Vous êtes sur la page 1sur 18

ISSN: 2301-7562 Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah 01 (2) (2016) 155-172

Desember 2016 https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/tadris

PENERAPAN PENDEKATAN PAKEM UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN BERPIKIR MAHASISWA DALAM MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU

Dede Rohaniawati
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung; dederohaniawati@gmail.com

Diterima: 15 Februari 2016. Disetujui: 12 Oktober 2016. Dipublikasikan: Desember 2016

Abstract
The purpose of this research is to know the application of PAKEM and the improvement of students' thinking
skill in the subject of Teacher Personality Development Department PGMI Semester IV / B Faculty of Tarbiyah
and Teacher Training UIN Sunan Gunung Djati Bandung in every cycle. This research uses Classroom Action
Research methodology (PTK), data collection method is done by observation done to observe student and
lecturer activity during learning process and test to know student's thinking skill. The tools used in the
observations use observation sheets and cognitive test formats. The results showed that with PAKEM approach
there was an increase in the students' thinking level. Based on the results of analysis on the application of
PAKEM in Teacher Personality Development Learning in PGMI majors semester IV / B can be concluded that
the activity of lecturers in the learning process expressed very well, this is evident from the results of lecturer
activity has increased in each cycle; Cycle 1 percentage of lecturer activity is 82%, in cycle 2 is 91% and in
cycle 3 is 100%. While the result of student activity observation in learning process stated very well also, this is
proven from result of student activity at cycle 1 equal to 91%, in cycle 2 reach 100% also at cycle 3 reach 100%.
As for the result of the analysis of students' thinking skill in subject of Teacher Personality Development using
PAKEM approach can be concluded, almost increase at every meeting.

Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan PAKEM dan peningkatan keterampilan berpikir
mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru Jurusan PGMI Semester IV/B Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung disetiap siklusnya. Penelitian ini memakai metodologi
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi yang dilakukan
untuk mengamati aktivitas mahasiswa dan dosen pada saat proses pembelajaran serta tes untuk mengetahui
keterampilan berpikir mahasiswa. Alat yang digunakan dalam pengamatan menggunakan lembar observasi dan
format tes kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pendekatan PAKEM terjadi peningkatan pada
tingkat berpikir mahasiswa. Berdasarkan hasil analisis pada penerapan PAKEM dalam pembelajaran
Pengembangan Kepribadian Guru di jurusan PGMI semester IV/B dapat disimpulkan bahwa aktivitas dosen
dalam proses pembelajaran dinyatakan sangat baik, hal ini terbukti dari hasil aktivitas dosen mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya; siklus 1 persentase aktivitas dosen sebesar 82%, pada siklus 2 sebesar 91%
dan pada siklus 3 sebesar 100%. Sedangkan hasil observasi aktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran
dinyatakan sangat baik juga, hal ini terbukti dari hasil aktivitas mahasiswa pada siklus 1 sebesar 91%, pada
siklus 2 mencapai 100% begitu juga pada siklus 3 mencapai 100%. Sedangkan untuk hasil analisis keterampilan
berpikir mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru dengan menggunakan pendekatan
PAKEM dapat disimpulkan, hampir meningkat pada setiap pertemuannya.

© 2016 URPI, FTK IAIN Raden Intan Lampung

Kata kunci: PAKEM, Keterampilan Berpikir, PTK

PENDAHULUAN pembelajaran yang sering diterapkan oleh


Pengajaran dengan menggunakan pendidik pada setiap pembelajaran yakni
pendekatan klasikal menjadi primadona, metode ceramah. Metode ini memang
hampir setiap pendidik selalu menggunakan diyakini oleh sebagian besar pendidik
pendekatan klasikal. Pendekatan klasikal sebagai metode ampuh untuk memberikan
juga identik dengan salah satu metode pemahaman terhadap peserta didik.
Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

Memang tidak ada salahnya jika kita faktor yang melatar belakangi rendahnya
menggunakan metode ceramah dalam prestasi para siswaini, dan tentunya banyak
proses pembelajaran karena memang pihak yang harus bertanggung-jawab
metode tersebut perlu juga untuk terhadap permasalahan ini, tidak terkecuali
diterapkan, akan tetapi menjadi kurang Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan
inovatif apabila pendidik hanya (LPTK), yang bertugas untuk mencetak
menampilkan metode yang hampir sama calon guru profesional.
setiap harinya, pembelajaran akan terasa Keterampilan berpikir mahasiswa
membosankan dan menjenuhkan. Hal ini sedikitnya sudah setingkat lebih tinggi
tentunya akan berdampak pada output dibanding jenjang pendidikan menengah. Di
pembelajaran, dimana hasil yang lingkungan perguruan tinggi, tingkat
diharapkan dari suatu proses pembelajaran keterampilan berpikir sering diasah melalui
menjadi kurang maksimal. proses pembelajaran berbasis research atau
Banyak penelitian yang diskusi panel. Tetapi tidak menutup
menggambarkan bahwa metode yang kemungkinan keterampilan berpikir ini,
monoton tidak berdampak signifikan tidak dikuasai sepenuhnya oleh seluruh
terhadap hasil belajar, dapat dibayangkan mahasiswa, mengingat motivasi, keaktifan
seorang anak belajar di sekolah selama 13 serta tingkat kemampuan intelektualitas
tahun dari TK/RA-SMA/Aliyah kemudian mahasiswa berbeda. Keaktifan berpikir
berlanjut ke Perguruan Tinggi, dan hampir tidak hanya dinilai dari lancarnya seseorang
semua pendidik dari jenjang yang berbeda berbicara atau mengemukakan pendapat,
itu memberikan pola pembelajaran yang akan tetapi keaktifan berpikir lebih pada
sama yakni menggunakan pendekatan memaksimalkan daya berpikir sampai
klasikal dan mononton, pada akhirnya tingkat yang paling tinggi. Keaktifan
sekolah dinilai sebagai tempat yang sangat berpikir merupakan ranah kognitif yang
formal dan kaku. Yang paling melibatkan pengetahuan dan pengembangan
membahayakan adalah pola pembelajaran skill-skill intelektual. Keterampilan berpikir
yang tidak mengenal inovasi dan kreatifitas awal mulanya digagas oleh Benjamin
akan mematikan keterampilan berpikir. Samuel Bloom, ia merupakan ilmuwan
Tidak berlebihan jika hal ini dikaitkan dalam bidang pendidikan yang berasal dari
dengan tingkat kreatifitas masyarakat Pennsylvania Amerika Serikat, konsepnya
Indonesia yang tidak dapat bersaing dengan kita kenal dengan istilah taksonomi Bloom.
bangsa-bangsa lain, seperti hasil survei Istilah taksonomi (taxonomy) berasal
yang dilakukan oleh OECD (Organization dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata
for Economic Co-Operation & “taxis” yang berarti pengaturan, dan “nomos”
Develepoment) dalam studi PISA (Program berarti ilmu pengetahuan. Kata taxis juga
for International Student Assesment) pada merujuk pada struktur hierarkis yang
tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat dibangun dalam suatu klasifikasi, Jadi,
kedua dari bawah (65 negara), dalam taksonomi adalah ilmu yang mempelajari
pemetaan kemampuan matematika, tentang klasifikasi (Wikipedia, 2010; Yaumi,
membaca dan sains yang melibatkan 2013). Dalam konsepnya Bloom
responden usia 15 – 16 tahun. Penelitian ini memaparkan kriteria-kriteria keterampilan
menunjukkan betapa rendahnya berpikir dari yang terendah sampai tertinggi.
kemampuan keterampilan berpikir siswa Berikut merupakan klasifikasi atau tingkatan
setelah mengenyam pendidikan selama berpikir versi Bloom yang dikutip dari modul
kurang lebih 12 tahun. Tentunya banyak USAID Prioritas (2013:48):

156| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

Mengkreasi
Menghasilkan ide-ide baru, produk, atau cara memandang sesuatu
Kegiatan: mendisain, membangun, merencanakan, menemukan.

Menganalisis
Mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari hubungan
Kegiatan: membandingkan, mengorganisasi, menata ulang, mengajukan pertanyaan,
menemukan

Mengevaluasi
Menilai suatu keputusan atau tindakan
Kegiatan: memeriksa, membuat hipotesa, mengkritik, bereksperimen,
memberipenilaian

Menerapkan
Menggunakan informasi dalam situasi lain
Kegiatan: menerapkan, melaksanakan, menggunakan, melakukan

Memahami
Menerangkan ide atau konsep.
Kegiatan: menginterpretasi, merangkum, mengelompokkan, menerangkan.

Mengingat
Kegiatan: mengenali, membuat daftar, menggambarkan, menyebutkan

Gambar 1. Tingkatan Berpikir Menurut Benyamin S. Bloom

Gambar 1, menunjukkan tingkatan yang masih rendah, padahal ada empat


berpikir yang paling rendah adalah tingkatan lagi yang perlu dikuasai oleh
mengingat dan memahami. Selama ini peserta didik yakni bagaimana mereka dapat
proses pembelajaran hanya menekankan menerapkan, mengevaluasi, menganalisis
tingkatan berpikir yang paling rendah dan mengkreasi suatu pengetahuan. Jika
dengan pendekatan klasikal, hal ini sudah keadaan ini terus berlanjut, maka proses
menjadi common sense dengan bukti pembelajaran akan sulit mencapai tujuan
empirik yang dapat pembelajaran yang telah diamanatkan oleh
dipertanggungjawabkan, dimana tes-tes undang-undang yakni menciptakan manusia
yang diberikan kepada siswa, misalnya tes yang berilmu, cakap, dan kreatif.
harian, ulangan harian atau ujian akhir Untuk itu salah satu model yang
penentu kelulusan hanya menuntut siswa ditawarkan untuk mengembangkan
untuk menyebutkan (mengingat) dan keterampilan berpikir adalah pendekatan
menjelaskan (memahami) suatu PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
pengetahuan. Padahal jika melihat tingkatan Efektif dan Menyenangkan). Dalam
berpikir di atas, keduanya (mengingat dan permendiknas No. 41 tahun 2007 dikatakan
memahami) merupakan tingkat berpikir bahwa “proses pembelajaran pada setiap

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 157


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

satuan pendidikan dasar dan menengah Guru Madrasah Ibtidaiyah), mengingat


harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, mahasiswa PGMI merupakan calon guru
menantang, dan memotivasi peserta didik sekolah dasar, yang pada pembelajarannya
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan nanti akan melaksanakan PAKEM. Penulis
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, telah melaksanakan pelatihan yang
dan kemandirian sesuai dengan bakat, diselenggarakan oleh USAID Prioritas, untuk
minat, dan perkembangan fisik, serta itu sangat tepat jika model pembelajaran
psikologis peserta didik”, secara tidak PAKEM diterapkan langsung pada
langsung kebijakan tersebut harus direspon mahasiswa semester IV angkatan 2013.
oleh LPTK yang menaungi pendidikan Berdasarkan hasil pengamatan
profesi guru. Secara teoritik pendekatan penulis pada pertemuan awal di tahun
PAKEM telah dikembangkan di LPTK ajaran baru semester genap (27 Januari
(Lembaga Pendidikan dan Tenaga 2015 – 17 Pebruari 2015) terhadap
Kependidikan) melalui pembelajaran di mahasiswa PGMI semester IV, tingkat
kelas, sedangkan secara praktik PAKEM berpikir mahasiswa dilihat dari keenam
dikembangkan dalam program PPL (Praktik aspek taksonomi Bloom (mengingat,
Pengalaman Lapangan) yang dilaksanakan memahami, menerapkan, menganalisis,
di berbagai sekolah mitra yang bekerjasama mengevaluasi, mengkreasi) cukup memadai,
dengan LPTK. Bahkan pihak pemerintah hal tersebut terlihat pada hasil diskusi
melalui perguruan tinggi telah menjalin mahasiswa mengenai sebuah permasalahan
kerja sama dengan lembaga pendidikan luar (Diskusi: 2015). Hasilnya adalah mereka
negeri seperti USAID Prioritas yang dapat mengingat dan memahami teori yang
berbasis di Amerika untuk mengembangkan telah dijelaskan oleh dosen, kemudian
pelatihan, terutama PAKEM. menganalisis permasalahan dengan
PAKEM adalah singkatan dari mengorganisasi beberapa permasalahan,
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan kemudian mengajukan beberapa pertanyaan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa serta menemukan solusi yang terkait dengan
dalam proses pembelajaran guru harus permasalahan tersebut. Akan tetapi dalam
menciptakan suasana sedemikian rupa menerapkan, mengevaluasi dan mengkreasi
sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, objek permasalahan belum cukup
mempertanyakan, mengemukakan gagasan, memuaskan. Hal ini disebabkan oleh
bereksperimen, mempraktikkan konsep beberapa faktor, salah satunya adalah dosen
yang dipelajari, dan berkreasi. Kreatif juga belum maksimal dalam membuat
dimaksudkan agar guru menciptakan perencanaan perkuliahan berbasis PAKEM
kegiatan belajar yang beragam sehingga sehingga tugas yang diberikan kepada
memenuhi berbagai tingkat kemampuan mahasiswa terkait keterampilan berpikir
siswa yang bisa mengoptimalkan potensi khususnya menerapkan, mengevaluasi dan
diri siswa. Efektif menghasilkan apa yang mengkreasi belum maksimal. Selain itu
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran kemampuan berpikir mahasiswa hanya
berlangsung. Menyenangkan adalah suasana dikuasai oleh sebagian kecil mahasiswa
belajar mengajar yang jauh daru rasa bosan yang terlihat aktif dalam pembelajaran,
dan takut sehingga siswa dapat memusatkan sebagian besarnya hanya diam dan kurang
perhatiaanya secara penuh pada responsif, dan faktor lainnya adalah belum
pembelajaran sehingga curah perhatiannya ada kolaborasi antara dosen dengan pihak
pada pembelajaran tinggi. (USAID lain untuk menilai proses pembelajaran.
Prioritas, 2013:14). Berdasarkan permasalahan ini, penulis
PAKEM ini perlu diaplikasikan berinisiatif untuk melakukan Penelitian
dalam pembelajaran di perkuliahan Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka
khususnya di jurusan PGMI (Pendidikan meningkatkan keterampilan berpikir

158| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

mahasiswa melalui pendekatan PAKEM. (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui UIN Sunan Gunung Djati Bandung, yang
penerapan PAKEM dan peningkatan beralamat di Jl. A. H. Nasution No. 105
keterampilan berpikir mahasiswa pada mata Cibiru Bandung 40614. Proses
kuliah Pengembangan Kepribadian Guru pembelajaran dilaksanakan di gedung W
Jurusan PGMI Semester IV/B Fakultas No. 18 lantai 3. Rencana jadwal
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung pelaksanaan yang meliputi perencanaan,
Djati Bandung disetiap siklus. persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan
laporan hasil penelitian dilaksanakan pada
METODE PENELITIAN semester genap tahun ajaran 2014-2015,
Metode penelitian yang akan pada bulan Februari-Maret 2015. Teknik
dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas pengumpulan data yang dilakukan berupa
(PTK). Istilah PTK di barat dikenal dengan teknik non tes dan tes. Non tes terdiri dari
Classroom Action Research (CAR). observasi, wawancara, dan dokumentasi,
Menurut McNiff dalam bukunya Action catatan lapangan/jurnal.Sedangkan tes
Research Principles and Practice PTK berupa pertanyaan-pertanyaan terkait
merupakan bentuk penelitian reflektif yang keterampilan berpikir hubungannya dengan
dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap tema perkuliahan. Data yang diperoleh
kurikulum, pengembangan sekolah, dalam penelitian ini berasal dari tes dan non
meningkatkan prestasi belakar, tes. Data yang telah diperoleh tersebut
mengembangkan keahlian mengajar, dan diolah untuk mendapatkan hasil yang
sebagainya (Suharsimi Arikunto, dkk: 2014: diinginkan. Adapun pengolahan datanya
102). Dalam buku yang berjudul Penelitian adalah sebagai berikut:
Tindakan Kelas. Menurut Mulyasa 1. Observasi
(2011:11) PTK adalah suatu upaya untuk Data berupa hasil lembar observasi
mencermati kegiatan belajar sekelompok aktivitas dosen dan mahasiswa yang
peserta didik dengan memberikan sebuah dianalisis menggunakan statistik
tindakan (treatment) yang sengaja deskriptif dengan mendeskripsikan
dimunculkan. Inti dari proses pelaksanaan aktivitas yang dilakukan selama proses
PTK mengandung empat unsur, belajar mengajar, menurut Purwanto
diantaranya: a) Perencanaan (planning), b) (2006:102):
Pelaksanaan/Tindakan (acting), c) a) Menghitung jumlah skor aktivitas
Pengamatan (observing), d) Refleksi guru dan siswa yang telah
(reflecting). Subjek penelitian dalam diperoleh.
penelitian ini adalah: a) mahasiswa PGMI b) Mengubah jumlah skor yang
kelas B semester IV angkatan 2013. diperoleh menjadi nilai persentase
Jumlahnya 36 orang terdiri dari 4 orang dengan rumus:
laki-laki dan 30 orang perempuan. Mereka 𝑅
NP = X 100 %
𝑆𝑀
berasal dari berbagai daerah dan latar
Keterangan:
belakang sosial ekonomi yang beragam. b)
NP = Nilai persen aktivitas guru
dosen, untuk melihat tingkat keberhasilan
dan siswa yang dicari/yang dicapai
implementasi pembelajaran PAKEM dan
R = Jumlah skor yang
peningkatan tingkat berpikir mahasiswa. c)
diperoleh
teman sejawat/observer, dimaksudkan
SM = Skor maksimal ideal
sebagai sumber data untuk melihat
100 = Bilangan tetap
implementasi PTK secara komprehensif,
baik dari sisi mahasiswa maupun dosen.
Penelitian ini akan dilaksanakan di jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 159


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

2. Tes
Untuk menganalisis keterampilan PEMBAHASAN
berpikir mahasiswa, peneliti A. Pendekatan PAKEM
menggunakan data secara kuantitatif 1. Pengertian PAKEM
sebagai berikut: PAKEM merupakan sinonim dari
a) Nilai yang diperoleh mahasiswa kata Pembelajaran Aktif Kreatif Inovatif
atau ketuntasan individual dihitung dan Menyenangkan/Menarik. Hamzah B.
dengan rumus: Uno dan Nurdin Mohamad (2012:10)
Ketuntasan Individual = menguraikan pengertian PAKEM sebagai
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 berikut:
X 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
a. Pembelajaran yang Aktif adalah
b) Ketuntasan belajar secara klasikal memosisikan guru sebagai orang yang
dihitung dengan menggunakan menciptakan suasana belajar yang
rumus persentase: kondusif atau sebagai fasilitator dalam
Ketuntasan Klasikal = belajar, sementara siswa sebagai
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟
X 100% peserta belajar yang harus aktif.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑚𝑎ℎ𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
c) Adapun rumus yang dipakai untuk b. Pembelajaran yang kreatif adalah
mengetahui nilai rata-rata siswa salah satu strategi pembelajaran yang
menurut Hayati (2013: 127) adalah bertujuan untuk mengembangkan
sebagai berikut: kemampuan berpikir siswa. Kreatif
∑× juga dimaksudkan agar guru
𝑋= menciptakan kegiatan belajar yang
n
Keterangan: beragam sehingga memenuhi tingkat
𝑋 = Nilai rata-rata kemampuan siswa.
∑X = Jumlah semua nilai c. Pembelajaran yang efektif adalah
mahasiswa salah satu strategi pembelajaran yang
n = Jumlah mahasiswa diterapkan guru dengan maksud untuk
3. Koding (pengkodean) menghasilkan tujuan yang telah
Menganalisis transkripsi interviu atau ditetapkan. Strategi ini menghendaki
catatan lapangan perlu memberi kode siswa yang belajar di mana dia telah
secara konsisten untuk fenomena yang membaca sejumlah potensi lalu
sama (A. Chaedar Alwasilah, 2003: 59). dikembangkan melalui kompetensi
Hal ini digunakan untuk yang telah ditetapkan, dan dalam
menyederhanakan dan menstandarisasi waktu tertentu kompetensi belajar
data untuk keperluan analisis, seperti dapat dicapai siswa dengan baik atau
karakteristik responden, misalnya tuntas.
identitas diri, tempat tinggal serta d. Pembelajaran menarik adalah dimana
mobilitas sehari-sehari. guru menyediakan situasi atau Susana
4. Pemberian Catatan (Memo) agar pembelajaran itu berjalan dengan
Yaitu penambahan materi-materi tertulis baik. Kaitannya dengan hal ini, guru
dengan catatan atau komentar. Proses ini perlu menyiapkan: 1) media
mungkin menarik perhatian untuk menuju pembelajaran disiapkan dengan baik,
kearah apa yang dianggap bagian-bagian 2) lingkungan belajar di-setting sesuai
yang lebih berarti (E. Mulyasa, 2011: 27). objek materi yang dipelajari, 3)
Catatan peneliti mengenai kelebihan dan metode pembelajaran yang digunakan
kekurangan proses pembelajaran dijadikan sesuai dengan karakteristik siswa,
refleksi pada setiap siklusnya, pedoman sehingga siswa tertarik, 4) siswa
wawancara untuk observer juga dijadikan diperlukan sebagai seorang yang perlu
acuan untukrefleksi pada setiap siklusnya. dilayani.

160| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

Pengertian di atas menunjukkan 2. Pembelajaran Aktif


bahwa pembelajaran sejatinya mengarah a. Prinsip Pembelajaran Aktif
pada prinsip PAKEM, karena paradigma Pembelajaran aktif dirancang
pembelajaran saat ini sudah bergeser dari sedemikian rupa dengan berprinsip pada
pembelajaran yang berpusat pada guru pembelajaran yang berpusat pada siswa
(teacher center) menjadi pembelajaran (student center), salah satu ciri
yang berpusat pada siswa (student center). pembelajaran aktif sebagaimana yang
Pembelajaran aktif, bertujuan agar siswa dikemukakan dalam panduan model ACIS
aktif berpikir dan bergerak dengan (Active Learning School, 2009) dalam
bimbingan guru sebagai fasilitator, Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad
pembelajaran ini dapat direalisasikan (Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad, 2012:
dalam berbagai metode pembelajaran 76), adalah:
seperti diskusi, proyek/penugasan, 1) Pembelajaran berpusat pada siswa
permainan (games), ice breaker (aktivitas- 2) Pembelajaran terkait dengan
aktivitas pemanasan), dan lain-lain (Utomo kehidupan nyata
Dananjaya, 2013: 31). Pembelajaran kreatif, 3) Pembelajaran mendorong anak untuk
bertujuan agar siswa mampu berpikir berpikir tingkat tinggi
tingkat tinggi dengan proses pembelajaran 4) Pembelajaran mendorong anak untuk
yang beragam yang diberikan oleh guru. berinteraksi multi arah (siswa-guru)
Berpikir tingkat tinggi merupakan 5) Pembelajaran menggunakan
kebalikan dari berpikir tingkat rendah. lingkungan sebagai media atau
Proses berpikir tingkat tinggi hanya dapat sumber belajar
dilakukan oleh manusia (homo sapiens). 6) Pembelajaran berpusat pada anak
Bentuk-bentuk bepikir tingkat tinggi dapat 7) Penataan lingkungan belajar
berupa argumentasi, pemecahan masalah memudahkan siswa untuk melakukan
(problem solving), berpikir kritis, berpikir kegiatan belajar
inovatif, dan menjadi seorang intrepreneur 8) Guru memantau proses belajar siswa
(A.R Tilaar: 51). Pembelajaran efektif, 9) Guru memberikan umpan balik
bertujuan agar siswa dapat menuntaskan terhadap hasil kerja anak
pembelajaran pada waktu yang tepat dan
tuntas, Sedangkan pembelajaran Berdasarkan ciri-ciri di atas,
menyenangkan/menarik, bertujuan agar PAKEM dapat terlaksana dengan adanya
siswa nyaman dan tertarik untuk belajar, berbagai faktor penunjang, diantanya:
siswa dapat menerima pembelajaran guru memposisikan diri sebagai fasilitator,
dengan baik jika otaknya tertantang, dan motivator, mediator, evaluator, dan
sebaliknya akan menurun jika pembimbing, pada prinsipnya
mendapatkan stimulus berupa ancaman pembelajaran aktif harus berpusat pada
atau tekanan, hal ini senada dengan apa siswa, dimana mereka dapat mencari,
yang diungkapkan oleh Zaqiyah (Qiqi menemukan, mengolah dan membuat
Yuliati Zaqiyah, 2014: 48) bahwa di dalam sebuah konsep mengenai pentahuan yang
otak ada yang dinamakan Hippocampus mereka dapatkan, dengan bantuan dan
yang merupakan bagian dari sistem panduan dari guru. Ciri selanjutnya adalah
limbrik, ini adalah bagian dari otak yang adanya situasi dan kondisi yang
lebih rentan terkena stress. Impliklasinya menunjang pembelajaran, seperti suasana
terhadap pendidikan, guru harus berusaha kelas yang nyaman serta guru yang
menciptakan sebuah suasana yang santai menyenangkan, dapat membuat proses
kepada siswa. Untuk lebih jelasnya, pembelajaran menarik untuk diikuti, hal
penjelasan mengenai PAKEM akan ini tentunya akan berimplikasi pada
dibahas pada poin selanjutnya. motivasi siswa untuk belajar. Kemudian

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 161


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

ciri selanjutnya adalah adanya media atau unsur keaktifan, dapat dikatakan sebagai
sumber belajar yang dapat merangsang pembelajaran aktif. Untuk itu sebenarnya
siswa untuk berpikir, seperti halnya hal yang sangat penting untuk dilakukan
lingkungan di sekitar sekolah dapat adalah kesiapan, kesungguhan serta
digunakan media untuk belajar, guru dan keahlian guru dalam merancang dan
siswa juga dapat membuat media belajar melaksanakan proses pembelajaran aktif.
untuk dipakai dalam proses pembelajaran, c. Media Pembelajaran Aktif
hal tersebut menjadi menarik bagi siswa Media merupakan alat/materi yang
dan ada rasa kebanggaan jika hasil menunjang pembelajaran. Media juga
karyanya dipakai sebagai sumber belajar. merupakan alat bantu yang digunakan oleh
b. Model dan Metode Pembelajaran Aktif guru dalam pembelajaran agar
Banyak model pembelajaran aktif pengetahuan atau nilai-nilai mudah
yang dapat diterapkan dalam pembelajran, dicerna oleh siswa. Salah satu fungsi
seperti: model berbagai pengalaman, model media adalah untuk memperjelas sesuatu
kartu arisan, model example non example, yang abstrak. Dalam pembelajaran aktif,
model picture and picture, model media apapun dapat digunakan, baik
cooperative tipe script, model kepala media berupa materi maupun non-materi.
bernomor struktur, model artikulasi, model Media berupa materi diantaranya berupa
mind maping, model make a match, model media visual seperti media gambar, bentuk
debat, model role playing, model talking kubus atau balok, torso, LCD Proyektor,
stik, model bertukar pasangan, model dan lain sebagainya. Media berupa audio
snowball throwling, model student seperti rekaman pada kaset, biasanya
facilitator and explaning, model course laboratorium bahasa selalu menggunakan
review horay, model explicit instruction, media audio dalam pembelajarannya, dan
model cooperative integrated reading and lain-lain. Media berupa audio visual,
composition, model inside outside circle, seperi internet, film, dan lain-lain.
model tebak kata, model word square, Sedangkan media berupa non-materi yaitu
model scramble, model take and give, media yang bukan berupa benda.
model concept sentence, dan masih banyak Ramayulis (2006:106) mengungkapkan
lagi model-model pembelajaran lainnya diantara media pengajaran yang bukan
(Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad: 76). benda itu adalah: 1) keteladanan, 2)
Metode yang digunakan dalam perintah/larangan, 3) ganjaran dan
pembelajaran aktif sangat beragam, guru hukuman.
dapat menggunakan metode-metode yang Pertama, keteladanan merupakan media
dapat mengaktifkan siswa dalam efektif berupa non-materi yang dapat
pembelajaran, metode tersebut diantaranya dijadikan alat dalam pembelajaran.
adalah: metode curah pendapat, metode Keteladanan atau role model memiliki
studi kasus, metode demontrasi, metode dampak yang sangat besar terhadap
penemuan (discovery), metode jigsaw, perkembangan peserta didik. Penelitian yang
metode kunjungan lapangan, metode dilakukan oleh Bandura dan koleganya
ceramah, metode diskusi, metode seminar, melakukan penelitian secara meluas terhadap
metode tulis berantai, metode debat, pengaruh model dengan agresifitas, peran
metode bermain peran, metode gender, dan standar moral anak, hasilnya
simulasi/demontrasi, metode penugasan, ditemukan bahwa observasi anak terhadap
metode presentasi, metode penilaian para bintang film (model yang memerankan
sejawat, metode bola salju, dan lain kekerasan) dapat memengaruhi
sebagainya. Pada prinsipnya setiap perkembangan tingkah laku agresifnya
pembelajaran dengan menggunakan model (Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan:134).
dan metode yang mengandung unsur- Kedua, media non-materi berupa perintah

162| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

dan larangan, media ini tergolong pada berfokus pada pembelajaran serta
pendekatan yang bersifat tradisional dimana dapat membangkitkan ide yang pada
guru menanamkan nilai pada peserta didik gilirannya dapat memaksimalkan
dengan indoktrinasi. Media ini bertujuan waktu, sumber-sumber yang
untuk diterimanya nilai-nilai sosial tertentu menjamin pembelajaran aktif berjalan
oleh siswa dan menangkal nilai-nilai yang 4) Menilai siswa dengan cara yang dapat
tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang mendorong siswa untuk menggunakan
ada. Ketiga, ganjaran dan hukuman apa yang telah mereka pelajari di
merupakan media yang dinilai ampuh yang kehidupan nyata, dalam hal ini disebut
dapat digunakan dalam proses pembelajaran penilaian autentik.
aktif. Ganjaran (reward) dan hukuman Skenario pembelajaran dibuat
(punishment) telah menjadi pusat penelitian sebelum pembelajaran berlangsung,
dari kaum behavioristik terutama bagi B.F. substansi dari skenario tersebut harus
Skinner, dimana reinforcement positif berupa memperlihatkan keaktifan sebagaimana
reward (ganjaran) akan mempengaruhi ciri dari pembelajaran aktif yang telah
kepribadian. Respon-respon yang diikuti oleh dijelaskan di atas; rencana pembelajaran
hasil yang menyenangkan diperkuat dan mengacu pada tujuan yang telah
cenderung pola kebiasaan bertingkah laku. ditetapkan dalam silabus, guru
Begitupun sebaliknya reinforcement negatif menggunakan metode yang beragam yang
berupa punishment (hukuman) akan dapat mengaktifkan pembelajaran, media
menghasilkan kecemasan (Syamsu Yusuf dan dirancang sedemikian rupa agar siswa
Juntika Nurihsan:131). belajar dengan efektif, penilaian tidak
hanya berfokus pada aspek kognitif, akan
d. Merancang Skenario Pembelajaran Aktif tetapi harus mengacu pada seluruh potensi
Guru dituntut untuk membuat skenario siswa.
pembelajaran yang menggambarkan
pembelajaran aktif, biasanya skenario e. Mengevaluasi Pembelajaran Aktif
pembelajaran yang berlaku di sekolah pada Penilaian dalam pembelajaran aktif
umumnya berupa RPP (Rencana Praktik dirancang sedemikian rupa untuk menilai
Pembelajaran), dalam hal ini peneliti hanya seluruh potensi anak. Bentuk penilaian yang
akan menjelaskan mengenai pakem-pakem dapat dijadikan acuan oleh guru dalam
yang harus ada dalam setiap skenario menilai keseluruhan potensi tersebut yakni
pembelajaran aktif, diantaranya menurut penilaian autentik. Secara bahasa autentik
Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad berarti “asli”, dalam penilaian autentik siswa
(Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad, 2012: diminta untuk menunjukkan/ mendemon-
76): strasikan kemampuan (pengetahuan,
keterampilan, dan sikap) hasil belajarnya
1) Membuat rencana secara hati-hati
dengan cara mengkreasi respon atau produk
dengan memperlihatkan detail
(bukan memilih respon yang disediakan) dan
berdasarkan sejumlah tujuan yang
dalam konteks yang lebih autentik/asli,
jelas yang dapat dicapai,
konteks (mirip dengan) kehidupan (Modul
2) Memberikan kesempatan bagi siswa
USAID Prioritas: 116). Penilaian autentik
untuk belajar secara aktif dan
menuntuk guru untuk memerhatikan seluruh
mengaplikasikan pembelajaran
proses pembelajaran baik yang terkait dengan
dengan metode beragam sesuai
aktivitas, respon, kegiatan, minat, sikap, dan
dengan konteks kehidupan nyata
kemampuan belajar siswa. Fokus perhatian
siswa
meliputi ranah kognitif, afektif dan
3) Secara aktif mengelola lingkungan
psikomotor. Selain itu, dalam penilaian
belajar agar tercipta suasana yang
autentik dibutuhkan bentuk evalusi berupa
nyaman, tidak bersifat mengancam,

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 163


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

tes maupun non tes. Beikut merupakan sensitif terhadap kriteria. Untuk lebih
gambaran perbedaan penilaian autentik dan jelasnya perbedaan mengenai berpikir kritis
tradisional (Modul USAID Prioritas: 116): dan berpikir kreatif dapat dilihat dalam tabel
berikut (H.A.R. Tilaar, 2012: 54):
Tradisional: Autentik:
Memilih Autentik Tabel 1. Perbedaan Berpikir Kreatif dan
respon atau Kehidupan Berpikir Kritis
jawaban nyata Berpikir Kritis Berpikir Kreatif
Suasana tiruan Membangung/ • Mega • Mega criterion:
Mengingat menerapkan criterion: makna
Rancanagan Rancangan kebenaran’ (meaning)
guru siswa kebenaran • Tertuju kepada
Bukti tak Bukti adalah sejenis keputusan
langsung langsung makna • Sensitif terhadap
• Tertuju kepada kriteria yang
Gambar 2. Penilaian Autentik keputusan berlawanan
(judgment) (contrasting
• Dikuasai oleh criteria)
3. Pembelajaran Kreatif satu kriteria • Self
a. Pengertian Kreatifitas • Self correcting transcending
Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin • Sensitif • Dikuasai oleh
Muhamad (Hamzah B. Uno dan Nurdin terhadap konteks
Muhamad: 154), kreatifitas sering konteks (holistic)
dihubungkan dengan hal-hal berikut:
1) Kreatifitas sering digambarkan b. Bagian dari Berpikir Kreatif
dengan kemampuan berpikir Beberapa hal yang berhubungan
kritis dan banyak ide, serta dengan berpikir menurut H.A.R. Tilaar
banyak ide dan gagasan adalah sebagai berikut:
2) Orang kreatif melihat hal yang 1) Penemuan dan invensi (discovery dan
sama, tetapi melalui cara-cara invention)
berpikir berbeda Discovery dan invention sebenarnya
3) Kemampuan menggabungkan memiliki arti yang sama yakni penemuan
sesuatu yang belum pernah baru. Akan tetapi keduanya memiliki
tergabung sebelumnya perbedaan yang mendasar, hal ini
4) Kemampuan untuk menemukan diungkapkan oleh Ibrahim dalam bukunya
atau mendapatkan ide dan yang berjudul “Inovasi Pendidikan” (Ibrahim,
pemecahan baru 1988: 40). Discovery adalah suatu penemuan
yang sebenarnya benda atau hal yang
Pembelajaran kreatif menuntut siswa untuk ditemuakan itu sudah ada, tetapi belum
berpikir kreatif dan menuntut guru untuk diketahui orang. Sedangkan invention
mampu mengajar secara kreatif. Berpikir adalahsuatu penemuan yang benar-benar
kreatif memiliki korelasi dengan berpikir baru artinya kreasi manusia benda atau hal
kritis dan berpikir tingkat tinggi.berpikir yang ditemukan itu benar-benar sebelumnya
belum ada, kemudia diadakan hasil kreasi
kritis dapat diartikan sebagai proses mental
baru. Jadi, kreatifitas dapat dibangun dengan
yang digunakan untuk memecahkan masalah, penemuan akan sesuatu dan terbarukan dan
membuat keputusan dan belajar konsep yang benar-benar baru, sebagai contoh siswa SMP
baru, sedangkan berpikir kreatif adalah yang menemukan helm unik pencegah gegar
berpikir yang kondusif terhadap keputusan, otak, sehingga jika terjadi kecelekaan, kepala
dituntun oleh konteks, self transcending, dan pengendara dapat terhindar dari cedera otak.

164| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

Hal ini merupakan penemuan yang mengarah 4. Stategi Pembelajaran Efektif


pada invention, berpikir kreatif semacam ini Menurut Yusuf Hadi Miarso (Hamzah
tidak lahir begitu saja, akan tetapi ada proses B. Uno dan Nurdin Muhamad: 173).
dimana kreatifitas itu dapat dibangun, salah Pembelajaran efektif adalah
satunya dengan pembelajaran kreatif. pembelajaran yang dapat menghasilkan
2) Berpikir eksplikatif dan berpikir belajar yang bermanfaat dan terfokus
amplikatif pada siswa (student center) melalui
Berpikir eksplikatif diperoleh dengan metode penggunaan prosedur yang tepat. Pada
deduksi tanpa memperluas pemikiran kita. hakikatnya pembelajaran bertujuan
Berpikir amplikatif atau generalisasi atau untuk mencapai sebuah tujuan yang
perluasan merupakan sesuatu di luar atau di diharapkan, pembelajaran yang efektif
atas informasi yang ada (Ibrahim, 1988: 61). adalah pembelajaran yang dapat
Eksplikatif yang dimaksud adalah penjelasan mencapai tujuan secara tepat dan benar.
yang didasarkan pada pemahaman dan Ukuran dari pembelajaran efektif adalah
pendalaman gejala yang diteliti, penjelasan hasil akhir, apakah hasil akhir suatu
tersebut bukan merupakan penjelasan akhir, pembelajaran tersebut sesuai dengan
tetapi hanya sementara. Intinya, berpikir tujuan yang diharapkan. Dalam
eksplikatif dan amplikatif merupakan unsur pembelajaran efektif guru harus bisa
yang terdapat dalam proses berpikir kreatif. mendorong siswa untuk berinteraksi
Berpikir kreatif dapat terjadi apabila secara efektif dengan lingkungan, guru
seseorang secara intens menghasilkan suatu juga harus dapat menyalurkan dan
produk atau karya, kemudian hasilnya mengembangkan kebiasaan kritis dan
disosialisasikan kepada orang banyak kretifitas, selain itu guru juga harus
sehingga masyarakat menerima hasil dapat menciptakan suasana pembelajaran
kreatifitas itu. yang menyenangkan. Hal ini senada
dengan indikator efektifitas
c. Metodologi Pembelajaran Kreatif pembelajaran di bawah ini yang dapat
Ada banyak model maupun metode diterapkan di sebuah lembaga
yang dapat merepresentasikan pembelajaran pendidikan (Hamzah B. Uno dan Nurdin
kreatif, diantanya adalah: Muhamad: 174):
1) Model Pembelajaran Kontekstual a. Pengorganisasian materi dengan
(Contextual-Teaching and Learning) baik
2) Model Pembelajaran Kooperatif b. Komunikasi yang efektif
3) Model Pembelajaran Berbasis c. Penguasaan dan antusiasme
Masalah terhadap materi pelajaran
4) Model Pembelajaran Tematik d. Sikap positif terhadap siswa
5) Model Pembelajaran Berbasis ICT e. Pemberian nilai yang adil
(Information, Communication f. Keluwesan dalam pendekatan
Technology) pembelajaran
6) Model PAKEM g. Hasil belajar siswa yang baik
7) Model Pembelajaran Berbasis Web
(e-learning) Pembelajaran efektif juga terkait
8) Model Pembelajaran Berbasis Alam dengan pengelolaan pembelajaran yang
9) Model Pembelajaran Berbasis terdiri dari pengelolaan kelas/siswa,
Karakter strategi pembelajaran dan penugasan.
10) Model Pembelajaran Mountesory Ciri-ciri dari pengelolaan pembelajaran
11) Model Pembelajaran Kreatif yang efektif adalah sebagai berikut: a)
Berdasarkan Kecerdasan Jamak Pengelolaan kelas yang bervariasi
12) Dan lain-lain. (klasikal, kelompok, individual), b)

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 165


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

Strategi pembelajaran yang 6) Guru yang enerjik


mengaktifkan siswa, menumbuhkan 7) Guru yang cekatan
kreatifitas, berpikir, berbuat, efektif
mencapai tujuan, dan menyenangkan c. Kelas yang Menyenangkan
(tidak membuat anak stress/tertekan) Kelas yang menyenangkan
(Modul USAID: 13). merupakan unsur yang tak terpisahkan
dari PAKEM. Dalam kelas yang
5. Pembelajaran Menyenangkan/Menarik menerapkan PAKEM, akan terdapat
a. Teori Pembelajaran banyak pajangan atau karya yang
B.F. Skinner dalam teorinya dihasilkan oleh siswa. Pajangan-
mengenai “operant conditioning” pajangan itulah yang dapat membuat
menjelaskan bahwa tingkah laku tercipta suasana pembelajaran menjadi menarik,
karena kebiasaan yang disengaja, terlebih lagi jika pajangan itu penuh
organisme cenderung mengulangi respon dengan warna. siswa akan termotivasi
yang diikuti oleh konsekuen (dampak) untuk belajar. Pajangan tersebut dapat
yang menyenangkan, dan mereka dihasilkan dari karya perorangan,
cenderung tidak mengulangi respon yang kelompok ataupun berpasangan. Karya
berdampak netral atau tidak yang dipajang dapat berupa gambar,
menyenangkan (Syamsu Yusuf dan Juntika globe, peta, diagram, puisi, dan hasil
Nurihsan: 130). Artinya, perilaku manusia karya lainnya.
dapat dipelajari melalui pola
pembiasaannya, seseorang akan tertarik B. Keterampilan Berpikir
belajar jika ia diberi stimulus positif 1. Pengertian Keterampilan Berpikir
(reward). Hal ini sejalan dengan Keterampilan berpikir erat kaitannya
pembelajaran yang menyenangkan, dengan konsep taksonomi Bloom, dimana
sejatinya pembelajaran didesain manusia dapat berpikir kompleks dimulai
sedemikian rupa agar menyenangkan, dengan berpikir tingkat rendah sampai
siswa akan tertarik belajar jika situasi berpikir tingkat tinggi. Istilah taksonomi
dan kondisi belajar tidak mengancam (taxonomy) berasal dari bahasa Yunani
dan kaku. yang terdiri dari dua kata “taxis” yang
b. Menjadi Guru yang Menyenangkan berarti pengaturan, dan “nomos” berarti
Sebenarnya setiap guru memiliki ilmu pengetahuan. Kata taxis juga merujuk
kepribadian yang berbeda, begitu juga pada struktur hierarkis yang dibangun
dengen cara mereka mengajar pasti dalam suatu klasifikasi. Jadi, taksonomi
memiliki gaya yang berbeda, tapi adalah ilmu yang mempelajari tentang
setidaknya guru dituntut untuk menjadi klasifikasi (Wikipedia, 2010; Yaumi, 2013).
pribadi yang menyenangkan dan menjadi Domain kognisi mengacu pada aktivitas
role model bagi siswa-siswanya. Ada mental, dimana suatu pendekatan
beberapa ciri guru yang menyenangkan, pembelajaran terfokus pada proses
diantaranya (Anna Farida, dkk, 2012: 93): penyampaian informasi dan penanaman
1) Guru yang berperan sebagai konsep-konsep baru. Untuk memahami
pemimpin handal hubungan antara konsep, informasi dipecah
2) Guru yang mampu memotivasi dan dibangun kembali dengan koneksi
3) Guru yang mampu berkomunikasi logis.Sebagai hasilnya, retensi dan daya
dengan baik atau dapat difahami ingat tentang materi menjadi meningkat
oleh siswa (Muhammad Yaumi, 2013: 88) domain kognitif
4) Guru yang bergerak efektif di dalam adalah suatu ranah kemampuan berpikir
kelas tentang fakta-fakta spesifik, pola
5) Guru yang percaya diri prosedural, dan konsep-konsep dalam

166| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

mengembangkan pengetahuan dan mampu


keterampilan intelektual.Ranah kognitif mendefinisikan
melibatkan pengetahuan dan hubungan antara
pengembangan skill-skill bagian-bagian tersebut.
intelektual.Awalnya tujuan taksonomi ini Sintesis Peserta didik
mencipatakan produk,
adalah untuk memfasilitasi komunikasi
menggabungkan
antara pendidik dan psikolog dalam upaya bagian-bagian dari
pembuatan tes/ujian, riset, dan pengalaman
pengembangan kurikulum (Miftahul Huda, sebelumnya dengan
2013: 169). bagian yang baru
untuk menciptakan
2. Klasifikasi Keterampilan Berpikir keseluruhan bagian
Bloom merumuskan taksonomi Evaluasi Peserta didik
pembelajaran dimulai dari berpikir tingkat memberikan keputusan
rendah sampai berpikir tingkat tinggi. terhadap nilai dari
Klasifikasi keterampilan berpikir tersebut suatu materi
dapat dilihat dalam tabel berikut: pembelajaran,
argument, atau
pendangan yang
Tabel 2. Domain Kognisi Bloom berkenaan dengan
Bloom Taksonomi sesuatu yang diketahui,
Pengetahuan Peserta didik yang dipahami, dilakukan,
bekerja pada tingkat dianalisis, dan
ini hanya berkisar pada dihasilkan
mengingat atau Sumber: Muhamad Yaumi, (2013:91)
menghafal informasi
dari yang konkret ke Kemudian, Lorin Anderson dalam
informasi yang abstrak Pohl (Muhamad Yaumi, 2013:93)
Pemahaman Pada tingkat ini, melakukan revisi khususnya dalam domain
peserta didik mampu kognisi dengan mengubah penamaan yang
mengerti dan membuat semula menggunakan kategori kata benda
rangkaian dari sesuatu menjadi kata kerja. Domain kognisi yang
yang dikomunikasikan. semula dideskripsikan dengan kata benda,
Artinya, peserta didik
seperti pengetahuan, pemahaman,
mampu
menerjemahkan, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi
menginterpretasi, dan direvisi dengan menggunakan kata kerta
meramalkan seperti, mengetahui, memahami,
kemungkinan dalam menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
berkomunikasi dan menciptakan. Domain kognisi yang
Aplikasi Peserta didik dapat direvisi oleh Anderson tidak lagi
menerapkan konsemp mencantumkan sintesis secara terpisah,
yang sesuai dan tetapi tergabung dalam kata kerja
abstraksi dari suatu mengevaluasi, kemudian menambangkan
masalah atau situasi kata kerja menciptakan, sebagai tingkat
sekalipun tidak
tertinggi dalam sistem berpikir yang harus
diminta atau
melakukannya.
terintegrasi dalam tujuan pembelajaran.
Analisis Peserta didik dapat menurutnya, taksonomi yang baru ini
memilah dan membagi merefleksikan bentuk sistem berpikir yang
materi ke dalam lebih aktif dan akurat dibandingkan dengan
beberapa bagian dan taksonomi sebelumnya.

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 167


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

Selanjutnya, selain taksonomi domain knowledge (pengetahuan bersifat


kognisi terdapat pula istilah knowledge deklaratif), dan 4) procedural knowledge
taxonomy (taksonomi pengetahuan), yang (pengetahuan yang bersifat procedural).
mencakup: 1) experiencial knownedge Untuk lebih jelasnya berikut merupakan
(pengetahuan berdasarkan pengalaman), 2) perbedaan dari taksonomi versus Bloom
contextual knowledge (pengetahuan dan revisi dari Anderson dalam Muhamad
berdasarkan konteks), 3) declarative Yaumi (2013:93):

mencipt
evaluasi akan
mengevalu
sintesis asi

analisis menganalisis

penerapan menerapkan

pemahaman memahami

mengetahui
pengetahuan

Revisi Anderson Taksonomi Bloom

Gambar 3. Revisi Domain Kognisi


Hubbel (Muhamad Yaumi, 2013: 94) diperoleh, pengetahuan deklaratif
menjelaskan lebih jauh bahwa merujuk apa yang harus dan perlu
pengetahun berdasarkan pengalaman diketahui, dan pengetahuan prosedural
adalah untuk mengungkap jawaban dari dimaksudkan untuk mengetahui
pertanyaan, mengapa sesuatu itu penting, bagaimana menggunakan pengetahuan
pengetahuan kontekstual berfungsi untuk dan keterampilan, menurut Muhamad
mengetahui kapan harus menggunakan Yaumi (2013: 94) penjelasan tersebut
pengetahuan dan keterampilan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3. Dimensi Proses Kognisi


DIMENSI PROSES KOGNISI
PENGETAHUAN FAKTUAL KONSEPTUAL PROSEDURAL METAKOGNISI
Memahami Membuat daftar Mendeskripsikan Menabulasi Menggunakan
Mengetahui Meringkas Menginterpretasi Memprediksi Melakukan
Menerapkan Menggolongkan Menguji coba Menghitung Mengkontruksi
Menganalisis Mengatur Menjelaskan Membedakan Memperoleh
Mengevaluasi Mengurut Mengukur Meyimpulkan Menindaki
Menciptakan Menggabungkan Mendesain Menyusun Mengaktualisasi

Untuk lebih jelanya penulis akan dikembangkan USAID Prioritas dengang


memaparkan taksonomi Bloom secara judul “Praktik yang Baik dalam
mendetail yang dikutip dari modul yang Pembelajaran”:

168| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

Tabel 4. Taksonomi Bloom


KATEGORI, PROSES, KOGNITIF, DEFINISI DAN CONTOH-CONTOH
NAMA ALTERNATIF
1. Mengingat – mencari dan menemukan pengetahuan dari memori jagka pendek
1.1 Mengenali ulang (mengidentifikasi) Menentukan pengetahuan dalam memori jangka
panjang yang konsisten dengan material yang
tersaji (yakni, mengenali tahun-tahun dari
kejadian-kejadian penting dalam sejarah
Indonesia).
1.2 Mengingat ulang Mencari-temu pengetahuan relevan dari memori
jangka-panjang (yakni, mengingat ulang tahun-
tahun kejadian penting dalam sejarah Indonesia)
2. Memahami – mengkontruksi makna dari pesan-pesan instruksional, mencakup komunikasi
lisan, tertulis, dan grafis
2.1 Menginterpretasi/menafsirkan Mengubah sebuah bentuk sajian (yakni, sajian
(klarifikasi, paraphrasing, menyajikan numerik) ke bentuk lainnya (yakni, sajian verbal)
ulang, translasi) (yakni, mem-paraphrase-kan pembicaraan-
pembicaraan dan dokumen-dokumen penting)
Menemukan sebuah contoh spesifik atau ilustrasi
2.2 Mengeksemplifikasi/menyontohkan dari sebuah konsep atau prinsip (yakni, memberi
(mengilustrasikan, mencontohkan) contoh-contoh berbagai gaya lukisan artistik yang
penting)

Menentukan bahwa sesuatu termasuk kedalam


2.3 Mengklasifikasi (kategorisasi, sebuah kategori (yakni, konsep atau prinsip)
subsuming) (yakni, mengklasifikasi kasus-kasus nirtatan
mental yang terobservasi atau terdeskripsi)

Mengabstraksi sebuah tema umum atau poin-poin


pokok (yakni menulis sebuah summary ringkas
2.4 Summarizing/mengikhtisarkan tentang kejadian-kejadian yang tersaji pada sebuah
(mengabstraksi, generalisasi) videotape)

Menggambarkan sebuah simpulan logis dari


informasi yang tersaji (yakni, dalam pembelajaran
bahasa asing, menyimpulkan prinsip-prinsip
2.5 Menyimpulkan (menyimpulkan, gramatis dari contoh-contoh)
mengekstrapolasi, menginterpolasi,
memprediksi) Mendeteksi korespondensi antara dua ide, objek,
dan lain-lain (yakni, membandingkan kejadian-
kejadian historis dengan situasi-situasi
kontemporer)
2.6 Membandingkan (mengkontraskan,
memetakan, memadankan) Mengkonstuksi sebuah model sebab-akibat dari
sebuah sistem (yakni, menjelaskan sebab-sebab
dari pentingnya kejadian-kejadian abad ke-18 di
Perancis)

2.7 Menjelaskan/ mengeksplanasi


(mengkonstuksi model)

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 169


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

3. Mengaplikasi/menerapkan – melaksanakan atau menggunakan sebuah prosedur dalam sebuah


situasi yang ada
3.1 Mengeksekusi (melaksanakan) Mengaplikasi sebuah prosedur ke sebuah tugas
akrab (yakni, membagi sebuah bilangan bulat
dengan bilangan bulat lainnya, keduanya
melibatkan bilangan bulat lebih dari satu digits)

Mengaplikasikan sebuah prosedur ke sebuah tugas


3.2 Mengimplementasikan (menggunakan) tak-akrab (yakni, menggunakan hukum kedua
Newton dalam situasi-situasi yang sesuai
dengannya)
4. Menganalisis – menguraikan material menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan
bagaimana bagian-bagian ini saling berkaitan dan dengan struktur totalnya atau tujuannya
4.1 Membeda-bedakan (diskriminasi, Membedakan bagian yang relevan dan yang tak-
membedakan, memfokuskan, memilih) relevan atau yang penting dan yang tak-penting
dari material yang tersaji (yakni, membedakan
antara bilangan-bilangan yang relevandan yang
tak-relevan dalam sebuah masalah kata-kata
matematis (a mathematical word problem)

Menentukan bagaimana unsur-unsur sesuai atau


4.2 Mengorganisasi (menemukan berfungsi dalam sebuah struktur (yakni,
koherensi, mengintegrasikan, menstruktur evidensi dalam sebuah deskripsi
menyusun kerangka, parsing, historis menjadi evidensi untuk menentang sebuah
menstruktur) eksplanasi historis)

Menentukan sebuah titik pandang, bias, nilai-nilai,


atau maksud yang mendasari material yang tersaji
4.3 Mengatribusi (mendekontruksi) (yakni, menentukan titik pandang pengarang
sebuah esai dalam kaitannya dengan perspektif
politisnya)
5. Mengevaluasi – membuat judgment didasarkan atas kriteris dan standar
5.1 Mengecek (mengkoordinasi, Mendeteksi inkonsistensi atua kekeliruan dalam
mendeteksi, memantau, men-tes) sebuah proses atau produk; menentukan apakah
sebuah proses atau produk memiliki konsistensi
internal; mendeteksi efektivitas sebuah prosedur
ketika ia diimplementasikan (yakni, menentukan
apakah simpulan-simpulan seorang ilmuwan
berdasarkan data yang terobservasi)

Mendeteksi inkonsistensi antara sebuah produk


dnegan kriteria eksternal, menentukan apakah
5.2 Mengkritik (menjugment) sebuah produk memiliki konsistensi eksternal;
mendeteksi kesesuaian sebuah prosedur untuk
sebuah masalah yang ada (yakni, men-jugje
metode yang mana dari dua metode yang ada yang
bersifat terbaik untuk memecahkan sebuah
masalah yang ada)

6. Mengkreasi – menyusun unsur-unsur secara bersamaan untuk membentuk sebuah keseluruhan


yang koheren atua fungsional; mereorganisasi unsur-unsur menjadi sebuah pola atau struktur
baru

170| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016


Dede Rohaniawati Penerapan Pendekatan PANKEM……

6.1 Generate (memunculkan) Memunculkan hipotesis-hipotesis alternatif


didasarkan atas kriteria (yakni, mengenerate
hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan sebuah
fenomena yang terobservasi)

Menggawaikan sebuah prosedur untuk


6.2 Merencanakan menyelesaikan suatu tugas (yakni, merencanakan
sebuah research paper tentang sebuah topik
historis yang ada)

Menciptakan sebuah produk (yakni, membangun


6.3 Memproduksi lingkungan buatan untuk kepentingan spesifik)

Sumber: Modul USAID Prioritas (2013)

HASIL PENELITIAN DAN siklus 1 berada pada kategori baik, hal ini
PEMBAHASAN terbukti pada perolehan nilai rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian tindakan mahasiswa dengan menggunakan tes esay
kelas yang telah dilaksanakan di kelas sebesar 75 dengan ketuntasan klasikal
PGMI semester IV dalam upaya 80%. Sedangkan pada siklus 2 nilai rata-
meningkatkan keterampilan berpikir rata mahasiswa sebesar 73, angka tersebut
mahasiswa pada mata kuliah masih berada pada kategori baik, dengan
Pengembangan Kepriadian Guru sebanyak nilai ketuntasan klasikal sebesar 80%.
tiga siklus, maka dapat disimpulkan Peningkatan yang signifikan terjadi pada
sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis siklus 3, di mana diperoleh nilai rata-rata
pada penerapan PAKEM dalam mahasiswa sebesar 89 yang berarti berada
pembelajaran Pengembangan Kepribadian pada kategori amat baik, dengan nilai
Guru di jurusan PGMI semester IV/B ketuntasan klasikal sebesar 100%.
dapat disimpulkan bahwa aktivitas dosen
dalam proses pembelajaran dinyatakan SIMPULAN
sangat baik. Hal ini terbukti dari hasil Hasil analisis pada penerapan
aktivitas dosen mengalami peningkatan PAKEM dalam pembelajaran
setiap siklusnya, siklus 1 persentase Pengembangan Kepribadian Guru di
aktivitas dosen sebesar 82% pada siklus 2 jurusan PGMI semester IV/B dapat
sebesar 91% dan pada siklus 3 sebesar disimpulkan bahwa aktivitas dosen dalam
100%. Sedangkan hasil observasi aktivitas proses pembelajaran dinyatakan sangat
mahasiswa dalam proses pembelajaran baik dan hasil observasi aktivitas
dinyatakan sangat baik juga, hal ini mahasiswa dalam proses pembelajaran
terbukti dari hasil aktivitas mahasiswa dinyatakan sangat baik
pada siklus 1 sebesar 91%, pada siklus 2
mencapai 100% begitu juga pada siklus 3
mencapai 100%. Berdasarkan hasil analisis DAFTAR PUSTAKA
keterampilan berpikir mahasiswa pada A. Chaedar Alwasilah. 2003. Pokoknya
mata kuliah Pengembangan Kepribadian kualitatif. cet. ke-2. Jakarta:
Guru dengan menggunakan pendekatan Pustaka Jaya.
PAKEM dapat disimpulkan hampir Anna Farida, dkk. 2012. Sekolah yang
meningkat pada setiap pertemuannya, hal Menyenangkan. cet. ke-1.
ini dapat dilihat pada perolehan persentase Bandung: Nuansa.
keterampilan berpikir mahasiswa dengan Diskusi tentang “Mahasiswi Terjerat
menggunakan pendekatan PAKEM pada Praktik Prostitusi”, Observasi

Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016 | 171


Penerapan Pendekatan PANKEM…… Dede Rohaniawati

pada Kegiatan Diskusi Mahasiswa cet. ke-2. Yogyakarta: Pustaka


PGMI semester IV kelas B, Pelajar.
Bandung: 17 Pebruari 2015. Modul USAID Prioritas. Praktik yang Baik
E. Mulyasa. 2011. Praktik Penelitian di Sekolah/Madrasah Ibtidaiyah.
Tindakan Kelas, Bandung: PT. Muhammad Yaumi. 2013. Prinsip-prinsip
Remaja Rosda Karya. Desain Pembelajaran, Jakarta:
H.A.R Tilaar. Pengembangan Kreativitas Kencana Prenada Media Grup.
dan Intrepreneurship cet. ke-1. Qiqi Yuliati Zaqiyah. 2014. Model
Jakarta: Kompas Media Pembelajaran Brain Based
Nusantara. Learning dan Optimalisasi
H.A.R. Tilaar. 2012. Pengembangan Kemampuan Beripikir Siswa. cet.
Kreatifitas dan Interpreneurship. ke-1. Jakarta: GP Press.
cet. ke-1. Jakarta: Kompas Media Suharsimi Arikunto, dkk. 2014. Penelitian
Nusantara. Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi
Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhamad, Aksara. cet. ke-12.
2012. Belajar dengan Pendekatan Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan.
PAILKEM. cet. ke-2. Jakarta: Teori kepribadian. cet. ke-3.
Bumi Aksara. Bandung: Rosdakarya.
Ibrahim. 1988. cet. ke-1. Inovasi Utomo Dananjaya. 2013. Media
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Pembelajaran Aktif. cet. ke-3
Miftahul Huda. 2013. Model-model Bandung: Nuansa Cendikia.
Pengajaran dan Pembelajaran.

172| Tadris: Jurnal Keguruan dan Ilmu Tarbiyah Vol.01/2/2016

Vous aimerez peut-être aussi