Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dede Rohaniawati
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung; dederohaniawati@gmail.com
Abstract
The purpose of this research is to know the application of PAKEM and the improvement of students' thinking
skill in the subject of Teacher Personality Development Department PGMI Semester IV / B Faculty of Tarbiyah
and Teacher Training UIN Sunan Gunung Djati Bandung in every cycle. This research uses Classroom Action
Research methodology (PTK), data collection method is done by observation done to observe student and
lecturer activity during learning process and test to know student's thinking skill. The tools used in the
observations use observation sheets and cognitive test formats. The results showed that with PAKEM approach
there was an increase in the students' thinking level. Based on the results of analysis on the application of
PAKEM in Teacher Personality Development Learning in PGMI majors semester IV / B can be concluded that
the activity of lecturers in the learning process expressed very well, this is evident from the results of lecturer
activity has increased in each cycle; Cycle 1 percentage of lecturer activity is 82%, in cycle 2 is 91% and in
cycle 3 is 100%. While the result of student activity observation in learning process stated very well also, this is
proven from result of student activity at cycle 1 equal to 91%, in cycle 2 reach 100% also at cycle 3 reach 100%.
As for the result of the analysis of students' thinking skill in subject of Teacher Personality Development using
PAKEM approach can be concluded, almost increase at every meeting.
Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan PAKEM dan peningkatan keterampilan berpikir
mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru Jurusan PGMI Semester IV/B Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung disetiap siklusnya. Penelitian ini memakai metodologi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi yang dilakukan
untuk mengamati aktivitas mahasiswa dan dosen pada saat proses pembelajaran serta tes untuk mengetahui
keterampilan berpikir mahasiswa. Alat yang digunakan dalam pengamatan menggunakan lembar observasi dan
format tes kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pendekatan PAKEM terjadi peningkatan pada
tingkat berpikir mahasiswa. Berdasarkan hasil analisis pada penerapan PAKEM dalam pembelajaran
Pengembangan Kepribadian Guru di jurusan PGMI semester IV/B dapat disimpulkan bahwa aktivitas dosen
dalam proses pembelajaran dinyatakan sangat baik, hal ini terbukti dari hasil aktivitas dosen mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya; siklus 1 persentase aktivitas dosen sebesar 82%, pada siklus 2 sebesar 91%
dan pada siklus 3 sebesar 100%. Sedangkan hasil observasi aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran
dinyatakan sangat baik juga, hal ini terbukti dari hasil aktivitas mahasiswa pada siklus 1 sebesar 91%, pada
siklus 2 mencapai 100% begitu juga pada siklus 3 mencapai 100%. Sedangkan untuk hasil analisis keterampilan
berpikir mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru dengan menggunakan pendekatan
PAKEM dapat disimpulkan, hampir meningkat pada setiap pertemuannya.
Memang tidak ada salahnya jika kita faktor yang melatar belakangi rendahnya
menggunakan metode ceramah dalam prestasi para siswaini, dan tentunya banyak
proses pembelajaran karena memang pihak yang harus bertanggung-jawab
metode tersebut perlu juga untuk terhadap permasalahan ini, tidak terkecuali
diterapkan, akan tetapi menjadi kurang Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan
inovatif apabila pendidik hanya (LPTK), yang bertugas untuk mencetak
menampilkan metode yang hampir sama calon guru profesional.
setiap harinya, pembelajaran akan terasa Keterampilan berpikir mahasiswa
membosankan dan menjenuhkan. Hal ini sedikitnya sudah setingkat lebih tinggi
tentunya akan berdampak pada output dibanding jenjang pendidikan menengah. Di
pembelajaran, dimana hasil yang lingkungan perguruan tinggi, tingkat
diharapkan dari suatu proses pembelajaran keterampilan berpikir sering diasah melalui
menjadi kurang maksimal. proses pembelajaran berbasis research atau
Banyak penelitian yang diskusi panel. Tetapi tidak menutup
menggambarkan bahwa metode yang kemungkinan keterampilan berpikir ini,
monoton tidak berdampak signifikan tidak dikuasai sepenuhnya oleh seluruh
terhadap hasil belajar, dapat dibayangkan mahasiswa, mengingat motivasi, keaktifan
seorang anak belajar di sekolah selama 13 serta tingkat kemampuan intelektualitas
tahun dari TK/RA-SMA/Aliyah kemudian mahasiswa berbeda. Keaktifan berpikir
berlanjut ke Perguruan Tinggi, dan hampir tidak hanya dinilai dari lancarnya seseorang
semua pendidik dari jenjang yang berbeda berbicara atau mengemukakan pendapat,
itu memberikan pola pembelajaran yang akan tetapi keaktifan berpikir lebih pada
sama yakni menggunakan pendekatan memaksimalkan daya berpikir sampai
klasikal dan mononton, pada akhirnya tingkat yang paling tinggi. Keaktifan
sekolah dinilai sebagai tempat yang sangat berpikir merupakan ranah kognitif yang
formal dan kaku. Yang paling melibatkan pengetahuan dan pengembangan
membahayakan adalah pola pembelajaran skill-skill intelektual. Keterampilan berpikir
yang tidak mengenal inovasi dan kreatifitas awal mulanya digagas oleh Benjamin
akan mematikan keterampilan berpikir. Samuel Bloom, ia merupakan ilmuwan
Tidak berlebihan jika hal ini dikaitkan dalam bidang pendidikan yang berasal dari
dengan tingkat kreatifitas masyarakat Pennsylvania Amerika Serikat, konsepnya
Indonesia yang tidak dapat bersaing dengan kita kenal dengan istilah taksonomi Bloom.
bangsa-bangsa lain, seperti hasil survei Istilah taksonomi (taxonomy) berasal
yang dilakukan oleh OECD (Organization dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
for Economic Co-Operation & “taxis” yang berarti pengaturan, dan “nomos”
Develepoment) dalam studi PISA (Program berarti ilmu pengetahuan. Kata taxis juga
for International Student Assesment) pada merujuk pada struktur hierarkis yang
tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat dibangun dalam suatu klasifikasi, Jadi,
kedua dari bawah (65 negara), dalam taksonomi adalah ilmu yang mempelajari
pemetaan kemampuan matematika, tentang klasifikasi (Wikipedia, 2010; Yaumi,
membaca dan sains yang melibatkan 2013). Dalam konsepnya Bloom
responden usia 15 – 16 tahun. Penelitian ini memaparkan kriteria-kriteria keterampilan
menunjukkan betapa rendahnya berpikir dari yang terendah sampai tertinggi.
kemampuan keterampilan berpikir siswa Berikut merupakan klasifikasi atau tingkatan
setelah mengenyam pendidikan selama berpikir versi Bloom yang dikutip dari modul
kurang lebih 12 tahun. Tentunya banyak USAID Prioritas (2013:48):
Mengkreasi
Menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang sesuatu
Kegiatan: mendisain, membangun, merencanakan, menemukan.
Menganalisis
Mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan
Kegiatan: membandingkan, mengorganisasi, menata ulang, mengajukan pertanyaan,
menemukan
Mengevaluasi
Menilai suatu keputusan atau tindakan
Kegiatan: memeriksa, membuat hipotesa, mengkritik, bereksperimen,
memberipenilaian
Menerapkan
Menggunakan informasi dalam situasi lain
Kegiatan: menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melakukan
Memahami
Menerangkan ide atau konsep.
Kegiatan: menginterpretasi, merangkum, mengelompokkan, menerangkan.
Mengingat
Kegiatan: mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan
2. Tes
Untuk menganalisis keterampilan PEMBAHASAN
berpikir mahasiswa, peneliti A. Pendekatan PAKEM
menggunakan data secara kuantitatif 1. Pengertian PAKEM
sebagai berikut: PAKEM merupakan sinonim dari
a) Nilai yang diperoleh mahasiswa kata Pembelajaran Aktif Kreatif Inovatif
atau ketuntasan individual dihitung dan Menyenangkan/Menarik. Hamzah B.
dengan rumus: Uno dan Nurdin Mohamad (2012:10)
Ketuntasan Individual = menguraikan pengertian PAKEM sebagai
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 berikut:
X 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
a. Pembelajaran yang Aktif adalah
b) Ketuntasan belajar secara klasikal memosisikan guru sebagai orang yang
dihitung dengan menggunakan menciptakan suasana belajar yang
rumus persentase: kondusif atau sebagai fasilitator dalam
Ketuntasan Klasikal = belajar, sementara siswa sebagai
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
X 100% peserta belajar yang harus aktif.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑚𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
c) Adapun rumus yang dipakai untuk b. Pembelajaran yang kreatif adalah
mengetahui nilai rata-rata siswa salah satu strategi pembelajaran yang
menurut Hayati (2013: 127) adalah bertujuan untuk mengembangkan
sebagai berikut: kemampuan berpikir siswa. Kreatif
∑× juga dimaksudkan agar guru
𝑋= menciptakan kegiatan belajar yang
n
Keterangan: beragam sehingga memenuhi tingkat
𝑋 = Nilai rata-rata kemampuan siswa.
∑X = Jumlah semua nilai c. Pembelajaran yang efektif adalah
mahasiswa salah satu strategi pembelajaran yang
n = Jumlah mahasiswa diterapkan guru dengan maksud untuk
3. Koding (pengkodean) menghasilkan tujuan yang telah
Menganalisis transkripsi interviu atau ditetapkan. Strategi ini menghendaki
catatan lapangan perlu memberi kode siswa yang belajar di mana dia telah
secara konsisten untuk fenomena yang membaca sejumlah potensi lalu
sama (A. Chaedar Alwasilah, 2003: 59). dikembangkan melalui kompetensi
Hal ini digunakan untuk yang telah ditetapkan, dan dalam
menyederhanakan dan menstandarisasi waktu tertentu kompetensi belajar
data untuk keperluan analisis, seperti dapat dicapai siswa dengan baik atau
karakteristik responden, misalnya tuntas.
identitas diri, tempat tinggal serta d. Pembelajaran menarik adalah dimana
mobilitas sehari-sehari. guru menyediakan situasi atau Susana
4. Pemberian Catatan (Memo) agar pembelajaran itu berjalan dengan
Yaitu penambahan materi-materi tertulis baik. Kaitannya dengan hal ini, guru
dengan catatan atau komentar. Proses ini perlu menyiapkan: 1) media
mungkin menarik perhatian untuk menuju pembelajaran disiapkan dengan baik,
kearah apa yang dianggap bagian-bagian 2) lingkungan belajar di-setting sesuai
yang lebih berarti (E. Mulyasa, 2011: 27). objek materi yang dipelajari, 3)
Catatan peneliti mengenai kelebihan dan metode pembelajaran yang digunakan
kekurangan proses pembelajaran dijadikan sesuai dengan karakteristik siswa,
refleksi pada setiap siklusnya, pedoman sehingga siswa tertarik, 4) siswa
wawancara untuk observer juga dijadikan diperlukan sebagai seorang yang perlu
acuan untukrefleksi pada setiap siklusnya. dilayani.
ciri selanjutnya adalah adanya media atau unsur keaktifan, dapat dikatakan sebagai
sumber belajar yang dapat merangsang pembelajaran aktif. Untuk itu sebenarnya
siswa untuk berpikir, seperti halnya hal yang sangat penting untuk dilakukan
lingkungan di sekitar sekolah dapat adalah kesiapan, kesungguhan serta
digunakan media untuk belajar, guru dan keahlian guru dalam merancang dan
siswa juga dapat membuat media belajar melaksanakan proses pembelajaran aktif.
untuk dipakai dalam proses pembelajaran, c. Media Pembelajaran Aktif
hal tersebut menjadi menarik bagi siswa Media merupakan alat/materi yang
dan ada rasa kebanggaan jika hasil menunjang pembelajaran. Media juga
karyanya dipakai sebagai sumber belajar. merupakan alat bantu yang digunakan oleh
b. Model dan Metode Pembelajaran Aktif guru dalam pembelajaran agar
Banyak model pembelajaran aktif pengetahuan atau nilai-nilai mudah
yang dapat diterapkan dalam pembelajran, dicerna oleh siswa. Salah satu fungsi
seperti: model berbagai pengalaman, model media adalah untuk memperjelas sesuatu
kartu arisan, model example non example, yang abstrak. Dalam pembelajaran aktif,
model picture and picture, model media apapun dapat digunakan, baik
cooperative tipe script, model kepala media berupa materi maupun non-materi.
bernomor struktur, model artikulasi, model Media berupa materi diantaranya berupa
mind maping, model make a match, model media visual seperti media gambar, bentuk
debat, model role playing, model talking kubus atau balok, torso, LCD Proyektor,
stik, model bertukar pasangan, model dan lain sebagainya. Media berupa audio
snowball throwling, model student seperti rekaman pada kaset, biasanya
facilitator and explaning, model course laboratorium bahasa selalu menggunakan
review horay, model explicit instruction, media audio dalam pembelajarannya, dan
model cooperative integrated reading and lain-lain. Media berupa audio visual,
composition, model inside outside circle, seperi internet, film, dan lain-lain.
model tebak kata, model word square, Sedangkan media berupa non-materi yaitu
model scramble, model take and give, media yang bukan berupa benda.
model concept sentence, dan masih banyak Ramayulis (2006:106) mengungkapkan
lagi model-model pembelajaran lainnya diantara media pengajaran yang bukan
(Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad: 76). benda itu adalah: 1) keteladanan, 2)
Metode yang digunakan dalam perintah/larangan, 3) ganjaran dan
pembelajaran aktif sangat beragam, guru hukuman.
dapat menggunakan metode-metode yang Pertama, keteladanan merupakan media
dapat mengaktifkan siswa dalam efektif berupa non-materi yang dapat
pembelajaran, metode tersebut diantaranya dijadikan alat dalam pembelajaran.
adalah: metode curah pendapat, metode Keteladanan atau role model memiliki
studi kasus, metode demontrasi, metode dampak yang sangat besar terhadap
penemuan (discovery), metode jigsaw, perkembangan peserta didik. Penelitian yang
metode kunjungan lapangan, metode dilakukan oleh Bandura dan koleganya
ceramah, metode diskusi, metode seminar, melakukan penelitian secara meluas terhadap
metode tulis berantai, metode debat, pengaruh model dengan agresifitas, peran
metode bermain peran, metode gender, dan standar moral anak, hasilnya
simulasi/demontrasi, metode penugasan, ditemukan bahwa observasi anak terhadap
metode presentasi, metode penilaian para bintang film (model yang memerankan
sejawat, metode bola salju, dan lain kekerasan) dapat memengaruhi
sebagainya. Pada prinsipnya setiap perkembangan tingkah laku agresifnya
pembelajaran dengan menggunakan model (Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan:134).
dan metode yang mengandung unsur- Kedua, media non-materi berupa perintah
dan larangan, media ini tergolong pada berfokus pada pembelajaran serta
pendekatan yang bersifat tradisional dimana dapat membangkitkan ide yang pada
guru menanamkan nilai pada peserta didik gilirannya dapat memaksimalkan
dengan indoktrinasi. Media ini bertujuan waktu, sumber-sumber yang
untuk diterimanya nilai-nilai sosial tertentu menjamin pembelajaran aktif berjalan
oleh siswa dan menangkal nilai-nilai yang 4) Menilai siswa dengan cara yang dapat
tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mendorong siswa untuk menggunakan
ada. Ketiga, ganjaran dan hukuman apa yang telah mereka pelajari di
merupakan media yang dinilai ampuh yang kehidupan nyata, dalam hal ini disebut
dapat digunakan dalam proses pembelajaran penilaian autentik.
aktif. Ganjaran (reward) dan hukuman Skenario pembelajaran dibuat
(punishment) telah menjadi pusat penelitian sebelum pembelajaran berlangsung,
dari kaum behavioristik terutama bagi B.F. substansi dari skenario tersebut harus
Skinner, dimana reinforcement positif berupa memperlihatkan keaktifan sebagaimana
reward (ganjaran) akan mempengaruhi ciri dari pembelajaran aktif yang telah
kepribadian. Respon-respon yang diikuti oleh dijelaskan di atas; rencana pembelajaran
hasil yang menyenangkan diperkuat dan mengacu pada tujuan yang telah
cenderung pola kebiasaan bertingkah laku. ditetapkan dalam silabus, guru
Begitupun sebaliknya reinforcement negatif menggunakan metode yang beragam yang
berupa punishment (hukuman) akan dapat mengaktifkan pembelajaran, media
menghasilkan kecemasan (Syamsu Yusuf dan dirancang sedemikian rupa agar siswa
Juntika Nurihsan:131). belajar dengan efektif, penilaian tidak
hanya berfokus pada aspek kognitif, akan
d. Merancang Skenario Pembelajaran Aktif tetapi harus mengacu pada seluruh potensi
Guru dituntut untuk membuat skenario siswa.
pembelajaran yang menggambarkan
pembelajaran aktif, biasanya skenario e. Mengevaluasi Pembelajaran Aktif
pembelajaran yang berlaku di sekolah pada Penilaian dalam pembelajaran aktif
umumnya berupa RPP (Rencana Praktik dirancang sedemikian rupa untuk menilai
Pembelajaran), dalam hal ini peneliti hanya seluruh potensi anak. Bentuk penilaian yang
akan menjelaskan mengenai pakem-pakem dapat dijadikan acuan oleh guru dalam
yang harus ada dalam setiap skenario menilai keseluruhan potensi tersebut yakni
pembelajaran aktif, diantaranya menurut penilaian autentik. Secara bahasa autentik
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad berarti “asli”, dalam penilaian autentik siswa
(Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad, 2012: diminta untuk menunjukkan/ mendemon-
76): strasikan kemampuan (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap) hasil belajarnya
1) Membuat rencana secara hati-hati
dengan cara mengkreasi respon atau produk
dengan memperlihatkan detail
(bukan memilih respon yang disediakan) dan
berdasarkan sejumlah tujuan yang
dalam konteks yang lebih autentik/asli,
jelas yang dapat dicapai,
konteks (mirip dengan) kehidupan (Modul
2) Memberikan kesempatan bagi siswa
USAID Prioritas: 116). Penilaian autentik
untuk belajar secara aktif dan
menuntuk guru untuk memerhatikan seluruh
mengaplikasikan pembelajaran
proses pembelajaran baik yang terkait dengan
dengan metode beragam sesuai
aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan
dengan konteks kehidupan nyata
kemampuan belajar siswa. Fokus perhatian
siswa
meliputi ranah kognitif, afektif dan
3) Secara aktif mengelola lingkungan
psikomotor. Selain itu, dalam penilaian
belajar agar tercipta suasana yang
autentik dibutuhkan bentuk evalusi berupa
nyaman, tidak bersifat mengancam,
tes maupun non tes. Beikut merupakan sensitif terhadap kriteria. Untuk lebih
gambaran perbedaan penilaian autentik dan jelasnya perbedaan mengenai berpikir kritis
tradisional (Modul USAID Prioritas: 116): dan berpikir kreatif dapat dilihat dalam tabel
berikut (H.A.R. Tilaar, 2012: 54):
Tradisional: Autentik:
Memilih Autentik Tabel 1. Perbedaan Berpikir Kreatif dan
respon atau Kehidupan Berpikir Kritis
jawaban nyata Berpikir Kritis Berpikir Kreatif
Suasana tiruan Membangung/ • Mega • Mega criterion:
Mengingat menerapkan criterion: makna
Rancanagan Rancangan kebenaran’ (meaning)
guru siswa kebenaran • Tertuju kepada
Bukti tak Bukti adalah sejenis keputusan
langsung langsung makna • Sensitif terhadap
• Tertuju kepada kriteria yang
Gambar 2. Penilaian Autentik keputusan berlawanan
(judgment) (contrasting
• Dikuasai oleh criteria)
3. Pembelajaran Kreatif satu kriteria • Self
a. Pengertian Kreatifitas • Self correcting transcending
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin • Sensitif • Dikuasai oleh
Muhamad (Hamzah B. Uno dan Nurdin terhadap konteks
Muhamad: 154), kreatifitas sering konteks (holistic)
dihubungkan dengan hal-hal berikut:
1) Kreatifitas sering digambarkan b. Bagian dari Berpikir Kreatif
dengan kemampuan berpikir Beberapa hal yang berhubungan
kritis dan banyak ide, serta dengan berpikir menurut H.A.R. Tilaar
banyak ide dan gagasan adalah sebagai berikut:
2) Orang kreatif melihat hal yang 1) Penemuan dan invensi (discovery dan
sama, tetapi melalui cara-cara invention)
berpikir berbeda Discovery dan invention sebenarnya
3) Kemampuan menggabungkan memiliki arti yang sama yakni penemuan
sesuatu yang belum pernah baru. Akan tetapi keduanya memiliki
tergabung sebelumnya perbedaan yang mendasar, hal ini
4) Kemampuan untuk menemukan diungkapkan oleh Ibrahim dalam bukunya
atau mendapatkan ide dan yang berjudul “Inovasi Pendidikan” (Ibrahim,
pemecahan baru 1988: 40). Discovery adalah suatu penemuan
yang sebenarnya benda atau hal yang
Pembelajaran kreatif menuntut siswa untuk ditemuakan itu sudah ada, tetapi belum
berpikir kreatif dan menuntut guru untuk diketahui orang. Sedangkan invention
mampu mengajar secara kreatif. Berpikir adalahsuatu penemuan yang benar-benar
kreatif memiliki korelasi dengan berpikir baru artinya kreasi manusia benda atau hal
kritis dan berpikir tingkat tinggi.berpikir yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya
belum ada, kemudia diadakan hasil kreasi
kritis dapat diartikan sebagai proses mental
baru. Jadi, kreatifitas dapat dibangun dengan
yang digunakan untuk memecahkan masalah, penemuan akan sesuatu dan terbarukan dan
membuat keputusan dan belajar konsep yang benar-benar baru, sebagai contoh siswa SMP
baru, sedangkan berpikir kreatif adalah yang menemukan helm unik pencegah gegar
berpikir yang kondusif terhadap keputusan, otak, sehingga jika terjadi kecelekaan, kepala
dituntun oleh konteks, self transcending, dan pengendara dapat terhindar dari cedera otak.
mencipt
evaluasi akan
mengevalu
sintesis asi
analisis menganalisis
penerapan menerapkan
pemahaman memahami
mengetahui
pengetahuan
HASIL PENELITIAN DAN siklus 1 berada pada kategori baik, hal ini
PEMBAHASAN terbukti pada perolehan nilai rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian tindakan mahasiswa dengan menggunakan tes esay
kelas yang telah dilaksanakan di kelas sebesar 75 dengan ketuntasan klasikal
PGMI semester IV dalam upaya 80%. Sedangkan pada siklus 2 nilai rata-
meningkatkan keterampilan berpikir rata mahasiswa sebesar 73, angka tersebut
mahasiswa pada mata kuliah masih berada pada kategori baik, dengan
Pengembangan Kepriadian Guru sebanyak nilai ketuntasan klasikal sebesar 80%.
tiga siklus, maka dapat disimpulkan Peningkatan yang signifikan terjadi pada
sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis siklus 3, di mana diperoleh nilai rata-rata
pada penerapan PAKEM dalam mahasiswa sebesar 89 yang berarti berada
pembelajaran Pengembangan Kepribadian pada kategori amat baik, dengan nilai
Guru di jurusan PGMI semester IV/B ketuntasan klasikal sebesar 100%.
dapat disimpulkan bahwa aktivitas dosen
dalam proses pembelajaran dinyatakan SIMPULAN
sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil Hasil analisis pada penerapan
aktivitas dosen mengalami peningkatan PAKEM dalam pembelajaran
setiap siklusnya, siklus 1 persentase Pengembangan Kepribadian Guru di
aktivitas dosen sebesar 82% pada siklus 2 jurusan PGMI semester IV/B dapat
sebesar 91% dan pada siklus 3 sebesar disimpulkan bahwa aktivitas dosen dalam
100%. Sedangkan hasil observasi aktivitas proses pembelajaran dinyatakan sangat
mahasiswa dalam proses pembelajaran baik dan hasil observasi aktivitas
dinyatakan sangat baik juga, hal ini mahasiswa dalam proses pembelajaran
terbukti dari hasil aktivitas mahasiswa dinyatakan sangat baik
pada siklus 1 sebesar 91%, pada siklus 2
mencapai 100% begitu juga pada siklus 3
mencapai 100%. Berdasarkan hasil analisis DAFTAR PUSTAKA
keterampilan berpikir mahasiswa pada A. Chaedar Alwasilah. 2003. Pokoknya
mata kuliah Pengembangan Kepribadian kualitatif. cet. ke-2. Jakarta:
Guru dengan menggunakan pendekatan Pustaka Jaya.
PAKEM dapat disimpulkan hampir Anna Farida, dkk. 2012. Sekolah yang
meningkat pada setiap pertemuannya, hal Menyenangkan. cet. ke-1.
ini dapat dilihat pada perolehan persentase Bandung: Nuansa.
keterampilan berpikir mahasiswa dengan Diskusi tentang “Mahasiswi Terjerat
menggunakan pendekatan PAKEM pada Praktik Prostitusi”, Observasi