Vous êtes sur la page 1sur 21

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319878134

KREATIVITAS BERBAHASA DALAM SASTRA ANAK INDONESIA

Article · May 2017


DOI: 10.26499/madah.v7i2.423

CITATIONS READS

0 643

1 author:

Dessy Wahyuni
Universitas Gadjah Mada
11 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dessy Wahyuni on 22 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


KREATIVITAS BERBAHASA DALAM SASTRA ANAK INDONESIA

Dessy Wahyuni

Balai Bahasa Provinsi Riau


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru, 28293
Pos-el: dessy_wahyuni@yahoo.com

Abstract

Children literature, ideally, is a form of imaginatif creation in using language which is


appropriate with children’s world and need. Children literature should be able to present
understanding and experiences of aesthetic values (especially in using language.
Therefore, children literature are really expected to have meaningful values for children.
Otherwise, in fact, the value of meaningfulness for children often neglected. By
implementing stylistic approach, the writing of this article to highlight ten folklore books
published byPusat Bahasa that intended to children. These story books are selected
randomly in order to observe creativity in using language in the opening and closing
setences in the stories. This article attempts to observe the realtionship among language,
creativity and children literature. The basic assumption is that improving language
creativity (for children) are able to be carried out through children literature. However, by
applying descriptive analysis method, the result of this article shows that the children
literature users as a media to improve the creativity in using language have not reached
maximal potention. The imagination world that is produced from children’s way of
thinking to produce creativity in using language are necessary to be developed and to be
explored by creating children literature that are produced by using interesting syle.
Keywords: creativity in using language, children literature, stylictic

Abstrak

Sastra anak, idealnya, merupakan bentuk kreasi imajinatif berbahasa yang sesuai dengan
dunia dan kebutuhan anak. Sastra anak seharusnya mampu menghadirkan pemahaman dan
pengalaman nilai-nilai estetika (berbahasa, khususnya). Sastra anak, dengan demikian,
benar-benar dapat diharapkan memiliki nilai kebermaknaan bagi anak-anak. Namun, dalam
kenyataannya, nilai kebermaknaan bagi anak-anak itu sering terabaikan. Melalui
pendekatan stilistika, penulisan ini menyorot sepuluh cerita rakyat terbitan Pusat Bahasa
yang diperuntukkan bagi anak. Buku-buku cerita ini dipilih secara acak untuk melihat
kreativitas berbahasa pada kalimat pembuka dan penutup cerita. Tulisan ini hendak
mencoba melihat keterkaitan antara bahasa, kreativitas, dan sastra anak. Asumsi dasarnya
adalah membangun kreativitas berbahasa (pada anak) dapat dilakukan melalui sastra anak.
Akan tetapi, dengan menggunakan metode deskriptif analisis, hasil penulisan ini
memperlihatkan bahwa pemanfaat sastra anak sebagai media pembangun kreativitas
berbahasa masih belum mencapai potensi yang maksimal. Dunia imajinasi yang dihasilkan
oleh pola pikir anak untuk menghasilkan kreativitas berbahasa masih perlu dikembangkan
dan digali melalui penciptaan karya sastra anak yang dikemas dengan gaya bahasa yang
menarik.
Kata kunci: kreativitas berbahasa, sastra anak, stilistika

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 127


Naskah diterima : 15 Maret 2016 2010:3) mengatakan bahwa sastra anak
Naskah disetujui : 20 Juni 2016 adalah karya yang khas (dunia) anak,
dibaca anak, serta—pada dasarnya—
1. Pendahuluan dibimbing orang dewasa. Sastra anak
Buku adalah jendela dunia. Melalui dikemas dengan format yang menarik,
buku kita bisa berkeliling dunia dengan menggunakan elemen sastra yang lazim
menggunakan paket hemat. Buku seperti sudut pandang, latar, watak, alur
merupakan solusi pemecah kebodohan dan konflik, tema, dan gaya, serta adanya
dan membaca adalah kuncinya. Untuk itu, kejujuran dalam penulisan dan informasi
budaya membaca sangat penting untuk yang memperluas wawasan.
dikenalkan sejak dini kepada anak, sebab Akan tetapi, perkembangan sastra
dengan membaca akan memperluas anak terbitan lokal di Indonesia relatif
wawasan. Dengan gemar membaca buku ketinggalan bila dibandingkan dengan
tentu akan menambah pengetahuan anak negara-negara asing. Karya sastra asing,
dan dapat menjadikannya manusia yang baik terjemahan maupun saduran, dengan
berkualitas di masa depan. mudah diperoleh di toko-toko buku dan
Membaca merupakan kemampuan sangat laris di pasaran.
yang terpenting bagi seseorang, karena Hal ini terjadi disebabkan beberapa
dapat membuka wawasan terhadap hal. Pertama, secara kualitas, penampilan
banyak pengetahuan. Jutaan anak yang karya terjemahan ini jauh di atas karya
menghabiskan waktu di depan televisi sastra anak lokal. Secara fisik, karya
ataupun video game sering gagal untuk terjemahan memiliki tampilan gambar
meningkatkan kemampuan membaca yang menawan, warna-warni yang
mereka, sehingga mereka melewati memesonakan, serta menggunakan kertas
banyak hal yang berharga. Mengajar yang menarik. Selain itu, karya sastra
anak membaca adalah tugas utama yang anak lokal sering terjebak pada aspek
penting. Setelah itu, upaya untuk pragmatis yang harus ditonjolkan,
menjadikan membaca sebagai suatu sehingga terciptalah karya yang kaku
kebutuhan merupakan langkah dengan tema yang monoton, serta
selanjutnya. munculnya kesan menggurui yang
Dalam hal ini, karya sastra berfungsi disebabkan oleh unsur didaktik yang
mengembangkan kemampuan membaca, kuat. Tidak adanya program sastra di
berpikir naratif, dan mengembangkan sekolah-sekolah yang membicarakan
wawasan. Pemanfaatan sastra anak karya sastra anak lokal juga menjadi
merupakan salah satu upaya untuk dapat salah satu penyebab buku bacaan anak
meningkatkan minat baca serta karya pengarang dalam negri nyaris tak
mengembangkan kemampuan bahasa tersentuh.
pada anak. Membacakan cerita atau puisi Sebenarnya, karya terjemahan dari
anak dapat menggerakkan minat mereka Amerika, Jepang, dan negara lain tersebut
dalam membaca. Menyimak cerita dapat sangat bermanfaat untuk mengisi
memperkenalkan pola-pola bahasa serta kekosongan karya asli Indonesia. Karya-
pengembangan kosakata dan maknanya. karya terjemahan maupun saduran
Riris K. Toha-Sarumpaet dalam tersebut tetap bisa menumbuhkan minat
bukunya Pedoman Penelitian Sastra baca pada anak. Hanya saja dengan
Anak: Edisi Revisi (Jakarta: Pusat Bahasa membaca karya-karya terjemahan itu,
Kementrian Pendidikan Nasional, anak-anak Indonesia lebih mengenal

128 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


kebudayaan asing dan seolah-olah telah Bahasa sangat berperan sebagai
melupakan budaya bangsanya sendiri. media untuk melakukan dan melahirkan
Untuk mengisi kekosongan dan sekaligus pikiran kreatif. Oleh karena itu, peran
menjadi sumber inspirasi bagi pengarang- bahasa tidak bisa dilepaskan dari kegiatan
pengarang asli Indonesia, tidak ada kreatif seseorang. Dengan kata lain,
salahnya kalau karya terjemahan seperti dua sisi mata uang, bahasa dan
digalakkan. Namun, tentu saja karya kreativitas merupakan dua sisi berbeda
sastra anak lokal harus tetap muncul di yang tidak bisa dipisahkan. Kreativitas
permukaan. berbahasa seseorang akan terlihat dari
Keberadaan bahan bacaan asing, penggunaan kata, kalimat, maupun
yang konon sangat dipuja sebagian besar wacana dalam pola pengembangan
bangsa Indonesia (mulai dari kalangan gagasan terhadap teks yang
anak-anak hingga dewasa), ini ternyata dihasilkannya.
sedikit banyaknya membelenggu Untuk dapat digunakan sebagai alat
kreativitas (berbahasa) anak. Hal ini komunikasi atau media menciptakan
terlihat dari beberapa karya sastra anak kreativitas, bahasa harus dipelajari
yang ada serta sikap berbahasa anak terlebih dahulu. Memang, potensi untuk
dalam keseharian. Selain itu, terdapat dapat berbahasa itu sudah dimiliki
pula beberapa karya sastra anak dengan manusia sejak lahir. Namun, untuk dapat
perspektif dewasa sehingga tidak sesuai berkomunikasi, baik secara lisan maupun
dengan tingkat perkembangan dan tulis, piranti ini harus dikembangkan
kesiapan anak. Tentulah hal itu melalui pemerolehan alami atau
mempengaruhi pula kreativitas berbahasa pembelajaran.
pada anak. Diyakini, kreativitas berbahasa (pada
Sebagai makhluk yang berbudaya, anak) dapat dibangun melalui sastra anak.
manusia menggunakan bahasa sebagai Bagaimana hal itu bisa terjadi? Anak,
alat untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai pembaca sastra, telah mampu
dijadikan wahana untuk mengekspresikan menghubungkan dunia pengalamannya
perasaan dan pemikiran secara estetis dan dengan dunia rekaan yang tergambarkan
logis. Bahasa, selain dituntut dapat dalam cerita (karya sastra anak).
mengekspresikan sesuatu dengan efektif Hubungan interaktif antara pengalaman
dan efisien, juga dituntut objektif dan dengan pengetahuan kebahasaan
logis dalam menyampaikan gagasan merupakan kunci awal dalam memahami
supaya dapat diterima dengan mudah dan menikmati bacaan cerita anak
oleh penerimanya. Bahasa disebut juga tersebut. Agar dapat memahami bacaan
sebagai sarana berpikir. Oleh sebab itu, (karya sastra) yang ditinjau dari cara
cara manusia memandang dunia atau penulisan, bahasa, dan isinya itu, anak
memandang makna kehidupan terekam harus memiliki kreativitas berbahasa.
dalam struktur bahasanya. Semakin tajam Kreativitas anak yang perlu
daya berpikir seseorang, semakin cermat dikembangkan dan digali hingga
penggunaan bahasanya (Bean, 1995:3). mencapai potensi yang maksimal dapat
Dengan bahasa, setiap orang dapat diperoleh melalui dunia imajinasi. Ranah
memproses segala peristiwa yang imajinasi ini menjadi begitu penting
dialaminya atau yang ditangkapnya sebab seluruh penciptaan yang dilakukan
melalui pancaindra. manusia bermula dari sini. Mendorong
anak berimajinasi merupakan hal yang

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 129


dibutuhkan dalam mengelola pola pikir yang dipaparkan dalam karya sastra
anak sejak dini. Satu upaya yang bisa daripada masalah estetiknya. Padahal,
dilakukan dalam hal ini adalah sastra juga merupakan ungkapan batin
berdongeng kepada anak-anak. Dengan seseorang. Melalui bahasalah seseorang
demikian, peran buku cerita (sastra anak) itu, dengan daya imajinya terhadap segala
terhadap pengembangan imajinasi anak sesuatu, menggambarkan ungkapan
ini, menjadi sangat perlu. batinnya. Sastra, dengan demikian,
Secara global, banyak manfaat yang seharusnya memiliki keseimbangan
bisa diperoleh dari sastra anak, antara lain antara isi dan bentuknya. Isi berkaitan
dapat membantu pembentukan pribadi dengan topik atau tema pembicaraan,
dan moralitas anak, menyalurkan sedang bentuk berkaitan dengan cara
kebutuhan imajinasi dan fantasi, memacu pengungkapan.
perkembangan verbal atau kemampuan Sastra anak pun seharusnya
berbicara, merangsang minat menulis dan demikian. Sastra anak harus memiliki
membaca, serta membuka cakrawala keseimbangan antara isi dan bentuknya.
pengetahuan. Dengan menggunakan Karena ditulis untuk anak, dengan
bahasa yang mengesankan, tema yang demikian, bahasa dan isi sastra anak
berbeda-beda, serta format yang menarik, harus sesuai dengan perkembangan usia,
sastra anak dengan karakteristik yang kepribadian, dan corak kehidupan anak.
beragam diharapkan mampu meng- Sastra anak harus memiliki kontribusi
hadirkan fungsi yang tepat bagi anak- yang besar bagi perkembangan
anak. kepribadian anak dalam proses menuju
Namun sayangnya, perkembangan kedewasaan. Sastra anak harus mampu
sastra anak terbitan lokal di Indonesia digunakan sebagai salah satu sarana
relatif ketinggalan bila dibandingkan untuk menanam, memupuk, mengem-
dengan negara-negara Amerika Serikat, bangkan, dan bahkan melestarikan nilai-
Eropa, maupun Jepang. Lihat saja nilai yang baik dan berharga oleh
beberapa toko buku terkemuka yang ada, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
koleksi buku yang tersedia sebagian besar Badan Pengembangan dan
adalah karya-karya terjemahan, seperti Pembinaan Bahasa (dulu Pusat Bahasa),
komik-komik Jepang dan seri terjemahan Kementerian Pendidikan dan
dari Walt Disney. Dalam kenyataannya, Kebudayaan, telah berupaya menerbitkan
buku-buku seperti ini pula yang laris di sastra anak yang diangkat dari berbagai
pasaran. Sementara, karya-karya sastra cerita rakyat di Nusantara. Karya sastra
anak lokal hanya mampu menghiasi ini diperuntukkan bagi anak-anak sebagai
perpustakaan sekolah karena memang bahan bacaan. Sepuluh di antaranya
sebagian besar merupakan hasil subsidi dijadikan objek penelitian dalam tulisan
dari pemerintah. ini. Kesepuluh cerita rakyat terbitan Pusat
Sastra selalu melibatkan pikiran pada Bahasa diambil secara acak, yakni:
kehidupan sosial, moral, psikologi, dan (1) Pangeran Saputra karya Ekawati
etika. Oleh karena itu, isi sastra (2000); (2) Sarudin Pemikat Burung
cenderung menjadi lebih penting dan Perkutut karya Fairul Zabadi (2000);
menarik perhatian pembaca daripada (3) Bintang Minahasa karya Hidayatul
bentuknya sebagai penjelmaan peng- Astar (2000); (4) Anak yang Hilang
ungkapan seni. Pembicaraan sastra lebih karya Buha Aritonang (2000); (5) Awan
banyak berhubungan dengan kehidupan Putih Mengambang di Cakrawala karya

130 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


Dad Murniah (2003); (6) Si Raja Gusar chapter, but rather than argue
dari Ambarita karya S.R.H. Sitanggang that one view is wholly superior
(2004); (7) Mapangingi karya Umi to another, we shall try to
Kulsum (2006); (8) Pangeran Indra harmonise the apparent
Bangsawan karya Tri Saptarini (2006); conflicts, so that at the end of
the chapter, we shall have
(9) Kahar Kusmen Sang Pengeran
worked through to a balanced
Perang karya Isti Nureni (2006); dan view of what stylistics is about
(10) Sandima karya Laila Kurniawati (Leech & Short, 2007:13).
(2008).
Dalam tulisan ini, cerita-cerita Lebih lanjut, Leech & Short
tersebut dianalisis dengan menggunakan mengatakan bahwa stilistika tidak hanya
pendekatan stilistika. Umar Junus mengkaji cara sastrawan dalam
(1989:xvii—xviii) menyebutkan bahwa menggunakan unsur dan kaidah bahasa
stilistika merupakan ilmu gabung, serta efek yang ditimbulkannya, tetapi
interdisiplin atau multidisiplin, yang juga mengkaji kekhasan penggunaan
dipahami sebagai kerja sama dua ilmu, bahasa dalam karya sastra sehingga dapat
yaitu linguistk dan sastra. Dalam diketahui fungsi artistik atau estetiknya.
mengerjakan stilistik bisa menggunakan Leech & Short (2007:75—80) pun
teori atau pemahaman yang berasal dari menambahkan bahwa lingkup telaah
linguistik dan sastra. Yang jelas, Leech & stilistika mencakupi semua aspek
Short (2007:13) berpendapat stilistika kebahasaan, seperti pilihan kata, struktur
(stylistics) adalah ilmu tentang gaya kalimat, majas (figur of speech), citraan,
bahasa (style), ilmu yang memusatkan pola rima, dan matra.
perhatian pada variasi penggunaan Leech & Short menjelaskan pula
bahasa, terutama bahasa dalam karya bahwa prosedur utama yang dapat
sastra. dilakukan adalah menentukan kesan (dan
asumsi) yang didapat secara intuitif
We have so far limited our setelah membaca karya sastra, baik
interpretation of “style” and membaca yang tersurat maupun yang
“stylistics” to match the kind of tersirat.
activity in which we wish to
Yohanes Sehandi (2016:128) yang
engage: the study of language
as used in literary texts, with mengutip perkataan Nyoman Kutha
the aim of relating it to its Ratna dalam Glosarium: 1.250 Entri
artistic functions. This does not Kajian Sastra, Seni, dan Sosial Budaya,
deny the legitimacy of using mengatakan bahwa gaya bahasa
these terms differently for other (stilistika) adalah salah satu unsur karya
purposes. But there is still one sastra yang diperoleh melalui cara
further narrowing of the penyusunan bahasa sehingga
meaning of style to consider, menimbulkan aspek estetis (keindahan).
and this brings us on to more Selanjutnya, Yohanes Sehandi
controversial ground, where
(2016:128—129) menjelaskan bahwa
different definitions of style
involve conflicting views of the gaya bahasa dalam karya sastra berfungsi
use of language in literature. sebagai alat untuk (1) meningkatkan
Such conflicting views or selera dan minat pembaca atau pendengar
theories of style will concern us mengikuti apa yang disampaikan
for the remainder of this sastrawan lewat karyanya,

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 131


(2) mempengaruhi dan meyakinkan cerita, terlepas dari cerita itu masuk akal
pembaca atau pendengar sehingga merasa atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah
semakin yakin dan mantap terhadap apa berusaha menyampaikan nilai
yang disampaikan pengarang lewat kemanusiaan, mempertahankan, serta
karyanya, (3) menciptakan kondisi menyebar-luaskannya termasuk kepada
pikiran dan perasaan hati para pembaca anak-anak.
atau pendengar sehingga mereka Dengan menggunakan metode
terhanyut dalam suasana hati yang deskriptif analisis, yang dilakukan
diciptakan pegarang lewat penggunaan melalui pendeskripsian fakta, kemudian
gaya bahasa, dan (4) memperkuat efek disusul dengan analisis terhadap
keindahan terhadap ide atau gagasan kesepuluh cerita anak terpilih (Ratna,
yang dapat membuat pembaca terkesan 2008:53), kajian ini dapat
terhadap ide atau gagasan yang memperlihatkan bahwa karya-karya
disampaikan pengarang dalam karyanya. tersebut belum memanfaatkan secara
Nyoman Kutha Ratna maksimal keberadaan sastra anak sebagai
(2007:247—248) berpendapat bahwa wadah pengembangan kreativitas anak,
karya sastra adalah seni berbahasa, terutama dalam berbahasa.
kemampuan substansial dan
fungsionalnya dieksploitasi demi hakikat 2. Hasil dan Pembahasan
estetisnya. Strukturasi karya sastra adalah 2.1 Kreativitas Berbahasa
komposisi substansi media itu, sistem Dedi Supriadi (1994:7) mengatakan
simbol merefleksikan, merepresentasikan, bahwa kreativitas adalah kemampuan
bahkan merefraksikan keseluruhan fakta. seseorang untuk melahirkan sesuatu yang
Lebih lanjut ia menambahkan bahasa dan baru, baik berupa gagasan maupun karya
sastra pada gilirannya hadir sebagai dua nyata, yang relatif berbeda dengan apa
diskresi dengan bentuk yang relatif sama. yang telah ada sebelumnya.
Dalam hubungan inilah muncul dua Kreativitas, menurut Andoyo
pandangan mengenai gaya bahasa, yaitu Sastromiharjo dalam makalahnya
(a) dualitas, gaya bahasa semata-mata “Kreativitas dalam Pembelajaran
sebagai perhiasan, dan (b) monolitis, Berbicara” (2009), merupakan salah satu
gaya bahasa merupakan bagian integral, upaya pemajanan diri dalam berbagai
sebagai panduan isi dan bentuk. Dalam bidang kehidupan. Kreativitas
pandangan pertama, gaya bahasa tidak disimpulkannya sebagai kemampuan
memiliki hakikat fungsional. Sebaliknya, individu untuk meraih aktualisasi diri
dalam pandangan kedua, gaya bahasa melalui gagasan atau karya nyata, baik
benar-benar berfungsi secara integral, yang bersifat baru maupun kombinasi
sebab terdapat perpaduan antara apa yang dari yang sudah ada.
diceritakan dan bagaimana cara Kreativitas merupakan proses yang
menceritakannya. digunakan seseorang untuk
Sastra mengandung eksplorasi mengekspresikan sifat dasarnya melalui
mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra suatu bentuk atau media sedemikian rupa
juga menawarkan berbagai bentuk kisah sehingga menghasilkan rasa puas pada
yang merangsang pembaca untuk berbuat dirinya; menghasilkan suatu produk yang
sesuatu. Apalagi pembacanya adalah mengomunikasikan sesuatu tentang diri
anak-anak yang fantasinya baru orang tersebut kepada orang lain (Bean,
berkembang dan menerima segala macam 1995:3).

132 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


Andoyo Sastromiharjo (2009) khusus. Dalam waktu yang relatif
menyebutkan bahwa batasan tersebut singkat, anak sudah dapat berkomunikasi
menyiratkan kedudukan bahasa sebagai dengan orang-orang di sekitarnya.
alat dan sekaligus salah satu media Bahkan sebelum bersekolah, ia telah
pengejawantahan daya kreatif seseorang. mampu bertututur seperti orang dewasa
Tanpa bahasa, manusia tidak dapat untuk berbagai keperluan dan dalam
melakukan kegiatan berpikir sebab alat bermacam-macam situasi.
yang memungkinkan untuk melahirkan Kreativitas berbahasa, yang meliputi
gagasan adalah bahasa di samping organ kemampuan berkomunikasi secara efektif
tubuh. Dengan bahasa, setiap orang dapat (mendengarkan, berbicara, menulis, dan
memproses segala peristiwa yang membaca) sangat dibutuhkan seorang
dialaminya atau yang ditangkapnya anak untuk berinteraksi dengan orang
melalui pancaindra. Semakin tajam daya lain. Berbahasa bukanlah sekadar
berpikir seseorang, semakin cermat pula pengucapan kata-kata atau bunyi, tetapi
penggunaan bahasanya. merupakan suatu alat untuk
Selanjutnya, ia menambahkan bahwa mengekspresikan, mengatakan,
kreativitas sebagai hasil pemberdayaan menyampaikan, atau mengomunikasikan
kegiatan berpikir tersebut pada dasarnya pikiran, ide, maupun perasaan.
tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Untuk Mengembangkan kreativitas berbahasa
memunculkan daya kreatif apapun ini bisa diperoleh anak melalui sastra
diperlukan media berupa bahasa. Tanpa anak. Dengan mendengarkan maupun
bahasa, potensi biologis yang dimiliki membaca secara langsung cerita (karya
seseorang tidak akan mampu melahirkan sastra), anak akan terus-menerus
gagasan-gagasan kreatif. Dengan menambah perbendaharaan kosakata
demikian, kreativitas tidak dapat yang dimilikinya serta semakin
dipisahkan dengan bahasa karena bahasa memahami penggunaan setiap kata yang
sangat berperan sebagai media untuk diketahuinya. Dengan demikian, akan
melakukan dan melahirkan pikiran semakin terlihat kemampuan penggunaan
kreatif. kata, kalimat, maupun wacana anak
Bahasa merupakan sebuah entitas dalam pengembangan gagasan terhadap
yang hanya dimiliki dan dikuasai teks (baik lisan maupun tuilis) yang
manusia. Meskipun demikian, bahasa dihasilkannya.
tidak begitu saja muncul dalam
kehidupan manusia. Untuk dapat 2.2 Sastra Anak
digunakan sebagai alat komunikasi atau Sastra anak adalah sastra yang
media menciptakan kreativitas, bahasa ditujukan untuk anak, bukan sastra
perlu dikuasai terlebih dahulu. Potensi tentang anak. Sastra tentang anak bisa
untuk dapat berbahasa itu sudah dimiliki saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak,
manusia sejak lahir. Namun, untuk dapat tetapi sastra untuk anak sudah tentu
berkomunikasi, baik secara lisan maupun sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak
tulis, bahasa harus dikembangkan melalui selaku pembacanya.
pemerolehan alami atau pembelajaran. Sastra anak merupakan cerita
Kemampuan berbahasa merupa-kan sederhana yang kompleks (Rampan,
suatu potensi yang dimiliki semua anak 2012:73). Kesederhanaan itu ditandai
manusia yang normal. Kemampuan itu oleh syarat wacananya yang baku tetapi
diperoleh tanpa melalui pembelajaran berkualitas tinggi, dan tidak ruwet,

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 133


sehingga komunikatif. Di samping itu, imbauan tertentu yang dianggap sebagai
pengalihan pola pikir orang dewasa pedoman tingkah laku dalam kehidupan.
kepada dunia anak-anak dan keberadaan Ditinjau dari sasaran pembacanya,
jiwa dan sifat anak-anak menjadi syarat sastra anak dapat dibedakan antara sastra
cerita anak-anak yang digemari. Dengan anak untuk sasaran pembaca kelas awal,
kata lain, cerita anak-anak harus menengah, dan kelas akhir atau kelas
berbicara tentang kehidupan anak-anak tinggi. Secara umum, ragam sastra anak
dengan segala aspek yang berada dan menurut Riris K. Toha-Sarumpaet
mempengaruhi mereka. (2010:13—36) meliputi (1) bacaan anak
Pada umumnya, cerita anak usia dini: (a) buku huruf/ABC; (b) buku
berangkat dari fakta yang konkret berhitung; (c) buku tentang konsep; (d)
(kongruen) dan mudah diimajinasikan buku tanpa kata; (e) bacaan untuk
(Puryanto, 2008:2). Cerita yang disajikan pemula; dan (f) buku bacaan bergambar,
secara emosional psikologis harus dapat (2) kisah-kisah tradisional: (a) pepatah
ditanggapi dan dipahami oleh anak (peribahasa); (b) cerita binatang; (c)
karena apa yang terdapat dalam cerita fabel; (d) cerita rakyat; (e) mitos; dan (f)
anak merupakan pelukisan kehidupan legenda, (3) sajak, (4) fantasi, (5) cerita
anak yang imajinatif ke dalam bentuk realistik, (6) biografi, (7) fiksi
struktur bahasa anak. kesejarahan, (8) nonfiksi/buku informasi,
Sastra anak bertumpu dan bermula dan (9) drama.
pada penyajian nilai dan imbauan tertentu Sejalan dengan Sarumpaet, Saryono
yang dianggap sebagai pedoman tingkah dalam Puryanto (2008:3) juga
laku dalam kehidupan (Wahidin, 2009). berpendapat bahwa selain berupa cerita,
Dalam sastra anak terdapat refleksi sastra anak juga berupa puisi yang lebih
kehidupan anak-anak yang khas milik banyak menggambarkan keindahan
mereka dan bukan milik orang dewasa. paduan bunyi kebahasaan, pilihan kata
Sastra anak pada umumnya berangkat dan ungkapan, sementara isinya berupa
dari fakta yang konkret dan mudah ungkapan perasaan, gagasan,
diimajinasikan yang kemudian penggambaran obyek ataupun peristiwa
disuguhkan secara emosional psikologis yang sesuai dengan tingkat
agar mampu ditanggapi dan dipahami perkembangan anak.
oleh anak. Kisah yang disajikan mampu Nurgiyantoro (2005:vi) menyatakan
merangsang anak untuk berbuat sesuatu bahwa penyediaan buku bacaan sastra
karena mereka memiliki fantasi yang kepada anak yang tepat sejak dini, sejak
baru berkembang dan akan menerima masih bernama anak, diyakini akan
segala macam cerita terlepas dari cerita membantu literasi dan kemauan membaca
itu masuk akal atau tidak, misalnya anak pada perkembangan usia
bercerita tentang binatang yang dapat selanjutnya. Yang penting lagi dengan
berbicara, bertingkah laku, berpikir dan cerita, anak bisa mendapatkan nilai-nilai
berperasaan layaknya manusia. Di sinilah pekerti yang menunjang perkembangan
imajinasi dan emosi anak sangat berperan budi pekertinya.
penting dalam proses menangkap dan Sesuai dengan sasaran pembacanya,
menerima cerita itu secara wajar. Dengan sastra anak dituntut untuk dikemas dalam
demikian, sastra anak mampu bertumpu bentuk yang berbeda dari sastra orang
dan bermula pada penyajian nilai dan dewasa hingga dapat diterima anak dan
dipahami dengan baik. Sastra anak

134 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


merupakan pembayangan atau pelukisan mencakup cara untuk berkomunikasi
kehidupan anak yang imajinatif ke dalam yang digunakan untuk menyatakan
bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak pikiran dan perasaan melalui lambang
merupakan sastra yang ditujukan untuk atau simbol seperti lisan, tulisan, isyarat,
anak, bukan sastra tentang anak. Sastra bilangan, lukisan, atau apa saja yang
tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai digunakan untuk mengungkapkan
untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sesuatu. Bahasa sebagai fungsi dari
sudah tentu sengaja dan disesuaikan komunikasi memungkinkan dua individu
untuk anak-anak selaku pembacanya atau lebih mengekspresikan berbagai
(Puryanto, 2008:2). ide, arti, perasaan, dan pengalaman.
Meskipun bahasa bukan merupakan
2.3 Mengembangkan Kreativitas syarat utama dalam kemampuan berpikir
Berbahasa melalui Sastra Anak yang luas, tetapi bahasa membantu
Sastra telah lama memainkan kemampuan berpikir, karena
peranan yang sangat penting dalam kemampuan berbahasa dan berpikir ini
kehidupan. Sastra merupakan bagian berkembang secara bersamaan.
yang tidak terpisahkan dengan Dengan demikian, bahasa dikatakan
masyarakat. Sastra merupakan energi sebagai sarana berpikir. Kemampuan
positif yang berfungsi untuk memotivasi berpikir yang seharusnya dibentuk
sekaligus untuk mengantisipasi berbagai melalui bahasa adalah kemampuan
kecenderungan. Kondis sosiohistoris berpikir sisematis, terkontrol, empiris,
menunjukkan bahwa melalui hakikat dan kritis. Hal inilah yang disebut
rekaan, sastra memiliki kemampuan dengan berpikir metodologis. Oleh sebab
dalam mengevokasi pemberdayaan itu, cara manusia memandang dunia atau
bangsa. Pertama, melalui media bahasa, memandang makna kehidupan terekam
sastra menampilkan kualitas estetis dalam struktur bahasanya. Semakin
sekaligus dokumentasi aspek-aspek tajam daya berpikir seseorang, semakin
sastra. Kedua, melalui pesan dan amanat, cermat penggunaan bahasanya. Bahasa
sastra menyebarluaskan sekaligus sangat berperan sebagai media untuk
memelihara aspek-aspek kultural (Ratna, melakukan dan melahirkan pikiran
2007:505—506). kreatif. Maka, peran bahasa tidak bisa
Kreativitas berbahasa (pada anak), dilepaskan dari kegiatan kreatif
dapat dibangun melalui sastra anak. seseorang.
Anak, sebagai pembaca sastra, telah Agar bahasa dapat digunakan
mampu menghubungkan dunia sebagai alat komunikasi atau media
pengalamannya dengan dunia rekaan menciptakan kreativitas, kemampuan
yang tergambarkan dalam cerita (karya berpikir metodologis berbahasa tersebut
sastra anak). Hubungan interaktif antara dapat dicapai melalui pembelajaran. Satu
pengalaman dengan pengetahuan upaya pengembangan kreativitas
kebahasaan merupakan kunci awal berbahasa yang bermanfaat dalam
dalam memahami dan menikmati bacaan komunikasi ini adalah melalui sastra
cerita anak tersebut. Agar dapat anak.
memahami bacaan (karya sastra), anak Secara konseptual, sastra anak tidak
harus memiliki kreativitas berbahasa. jauh berbeda dengan sastra orang
Bahasa dapat dikatakan sebagai dewasa (adult literacy). Keduanya sama-
media dalam berkomunikasi. Bahasa sama berada pada wilayah sastra yang

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 135


meliputi kehidupan dengan segala Gaya bahasa sastra tidak saja dalam
perasaan, pikiran, dan wawasan arti keindahan, melainkan juga dalam
kehidupan. Yang membedakannya arti kemantapan pengungkapan. Gaya
hanyalah fokus pemberian gambaran bahasa sastra adalah persoalan
kehidupan yang bermakna bagi anak bagaimana, sekalipun tidak efektif dan
yang diurai dalam karya tersebut. Sastra efisien menurut tatabahasa. Misalnya,
anak adalah bentuk kreasi imajinatif untuk menampilkan suasana senja,
dengan paparan bahasa tertentu yang bermacam cara dapat dilakukan:
menggambarkan dunia rekaan, Matahari tinggal sejengkal dari
menghadirkan pemahaman dan permukaan laut; warna kuning di ufuk
pengalaman tertentu, serta mengandung barat telah telah semakin jelas;
nilai estetika tertentu yang bisa dibuat penggembala telah mengiringi
oleh orang dewasa ataupun anak-anak. kerbaunya menuju kandang; burung-
Siapapun yang menulis sastra anak tidak burung telah menukik menuju sarang;
perlu dipermasalahkan asalkan dalam bayang-bayang telah jauh melebihi
penggambarannya ditekankan pada ukuran badan; dan lain-lain (Atmazaki,
kehidupan anak yang memiliki nilai 1990:93—94).
kebermaknaan bagi mereka. Namun Aspek-aspek teori stilistika dalam
demikian, dalam kenyataannya, nilai kajian sastra menurut Yohanes Sehandi
kebermaknaan bagi anak-anak itu (2016: 129—132) sebagai berikut.
terkadang dilihat dan diukur dari Pertama, gaya bunyi (fonem). Fonem
perspektif orang dewasa. Sementara, atau bunyi bahasa merupakan unsur
karya sastra harus disesuaikan dengan lingual terkecil dalam satuan bahasa
tingkat perkembangan dan kesiapan yang dapat menimbulkan atau
anak. membedakan arti tertentu. Kedua, gaya
dan pilihan kata (diksi). Diksi dapat
2.3.1 Gaya Bahasa dalam Sastra diartikan sebagai gaya dan pilihan kata
Anak yang dilakukan seorang pengarang
Gaya bahasa sastra disebut juga dalam karyanya guna menciptakan efek
dengan istilah stilistika atau penggunaan makna tertentu. Ketiga, gaya kalimat
bahasa dalam karya sastra. Persoalan (sintaksis). Dalam penggunaan kalimat
gaya bahasa sastra bukanlah tentang diperoleh efek-efek tertentu, misalnya
efisiensi dan efektivitas penggunaan gaya infersi, gaya kalimat tanya,
bahasa, melainkan tentang cara perintah, dan elipsis. Sebuah gagasan
penggunaan bahasa untuk menghasilkan atau pesan (struktur batin) dapat
efek tertentu. Atmazaki (1990:94) diungkapkan ke dalam berbagai bentuk
mengatakan bahwa kajian stilistika kalimat (struktur lahir) yang berbeda-
bertujuan untuk menerangkan beda struktur dan kosakatanya.
bagaimana seorang sastrawan Keempat, gaya wacana (discourse).
memanipulasi penggunaan bahasa di Gaya wacana adalah gaya bahasa dengan
dalam karya sastra untuk menghasilkan penggunaan lebih dari satu kalimat,
efek tertentu sesuai dengan prinsip kombinasi kalimat, dengan pemanfaatan
licentia poetica. Pemanipulasian ini sarana retorika seperti repetisi,
diterangkan secara ilmiah dengan paralisme, klimaks, antiklimaks, dan
menggunakan linguistik sebagai hiperbola serta gaya wacana campuran
landasan utama. kode dan alih kode. Kelima, bahasa

136 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


figuratif (figurative language). Istilah ini Paragraf penutup:
sejajar dengan pengertian metafora, yang Seluruh rakyat Sila Negara
pada dasarnya digunakan untuk menyambut gembira raja mereka
memperoleh dan menciptakan citraan. yang baru. Konon, menurut
Tulisan ini mengkaji sepuluh karya ceritanya, Raja Putra menjadi raja
sastra anak yang diterbitkan Pusat besar di Pulau Jawa. Wilayah
Bahasa, yaitu (1) Pangeran Saputra kekuasaannya sangat luas. Rakyatnya
karya Ekawati (2000); (2) Sarudin pun hidup sejahtera. Diceritakan pula
Pemikat Burung Perkutut karya Fairul bahwa Raja Putra mempunyai lima
Zabadi (2000); (3) Bintang Minahasa orang putra. kelima putranya itu pun
karya Hidayatul Astar (2000); (4) Anak menjadi raja besar pula di Pulau
yang Hilang karya Buha Aritonang Jawa (hlm. 82).
(2000); (5) Awan Putih Mengambang di
Cakrawala karya Dad Murniah (2003); (2) Sarudin Pemikat Burung Perkutut
(6) Si Raja Gusar dari Ambarita karya Fairul Zabadi (2000)
karya S.R.H. Sitanggang (2004); Paragraf pembuka:
(7) Mapangingi karya Umi Kulsum Pada suatu pagi yang cerah matahari
(2006); (8) Pangeran Indra Bangsawan bersinar dengan terang. Udara sejuk
karya Tri Saptarini (2006); (9) Kahar merambah hampir ke seluruh
Kusmen Sang Pengeran Perang karya Isti wilayah desa Pasirluhur, di daerah
Nureni (2006); dan (10) Sandima karya Jawa Barat. Desa Pasirluhur
Laila Kurniawati (2008). merupakan desa yang subur, tenang,
Kesepuluh cerita tersebut dianalisis dan sejuk udaranya. Desa itu diapit
paragraf pembuka dan penutupnya saja oleh dua bukit yang ditumbuhi
untuk melihat kreativitas berbahasa pohon-pohon besar. Dari lereng bukit
pengarangnya. Bagaimana pengarang terlihat sawah-sawah yang
membuka maupun menutup cerita bertingkat-tingkat. Jika musim panen
tiba, sawah-sawah itu tampak
diyakini akan ditiru oleh anak yang
menguning dan menambah variasi
membaca cerita tersebut.
warna bebukitan. Perpaduan antara
Berikut adalah kutipan paragraf sinar matahari pagi, warna hijau
awal dan paragraf akhir yang terdapat pepohonan, dan warna kunign
dalam sepuluh cerita tersebut. keemasan padi menambah indah desa
Pasirluhur. Keindahannya tersebut
(1) Pangeran Saputra karya Ekawati betul-betul dapat melengkapi
(2000) kesuburan tanah dan keramahan
Paragraf pembuka: masyarakatnya (hlm. 1).
Pada zaman dahulu, di Pulau Jawa,
terdapat sebuah negeri bernama Sila
Paragraf penutup:
Negara. Negari itu sangat makmur
Sebulan kemudian, berlangsung
dan tanahnya sangat subur. Di negeri
pesta perkawinan besar-besaran di
itu berdiri sebuah kerajaan yang
rumah Juragan Pensiun. Juragan
bernama Kerajaan Sila Negara. Raja
Pensiun mengundang semua
yang berkuasa di negeri itu bernama
kenalannya. Pada malam hari
Mangkunegara (hlm. 1).
diadakan pertunjukan wayang
semalam suntuk. Seminggu setelah

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 137


pesta perkawinan tersebut, Sarudin dengan suara yang putus-putus. Ia
mengajak istrinya pindah ke desa menggapai laki-laki itu. dari mulut
Pasirluhur. Mereka tidak jadi tinggal dan hidung laki-laki itu keluar darah.
di rumah Juragan Pensiun. Mereka Rupanya laki-laki itu telah tewas
tinggal di rumah peninggalan orang dalam pertempuran itu. Yang
tua Sarudin. Kedua orang yang saling dipanggil diam saja. Ia memeluk
mencintai itu hidup bahagia dan laki-laki itu. "Ma...tinnn...!" belum
saling menyayangi (hlm. 82). selesai ia menyebutkan nama itu, dia
pun meninggal karena banyak
(3) Bintang Minahasa karya Hidayatul kehilangan darah. Orang yang
Astar (2000) melihat kejadian itu sangat sedih
Paragraf pembuka: karena kehilangan orang yang gagah
Pada zaman dahulu ada suatu negeri berani. Maka, dikuburkan oranglah
yang terletak di sebelah barat kedua mayat suami istri itu dengan
Pegunungan Lakon, Empang, baik sebagai pahlawan negeri
Minahasa, Sulawesi Utara. Negeri mereka. Kehidupan suami istri itu
yang dilalui oleh Sungai menjadi teladan bagi kehidupan
Ranowangko itu bernama Mayasuk. masyarakat di sekitarnya (hlm. 80).
Akan tetapi, negeri tersebut tidak
kekal karena diserang penyakit. (4) Anak yang Hilang karya Buha
Semua penduduknya cerai-berai. Aritonang (2000)
Sebagian besar lari ke gunung- Paragraf pembuka:
gunung. Hanya sebagian kecil yang Pada zaman dahulu, tersebutlah
turun ke pantai mengikuti aliran sebuah kerajaan di Pulau
Sungai Ranowangko itu. Mereka Kalimantan, yaitu Kerajaan Dipa.
yang lari ke hilir membuat negeri Masyarakat yang tinggal di kerajaan
yang mereka namai Mandolang merasa sangat senang karena tidak
sebab yang jadi penghulu mereka ada gangguan. Orang yang tinggal di
ialah seorang Walian yang bernama kerajaan itu pun berkecukupan
Mandolang. Walian itu ialah karena kebutuhan hidup mudah
pemimpin agama di tanah Malesung, didapat. Para pedagang antarpulau
yang dinamai orang, Minahasa dan antarkerajaan bebas berdagang.
sekarang (hlm. 1). Semua barang dagangan laris terjual
sehingga banyak memperoleh
Paragraf penutup: keuntungan (hlm. 1).
Namun, makin lama tenaganya
makin kurang dan suaranya makin Paragraf penutup:
lemah. Akhirnya, sampailah ia Sampai waktunya, Pangeran Raga
kepada seorang laki-laki yang duduk Samudera menikah dengan Sri
bersandar pada pangkal kayu, Suwarni Mayasari. Tempat
laksana orang sedang tidur. Tangan pernikahan berlangsung di Balai
kirinya terlekap ke dadanya seperti Pendopo Agung Sunan Giri. Banyak
lelah bekerja dan tangan kanannya orang yang menghadiri upacara itu.
memgang pedang terhunus yang Undangan dari Kerajaan Solo,
sedang tertancap ke tanah. "Aduh, Surakarta, Serang, Sunda, Bali, dan
Matindas, ...jiwaku!" ratapnya Bima berdatangan. Sangat meriah

138 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


upacara itu. Tampak keceriaa n di setiap ceritanya. Andini adalah cucu
hati Sunan Giri, begitu juga kedua yang baik. Bagi kedua eyang itu,
mempelai.... Upacara peresmian Andini bagai segumpal awan putih
pernikahan, penobatan, pemberian yang berjalan pelan di atas cakrawala
gelar dan upeti telah selesai. Tidak dibantu oleh tiupan angin (hlm. 66).
begitu lama, Pangeran Raja
Samudera dan Ratu Sri Suwarni (6) Si Raja Gusar dari Ambarita karya
Mayasari meninggalkan tanah Jawa. S.R.H. Sitanggang (2004)
Sampai di Bandarmasih, mereka Paragraf pembuka:
disambut dengan meriah. Nama "Jangan lupa membawa garam
Bandarmasih diubah menjadi dan jeruk asam, Pohul!" tukas
Banjarmasin. Dan, di hadapan warga,
Borotan mengingatkan, "Jangan
Pangeran Raja Samudera memberi
melinting daun nipah saja kerjamu!"
amanat.... Menjelang tengah malam,
gema gamelan sudah sepi. Hawa "Untuk apa? Maksudmu, untuk
terasa dingin sehingga menusuk campuran darah kerbau itu supaya
tubuh. Secara perlahan, Pangeran tidak mengental, begitu?" (hlm. 1).
Raga Samudera dan Ratu Sri
Suwarni Mayasari meninggalkan Paragraf penutup:
pendopo. Mereka menuju istana. Di Sejak peristiwa penobatan warga
luar istana pesta kebudayaan masih kehormatan itu, pendudk Kerajaan
berlangsung (hlm. 63). Tanjabau hidup tenteram. Sepanjang
lengkungan perbukitan ke arah Aek
(5) Awan Putih Mengambang di Rangat tampak berjejer rumah-rumah
Cakrawala karya Dad Murniah adat yang tertata rapi. Air gunung
(2003)
yang mencurah ke lembah pinggir
Paragraf pembuka:
danau kini telah diolah hingga
Dua anak tangga dilompati Andini
dengan napas yag tersenggal- persawahan di sana kelihatan teratur
senggal. Dalam hati dia menyalahkan bertangga-tangga. Semuanya serba
dirinya sendiri. Bukanlah Ibunya asri, sedap dipandang mata! Tidak
telah membangunkannya berkali-kali ada pertikaian atau kata-mengatai
agar segera bergegas menyiapkan antarsesama warga. Mereka rukun
diri. Andini waktu itu hanya dan saling menghormati, sesuai
membuka matanya sebelah, dengan tuntutan falsafah Dalihan
mengintip jarum jam yang berada di Natolu yang diwariskan oleh nenek
kamarnya (hlm.1). moyang mereka. Tahun berganti
tahun dan musim berganti musim,
Paragraf penutup:
entah beberaa gererasi berikutnya,
Eyang kakung dan eyang putri
senang ada Andini bersama mereka. terbetiklah berita bahwa keluarga
Ada teman berbincang-bincang bagi keturunan Raja Sitempang sudah
eyang putri, dan ada orang yang akan berbaikan kembali dengan saudara
memakan setiap makanan yang mudanya, keluarga Tinita (hlm. 54).
dimasaknya. eyang kakung senang
karena Andini tekun mendengar

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 139


(7) Mapangingi karya Umi Kulsum (8) Pangeran Indra Bangsawan karya
(2006) Tri Saptarini (2006)
Paragraf pembuka: Paragraf pembuka:
Pada suatu malam menjelang pagi, Pada zaman dahulu tersebutlah
terdengarlah bunyi yang sangat Kerajaan Kobat Syahrial. Istana
menakutkan. "Duaaaaarrr…." Kerajaan Kobat Syarial berdiri
Seluruh penduduk di kampung dengan mewah dan megahnya.
sekitar Gunung Klabat, Minahasa, itu Dinding istana kerajaan terbuat dari
terkejut, takut, dan gemetar. Bumi marmer dan pualam yang berlapiskan
pun bergetar. Gunung yang selama emas. Lantainya berhamparkan
ini megah memperlihatkan permadani yang sangat bagus dan
keperkasaannya melontarkan batu- indah (hlm. 1).
batu api berwarna kebiru-biruan.
Gunung itu meletus sehingga Paragraf penutup:
menimbulkan kepanikan yang tiada Sultan Indra Bangsawan memerintah
taranya (hlm. 1). negeri dengan sangat bijaksana. Oleh
karena itu, banyak negeri tetangga
Paragraf penutup: yang kemudian berlindung di bawah
Raja muda yang cerdas dan perkasa keuasaannya. Negeri Sembilan,
itu memerintah dengan arif dan misalnya, tiap tahun menyerahkan
bijaksana. Rakyat makmur serta upeti kepada SUltan Indra
tidak kekurangan apa-apa. Raja Bangsawan. Negeri-negeri lain pun
sendiri sering menyamar untuk banyak pula yang mengajak kerja
sama. Lama-kelamaan Negeri Kobat
mengetahui keadaan rakyatnya yang
Syahrial menjadi sangat terkenal.
sebenarnya. Pemberontakan-
Rakyatnya hidup dalam
pemberontakan pun tidak pernah kemakmuran. Negeri itu lebih suka
terdengar lagi. Semuanya tunduk dan perdamaian daripada peperangan
patuh terhadap perintah Raja (hlm. 76).
Mapangingi. Raja dan Putri yang
telah menjadi permaisuri hidup (9) Kahar Kusmen Sang Pengeran
berbahagia. Dua tahun kemudian Perang karya Isti Nureni (2006)
mereka dikaruniai dua orang anak Paragraf pembuka:
kembar yang dipersiapkan untuk Pada zaman dahulu di negeri Manola
mewarisi kekuasaan. Putra Raja ada sebuah kerajaan yang sangat
megah an indah. Kerajaan itu
Mapangingi itu bernama Wengkang
bernama Ngambarkustup. Tetapi
dan Gerungan. Tuama-entek, Tuama-
sayang rajanya bertabiat tidak
repet, Panalinga, dan Mapanah, terpuji. Dia senang bermusuhan
teman-teman Mapangingi yang dengan kerajaan-kerajaan yang
membantu perjuangannya, hidup berada di negeri lain. Jika
bersama di istana. Mereka menjadi mengadakan peperangan, raja ini
penasihat dan pembantu Raja (hlm. selalu curang. Dia tidak segan-segan
74). menggunakan ilmu sihir dan ilmu
gaib untuk mengalahkan musuhnya.
Berbekal ilmunya itu dia merasa

140 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


dirinya paling mampu di antara raja- Raksasa perempuan itu memelihara
raja yang lain. Dia sangat sombong. seekor macan untuk menemani
Raja ini bernama Sahsimik (hlm. 1). kesendiriannya (hlm. 1).

Paragraf penutup: Paragraf penutup:


Pada pagi harinya Kerajaan Wonua Maradatu makmur di bawah
Ngambarkustup membawa surat ke pemerintahan Sandima. Tidak ada
Kuparman. Isi surat itu tidak lain pertentangan di negeri itu. Semua
merupakan tantangan. Setelah surat orang hidup dengan tentram karena
itu sampai ke Raja Kuparman, taat pada perintah rajanya (hlm. 55).
kemudian raja mengatur ke
pertemuan peperangan. Raja 2.3.2 Kreativitas, Bahasa, dan Sastra
Kuparman mempercayai patih yang Anak
telah menjadi teman untuk Dengan menyorot sepuluh cerita
memimpin perang melawan anak di atas, dapat disimpulkan bahwa
Ngambarkustup. Patih pun kreativitas berbahasa pada cerita anak (di
menyanggupinya. Ketika saatnya atas) belum tergali secara optimal. Hanya
peperangan telah tiba, barisan dua dari sepuluh cerita anak yang diteliti
menuju ke tempatnya masing- tidak menggunakan kalimat pembuka
masing. Raja Ngambarkustup yang khas: “Pada zaman dahulu…”
melihat musuh dipimpin oleh sang maupun “Pada suatu…” dan hanya satu
Patih, Raja kaget lalu bertanya, "Hai, dari sepuluh cerita itu yang penutupnya
Patih, kenapa kini engkau menjadi berakhir dengan kesedihan.
berbalik membela musuh. Berani Sarumpaet (2010: 22—23) memang
benar engkau melawan rajamu!" sudah menggambarkan bahwa cerita
"Maaf, Paduka, hamba kini telah rakyat—yang menjadi objek penelitian
sadar bahwa orang yang tidak dalam tulisan ini—sangat mudah
mengakui adanya Tuhan, itu salah. dikenali. Menurut Sarumpaet,
Hamba sekarang mengikuti Raja karakteristik cerita rakyat ini memiliki
Kuparman yang taat kepada agama." pembukaan dan penutupan yang khas,
Peperangan sangat dahsyat. Mereka seperti: “Dulu sekali, ada seorang raja…”
saling beradu kekuatan. Akhirnya, dan penutup yang juga menunjukkan usai
patihlah yang menang. Raja dan berakhirnya kisah secara
Ngambarkustup sangat malu. Karena memuaskan, seperti “akhirnya mereka
malunya, lalu sang raja lari pun hidup sangat bahagia.”
bersembunyi ke hutan (hlm. 63). Membuka cerita dengan kalimat
yang menarik itu penting. Di situlah
(10) Sandima karya Laila Kurniawati dibutuhkan kreativitas berbahasa.
(2008) Arswendo Atmowiloto (2011:11)
Paragraf pembuka: mengatakan bahwa inti mengarang adalah
Pada zaman dahulu ada seorang sikap kreatif. Dengan kreativitas,
raksasa perempuan. Raksasa seseorang mampu menciptakan dari yang
perempuan itu suka memakan tidak ada menjadi ada. Tanpa kretivitas,
manusia. Dia hidup sebatang kara di kehidupan manusia bisa disamakan
suatu tempat yang sangat jauh. dengan binatang ataupun batu.
Tempat itu berada di kaki langit.

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 141


Ia mengibaratkan manusia tanpa orang lain, maupun lingkungannya.
kreativitas sama seperti bebek yang Mendorong anak untuk berimajinasi
hanya mengandalkan intuisi. Begitu merupakan hal yang dibutuhkan untuk
bebek menetas dari telur, bisa berjalan mengelola pola pikir anak sejak dini.
perlahan, masuk air, dan berenang. Dunia imajinasi yang dihasilkan oleh
Namun, cara bebek berenang dari zaman pola pikir anak menghasilkan suatu
nenek moyangnya dahulu selalu begitu. kreativitas yang perlu di-kembangkan
Tidak ada bebek yang berenang dengan dan digali hingga mencapai potensi yang
gaya dada, gaya katak, dan sebagainya maksimal. Dalam pengembangan
(2011:14). imajinasi anak ini, peran karya sastra
Lantas, apakah dengan karakteristik anak menjadi sangat perlu, karena
cerita rakyat yang dipaparkan Riris K. terbukti mampu membangun serta
Toha-Sarumpaet tersebut, penulis cerita mengembangkan kekuatan imajinasi
rakyat yang ada harus terpaku dengan hal anak.
itu? “Pada zaman dahulu…” atau “Pada
Padahal, awal cerita ibarat langkah suatu…” yang menjadi kalimat pembuka
pertama. Dalam pekerjaan apapun, pada (1) Pangeran Saputra karya
langkah pertama haruslah menarik agar Ekawati (2000); (2) Sarudin Pemikat
bisa melanjutkan langkah berikutnya Burung Perkutut karya Fairul Zabadi
tanpa beban. Hermawan Aksan (2011:58) (2000); (3) Bintang Minahasa karya
mengatakan bahwa awal cerita, yang Hidayatul Astar (2000); (4) Anak yang
terletak pada alinea pertama, ibarat Hilang karya Buha Aritonang (2000); (5)
etalase sebuah toko. Etalase harus ditata Mapangingi karya Umi Kulsum (2006);
sedemikian rupa sehingga menarik orang (6) Pangeran Indra Bangsawan karya Tri
yang lewat dan berkunjung. Begitu pula Saptarini (2006); dan (7) Kahar Kusmen
dalam alinea pertama sebuah cerita. Sang Pengeran Perang karya Isti Nureni
Seorang penulis harus mampu menyusun (2006); dan (8) Sandima karya Laila
alinea pertama sedemikian rupa untuk Kurniawati (2008) berfungsi sebagai
mengikat pembaca agar tertarik penunjuk kala. Melalui kalimat itu,
menyelesaikan bacaan hingga alinea penulis cerita meyakini bahwa kisah yang
terakhir. disampaikan telah terjadi pada saat
Kalimat pertama yang memikat dan (waktu) tertentu. Kapan kisah itu terjadi,
paragraf pembuka yang menarik akan tidak diketahui secara pasti karena kata
mampu memaksa pembaca untuk suatu memang menyarankan hal yang
meneruskan cerita. “Anda memang harus kurang tentu (Kamus Besar Bahasa
mampu memikat pembaca Anda sejak Indonesia, 2008:1098).
kalimat pertama. Jika kalimat pertama Penulis yang baik selalu memikirkan
Anda tidak menarik, paragraf pertama kalimat pertama yang kuat untuk
Anda menyedihkan, tulisan Anda akan membuka cerita, sebab dengan kalimat
ditinggalkan dan Anda tidak boleh pertama itulah mereka mencoba menyihir
menuduh bahwa minat baca masyarakat pembaca agar terus terpaku melahap
kita rendah,” (A.S. Laksana, 2013:163). halaman demi halaman sampai cerita
Dunia anak sangat dekat dengan berakhir. Jika semua cerita dibuka dengan
dunia imajinasi. Imajinasi bagi anak “Pada zaman dahulu…” atau “Pada
adalah sarana untuk berselancar dalam suatu…” tentu saja sangat membosankan.
memahami realitas keberadaan dirinya, Selain itu, imajinasi anak yang membaca

142 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


cerita dengan pembukaan seperti itu pembukaan yang kaku dan baku seperti
tidak terbentuk secara maksimal sehingga yang dipaparkan Sarumpaet. Oleh sebab
pola pikir yang kreatif tidak tercipta. Hal itu, dapat diyakini, anak sebagai pembaca
ini disebabkan imajinasi anak yang akan merasa terikat dan terus mengikuti
terkungkung hanya pada masa yang tak cerita hingga akhir.
tentu tersebut. Anak—yang kerap meniru apa yang
Dad Murniah dalam Awan Putih didengar maupun dilihat di sekitarnya—
Mengambang di Cakrawala (2003) akan terdorong untuk berimajinasi jika
mencoba membuka cerita dalam bentuk sastra anak yang disuguhkan memancing
lain. Ia menggambarkan situasi yang imajinasi mereka. Hal ini dibutuhkan
dihadapi tokoh cerita. Pembaca diajak untuk mengelola pola pikir anak sejak
merasakan bagaimana terburu-burunya dini. Dunia imajinasi yang dihasilkan
Andini yang menjadi tokoh dalam cerita oleh pola pikir anak akan menghasilkan
yang terlambat bangun dengan melompati suatu kreativitas. Oleh sebab itu, bisa
dua anak tangga sekaligus hingga dikatakan bahwa melalui pemanfaatan
membuat napasnya tersengal-sengal. sastra anak, kreativitas berbahasa pada
Pembaca juga diajak mengembara anak dapat dikembangkan.
mencari tahu penyebab Andini terlambat Begitu pula halnya dengan penutup
bangun. cerita. Setiap karangan harus berakhir.
Sementara itu, Si Raja Gusar dari Seperti awal cerita, akhir cerita juga
Ambarita karya S.R.H. Sitanggang sangat penting. Bahkan pembaca sering
(2004) menyuguhkan pembukaan yang memperoleh kesan mendalam karena
lain lagi. Dengan dialog dua tokoh cerita penutup (ending) cerita yang menarik.
sebagai pembuka, Sitanggang mengajak Tidak sedikit orang memutuskan
pembaca untuk langsung terjun pada untuk menyelesaikan bacaan dengan
situasi yang yang dialami para tokoh. melihat awal dan akhir cerita. Kalau awal
Dialog seperti ini memungkinkan dan akhir cerita bagus, barulah mereka
imajinasi anak berkembang seolah-olah membaca secara keseluruhan. Kalau awal
berperan sebagai tokoh tersebut. Selain dan akhir kurang menarik, atau awalnya
itu, Sitanggang juga menyelipkan unsur menarik tetapi akhirnya kurang menarik,
pengetahuan dalam dialog yang pembaca tersebut tidak berselera lagi
disuguhkannya. Secara tidak langsung, ia membaca secara keseluruhan cerita itu.
memberi tahu pembaca bahwa campuran Pada umumnya, ada dua macam
garam dan jeruk asam bisa membuat akhir cerita. Pertama, ending tertutup,
darah kerbau tidak mengental. yakni akhir cerita yang sudah tuntas,
"Jangan lupa membawa garam jelas, sehingga pembaca tidak perlu
dan jeruk asam, Pohul!" tukas menyimpulkan sendiri atau bertanya-
Borotan mengingatkan, "Jangan tanya lagi. Kedua, ending terbuka, yaitu
melinting daun nipah saja akhir cerita yang dibuat mengambang,
kerjamu!" seakan-akan belum tuntas, sehingga
"Untuk apa? Maksudmu, untuk
terbuka kemungkinan bagi pembaca
campuran darah kerbau itu
supaya tidak mengental, untuk menafsirkan akhir ceritanya
begitu?" (Sitanggang, 2004:1). (Aksan, 2011:83—84).
Kesepuluh cerita anak yang diteliti
Bagi anak, pembukaan seperti ini ini menggunakan ending tertutup.
tentu jauh lebih menarik dibandingkan Pembaca tidak perlu lagi menyimpulkan

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 143


sendiri sesuai imajinasi masing-masing Inggris). Dongeng tersebut ditutup
karena semua cerita tersebut berakhir dengan kalimat, “Snow White and the
dengan tuntas dan jelas. Padahal, akhir Prince returned to the kingdom and lived
cerita yang terbuka membuka peluang happily ever after.”
agar imajinasi pembaca bisa Penulis dongeng lokal pun kerap
mengembara, yang kemudian akan menirunya, sehingga tidak menggunakan
menghasilkan kreativitas. peluang dalam menyampaikan cerita-
Dengan menganalisis pembuka dan cerita rakyat yang ada di Indonesia secara
penutup kesepuluh cerita yang ada kreatif. Kalimat once upon a time ‘pada
tersebut, dapat dikatakan bahwa, secara suatu hari’ dan live happily ever after
umum, pengarang belum mampu ‘hidup berbahagia selamanya’ sering kita
memanfaatkan sastra anak untuk jumpai dalam berbagai cerita rakyat.
mengembangkan kreativitas berbahasa. Entah ini merupakan standar baku
Sebagian besar cerita yang ada masih penyampaian cerita rakyat (fairy tale)
terpaku pada pola lama yang seolah-olah atau hanya ikut-ikutan dan merasa
telah baku sebagai pembuka sebuah kalimat itu saja yang pantas menjadi
cerita. Begitu pula bagian penutupnya, pembuka dan penutup cerita.
pembaca selalu disuguhi akhir cerita yang “Pada zaman dahulu” atau “pada
sudah tuntas. suatu hari” ini dapat kita lihat pada
Melihat fenomena ini, seolah-olah berbagai dongeng, baik dongeng
bahwa cerita yang dibuka dengan “pada terjemahan (saduran) maupun lokal.
zaman dahulu” atau “pada suatu hari” Misalnya, dongeng yang berjudul
akan berakhir dengan sebuah “Cinderella”, “Putri Salju”, “Jack dan
kebahagiaan. Maka, muncullah asumsi di Pohon Kacang”, “Kisah 1001 Malam”,
masyarakat bahwa betapa sulit dan “Putri Salju”, “Tikus Desa dan Tikur
suramnya kisah yang disampaikan, ketika Kota”, “Kisah Kucing dalam Sepatu
dibuka dengan “pada zaman dahulu” atau Bot”, “Keong Mas”, “Si Kerudung
“pada suatu hari”, keajaiban pun terjadi. Merah”, “Timun Mas”, dan sebagainya.
Susahnya melawan seekor naga yang Kemudian, dongeng-dongeng itu, pada
ganas, kejamnya siksaan ibu tiri, dan umumnya, berakhir dengan bahagia
miskinnya hidup Aladin, ketika cerita selamanya.
dibuka dengan “pada zaman dahulu” atau
“pada suatu hari”, naga yang ganas dapat 3. Penutup
dikalahkan sang Pangeran, Putri Salju Anak-anak memiliki dunia yang
tetap bisa kabur dari ibu tiri yang jahat, berbeda dengan orang dewasa. Dalam
Aladin menjadi kaya dengan bantuan jin penciptaan karya sastra anak, seorang
dari dalam teko ajaib, bahkan keong mas pengarang harus menyelami dahulu
dapat kembali menjadi manusia dan dunia anak tersebut. Dunia anak sangat
timun mas selamat dari kejaran Buto Ijo. dekat dengan dunia imajinasi. Imajinasi
Apakah hal ini dipengaruhi oleh bagi anak adalah sarana untuk
bacaan asing? Dalam dongeng Snow
berselancar dalam memahami realitas
White, misalnya, terlihat dialog berikut,
keberadaan dirinya, orang lain, maupun
“Once upon a time, there was a beautiful
princess named Snow White.” Ini adalah lingkungannya. Mendorong anak untuk
kalimat pembuka (yang terlihat pada berimajinasi merupakan hal yang
banyak dongeng asing berbahasa dibutuhkan untuk mengelola pola pikir

144 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146


anak sejak dini. Dunia imajinasi yang
dihasilkan oleh pola pikir anak
menciptakan kreativitas yang perlu
dikembangkan dan digali hingga
mencapai potensi yang maksimal. Dalam
pengembangan imajinasi anak ini, peran
karya sastra anak menjadi sangat perlu,
karena terbukti mampu membangun
serta mengembangkan kekuatan
imajinasi anak.
Dalam hal ini, pemanfaatan sastra
anak yang dikemas dengan format yang
menarik, menggunakan elemen sastra
yang lazim seperti sudut pandang, latar,
watak, alur dan konflik, tema, gaya, serta
adanya kejujuran dan informasi yang
memperluas wawasan sangat membantu.
Melalui pemanfaatan sastra anak,
kreativitas berbahasa pada anak dapat
dikembangkan. Akan tetapi, yang
ditemukan pada umumnya, penulis
sastra (cerita) anak belum memanfaatkan
peluang dalam menggarap cerita (dari
segi bahasa) yang dapat memicu
kreativitas (berbahasa) anak secara
positif.
Sudah tiba saatnya bagi pengarang
sastra anak lokal untuk meninggalkan
cara-cara lama untuk membuka dan
menutup cerita yang monoton. Tidak ada
salahnya para pengarang mendobrak
keyakinan yang terlanjur berkembang di
masyarakat bahwa jika sebuah cerita
dibuka dengan “pada zaman dahulu”
atau “pada suatu hari”, akan berakhir
dengan kebahagiaan. Para pengarang
pun perlu sesekali memberikan ending
terbuka dalam cerita (anak) agar dapat
membantu mengembangkan imajinasi
(anak) sehingga terlahir kreativitas yang
diidamkan.

Dessy Wahyuni: Kreativitas Berbahasa dalam Sastra… 145


Daftar Pustaka kreativitas-dalam-
pembelajaran.html diunduh 2
Aksan, Hermawan. 2011. Proses Kreatif Februari 2016).
Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa. Sehandi, Yohanes. 2016. Mengenal 25
Atmowiloto, Arswendo. 2011. Teori Sastra. Yogyakarta: Penerbit
Mengarang Itu Gampang. Jakarta: Ombak.
Gramedia Pustaka Utama. Semi, M. Atar. 2012. Metode Penelitian
Bean. 1995. Cara Mengembangkan Sastra. Bandung: Penerbit
Kreativitas Anak (Terjemahan Angkasa.
Meitasari Tjandrasa). Jakarta: Bina Sugono, Dendy (ed.). 2008. Kamus Besar
Rupa Aksara. Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa,
Junus, Umar. 1989. Stilistik Satu Edisi Keempat, Departemen
Pengantar. Kualalumpur: Dewan Pendidikan Nasional). Jakarta: PT
Bahasa dan Pustaka, Kementerian Gramedia Pustaka Utama.
Pendidikan Malaysia. Supriadi, Dedi. 1994. Kreativitas,
Laksana, A.S. 2013. Tip dan Strategi Kebudayaan, dan Perkem-bangan
Menulis Cerpen dan Novel. Jakarta: Iptek. Bandung: Alfabeta.
Gagas Media. Wahidin. 2009. “Hakikat Sastra Anak”.
Leech, Geoffrey, & Mick Short. 2007. (http://makalahkumakalahmu.word
Style in Fiction A Linguistic press. com/2009/03/18/hakikat-
Introduction to English Fictional sastra-anak/ diunduh 5 Februari
Prose (second edition). United 2016).
Kingdom: Pearson Education
Limited. Data Primer
Puryanto, Edi. 2008. “Konsumsi Anak
dalam Teks Sastra di Sekolah” Aritonang, Buha. 2000. Anak yang
(Makalah dalam Konferensi Hilang. Jakarta: Pusat Bahasa.
Internasional Kesusastraan XIX Astar, Hidayatul. 2000. Bintang
HISKI). Minahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
Rampan, Korrie Layun. 2012. Kreatif Ekawati. 2000. Pangeran Saputra.
Menulis Cerita Anak. Bandung: Jakarta: Pusat Bahasa.
Nuansa. Kulsum, Umi. 2006. Mapangingi.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Estetika Jakarta: Pusat Bahasa.
Sastra dan Budaya. Yogyakarta. Kurniawati, Laila. 2008. Sandima.
Pustaka Pelajar. Jakarta: Pusat Bahasa.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Murniah, Dad. 2003. Awan Putih
Cultural Studies: Representasi Mengambang di Cakrawala.
Fiksi dan Fakta. Yogyakarta. Jakarta: Pusat Bahasa.
Pustaka Pelajar. Nureni, Isti. 2006. Kahar Kusmen Sang
Ratna, Nyoman Kutha. 2008. Teori, Pengeran Perang Jakarta: Pusat
Metode, dan Teknik Penelitian Bahasa.
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Saptarini, Tri. 2006. Pangeran Indra
Pelajar. Bangsawan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010. Sitanggang, S.R.H.. 2004. Si Raja Gusar
Pedoman Penelitian Sastra Anak. dari Ambarita. Jakarta: Pusat
Jakarta: Pusat Bahasa. Bahasa.
Sastromiharjo, Andoyo. 2009. Zabadi, Fairul. 2000. Sarudin Pemikat
“Kreativitas dalam Pembelajaran Burung Perkutut. Jakarta: Pusat
Berbicara” (http://argumen – Bahasa.
apbi.blogspot.co.id/2009/02/

146 Madah, Volume 7, Nomor 2, Edisi Oktober 2016:127—146

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi