteristik model
pembelajaran terpadu!
3) Pembelajaran tematik/ terpadu
Fragmented
berkaitan dengan pengorgani-
sasian materi pembelajaran.
Jelaskan beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam pengembangan
materi pembelajaran!
4) Mengapa pendekatan terpadu
Connected pada pembelajaran IPS sering
disebut pendekatan interdisipli-
ner?
5) Kemukakan beberapa kelemahan
pembelajaran terpadu yang mesti
Anda minimalisir?

Nested

Sequenced

Shared

Webbed

24
Dewi Andriyani dan Suhartono

Threaded

Integrated

Immersed

Networked

Petunjuk Jawaban Latihan


1) Pembelajaran di SD diperlukan pembelajaran terpadu karena pada jenjang ini siswa
menghayati pengalamannya masih secara totalitas dan masih sulit menghadapi pemilahan
yang artifisial
2) Karakteristik pembelajaran terpadu, yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif
3) Terdapat beberapa cara pengembangan materi pembelajaran di antaranya dengan cara
membuat jaringan topik, membuat bagan arus kegiatan, dan mengembangkan jaringan
lintas kurikulum
4) Pada pendekatan interdisipliner ini, program pembelajaran disusun dari berbagai cabang
ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini .,
dapat mengambil suatu topik atau tema dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian
dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang ilmu yang lain.
5) Pembelajaran terpadu memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu dilihat dari aspek guru, aspek
siswa, aspek sarana atau sumber pembelajaran, aspek kurikulum, sistem penilaian, dan dari
suasana proses pembelajaran.

Tindak lanjut: Untuk memperdalam materi ini, Anda dapat mencari sumber belajar lain
melalui google.akademia.com atau open source

25

Vous aimerez peut-être aussi