Vous êtes sur la page 1sur 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/282243481

Pemodelan Spasial Landaan Tsunami Menggunakan Variasi Lokasi Sumber


dan Magnitud Gempa Studi Kasus Kota Padang

Conference Paper · November 2012

CITATIONS READS

0 869

3 authors:

Abdul Basith Widjo Kongko


Universitas Gadjah Mada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
16 PUBLICATIONS   22 CITATIONS    43 PUBLICATIONS   551 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Nadya Oktaviani
Badan Informasi Geospasial
16 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

GITEWS Project View project

Tsunami Modeling using high resolution of bathymetry and topography model in Sadeng View project

All content following this page was uploaded by Nadya Oktaviani on 28 September 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pemodelan Spasial Landaan Tsunami
Menggunakan Variasi Lokasi Sumber dan Magnitud Gempa
Studi Kasus Kota Padang

Abdul Basitha,*, Widjo Kongkob, Nadya Oktavianic


a,*
Laboratorium Hidrografi Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM ()
Jln. Grafika No. 2 Yogyakarta, Telp. +062-274-520226, Email: abd_basith@ugm.ac.id
b
Balai Penelitian Dinamika Pantai (BPDP) BPPT Teknik Pantai
c
Mahasiswa Jurusan Teknik Geodesi FT-UGM

Abstract
Tsunami is one of major catastrophe in Indonesia causing damage of infrastructures, loss of lives, and
damaging environment. Spatial modeling of areas prone to landslide run-up is importance to conduct in
order to reduce tsunami impact. Using tsunami numerical model such areas can be predicted. The impact
of tsunami is influenced by some factors such as locations and magnitudes of tsunami source, e.g.
earthquake. This paper presents preliminary study of modeling tsunami run-up in Padang City, Sumatera
Barat. Four scenarios of tsunami run-up modeling were run using different locations and magnitudes of
tsunami source. The results show that the closer the location of the source, the farther the tsunami run-up.
In addition, tsunami run-up reaches onshore areas farther when the magnitude of the source is higher.
Keywords: Tsunami

I. Pendahuluan Tsunami adalah gelombang laut yang terjadi dengan


periode panjang yang dapat diakibatkan oleh
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng besar
pergerakan vertikal kerak bumi sehingga
dunia yang senantiasa selalu bergerak. Pertemuan
menyebabkan dasar laut naik/turun secara tiba-tiba.
lempeng tersebut menghasilkan aktivitas vulkanologi
Akibatnya, kesetimbangan massa air diatasnya
dan kegempaan yang cukup aktif. Wilayah ini dikenal
menjadi terganggu sehingga terjadi pelepasan energi
dengan sebutan Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik.
air laut hingga mencapai pantai. Gelombang yang
Gambar 1 menunjukkan cincin api yang berbentuk
mencapai pantai inilah yang disebut dengan Tsunami.
tapal kuda mengepung seluruh wilayah Indonesia.
Dari 90% gempa yang terjadi di dunia, 81% terjadi Indonesia telah mengalami banyak kejadian tsunami.
diwilayah sepanjang cincin api. Oleh karenanya, Dua peristiwa terakhir tsunami terjadi pada tanggal
Indonesia menjadi wilayah yang sangat rawan akan 26 Desember 2004 yang melanda propinsi Aceh dan
bencana apapun, baik didarat maupun di laut. Tidak pada tanggal 25 Oktober 2010 yang melanda
jarang aktivitas gempa yang terjadi menimbulkan kepulauan Mentawai. Peristiwa pertama
tsunami yang mengakibatkan kerugian yang besar. menyebabkan hilangnya nyawa hingga mencapai
250.000 orang. Banyaknya nyawa hilang salah
satunya disebabkan oleh masih kurangnya
pemahaman masyarakat tentang informasi bencana
tsunami itu sendiri. Untuk itu diperlukan
langkah-langkah untuk mengurangi dampak tsunami.
Salah satu langkah sebagai antisipasi dampak
bencana tsunami adalah dengan melakukan
penyediaan informasi area yang rawan/aman dari
landaan (run-up) tsunami. Landaan adalah istilah
untuk menggambarkan sejauh mana gelombang
tsunami menjangkau daratan. Jangkauan landaan
tsunami dapat diprediksi salah satunya dengan
menggunakan pemodelan numerik. Banyak model
numerik yang dapat digunakan untuk memprediksi
Gambar 1. Sabuk ring of fire landaan tsunami diantaranya model numerik
Sumber: http://earthquake.usgs.gov

|1
TUNAMI, Turmina Interface, MIKE21, ANUGA, (1.1). Peubah x dan y menyatakan sumbu horizontal,
dan lain-lain. Setiap model numerik memiliki z menyatakan sumbu vertikal, t merupakan waktu, h
kelebihan dan kekurangan. Model numerik tsunami merupakan kedalaman air laut sebelum terjadi
secara umum menggunakan kekekalan massa dan gangguan, η menyatakan perubahan vertikal air laut
persamaan hidrodinamika 3 dimensi yang melibatkan sesaat setelah adanya gangguan, g adalah percepatan
banyak suku seperti suku percepatan, adveksi, gaya gravitasi,  menyatakan shear stress tangensial
coriolis, gradient tekanan, gesekan dasar/permukaan ataupun normal, dan u, v, w menyatakan kecepatan
serta viskositas eddy (Ramming dan Kowalik, 1980). partikel air pada arah sumbu x, y, dan z.
Dalam aplikasinya, tidak semua suku dilibatkan
dalam pemodelan numerik.
Makalah ini dimaksudkan untuk menyajikan kajian
pemodelan spasial landaan tsunami menggunakan
model numerik TUNAMI. Dengan skenario lokasi
sumber dan kekuatan gempa yang berbeda. Sebagai
wilayah kajian adalah Kota Padang dan sekitarnya.
II. Model Numerik Tsunami TUNAMI
Model numerik ini merupakan pengembangan dari Dalam teori ini, percepatan partikel air arah vertikal
model numerik non-linier Imamura (2006) untuk diabaikan karena nilainya lebih kecil dari dari
aplikasi gelombang perairan dangkal mencakup percepatan gravitasi. Akibatnya, gerakan vertikal
tsunami. Tsunami dikategorikan sebagai gelombang partikel air tidak berpengaruh pada distribusi tekanan
perairan dangkal disebabkan panjang gelombangnya (Imamura dkk, 2006). Persamaan momentum arah
yang jauh lebih besar dibandingkan kedalaman sumbu vertikal (z) dengan kondisi batas dinamik pada
batimetri yang dilewati gelombang. Model numerik permukaan dimana tekanannya nol (p=0)
ini dikembangkan oleh Kongko (2011) dalam menghasilkan persamaan hidrostatik p=g(-z).
disertasinya untuk memodelkan tsunami di wilayah Untuk menyelesaikan persamaan 1.1 digunakan
Selatan Jawa. Penelitian ini menunjukan bahwa kondisi batas dinamik dan kinetik pada permukaan
sumber tsunami dengan kekakuan rendah dan slip dan dasar yakni:
yang besar, menghasilkan landaan yang mirip dengan
data lapangan dibandingkan dengan sumber tsunami p =0 at z = η ....................................(1.2)
dengan kekakuan normal.
TUNAMI adalah singkatan dari Tohoku University’s
Numerical Analysis Model for Investigation. Model
Numerik TUNAMI sendiri memiliki banyak variasi, Dengan mengintegralkan persamaan 1.1 dari
sesuai dengan pengembangannya antara lain: permukaan sampai ke dasar menggunakan aturan
1. TUNAMI-N1, model ini mengaplikasikan teori Leibnitz, maka diperoleh persamaan perambatan
linier perambatan gelombang dengan ukuran grid gelombang perairan dangkal 2 dimensi dalam bentuk
konstan, flux/aliran massa air seabagai berikut:

2. TUNAMI-N2, model ini mengaplikasikan teori


linier perambatan gelombang untuk perairan
dalam, teori gelombang perairan dangkal dan
landaan dengan grid konstan,
3. TUNAMI-N3, model ini mengaplikasikan teori
linier perambatan gelombang dengan variasi
ukuran grid. Konsep matematisnya serupa
dengan model numerik TUNAMI N2 diantaranya
menggunakan teori linier pada perairan dalam,
dan teori perairan dangkal pada laut dangkal, dan
melibatkan efek kekasaran dasar disepanjang
pantai. Notasi D menyatakan kedalaman total dari h + η, τx
dan τy merupakan efek gesekan dasar arah sumbu x
II.1. Teori perambatan gelombang perairan dangkal
dan y, A menyatakn viskositas eddy (koefisien
Model perambatan gelombang di perairan olakan/turbulensi) yang diasumsikan konstan dan
dangkal dinyatakan dengan persamaan konservasi/ shear stress (gesekan karena angin) di permukaan
kekekalan massa dan persamaan momentum dalam diabaikan. M dan N merupakan flux massa air (debit
kasus 3 dimensi seperti ditunjukkan pada persamaan air) berturut-turut dalam arah sumbu x dan y yang

|2
dinyatakan sebagai berikut:

II.2. Gesekan dasar (Bottom friction)


Koefisien kekasaran dasar pada umumnya
diformulasikan sebagai berikut:

dimana f adalah koefisien gesekan. Biasanya nilai Gambar. 2. Fungsi pada deret taylor
koefisien kekasaran dasar ini menyesuaikan jenis
tutupan lahan di sepanjang pantai. Cara termudah
untuk menentukan nilai kekasaran dasar adalah II.3. Konsep Nested grid
dengan merujuk pada kekasaran Manning (Manning’s Solusi numeri persamaan 1.5-1.7 mengharuskan letak
roughness) seperti ditunjukkan pada Tabel 1. bidang sesar (Gambar 3) tercakup dalam model.
Tabel 1. Nilai kekasaran dasar Apabila bidang sesar tidak tercakup dalam model,
maka dalam perhitungannya menggunakan metode
Nested Grid (Gambar 4). Metode ini menggunakan
grid ukuran besar agar mencapai letak bidang sesar.
Grid-grid dengan ukuran yang lebih kecil/rapat
menuju wilayah kajian didefinisikan. Dengnan skema
leap-frog, nilai-nilai F pada grid perbatasan pada area
pertampalan digunakan untuk menghitung nilai grid
pada area yang lainnya. Ukuran grid yang lebih besar
dinamakan area L (large) dan untuk grid yang
ukurannya lebih kecil dinamakan area S (small).

Sumber : Chow (1959) Gambar. 3. Ilustrasi bidang sesar

II.3. Skema numerik Leap-frog III. Pemodelan landaan tsunami: Studi kasus kota
Untuk menyelesaikan persamaan 1.5-1.7 digunakan Padang
linierisasi menggunakan aturan deret Taylor lalu Kota Padang, Sumatera Barat, merupakan satu
didiskretisasi menggunakan metode finite difference diantara banyak wilayah diIndonesia yang rawan
skema leap-frog (Gambar 2) yakni menggunakan akan bencana tsunami. Hal ini dikarenakan posisi
skema beda pusat dengan kesalahan pemotongan orde wilayahnya yang terletak diatas pertemuan lempeng
kedua. Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Daerah
Notasi F{(i-1)Δx}=Fi-1 , F(i Δx)=Fi , F{(i+1)Δx}=Fi+1 pertemuan lempeng tersebut hingga kini masih
menyatakan nilai-nilai untuk tiap grid. Nilai Fi-1 dan menunjukan aktifitas yang menimbulkan gempa.
Fi+1 hasil linierisasi menggunakan deret taylor dengan Selain itu, sejarah kegempaan dan tsunami yang
kesalahan pemotong orde kedua menghasilkan pernah terjadi di Kota Padang menjadi alasan lain
persamaan berikut: mengapa daerah tersebut memerlukan informasi

|3
geospasial terkait ancaman/landaan bencana tsunami. Skenario penelitian ini mencakup simulasi numerik
Untuk mendapatkan informasi tersebut dilakukan landaan tsunami menggunakan 2 lokasi sumber
dengan melakukan pemodelan spasial menggunakan gempa yang berbeda dan 2 kekuatan/magnitude
model numerik TUNAMI-N3. Tahap pemodelan berbeda, yakni 8.4 dan 9.0. Permukaan kota Padang
mencakup 3 proses, yakni: di asumsikan mempunyai koefisien gesekan dasar
seragam yang merepresentasikan tutupan lahan
1. Pre-processing data
berupa residensial dengan kepadatan sedang.
2. Processing (setup, running)
3. Post processing data Pada penelitian ini digunakan 6 domain area,
berturut-turut dari domain terluar hingga domain
terkecil yang berada paling dalam. Pada konsep
Pada tahap pre processing hal yang perlu dilakukan
nested grid penentuan ukuran grid antara satu dengan
adalah mempersiapkan data input untuk model. Data
yang lainnya berbeda, yakni dengan nilai
input yang dimaksud terdiri atas:
perbandingan spasi grid berupa bilangan ganjil 1:3
1. Data kedalaman/batimetri dan data ketinggian/ (Prasetiyo, 2006). Dalam penelitian ini ukuran grid
topografi. Dalam hal ini data batimetri yang dalam setiap domain tidak boleh lebih dari 3000 grid
digunakan merupakan data keluaran (arah sumbu –x) dan 3000 grid (arah sumbu –y). Data
Bakosurtanal (BIG) dengan interval kedalaman grid setiap domain yang digunakan dalam penelitian
90 meter, serta data topografi DTM dengan ini dapat dilihat pada Tabel 2.
ketelitian 5 meter.
2. Citra IKONOS. Citra ini digunakan untuk
Tabel 2. Data ukuran domain grid dengan
interpretasi jenis tutupan lahan yang ada di
masing-masing spasi grid
sepanjang pesisir pantai untuk penentuan
koefisien gesekan dasar dan untuk visualisasi
hasil pemodelan.

Dalam tahap ini didesain skenario-skenario yang


perlu disimulasikan. Skenario mencakup luas landaan,
asumsi sumber gempa, dan magnitud gempa.
Selanjutnya tentukan domain area yang akan
dimodelkan sesuai dengan skenario simulasi.
Penentuan domain area menggunakan metode nested Selanjutnya, data batimetri dan topografi diekstrak,
grid, karena sumber tsunami harus tercakup dalam dimulai dari area terkecil dengan ekstensi data yang
area model (Gambar 4). sama sehingga data terbentuk dalam format matrik.
Pengecekan data dilakukan untuk memastikan tidak
adanya kesalahan berupa error value yang biasanya
dinyatakan dengan nilai -9999. Proses selanjutnya
adalah melakukan integrasi antara data kedalaman
dengan data ketinggian. Proses ini memerlukan
kecermatan dan memakan waktu disebabkan
banyaknya data yang dilibatkan serta ketelitian yang
diharapkan terkait dengan ukuran grid yang semakin
mengecil.
Setelah file data input selesai dipersiapkan, proses
selanjutnya adalah membuat file source dari skenario
yang telah direncanakan. Source disini maksudnya
adalah titik yang menjadi sumber gempa dan
mengalami perubahan vertikal dasar lautnya. Area
Domain area kecil dengan source terletak disepanjang wilayah subduksi
ukuran grid kecil lempeng, yakni lempeng samudera menghujam
lempeng benua, sehingga pergerakannya berupa sesar
naik pada area simulasi. File source juga digunakan
Domain area besar dengan
untuk mengkoreksi data spasial khususnya batimetri
ukuran grid besar kecil
karena mengasumsikan terjadinya perubahan vertikal
dari data batimetri akibat gempa/patahan.
Gambar 4. Penentuan domain area dan ilustrasi
Untuk mensimulasikan landaan tsunami ke darat
konsep nested grid
perlu mempersiapkan file roughness. Sesuai skenario,

|4
jenis kekasaran dasar yang digunakan dalam 60 detik sekali hingga mencapai batas waktu model
pemodelan adalah kekasaran dasar seragam (uniform yang ditentukan yaitu 3600 detik. Tahap menjalankan
roughness). Nilai kekasaran dasar seragam model memerlukan waktu yang cukup lama untuk
diasumsikan atas 2 jenis tutupan lahan yakni air pada setiap skenarionya.
laut, dan pemukiman pada daratan. Hal ini karena
Tabel 3. Parameter Sesar
secara visual area studi ditutupi oleh pemukiman.
Seperti yang terlihat pada Gambar 4.

Sumber: Papazachos,. dkk. (2004)

IV. Hasil dan Pembahasan


Dari skenario simulasi yang telah dijelaskan
sebelumnya yakni menggunakan 2 lokasi sumber
Gambar 5. Kenampakan wilayah study dari citra berbeda dan 2 magnitud yang berbeda, maka didapat
IKONOS 4 skenario. Lokasi gempa ditunjukkan pada Gambar 6.
Agar simulasi model tetap stabil, maka desain model Satu sumber gempa terjadi pada titik yang berada di
harus memenuhi syarat stabilitas model CFLmax< 1 sebelah Barat kepulauan mentawai (titik 1) dan di
yang diformulasikan dengan: sebelah Timur kepulauan mentawai (titik 2).

dengan
2
hmax : Kedalaman perairan maksimum
dt : Langkah waktu perhitungan 1
g : gaya gravitasi (10 m/s)
Cmax : kecepatan awal

Tahap selanjutnya adalah memberi inisialisasi/nilai


awal untuk menjalankan model TUNAMI N3. Gambar 6. Posisi skenario titik gempa
Inisialisasi dilakukan agar data masukan dapat dibaca
oleh model. File input yang sebelumnya dipersiapkan
dibuat dalam format yang sama, dalam hal ini IV.1. Hasil skenario I
menggunakan ekstensi *.grd. Input data lainya berupa
Skenario I menggunakan titik 1 sebagai sumber
ukuran grid masing-masing domain, dari domain
gempa dengan kekuatan 8.4 SR (Skala Richter). Hasil
terluar hingga berturut-turut domain
simulasi skenario ini ditunjukkan pada Gambar 7.
terkecil/terdalam.
Ketinggian gelombang hasil simulasi yang mencapai
Parameter sesar (Tabel 3) juga menjadi data input
daratan memiliki ketinggian maksimum 2,54 meter,
pada model. L adalah panjang sesar, W menyatakan
dan luas landaan yang menggenangi daratan
lebar sesar, Du adalah dislokasi sesar. Dalam model,
mencapai daerah yang berada lebih kurang 40 meter
tinggi gelombang yang dipengaruhi pasang surut dan
dari bibir pantai. Landaan tsunami di badan sungai
angin diabaikan, karena simulasi gelombang hanya
mencapai jarak sejauh 1 km dari muara sungai.
berdurasi 3600 detik atau satu jam.
IV.2. Hasil skenario II
Apabila format file input telah disesuaikan dengan
bahasa model, maka model sudah siap untuk Skenario II menggunakan titik 1 sebagai sumber
dijalankan. Setiap 60 detik akan dihasilkan nilai-nilai gempa dengan kekuatan 9.0 SR. Hasil simulasi
ketinggian permukaan laut hasil simulasi model. Oleh skenario ini ditunjukkan pada Gambar 8.
karenanya, penjalaran gelombang akan didapat setiap

|5
Skenario ini menghasilkan landaan tsunami (run-up) mencapai daratan dengan jangkauan sejauh 1 km,
yang menggenangi daratan sejauh 300 meter dari dengan tinggi maksimum mencapai 4,91 meter. Air
garis pantai dengan ketinggian maksimum gelombang tsunami yang menggenangi badan sungai mencapai 2
3,98 meter. Landaan tsunami di badan sungai km jauhnya dari muara sungai.
mencapai jarak sejauh 1.5 km dari muara sungai.

Gambar 9. Hasil simulasi Skenario 3: titik sumber


lokasi 2, magnitude gempa 8.4 SR

Gambar 7. Hasil simulasi Skenario I: titik sumber IV.4. Hasil skenario IV


lokasi 1, magnitude gempa 8.4 SR
Skenario IV menggunakan titik 2 sebagai sumber
gempa dengan kekuatan 9.0 SR. Hasil simulasi
skenario ini ditunjukkan pada Gambar 10.

Gambar 8. Hasil simulasi Skenario II: titik sumber


lokasi 1, magnitude gempa 9.0 SR
Gambar 10. Hasil simulasi Skenario 4: titik sumber
lokasi 2, magnitude gempa 9.0 SR
IV.3. Hasil skenario III
Hasil skenario ini menunjukkan bahwa gelombang
Skenario III menggunakan titik 2 sebagai sumber
tsunami mencapai titik terjauh di daratan sejauh 4 km
gempa dengan kekuatan 8.4 SR. Hasil simulasi
dari garis pantai dengan ketinggian maksimum
skenario ini ditunjukkan pada Gambar 9.
10,84 meter Di badan sungai, gelombang tsunami
Skenario ini menunjukkan bahwa gelombang tsunami mencapai jarak sejauh 4 km dari muara sungai.

|6
Dari keempat skenario tampak bahwa kedekatan 3. Kedekatan lokasi sumber gempa dengan daerah
posisi sumber gempa terhadap daerah kajian landaan kajian berpengaruh terhadap jauh tidaknya
tsunami sangat berpengaruh terhadap jauh-tidaknya jangkauan landaan tsunami di darat. Semakin
landaan tsunami baik di darat maupun di badan air dekat lokasi sumber gempa terhadap daerah kajian,
(sungai) dan tinggi gelombang pada daerah landaan. semakin besar tinggi gelombang dan semakin jauh
Perbedaan kekuatan gempa pun berpengaruh terhadap jangkauan landaan tsunami di darat.
jauh tidaknya landaan dan tinggi gelombang tsunami
4. Hasil simulasi landaan tsunami dapat digunakan
di daerah landaan. Semakin dekat besar kekuatan
untuk pembuatan peta rawan ancaman tsunami
gempa semakin tinggi gelombang tsunami dan
yang menunjukkan daerah aman
semakin jauh jangkauan landaan tsunami ke daratan.
Begitu juga, semakin dekat lokasi sumber gempa 5. Simulasi skenario yang mengasumsikan titik 1,
terhadap daerah kajian, semakin besar tinggi menghasilkan tinggi gelombang dan luas landaan
gelombang dan semakin jauh jangkauan landaan yang lebih kecil dibandingkan dengan hasil
tsunami di darat. simulasi skenario yang mengasumsikan titik 2.
Hal ini dikarenakan oleh adanya deretan Keplauan
Jangkauan landaan tsunami skenario I dan II relatif
Mentawai yang memecah gelombang sebelum
lebih pendek dibandingkan skenari III dan IV. Hal ini
mencapai daratan Kota Padang.
disebabkan adanya deretan Keplauan Mentawai yang
memecah gelombang sebelum mencapai daratan Kota Untuk penelitian kedepan, sebaiknya dilakukan
Padang simulasi dengan variasi skenario yang lebih banyak
lagi, sehingga didapat perkiraan daerah paling aman
Jangkauan landaan tsunami dari empat skenario ini
jika benar terjadi tsunami pada wilayah studi.
dapat dijadikan acuan untuk mendelineasi daerah
aman dari bahaya tsunami. Selanjutnya, peta rawan Selain itu, perlu dilibatkan faktor kekasaran dasar di
bencana tsunami dapat dibuat berdasarkan darat sesuai dengan jenis tutupan lahan pada wilayah
skenario-skenario hasil simulasi sebagai berikut: studi misalnya kekasaran area vegetasi, area pasir dan
sebagainya.
1. Jika terjadi gempa dengan skenario 1, zonasi
daerah aman berada lebih kurang 100 meter dari Hasil penelitian ini belum melalui hasil verifikasi.
bibir pantai termasuk wilayah yang berada Kedepan, perlu dilakukan verifikasi lapangan
disepanjang pinggiran sungai. menggunakan data daerah dengan setting geografis
yang serupa dengan Kota Padang.
2. Jika terjadi gempa dengan skenario 2, zonasi
daerah aman berada lebih kurang 400 meter dari
bibir pantai termasuk wilayah yang berada
Ucapan Terimakasih
disepanjang pinggiran sungai.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Balai
3. Jika terjadi gempa dengan skenario 3, zonasi
Penelittian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan
daerah aman berada lebih 1 km dari bibir pantai
Penerapan Teknologi (BPDP-BPPT) Yogyakarta atas
termasuk wilayah yang berada disepanjang
ijin penggunaan data dan model numerik TUNAMI.
pinggiran sungai.
4. Jika terjadi gempa dengan skenario 4, zonasi
daerah aman berada lebih 2,5 km dari bibir pantai Daftar Pustaka
termasuk wilayah yang berada disepanjang
Papazachos, B. C., dkk., 2004, Global Relation
pinggiran sungai.
Between Seismic Fault Parameter and Moment
Magnitude of Earthquakes., Bulletin of the
Geological Society of Greece vol. XXXVI ,
V. Kesimpulan dan Saran
Thessaloniki
Dari penelitian ini dapat diambil beberapa Chow, V. T., 1959, Open Channel Hydraulics.
kesimpulan yaitu: MacGraw Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo
1. Perbedaan lokasi sumber dan kekuatan magnitud http://earthquake.usgs.gov/learn/earthquake-glossary-
gempa mempengaruhi secara signifikan terhadap ring-of-fire akses tanggal 9 November 2012
jangkauan landaan tsunami. Imamura, F, dkk., 2006, Tsunami Modelling Manual
2. Perbedaan kekuatan gempa berpengaruh terhadap (TUNAMI Model), TIME Project, Japan
jauh tidaknya landaan dan tinggi gelombang Kongko, W., 2011, South Java Tsunami Model Using
tsunami di daerah landaan. Semakin besar Highly Resolved Data And Probable Tsunamigenic
kekuatan gempa semakin tinggi gelombang Sources, Disertasi, Gottfried Wilhelm Leibniz
tsunami dan semakin jauh jangkauan landaan University of Hannover, Jerman.
tsunami ke daratan. Prasetyo, E., 2006, Penentuan Run-Up Tsunami

|7
Dengan Menggunakan Model Numerik Tsunami,
Skripsi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ramming, H. G., and Kowalik, Z., 1980, Numerical
Modelling of Marine Hydrodynamics Application to
Dynamic Physical Processes, Elsevier Scientific
Publishing Company, Amsterdam.

|8

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi