Vous êtes sur la page 1sur 8

ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print)

Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)


website: http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/GeoEdukasi/index
© 2016 Geography Education UMP and The Indonesian Geographers Association
 
Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Letusan
Gunungapi Slamet di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Banyumas (Community Knowledge in Disaster Mitigation the
Eruption of Slamet Volcano in Melung Village, Kedungbanteng District,
Banyumas Regency)
Fajria Pawestriana 1
1
Program studi pendidikan geografi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purwokerto
1
email: fajria_pawestriana@gmail.com
Received: 18 04 2016 / Accepted: 17 10 2016 / Published online: 30 10 2016
© 2016 Geography Education UMP and The Indonesian Geographers Association

Abstract
This study aims to determine the knowledge of the community in disaster mitigation of Mount Slamet eruption in
Melung Village, Kedungbanteng District, Banyumas Regency. This research is a survey research, to obtain
disaster mitigation knowledge data before, during and after disaster with a population of 528 heads of
households. Samples were taken by Proportional Random Sampling technique 10% as many as 52 Head of
Family who had been following socialization. Data collection techniques used questionnaires and observations.
Data analysis is descriptive qualitative using frequency table, percentage and derivative. Public knowledge in
disaster mitigation of volcanic eruption of Slamet volcano mostly entered in medium category. The community
has not yet known about the knowledge of disaster mitigation which includes disaster knowledge, disaster
management, facilities and infrastructure in mitigation of volcano disaster. The people do not know the Law on
Disaster Mitigation (Law No.24 Year 2007) and the evacuation route.
Keywords: Community knowledge, disaster mitigation, volcanic eruption

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana letusan Gunungapi
Slamet di Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas. Penelitian ini merupakan penelitian
survei, utuk memperoleh data pengetahuan mitigasi bencana sebelum, saat dan sesudah bencana dengan
populasi sebanyak 528 Kepala Keluarga. Sampel diambil dengan teknik Proporsional Random Sampling 10%
sebanyak 52 Kepala Keluarga yang sudah pernah mengikuti sosialisasi. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket dan observasi. Analisis data secara deskriptif kualitatif menggunakan tabel frekuensi,
persentase dan pengharkatan. Pengetahuan masyarakat dalam mitigasi bencana letusan Gunungapi Slamet
sebagian besar masuk dalam kategori sedang. Masyarakat belum semua tahu tentang pengetahuan mitigasi
bencana yang meliputi pengetahuan kebencanaan, pengelolaan bencana, sarana dan prasarana dalam mitigasi
bencana gunungapi. Masyarakat belum tahu Undang-Undang Penaggulangan Bencana (UU No.24 Tahun
2007) dan jalur evakuasi.
Kata kunci : Pengetahuan Masyarakat, Mitigasi Bencana, Bencana Letusan

1. Pendahuluan lain untuk pertanian, perkebunan, perumahan,


Posisi geografis dan geodinamik Indonesia wisata maupun pemanfaatan potensi sumberdaya
telah menempatkan tanah air kita sebagai salah lainnya.
satu wilayah yang rawan bencana alam (natural Gunungapi Slamet merupakan gunungapi
disaster prone region) . Indonesia merupakan aktif yang memiliki ketinggian 3432 meter dari
Negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng permukaan laut merupakan salah satu gunungapi
besar dunia bertemu, yaitu lempeng Indo- aktif tipe A (pernah meletus sejak tahun 1600).
Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Gunung ini terletak pada posisi 7°14’30″ LS dan
Pasifik. Interaksi antar lempeng-lempeng 109°12’30″ BT, yang berada di Pulau Jawa.
tersebut lebih lanjut menempatkan Indonesia berada di perbatasan Kabupaten Brebes,
sebagai wilayah yang memiliki aktivitas Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal dan
kegunungapian dan kegempaan cukup tinggi. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah dan
Kawasan gunungapi merupakan kawasan merupakan gunung tertingi di Jawa Tengah.
yang potensial bagi kehidupan manusia, antara

 
18 Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Letusan Gunungapi Slamet (Pawestriana, 2016)

Upaya yang dilakukan dalam mengurangi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai
dampak akibat letusan gunungapi dan upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal
memperkecil jumlah korban manusia dan ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
kerugian harta benda atau disebut upaya mitigasi. pengalaman yang diperoleh dalam
Pemahaman karakteristik bencana secara umum memecahkan masalah yang dihadapi pada
merupakan aspek fundamental dalam upaya masa lalu. Pengalaman disini berkaiatan
penanggulangan bencana. dengan umur dan pendidikan individu,
Notoatmodjo, (2003) menjelaskan bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman
pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini akan semakin luas dan semakin tua umur
terjadi setelah orang melakukan penginderaan maka pengalaman akan semakin banyak (Asih
terhadap suatu objek tertentu. Pengineraan ini Dwi : 2012).
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu 3. Usia
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, Menurut Wahyuni dan Krianto (2011) usia
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan adalah umur manusia yang terhitung mulai
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia
Pengetahuan merupakan domain yang sangat semakin bertambah dan cukup umur, tingkat
penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. kematangan dan kekuatan seseorang akan
Sadisun (2013) Pengalaman memperlihatkan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
bahwa kejadian-kejadian bencana alam selama Faktor usia sejalan dengan pengalaman
ini telah banayak menimbulkan kerugian dan individu, semakin tua usia seseorang maka
penderitaan yang cukup berat akibat dari semakin bnayak pengalaman yang dimiliki
perpaduan bahaya alam dan kompleksitas individu. Hal ini juga berlaku terhadap
masalah lainnya. Konsep penanggulangan pembentukan karakter kesiapan bencana.
bencana di Indonesia saat ini telah mengalami 4. Informasi
pergeseran dalam cara pandang (perubahan Informasi akan memberikan pengaruh pada
paradigma). pengetahuan sesorang. Meskipun seseorang
Beberapa faktor yang mempengaruhi memiliki pendidikan yang rendah, tetapi jika
pengetahuan seseorang, antara lain : ia mendapatkan informasi yang baik dari
1. Pendidikan berbagai media misalnya TV, radio atau surat
Pendidikan merupakan segala upaya yang kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain pengetahuan seseorang. Kesiapan bencana
baik individu, kelompok atau masyarakat pada individu dan komunitas dipengaruhi oleh
melalui kegiatan untuk memberikan dan jumlah informasi yang diperoleh. Upaya-
meningkatkan pengetahuan sehingga mereka upaya yang dapat dilakukan untuk
melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku memperoleh informasi terkait mitigasi
pendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi bencana dapat dilakukan dengan membaca
seseorang termasuk juga perilaku seseorang artikel terkait bencana di koran, buku, dan
yang merefleksikan kesiapan bencana. internet Wahyuni dan Krianto (2011).
Umumnya tinggi rendahnya pendidikan turut Sutikno (1994) mitigasi adalah suatu
pula menentukan mudah tidaknya seseorang tindakan sebelum bencana terjadi untuk
menyerap dan memahami pengetahuan yang mengurangi seminimal mungkin kerugian harta
mereka peroleh, pada umumnya semakin benda atau korban jiwa. Pada prinsipnya upaya
tinggi pendidikan semakin baik pula mitigasi dapat dilakukan melalui pendekatan non
pengetahuannya (Kapucu : 2008). struktural seperti peraturan perundangan,
2. Pengalaman penyuluhan, insentif dan pengembangan sistem
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. peringatan demi bahaya.
Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa Aspek pengetahuan mitigasi bencana
pengalaman merupakan sumber pengetahuan, tersebut memberikan gambaran baru, bahwa
atau pengalaman itu suatu cara untuk masyarakat juga harus paham risiko tinggal di
memperoleh kebenaran pengetahuan. daerah lereng Gunungapi Slamet dengan status
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
 
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 17- 24 19

gunungapi aktif serta memiliki dampak risiko masyarakat menjawab a diberi harkat 3, jawaban
letusan gunungapi tinggi dengan segala potensi b diberi harkat 2, dan jawaban c diberi harkat 1.
bahaya dan kerugian harta benda yang dapat Uji hipotesis pada penelitian ini
terjadi. menggunakan teknik persentase, dengan rumus
Berdasarkan latar belakang tersebut, sebagai berikut :
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : !
𝑃 = ! ×100%
“Bagaimana pengetahuan masyarakat dalam
mitigasi bencana letusan Gunungapi Slamet di Keterangan :
Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng P= Tingkat Pengetahuan Masyarakat (%).
Kabupaten Banyumas?”. f = Banyaknya responden masing-masing tingkat.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk N = Jumlah seluruh responden.
mengetahui pengetahuan masyarakat dalam Ho : hipotesis ditolak, jika pengetahuan
mitigasi bencana letusan Gunungapi Slamet di masyarakat dalam mitigasi bencana letusan
Desa Melung Kecamatan Kedungbanteng gunungapi rendah <50%.
Kabupaten Banyumas. Hi : hipotesis diterima, jika pengetahuan
masyarakat dalam mitigasi bencana letusan
2. Metode Penelitian gunungapi tinggi >50%.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian sosial ini dilakukan di Desa 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Hasil Penelitian
Banyumas. Metode yang digunakan dalam Menurut Wahyuni dan Krianto (2011) usia
penelitian ini adalah metode survei. Informasi adalah umur manusia yang terhitung mulai saat
Penelitian survai dalam pengumpukan data dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin
menggunakan sampel (Singarimbun Masri, cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
1989). seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
Waktu pelaksanaan penelitian ke lapangan bekerja. Faktor usia sejalan dengan pengalaman
dilakukan pada bulan Desember 2015 – Januari individu, semakin tua usia seseorang maka
2016. Objek penelitian ini adalah masyarakat semakin bnayak pengalaman yang dimiliki
Desa Melung Kabupaten Banyumas yang sudah individu. Hal ini juga berlaku terhadap
mengikuti sosialisasi mitigasi bencana sebanyak pembentukan karakter kesiapan bencana. Tabel
528 kepala keluarga. Teknik pengambilan 1 menyajikan distribusi umur masyarkat Desa
sampel yang digunakan dalam penelitian ini Melung yang telah mengikuti sosialisasi mitigasi
yaitu teknik Proporsional Random Sampling bencana.
sebanyak 10% dari populasi yang pernah Tabel 1 Karakteristik usia masyarakat
No. Usia Persentase
mengikuti sosialisasi desa tangguh bencana Umur Jumlah (%)
yaitu sebanyak 52 kepala keluarga yang terdiri (Tahun)
dari 19 orang laki-laki dan 33 perempuan. 1 20-24 1 1,92
2 25-29 6 11,54
Analisis data dan Pengolahan Data 3 30-34 14 26,92
Analisis dalam penelitian ini menggunakan 4 35-39 11 21,15
teknik analisis deskriptif kualitatif menggunakan 5 40-44 8 15,40
6 45-49 6 11,54
tabel frekuensi dan persentase yang kemudian 7 50-54 1 1,92
dianalisis menggunakan skoring untuk me- 8 55-59 2 3,85
ngetahui tingkat pengetahuan mitigasi bencana 9 60-64 1 1,92
10 65+ 2 3,85
letusan Gunungapi Slamet yang diklasifikasikan Jumlah 52 100,00
menjadi 3 kelas dari rendah, sedang hingga Sumber : Data Primer Tahun 2015
tinggi. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
Pengolahan data dalam penelitian ini 1 diketahui usia masyarakat Desa Melung yang
menggunakan teknik pengharkatan. Peng- sudah pernah mengikuti sosialisasi mitigasi
harkatan terhadap jawaban masyarakat, apabila bencana gunungapi. Rentang usia masyarakat
mulai dari usia 20-65+ tahun. Paling banyak
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
 
20 Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Letusan Gunungapi Slamet (Pawestriana, 2016)

adalah usia produktif yaitu umur 30-34 tahun yaitu lulusan SD/MI dengan jumlah masyarakat
sebanyak 14 orang atau 26,92%. Umur 35-39 terbanyak yaitu sebanyak 27 orang atau 51,93%.
tahun sebanyak 11 orang atau 21,15%. Umur 40- Terbanyak kedua adalah lulusan SMA/Sederajat
44 tahun sebanyak 8 orang atau 15,40%. Umur sebanyak 14 orang atau 26,92%. Terbanyak
25-29 tahun dan 45-49 tahun sebanyak 6 orang ketiga adalah lulusan SMP/Sederajat sebanyak 9
atau 11,54%. Umur 55-59 tahun dan 65+ tahun orang atau 17,30%. Dan jumlah mqasyarakat
sebanyak 2 orang atau 3,85%. Kelompok umur paling sedikit adalah lulus perguruan tinggi
dengan jumlah paling sedikit yaitu umur 20-24 sebanyak 2 orang atau 3,85%.
tahun, 50-54 tahun dan 60-64 tahun masing- c. Data Mata Pencaharian Masyarakat
masing sebanyak 1 orang atau 1,92%. Perbedaan pekerjaan akan merujuk pada
a. Jenis kelamin perbedaan tingkat pengetahuan sesuai dengan
Jenis kelamin sangat menentukan dalam beban kerja dan jenis pekerjaan yang ditekuni
pengambilan keputusan mitigasi bencana, sikap individu yang nantinya akan mempengaruhi
laki-laki yang cenderung lebih tegas dan sigap kesiapan dalam menghadapi bencana (Asih Dwi :
dibandingkan perempuan yang tidak mempunyai 2012). Terlihat dari luas wilayah Desa Melung
keberanian seperti halnya laki-laki. Tabel 2 yang sebagian besar merupakan pangkuan hutan
menyajikan distribusi masyarakat berdasarkan Negara, hutan rimba dan perkebunan seperti
jenis kelamin yang menjadi responden pada yang disajikan pada Tabel 4. Masyarakat Desa
penelitian ini. Melung sebagian besar bermata pencaharian
Tabel 2 Distribusi masyarakat berdasarkan jenis sebagai petani/pekebun.
kelamin Tabel 4 Distribusi Masyarakat Berdasarkan Mata
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%) Pencaharian
Laki – Laki 19 36,54 Mata Jumlah Persentase
No.
Perempuan 33 63,46 Pencaharian (%)
Jumlah 52 100,00 1 Petani/Pekebun 7 13,46
Sumber: Data primer (2015) 2 Buruh Tani 1 1,92
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3 Kepala Desa 1 1,92
2 diketahuai distribusi masyarakat berdasarkan 4 Perangkat Desa 5 9,62
jenis kelamin masyarakat pada penelitian ini. 5 Guru 1 1,92
Jumlah terbanyak berjenis kelamin perempuan 6 TNI 1 1,92
7 Bidan 1 1,92
sebanyak 33 orang atau 63,46% dan jumlah laki-
8 Wiraswasta 4 7,70
laki sebanyak 19 orang atau 36,54%.
Karyawan 2 3,84
b. Tingkat pendidikan terakhir masyarakat 9
Swasta
Tingkat pendidikan turut pula menentukan 10 Pengurus RT 22 42,31
mudah tidaknya seseorang menyerap dan Buruh Harian 6 11,54
11
memahami pengetahuan yang mereka peroleh, Lepas
pada umumnya semakin tinggi pendidikan 12 Tukang Kayu 1 1,92
semakin baik pula pengetahuannya. Jumlah 52 100,00
Tabel 3 Pendidikan terakhir masyarakat Sumber : Data Primer Tahun 2015
No Pendidikan Jumlah Persentase Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
Terakhir (%) 4 diketahui distribusi masyarakat berdasarkan
1 SD/MI 27 52,00 mata pencaharian. Mata pencaharian terbanyak
2 SMP/Sederajat 9 17,30 adalah sebagai pengurus RT dengan jumlah
3 SMA/Sederajat 13 25 sebanyak 22 orang atau 42,31%. Terbanyak
4 PT 2 3,85 kedua adalah petani/pekebun sebanyak 7 orang
5 TT 1 1,92 atau 13,46%. Terbanyak ketiga adalah buruh
Jumlah 52 100
harian lepas sebanyak 6 orang atau 11,54%.
Sumber: Data primer (2015)
Terbanyak keempat adalah perangkat desa
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
sebanyak 5 orang atau 9,62%. Terbanyak kelima
3 diketahui distribusi masyarakat berdasarkan
adalah karyawan swasta sebanyak 2 orang atau
pendidikan terakhir dari ijazah yang diperoleh
3,84%. Jumlah masyarakat paling sedikit yaitu
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
 
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 17- 24 21

ada 8 jenis mata pencaharian yaitu buruh tani, Melung dalam mitigasi bencana sebelum letusan
kepala desa, guru, TNI, bidan, dan tukang kayu, gunungapi masuk dalam kategori sedang.
dimana setiap mata pencaharian tersebut Masyarakat belum semua tahu betul tentang
sebanyak 1 orang atau 1,92%. bencana alam, mitigasi letusan gunungaapi,
Pembahasan risiko dampak letusan, jarak Desa Melung dari
a. Pengetahuan mitigasi bencana sebelum pusat kawah Gunungapi Slamet, status aktif
bencana letusan gunungapi Gunungapi Slamet, tentang organisasi peringatan
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel dini, keikutsertaan dalam sosilaisasi, menyam-
5 dibawah diketahui pengetahuan masyarakat paikan hasil sosialisasi, mengetahui ciri-ciri
dalam mitigasi bencana sebelum letusan daerah rawan resiko letusan gunungapi tinggi,
gunungapi termasuk kategori rendah sebanyak 14 dampak tinggal didaerah dampak risiko letusan
orang atau 26,92%, kategori sedang sebanyak 25 gunungapi tinggi dan tahu tenntang badan
orang atau 48,08% dan kategori tinggi sebanyak penyelenggara kegiatan mitigasi bencana.
13 orang atau 25,00%. Berdasarkan persentase Masyarakat belum tahu tentang Undang-Undang
tersebut dapat disimpulkan pengetahuan Penaggulangan Bencana (UU No.24 Tahun
masyarakat Desa Melung dalam mitigasi bencana 2007), jalur evakuasi, belum paham tentang
sebelum letusan gunungapi masuk dalam kate- bencana letusan gunungapi, dan kurangnya
gori sedang. pengetahuan tentang posko bencana.
Tabel 5 Pengetahuan mitigasi bencana sebelum b. Pengetahuan mitigasi bencana saat letusan
letusan gunungapi gunungapi
No Skor Kelas Jumlah Persentase (%) Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
1 33-42 Rendah 14 26,92
2 43-52 Sedang 25 48,08
6 dapat diketahui pengetahuan masyarakat dalam
3 >52 Tinggi 13 25,00 mitigasi bencana saat letusan gunungapi kategori
Jumlah 52 100,00 rendah sebanyak 19 orang atau 36,54%, kategori
Sumber : Data Primer Tahun 2015 sedang sebanyak 33 orang atau 63,46% dan
Masyarakat belum semua tahu betul tentang kategori tinggi sebanyak 0 orang atau 0,00%.
bencana alam, mitigasi letusan gunungaapi, Berdasarkan persentase tersebut pengetahuan
risiko dampak letusan, jarak Desa Melung dari masyarakat dalam mitigasi bencana saat letusan
pusat kawah Gunungapi Slamet, status aktif gunungapi termasuk kategori sedang.
Gunungapi Slamet, tentang organisasi peringatan Tabel 6 Pengetahuan mitigasi bencana saat
dini, keikutsertaan dalam sosilaisasi, menyam- letusan gunungapi
No Skor Kelas Jumlah Persentase (%)
paikan hasil sosialisasi, mengetahui ciri-ciri 1 16-27 Rendah 19 36,54
daerah rawan resiko letusan gunungapi tinggi, 2 28-39 Sedang 33 63,46
3 >39 Tinggi - 0,00
dampak tinggal didaerah dampak risiko letusan
Jumlah 52 100,00
gunungapi tinggi dan tahu tenntang badan Sumber : Data Primer Tahun 2015
penyelenggara kegiatan mitigasi bencana.
Masyarakat belum semua tahu dimana
Masyarakat belum tahu tentang Undang-Undang
lokasi titik kumpul jika terjadi letusan, posko
Penaggulangan Bencana (UU No.24 Tahun
yang disediakan BPBD saat terjadi letusan,
2007), jalur evakuasi, belum paham tentang
kebutuhan dasar, peringatan dini, dan penge-
bencana letusan gunungapi, dan kurangnya
tahuan saat terjadi letusan. Masyarakat sebagain
pengetahuan tentang posko bencana.
besar hanya tahu tentang kerusakan akibat
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
letusan dan sikap saat terjadi letusan.
5 diketahui pengetahuan masyarakat dalam
mitigasi bencana sebelum letusan gunungapi c. Pengetahuan mitigasi bencana setelah letusan
gunungapi
termasuk kategori rendah sebanyak 14 orang atau
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel
26,92%, kategori sedang sebanyak 25 orang atau
7 dapat diketahui pengetahuan masyarakat dalam
48,08% dan kategori tinggi sebanyak 13 orang
mitigasi bencana setelah letusan gunungapi
atau 25,00%. Berdasarkan persentase tersebut
kategori rendah sebanyak 1 orang atau 1,92%,
dapat disimpulkan pengetahuan masyarakat Desa
kategori sedang sebanyak 7 orang atau 13,47%

ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
 
22 Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Letusan Gunungapi Slamet (Pawestriana, 2016)

dan kategori tinggi sebanyak 44 orang atau karena belum seluruh masyarakat tahu tentang
84,62%. bencana letusan gunungapi, masyarakat belum
Tabel 7 Pengetahuan mitigasi bencana setelah tau Undang-Undang tentang Penenggulangan
letusan gunungapi Bencana, dan belum tahu betul jalur evakuasi
No Skor Kelas Jumlah Persentase dan posko bencana.
(%)
1 7-9 Rendah 3 5,77 Pembahasan
2 10-12 Sedang 11 21,15 Pengetahuan mitigasi bencana di daerah
3 >12 Tinggi 38 73,08 yang memiliki dampak risiko letusan Gunungapi
Jumlah 52 100,00 Slamet tinggi sangatlah penting, mengingat
Sumber : Data Primer Tahun 2015 daerah tersebut terdapat aktifitas penduduk yang
Pengetahuan masyarakat dalam mitigasi meliputi pendidikan, pertanian, pemerintahan
setelah letusan gunungapi masuk dalam kategori desa, dan aktifitas penduduk lainya yang
tinggi terbukti dengan kesiapan masyarakat Desa berpotensi membahayakan dan mengancam
Melung jika nantinya terjadi letusan Gunungapi keselamatan jiwa jika sewaktu-waktu Gunungapi
Slamet. Masyarakat sebagian besar sangat tahu Slamet meletus. Seperti halnya menurut
akan dampak letusan Gunungapi Slamet, Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa
masyarakat siap untuk direlokasi jika terjadi pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini
letusan, partisipasi masyarakat dalam pemulihan terjadi setelah orang melakukan penginderaan
lingkungan akibat letusan dan pengetahuan terhadap suatu objek tertentu. Pengineraan ini
setelah terjadi letusan tinggi. terjadi melalui panca indera manusia, yaitu
d. Pengetahuan mitigasi bencana sebelum, saat, indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan setelah letusan gunungapi rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam mitigasi manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
bencana sebelum, saat, dan sesudah letusan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
gunungapi dapat diketahui berdasarkan data yang yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
disajikan pada Tabel 8. Pengetahuan mitigasi seseorang.
bencana letusan Gunungapi Slamet terdiri atas 40 Peneliti menemukan hal menarik dari
butir pertanyaan yang terdiri dari aspek penelitian yang dilakukan di Desa Melung
pengetahuan mitigasi bencana letusan gunungapi, Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten
pengetahuan kebencanaan, pengelolaan bencana, Banyumas, awalnya hipotesis peneliti yaitu
serta sarana dan prasarana. pengetahuan masyarakat Desa Melung memiliki
Tabel 8 Pengetahuan mitigasi bencana sebelum, tingkat pengetahuan mitigasi bencana letusan
saat, dan setelah letusan gunungapi Gunungapi Slamet tinggi, karena peneliti
No Skor Kelas Jumlah Persentase (%)
1 38-65 Rendah 2 3,85 memperoleh informasi bahwa Desa Melung
2 66-93 Sedang 29 55,77 ditunjuk menjadi salah satu wilayah Desa
3 >93 Tinggi 21 40,38
Tangguh Bencana, namun hipotesis tersebut
Jumlah 52 100,00
Sumber : Data Primer Tahun 2015 terbantahkan dengan hasil penelitian yang
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel menunjukan bahwa pengetahuan masyarakat
8 dapat diketahui pengetahuan masyarakat Desa dalam mitigasi bencana letusan Gunungapi
Melung Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Slamet di Desa Melung Kecamatan
Banyumas dalam mitigasi bencana sebelum, saat Kedungbanteng Kabupaten Banyumas masuk
dan sesudah bencana letusan Gunungapi Slamet dalam kategori sedang.
kategori rendah sebanyak 2 orang atau 3,85%, Pengetahuan masyarakat dalam mitigasi
kategori sedang 29 orang atau 55,77% dan bencana sebelum letusan gunungapi masuk
kategori tinggi sebanyak 21 orang atau 40,38%. dalam kategori sedang, dengan jumlah
Persentase yang disajikan memberikan masyarakat 52 orang. Pertanyaan yang termasuk
kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat dalam pengetahuan mitigasi bencana sebelum
dalam mitigasi sebelum, saat dan sesudah letusan gunungapi sebanyak 23 pertanyaan.
bencana letusan gunungapi kategori sedang, Kategori terbanyak adalah masyarakat dengan
kategori sedang sebanyak 25 orang atau 48,08%.
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
 
Geo Edukasi, Vol 5, No. 2, October 2016: 17- 24 23

Artinya sebanyak 25 orang memilih opsi “b” sarana dan prasarana dalam mitigasi bencana
yang artinya tahu. Masyarakat Desa Melung gunungapi. Masyarakat belum tahu Undang-
belum semuanya paham mengenai pengetahuan Undang Penaggulangan Bencana (UU No.24
mitigasi bencana. Tahun 2007) dan jalur evakuasi.
Pengetahuan masyarakat dalam mitigasi Saran
bencana saat letusan gunungapi seperti halnya 1. Bagi Masyarakat
pengetahuan mitigasi bencana sebelum letusan a. Membuat agenda rutin pelaksanaan sosial-
gunungapi masuk dalam kategori sedang dari 52 isasi mitigasi bencana letusan gunungapi
orang terdapat 33 orang atau 63,46% yang telah untuk meningkatkan pengetahuan ma-
mengisi angket dengan jumlah sebanyak 40 syarakat dalam mitigasi bencana.
pertanyaan. Pertanyaan yang termasuk dalam b. Swadaya masyarakat ditingkatkan untuk
pengetahuan mitigasi saat letusan sebanyak 12 pemenuhan sumber dana dalam kesiap-
butir pertanyaan. Masyarakat terbanyak masuk siagaan menghadapi bencana.
dalam kategori sedang yaitu sebanyak 33 orang 2. Bagi Pemerintah
atau 63,46% memilih opsi “b” yang artinya tahu. a. Pemerintah perlu mengadakan simulasi
Masyarakat Desa Melung belum semua paham bencana letusan gunungapi agar
tentang kebutuhan dasar apa yang diperlukan jika masyarakat memiliki gambaran serta
letusan gunungapi terjadi, perlindungan diri yang kesiapan mengenai hal-hal apa saja yang
harus dilakukan saat terjadi letusan, masyarakat harus dilakukan mengingat pengetahuan
tahu akan peringatan dini dan sistem peringatan mitigasi bencana masyarakat sebelum
dini. terjadinya sebelum bencana secara
Pengetahuan masyarakat dalam mitigasi keseluruhan termasuk dalam kategori
bencana setelah terjadi letusan gunungapi masuk rendah.
dalam kategori tinggi, dari 52 orang yang telah b. Pemerintah menyiapkan tempat tinggal
mengisi angket dengan jumlah pertanyaan baru untuk relokasi korban bencana
sebanyak 40 pertanyaan. Masyarakat terbanyak letusan gunungapi, karena masyarakat
termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak siap untuk direlokasi jika terjadi
38 orang atau 73,08% yang memilih opsi “a” kemungkinan terburuk yaitu meletusnya
yang artinya sangat tahu. Masyarakat sangat tahu Gunungapi Slamet.
dampak apa saja yang ditimbulkan akibat letusan Daftar Pustaka
gunungapi, partisipasi masyarakat dalam Asih Dwi Hayuningtyas.2012. Gambaran
pemulihan lingkungan setelah terjadi bencana, Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi Kesiapan
sikap terhadap tempat yang baru jika direlokasi Bencana pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
akibat letusan gunungapi yang ditimbulkan, serta Keperawatan. Skripsi. Universitas
pengetahuan yang diperoleh setelah letusan Indonesia.
gunungapi terjadi, serta kesiapan untuk Kapucu Naim. 2008. Culture of preparedness :
direlokasi. Kesiapan masyarakat untuk direlokasi household preparedness. Jurnal.
ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah Pengelolaan dan Manajemen Bencana (1-7).
untuk menyediakan dan menyiapkan tempat baru Sadisun I.A.2013. Mitigasi Bencana : Dari
yang layak bagi penduduk yang berada di daerah pendekatan berbasis komunitas hingga
terdampak letusan Gunungapi Slamet. peranan IPTEK. Invited Speaker. Pada
4. Kesimpulan dan saran Pelatihan Dasar Manajemen Bencana
Simpulan BAZNAS – DOMPET DHUAFA
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil REPUBLIKA. Jakarta
penelitian ini adalah Pengetahuan masyarakat Singarimbun Masri.1989. Metode Penelitian
dalam mitigasi bencana letusan Gunungapi Survei. Jakarta: LP3ES.
Slamet sebagian besar masuk dalam kategori Sutikno.1994. Pendekatan Geografi untuk
sedang. Masyarakat belum semua tahu tentang Mitigasi Bencana Alam Akibat Gerakan
pengetahuan mitigasi bencana yang meliputi Massa Tanah/Batuan. Prosiding Seminar
pengetahuan kebencanaan, pengelolaan bencana, Mitigasi Bencana Alam 16-17 September
ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
 
24 Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Letusan Gunungapi Slamet (Pawestriana, 2016)

1994. Kerjasama Fakultas Geografi UGM-


Bakornas Penanggulangan Bencana RI.
Yogyakarta.
Wahyuni, Elida dan Krianto.2011. Tingkat
pengetahuan siswa tentang kesiapsiagaan
bencana di SMA 1 Pariaman Sumatera
Barat dan SMA 2 Depok Jawa Barat tahun
2011. Skripsi. Universitas Indonesia.
Jakarta.

ISSN 2250-1321 (online), ISSN 2085-2436 (print) Geo Edukasi Vol. 5, No.2, October 2016 (17 - 24)
 

Vous aimerez peut-être aussi