Vous êtes sur la page 1sur 10

Widasari, F. dkk.

Studi Interaksi Farmakodinamik Efek…

STUDI INTERAKSI FARMAKODINAMIK EFEK


ANALGESIK KOMBINASI PERASAN BUAH MENGKUDU
(Morinda citrifolia) DENGAN PARASETAMOL
Kajian terhadap waktu reaksi nyeri menggunakan metode hot plate pada
mencit (Mus musculus)

Firda Widasari1, Mohammad Bakhriansyah2, Istiana3


1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
2
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
3
Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Email korespondensi: firda.widasari@yahoo.com

ABSTRACT: Mengkudu (Morinda citrifolia) has been proven in possessing the


analgesic effect. The similarity of analgesic activity of mengkudu and paracetamol
enable the existence of analgesic effect interaction synergistically when they are both
combined. The objective of this research is to find out the pharmacodynamic interaction
between the juice of mengkudu and paracetamol. The research was an experimental
research with posttest-only with control group design. The control group consists of 6
groups, and each group had 5 mice. The 1st group was given aquadest 0.5 ml; the 2nd
group was given the juice of mengkudu 0.042 mg/g BB; the 3rd group was given
paracetamol 0.065 mg/g BB; while the 4th , 5th, 6th groups were given the combination
of mengkudu juice 0.042 mg/g BB and paracetamol with the dosages 0.01625 mg/g BB;
0.0325 mg/g BB; 0.065 mg/g BB, respectively. Treatments were given 10 minutes before
mice were painly induced by using hot plate. The average of onset of pain for group I, II,
III, IV, V, VI were 5.36; 8.28; 8.02; 9.67; 10.5 and 11.74 seconds, respectively. Statistical
anaysis using Kruskal Wallis showed that there was significance difference among
groups (p = 0.000) while the very potential effect was in group with paracetamol dosage
on 0,065 mg/g BB. Based on this research, it can be concluded that there is sinergycal
interaction between the combination of mengkudu juice with paracetamol on mice.

Keywords : analgesic effect, mengkudu, paracetamol, onset of pain, synergycal


interaction

ABSTRAK: Mengkudu (Morinda citrifolia) telah terbukti memiliki efek analgesik.


Kesamaan aktivitas analgesik buah mengkudu dan parasetamol memungkinkan adanya
interaksi efek analgesik yang sinergis ketika keduanya dikombinasikan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui interaksi farmakodinamik efek analgesik kombinasi perasan
buah mengkudu dengan parasetamol. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan
pendekatan posttest-only with control group design, terdiri dari 6 kelompok. Setiap
kelompok memiliki 5 ekor mencit. Kelompok I diberikan aquadest 0,5ml, kelompok II
diberikan perasan buah mengkudu dengan dosis 0,042 mg/g BB, kelompok III diberikan
parasetamol 0,065 mg/g BB sedangkan, kelompok IV, V, VI diberikan kombinasi perasan
buah mengkudu 0,042 mg/g BB dan parasetamol dengan dosis masing-masing: 0,01625
mg/g BB; 0,0325 mg/g BB; 0,065 mg/g BB, diberikan 10 menit sebelum dilakukan
induksi nyeri di atas hot plate. Rerata waktu reaksi nyeri mencit pada kelompok I, II, III,

31
Berkala Kedokteran Vol. 10, No.1, Feb 2014:31-40

IV, V, dan VI berturut-turut adalah 5,36; 8,28; 8,02; 9,67; 10,5 dan 11,74 detik. Hasil
analisis statistik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara berbagai kelompok dengan nilai p = 0,000, dengan dosis kelompok kombinasi
yang paling potensial memberikan efek analgesik adalah kelompok dengan dosis
parasetamol 0,065 mg/g BB. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat interaksi yang sinergis pada kombinasi perasan buah mengkudu dengan
parasetamol pada mencit.

Kata-kata kunci: efek analgesik, buah mengkudu, parasetamol, waktu reaksi, interaksi.

32
Widasari, F. dkk. Studi Interaksi Farmakodinamik Efek…

PENDAHULUAN obat tersebut yaitu kemudahan


aksesibilitas, keinginan untuk
Nyeri merupakan masalah pengobatan sendiri, dan persepsi
kesehatan yang kompleks, dan salah bahwa obat herbal lebih aman serta
satu alasan utama seseorang datang lebih murah dibandingkan dengan
untuk mencari pertolongan medis. obat konvensional (5,6).
Rata-rata prevalensi nyeri kronis Salah satu tanaman yang kaya
menurut The International analgesik adalah mengkudu
Association for the Study of Pain (Morinda citrifolia). Mengkudu
(IASP) di negara-negara berkembang digunakan oleh 80% penduduk Asia,
yang dilaporkan dalam 13 studi Amerika Latin, dan Afrika sebagai
adalah 35,5% dengan rentang 10,5% pengobatan berbagai nyeri. Menurut
- 55,2% (1,2). hasil analisis Riskesdas tahun 2010,
Hasil penelitian Perhimpunan presentase penggunaan mengkudu
Dokter Spesialis Saraf Indonesia sebagai tanaman obat di Indonesia
(PERDOSSI) tahun 2002 pada 14 adalah sebanyak 11,17% dan di
rumah sakit pendidikan di Indonesia, provinsi Kalimantan Selatan adalah
menyebutkan jumlah penderita nyeri sebanyak 3,72% (7,8,9). Penelitian
adalah sebanyak 4.456 orang dan yang dilakukan Ulfah pada tahun
merupakan 25% dari total kunjungan 2004, membuktikan adanya efek
(1). Menurut Riset Kesehatan Dasar analgesik perasan buah mengkudu
(Riskesdas) Provinsi Kalimantan pada mencit. Beberapa senyawa yang
Selatan tahun 2007 dilaporkan terkandung dalam mengkudu yang
prevalensi nyeri pada penyakit diduga bersifat analgesik antara lain
persendian di provinsi Kalimantan scopoletin, flavonoid, proxeronine,
Selatan adalah 35,8%. Prevalensi dan xeronine (10)
nyeri di kota Banjarmasin didapatkan Nyeri bisa terjadi setiap saat
sebanyak 30,0% (3). dan tidak hanya sekali dialami oleh
Penanganan nyeri berbeda- individu. Terutama nyeri kronis
beda di seluruh dunia. Menurut dibutuhkan waktu yang cukup lama
penelitian Breivik pada tahun 2006, untuk pengobatannya, sehingga
sebanyak (55%) populasi penderita selain penggunaan obat herbal dan
nyeri di 15 negara di Eropa obat konvensional secara tunggal,
mengatasi nyerinya dengan tidak sedikit masyarakat yang
menggunakan obat Non-Steroid Anti- mengkombinasikan keduanya
Inflammation Drugs (NSAID), dengan harapan dapat mengurangi
parasetamol (43%), dan opioid lemah konsumsi obat konvensional.
(13%). Presentase penanganan nyeri Meskipun dianggap alami, secara
di Indonesia dengan menggunakan umum banyak terapi herbal bisa
obat konvensional (NSAID) adalah berinteraksi dengan obat. Interaksi
52,1% dan yang menggunakan ini dapat sinergis, yaitu produk
bahan-bahan tradisional sebanyak herbal dapat meningkatkan aksi obat
7,4% (1,4). Saat ini sebagian tersebut dan dapat pula tidak sinergis
masyarakat juga menggunakan ketika herbal dapat mengantagonis
tanaman obat sebagai alternatif aksi obat tersebut (6,11). Penelitian
penghilang rasa nyeri. Beberapa Bharti pada tahun 2011,
faktor diyakini berkontribusi dalam menunjukkan kombinasi ekstrak
meningkatnya penggunaan tanaman buah mengkudu dengan parasetamol

33
Berkala Kedokteran Vol. 10, No.1, Feb 2014:31-40

dapat meningkatkan efek berkelamin jantan, berumur sekitar


antiinflamasi yang muncul. Ekstrak 1,5 - 3 bulan dengan berat badan ±
buah mengkudu diduga menghambat 30 gram. Mencit diperoleh dari
reseptor histamin dan prostaglandin peternakan mencit di Samarinda, dan
sehingga memunculkan efek dilakukan masa adaptasi selama 1
antiinflamasi (12). minggu. Saat masa adaptasi, mencit
Mengacu pada penelitian di mendapat makanan dan minuman
atas, ketika prostaglandin dihambat, yang diberi secara ad libitum dan
diduga tidak hanya efek sesuai standar peternakan mencit.
antiinflamasi yang muncul tetapi Variabel bebas penelitian ini
juga efek analgesiknya. adalah kombinasi perasan buah
Kemungkinan dapat terjadi efek mengkudu dengan dosis 0,042 mg/g
analgesik yang lebih kuat jika BB mencit dan parasetamol dengan 3
keduanya dikombinasikan. Penelitian dosis berbeda yaitu 0,065 mg/g BB
ini bertujuan untuk mengetahui mencit, 0,0325 mg/g BB mencit, dan
interaksi farmakodinamik efek 0,01625 mg/g BB mencit. Variabel
analgesik kombinasi perasan buah terikat pada penelitian ini adalah
mengkudu dengan parasetamol pada waktu timbulnya respon nyeri pada
mencit yang diinduksi nyeri. mencit.
Diharapkan pada penelitian ini dosis Penelitian dilaksanakan di
parasetamol yang lebih rendah Laboratorium Farmakologi Fakultas
setelah dikombinasikan dengan Kedokteran Universitas Lambung
perasan buah mengkudu, efek Mangkurat, Banjarbaru. Mekanisme
analgesik yang dimunculkan akan penelitian dimulai dengan pembuatan
lebih baik dibandingkan dengan perasan buah mengkudu yang
parasetamol dosis standar yang matang dan segar, kemudian
diberikan secara tunggal. dihaluskan menggunakan blender.
Setelah itu hasilnya akan diperas dan
METODE PENELITIAN disaring dengan menggunakan kain
sifon dan kertas saring. Parasetamol
Subjek penelitian ini adalah yang digunakan terlebih dahulu
studi eksperimental dengan ditimbang kemudian dilarutkan
pendekatan posttest-only with control menggunakan pelarut Na-CMC.
group design. Bahan penelitian yang Sebelum percobaan dilakukan,
digunakan terdiri dari mencit, air mencit sudah mulai diberikan
perasan buah mengkudu, perasan buah mengkudu per oral
parasetamol, pelarut Na-CMC, dan sesuai dengan dosis yang ditentukan
aquadest. Alat yang digunakan selama 1 minggu.
adalah blender, neraca analitik, hot Masing-masing kelompok diberi
plate, stopwatch, gelas ukur, gelas perlakuan sebagai berikut:
beker, mortir, stamper, pisau, corong, I : Aquadest 0,5 ml (kontrol
sonde oral, kandang mencit, tempat negatif)
minum mencit, kertas saring, kain II : Mengkudu 0,042 mg/g
sifon, sarung tangan, dan masker. BB (kontrol positif)
Penelitian ini terdiri dari 6 III : Parasetamol 0,065 mg/g
kelompok perlakuan, dan setiap BB (kontrol positif)
kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. IV : Parasetamol (0,01625
Mencit yang dipilih adalah mg/g BB) + Perasan buah

34
Widasari, F. dkk. Studi Interaksi Farmakodinamik Efek…

mengkudu (0,042 sehingga dilakukan upaya


mg/g BB) transformasi data. Hasil transformasi
V : Parasetamol (0,0325 kuadrat menunjukkan bahwa data
mg/g BB) + Perasan buah tetap tidak homogen, maka pada
mengkudu (0,042 penelitian kali ini dipilih alternatif
mg/g BB) menggunakan analisis statistik non
VI : Parasetamol (0,065 mg/g parametrik Kruskal-Wallis dengan
BB) + Perasan buah mengkudu tingkat kepercayaan 95%.
(0,042 mg/g Nilai hasil analisis Kruskal-
BB) Wallis menunjukkan bahwa pada
rata-rata waktu reaksi nyeri dari
Mencit didiamkan 10 menit salah satu atau lebih kelompok
untuk memberi kesempatan obat dan perlakuan terdapat perbedaan yang
bahan diabsorpsi, kemudian bermakna secara signifikan dengan
diletakkan di atas hot plate bersuhu kelompok perlakuan yang lain (p <
50oC sampai mencit melakukan 0,05). Analisis selanjutnya,
gerakan-gerakan yang menunjukkan dilakukan analisis Post-hoc dengan
terjadinya rangsang nyeri, yaitu menggunakan uji Mann-Whitney
respon paw lick (mengangkat dan untuk mengetahui kelompok yang
menjilat kaki depan). Waktu reaksi mempunyai perbedaan.
nyeri dicatat dari awal mencit
diletakkan di atas hot plate sampai
mencit memperlihatkan respon nyeri. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil pengukuran waktu Berdasarkan penelitian yang
reaksi nyeri diuji normalitas telah dilakukan terhadap berbagai
menggunakan uji Shapiro-Wilk dan dosis kombinasi perasan buah
uji homogenitas menggunakan uji mengkudu dengan parasetamol
varians (Levene’s test of varians). sebagai analgesik pada mencit,
Hasil uji normalitas menunjukkan diperoleh data rata-rata waktu reaksi
bahwa data waktu reaksi nyeri nyeri mencit dalam 5 kali
terdistribusi normal (p > 0,05). Hasil pengulangan seperti pada gambar 1.
uji homogenitas didapatkan bahwa
data tidak homogen (p < 0,05),

11.74
12.00 10.5
9.67
10.00 8.28 8.02
Waktu Reaksi (detik)

8.00
5.36
6.00
4.00
2.00
0.00
I II III IV V VI

Kelompok

Gambar 1 Rerata Waktu Reaksi Nyeri (Detik) Untuk Masing-Masing

35
Berkala Kedokteran Vol. 10, No.1, Feb 2014:31-40

Kelompok Perlakuan Pada Mencit (Mus musculus)


Pada Gambar 1 terlihat bahwa pada
Hasil perhitungan pada gambar kelompok perlakuan IV, V, VI,
1 menunjukkan bahwa rata-rata semakin tinggi dosis parasetamol
waktu reaksi nyeri yang paling lama dalam kombinasi tersebut, maka efek
adalah kelompok perlakuan VI yaitu yang ditimbulkan akan semakin
11,74 detik, dan yang memiliki rata- besar, yaitu berturut-turut 9,67 detik,
rata waktu reaksi nyeri paling singkat 10,5 detik, dan 11,74 detik.
adalah kelompok perlakuan I yaitu Perbandingan antara kelompok
5,36 detik. Pada kelompok perlakuan perlakuan IV, V, IV dengan
II rerata waktu reaksi nyeri lebih kelompok perlakuan perasan buah
lama dibandingkan dengan kelompok mengkudu tunggal sebagai kontrol
perlakuan I (8,02 detik > 5,28 detik). positif yaitu kelompok II, didapatkan
Hal ini menunjukkan bahwa bahwa rerata waktu reaksi nyeri
pemberian perasan buah mengkudu kelompok IV, V, VI lebih lama
secara tunggal memiliki efek dibanding dengan kelompok
analgesik pada mencit. Kemudian perlakuan II. Hasil tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa menunjukkan bahwa kombinasi
rerata waktu reaksi nyeri pada antara berbagai parasetamol dengan
kelompok perlakuan III lebih lama perasan buah mengkudu memiliki
dibandingkan dengan kelompok I efek analgesik yang lebih baik
(8,28 detik > 5,28 detik). Hal ini juga dibanding perlakuan perasan buah
menunjukkan bahwa pemberian mengkudu secara tunggal pada
parasetamol secara tunggal memiliki mencit.
efek analgesik pada mencit. Pada Gambar 1 juga
Perbandingan antara kelompok menunjukkan bahwa pada kelompok
perlakuan kombinasi parasetamol perlakuan IV, V, VI memiliki waktu
dengan perasan buah mengkudu (IV, reaksi nyeri yang lebih lama
V, IV) dengan kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok
aquadest sebagai kontrol negatif (I) perlakuan parasetamol tunggal
menunjukkan bahwa rerata waktu sebagai kontrol positif (III). Hal ini
reaksi nyeri pada kelompok menunjukkan bahwa kombinasi
perlakuan IV, V, VI lebih lama dari antara berbagai dosis parasetamol
dengan perasan buah mengkudu
memiliki efek analgesik yang lebih
kelompok I. Hal ini menunjukkan baik dibanding pemberian
bahwa kombinasi antara berbagai parasetamol secara tunggal pada
parasetamol dengan perasan buah mencit.
mengkudu memiliki efek analgesik.

Tabel 1. Hasil Analisa Statistik Perbedaan Rata-Rata Waktu Reaksi Nyeri Mencit
(detik) Masing-Masing Kelompok Perlakuan dengan menggunakan
uji Mann-Whitney
Kelompok I II III IV V VI
I 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009
II 0,009 0,347* 0,009 0,009 0,009
*
III 0,009 0,347 0,009 0,009 0,009
IV 0,009 0,009 0,009 0,009 0,009

36
Widasari, F. dkk. Studi Interaksi Farmakodinamik Efek…

V 0,009 0,009 0,009 0,009 0,047


VI 0,009 0,009 0,009 0,009 0,047
Keterangan:
*
Tidak terdapat perbedaan bermakna (p > 0,05).
tikus. Penghambatan enzim
Menurut hasil analisis pada siklooksigenase dan prostaglandin
tabel 1 sebagian besar perbandingan oleh buah mengkudu tentunya juga
antar kelompok perlakuan memiliki akan memunculkan efek analgesik
perbedaan yang bermakna (p < 0,05). (10,13,14).
Terdapat dua kelompok perlakuan Peningkatan rata-rata waktu
yang tidak memiliki perbedaan reaksi nyeri pada kelompok III
secara bermakna yaitu kelompok menunjukkan bahwa pemberian
perlakuan II dan III (p > 0,05). parasetamol secara tunggal dengan
Hasil perhitungan rata-rata dosis 0,065 mg/g BB mencit
waktu reaksi nyeri yang terdapat menimbulkan efek analgesik. Rasa
pada gambar 5.1 menunjukkan nyeri terjadi akibat adanya kerusakan
bahwa terdapat perpanjangan waktu jaringan atau sel yang menyebabkan
reaksi nyeri pada kelompok terlepasnya asam arakidonat.
perlakuan II, III, IV, V, dan VI Metabolisme asam arakidonat
dibanding dengan kelompok kontrol melalui jalur siklooksigenase akan
yaitu kelompok perlakuan I. membebaskan prostaglandin yang
Perpanjangan waktu reaksi nyeri akan meningkatkan sensitivitas
pada kelompok perlakuan II ujung-ujung serabut nyeri dan
menunjukkan bahwa pemberian mensensitisasi reseptor nyeri.
perasan buah mengkudu secara Parasetamol bekerja dengan
tunggal dengan dosis 0,042 mg/g BB menghambat enzim siklooksigenase
memberikan efek analgesik. tersebut, terutama pada COX-3.
Sesuai dengan penelitian Penghambatan COX-3 oleh
sebelumnya oleh Ulfah pada tahun parasetamol menyebabkan konversi
2004 bahwa pemberian perasan buah asam arakidonat menjadi
mengkudu pada mencit memiliki prostaglandin tidak terjadi sehingga
efek analgesik. Menurut Basar et al, memunculkan efek analgesik
(15,16,17).
efek analgesik buah mengkudu Meskipun hasil perhitungan
terjadi karena kemampuannya dalam secara angka waktu reaksi nyeri pada
menghambat enzim siklooksigenase. kelompok II (8,28 detik) lebih tinggi
Di dalam buah mengkudu terdapat dari pada kelompok perlakuan III
beberapa senyawa polifenol seperti (8,02 detik), namun secara statistik
golongan kumarin, flavonoid dan tidak terdapat perbedaan bermakna
asam fenolat, dan dua iridoid. (p = 0,347). Hal ini menunjukkan
Senyawa-senyawa tersebut terbukti bahwa pemberian parasetamol secara
secara langsung menghambat tunggal tidak lebih baik
menghambat produksi nitrit oksida dibandingkan dengan pemberian
(NO), aktivitas enzim perasan buah mengkudu secara
siklooksigenase terutama COX-1 dan tunggal.
COX-2, dan prostaglandin E2 Hasil perhitungan rata-rata
(PGE2), sehingga memunculkan efek waktu reaksi nyeri yang terdapat
anti inflamasi pada uji coba terhadap pada gambar 1 menunjukkan bahwa

37
Berkala Kedokteran Vol. 10, No.1, Feb 2014:31-40

terdapat perpanjangan waktu reaksi parasetamol itu sendiri yaitu


nyeri pada kelompok perlakuan menghambat menghambat enzim
kombinasi perasan buah mengkudu siklooksigenase, sehingga
dengan parasetamol yaitu kelompok prostaglandin tidak terbentuk
IV, V, dan VI. Perpanjangan waktu (12,13,14,17,20,21).
reaksi berbanding lurus dengan Keterbatasan pada penelitian
penambahan dosis yang diberikan, ini yaitu belum dilakukan identifikasi
dimulai dari kelompok IV yang terhadap senyawa-senyawa aktif
diberikan dosis ¼ parasetamol, yang terkandung di dalam buah
kelompok V dengan dosis ½ mengkudu, yang diduga berperan
parasetamol, sampai pemberian dosis menimbulkan efek analgesik. Selain
tunggal parasetamol pada kelompok itu, hewan coba yang digunakan
VI, yang dikombinasikan dengan masih berupa mencit, sehingga hasil
perasan buah mengkudu. Hal ini penelitian ini belum dapat
menunjukkan terdapat hubungan diaplikasikan langsung ke manusia.
antara dosis dan efek, di mana lebih
banyak zat atau lebih besar dosis
menimbulkan efek yang lebih besar.
Menurut Katzung juga dijelaskan PENUTUP
bahwa semakin besar dosis atau
konsentrasi agonis maka pemakaian Berdasarkan hasil penelitian
tempat atau penggabungan dengan ini secara umum dapat disimpulkan
reseptor makin banyak sehingga bahwa terdapat interaksi analgesik
menyebabkan derajat efek obat yang sinergis antara kombinasi
semakin tinggi. Kemaksimalan obat perasan buah mengkudu dengan
tercapai bila interaksi obat dengan parasetamol, terdapat perbedaan
reseptor dalam kondisi kejenuhan yang bermakna secara statistik antara
(18,19). berbagai kelompok kombinasi
Penelitian sebelumnya yang perasan buah mengkudu dengan
mendukung penelitian kali ini yaitu parasetamol saja, perasan buah
penelitian Bharti pada tahun 2011, mengkudu saja, dan aquadest yaitu
dimana dibuktikan bahwa kombinasi dengan nilai p = 0,000 (p = < 0,05).
parasetamol dan ekstrak buah Adapun kelompok kombinasi yang
mengkudu dapat meningkatkan terbaik memberikan efek analgesik
aktivitas antiinflamasi dari adalah kelompok dengan dosis
parasetamol. Menurut Bharti buah parasetamol 0,065 mg/g BB mencit.
mengkudu dapat memblok reseptor Saran untuk penelitian
histamin (H1, H2) dan menghambat lanjutan yaitu dapat mengidentifikasi
prostaglandin sehingga menekan senyawa-senyawa aktif yang
inflamasi. Dibuktikan pada terkandung di dalam buah mengkudu
penelitian kali ini ketika yang menimbulkan efek analgesik,
prostaglandin dihambat maka selain serta penelitian dengan
efek antiinflamasi, efek analgesiknya menggunakan hewan coba yang
juga timbul. Efek analgesik ini tingkatnya lebih tinggi dibandingkan
didukung dengan senyawa-senyawa mencit.
seperti flavonoid, xeronine, dan
scopoletin dengan mekanisme yang
berbeda-beda, serta dari cara kerja

38
Widasari, F. dkk. Studi Interaksi Farmakodinamik Efek…

DAFTAR PUSTAKA 8. Nandhasri P, Punjanon T,


Thamaree S, et al. Bio-extract
1. Meliala L. Nyeri: Keluhan yang concentrated of Thai “Yor”
terabaikan, konsep dahulu, morinda citrifolia effects in
sekarang, dan yang akan datang. analgesic, acute toxicity and
Diajukan pada Rapat Terbuka human peripheral blood
Majelis Guru Besar Universitas mononuclear cells. Thammasat
Gadjah Mada, 6 Desember 2004, Medical Journal 2011; 11(1): 8-
Yogyakarta. Yogyakarta: 15.
Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, 2004. 9. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
2. Carr MD. How prevalent is Kementerian Kesehatan RI.
chronic pain?. Clinical Updates Riset Kesehatan Dasar
International Association for the (RISKESDAS) 2010. Jakarta:
Study of Pain 2003; 11: 1-4. Departemen Kesehatan RI,
2010.
3. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Laporan hasil Riset 10. Ulfah A. Efek analgesik perasan
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) buah mengkudu (Morinda
Provinsi Kalimantan Selatan citrifolia L) pada mencit (Mus
tahun 2007. Jakarta: Departemen domesticus-domesticus) dengan
Kesehatan RI, 2009. metode rangsang peritoneal,
Karya Tulis Ilmiah, Program
4. Breivik H, Cohen, Collett B, Sarjana Fakultas Kedokteran
Ventafridda V, et al. Survey of Universitas Lambung
chronic pain in Europe: Mangkurat, Banjarbaru, 2004.
prevalence, impact on daily life,
and treatment. European Journal 11. Sarah SS. Herbal medicines:
of Pain 2006; 10: 287–333. adverse effects and drug-herb
interactions. Journal of the Malta
5. Ebadi M. Pharmacodynamic College of Pharmacy Practice
basis of herbal medicine. 2nd ed. 2011; 17: 38-42.
New York: CRC Pres, 2007.
12. Jethani B, Sharma RK, Sharma
6. Abebe W. Herbal medication: V, et al. Role of inflammatory
potential for adverse interactions activity of noni (Morinda
with analgesic drugs. Journal of citrifolia) on acute inflammatory
Clinical Pharmacy and process in rats. Asian Journal of
Therapeutics 2002; 27: 391–401. Pharmaceutical and Clinical
Research 2011; 4(4): 55-59.
7. Kumar M, Shete A and Akbar Z.
A review on analgesic: from 13. Basar S, Uhlenhut K, Hogger P,
natural sources. International et al. Analgesic and
Journal of Pharmaceutical & antiinflammatory activity of
Biological Archives 2010; 1(2): Morimda Citrifolia L (noni)
95–100. fruit. Institute of Experimental
and Clinical Pharmacology and

39
Berkala Kedokteran Vol. 10, No.1, Feb 2014:31-40

Toxicology University Clinic 21. Chang T, Chang Y, Deng J, et


Hamburg Germany. PubMed al. Ameliorative effects of
2010; 24(1): 38-42. scopoletin from crossostephium
chinensis against inflammation
14. Dussossoy E, Brat P, Bony E, et pain and its mechanisms in mice.
al. Characterization, anti- Evidence-Based Complementary
oxidative, and anti-inflammatory and Alternative Medicine 2012;
effects of Costa Rican noni juice 2012: 1-9.
(Morinda Citrifolia L). Journal
of Ethnopharmacology. Elsevier
2011; 133: 108-115.

15. Mansjoer Soewarni. Mekanisme


kerja obat anti radang. Bagian
Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara,
2003.

16. Ardinata Dedi.


Multidimensional nyeri. Jurnal
Keperawatan Rufaidah Sumatera
Utara 2007; 2(2): 77-81.

17. Sulistia GG, Rianto S, Frans DS,


dkk. Farmakologi dan terapi. 5th
ed. Jakarta: Departement
Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas
lndonesia, 2007.

18. Dzulkarnain B, Sundari D, dan


Chozim A. Tanaman bersifat
antibakteri di indonesia. Cermin
Dunia Kedokteran 1989; 110:
35-48.

19. Katzung and Bertram G. Basic


and clinical pharmacology. 4th
ed. London: Practice-Hall
International Inc, 1989.

20. Dewi N. Budidaya, khasiat dan


cara olah mengkudu untuk
mengobati berbagai penyakit.
Jakarta: Pustaka baru press,
2012.

40

Vous aimerez peut-être aussi