Vous êtes sur la page 1sur 23

INTERVENSI KEPERAWATAN MANDIRI PADA PASIEN YANG MENGALAMI

NYERI DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh


Derajat Sarjana Keperawatan
pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universits Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

Zainab Indriyan Tanjung


20120320038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i
ii
Nursing Interventions Independent In Patients Who Pain In PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital
Intervensi Keperawatan Mandiri Pada Pasien Yang Mengalami Nyeri Di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

Zainab Indriyan Tanjung1, Arianti2


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY, 2 Dosen Program Studi Ilmu
Keperawatan UMY
e-mail : zaitanjung24@gmail.com

ABSTRACT
Background: Pain recorded as a complaint that bring the treatment to the hospital. Nurse
using knowledge can overcome the problem of pain either independently or collaboratively
by using two approaches, pharmacological approaches and nonpharmacological
approaches. Pharmacological therapies such as medication analgesic or pain reliever has
side effects depression, sedation, nausea vomiting and constipation. While the
nonpharmacological therapy has no risks or side effects.
Objective: the purpose of this study is to describe the independent nursing intervention in
patients who have pain in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital.
Methods: This research is descriptive analytic cross sectional approach. Research conducted
in January to Februari 2016 all over the ward inpatient PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II hospital. Respondents consists of 56 patients pain and with accidental sampling
technique.
Results: the results showed that the nursing interventions independent given by nurses to the
respondents pain in the PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital is a technique
deep breath received by 26,8% of respondents, compress warm water received by 1,8% of
respondents, dzikir khafi received by 23,2 % of respondents and therapy Quran received by
25% of respondents.
Conclusion: No nurse that gives intervention independent the fform of efflurage massase,
guiden imagination, music therapy, distraction techniques, aromatherapy, akuplesur
techniques, compress cold water to the patients pain. Intervention compress warm water
almost all the nurse not provide in patients pain, intervention dzikir khafi and therapy Qur’an
received by a small portion
Keywords: Nursing Interventions Independent, Pain

iii
INTISARI
Latar Belakang: Nyeri tercatat sebagai keluhan yang membawa orang berobat keluar masuk
Rumah Sakit. Perawat dengan menggunakan pengetahuannya dapat mengatasi masalah nyeri
baik secara mandiri maupun kolaboratif dengan menggunakan dua pendekatan yaitu
pendekatan farmakologi dan pendekatan non farmakologi. Terapi farmakologis seperti obat-
obatan analgetik atau pereda nyeri memiliki efek samping seperti depresi, sedasi, mual
muntah dan konstipasi, sedangkan pendekatan nonfarmakologi tidak memiliki resiko atau
efek samping yang sangat rendah meskipun metode tersebut bukan untuk penggantian obat-
obatan.
Tujuan: Untuk mengetahui gambaran intervensi keperawatan mandiri pada pasien yang
mengalami nyeri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik. Penelitian
dilaksanakan pada Januari hingga Februari 2016 di seluruh bangsal rawat inap Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Responden terdiri dari 56 pasien nyeri dengan
teknik Accidental sampling.
Hasil Penelitian: Hasil Penelitian menunjukan bahwa intervensi keperawatan mandiri yang
diberikan oleh perawat kepada responden nyeri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit II yaitu teknik nafas dalam diterima oleh 26.8% responden, kompres air
hangat diterima oleh 1.8% responden, dzikir khafi diterima oleh 23.2% responden, terapi
Al-Qur’an diterima oleh 25% responden.
Kesimpulan: Tidak ada perawat yang memberikan intervensi mandiri efflurage massase,
teknik imajinasi terbimbing, terapi musik, teknik distraksi, aromaterapi, teknik akuplesur dan
kompres dingin kepada pasien yang mengalami nyeri. Sebagian besar perawat juga belum
memberikan intervensi nafas dalam. Intervensi kompres air hangat hampir seluruh perawat
belum memberikan pada pasien nyeri, intervensi dzikir khafi dan terapi Al-Quran diterima
oleh sebagian kecil responden

Kata Kunci: Intervensi Keperawatan Mandiri, Nyeri

iv
I. Pendahuluan nyeri baik secara mandiri maupun

kolaboratif dengan menggunakan dua


Hingga saat ini nyeri tercatat sebagai
pendekatan yaitu pendekatan farmakologi
keluhan yang paling banyak membawa
dan pendekatan non farmakologi5.
pasien keluar masuk untuk berobat ke

Rumah Sakit1. Nyeri adalah suatu sensori Pendekatan farmakologi adalah cara

subyektif dan pengalaman emosional yang yang paling efektif untuk menghilangkan

tidak menyenangkan terkait kerusakan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat

jaringan yang aktual maupun potensial, hebat yang berlangsung berjam-jam atau

atau yang di gambarkan dalam bentuk bahkan berhari-hari. Terapi farmakologis

kerusakan tersebut2. seperti obat-obatan analgetik atau pereda

nyeri memiliki efek samping seperti


Ketika pasien merasakan nyeri, pasien
depresi, sedasi, mual muntah dan
tidak dapat menikmati kehidupan dengan
konstipasi6.
nyaman, pada kondisi ini perawat sebagai

tenaga professional yang paling banyak Pendekatan nyeri nonfarmakologis

berinteraksi dengan pasien bertanggung memiliki resiko atau efek samping yang

jawab melakukan manajemen nyeri yang sangat rendah meskipun metode tersebut

tepat3. Manajemen nyeri yang tidak bukan untuk penggantian obat-obatan,

adekuat dapat menimbulkan konsekuensi namun tindakan tersebut diperlukan atau

terhadap pasien dan anggota keluarga. sesuai untuk mempersingkat episode

Pasien dan keluarga akan merasakan nyeri6. Teknik pereda nyeri

ketidaknyamanan yang meningkatkan nonfarmakologi dapat dilakukan perawat

respon stress sehingga mempengaruhi secara mandiri tanpa tergantung pada

kondisi psikologi, emosi, dan kualitas petugas medis lain dimana dalam

hidup4. Perawat dengan menggunakan pelaksanaanya perawat dengan

pengetahuannya dapat mengatasi masalah pertimbangan dan keputusannya sendiri

1
untuk memenuhi kebutuhan dasar dimana bertujuan untuk mengetahui

manusia7. Tujuan dari penatalaksanaan gambaran intervensi mandiri yang

nyeri adalah untuk mengurangi atau dilakukan perawat kepada pasien nyeri.

menghilangkan rasa sakit dan Populasi dalam penelitian adalah seluruh

ketidaknyamanan pasien dengan efek pasien nyeri rawat inap di bangsal RS

samping seminimal mungkin6. PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II

dimana dalam 1 bulan terakhir berjumlah


Menurut Studi pendahuluan yang
70 pasien. Teknik pengambilan sampel
dilakukan peneliti pada bulan November
menggunakan teknik accidental sampling
2015 di enam Bangsal Rumah Sakit PKU
dengan menggunakan kriteria inklusi, dan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
didapatkan jumlah sampel sebanyak 56
didapatkan populasi pasien nyeri dalam 1
responden pasien nyeri. Penelitian
bulan terakhir sebanyak 70 pasien yang
dilakukan pada bulan Januari - Februari
terdiri dari 46 pasien nyeri dewasa dan
2016. Tempat penelitian di RS PKU
sisanya adalah pasien nyeri lansia dan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
anak-anak. Berdasarkan hal tersebut di

atas peneliti tertarik untuk meneliti III. Hasil Penelitian

“Intervensi keperawatan Mandiri pada 1. Distribusi frekuensi responden


berdasarkan usia.
Pasien yang Mengalami Nyeri di Rumah Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia, Jenis
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Kelamin, Suku Bangsa dan Pendidikan Responden
(n=56)
Frekuensi Persentase
Unit II”.
(f) (%)
Usia
II. Metode penelitian 18-25 tahun 17 30.4
26-35 tahun 12 21.4
36-45 tahun 12 20.4
Penelitian ini termasuk penelitian 46-60 tahun 15 27.8
Jenis Kelamin
jenis deskriptif analitik kuantitatif Laki-laki 24 42.9
Perempuan 32 57.1
menggunakan pendekatan cross sectional Suku Bangsa
Jawa 55 98.2

2
Sunda 1 1.8
Pendidikan
SD 10 17.9 Tabel 2
SMP 3 5.3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
SMU/ SMK 30 53.6 Berdasarkan Jenis Nyeri dan Skala Nyeri (n=56)
Perguruan 13 23.2 Frekuensi Persentase
Tinggi (f) (%)
Jenis Nyeri
Berdasarkan tabel 1, dari jumlah total 56 Akut 56 100
Kronis 0 0.00
responden diperoleh hasil untuk distribusi Skala Nyeri
Ringan (1-4) 9 16.1
usia paling banyak adalah responden Sedang (5-7) 30 53.5
Berat (8-10) 17 30.4
dengan usia 18 tahun sampai 25 tahun
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
dengan presentase sebesar 30.4% atau
bahwa seluruh responden yang berjumlah
sejumlah 17 orang. Distribusi jenis
56 orang didapati mengalami nyeri akut
kelamin responden diperoleh hasil
dengan presentase 100% sedangkan untuk
responden terbanyak adalah berjenis
skala nyeri didapatkan hasil yaitu
kelamin perempuan yaitu dengan
responden terbanyak mengalami nyeri
presentase 57.1% atau sejumlah 32 orang.
dengan skala sedang yaitu dengan
Hasil untuk distribusi suku bangsa
presentase 53.5% atau sebanyak 30 orang.
responden didapatkan responden
Tabel 3
terbanyak merupakan responden dengan
Distribusi Frekuensi dilakukannya intervensi
suku bangsa jawa yaitu dengan presentase keperawatan mandiri
Frekuensi Persentase
98.2% atau sejumlah 55 orang. (f) (%)
Efflurage Massase
Berdasarkan tabel diatas untuk distribusi Dilakukan 0 0.00
Tidak 57 100.0
pendidikan terbanyak adalah responden Dilakukan
Teknik Nafas Dalam
dengan tingkat pendidikan Sekolah Dilakukan 15 26.8
Tidak 41 73.2
Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Dilakukan
Imajinasi
Menengah Kejuruan (SMK) dengan hasil Terbimbing 0 0.00
Dilakukan 56 100.0
presentase 53.6% atau sejumlah 30 orang. Tidak
Dilakukan

3
Distraksi menerima intervensi teknik nafas dalam
Dilakukan 0 0.00
Tidak 56 100.0 sebanyak 26.8% atau hanya berjumlah 15
Dilakukan
Terapi Musik orang. Hasil distribusi frekuensi responden
Dilakukan 0 0.00
Tidak 57 100.0 yang menerima intervensi kompres air
Dilakukan
Aromaterapi hangat presentasenya sebesar 1.8% atau
Dilakukan 0 0.00
Tidak 57 100.0 hanya berjumlah 1 orang. Distribusi
Dilakukan
Kompres Dingin frekuensi responden yang menerima
Dilakukan 0 0.00
Tidak 57 100.0 intervensi dzikir khafi sebesar 23.2% atau
Dilakukan
Kompres Hangat berjumlah 13 orang, sedangkan hasil
Dilakukan 1 1.8
Tidak 55 98.2 distribusi frekuensi responden yang
Dilakukan
Akupresur menerima intervensi terapi Al-Qur’an
Dilakukan 0 0.00
Tidak 57 100.0 sebesar 25% atau berjumlah 14 orang.
Dilakukan
Dzikir Khafi IV. Pembahasan
Dilakukan 13 23.2
Tidak 43 76.8 1. Karakteristik Responden
Dilakukan
Terapi Al-Quran Usia responden terbanyak yang didapatkan
Dilakukan 14 75.0
Tidak 42 25.0 pada penelitian ini adalah responden
Dilakukan
dengan usia 18 tahun sampai 25 tahun
Berdasarkan tabel 4.3 diatas di
dengan presentase sebesar 30.4% atau
dapatkan hasil distribusi frekuensi
sejumlah 17 orang. Usia adalah variable
responden yang menerima intervensi
penting yang mempengaruhi nyeri
keperwatan berupa teknik efflurage
terutama pada anak dan orang dewasa6.
massase, imajinasi terbimbing, distraksi,
Perbedaan perkembangan yang ditemukan
terapi musik, aromaterapi, kompres dingin
antara kedua kelompok umur ini dapat
dan intervensi akupresur sebanyak 0% atau
mempengaruhi bagaimana anak dan orang
berjumlah 0 orang, sedangkan untuk hasil
dewasa bereaksi terhadap nyeri8. Anak
distribusi frekuensi responden yang

4
kecil akan sulit mengungkapkan rasa sakit Hal ini terkaitan tempat penelitian yang

yang dialami dibandingkan usia muda atau dilakukan di Rumah Sakit PKU

dewasa. Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang

Usia dewasa secara verbal lebih mudah mayoritas penduduknya adalah orang jawa.

mengungkapkan rasa ketidaknyamanan, Individu mempelajari apa yang di harapkan

dan lansia cenderung lebih samar dalam dan apa yang diterima oleh kebudayaan

mengungkapkan nyeri karena lansia mereka. Budaya mempengaruhi bagaimana

mengeluh sakit lebih dari satu bagian seseorang mengartikan nyeri, bagaimana

tubuh4. lansia cenderung tidak akan mereka memperlihatkan nyeri serta

melaporkan nyeri dengan alasan nyeri keputusan yang mereka buat tentang nyeri

merupakan suatu yang harus mereka yang dirasakannya8.

terima9. Karakteristik responden dalam

Karakteristik responden berdasarkan penelitian ini berdasarkan tingkat

jenis kelamin pada kelompok penelitian pendidikan terbanyak adalah responden

adalah 57.1% responden berjenis kelamin dengan tingkat pendidikan Sekolah

perempuan. Beberapa kebudayaan Menengah Umum (SMU) atau Sekolah

mempengaruhi jenis kelamin misalnya ada Menengah Kejuruan (SMK) yaitu sebesar

yang mengganggap bahwa seorang laki-laki 53.6%. Faktor internal yang mempengaruhi

harus berani dan tidak boleh menangis persepsi nyeri adalah faktor pengetahuan.

sedangkan seorang perempuan boleh Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh

menangis dalam situasi yang sama11. dalam pemberian respon terhadap sesuatu

Karakteristik responden berdasarkan yang akan datang baik dalam maupun luar.

suku bangsa pada kelompok penelitian Orang dengan pendidikan tinggi akan

didominasi oleh suku bangsa Jawa yaitu memberikan respon lebih rasional

sebanyak 98.2% atau berjumlah 55 orang. dibandingkan dengan yang perpendidikan

5
rendah. Hal ini didukung oleh Asri dalam ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya

Margono (2014), yang menyatakan tingkat menurun sejalan dengan terjadinya

pendidikan mempengaruhi persepsi nyeri penyembuhan6.

seseorang dalam merasakan nyeri. Skala nyeri pada penelitian ini

Seseorang yang mempunyai pendidikan menunjukan bahwa sebanyak 53.5%

tinggi akan mempunyai toleransi nyeri responden mengalami nyeri dengan

yang tinggi. intensitas nyeri skala sedang. Nyeri sedang

Karakteristik jenis nyeri pada penelitian yaitu bila skala intensitas nyeri numerik 5-7

ini menunjukan bahwa 100% responden (Langganawa, 2014). Menurut Tamsuri

mengalami nyeri dengan jenis nyeri akut. (2007), nyeri dengan skala sedang erat

Responden terbanyak yang ditemui peneliti kaitannya dengan kecemasan yang

adalah responden dengan keluhan nyeri dirasakan oleh pasien. Hubungan antara

post operasi, nyeri akibat cidera serta nyeri nyeri dan kecemasann seringkali

akibat melahirkan sehingga nyeri tersebut meningkatkan persepsi nyeri, namun nyeri

tergolong nyeri akut yang akhirnya juga dapat menimbulkan perasaan asietas.

menghilang dengan atau tanpa pengobatan Pernyatan tersebut didukung oleh teori

setelah keadaan pulih atau sembuh pada yang menyatakan bahwa stimulus nyeri

area yang rusak. mengaktifkan bagian syaraf limbik yang

Nyeri akut merupakan nyeri yang diyakini mengendalikan emosi seseorang,

berlangsung dari beberapa detik hingga khususnya asietas. Sistem limbik dapat

kurang dari 6 bulan biasanya dengan awitan memproses reaksi emosi terhadap nyeri

tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan yakni memperburuk atau menghilangkan

cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan nyeri.

bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Sedangkan nyeri yang tidak reda dapat

Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak mempengaruhi system pulmonary,

6
kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dialami responden menurun dalam rentang

dan immunologik. Seseorang yang skala nyeri ringan.

mengalami nyeri berarti tidak terpenuhi Effleurage merupakan teknik masase

kebutuhan rasa nyaman, seseorang yang yang aman, mudah untuk dilakukan, tidak

nyeri akan mencari pertolongan untuk memerlukan banyak alat, tidak

memenuhi kebutuhan rasa nyamannya12. memerlukan biaya, tidak memiliki efek

2. Intervensi Keperawatan Mandiri samping dan dapat dilakukan sendiri atau

a. Efflurage Massase dengan bantuan orang lain13. Seperti yang

Intervensi keperawatan mandiri yang kita ketahui bahwa pasien nyeri

seharusnya diberikan oleh perawat kepada membutuhkan suatu intervensi dari perawat

pasien yang mengalami nyeri salah satunya yang akan memberikan kenyamanan

adalah efflurage massase. Responden terutama meredakan nyerinya tanpa efek

dengan keluhan nyeri pada penelitian ini samping seperti pada pemberian intervensi

100% menyatakan tidak menerima obat. Gordon, Frotjod & Bloomfild, (2015)

intervensi efflurage massage. mengatakan, tidak diterimanya intervensi

Intervensi efflurage massase efflurage massase oleh pasien nyeri bisa

seharusnya dapat diterapkan pada pasien dikarenakan perawat belum sepenuhnya

yang mengalami nyeri sebagaimana menggunakan keterampilan kliniknya.

penelitian Nastiti pada tahun (2012), yang b. Teknik Dstraksi

menyebutkan bahwa rentang nyeri yang Responden penelitian sebanyak 100%

dirasakan 24 responden post partum juga menyatakan tidak menerima intervensi

sebelum diberikan teknik efflurage ada mandiri berupa teknik distraksi. distraksi

pada rentang nyeri berat, namun setelah yang memfokuskan perhatian pasien pada

diberikan efflurage massase nyeri yang sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi

strategi yang sangat berhasil untuk

7
mengatasi nyeri dimana distraksi diduga Tidak diterapkannya intervensi distraksi

dapat menurunkan persepsi nyeri dengan oleh perawat sebagai pentalaksanaan nyeri

menstimulasi sistem kontrol desenden, yang pada responden bisa dikarenakan perawat

mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri belum aktif dalam mengexplore berbagai

yang ditransmisikan ke otak6. sumber penelitian. Sementara literatur dan

Salah satu teknik distraksi yang dapat jurnal mengenai intervensi distraksi juga

dilakukan dalam penatalaksanaan nyeri masih belum banyak diteliti, sehingga pada

lainnya adalah dengan menonton film cartun akhirnya intervensi ini kurang dapat

animasi, dimana ini terbukti dalam dijadikan sebagai intervensi bagi perawat.

penelitiannya bahwa dengan diberikan c. Terapi Musik

distraksi berupa menonton film cartun Intervensi keperawatan mandiri berupa

animasi efektif dalam menurunkan nyeri terapi musik juga tidak diterapkan atau tidak

anak usia prasekolah saat pemasangan infus. diberikan pada responden. Sebanyak 100%

intervensi distraksi sebagai pentalaksanaan responden menyatakan tidak menerima

nyeri menurut sumber yang peneliti temukan intervensi terapi musik.

yaitu intervensi tersebut lebih cocok Keefektifan terapi musik dibuktikan

diterapkan dan diberikan pada pasien anak- pada penelitian yang dilakukan oleh Lestari,

anak sebagaimana pernyataan Jacobson Machmudah dan Elisa (2014), dimana terapi

dalam James dkk (2012), penggunaan musik efektif dalam menurunkan nyeri

metode non farmakologi untuk mengatasi pasien kanker payudara pada stadium awal

masalah nyeri pada anak lebih mudah dan di Rumah Sakit Umum Dr. H Soewondo

dapat dilakukan oleh perawat. Salah satu Kendal.

yang banyak digunakan adalah teknik Seperti yang kita ketahui bahwa

distraksi. penelitian dan literature tentang intervensi

terapi music sudah banyak dilakukan

8
diantaranya sudah peneliti sebutkan di atas. aromaterapi telah dibuktikan oleh banyak

Kurangnya perawat dalam mengaplikasikan sumber dari berbagai penelitian diantaranya

sumber-sumber literature dan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh

tentang terapi musik menurut Erlin dalam Bangun & Nur’aeni (2013), tentang

Amirullah (2013) dipengaruhi oleh tingkat “Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap

pengetahuan. Berbicara mengenai tingkat Intensitas Nyeri Pada Pasien Pasca Operasi

pengetahuan sangat erat kaitannya dengan Di RS Dustira Cimahi” menunjukan hasil

pendidikan. Seperti yang peneliti jabarkan adanya perbedaan intensitas nyeri antara

pada deskripsi wilayah penelitian bahwa di sesudah dan sebelum diberikan aromaterapi.

sana sudah tertera bahwa rata-rata perawat Pemberian aromaterapi pada responden

Rumah Sakit PKU Muhamadiyah untuk menurunkan tingkat nyeri seharusnya

Yogyakarta Unit II adalah dengan menjadi hal yang lumrah dan dapat

pendidikan D3 dan S1, namun walaupun dilakukan oleh perawat dalam memberikan

demikian nyatanya terbukti bahwa tingkat asuhan keperawatan. Namun dalam kasus

pendidikan tidak dapat menjamin ini peneliti mendapatkan hasil bahwa tidak

pengetahuan seseorang. ada satupun perawat yang memberikan

d. Aromaterapi aromaterapi. Salah satu faktor yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa mendukung diaplikasikannya intervensi

intervensi pemberian aromaterapi tidak pemberian aromaterapi dalam menurunkan

diberikan oleh perawat. Sebanyak 100% nyeri berkaitan dengan pelaksanaan standar

responden menyatakan tidak menerima operasional prosedur (SOP) di Rumah Sakit.

intervensi pemberian aromaterapi Intervensi Rumah Sakit PKU Muhamadiyah

aromatepi seharusnya diberikan perawat Yogyakarta Unit II belum memberikan

kepada pasien guna menurunkan nyeri yang kebijakan mengenai standar operasional

pasien rasakan dimana keefektifan penatalaksanaan nyeri terutama dengan

9
metode penggunaan aromaterapi sehingga - berat terkontrol dan setelah dilakukan

dapat di artikan bahwa perawat perlu Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)

menyiapkan dan menyediakan secara berada pada skala nyeri ringan-sedang.

mandiri sehingga faktor tersebutlah yang Jemes (2012) mengatakan bahwa sudah

mendukung tidak terlaksananya intervensi menjadi tugas perawat untuk memilih

pemberian aromaterapi. Oleh karenanya di metode yang tepat dan menciptakan

harapkan kedepannya Rumah Sakit dapat lingkungan yang nyaman ketika melakukan

mengembangkan standar operasional tindakan pada pasien. Menurut Ilmiasih

prosedur (SOP) dalam pemberian intervensi (2013) salah satu faktor kendala yang

keperawatan mandiri khususnya aromaterapi dihadapi perawat bangsal adalah beban kerja

e. Teknik Imajinasi Terbimbing yang tinggi dengan perbandingan antara

Selanjutnya untuk hasil penelitian jumlah perawat dan pasien serta tingkat

intervensi teknik imajinasi terbimbing pada ketergantungan pasien yang tidak seimbang

penelitian ini didapatkan hasil sebanyak sehingga manajemen nyeri menjadi tidak

100% responden menyatakan tidak optimal untuk dilaksanakan.

menerima intervensi teknik imajinasi f. Kompres Dingin

terbimbing.. Intervensi selanjutnya yang tidak

Beberapa penelitian telah berhasil diterima oleh responden adalah pemberian

membuktikan keefektifan teknik imajinasi kompres dingin. Sebanyak 100% responden

terbimbing, diantaranya adalah penelitian menyatakan tidak menerima intervensi

yang dilakukan oleh Yantu (2014), kompres dingin ketika merasakan nyeri.

didapatkan hasil bahwa Intensitas nyeri yang peneltian yang mendukung keberhasilan

dirasakan oleh responden sebelum dilakukan kompres dingin dilakukan oleh Khodijah

teknik Guided Imagery (Imajinasi (2011), dalam penelitiannya tentang

terbimbing) berada pada skala nyeri sedang “Efektivitas kompres dingin terhadap

10
penurunan intensitas nyeri pada pasien

fraktur di Ruang Rindu B RSUP. H. Adam g. Teknik Akuplesur

Malik Medan” menyimpulkan bahwa pasien


Selanjutnya intervensi yang tidak
fraktur yang diberikan kompres dingin
diberikan oleh perawat pada responden
mengalami penurunan nyeri yang signifikan.
adalah teknik akupresur. Sebanyak 100%
Dengan demikian harusnya terapi ini dapat
responden menyatakan tidak menerima
diberikan pada pasien yang mengalami
terapi akupresur.
nyeri.
Teknik akupresur harusnya dapat
Salah satu faktor tidak terlaksananya
dijadikan sebagai terapi non farmakologi
intervensi mandiri perawat dalam mengatasi
pereda nyeri sebagaimana keberhasilan
nyeri seperti kompres dingin menurut
teknik akupresur ini dalam berbagai
Maudiah (2013), adalah karena faktor
penelitian, diantaranya penelitian yang
motivasi perawat. Maudiah (2013) juga
dilakukan oleh Damayanti pada tahun
memaparkan bahwa motivasi perawat erat
(2011), yang membuktikan bahwa teknik
kaitannya dengan pengetahuan perawat,
akupresur berpengaruh terhadap penurunan
sehingga apabila seseorang memiliki konsep
nyeri persalian kala I.
dasar ilmu yang baik juga akan memiliki

perilaku yang baik pula sehingga membuat Akupresur juga aman untuk dilakukan

perawat semakin termotivasi untuk sendiri walaupun belum pernah melakukan

melakukan dengan baik pelaksanaan sebelumnya, asalkan mengikuti petunjuk

manajemen nyeri non farmakologi pada yang ada. Tidak ada efek samping dari obat

pasien nyeri sesuai dengan kemampuan karena tidak menggunakan obat. Namun

yang dimilikinya terutama kompres dingin akupresur tidak menimbulkan bahaya karena

yang dalam bidang ilmu keperawatan tidak menggunakan bahan kimia, sehingga

banyak digunakan untuk mengurangi nyeri. diyakini tidak terdapat efek negatif22. .

11
Faktor yang mempengaruhi tidak Namun harusnya intervensi ini dapat

dilakukannya intervensi keperawatan diaplikasikan kepada lebih banyak

terutama akuplesur ini kepada pasien nyeri responden nyeri.

menurut Notoadmojo dalam Mudiah (2013), Faktor yang mendukung dilakukannya

adalah karena pengalaman. Maudiah (2013) intervensi nafas dalam dari pernyataan salah

juga mengatakan bahwa pengalaman satu perawat dipengaruhi oleh metode serta

merupakan suatu cara untuk memperoleh caranya yang simple dari teknik nafas

suatu kebenaran pengetahuan. Oleh dalam, serta pada umumnya teknik ini selalu

karenannya pengalaman pribadi perawat dilakukan perawat dan petugas medis

tentang bagaimana mengatasi nyeri dapat lainnya saat akan melakukan tindakan atau

menjadikan suatu pengetahuan untuk prosedur sebagai contonya adalah

perawat, sehingga diharapkan perawat dapat pemasangan infus. Saat sebelum

mengaplikasikan intervensi-intervensi nyeri pengambilan data peneliti sempat menanyai

terutama teknik akuplesur yang menurut dua orang perawat Bangsal Naim mengenai

Turana (2004), akupresur juga aman untuk intervensi mandiri yang telah diberikan

dilakukan sendiri walaupun belum pernah kepada pasien nyeri, dan dari pernyataan

melakukan sebelumnya, asalkan mengikuti perawat tersebut intervensi nafas dalam

petunjuk yang ada adalah yang paling umum sering dilakukan,

sehingga dengan demikian peneliti


h. Nafas Dalam
berasumsi bahwa dilakukan dan tidak
Intervensi nyeri yang diberikan
dilakukannya intervensi ini kembali kepada
perawat kepada responden adalah nafas
faktor pengalaman perawat.
dalam. Intervensi tersebut diberikan perawat
Bukti keefektifan nafas dalam
pada responden namun hanya sebanyak
dibuktikan pada penelitian yang dilakukan
28.8% responden yang menyatakan
oleh Sujadmiko (2013), bahwa nafas dalam
menerima intervensi tekhnik nafas dalam.

12
efektif dalam penurunan nyeri pada pasien melakukan intervensi nyeri adalah sikap dan

post operasi sectio caesarea dimana keyakinan. Sikap dari petugas kesehatan

sebelum dilakukan metode relaksasi napas mempengaruhi manajemen nyeri. Banyak

dalam sebagian besar responden yaitu 43 perawat memilih untuk tidak memberikan

responden (66,2 %) dari 65 responden pengetahuan pada klien tentang nyeri karena

mengalami nyeri sedang, sedangkan sesudah menurut perawat klien akan merasa takut

dilakukan metode relaksasi napas dalam dan menyangkal terkait nyeri9. Perawat

sebagian besar responden yaitu 37 seharusnya menerima laporan klien akan

responden (56,9 %) dari 65 responden adanya nyeri dan bertindak sesuai pedoman

mengalami nyeri ringan. professional, pernyataan sikap berdasarkan

i. Kompres Air Hangat bukti riset yang ada sehingga pasien dapat

merasakan dan mendapatkan asuhan


Pemberian intervensi kompres hanggat
keperawatan yang optimal.
hanya diterima oleh 1.8% respon. Perawat

harusnya dapat menerapkan terapi Sangat disayangkan sekali bahwa

nonfarmakologi kompres hangat kepada intervensi pembeian kompres hangat ini

lebih banyak responden yang mengalami hanya diterima oleh 1.8% pasien atau hanya

nyeri sebagaimana pernyataan menurut 1 orang pasien saja yang menerimanya,

Dolatian, Hasanpour, Montazeri & Hesmat padahal seperti yang banyak literature dan

(2011), bahwa metode non farmakologis penelitian sebutkan bahwa kompres hangat

kompres hangat mempunyai resiko yang dapat membantu pasien dalam meredakan

sangat rendah, bersifat murah, simpel, nyerinya sebagaimana keefektifan kompres

efektif, tanpa efek yang merugikan dan hangat telah dibuktikan oleh banyak

dapat meningkatkan kepuasan. penelitian diantaranya adalah penelitian

yang dilakukan Pratintya (2012), tentang


Menurut Potter & Perry, (2010) faktor
pengaruh kompres hangat dalam
yang mempengaruhi perawat dalam

13
menurunkan nyeri persendian atau intervensi tersebut bukan dilakukan oleh

osteoarthritis pada lanjut usia di panti perawat bangsal. Intervensi dzikir khafi

Weredha Budhi Dharma Ponggolan diberikan oleh seorang rohaniawan yang

Umbulharjo Yogyakarta merupakan salah satu fasilitas dari Rumah

Sakit. Rumah sakit telah berupaya dalam


j. Dzikir Khafi
memenuhi dan memfasilitasi pasien
Intervensi selanjutnya yang diterima
diantaranya memberikan rohaniawan namun
oleh responden adalah dzikir khafi. Namun
walaupun demikian perawat seharusnya juga
pada penelitian ini hanya 23.2% responden
dapat mengaplikasikan intervensi dzikir
yang menyatakan menerima intervensi
khafi pada pasien yang mengalami nyeri
tersebut. Terapi nyeri dengan dzikir khafi
karena seperti yang kita ketahui bahwa nyeri
seharusnya dapat diberikan perawat kepada
tidak dapat diprediksi kapan akan muncul
lebih banyak responden yang mengalami
dan seberapa berat intensitasnya.
nyeri dimana keefektifan dzikir khafi
k. Terapi Al-Quran
dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan

oleh Hidayat pada tahun 2014 yaitu dzkir Intervensi keperawan mandiri yang

khafi untuk menurunkan skala nyeri diberiakan oleh perawat kepada pasien

osteoarthritis pada lansia. Hasil penelitian nyeri selanjutnya adalah terapi Al-Quran.

tersebut menunjukan bahwa dzikir khafi Sebanyak 25% responden menyatakan

efektif untuk menurunkan skala nyeri menerima intervensi terapi Al-Quran.

osteoarthritis pada lansia di Panti Sosial


Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Trisna Werda (PSTW) Unit Budi Luhur
Yogyakarta Unit II adalah Rumah Sakit
Bantul Yogyakarta.
Islami dimana dalam praktiknya untuk
Seanyak 23.2% pasien yang
memenuhi kebutuhan spiritual pasien yaitu
mengatakan bahwa mereka menerima
salah satunya dengan memfasilitasi pasien
intervensi berupa dzikir khafi, namun
dengan diperdengarkannya bacaan ayat suci

14
Al-Quran kepada seluruh pasien di bangsal Al-Quran, dan mengingat Allah (dzikir)

baik melalui speeker yang ada di setiap akan menyebabkan respon relaksasi yang

ruangan bangsal maupun dibacakan secara akan menyebabkan penurunan tekanan

langsung. Hal ini menunjukan bahwa darah, penurunan oksigen konsumsi,

pemberian terapi Al-Quran yang diterima penurunan denyut jantung dan pernapasan.

responden bukan berasal dari intervensi V. Kesimpulan

mandiri perawat. Namun walaupun


Berdasarkan hasil penelitian dan
demikian seharusnya perawat memahami
pembahasan pada penelitian ini dapat
serta mengaplikasikan intervensi-intervensi
disimpulkan beberapa hal, yaitu:
yang sekiranya dibutuhkan oleh pasien
1) Sebagian besar responden nyeri adalah
terutama pasien yang mengalami nyeri
pasien dengan usia 18-25 tahun,
Keefektifan terapi Al-Quran dalam
sedangkan jenis responden terbanyak
penurunan nyeri telah banyak diteliti
yaitu berjenis kelamin perempuan dan
diantaranya adalah penelitian yang
hampir semuannya bersuku bangsa
dilakukan Sodikin pada tahun 2012 tentang
Jawa, sedangkan sebagian besar tingkat
pengaruh pemberian terapi bacaan Al-
pendidikan responden adalah
Quran melalui audio kepada 20 responden
SMU/SMK.
post operasi hernia menunjukan adanya
2) Seluruh responden nyeri pada penelitian
pengaruh terapi bacaan Al-Quran melalui
ini mengalami jenis nyeri akut dan
media audio terhadap respon nyeri pasien
sebagian besar dengan skala nyeri
post operasi hernia di RS Cilacap.
sedang.
Pernyataan Ibrahim B. Syed dalam
3) Tidak ada perawat yang memberikan
Istiqomah (2013), tentang hasil penelitian
intervensi berupa efflurage massase pada
Herbert Benson dari Harvard University
pasien yang mengalami nyeri.
yang menunjukkan bahwa doa, membaca

15
4) Tidak ada perawat yang memberikan 12) Hanya sebagian kecil pasien nyeri yang

intervensi berupa teknik imajinasi menerima intervensi berupa dzikir khafi.

terbimbing pada pasien yang mengalami 13) Hanya sebagian kecil pasien nyeri yang

nyeri. menerima intervensi berupa terapi Al-

5) Tidak ada perawat yang memberikan Quran.

intervensi berupa teknik distraksi pada VI. Saran

pasien yang mengalami nyeri. 1. Bagi Rumah Sakit diharapkan

6) Tidak ada perawat yang memberikan mampu dalam menyusun intervensi

intervensi berupa terapi musik pada mandiri perawat untuk nyeri dalam

pasien yang mengalami nyeri. standar operasional prosedur (SOP)

7) Tidak ada perawat yang memberikan dan Rumah Sakit dapat memberikan

intervensi berupa aromaterapi pada reward kepada perawat yang

pasien yang mengalami nyeri. mengaplikasikan intervensi

8) Tidak ada perawat yang memberikan mandirinya.

intervensi berupa kompres dingin pada 2. Bagi perawat dapat mengaplikasikan

pasien yang mengalami nyeri. hasil penelitian tentang efektifitas

9) Tidak ada perawat yang memberikan terapi nonfarmakologi atau

intervensi berupa teknik akuplesur pada intervensi-intervensi keperawatan

pasien yang mengalami nyeri. mandiri untuk meningkatkan

10) Sebagian besar perawat belum adaptasi regulator tubuh pasien

memberikan intervensi nafas dalam dengan nyeri.

kepada pasien yang mengalami nyeri. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan

11) Hampir seluruh perawat tidak dapat melanjutkan penelitian terkait

memberikan kompres air hangat untuk yaitu intervensi keperawatan mandiri

pasien yang mengalami nyeri.

16
yang paling efektif pada pasien nyeri 9. Potter, P. A.,& Perry, A. G. (2006).
Buku Ajar Fundamental
rawat inap di Rumah Sakit Keperawatan.Vol 2 Edisi 4.Jakarta:EGC
10. Yantu, F. (2014). Pengaruh Teknik
Daftar Pustaka Guided Imagery (Imajinasi Terbimbing)
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien
1. JMJ. (2014). Jurnal Online Medika Edisi Post Apendektomi Di Ruangan Bedah
No 2 Vol X1 2014 : RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota
www.jurnalmedika.com/edisi-tahun- Gorontalo
2014/edisi-no-02-vol-xi-2014/667- 11. Andari, F, N. (2015). Pengaruh Pelatihan
fokus/1503-pentingnya-aktualisasi- Peregangan Senam Ergonomis Terhadap
penanganan-nyeri-kronis Penurunan Skor Nyeri Muskuloskeletal
Disorders (MSDs) Pada Perkerja
2. Meliala, L. Suryamiharja, A. (2007). Pembuat Kaleng Alumunium
Penuntun Penatalaksanaan Nyeri 12. Kolcaba, K. (2003). Comfort Care in
Neuropatik :ISBN Nursing. www. nurses. info/
3. Karendehi,Rompas,Bidjuni.(2015).Peng nursing_theory_midrange_
aruh Pemberian Musik Terhadap Skala 13. Turana, Yuda,. (2004). Akupresur. From
Nyeri Akibat Perawatan Luka Bedah hptt://www.medikaholistik.com.
Pada Pasien Pasca Operasi Di Ruang 14. Hidayat, S. (2014). Dzkir Khafi Untuk
Perawatan Bedah Flamboyan Rumah Menurunkan Skala Nyeri Osteoarthritis
Sakit TK.III 07.06.01R.W Monginsidi Pada Lansia.
Manado. 15. Damayanti, D, R, E. (2011). Pengaruh
4. Ignatavicius & Workman. (2006). Pemberian Teknik Akuplesur Titik Pada
Mrdical Surgical Nurshing Critical Tangan Terhadap Nyeri Persalinan Pada
Thingking For Collaborative Care. Vol. Ibu Intranatal Kala 1 Di RSU PKU
2. Elsevier sauders : Ohia Muhammadiyah Bantul
5. Saifullah, A. (2015). Hubungan Tingkat 16. Khodijah, S. (2011). Efektivitas kompres
Pengetahuan Perawat dengan Tindakan dingin terhadap Penurunan intensitas
Perawat dalam Managemen Nyeri Post nyeri pada pasien fraktur.
Operasi di Bangsal Bedah RSUD DR 17. Istiqomah, Indriana Noor. (2013).
Suehadi Prijonegoro Sragen. Reduced Addiction In Drugs Abusers
6. Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Undergoing Dhikr At Ponpes Inabah
Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah XIX Surabaya. Folia Medica
Bruner dan Suddart (Textbook of Indonesiana Vol. 49 No. 1
Medical-Surgigal Nursing).Edisi 8 18. Nastiti. (2012). Perbedaan Efektifitas
volume 1. Alih Bahasa:Monica Ester. Teknik Back Efflurage dan Teknik
Jakarta:EGC Counter Plessure Terhadap tingkat
7. Bangun,A .V. Nur’eni. (2013). Nyeri Pinggang Kala1 Fase Aktif
Aromaterapi Lavender Terhadap Persalinan
Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca 19. Sodikin. (2012). Pengaruh Terapi
Operasi di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Bacaan Al-Quran Melalui Media Audio
Jurnal Keperawatan Suderman, Vol Terhadap Respon Nyeri Pasien Post
8,No.2,Juli. Operasi Hernia Di RS Cilacap
8. Lewis. et al. (2011). Life Satisfaction 20. Gordon, C, J. Astrid, F. Jacqueline, G,
And Student Engagement In B. (2015). Nursing Students Blood
Adolescents. Journal Of Youth & Pressure Measurement Accuracy
Adolescence Durung Clinical Pratic. Journal Of
Nursing Education And Practice. Vol. 5.
No. 5

17
21. James, J. Ghai, S. Sharma, N. (2012).
Effectiveness of"Animated Cartoons" as
a distraction strategy on behavioural
response to pain perception among
children undergoing venipuncture.
22. Lestari, A, P. (2015). Pengaruh
Stimulasi Kutaneus (Slow Stroke Back
Massage) Terhadap Intensitas Nyeri
Haid Pada Siswi Kelas XI SMA
Muhammadiyah 7 Yogyakarta.
23. Amirullah, H (2013). Faktor-faktor
Yang Berhubungan Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanudin
Makasar
24. Dolatian M, Hasanpour A, Montazeri S,
Hesmat R, Majd A. (2011). The effect of
reflexology on pain intensity and
duration of labor on primiparas.
Tersedia dari: URL: HYPERLINK
http:/www.ircmj.com
25. Pratintya, A, W. (2012). Pengaruh
Kompres Hangat Dalam Menurunkan
Nyeri Persendian Atau Osteoarthritis
Pada Lanjut Usia Di Panti Weredha
Budhi Dharma Ponggolan Umbulharjo
Yogyakarta
26. Sujatmiko. (2013). Pemberian Metode
Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post
Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Pulih
Sadar RSUD Dr. Soeroto Ngawi
27. Ilmiasih, R. (2013). Promosi Manajemen
Nyeri Nonfarmakologi Oleh Keluarga
Pada Pasien Post Oerasi Di Ruang BCH
RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
28. Mudiah, S. (2013). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam
Pelaksanaan Manajemen Nyeri Non
Farmakologi Pada Pasien Pasca
Operasi

18
19

Vous aimerez peut-être aussi