Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Mery Purnamasarie
NRP. I34070022
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
ii
ABSTRAC
RINGKASAN
Tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 237 juta jiwa dengan
jumlah angkatan kerja sebanyak 116,5 juta jiwa atau 49% dari total penduduk
(BPS,2010). Berdasarkan pekerjaan utama sebagian besar penduduk bekerja di
sektor pertanian, antara Tahun 2005 ke Tahun 2010 persentase menurun dari 43%
menjadi 38%, secara mutlak jumlahnya bertambah (BPS,2011). Salah satu tujuan
pengembangan kelapa sawit adalah untuk membuka lapangan pekerjaan. Ekspansi
lahan sebagai cara meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan, tidak saja
melalui perluasan daerah tetapi juga perubahan komoditas tanaman perkebunan.
Berbeda dengan pulau-pulau di luar Jawa, pengembangan perkebunan kelapa
sawit di Jawa diuntungkan oleh daerah dekat pusat pemerintahan, kemudahan
akses informasi meningkatkan kesempatan akses trasportasi serta tersedianya
tenaga kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis dan
menjelaskan tentang; 1) Kesempatan kerja pada penduduk desa di dalam
perkebunan di bidang pertanian dan non pertanian pinggiran perkebunan bagi
laki-laki dan perempuan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja
penduduk desa dalam perkebunan.
Penelitian ini difokuskan pada dua desa yang berada di sekitar perkebunan
yaitu Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari. Kemudian memilih kampung yang
berada di dalam dan luar perkebunan untuk mengetahui kesempatan kerja
penduduk. Kampung Dalam adalah Kampung Cimulang Ujung dan Gunung
Leutik. Kampung Luar adalah Kampung Ciheleut dan Hulurawa. Penelitian
dilakukan selama Maret – Mei 2011. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pemilihan informan dilakukan secara
purposive dengan teknik snowball sampling. Pemilihan responden dilakukan
dengan teknik random sampling. Informan yang digunakan jumlahnya tidak
terbatas selama informasi yang dibutuhkan sudah cukup memenuhi, sedangkan
responden yang digunakan sebanyak 30 rumah tangga untuk setiap kampung jadi
jumlah total responden adalah 120 rumah tangga. Data yang dikumpulkan berupa
data sekunder dan primer yang diperoleh dari literature, pengamatan, wawancara
mendalam dan kuesioner. Data yang diperoleh akan diolah dengan proses editing,
coding, entry, cleaning, dan analisis data dengan menggunakan program microsoft
excel dan teknik tabulasi silang.
Kesempatan Kerja Penduduk sebelum komoditas sawit banyak yang
bekerja di perkebunan baik laki-laki dan perempuan. Setelah perubahan
komoditas menjadi sawit kesempatan kerja penduduk menurun bahkan untuk
perempuan hampir tidak ada sama. Tidak terbukti salah satu tujuan
pengembangan kelapa sawit yaitu meningkatkan lapangan pekerjaan.
Kenyataannya setelah sawit menurunkan kesempatan kerja penduduk dan semakin
tinggi kesempatan kerja penduduk di luar perkebunan yang lebih menarik.
iv
Oleh :
Mery Purnamasarie
NRP. I34070022
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS
KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
vi
LEMBAR PENGESAHAN
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Mery Purnamasarie
I34070022
viii
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
anugerah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
atau skripsi dengan sebaik-baiknya. Skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kesempatan Kerja pada Penduduk di Desa dalam
Perkebunan Sawit ini mengupas tentang kesempatan kerja penduduk desa
pinggir dan dalam perkebunan terhadap sektor pertanian, perkebunan dan non
pertanian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Semoga penulisan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkan.
Mery Purnamasarie
I34070022
x
1. Ibunda tersayang dan tercinta Tatik Herlina yang telah mengiringi setiap
langkah dengan doa dan semangat, serta Ayahanda tercinta Saputro yang
selalu mendukung penulis baik moril maupun materil , dan saudara-
saudara kandung penulis Hesti widiartik, Oktovin Hermanto, Ririn
saputri, Nur Azizah Saputri yang selalu memberi motivasi untuk
berusaha dan memberikan yang terbaik.
2. Dosen Pembimbing Skripsi, Ir. Melani Abdulkadir-Sunito,M.Sc. yang
telah membimbing, memberi saran dan kritik yang membangun, serta
motivasi kepada penulis sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Dosen Uji Petik Skripsi, Ir. Fredian Tony, MS. Dosen Penguji Utama
Sidang Skripsi, Martua Sihaloho, SP, MS. Dan Dosen Penguji Sidang
Skripsi, Sofyan Sjaf, Msi. Yang telah memberikan koreksi dan saran
yang membangun agar skripsi bisa terselesaikan dengan baik.
4. Keluarga-keluarga di Desa Cimulang dan Desa Bantar sari (Keluarga
Bapak Azis, Bapak Atang, Bapak Maja, Bapak Feri, Bapak Umang,
Bapak Roni, Bapak Safrudin, Bapak Istikhori, dan Bapak Engkus) yang
sangat membantu penulis untuk mendpatkan informasi yang dibutuhkan
dari warga serta bimbingan dan araha agar dapat berinteraksi baik
dengan masyarakat.
5. Selurus penduduk kampung (Cimulang Ujung, Ciheleut, Gunung Leutik
dan hulurawa) yang telah bersedia menjadi responden dengan sambutan
yang hangat dan meluangkan waktunya untuk penulis.
6. Anak-anak kampung (Edon, Eli, Nuri dan Bocin) yang telah bersedia
menemani penulis kerumah-rumah warga kampung.
xi
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xvii
DAFTAR TABEL
No Hal
DAFTAR GAMBAR
No Hal
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1 Pelaksanaan Penelitian ………………………………………. 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
www. kkp.go.id /data-pengangguran-di Indonesia.html di akses 10 Juni 2011
2
Tabel 1. Penduduk Usia Produktif berdasarkan SUPAS 2005 dan SENSUS 2010,
Tahun 2010.
Jenis Kegiatan SUPAS 2005 SENSUS 2010
Jumlah penduduk Indonesia 218.868.791 237.641.326
Jumlah Penduduk Usia 15 + 158.491.396 172.070.339
(% dari total penduduk) (72,4) (72,4)
Angkatan Kerja 105.857.653 116.527.547
(% dari total penduduk) (48,6) (49,0)
a. Bekerja 93.958.387 108.207.767
b. Pengangguran 11.899.266 8.319.779
Terbuka
c. Reit Partisipasi 66,8 67,7
angkatan Kerja
(RPAK)
d. Reit 11,2 7,3
Pengangguran(RP)
Bukan Angkatan Kerja 52.633.743 55.542.793
(% dari total penduduk) (24,0) (23,4)
a. Sekolah 13.581.943 14.011.778
b. Mengurus Rumah 30.619.529 32.971.456
Tangga
c. Lainnya 8.432.271 8.559.559
*Sumber: Data Statistik 2011
Keterangan :
a. RPAK = Ʃ Angkatan Kerja : Ʃ Penduduk 15+ X 100
b. RP =Ʃ Pengangguran : Ʃ Angkatan Kerja X 100
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
sebagian penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan
sebagian pegawai swasta. Untuk golongan ini pun, pendapatan yang diterima
tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebagian besar penduduk
dalam usia pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi dan tetap digolongkan
sebagai tenaga kerja (Simanjuntak, 1998)
Banyaknya pencari kerja dibandingkan dengan banyaknya angkatan kerja
adalah indikator tinggi rendahnya penggangguran di suatu wilayah dan waktu
tertentu. Lipsey, et.al., (1997) menyebutkan bahwa angka pengangguran akan
fluktuasi dari tahun ketahun karena perubahan pada angkatan kerja, tidak persis
diimbangi oleh perubahan pada kesempatan kerja. Kesempatan kerja berubah
karena adanya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan beberapa sektor dalam
perekonomian menurun dan sektor-sektor lain berkembang.
Novianto (1999), menyatakan bahwa kesempatan kerja pertanian di daerah
pedesaan semakin menurut akibat berkurangnya lahan dan daya tarik perkotaan
dengan beragam pekerjaan yang lebih nyaman dibandingkan di pedesaan.
Budiharsono (1996) yang melakukan penelitian tentang transformasi struktural
dan pertumbuhan ekonomi antar daerah di Indonesia 1967-1987 menyatakan
bahwa transformasi struktur produksi dan perubahan tenaga kerja antara daerah
berbeda dengan pola normalnya, hal ini disebabkan relatif kecilnya keterkaitan
antara sektor pertanian dengan sektor non pertanian baik dalam proses produksi
maupun penyerapan tenaga kerja. Selama proses transformasi, sektor industri (non
pertanian) sedikit menggunakan bahan baku dari sektor pertanian juga sektor
industri kurang dapat menyerap tenaga kerja yang bergeser dari sektor pertanian.
Swasono dan Sulistyaningsih (1993) menyatakan bahwa, pada umumnya
perubahan struktur di bidang ketenagakerjaan mempunyai dua arti, yaitu (1)
perubahan struktur tenaga kerja dalam arti sektoral (seperti halnya pada perubahan
struktur ekonomi); (2) perubahan struktur tenaga kerja dari sektor tradisional ke
sektor modern. Menurut konsep ini, perubahan struktur dalam arti yang pertama
diartikan sebagai distribusi kesempatan kerja pada setiap sektor dari waktu ke
waktu. Sedangkan dalam pengertian yang kedua dianggap bahwa perlu mencari
suatu titik yang dikenal sebagai dengan turning point, yang akan terjadi apabila
upah di sektor non pertanian dan pertanian adalah sama secara relatif. Keadaan ini
9
dapat memberi pilihan pada penduduk untuk mempunyai sikap indifferent untuk
bekerja di sektor pertanian atau non pertanian
disebabkan karena kegiatan memasak adalah kegiatan utama dan biasa dilakukan
oleh wanita.
Stereotipe penduduk tentang posisi dan kedudukan antara laki-laki yang
berbeda menimbulkan pembagian pekerjaan yang turun temurun di penduduk.
Laki-laki melakukan kegiatan produktif dan istri untuk melakukan kegiatan
reproduktif. Hartomo (2007) menyatakan bahwa kelembagaan yang ada di
penduduk didominasi oleh laki-laki karena perempuan tidak memiliki banyak
waktu setelah melakukan kegiatan reproduktif. Informasi yang diterima juga
berbeda karena laki-laki yang memiliki lahan dan melakukan kegiatan di bidang
pertanian mendapatkan penyuluhan hampir semuanya adalah laki-laki. Kondisi
perempuan yang terkadang lemah pada saat akan menstruasi, hamil bahkan
melahirkan menjadi alasan perusahaan perkebunan negara maupun swasta
mempertimbangkan pekerjaan yang akan mereka berikan kepada perempuan
(Sukesi, 2003). Alasan berkait kondisi perempuan juga berpengaruh terhadap
status mereka di perkebunan dengan mempekerjakan perempuan sebagai pekerja
harian lepas bukan menjadi pegawai tetap. Akibat dari itu fasilitas yang diterima
(pekerja harian lepas) terbatas.
Salah satu kendala di sektor pertanian adalah rendahnya produktivitas
tenaga kerja, sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan dan usia yang
sudah relatif tua. Sedangkan tenaga kerja muda yang enerjik, progresif, dan lebih
berpendidikan cenderung tidak bekerja di sektor pertanian (Suryana, 1989 dalam
Fudjaja, 2002) . Beberapa faktor yang diduga menyebabkan tenaga kerja muda
dan yang berpendidikan lebih tinggi tidak memilih sektor pertanian sebagai
lapangan kerja utama, antara lain: 1) terbatasnya kesempatan kerja bagi yang
berpendidikan lebih tinggi, 2) sektor pertanian pada umumnya tidak bisa
mendatangkan pendapatan dalam waktu singkat, 3) usaha pertanian mengandung
banyak resiko, 4) pendapatan yang diperoleh dari sektor pertanian lebih rendah
dari yang diharapkan, dan 5) kurangnya status sosial dan kenyamanan kerja
karena kesan usaha pertanian yang kumuh (Swastika dan Kustiari, 2000)
Faktor produksi tenaga kerja berkualitas (memiliki produktif tinggi) sangat
menentukan tingkat pendapatan. Pendapatan akan memberikan efek pengganda
terhadap pembangunan dalam bentuk investasi dan pengeluaran, dan keduanya
11
Faktor Internal
Keterangan :
a. Jenis Kelamin
b. Umur : Terdapat hubungan
c. Pendidikan
d. Status sosial
Kesempatan Kerja
Beragam Sektor
BAB III
METODE PENELITIAN
yang terkait dengan keberadaan PTPN VIII dan berdiskusi pihak-pihak praktis
PTPN VIII
Pemilihan kampung dari setiap desa ditentukan secara purposive dengan
mempertimbangkan letak kampung apakah di dalam atau di luar perkebunan
(letak geografis) dan juga akses terhadap transportasi umum. Hal tersebut
digunakan untuk melihat kesempatan kerja masyarakat yang berada dalam
perkebunan atau pinggir perkebunan. Kampung Dalam perkebunan adalah
Kampung Cimulang Ujung di Desa Cimulang dan Kampung Gunung Leutik di
Desa Bantar Sari. Kampung Luar perkebunan adalah Kampung Ciheleut di Desa
Cimulang dan Kampung Hulurawa di Desa Bantar Sari.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data primer.
Data primer merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara mendalam
yang dilakukan dengan informan dan penyebaran kuisioner kepada responden,
disamping itu data primer juga didapatkan peneliti selama di lapangan. Sedangkan
data sekunder merupakan data yang didapatkan dari dokumen-dokumen tertulis
baik yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi yang instansi terkait.
Untuk menghindari adanya distorsi pesan, maka peneliti setelah melakukan
wawancara mendalam dengan informan, peneliti menulis kembali hasil
23
wawancara dalam bentuk catatan harian. Catatan harian atau catatan lapangan
adalah instrumen utama yang melekat pada metode-metode pengumpulan data
kuantitatif (Sitorus, 1998).
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Desa Cimulang dan Desa Bantar Sari merupakan dua desa dari tujuh desa
yang berada dalam Kecamatan Rancabungur Kabupaten Bogor.
2
Data curah hujan tersebut tercatat di Desa selama 10 tahun terakhir, namun
berkemungkinan besar
25
Luas wilayah Desa Cimulang 434 hektar lebih besar dibandingkan Desa
Bantar Sari 343,41 Ha. Sekitar 75 persen luas tanah di kedua desa itu (300 hektar
di Cimulang dan 256 Ha di Bantar Sari) merupakan tanah HGU (Hak Guna
Usaha) dari PTPN VIII untuk perkebunan sawit. Dari luas itu di Cimulang tidak
ada perkebunan milik rakyat sedang di Bantar Sari ada seluas 23,23 hektar namun
diperkirakan luas sawah dalam 10 tahun terakhir telah berkurang karena berubah
fungsi menjadi rumah warga. Desa Bantar Sari memiliki sawah lebih luas (60,9
hektar) dibandingkan lahan kering (3,28 hektar).
Berdasarkan data kelompok umur dari dua desa tersebut dapat dilihat
jumlah persentase usia anak-anak (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun), usia
lanjut (>64 tahun) dari kedua desa hampir sama. Penduduk usia 0-14 tahun di
26
Tabel 4. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Desa Cimulang dan Desa Bantar
Sari, Tahun 2011 (dalam Persen).
Tingkat Pendidikan Cimulang Bantar Sari
% %
pertanian, di Cimulang sebagian besar adalah buruh tani sedangkan di Bantar Sari
hampir seimbang antara petani pemilik dan buruh tani.
Persentase penduduk yang bekerja di bidang pertanian perkebunan sedikit
lebih banyak di Desa Cimulang di banding Bantar Sari. Namun dari data
keduannya jumlah buruh dan pergawai tetap dari masing-masing desa tersebut
relatif sama.Demikian juga persentase penduduk Cimulang yang bekerja pabriki.
10,8 persen dibanding 4,5 persen persentase jumlah pengangguran Bantar Sari
labih kecil dibandingkan Cimulang. Hal tersebut menunjukkan pekerja serabutan
di Cimulang lebih besar di bandingkan.
Tabel 5. Penduduk menurut Mata Pencaharian Desa Cimulang dan Desa Bantar
Sari, Tahun 2011 (dalam Persen).
Tabel 8. Penduduk Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam
Persen).
Penduduk Kampung Dalam Bantar Sari
pencaharian bagi keluarga yang memiliki lahan dengan membuat empang sebagai
petani ikan. Khususnya penduduk RT 2 banyak yang bekerja baik sebagai pemilik
empang maupun buruh. Namun jumlah air setiap tahun mengalami penurunan.
Di kampung lain biasanya bila 1 bulan tidak turun hujan maka penduduk akan
mencari air ke kampung Cimulang Ujung
Penduduk Kampung Gunung Leutik hanya 3 orang yang bekerja sebagai
mandor perkebunan sisanya bekerja serabutan, tetapi tidak ada penduduk yang
bekerja sebagai buruh harian lepas perkebunan. Kondisi kampung diperparah
dengan tidak ada fasilitas jalan kecamatan. Beberapa jalan setapak hanya mampu
dilalui motor, tetapi juga tidak ada sumber daya alam yang bisa diandalkan seperti
situ dan empang dan hanya terdapat sedikit lahan pertanian. Penduduk yang
bekerja di pertanian biasanya bekerja ke luar kampung. Banyak penduduk desa
yang mengganggur karena besarnya biaya yang dikeluarkan untuk bekerja ke
kota sama dengan penghasilan yang mereka dapat seperti buruh bangunan atau
penjaga toko. Tahun ini Kampung Gunung Leutik mendapatkan proyek
pembangunan jalan (paving jalan) dari PNPM dan bantuan mandiri oleh seorang
pendatang untuk membangun jalan di dalam kampung. Meskipun lebar jalan
tersebut hanya sekitar 0,75 meter, hal tersebut sangat mempermudah mobilitas
penduduk terlebih di musim penghujan. Tidak setenang Kampung Cimulang,
kampung ini sering bergejolak dengan perusahaan . Salah satunya akibat ulah
penduduk yang suka mencuri sawit dan memindahkan batas perkebunan sehingga
perusahaan merasa dirugikan. Kampung ini pernah melakukan demo terhadap
perusahaan (tahun 1998, 2001,2002) karena upah dan perlengkapan kerja yang
diberikan sangat minim. Namun demo tidak berlanjut semenjak para penggerak
demo dijadikan pekerja tetap perkebunan.
Kondisi ekonomi penduduk di Kampung Ciheleut ini terlihat jauh lebih
baik dari Kampung Hulurawa. Penduduk Kampung Ciheleut yang bekerja di
perkebunan lebih banyak dibandingkan penduduk Kampung Hulurawa (3orang
dibanding 1 orang) sebagai mandor . 20 Kepala Keluarga (K K) sebagai Pegawai
Negeri Sipil dan sisanya adalah buruh, petani dan pekerja serabutan lain. Namun
hampir semua yang bekerja sebagai PNS dan mandor perkebunan bukan
merupakan orang asli Kampung Ciheleut. Pelatihan-pelatihan tidak hanya
34
BAB V
Salah satu tujuan ekspansi lahan atau pun perubahan komoditas tanaman
menjadi perkebunan sawit adalah meningkatkan lapangan pekerjaan masyarakat.
masyarakat dalam dan masyarakat luar perkebunan merupakan pihak-pihak yang
paling merasakan perubahan kesempatan kerja perkebunan terutama masyarakat
dalam perkebunan. Perubahan kebijakan ataupun komoditas perkebunan sangat
mempengaruhi kesempatan kerja yang bisa mereka dapatkan di kampung mereka.
Kesempatan kerja pada setiap daerah tersebut menunjukkan keragaman dan
besarnya peluang kerja masyarakat yang tersedia di kampungnya ataupun dari
wilayah lain yang mampu menciptakan pekerjaan bagi masyarakat. Secara jelas
perbandingan kesempatan kerja masyarakat Kampung Cimulang Ujung, K.
Ciheleut, Kampung Gunung Leutik dan Kampung Hulurawa dapat diamati
berdasarkan jenis kelamin dan perubahan antar waktu (sebelum dan sesudah
komoditas sawit) sebagai berikut.
“Bingung mau ngpaian lagi teh, cari kerja susah buat tamatan SD
gini. Kalau ada cuman ke pasar. Itu juga gaji ma ongkos tipis
banget jadi gak diijinan orang tua. Jadi nikah aja biar gak jadi
beban orang tua terus. Lagian kalau nikah bisa minta ma
suami”(Neng ima, pemuda kampung Cimulang Ujung)
Tabel 14. Penduduk menurut Akses Informasi di Kampung Dalam dan Luar,
Tahun 2011 (dalam Persen).
Akses Informasi Kampung Dalam Kampung Luar
C. ujung G. Leutik Ciheleut Hulurawa
Mudah 38,7 37 68,8 66
Sulit 61,3 63 31,2 34
Jumlah 100 100 100 100
Tabel 17. Kesempatan Kerja Perempuan dan Laki-Laki Usia 15 Tahun ke atas di
Kampung Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen).
Kesempatan Kerja Kampung Dalam Kampung Luar
C. Ujung G. Leutik Ciheleut Hulurawa
PR LK PR LK PR LK PR LK
Pertanian pangan dan 2,7 10,7 4,8 17,7 0 4,3 6 46
perikanan
Pertanian-Perkebunan 0 6,7 0 4,8 0 4,3 0 0
Non Pertanian Sekunder 0 4 3,2 8,1 4,3 14,3 2 8
Non Pertanian tersier 14,7 61,3 8,1 53,2 15,7 57,1 2 36
Jumlah 100 100 100 100
Keterangan :
PR = Perempuan, LK = Laki-laki
laki dan perempuan semuanya sebagai buruh sedangkan pemilik lahan adalah
penduduk kampung Hulurawa.
Kondisi desa yang tertinggal dan terletak di tengah perkebunan membuat
penduduk dalam perkebunan berusaha lebih kuat dibandingkan penduduk di luar
perkebunan. Terlihat persentase penduduk dari Kampung Gunung Leutik yang
bekerja di pabrik hampir sama dengan Kampung Luar. Mereka bekerja sebagai
pembantu atau pegawai dapur pabrik. Tidak ada pilihan lain untuk tetap bertahan
di pabrik tersebut meskipun usia mereka telah lanjut. Menurut Ibu Mina yang
telah bekerja selama 30 tahun di pabrik X, ibu Mina sulit untuk meninggalkan
pekerjaan tersebut karena tidak ada pilihan lain terlebih sebagai wanita kepala
rumah tangga yang memiliki 13 anak. Nasib Ibu Saini tidak begitu baik setelah 3
kali menikah dia ditinggal pergi oleh suami tetapi harus merawat anak seorang
diri. Berikut penuturan Ibu Saini :
Tabel 18. Kesempatan Kerja Perempuan Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung
Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen).
Kesempatan Kerja Kampung Dalam Kampung Luar
C. Ujung G. Leutik Ciheleut Hulurawa
sblm Stlh sblm stlh sblm stlh sblm stlh
Pertanian pangan dan 0 30,8 0 50 0 6,3 30 40
perikanan
Pertanian-Perkebunan 30,8 0 31,1 0 6,3 0 0 0
Non Pertanian Sekunder 0 7,7 0 6,3 0 6,3 0 10
Non Pertanian tersier 15,4 46,2 18,8 25 12,5 56,3 50 40
Lain-lain 38,5 15,4 37,5 18,8 50 31,3 50 10
sekolah 15,4 0 12,5 0 31,3 0 10 0
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100
Keterangan :
Sblm = Sebelum penanaman sawit (Tahun 200),
Stlh = Setelah penanaman sawit (setelah Tahun 2000)
Tabel 19. Kesempatan Kerja Laki-Laki Sebelum dan Setelah Sawit di Kampung
Dalam dan Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen).
Kesempatan Kerja Kampung Dalam Kampung Luar
C. Ujung G. Leutik Ciheleut Hulurawa
sblm Stlh sblm stlh sblm stlh sblm stlh
Pertanian pangan dan 15 0 0 32,4 10,3 8,6 13,2 50
perikanan
Pertanian-Perkebunan 17,5 0 24,5 5,9 8,6 8,6 0 0
Non Pertanian Sekunder 30 65 41,2 53 22,4 55,2 36,8 0
Non Pertanian tersier 12,5 25 17,6 8,8 25,9 10,3 13,2 44,7
Lain-lain 12,5 25 17,6 8,8 25,9 10,3 13,2 5,3
sekolah 22,5 0 14,7 0 27,6 0 15,8 0
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100
Keterangan :
Sblm = Sebelum penanaman sawit (Tahun 200),
Stlh = Setelah penanaman sawit (setelah Tahun 2000)
“ Dulu saya pernah bekerja di garmen dan pabrik roti tapi setelah
10 tahun bekerja tidak ada yang bisa kumpulkan untuk ditabung.
Hanya mampu untuk menyewa 800 m2 sawah. Kemudian saya
memperoleh pinjaman dari keluarga istri saya yang kemudian
digunakan untuk menyewa sawah. Semakin luas lahan yang saya
kuasai secara bertahap keluar dari pabrik. Hingga sampai saat ini
saya memiliki 17 Ha lahan yang diperoleh dari gadai, sewa dan
membeli. Selain lahan tersebut keuntungan dari pertanian saya
mampu membuat kolam renang seluas ± 1 Ha sebagai media
rekreasi penduduk desa dan telah memiliki rumah yang cukup layak
“ (Bapak Sohip, Petani Hulurawa)
BAB VI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA
Tabel 20. Kesempatan Kerja menurut Jenis Kelamin di Kampung Dalam dan
Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen).
Jenis Kelamin Kampung Dalam Ʃ Kampung Luar Ʃ
PP P-Per PS PT PP P-Per PS PT
Laki-laki 13,6 6,1 6,1 74,2 100 25,7 3,0 13,9 47,4 100
Perempuan 22,2 0,0 11,1 66,7 100 68,4 0,0 21,1 10,5 100
Keterangan : PP = Pertanian Pangan - Perikanan, P-Per = Pertanian - Perkebunan,
PS = Non Pertanian Sekunder, PT = NonPertanian Tersier
49
Tabel 21. Kesempatan Kerja menurut Tingkat Pendidikan di Kampung Dalam dan
Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen).
Tingkat Kampung Dalam Ʃ Kampung Luar Ʃ
Pendidikan PP P- PS PT PP P- PS PT
Per Per
Tidak sekolah 14,3 0 0 85,7 100 20,0 0 0 80 100
SD 24,0 10,0 4,0 62,0 100 22,2 0 11,1 66,7 100
SMP 14,3 7,1 11,9 66,7 100 41,4 0 13,8 48,3 100
SMA dan Univ 0 0 23,0 77,0 100 17,6 4,4 17,6 68,3 100
Keterangan : PP = Pertanian Pangan - Perikanan, P-Per = Pertanian-Perkebunan,
PS = Non Pertanian Sekunder, PT = NonPertanian Tersier
Kampung Dalam keragaman kesempatan kerja antar sektor tinggi pada tingkat
pendidikan SMP, sedabgkan di tingkat SMA kesempatan kerja hanya pada sektor
non pertanian sekunder dan non pertanian tersier. Kampung Luar pada tingkat
pendidikan SMP kesempatan kerja di bidang pertanian pangan dan perikanan
meningkat pesat. Mengalami penurunan kembali di tingkat SMA dan Universitas
dimana keragaman kesempatan kerja antar sektor paling tinggi. Gambaran ini
menunjukkan tingkat pendidikan mempengaruhi kesempatan kerja, namun pola
kesempatan kerja antar sektor berbeda yang terjadi di Kampung Dalam dan
Kampung Luar.
6.1.3 Umur
Tabel 22 menunjukkan kesempatan kerja non pertanian tersier menjadi
pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh penduduk untuk semua golongan
umur sedangkan di sektor lain terjadi fluktuasi penurunan dan peningkatan
kesempatan kerja. Usia produktif muda (15-29 tahun) mayoritas bekerja di non
pertanian tersier. Usia produktif tengah (30-44 tahun) memiliki kesempatan kerja
yang lebih tersebar di beragam sektor. Usia produktif tua (45-59 tahun) bekerja di
sektor pertanian pangan- perikanan.
Tabel 22. Kesempatan Kerja menurut Umur di Kampung Dalam dan Kampung
Luar, Tahun 2011(dalam Persen).
Umur Kampung Dalam Ʃ Kampung Luar Ʃ
(tahun) PP P-Per PS PT PP P-Per PS PT
15-29 7,3 0 19,5 73,2 100 6,7 0 20 73,3 100
30-44 18,1 8,3 2,8 70,8 100 32,6 4,3 15,2 47,8 100
45-59 61,3 8,3 0 30,4 100 37,9 3,4 6,9 51,7 100
Semua 17,7 5,8 7,2 69,3 100 24,2 2,5 15 58,3 100
Umur
Keterangan : PP = Pertanian Pangan - Perikanan, P-Per = Pertanian-Perkebunan,
PS = Non Pertanian Sekunder, PT = NonPertanian Tersier
Pada usia 15-29 tahun penduduk Kampung Dalam dan Kampung Luar
bekerja di pertanian pangan dan perikanan, non pertanian sekunder dan non
pertanian tersier dengan perbandingan tiap kampung relatif hampir sama. Umur
30-44 tahun terjadi penurunan kesempatan kerja di sektor non pertanian tersier
51
dan sekunder, terutama penduduk di Kampung Luar terjadi penurunan dari 73,3
persen menjadi 47,8 persen (non pertanian tersier) dan 19,5 persen menjadi 2,8
persen di Kampung Dalam (non pertanian sekunder). Pada tingkat umur ini
kesempatan kerja meningkat di sektor pertanian-perkebunan di Kampung Dalam
dan Kampung Luar. Pada tingkat usia produktif 45-59 tahun terjadi peningkan di
sektor pertanian dan perikanan untuk Kampung Dalam dan Kampung Luar, tetapi
mengalami penurunan di tiga sektor lain yaitu pertanian-perkebunan, non
pertanian sekunder dan non pertanian tersier. Hal tersebut terjadi di usia tua
penduduk lebih memilih pekerjaan yang dekat dengan akses trasportasi.
Akibatnya penduduk Kampung Dalam yang bekerja di pertanian pangan-
perikanan dan pertanian-perkebunan tinggi, sedangkan penduduk Kampung Luar
bekerja di sektor pertanian pangan-perikanan dan non pertanian tersier.
Penyebaran kesempatan kerja penduduk Kampung dalam dan Kampung Luar
berbeda di semua sektor pada umur yang sama tetapi berbeda umur 15-29 tahun.
Penyebaran kesempatan kerja yang berbeda pada setiap tingkatan umur
menunjukkan kesempatan kerja penduduk di pengaruhi umur.
Tabel 24. Kesempatan Kerja menurut Akses Informasi Kampung Dalam dan Luar
Perkebunan, 2011 (dalam Persen).
Akses Kampung Dalam Ʃ Kampung Luar Ʃ
Informasi PP P-Per PS PT PP P-Per PS PT
Mudah 10,7 1,0 2,9 74,5 100 26,5 3,0 7,1 63,3 100
Sulit 5,7 20,0 20,0 54,3 100 13,6 0 50 36,4 100
Kampung Cimulang Ujung Kampung Ciheleut
Mudah 14,5 1,8 3,6 80 100 0,0 6,25 4,2 89,6 100
Sulit 10 20 5 65 100 13,6 0,0 50 36,4 100
Kampung Gunung Leutik Kampung Hulurawa
Mudah 29,8 0,0 2,1 68,1 100 52 0,0 10 38 100
Sulit 0,0 20 40 40 100 0,0 0,0 0,0 0,0 100
Keterangan : PP = Pertanian Pangan - Perikanan, P-Per = Pertanian-Perkebunan,
PS = Non Pertanian Sekunder, PT = NonPertanian Tersier
pertanian pangan dan perikanan juga cukup besar yaitu 24,2 persen (data lengkap
di Tabel 26). Berdasarkan data tersebut tidak ada perbedaan kesempatan kerja
yang ditunjukkan dari mudah dan sulitnya akses transportasi Kampung Dalam dan
luar, sehingga dapat disimpulkan akses transportasi tidak mempengaruhi
kesempatan kerja. Tetapi akses Transportasi dapat menjadi faktor antara untuk
kesempatan kerja dengan faktor internal dan eksternal, karena posisi desa didalam
dan di luar langsung mengidentifikasi mudah dan sulit akses transportasi. Sulinya
akses trasportasi menyebabkan kesulitan keluar kampung untuk menempuh
pendidikan keluar, informasi terbatas, umur tua lebih memilih bekerja di dalam
kampung, dan sedikit perempuan maupun laki-laki yang bekerja keluar kampung.
Tabel 26. Kesempatan Kerja menurut Akses Transportasi Kampung Dalam dan
Kampung Luar, Tahun 2011 (dalam Persen).
Akses Kampung Dalam Ʃ Kampung Luar Ʃ
Trasportasi PP P-Per PS PT PP P-Per PS PT
Mudah 0,0 0,0 0,0 0,0 100 24,2 2,5 15 58,3 100
Sulit 17,5 5,8 7,3 69,3 100 0,0 0,0 0,0 0,0 100
Keterangan : PP = Pertanian Pangan - Perikanan, P-Per = Pertanian-Perkebunan,
PS = Non Pertanian Sekunder, PT = NonPertanian Tersier
56
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Desa Cimulang dan Desa Bantarsari 75 persen wilayahnya berada di
dalam area perkebunan kelapa sawit. Kampung yang seluruh wilayhnya dalam
perkebunan (Kampung Dalam ) dan sulit akses trasportasi. Kampung yang
sebagian kecil wilayahnya dalam perkebunan (Kampung Luar) dan akses
trasportasi mudah. Jumlah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja penduduk
Kampung Dalam lebih besar di bandingkan Kampung Luar, sedangkan
kesempatan kerja di dalam kampung kecil begitu juga di luar. Penduduk
Kampung Luar memiliki kesempatan kerja yang besar untuk di dalam dan diluar
kampung.
Penduduk perempuan usia produktif (15+ tahun) pada Kampung Dalam
dan Kampung Luar perkebunan hanya sedikit yang terlibat dalam kegiatan
produktif dibandingkan laki-laki. Perempuan mayoritas berada pada posisi ibu
rumah tangga atau pengguran, sedangkan laki-laki usia produktif lebih banyak
bekerja di sektor pertanian tersier . Konversi komoditas karet menjadi kelapa
sawit semakin mengurangi keterlibatan perempuan di sektor produktif (bahkan
ntidak ada). Perempuan pekerja karet beralih kesektor lain, seperti pertanian
pangan dan perikanan kembali menjadi ibu rumah tangga. Kesempatan kerja laki-
laki setelah sawit tidak jauh berbeda dengan perempuan, tetapi masih ada
beberapa orang bekerja di perkebunan. Berbeda dengan kampung yang memiliki
sumberdaya lahan cukup seperti Hulurawa sehinngga kesempatan kerja di bidang
pertanian pangan dan perikanan tinggi. Penduduk tidak mau bekerja di pekebunan
karena upah rendah (Rp. 8.000 dibandingkan Rp. 15.000 jam kerja sama)
dibandingkan pertanian pangan dan perikanan.
Faktor internal yang mempengaruhi kesempatan kerja adalah jenis
kelamin, pendidikan, umur dan satus sosial. Kesempatan Kerja laki-laki dan
perempuan penduduk Kampung Luar dan Kampung Dalam memiliki kesempatan
kerja berbeda. Laki-laki memiliki kesempatan kerja di semua sektor sedangkan
perempuan tidak, terutama untuk kesempatan kerja di pertanian-perkebunan.
57
7.2 Saran
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran
yaitu :
1. Pemerintah lebih memperhatikan sarana trasportasi jalan desa yang
terdapat di Kampung Dalam, sehingga fasilitas jalan yang sudah
sangat sempit masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
keluar kampung terutama disaat musim hujan dan malam hari.
Fasilitas Jalan yang baik akan mempermudah masyarakat untuk
keluar kampung mencari pekerjaan.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penelitian
kesenpatan kerja penduduk perkebunan sawit terutama
membandingkan kesempatan kerja penduduk perkebunan sawit di
pulau Jawa dan kesempatan kerja penduduk perkebunan sawit di
luar pulau Jawa
59
DAFTAR PUSTAKA
Fudjaja, Letty. 2002. Dinamika Kesempatan Kerja Sektor Pertanian Dan Industry
Di Sulawesi Selatan. (Thesis). Ilmu Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
LAMPIRAN
63
LAMPIRAN 1
Gambar 2
PETA DESA RANCAK BUNGUR
U
Gambar 3
Gambar 4
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 7. Fasilitas Jalan di Kampung Luar Gambar 8. Fasilitas Jalan di Kampung Dalam
Gambar 9.Kondisi Rumah Warga di Kampung Gambar 10. Fasilitas Koperasi Pertanian di
Dalam Kampung Luar
68
Gambar 11. Pekerja Memanen Sawit Gambar 12. Pupuk Kandang untuk
Pertanian di Kampung Luar
Gambar 13. Ibu-Ibu Pulang Setelah Menjadi Gambar 14. Penduduk Menjemur Hasil Panen
Buruh
Gambar 17. Membuat Sapu Lidi di Kampung Gambar 18. Usaha perdagangan
Dalam