Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
net/publication/259577592
”Penerapan Metode Six Sigma untuk Menurunkan Jumlah Cacat pada Divisi
Painting PT Roda Prima Lancar Tangerang”
CITATIONS READS
0 1,274
1 author:
Meriastuti Ginting
Universitas Kristen Krida Wacana
22 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
PKM Peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Industri Tahu Semanan View project
All content following this page was uploaded by Meriastuti Ginting on 01 November 2017.
Abstract
PT Roda Prima Lancar is an automotive company which is facing with sum of defect
problem in producing part so that need an improvement quality control system. The suggestion of
quality control method is Six Sigma method, which is quality control system with define, measure,
analyze, improve, and control the process. First step is choosing the research object, division with
the lowest sigma level, in research found that Painting division with rough defect as the dominant
defect with sigma level is 5.095, capability process is 0.99929, and COPQ (Cost of Poor Quality)
is Rp 617,600,-. Based on Fishbone analysis, informed that machine and equipment factor become
the potential cause of rough defect, so the improvement is by replacing mixing Thinner with pure
Thinner when cleaned the hole of nozzle. After doing some of improvements, sigma level increase
become 5.29, capability process increase become 0.999544, dan COPQ (Cost of Poor Quality)
decrease become Rp 518,784,-.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan yang kompetitif akan terus mempertahankan kualitas dengan
tidak memberikan produk cacat kepada pelanggan. PT Roda Prima Lancar (PT RPL)
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi spare part otomotif, dengan
bisnis utama metal manufacture beserta semua produk yang berbasiskan metal. Saat ini,
PT RPL masih menghasilkan produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
dan masih menghasilkan spare part cacat sehingga nilai penjualan dan kepuasan
pelanggan menurun. Hal ini berpengaruh terhadap nama baik perusahaan. Konsep yang
berkembang saat ini, untuk mencapai kepuasan pelanggan dengan perbaikan yang terus-
menerus, khususnya dalam hal pengurangan jumlah produk cacat, adalah metode Six
Sigma. Implementasi dari konsep ini dilakukan melalui lima tahapan, yaitu tahap define,
measure, analyze, improve, dan control.
65
Vol. 9 No. 17, Mei – Agustus 2010
1. Divisi apakah yang memiliki level sigma terendah dan bagaimana kondisinya?
2. Apakah akar masalah penyebab jenis cacat dominan pada divisi tersebut?
3. Apakah solusi perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi cacat produk?
4. Bagaimana perbandingan level sigma, kemampuan proses, COPQ antara sebelum
perbaikan dengan setelah perbaikan?
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas
Ada berbagai jenis pengertian untuk mendefinisikan kata “kualitas”, salah
satunya yaitu “customer satisfaction and loyality” (kepuasan dan loyalitas pelanggan).
Kualitas berarti sifat menonjol dari produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan
sesuai dengan kepuasan pelanggan, benar, dan tepat pada waktunya. Kualitas berbicara
erat mengenai kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan, standar yang ditetapkan,
sehingga mencapai kepuasan konsumen [1].
66
Penerapan Metode Six Sigma...
67
Vol. 9 No. 17, Mei – Agustus 2010
68
Penerapan Metode Six Sigma...
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian dilakukan dengan mengikuti tahap-tahap six sigma, yaitu:
3.1 Define
Pada tahap ini dilakukan pendefinisian terhadap hal–hal yang terkait dengan
pembentukan tim implementasi, identifikasi diagram SIPOC (Supplier–Input–Process–
Output–Customer), biaya akibat kualitas buruk (Cost of Poor Quality).
3.2 Measure
Pada tahap ini dilakukan pengukuran terhadap atribut yang berhubungan dengan
kebutuhan pelanggan, yaitu CTQ (Critical To Quality), dan Pareto Chart. Setelah itu,
dilakukan pembuatan peta kendali atribut, yaitu peta p, mengukur kapabilitas proses (Cp),
dan menentukan level sigma yang saat ini dicapai perusahaan dari DPMO (Deffect per
Million Opportunities).
3.3 Analyze
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap sumber–sumber dan akar penyebab
terjadinya kecacatan, menggunakan diagram Fishbone. Kemudian akar – akar penyebab
tersebut dicantumkan dalam NGT (Nominal Group Technique) untuk menentukan faktor
penyebab apa yang paling dominan untuk diselesaikan. Setelah itu dibuat FMEA (Failure
Mode Effect Analysis) untuk membantu menghilangkan kegagalan yang terjadi pada
proses produksi.
69
Vol. 9 No. 17, Mei – Agustus 2010
3.4 Improve
Pada tahap ini dilakukan perbaikan terhadap permasalahan yang potensial dengan
melaksanakan usulan perbaikan dari hasil analisis, pembuatan tabel 5W–1H, dan
pelaksanaan implementasi.
3.5 Control
Pada tahap ini dilakukan perbandingan antara sebelum dan sesudah perbaikan,
perhitungan uji selisih dua proporsi.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa divisi painting merupakan divisi yang
memiliki nilai sigma terendah, sehingga penelitian akan difokuskan pada divisi Painting.
4.2.1 Define
a. Pembentukan Tim Implementasi
1. Pernyataan Masalah: Besarnya persen cacat pada periode Januari - Juli 2009
menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan memperoleh pendapatan lebih
besar karena pengerjaan ulang.
2. Pernyataan Tujuan: Menurunkan jumlah cacat periode Agustus 2009.
b. Identifikasi SIPOC
Diagram SIPOC divisi painting dapat dilihat pada tabel 2.
70
Penerapan Metode Six Sigma...
Process
Supplier Input Output Customer
Line Toso Line D
• Degreasing • Hanging
• Water Rinse • Pre Degreasing PT
Sebagian Material dari
• Surface TOSO
besar Divisi Welding
Conditioning • Degreasing Berupa
berasal dari seperti Swing
Divisi Arm, Pipe • Phospating • Water Rinse barang
Welding. Comp Frame, • Surface setengah
Kick Starter, • Water Rinse Conditioning jadi
Holder Comp yang
• DI Water Rinse • Phospating dihasilkan
Handle, Pipe Divisi
• Oven 1 • Water Rinse proses.
Comp Swing. Assem
Sebagian • Penyusunan 1 • DI Water Rinse
lagi berasal bling
dari PT • Oven • C.E.D Epoxy
TOSO. Material dari • Painting 1 • DI Water Rinse
PT TOSO • Oven • Dry Oven
seperti New
• Penyusunan 2 • Setting 1
Jespa, NSB,
Sebagian G18 C Body, • Oven • Painting 1
lagi berasal G16 N Top, • Painting 2 • Setting 2
dari pabrik Lifty SBOMB. • Oven • Painting 2
cat,
thinner, • Checking FG • Setting 3
neorever Bahan baku
• Packing • Bake Oven
dan bahan - dari perusahaan
• Check Random
bahan luar seperti cat,
QC
lainnya. thinner,
neorever. • Checking FG
• Packing
71
Vol. 9 No. 17, Mei – Agustus 2010
a. Control Chart
Setelah dilakukan perhitungan dan plot data proporsi ke dalam peta kendali
terlihat bahwa data belum berada dalam batas kendali. Dilanjutkan dengan perhitungan
kapabilitas proses (Cp) untuk mengetahui kemampuan dalam menghasilkan produk yang
tidak cacat.
Cp = 1 - p =1 - 0,000709562 = 0.99929
72
Penerapan Metode Six Sigma...
Dari data jumlah produksi dan cacat pada divisi painting selama 7 (tujuh) bulan
(Januari 2009 – Juli 2009) pada Tabel 4, berikut ini diberikan data jumlah produksi dan
cacat menurut jenisnya pada divisi painting:
Melalui tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis cacat kasar merupakan jenis cacat
dominan yang terjadi dalam proses produksi, yaitu sebesar 77,5 %. Sedangkan cacat
minyak sebesar 8,7 %, cacat meleleh sebesar 8,5 %, dan cacat tipis sebesar 5,4 %.
Berdasarkan hasil tersebut, maka dalam penelitian difokuskan pada cacat kasar.
73
Vol. 9 No. 17, Mei – Agustus 2010
74
Penerapan Metode Six Sigma...
75
76
Dari nilai RPN (Risk Priority Number), terlihat bahwa faktor penyebab cacat
kasar yang memiliki bobot terbesar adalah gumpalan bahan cat yang mengering dan
frekuensi pembersihan yang terlalu lama. Kemudian faktor yang berada di urutan
berikutnya yaitu kurangnya disiplin dalam menjalankan instruksi kerja, ketidaktelitian
QC Welding dalam memeriksa material, ruangan spray berdekatan dengan jalur forklift,
sekat kurang menutupi ruangan spray, serat sarung tangan yang menempel pada part,
kecerobohan operator dalam membersihkan sisa amplas, job description yang banyak,
dan rambut operator yang tidak berpelindung.
c. Improve (Memperbaiki)
Tahap ini merupakan tahapan untuk menyempurnakan kinerja proses yang ada
saat ini, dengan melakukan perbaikan terus–menerus (continuous improvement). Pada
tahap ini diberikan usulan rancangan perbaikan dan 5W – 1H.
Metode 5W – 1H adalah what (apa), why (mengapa), where (di mana), when
(kapan), who (siapa), how (bagaimana). Pengembangan rencana tindakan perbaikan atau
peningkatan kualitas Six Sigma dapat menggunakan metode ini. Tabel metode 5W – 1H
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6. Metode 5W – 1H
Dari sepuluh rekomendasi tindakan perbaikan yang disarankan, terdapat hal yang
tidak dapat dijalankan, seperti mengubah layout pabrik untuk meminimalkan debu yang
berpotensi menimbulkan cacat kasar.
76
4.2.4 Implementasi
Kegiatan implementasi dilakukan pada Agustus 2009 selama empat minggu.
Seluruh usulan dilakukan secara bersamaan, dengan tidak mengganggu jalannya proses
produksi. Berdasarkan hasil implementasi, dapat dilihat perubahan yang terjadi seperti
berikut:
Selain data jumlah produksi dan cacat, kinerja kerja pada divisi painting pun
mengalami perubahan yang semakin baik dibandingkan dengan sebelum dilakukan
perbaikan. Berikut ini diberikan tabel perbandingan kinerja yang terjadi antara sebelum
perbaikan dengan setelah perbaikan:
Implementasi
No. Kegiatan
Sebelum Sesudah
Menggunakan thinner Selang spray tidak bersih Selang spray lebih
1 murni melarutkan seutuhnya, masih tersisa bersih, tidak ada lagi
gumpalan cat gumpalan cat kering gumpalan cat kering
Preventive Jadwal pembersihan Mesin, peralatan, dan
Maintenance secara kurang efektif, kurang lingkungan menjadi
2 efektif pada setiap tepat waktu sehingga lebih bersih,
bagian produksi sesuai mesin, peralatan, dan mengurangi jumlah
kebutuhan lingkungan sangat kotor produk cacat
Mendidik driver agar Driver membawa forklift Driver membawa
tidak membawa forklift dengan kecepatan tinggi, forklift lebih pelan
3
dengan kecepatan asap menerbangkan sehingga debu ringan
tinggi kotoran sekitar tidak mudah terbang
Mengganti dengan Serat sarung tangan non Serat sarung tangan
4 sarung tangan berbahan katun sering rontok dan tidak mudah lepas,
katun menempel produk lebih bersih
Memberikan sekat
Debu yang berterbangan
lebih tinggi untuk
sering masuk ke dalam Ruang spray lebih
5 mencegah debu ringan
ruang spray dan terjaga dan bersih
masuk dari area
mengotorinya
terbuka
Perlu dilakukan Sisa amplas masih Sisa-sisa tersebut
6 pengecekan ulang banyak yang menempel dibersihkan sebelum
setiap produk pada produk di cat
77
78
Implementasi
No. Kegiatan
Sebelum Sesudah
Briefing harus Tidak semua operator Briefing awal
7 disampaikan atasan mengikuti briefing dijalankan dengan
dengan lebih tegas dengan baik lebih baik
78
Tabel 9. Jumlah produksi dan cacat Juli 2009 dan Agustus 2009
Hal ini menunjukkan bahwa biaya COPQ sebelum dan sesudah perbaikan
mengalami penurunan. Hal ini berarti bahwa setelah dilakukannya perbaikan, biaya yang
dikeluarkan untuk kualitas buruk menurun, tindakan perbaikan yang dilakukan berhasil
meminimalkan biaya akibat kualitas buruk.
Implementasi
Kriteria
Sebelum Sesudah
Jumlah Produksi 2949683 368902
Jumlah Cacat 2262 168
79
80
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis serta implementasi
yang telah dilakukan pada perusahaan adalah:
1. Dari nilai – nilai sigma yang telah diperhitungkan, diperoleh bahwa divisi yang
memiliki nilai sigma terendah adalah divisi painting, yaitu 5,095.
2. Dengan melakukan perhitungan menggunakan peta kendali p, terlihat bahwa kondisi
belum berada dalam keadaan terkendali. Dari hasil tersebut juga didapatkan nilai Cp
sebesar 0,99929.
3. Jenis cacat terdominan yang terdapat di divisi painting adalah jenis cacat kasar.
4. Menurut hasil Fishbone, didapatkan bahwa akar penyebab dominan yang menyebabkan
cacat kasar pada divisi painting adalah gumpalan cat yang mengering.
5. Usulan yang diberikan untuk mengurangi cacat produk dapat meningkatkan level sigma
dari 5,095 menjadi 5,29. Kemampuan proses (Cp) meningkat dari 0,99929 menjadi
0,999544. COPQ menurun dari Rp Rp 617.600,- menjadi Rp 518.784,-. Target cacat
yang diharapkan sebesar 0,05 % pun tercapai setelah dilakukan perbaikan.
REFERENSI
[1]. Gyna, Frank M., “Quality Planning and Analysis”, McGraw-Hill International
Edition, New York, 2001.
[2]. Perhimpunan Manajemen Mutu Indonesia, “Total Quality Management”,
IQMA, 1996.
[3]. Tjiptono, Fandy, Anastasia Diana, “Total Quality Management”, Andi, Yogyakarta,
1995.
[4]. Dale H. Besterfield, “Quality Control fifth edition”, Prentice Hall, New Jersey, 1995.
[5]. Gaspersz, Vincent, “Total Quality Management”, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2002.
[6]. Walpole, Myers, “Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan”, ITB,
Bandung, 1995.
[7]. Gasperz, Vincent, “Statistical Process Control”, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2006.
80