Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Meita Ratnasari
Disusun bersama: Kristi Wardani, M.Pd.
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
E-mail: meeitaratnasari@gmail.com
Abstract: This research aim to describe the process of the nationalism attitude inculcation in the
Social Science (IPS) learning in the high grade of Elementary School of Taman Muda Ibu Pawiyatan
in an academic year 2016/ 2017 and describe some obstacles. This research is a descriptive qualitative
study. The subjects of the research are the principal of the school as well as teachers and students
of high grade (IV, V, and VI). The technique are collecting data using interviews, observation,
and documentation. The analysis of data using measures of data collection, data reduction, data
presentation, and drawing conclusions. For an examination of the validity of the data using
triangulation sources, techniques, and time. The results of the research show that the way of the
teachers to inculcate nationalism attitude through in the learning of IPS on the high grade students
in Elementary School of Taman Muda Ibu Pawiyatan is by habituation, exemplary, provision of
contextual examples, the use of stories, as well as the use of instructional media. The supporting
factors of the inculcate of nationalism attitude include the teacher’s creativity in delivering learning
materials of the IPS, availability of learning facilities, and their use of learning resources with outting
activities or visits. The factors of inhibiting are the limited allocation of instructional time to learning
materials of IPS and the limited of learning media. The ways that used to solve for the variety of
inhibitor factors are to provide additional learning time and do the procurement of instructional
media, and perform the learning activities in groups to minimize the amount of media use in the
learning activities of IPS. The values that can be developed in the realization of nationalism attitude
for students in high grade in Elementary School Taman Muda Ibu Pawiyatan are willing to sacrifice,
patriotism, uphold the good name of the Indonesian nation, proud as a citizen of Indonesia, unity and
integrity, adherence to the rules, discipline, brave, honest, and hard working.
Indonesia merupakan sebuah negara kesatuan satu filter untuk menahan masuknya pengaruh
yang terdiri dari keberagaman suku bangsa, kebudayaan asing akibat arus globalisasi yang
ras, bahasa daerah, adat istiadat, kesenian dan kurang sesuai dengan budaya Indonesia adalah
agama, serta puluhan ribu pulau. Keberagaman melalui pendidikan nasional atau penanaman
tersebut dapat disatukan dengan semboyan sikap nasionalisme.
negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika. Salah Pengertian nasionalisme menurut Permanto
satu tantangan besar bagi warga Indonesia dalam (2012: 86) adalah suatu paham yang berisi
mempertahankan kesatuan negara Indonesia kesadaran bahwa tiap-tiap warga negara
adalah dalam menjaga keutuhan kemajemukan merupakan bagian dari suatu bangsa Indonesia
negara serta mempertahankan kebudayaan yang yang berkewajiban mencintai dan membela
dimiliki negara Indonesia. Peran serta generasi negaranya, sehingga kewajiban seorang warga
muda dalam menjaga keutuhan kemajemukan negara tersebutlah yang menjadi dasar bagi
negara serta mempertahankan kebudayaan yang terbentuknya semangat kebangsaan Indonesia.
dimiliki negara Indonesia sangat dibutuhkan. Salah Sadikin (2008: 18) menyatakan bahwa sikap
144
Meita Ratnasari, Proses Penanaman Sikap Nasionalisme 145
nasionalisme merupakan suatu sikap cinta tanah 2014: 20). Menurut Susanto (2014: 10), tujuan
air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari utama pembelajaran IPS adalah untuk membentuk
cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, dan mengembangkan pribadi warga negara yang
ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud baik (good citizenship). Acuan dan pengembangan
persatuan atau kemerdekaan nasional dengan materi IPS tentang penanaman sikap nasionalisme
prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
bermasyarakat dan bernegara. Oleh karena itu, (KTSP). Berdasarkan pada Badan Standar Nasional
sikap nasionalisme tersebut harus dapat ditanamkan Pendidikan (BSNP) (2007), Kompetensi Dasar
dan dibentuk dalam diri generasi penerus bangsa. (KD) dalam pembelajaran IPS di kelas tingkat
Dengan nasionalisme yang tinggi, kekhawatiran tinggi (kelas IV, V, dan VI) banyak mengandung
akan terjadinya ancaman terhadap keutuhan dan unsur penanaman sikap nasionalisme. Ciri khas
kesatuan bangsa akan dapat dielakkan. tersebutlah yang menjadi faktor pendukung
Sikap nasionalisme di Indonesia pada dasarnya penanaman sikap nasionalisme kepada siswa
juga tercermin dari ideologi bangsa yang dimiliki, sekolah dasar. Walaupun demikian, hambatan atau
yaitu pancasila. Rohman (2009: 42), menyatakan kendala dalam penanaman sikap nasionalisme di
bahwa idiologi Pancasila memiliki lima prinsip SD Taman Muda Ibu Pawiyatan tetap ada.
nilai yang bersifat dasar dan dijadikan pedoman Amelia (2014: 51-52) menyatakan bahwa
oleh seluruh warga negara, baik dalam tataran penanaman sikap nasionalisme dapat dilakukan
individu maupun kelompok. Adapun ciri-ciri sikap dalam kegiatan pembelajaran IPS diaplikasikan
nasionalisme menurut Dahlan (2007: 51) meliputi dengan kegiatan sehari-hari yang sesuai dengan
rela berkorban, cinta tanah air, menjunjung tigi karakter bangsa Indonesia di lingkungan sekolah.
nama bangsa Indonesia, bangga sebagai warga Menurut Sanjaya (2013: 277-279), pembelajaran
negara Indonesia, persatuan dan kesatuan, patuh sikap individu dapat dibentuk melalui dua cara,
kepada peraturan, disiplin, berani dan jujur, serta yaitu pola pembiasaan dan modeling (mencontoh).
bekerja keras. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas,
SD Taman Muda Ibu Pawiyatan merupakan baik secara disadari maupun tidak, guru dapat
lembaga pendidikan tingkat dasar yang berupaya menanamkan sikap tertentu kepada siswa (termasuk
menanamkan sikap nasionalisme kepada para siswa. sikap nasionalisme) melalui proses pembiasaan,
SD Taman Muda Ibu Pawiyatan memiliki ciri khas sedangkan modeling merupakan proses peniruan
atau keunikan tersendiri yang membedakan dengan terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau
sekolah dasar yang lain. Ciri khas tersebut adalah: orang yang di-hormatinya.
1) mengedepankan pendidikan budi pekerti luhur, Dari latar belakang di atas, maka rumusan
sebagaimana ditegaskan dalam visi dan misinya, masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
2) termasuk sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar proses penanaman sikap nasionalisme dalam
Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional dan pembelajaran IPS pada siswa kelas tinggi SD
Pahlawan Nasional), 3) warga sekolahnya berasal Taman Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta tahun
dari beberapa daerah atau kota yang berbeda, 4) ajaran 2016/ 2017?” dan “Hambatan apa saja
adanya kegiatan outting (kunjungan) ke candi, yang terdapat dalam proses penanaman sikap
museum, dan tempat bersejarah lain, 5) adanya nasionalisme dalam pembelajaran IPS pada siswa
pelaksanaan sistem among dalam mendidik siswa, kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan
dimana perlakuan guru terhadap siswa seperti Yogyakarta tahun ajaran 2016/ 2017?” Tujuan
perlakuan orang tua terhadap anaknya, begitupun dalam penelitian ini yaitu “Mendeskripsikan
sebaliknya, dan 6) diberlakukannya Kurikulum proses penanaman sikap nasionalisme dalam
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai acuan pembelajaran IPS pada siswa kelas tinggi SD Taman
pelaksanaan pembelajaran di SD Taman Muda Muda Ibu Pawiyatan Yogyakarta tahun ajaran
Pawiyatan. 2016/ 2017” dan “Mendeskripsikan hambatan-
Salah satu pembelajaran yang terintegrasi hambatan yang terdapat dalam proses penanaman
materi nasionalisme adalah pembelajaran Ilmu sikap nasionalisme dalam pembelajaran IPS pada
Pengetahuan Sosial (IPS). Sapriya (2014: 20) siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan
menyatakan istilah IPS di sekolah dasar merupakan Yogyakarta tahun ajaran 2016/ 2017.”
mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai
integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, METODE
humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah
Jenis penelitian yang digunakan dalam
sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang
Penelitian ini dilaksanakan di SD Taman Muda Ibu
lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik
Pawiyatan yang beralamat di Jalan Tamansiswa
dan psikologis serta karakteristik kemampuan
Nomor 25, Kelurahan Wirogunan, Kecamatan
berpikir siswa yang bersifat holistik (Sapriya,
Mergangsan, Kota Yogyakarta. Penelitian ini
146 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 3, Mei 2017, hlm. 144-150
dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai didukung dengan observasi dan dokumentasi.
dengan Januari 2017. Dasar pendekatan yang Narasumber yang berhasil diwawancarai berjumlah
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah 13 orang.
pendapat dari Sugiyono (2015: 1) yang menyatakan Hasil wawancara terhadap 13 narasumber
bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yaitu cara yang dilakukan guru sebagai upaya
yang digunakan untuk meneliti kondisi objek menanamkan sikap nasionalisme melalui
yang alamiah, dimana peneliti berperan sebagai pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
instrumen kunci, teknik pengumpulan data adalah melalui 1) pembiasaan, 2) keteladanan,
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis 3) pemberian contoh yang kontekstual, 4)
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif penggunaan cerita, dan 5) penggunaan media
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. pembelajaran. Faktor pendukung penanaman sikap
Teknik pengumpulan data yang digunakan nasionalisme dalam pembelajaran IPS pada siswa
dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, kelas tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan adalah
observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini adanya kreatifitas guru dalam menyampaikan
wawancara digunakan untuk mengetahui proses materi pembelajaran IPS, tersedianya fasilitas
penanaman sikap nasionalisme pada siswa kelas pembelajaran, dan adanya pemanfaatan sumber
tinggi (kelas IV, V, dan VI) SD Taman Muda Ibu belajar dengan kegiatan outting atau kunjungan.
Pawiyatan dalam pembelajaran IPS. Responden Sedangkan faktor penghambatnya adalah
dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, terbatasnya alokasi waktu pembelajaran IPS
serta siswa kelas tinggi SD Taman Muda Ibu dan terbatasnya media pembelajaran. Dalam
Pawiyatan. Observasi yang dilakukan dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi, banyak terbentuk
penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data nilai-nilai yang dapat dikembangkan dalam
dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan perwujudan sikap nasionalisme siswa yang dapat
yang dilakukan guru dan siswa selama proses diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
pembelajaran IPS. Hasil observasi menunjukkan bahwa
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai kegiatan bersalaman dilakukan antara guru
instrumen utama. Instrumen dalam penelitian kelas tinggi (IV, V, dan VI) dan siswa sebelum
ini disusun dan dikembangkan oleh peneliti kegiatan pembelajaran berlangsung di depan
berdasarkan landasan teori dan dengan bimbingan ruang guru. Guru kelas V juga menyalami siswa
dosen pembimbing. Instrumen dikembangkan setelah kegiatan pembelajaran berakhir. Guru
menjadi beberapa indikator yang digunakan untuk kelas tinggi bertegur sapa dengan siswa, seperti
mengambil data. Peneliti menggunakan tiga alat dengan tersenyum dan menyapa siswa di luar
bantu (instrumen) dalam pengumpulan data, serta di dalam kelas, serta menanyai kabar siswa.
meliputi pedoman wawancara, pedoman observasi, Motivasi diberikan guru kelas tinggi kepada siswa
dan pedoman dokumentasi. di awal kegiatan pembelajaran, selain hal tersebut
Penelitian ini menggunakan data triangulasi guru kelas tinggi selalu membiasakan siswa untuk
sumber, teknik, dan waktu. Dalam penelitian aktif ketika mengikuti kegiatan pembelajaran
ini peneliti menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan metode tanya jawab dan
yang dikemukakan Miles dan Huberman (dalam memberikan reward kepada siswa dalam bentuk
Sugiyono, 2015: 246), yang meliputi empat tahapan, pujian ketika siswa dapat menjawab pertanyaan
yaitu: 1) pengumpulan data, 2) reduksi data, 3) yang diberikan guru.
penyajian data, dan 4) penarikan simpulan. Ketika menjelaskan materi pembelajaran
IPS, guru kelas tinggi selalu menggunakan bahasa
HASIL DAN PEMBAHASAN Indonesia yang baik dan benar. Guru kelas tinggi
selalu menggunakan pakaian, sepatu, dan tas
A. Hasil Penelitian
produk dalam negeri serta menggunakan pakaian
SD Taman Muda Ibu Pawiyatan merupakan dinas sesuai dengan jadwal dan peraturan. Guru
salah satu sekolah yang menerapkan pelajaran kelas tinggi selalu memulai kegiatan pembelajaran
budi pekerti melalui olah rasa dan seni budaya tepat waktu. Di dinding kelas tinggi SD Taman
serta peranan sistem among berupa keseimbangan Muda Ibu Pawiyatan juga terdapat gambar presiden,
pendidikan orang tua, keluarga, lembaga, sekolah, wakil presiden, dan lambang negara Indonesia.
dan masyarakat, sehingga mendukung adanya Guru kelas tinggi akan memberi teguran dan
penanaman sikap nasionalisme pada diri siswa. nasihat ketika siswa melakukan tindakan kurang
Prinsip dasar dalam sekolah atau pendidikan baik dan memberikan sanksi kepada siswa yang
Tamansiswa yang menjadi pedoman bagi seorang me-langgar peraturan.
guru adalah ing ngarsa sung tuladha, ing madya Guru kelas tinggi menggunakan cerita dan
mangun karsa, dan tut wuri handayani. Metode media dalam pembelajaran IPS. Adapun cerita yang
utama dalam penelitian ini adalah wawancara digunakan oleh guru yaitu cerita motivasi, cerita
Meita Ratnasari, Proses Penanaman Sikap Nasionalisme 147
keteladanan, dan cerita perjuangan. Media yang maupun siswa berkebutuhan khusus (saling
sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran menghargai) serta tolong menolong. Setiap
IPS antara lain media gambar (gambar pahlawan hari Senin baik siswa ataupun guru juga
yang terkadang hasil lukisan siswa, peta, globe, diwajibkan mengikuti upacara bendera yang
bendera, lagu-lagu kebangsaan (audio), dan video, diadakan di sekolah. Guru juga memberikan
catatan-catatan ciri-ciri sikap nasionalisme di contoh kepada siswa dengan menggunakan
dinding kelas, dan mind mapping. produk dalam negeri sebagai perwujudan
Perwujudan sikap nasionalisme siswa kelas rasa cintanya terhadap Indonesia. Selain hal
tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan meliputi tersebut, keteladanan yang diberikan dengan
rela berkorban, cinta tanah air, menjunjung berbicara secara baik dan sopan dengan
tinggi nama bangsa Indonesia, bangga sebagai menggunakan bahasa Indonesia dalam
warga negara Indonesia, persatuan dan kesatuan, menjelaskan materi pembelajaran IPS. Guru
mematuhi peraturan, disiplin, berani, jujur, dan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan juga
bekerja keras. senantiasa menganakan seragam dinas sesuai
dengan peraturan penggunaan seragam yang
B. Pembahasan telah ditetapkan. Di dinding kelas IV, V, dan
VI terdapat gambar presiden, wakil presiden,
1. Cara Guru Menanamkan Sikap Nasionalisme
dan lambang negara Indonesia sebagai upaya
dalam Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas
pemberian teladan bagi siswa agar menjadi
Tinggi
seorang nasionalis.
Proses penanaman sikap nasionalisme dalam
c. Pemberian Contoh Kontekstual
pembelajaran IPS pada siswa kelas tinggi SD
Guru SD Taman Muda Ibu Pawiyatan
Taman Muda Ibu Pawiyatan dilakukan melalui:
memberi contoh nyata kepada siswa agar
a. Pembiasaan
siswa mengikuti tindakan antau perilaku
Cara yang dilakukan guru dalam
baik yang dilakukan oleh guru. Yang hendak
membiasakan diri siswa di SD Taman
guru lakukan apabila menjumpai siswa yang
Muda Ibu Pawiyatan agar mempunyai sikap
melakukan suatu tindakan yang kurang baik
nasionalisme melalui pembelajaran IPS adalah
dalam mengikuti pembelajaran IPS adalah
membiasakan diri siswa untuk tertib masuk
dengan memberikan teguran dan nasihat
kelas dan hormat bendera serta menyanyikan
kepada siswa yang bersangkutan untuk
lagu nasional sebelum memulai kegiatan
tidak melakukan tindakan tersebut, apabila
pembelajaran di kelas. Untuk membiasakan
perbuatan tersebut dilakukan secara berulang,
diri siswa agar mempunyai sikap nasionalisme,
guru akan memberikan sanksi sesuai dengan
guru menerapkan beberapa peraturan yang
kesepakatan peraturan yang telah ditetapkan
dapat mengarahkan siswa menjadi seorang
dalam kelas maupun sekolah. Guru kelas
nasionalis, salah satunya disiplin. Sebelum
tinggi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan
masuk kelas, guru menyalami siswa di depan
selalu memperingatkan siswa yang terlambat
ruang guru. Dalam kegiatan bersalaman
masuk kelas, memperingatkan siswa ketika
tersebut, guru tidak segan untuk bertegur sapa
menyontek, memperingatkan siswa ketika
dengan siswa. Di awal kegiatan pembelajaran
ramai saat kegiatan pembelajaran IPS
IPS, guru selalu memberikan motivasi kepada
berlangsung, dan memperingatkan serta
siswa agar mengikuti kegiatan pembelajaran
memberi sanksi siswa yang tidak mengerjakan
dengan baik. Guru senantiasa menggunakan
Pekerjaan Rumah (PR). Kegiatan yang
metode tanya jawab untuk membiasakan siswa
dilakukan guru tersebut dapat dijadikan
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
contoh-contoh nyata bagi siswa agar dapat
IPS di kelas. Ketika siswa dapat menjawab
menjauhkan diri dari segala sesuatu yang
pertanyaan yang diberikan oleh guru atau
kurang baik dan dapat merugikan diri siswa.
aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Oleh karena itu, kegiatan tersebut diharapkan
IPS, siswa akan mendapatkan reward dari
dapat menanamkan sikap nasionalisme dalam
guru. Reward tersebut biasanya berupa pujian
diri siswa.
dan senyuman.
d. Penggunaan Cerita dalam Pembelajaran
b. Keteladanan
Di awal pembelajaran, guru memberikan
Contoh yang guru berikan atau laksanakan
motivasi kepada siswa agar siswa mengikuti
untuk menanamkan sikap nasionalisme
kegiatan pembelajaran dengan sungguh-
pada diri siswa selama pembelajaran IPS
sungguh. Cara guru dalam menerangkan
berlangsung adalah dengan mengutamakan
materi pembelajaran IPS sekaligus me-
sopan santun, masuk kelas sebelum bel
nanamkan sikap nasionalisme pada siswa
masuk berbunyi dan tidak membeda-bedakan
kelas tinggi dalam pembelajaran IPS adalah
setiap siswa yang ada, baik siswa reguler
148 Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 3, Nomor 3, Mei 2017, hlm. 144-150