Vous êtes sur la page 1sur 12

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN KARANGMALANG


KABUPATEN SRAGEN

Eni Sugiartia, Siti Zulaekahb, dan Susi Dyah Puspowatic


1
Puskesmas Karangmalang Kabupaten Sragen
2
Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
Jl. A. Yani, Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura, Surakarta
3
Dinas Kesehatan Kota Surakarta
Jl. Jendral Sudirman No. 2, Surakarta

Abstract

Breast milk is the best food for infants which contains the most complete and ideal nutritional
composition for the growth and development of infants during the first 6 months. The aim of this
research was to investigate the relationship between education, employment, knowledge, and initiation
of breastfeeding and exclusive breastfeeding in infants aged 7-10 months. This study was an observa-
tional research with cross sectional design. The number of respondents was 80 infants. The data were
collected through interview. The correlations between two variables were analyzed by Chi square. Re-
spondents who had had higher education were 60%, most respondents were housewives (71.25%), the
majority of respondents had a good knowledge of breastfeeding (92.50%), most mothers had done
initiation of breastfeeding (63.75 %), and mothers who did not breast feed their infants exclusively were
60.00%. There was not any significant correlation between education (p = 0.136), knowledge of
breastfeeding (p = 0.603) and exclusive breastfeeding. Meanwhile, there was significant correlation
between employment status (p = 0.000) and initiation of breastfeeding (p = 0.002) and exclusive
breastfeeding. In conclusion, level of education and knowledge of breastfeeding were not related to
exclusive breastfeeding, while employment status and initiation of breastfeeding had significant corre-
lation with exclusive breastfeeding.

Key words: Factors Influence Breastfeeding, Exclusive Breastfeeding

PENDAHULUAN kan bayi untuk bertahan hidup pada 6


Air Susu Ibu (ASI) merupakan bulan pertama, meliputi hormon, anti-
satu-satunya makanan terbaik bagi bayi bodi, faktor kekebalan sampai anti-
karena mempunyai komposisi gizi oksidan (Depkes RI, 2002).
yang paling lengkap dan ideal untuk Pemberian ASI eksklusif didefi-
pertumbuhan dan perkembangan bayi. nisikan sebagai pemberian ASI saja
ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi tanpa makanan tambahan lain seperti
bayi selama 6 bulan pertama. ASI me- susu formula, jeruk, madu, air teh, air
ngandung semua nutrisi yang diperlu- putih dan makanan padat seperti

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi…. (Eni Sugiarti, dkk.) 195
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, nya tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu
bubur nasi dan tim sejak bayi lahir yang sakit misalnya mastitis, produksi
hingga bayi umur 6 bulan (Roesli, 2000). ASI kurang, kesulitan bayi dalam
WHO telah mengkaji lebih dari 3000 menghisap, keadaan puting susu ibu
penelitian tentang ASI, hasilnya me- yang tidak menunjang dan sebagai-
nunjukkan bahwa pemberian ASI sela- nya), faktor keterbatasan petugas kese-
ma 6 bulan adalah jangka waktu yang hatan, pengaruh iklan/promosi peng-
paling optimal untuk pemberian ASI ganti ASI, serta faktor pengetahuan ibu
eksklusif. Hal ini didasarkan pada (Amiruddin, 2006).
bukti ilmiah bahwa ASI eksklusif men- Penelitian Hikmawati, dkk
cukupi kebutuhan gizi bayi dan per- (2008) memaparkan bahwa tingkat pen-
tumbuhan bayi akan lebih baik. Seiring didikan rendah dan status pekerjaan
hasil kajian WHO tersebut, Menteri ibu merupakan faktor risiko kegagalan
Kesehatan melalui Kepmenkes RI pemberian ASI. Penelitian Rohani
No.450/MENKES/IV/2004 menetap- (2007) menunjukkan bahwa faktor pe-
kan perpanjangan pemberian Air Susu ngetahuan mempunyai pengaruh ter-
Ibu secara eksklusif dari yang semula hadap pemberian ASI eksklusif, hal ini
4 bulan menjadi 6 bulan (Allen dalam menunjukkan bahwa akan terjadi pe-
Amiruddin, 2006). ningkatan pemberian ASI eksklusif jika
Hasil survey Nutrition and Health disertai dengan peningkatan penge-
Surveilance System (NSS) yang dilak- tahuan tentang ASI eksklusif. Faktor
sanakan oleh Balitbangkes bekerja lain yang mempengaruhi keberlang-
sama dengan Hellen Keller International sungan pemberian ASI eksklusif dan
di empat kota (Jakarta, Surabaya, Sema- lama menyusui adalah pelaksanaan Ini-
rang, Makasar) dan delapan pedesaan siasi Menyusu Dini. Inisiasi Menyusu
(Sumatera Barat, Lampung, Banten, Dini merupakan permulaan kegiatan
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, menyusui dalam satu jam pertama
NTB, Sulawesi Selatan) menunjukkan setelah bayi lahir yang akan membantu
cakupan ASI saja 4-5 bulan diperkotaan keberhasilan menyusui selanjutnya
antara 4-12%, sedangkan di pedesaan (Roesli, 2008). Penelitian di Jakarta me-
4-25 %, pencapaian ASI saja 5-6 bulan nunjukkan bayi yang diberi kesempat-
diperkotaan 1-13 % sedangkan di pede- an menyusu dini, hasilnya delapan kali
saan 2-13 % (Afifah, 2007). lebih berhasil dalam pemberian ASI
Beberapa faktor yang mempe- eksklusif (Edmond dkk dalam Roesli,
ngaruhi pemberian ASI eksklusif anta- 2008).
ra lain adalah : faktor sosial budaya, Menurut Surat Keputusan Men-
pendidikan formal ibu, status pekerja- teri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008
an ibu, faktor psikologis (takut kehi- tentang Standar Pelayanan Minimun (
langan daya tarik sebagai wanita, ada- SPM ) bidang kesehatan, SPM untuk

196 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206
program ASI eksklusif adalah 80 %. bulan, lahir spontan. Jumlah sampel
Demikian pula untuk Jawa Tengah dan berjumlah 80 orang dengan teknik
Kabupaten Sragen Standar Pelayanan pengambilan sampeladalah Simple
Minimun program ASI eksklusif sebe- random sampling.
sar 80 %. Namun berdasarkan data hasil Jenis data yang dikumpulkan
cakupan pemberian ASI eksklusif ta- meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan,
hun 2010 di Kecamatan Karangmalang pengetahuan, pelaksanaan Inisiasi
adalah sebesar 31,52 %, sedangkan pen- Menyusu Dini, dan pemberian ASI.
capaian tingkat kabupaten Sragen sebe- Data tersebut diperoleh melalui wa-
sar 58,19 % (Profil Puskesmas Karang- wancara langsung dengan responden
malang, 2010). Hal ini ternyata masih dengan menggunakan kuesioner.
jauh dibawah target standar pelayanan Sedangkan profil Kecamatan Karang-
minimum yang ditetapkan. malang Kabupaten Sragen/ keadaan
Berdasarkan latar belakang ter- umum wilayah Kecamatan Karang-
sebut, dilakukan penelitian faktor-fak- malang seperti data jumlah penduduk,
tor apa saja yang mempengaruhi pem- mata pencaharian, pendidikan, dan
berian ASI eksklusif di Kecamatan data hasil cakupan program pemberian
Karangmalang Kabupaten Sragen. ASI diperoleh dengan cara melihat
Tujuan penelitian ini adalah menge- dokumen pada instansi terkait sesuai
tahui faktor-faktor yang mempenga- dengan kebutuhan data penelitian
ruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi Kuesioner yang digunakan se-
di Kecamatan Karangmalang Kabu- bagai alat ukur penelitian sebelumnya
paten Sragen. telah melewati uji coba kuisioner, uji
validitas dan uji reliabilitas. Uji coba
METODE PENELITIAN kuesioner dilakukan pada wilayah
Jenis penelitian ini adalah pene- Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen
litian observasional dengan desain yang memiliki karakter yang mirip
crossectional. Lokasi penelitian di Keca- dengan wilayah Kecamatan Karang-
matan Karangmalang Kabupaten malang Kabupaten Sragen. Uji coba
Sragen. Populasi dalam penelitian ini kuesioner ini sebanyak 30 responden
adalah seluruh ibu yang memiliki bayi dengan 30 item soal.
berumur 7 sampai 10 bulan di Keca- Uji validitas kuesioner dalam
matan Karangmalang Kabupaten penelitian ini menggunakan rumus
Sragen. Jumlah populasi sebanyak 356 Product Moment (Arikunto, 2002). Hasil
orang. Sedangkan sampel penelitian uji validitas menunjukkan dari 30 item
adalah populasi dengan kriteria mela- soal, yang dinyatakan valid hanya 22
hirkan secara normal dengan bayi soal. Uji reliabilitas kuisioner menun-
tunggal atau I melahirkan bayi cukup jukkan nilai cronbach’s alpha > 0,60,
sehingga kuisioner tersebut dinyatakan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi…. (Eni Sugiarti, dkk.) 197
reliabel. Analisis hubungan antara vari- B. Gambaran Umum Sampel
abel yang dilakukan dilakuakan de- Hasil penelitian menunjukkan
ngan uji chi square menggunakan pro- bahwa rata-rata umur sampel pada
gram SPSS for window versi 17.0. penelitian ini 30 tahun, sedangkan
umur tertua 39 tahun, dan umur ter-
HASIL DAN PEMBAHASAN muda 18 tahun. Sebagian besar sampel
A. Gambaran Umum Lokasi Pene- berusia antara 20-35 tahun sebesar 90
litian %, sampel yang berusia diatas 35 tahun
Kecamatan Karangmalang ada- sebesar 6,25 % dan sampel dibawah 20
lah salah satu kecamatan di Kabupaten tahun hanya 3,75 %. Tingkat pendidik-
Sragen dengan luas wilayah 4.297,3 H an sebagian besar sampel adalah Seko-
terdiri dari 57,729% lahan sawah dan lah Menengah Umum (SMU) sebanyak
42,28% lahan bukan sawah. Kecamatan 52,5 %, dan yang berpendidikan SMP
Karangmalang mempunyai 10 desa, 97 32,5 %.
dukuh dan 349 RT. Jumlah penduduk Data pekerjaan sampel menun-
Kecamatan Karangmalang sampai jukkan bahwa sebagian besar respon-
akhir tahun 2008 sebesar 57.961 jiwa den tidak bekerja atau sebagai ibu ru-
terdiri dari 28.948 laki-laki dan 29.203 mah tangga sebanyak 71,25 %. Sedang-
perempuan. Kepadatan penduduk kan responden yang bekerja sebagai
1.348 jiwa/Km² dan sex rasio sebesar pegawai swasta, PNS, Karyawan pa-
1042,63. Mata pencaharian penduduk brik maupun sebagai buruh rumah
sebagian besar bekerja di bidang per- tangga sebanyak 28,75 %. Hasil pene-
tanian 20,79 %, selanjutnya jasa/PNS/ litian menunjukkan bahwa nilai penge-
TNI/POLRI/Pensiunan 17,72 %, dan tahuan sampel rata-rata 88,86, untuk
sebagai sebagai pelajar, mengurus ru- nilai tertinggi 100, dan nilai terendah
mah tangga sebanyak 49,21%. 59,09. Pada sebagian besar responden
Tingkat pendidikan sebagian memiliki tingkat pengetahuan tentang
besar penduduk belum mendapatkan ASI baik sebesar 92.50 %, sedangkan
pendidikan dasar 9 tahun, terbukti 59,5 responden yang memiliki tingkat pe-
% penduduk tidak memiliki ijasah ngetahuan yang tidak baik hanya 7,50
SMP/sederajat. Bahkan 36,2 % pen- %. Tingginya tingkat pengetahuan ibu
duduk tidak sekolah /belum tamat SD dikarenakan adanya promosi kesehat-
sedangkan tamat SD sebesar 21,3 % , an yang berhasil, hal ini berdasar hasil
lulus SMP/sederajat sebanyak 18,9 % , wawancara bahwa ibu telah memper-
lulus SMU/sederajat sebanyak 17,2 %, oleh informasi tentang ASI eksklusif
lulus DI-DIII sebanyak 3,5 % dan lulus sebesar 93,75 %, sedangkan 7,50 % ibu
D IV/S1 sebanyak 2,7 %. memiliki pengetahuan ASI yang tidak
baik hal ini kemungkinan selain pada

198 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206
saat melahirkan tidak memperoleh nangis terus/ rewel sebanyak 8,33 %,
penyuluhan/penjelasan dari bidan pe- puting susu datar/tidak menonjol 6,25
nolong juga karena tingkat pendidikan % dan karena dorongan keluarga 2,08
yang dimiliki ibu pada pendidikan %.
dasar. Menyusui merupakan suatu pro-
Data yang diperoleh mengenai ses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak
pelaksanaan program Inisiasi Menyusu berhasil menyusui atau menghentikan
Dini menunjukkan bahwa sebagian menyusui lebih dini. Berbagai alasan
besar ibu melahirkan telah melakukan dan kendala ibu dalam menberikan ASI
Inisiasi menyusu Dini sebesar 63,75 %, eksklusif yaitu produksi ASI yang ku-
sedangkan ibu melahirkan yang tidak rang, ibu kurang memahami tata lak-
dilakukan inisasi Menyusu Dini sebe- sana laktasi yang benar, bayi terlanjur
sar 36,25 %. Bayi yang diberi kesempat- mendapatkan prelakteal feeding,
an melakukan Inisiasi Menyusu Dini kelainan ibu seperti putting ibu lecet,
dapat mudah sekali menyusu, sehing- putting terbenam, payudara bengkak,
ga kegagalan menyusui akan berku- mastitis, kelainan bayi seperti bayi
rang. IMD merupakan tahap awal yang sakit, abnormalitas bayi, ibu hamil lagi,
sangat baik dalam memberikan ASI ibu bekerja, anggapan susu formula
eksklusif selama 6 bulan pertama. lebih praktis dan banyak iklan yang
Data lain yang diperoleh me- menyesatkan dari berbagai produk
nunjukkan bahwa sebagian besar ibu susu formula atau makanan bayi (IDAI,
tidak memberikan ASI eksklusif bagi 2008).
bayinya sebesar 60%. Beberapa alasan
ibu tidak memberikan ASI eksklusif C. Hubungan Pendidikan dengan
yang dikemukakan pada saat wawan- Pemberian ASI Eksklusif
cara yaitu ibu bekerja 45,83 %, ASI Hasil penelitian tentang hubu-
belum/tidak keluar 29,17 %, Sakit (mi- ngan pendidikan dengan pemberian
salnya ibu perdarahan, bayi sakit, ter- ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel
kena penyakit infeksi) 8,33 %, bayi me- berikut

Tabel 1. Hubungan Pendidikan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif


Total
Pendidikan Ibu ya tidak
n % n % n %
Pendidikan dasar 16 50 16 50 32 100
Pendidikan lanjut 16 33,33 32 66,67 48 100
Jumlah 32 40 48 60 80 100
p = 0,136

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi…. (Eni Sugiarti, dkk.) 199
Berdasarkan tabel 1 dapat di- Sekalipun hasil penelitian me-
analisis bahwa ibu yang memiliki pen- nunjukkan bahwa tidak ada hubungan
didikan dasar yang memberikan ASI tingkat pendidikan dengan pemberian
eksklusif dan tidak memberikan ASI ASI eksklusif,tetapi bila dilihat dari fre-
eksklusif sama besar 50 %, sedangkan kuensi tingkat pendidikan dengan pem-
ibu yang memiliki pendidikan lanjut berian ASI eksklusif ternyata responden
sebagian besar tidak memberikan ASI yang pendidikan lanjut cenderung tidak
eksklusif yaitu sebesar 66,67 %. memberikan ASI eksklusif 66,67 %. Hasil
Hasil uji statistik dengan meng- penelitian Afifah (2007) yang menyata-
gunakan uji Chi square antara pendi- kan bahwa ibu menyusui yang memiliki
dikan dan pemberian ASI eksklusif me- tingkat pendidikan yang rendah lebih
nunjukkan bahwa tidak ada hubungan mau mengikuti anjuran pemerintah dan
yang bermakna antara pendidikan mau meninggalkan kebiasaan yang
dengan pemberian ASI eksklusif, nilai dapat membahayakan kesehatan anak-
p =0,136 (>0,05). Penelitian ini sejalan nya dalam pemberian ASI eksklusif.
dengan hasil penelitian Anggrita (2009)
bahwa tingkat pendidikan Ibu tidak D. Hubungan Pekerjaan dengan
memiliki hubungan yang signifikan Pemberian ASI Eksklusif
dengan pola pemberian ASI eksklusif Hasil penelitian tentang hubu-
pada bayi usia 6-11 bulan, dengan nilai ngan pekerjaan dengan pemberian ASI
p = 0,134. eksklusif dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif


Total
Pekerjaan Ibu ya tidak
n % n % n %
Bekerja 1 4,35 22 95,65 23 100
Tidak bekerja 31 54,39 26 45,61 57 100

jumlah 32 40 48 60 80 100
p = 0,000

Pada tabel 2 menunjukkan bah- dasarkan wawancara alasan ibu bekerja


wa sebagian besar ibu bekerja tidak tidak memberikan ASI eksklusif karena
memberikan ASI eksklusif pada bayi- faktor bekerja yaitu 95,65 %, selain itu
nya 95,65 %, sedangkan pada ibu yang responden juga menyatakan bahwa
tidak bekerja sebagian besar memberi- tidak ada fasilitas seperti ruangan
kan ASI eksklusif sebesar 54,39 %. Ber- untuk memeras ASI sehingga praktek

200 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206
pemberian ASI eksklusif tidak tercapai, dampak kehidupan modern adalah
sedangkan pada ibu yang tidak bekerja perubahan pengaturan peran dalam
dan tidak memberikan ASI eksklusif keluarga. Dahulu pengaturan peran
disebabkan ASI belum/tidak keluar adalah ayah sebagai kepala keluarga
61,64 %, bayi menangis terus/ rewel yang bertugas antara lain memimpin
sebanyak 19,23 %, puting susu datar/ keluarga dan mencari nafkah, ibu ber-
tidak menonjol 7,69 %, karena dorong- tanggungjawab untuk urusan dalam
an keluarga 7,69 % dan Sakit 3,85 %. rumah, serta anak-anak sebagai ang-
Hasil uji statistik dengan meng- gota keluarga yang disiapkan untuk
gunakan uji chi square menunjukkan berkembang di masa depan. Kehidup-
nilai p = 0,000 (<0,05) sehingga ada an modern sedikit menggeser penga-
hubungan yang bermakna antara pe- turan tersebut, saat ini para ibu dituntut
kerjaan dengan pemberian ASI eksklu- untuk tidak hanya berperan dalan uru-
sif. Hasil penelitian ini sejalan peneliti- san domestik saja, tapi juga urusan di
an Rohani (2007) menunjukkan signifi- luar rumah, seperti bekerja walaupun
kan nilai p = 0,029 sehingga pekerjaan tanpa melupakan peran keibuan yang
berpengaruh terhadap pemberian ASI tak tergantikan seperti hamil, melahir-
eksklusif. Menurut Rohani (2007) bah- kan dan menyusui (Hanson dalam
wa ibu yang bekerja cenderung untuk Hikmawati dkk, 2008).
tidak memberikan ASI eksklusif karena Organisasi Kesehatan Dunia
mereka terlalu sibuk dan tidak bisa me- mereko mendasikan agar bayi baru
ninggalkan pekerjaan mereka dalam lahir mendapat ASI eksklusif selama
waktu yang lama sehingga mereka enam bulan, sehingga ibu harus siap
membiasakan bayi mereka menyusu setiap saat bayi membutuhkan ASI, aki-
dari botol dengan susu formula atau batnya apabila ibu diharuskan kembali
memberikan makanan tambahan sejak bekerja penuh sebelum bayi berusia
dini. enam bulan maka pemberian ASI eks-
Penelitian ini juga sesuai dengan klusif ini tidak berjalan sebagai-mana
penelitian yang dilakukan oleh Hikma- seharusnya. Ibu yang bekerja akan
wati dkk (2008) menunjukkan ibu ber- mengalami kondisi fisik dan men-tal
status sebagai ibu pekerja merupakan yang lelah karena bekerja sepanjang
faktor risiko kegagalan pemberian ASI hari dan diet yang kurang memadai
(p=0,001,OR= 4,549;95% CI=1,996- akan berakibat pada kelancaran pro-
10,369). Hasil penelitian Hikmawati duksi ASI. Adanya peraturan pemberi-
dkk (2008) ini sejalan dengan penelitian an cuti ibu bekerja hanya berlangsung
sebelumnya yang dilakukan oleh Han- selama 3 bulan membuat banyak ibu
son (2003), bahwa pekerjaan mempu- harus mempersiapkan bayinya dengan
nyai asosiasi erat dengan terjadinya makanan pendamping ASI sebelum
kegagalan pemberian ASI. Salah satu masa cutinya habis, sehingga pemberi-

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi…. (Eni Sugiarti, dkk.) 201
an ASI eksklusif menjadi tidak berhasil melahirkan dengan melakukan Inisiasi
(Hikmawati dkk, 2008). Menyusu Dini (IMD) sebagian besar
memberikan ASI eksklusif sebesar
E. Hubungan Pelaksanaan Inisiasi 52,94 % sedangkan yang tidak
Menyusu Dini dengan Pemberian memberikan ASI eksklusif 47,06 %, dan
ASI Eksklusif ibu yang me-lahirkan tidak melakukan
Hasil penelitian tentang hubu- Inisiasi Me-nyusu Dini (IMD) sebagian
ngan pelaksanaan Inisiasi Menyusu besar tidak memberikan ASI eksklusif
Dini dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi-nya sebesar 82,76 %
dapat dilihat pada tabel 3 sedangkan yang memberikan ASI
Tabel 3 menunjukkan bahwa ibu eksklusif hanya 17,24 %.

Tabel 3. Hubungan Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan


Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif
IMD tentang ASI Total
ya tidak
eksklusif
n % n % n %
IMD 27 52,94 24 47,06 51 100
Tidak IMD 5 17,24 24 82,76 29 100
Jumlah 32 40 48 60 80 100
p = 0,002

Hasil uji statistik dengan meng- maka akan semakin tinggi pemberian
gunakan uji chi square menunjukkan p ASI eksklusif (p=0,000; OR = 6,1) .
= 0,002 (< 0,05 ), sehingga terdapat
hubungan yang bermakna pada pelak- F. Hubungan Pengetahuan dengan
sanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pemberian ASI Eksklusif
terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian tentang hubu-
Hasil penelitian ini sejalan penelitian ngan pengetahuan dengan pemberian
yang dilakukan oleh Triani (2010) bah- ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel
wa ada hubungan yang signifikan anta- 4.
ra tingkat pelaksanaan Iinisiasi Menyu- Pada tabel 4. menunjukkan bah-
su Dini dengan pemberian ASI eksklu- wa ibu yang memiliki pengetahuan
sif, nilai p = 0,004. Penelitian ini juga baik sebagian besar tidak memberikan
sesuai dengan hasil penelitian Juliastuti ASI eksklusif pada bayinya sebesar
(2011) yang menunjukkan bahwa makin 60,81% dan ibu yang memiliki penge-
dilaksanakan Inisiasi Menyusu Dini tahuan tidak baik tentang ASI yang

202 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206
Tabel 4. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif


Total
Pengetahuan tentang ya tidak
ASI eksklusif n % n % n %
Baik 29 39,19 45 60,81 74 100
Tidak baik 3 50 3 50 6 100
Jumlah 32 40 48 60 80 100
P = 0,603

memberikan ASI eksklusif dan yang den (93,75 %) memperoleh penjelasan


tidak memberikan ASI eksklusif sama seputar menyusui dan pemberian ASI
besar yaitu 50 %. eksklusif sehingga membuat penge-
Hasil uji statistik dengan meng- tahuan para ibu tentang ASI eksklusif
gunakan uji chi square menunjukkan baik.
nilai p = 0,603 (> 0,05 ) sehingga tidak Peranan petugas kesehatan sa-
ada hubungan antara pengetahuan de- ngat penting dalam melindungi, me-
ngan pemberian ASI eksklusif. Hasil ningkatkan, dan mendukung usaha
penelitian ini bertolak belakang dengan menyusui. Sebagai individu yang ber-
penelitian Wahyuningrum (2007) yang tanggung jawab dalam gizi bayi dan
menyatakan ada hubungan yang signi- perawatan kesehatan, petugas kesehat-
fikan antara pengetahuan Ibu tentang an mempunyai posisi unik yang dapat
ASI dengan pemberian ASI eksklusif mempengaruhi organisasi dan fungsi
dengan p value sebesar 0,000. Penelitian pelayanan kesehatan ibu, baik sebe-
tersebut disebabkan karena penge- lum, selama maupun setelah kehamil-
tahuan Ibu tentang ASI eksklusif sangat an dan persalinan. Petugas kesehatan
kurang sehingga ibu- ibu tidak mem- yang terlibat pada perawatan selama
berikan ASI eksklusif pada bayinya. kehamilan hingga bayi lahir yang uta-
Namun hasil penelitian ini seja- ma adalah bidan (Afifah, 2007).
lan dengan penelitian Amiruddin Penelitian ini menunjukkan bah-
(2006) bahwa tidak ada hubungan anta- wa sebagian besar responden memiliki
ra pengetahuan dengan pemberian ASI tingkat pengetahuan yang baik, namun
eksklusif nilai p = 0,392. Hasil wawan- tidak berpengaruh dalam pemberian
cara saat penelitian ini diketahui semua ASI eksklusif, hal ini kemungkinan di-
responden dalam penelitian ini mela- sebabkan tingkat pengetahuan respon-
hirkan pada tenaga kesehatan dan per- den termasuk jenis pengetahuan “tahu
nah memeriksakan kehamilannya ke bahwa” atau jenis pengetahuan teoritis
bidan sehingga sebagian besar respon- / ilmiah, masih pada tingkat yang tidak

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi…. (Eni Sugiarti, dkk.) 203
mendalam sehingga tidak mendorong Dini yaitu 63,75 % dan memberikan
untuk melakukannya. Ini sesuai pem- ASI eksklusif pada bayinya di Keca-
bagian jenis pengetahuan yang dike- matan Karangmalang Kabupaten
mukakan ahli filsafat Keraf dan Dua Sragen tahun 2011 yaitu 40 %.
(2001) dalam Afifah, 2007. 3. Tidak ada hubungan antara pendi-
Kemungkinan lain gagalnya dikan dan pengetahuan dengan
pemberian ASI eksklusif disebabkan pemberian ASI eksklusif.
oleh adanya susu formula. Hasil pene- 4. Ada hubungan antara pekerjaan ibu
litian ini diperoleh bahwa ibu yang dan pelaksanaan Inisiasi Menyusu
mendapatkan susu formula dari tenaga Dini dengan pemberian ASI eksklu-
kesehatan (bidan) 33,33 %, promosi dari sif,
produsen 58,3 %, inisiatif keluarga 20,84
%. Seperti yang diterangkan oleh B. Saran
Hikmawati dkk (2008) adanya promosi Hasil penelitian ini memberikan
susu formula juga bisa menjadi ke- saran bagi Puskesmas untuk :
mungkinan gagalnya pemberian ASI 1. Membentuk dan menggalakan kelas
walaupun mindset awal sebenarnya ASI, ibu hamil bagi desa yang belum
promosi bisa berasal dari petugas kese- berjalan dengan rutin sebagai wadah
hatan misalnya pada saat pulang di- untuk memberikan motivasi dan
bekali susu formula, ataupun dari pembinaan terhadap ibu-ibu hamil
iklan-iklan di beberapa media baik ce- agar memahami mengenai manfaat
tak maupun elektronik. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif , kelebihan
pemberian ASI eksklusif selain penge- ASI, cara merawat payudara sebagai
tahuan yang baik dibutuhkan kemauan upaya mempersiapkan dan mem-
yang kuat dan kemampuan yang men- perlancar produksi ASI, dan sebagai
dukungnya. sarana bertukar pengalaman dian-
tara ibu sehingga pada saat melahir-
KESIMPULAN DAN SARAN kan nanti ibu sudah siap memberi-
A. Kesimpulan kan ASI eksklusif.
1. Sebagian besar responden memiliki 2. Membentuk pojok laktasi terutama
pendidikan lanjut sebesar 60 %, di Puskesmas, selanjutnya dlakukan
tidak bekerja atau sebagai ibu rumah sosialisasi di instansi yang lain.
tangga yaitu 71,25 dan memiliki 3. Melakukan advokasi dan sosialisasi
tingkat pengetahuan tentang ASI IMD kepada bidan-bidan dan rumah
cukup baik sebesar 92.50 %. sakit-rumah sakit baik umum mau-
2. Sebagian besar ibu yang melahirkan pun swasta.
telah melakukan Inisiasi Menyusu

204 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta Jakarta

Afifah, D. N., 2007. Studi Kualitatif Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian
ASI Eksklusif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang. Skripsi Universitas
Diponegoro Semarang

Anggrita, K, 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif
di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Ampals. Skripsi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

Afifah. 2009. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakt Universitas Sumatera Utara.

Amiruddin, R. R., 2006. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif
pada Bayi 6-11 Bulan di Kelurahan Pa’Baeng-Baeng Makasar. Bagian
Epidemiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin Makasar.

Departemen Kesehatan RI. 2002. Peningkatan Penggunaan ASI. Jakarta

Departemen Kesehatan RI, 2002. Ibu Rumah Tangga Selalu Memberikan Air Susu Ibu
(ASI). Direktorat jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi
Masyarakat Jakarta.

Hikmawati, I., Mateus S., dan Asri, P., 2008. Risk Factors of Failure to Give
Breastfeeding During Two Months (Case Study of Infants aged 3 To 6 Months
Old In Banyumas District). JPDF created with pdfFactory Pro trial version
www.pdffactory.co

Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Bedah ASI-Kajian dari Berbagai
Sudut Pandang Ilmiah. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

Juliastuti, R., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Status Pekerjaan Ibu, dan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI Eksklusif. Tesis, Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Roesli, U., 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta, Tubulus Agriwidya.

Roesli, U., 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta, Tubulus Agriwidya.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Asi…. (Eni Sugiarti, dkk.) 205
Rohani. 2007. Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera, Sumatera.

Kecamatan Karangmalang. 2008. Profil Kecamatan Karangmalang. Sragen.

Puskesmas Karangmalang. 2010. Profil Puskesmas Karangmalan., Sragen.

206 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 2, Desember 2011: 195-206

Vous aimerez peut-être aussi