Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 02 Agustus 2013.
ABSTRACT
This study aims to: (1) determine the negative effect of Gross Domestic Product (GDP) on the poverty in
the Central of Java in the period year of 2005-2010, (2) determine the negative effect of the education rate on
the poverty in the Central of Java in the period year of 2005-2010, (3) determine the negative effects of
unemployment rate on the poverty in the Central of Java in the period year of 2005-2010. The method used is
the method of multiple linear regression analysis (Ordinary Least Squares Regression Analysis) using panel
data through fixed effects approach (Fixed Effects Model) with the help of software of E-Views 6. The data
obtained from the Central Statistics Agency (CSA) in the of Central Java.
The results showed that the GDP variable is negative and significant effect on poverty in the Central of
Java, the education rate effect is negative and significant on poverty in the Central of Java, the unemployment
rate effect is positive and significant on poverty in the Central of Java. This is the basis for the information and
the policy considerations related parties to improve the system of growth and development in the Central of
Java in the country in particular and Indonesia in general. Therefore, the results of this study are expected to
provide a reference for the creation of growth and improvement of equitable development of all regions.
Keywords: Poverty rate, GDP, level of education, Unemployment Rate
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh negatif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010, (2) mengetahui pengaruh negatif tingkat pendidikan
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010, (3) mengetahui pengaruh negatif tingkat pengangguran
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan panel data
melalui pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model) dengan bantuan software E-Views 6. Data yang diperoleh
adalah dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan di Jawa Tengah, tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di
Jawa Tengah, tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah.
Hal tersebut kemudian yang menjadi dasar informasi dan pertimbangan kebijakan pihak-pihak yang berkaitan
untuk memperbaiki sistem pertumbuhan dan pembangunan di Jawa Tengah pada khususnya dan di negara
Indonesia pada umumnya. Oleh sebab itu, dari hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan mampu memberikan
referensi perbaikan demi terciptanya pertumbuhan dan pembangunan yang merata bagi semua daerah.
Kata kunci: Tingkat Kemiskinan, PDRB, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengangguran.
A. PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang merata. Pemerataan
pembangunan adalah pemerataan pembangunan pusat dan daerah seperti yang diharapkan dalam penyeleng-
garaan otonomi daerah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Peme-
rintah Daerah yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan daerah. Maka, pemerintah pusat
memberikan otonomi pemerintah daerah yang didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab
sehingga daerah memiliki kewenangan untuk mengatur kepemerintahan daerahnya berdasarkan aspirasi ma-
syarakatnya. Untuk keperluan tersebut diperlukan perencanaan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada. Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada empat faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, yaitu jumlah penduduk, jumlah modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat
pendidikan dan teknologi yang digunakan, meskipun pertumbuhan ekonomi dapat bergantung kepada banyak
faktor.
Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah yang termasuk dalam kriteria provinsi yang relatif tertinggal,
karena nilai pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapitanya masih berada dibawah nilai rata-rata pertumbuhan
ekonomi dan PDRB per kapita rata-rata nasional. Dalam suatu proses pertumbuhan ekonomi, salah satu
indikator yang digunakan untuk melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara atau wilayah
adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Melalui proses pertumbuhan ekonomi tersebut, dapat melihat
kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan dan dicapai di Jawa Tengah selama periode tertentu.
Laju pertumbuhan ekonomi dapat dikaitkan dengan laju pertumbuhan penduduk, karena pada prinsipnya
pertumbuhan ekonomi harus dinikmati oleh penduduk. Jumlah penduduk perlu diperhatikan, karena selain
sebagai subjek, penduduk juga merupakan objek pembangunan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada aspek
kependudukan akan mempengaruhi proses pembangunan serta tujuan yang hendak dicapai. Tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan peningkatan jumlah angkatan kerja yang cepat dan
menyebabkan jumlah lapangan kerja menjadi sempit atau sedikit. Hal ini dapat menyebabkan masalah
pengangguran yang ada di suatu daerah. Tingkat pengangguran yang tinggi di suatu daerah menunjukkan kurang
berhasilnya pembangunan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis ingin melakukan penelitian untuk mengetahui
pengaruh PDRB, tingkat pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Tengah selama
enam tahun terakhir dengan judul Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap
Kemiskinan Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2010. Berdasarkan judul tersebut, maka penulis akan
memfokuskan penelitian pada permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana pengaruh negatif PDRB terhadap
kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2010? (2) Bagaimana pengaruh negatif tingkat pendidikan
terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2010? (3) Bagaimana pengaruh negatif tingkat
pengangguran terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2010?. Dengan memperhatikan
rumusan masalah tersebut, maka penelitan ini bertujuan sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui pengaruh
negatif PDRB terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010, (2) untuk mengetahui pengaruh negatif
tingkat pendidikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010, dan (3) untuk mengetahui pengaruh
negatif tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010.
B. KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan
kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya, seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup
layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain, serta suramnya masa depan bangsa dan
negara. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara, terutama di negara berkembang
seperti Indonesia. Hal ini dikarenakan kemiskinan bersifat multidimensional, artinya karena kebutuhan manusia
itu bermacam-macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin akan aset,
organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan
sosial, sumber-sumber keuangan, dan informasi.
Menurut Sumitro Djojohadikusumo, pola kemiskinan ada empat yaitu, persistent poverty, cyclical poverty,
seasonal poverty, dan accidental poverty. Secara ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan
sumber daya yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang. Secara politik, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan yang
mempunyai pengertian tentang sistem politik yang dapat menentukan kemampuan sekelompok orang dalam
menjangkau dan menggunakan sumber daya. Secara sosial, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan
informasi dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan produktivitas.
Ukuran kemiskinan menurut Nurkse (1953) dalam Kuncoro, (1997) secara sederhana dan yang umum
digunakan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (Anonymous, 2012) Kemiskinan Absolut, Relatif dan Kultural.
Menurut Paul Spicker, penyebab kemiskinan dibagi menjadi empat mahzab, yaitu Individual explanation,
Familial explanation, Subcultural explanation, dan Structural explanation.
Gambar 1 : Alur Lingkaran Setan Kemiskinan
Sedangkan menurut Sadono Sukirno (2004), menjelaskan bahwa dalam analisis makroekonomi,
pertumbuhan ekonomi memiliki dua pengertian yang berbeda. Di satu sisi, pertumbuhan ekonomi digunakan
untuk menggambarkan suatu perekonomian yang telah mengalami perkembangan ekonomi dan mencapai taraf
kemakmuran yang tinggi. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi bertujuan untuk menggambarkan permasalahan
ekonomi yang dihadapi oleh suatu negara atau suatu wilayah dalam jangka panjang. Masalah pertumbuhan
ekonomi tersebut dibagi menjadi tiga aspek, yaitu : Aspek pertama adalah bersumber dari perbedaan antara
tingkat pertumbuhan potensial yang dapat dicapai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sebenarnya
tercapai. Investasi yang dilakukan pada saat ini dapat menambah persediaan barang-barang modal di masa yang
akan datang, sehingga potensi suatu negara atau wilayah untuk menghasilkan barang dan jasa akan bertambah.
Kemajuan teknologi, pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan produktivitas juga dapat menambah
produksi barang dan jasa.
Namun, kenaikan faktor-faktor tersebut tidak selalu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Aspek kedua
adalah meningkatkan potensi pertumbuhan. Ketika suatu negara atau wilayah akan meningkatkan pertumbuhan
GDP pada jumlah tertentu untuk mengurangi permasalahan pengangguran yang terjadi, namun pada
kenyataannya pertumbuhan GDP yang tercapai tidaklah sesuai yang direncanakan. Akibatnya, permasalahan
pengangguran tidak dapat teratasi sehingga menyebabkan negara atau wilayah tersebut memikirkan cara untuk
mempercepat laju pertumbuhan ekonominya. Aspek ketiga adalah mengenai ketetapan pertumbuhan ekonomi
yang berlaku dari satu tahun ke tahun selanjutnya. Perubahan pertumbuhan ekonomi yang dihadapi suatu negara
atau wilayah bersifat fluktuatif. Di satu waktu dapat berkembang pesat, dan waktu tertentu dapat berjalan lambat
atau lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Mazhab Historis
Mazhab Historismus melihat pembangunan ekonomi berdasarkan suatu pola pendekatan yang berpangkal
pada perspektif sejarah. Fenomena ekonomi adalah produk perkembangan menyeluruh dan dalam tahap tertentu
dalam perjalanan sejarah. Mazhab ini mendominasi pemikiran ekonomi di Jerman selama abad XIX sampai
awal XX.
1. FRIEDRICH LIST (Cara Produksi)
List dipandang sebagai pelopor yang memberikan landasan bagi pertumbuhan pemikiran ekonomi
mazhab Historismus. Menurut List, sistem liberalisme yang laissez-faire dapat menjamin alokasi sumberdaya
secara maksimal. Perkembangan ekonomi tergantung pada peranan pemerintah, organisasi swasta dan
lingkungan kebudayaan. Perkembangan ekonomi terjadi, jika dalam masyarakat ada kebebasan dalam
organisasi politik dan kebebasan perorangan. Perkembangan ekonomi, menurut List, melalui 5 tahap yaitu tahap
primitif, beternak, pertanian, pertanian dan industri pengolahan (manufacturing), dan akhirnya pertanian,
industri pengolahan (manufacturing) dan perdagangan. (Anonymous, 2012)
2. BRUNO HILDEBRAND (Cara Distribusi)
Pemikiran Hildebrand menekankan evolusi dalam perekonomian masyarakat. Sebagai kritiknya
terhadap List, Hildebrand mengatakan bahwa perkembangan ekonomi bukan didasarkan pada cara produksi
ataupun cara konsumsi, tetapi pada cara distribusi yang digunakan. Oleh karena itu Hildebrand mengemukakan
3 sistem distribusi yaitu Perekonomian Barter (natura), Perekonomian Uang, Perekonomian Kredit.
(Anonymous, 2012).
3. KARL BUCHER (Produksi & Distribusi)
Pendapat Bucher merupakan penggabungan atau sintesa dari pendapat List dan Hildebrand. Menurut
Bucher, perkembangan ekonomi melalui 3 tahap yaitu Produksi untuk kebutuhan sendiri (subsistem),
Perekonomian kota di mana pertukaran sudah meluas, Perekonomian nasional di mana peran pedagang menjadi
penting.
4. W. W. ROSTOW
Teori pembangunan ekonomi dari Rostow sangat terkenal dan paling banyak mendapatkan komentar
dari para ahli ekonomi. Teori ini berawal dari artikel Rostow yang dimuat dalam Economics Journal (Maret
1956) dan kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth
(1960). Menurut pengklasifikasian Todaro, teori Rostow dikelompokkan ke dalam model jenjang linear (linear
stages mode). Menurut Rostow, proses pembangunan ekonomi dibedakan ke dalam 5 tahap, yaitu Masyarakat
tradisional (the traditional society), Prasyarat untuk tinggal landas (the preconditions for take-off), Tinggal
landas (the take-off), Menuju kekedewasaan (the drive to maturity), dan Masa konsumsi tinggi (the age of high
mass-consumption). Dasar pembedaan tahap pembangunan ekonomi menjadi 5 tahap adalah karakteristik
perubahan keadaan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi. (Anonymous, 2012)
Mazhab Analitis
Teori-teori pembangunan ekonomi yang termasuk dalam mazhab ini mengungkapkan proses pertumbuhan
ekonomi secara logis dan konsisten, tetapi bersifat abstrak dan kurang menekankan kepada aspek empiris atau
historisnya.
A. TEORI KLASIK :
A.1 ADAM SMITH (1723 - 1790)
Adam Smith terkenal sebagai pelopor pembangunan ekonomi dan kebijaksanaan laissez-faire, serta
ekonom pertama yang banyak memberikan perhatian terhadap permasalahan pertumbuhan ekonomi. Adam
Smith mengemukakan tentang proses pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang secara sistematis.
Menurut Smith, inti dari proses pertumbuhan ekonomi dibedakan menjadi dua aspek utama pertumbuhan
ekonomi yaitu, pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Terdapat tiga unsur pokok dari
sistem produksi suatu negara yaitu, sumber daya alam yang tersedia atau faktor produksi tanah, sumber
daya insani atau jumlah penduduk, stok barang modal yang ada. (Anonymous, 2012)
Teori Adam Smith telah memberikan kontribusi yang besar dalam menunjukkan pertumbuhan ekonomi
dan faktor-faktor penghambatnya. Namun demikian, ada beberapa kritik terhadap teori Adam Smith antara
lain:
1. Pembagian Kelas dalam Masyarakat
2. Alasan Menabung
3. Asumsi Persaingan Sempurna
4. Pengabaian Terhadap Peranan Entrepreneur
5. Asumsi Stasioner
........(2.1)
di mana:
= tingkat produksi pada tahun t
= tingkat teknologi pada tahun t
= jumlah stok barang modal pada tahun t
= jumlah tenaga kerja pada tahun t
a = pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal.
b = pertambahan output yang diciptakan pertambahan satu unit tenaga kerja.
Nilai Tt, a dan b dapat diestimasi secara empiris. Tetapi pada umumnya, nilai a dan b ditentukan
dengan menganggap bahwa a + b = 1, yang berarti bahwa a dan b nilainya adalah sama, dengan batas
produksi dari masing- masing faktor produksi tersebut. Dengan kata lain, nilai a dan b ditentukan dengan
melihat peranan tenaga kerja dan modal dalam menciptakan output.
Besaran rasio modal-output (COR), yaitu 3 berbanding 1. Jika COR=k, rasio kecenderungan menabung
(MPS)=s, yang merupakan proporsi tetap dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan,
maka dapat disusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana seperti berikut:
1. Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karena itu, persamaannya
adalah
S = s.Y ........(2.2)
2. Investasi (2.2), didefinisikan sebagai perubahan stok modal dan dilambangkan dengan (K), maka
persamaannya adalah :
I = (K) ........(2.3)
Tetapi, karena stok modal (K) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti
ditunjukkan oleh COR atau k, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
K ΔK
k atau k atau ∆K = k . ∆Y ........(2.4)
Y ΔY
3. Akhirnya, karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (2.2), maka persamaannya
adalah :
S=I ........(2.5)
Tetapi dari persamaan (2.2) di atas kita tahu bahwa S= s.Y dan dari persamaan (2.3) dan (2.4), kita
tahu bahwa I = (K) = k.(Y). Oleh karena itu, model persamaan dari tabungan yang sama dengan
investasi pada persamaan (2.4) itu sebagai:
S = s . Y = k . ∆Y = ∆K = I atau
s . Y = k . ∆Y
sehingga dapat didapatkan persamaan sebagai berikut :
ΔY s
........(2.6)
Y k
ΔY
pada persamaan (2.6), menunjukkan tingkat pertumbuhan output (persentase perubahan
Y
output).
Persamaan (2.6), merupakan persamaan Harrod-Domar yang disederhanakan, menunjukkan bahwa
tingkat pertumbuhan output ditentukan secara bersamaan oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal-output
(COR = k). persamaan tersebut menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan output secara positif
berhubungan dengan rasio tabungan. Semakin tinggi tabungan dan investasi, maka semakin tinggi output
yang dihasilkan. Sedangkan, hubungan antara COR dengan tingkat pertumbuhan output adalah negatif.
Semakin besar COR, maka semakin rendah tingkat pertumbuhan output.
Semakin tinggi tabungan dan investasi, maka akan meningkatan laju pertumbuhan perekonomian.
Tingkat pertumbuhan ekonomi tergantung pada produktivitas dari investasi. Produktivitas investasi, yaitu
jumlah tambahan investasi, yang dapat dihitung dengan kebalikan dari rasio modal - output (COR atau k),
1
karena ( ) menggambarkan rasio output-modal atau rasio output- investasi. Selanjutnya, dengan
k
I 1
mengalikan tingkat investasi baru yaitu s= dengan produktivitasnya yaitu , akan menghasilkan
Y k
S 1 1
tingkat kenaikan output total. Dikarenakan s = , dan dapat dirumuskan dengan , maka
Y k 1
ΔY
1 I ΔY ΔY
didapatkan persamaan s . = . (Anonymous, 2010)
k Y I Y
Sebagai contoh perhitungan dari tingkat pertumbuhan ekonomi menurut Harrod-Domar ini adalah
seperti di bawah ini;
1. Rasio modal-output (COR atau k) dari suatu negara adalah 3 dan rasio tabungan adalah 6 persen
dari output total. Dengan menggunakan persamaan (2.6), akan didapatkan hasil bahwa
pertumbuhan ekonomi per tahun negara tersebut adalah 2 persen.
ΔY s 6
2 persen
Y k 3
2. Jika tingkat tabungan sebesar 15 persen, maka pertumbuhan ekonomi negara terbentuk naik dari 2
persen menjadi 5 persen per tahun.
ΔY s 15
5 persen
Y k 3
Ada beberapa kelemahan dari teori Harrod-Domar, antara lain :
1. MPS dan ICOR Tidak Konstan
2. Proporsi Penggunaan Tenaga Kerja dan Modal Tidak Tetap
3. Harga Tidak akan Tetap Konstan
4. Suku Bunga Berubah
F. TEORI SCHUMPETER
Teori Schumpeter pertama kali dikemukakan dalam bukunya yang berbahasa Jerman pada tahun 1911
dan diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1934 dengan judul The Theory of Economic Development.
Kemudian, Schumpeter menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang proses pembangunan dan faktor
utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul
Business Cycle. Salah satu pendapat Schumpeter yang penting, yang merupakan landasan teori
pembangunannya, adalah keyakinannya bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik
untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun, Schumpeter beranggapan bahwa dalam
jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami kemandegan (stagnasi). Pendapat ini sama dengan
pendapat kaum Klasik.
Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi,
dan pelakunya adalah para inovator atau wiraswasta (entrepreneur). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat
dapat diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan
sebagai peningkatan output total masyarakat. (Anonymous, 2012). Schumpeter membedakan pengertian
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi, meskipun keduanya merupakan sumber peningkatan
output masyarakat. Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat
yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi
masyarakat tanpa adanya perubahan teknologi produksi itu sendiri. Sebagai contoh, kenaikan output yang
disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama. Sedangkan
pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para
wiraswasta. Inovasi ini berarti perbaikan teknologi, seperti penemuan produk baru, pembukaan pasar baru,
dan sebagainya. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem ekonomi yang bersumber
dari kreativitas para wiraswastanya. (Anonymous, 2012)
Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang menunjang
kreativitas para wiraswasta. Adanya lingkungan yang menunjang kreativitas akan menimbulkan beberapa
wiraswasta perintis (pioneer) yang menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi, seperti cara
berproduksi baru, produk baru, bahan mentah, dan sebagainya. Namun, tidak semua perintis tersebut akan
berhasil dalam melakukan inovasi. Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut, akan menimbulkan
posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan menghasilkan keuntungan di atas keuntungan
normal yang diterima para pengusaha yang tidak berinovasi. Keuntungan monopolistis ini merupakan
imbalan bagi para inovator dan juga merupakan faktor yang mempengaruhi para calon inovator untuk
berinovasi, dikarenakan terdorong oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.
Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu :
1. diperkenalkannya teknologi baru
2. menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting
bagi akumulasi modal.
3. inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha
lain yang meniru teknologi baru tersebut. Proses peniruan (imitasi) tersebut pada akhirnya akan
diikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator). Proses peniruan ini
mempunyai pengaruh pada menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para
inovator, dan penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, yang berarti teknologi tersebut
tidak lagi menjadi monopoli bagi pencetusnya.
Menurut Schumpeter, sumber kemajuan ekonomi yang lebih penting adalah proses pembangunan
ekonomi karena dapat meningkatkan output masyarakat. Schumpeter membedakan inovasi dan invensi
(penemuan). Sebagai contoh, seseorang yang menemukan mesin uap dapat dikatakan sebagai inventor
(penemu), namun bukan inovator. Sedangkan, pengusaha yang mendirikan perusahaan kereta api adalah
inovatornya. Dengan kata lain, inovasi adalah penerapan pengetahuan teknologi di dunia ekonomi,
komersial, dan kemasyarakatan. Sehingga, dapat dikatakan seorang inventor belum tentu sebagai seorang
inovator, dan begitu pula sebaliknya.
Menurut Schumpeter, ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi yaitu : (Anonymous, 2012)
1. diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada.
2. diperkenalkannya cara berproduksi baru.
3. pembukaan daerah-daerah pasar baru.
4. penemuan sumber-sumber bahan mentah baru.
5. perubahan organisasi industri sehingga efisiensi industri.
Menurut Schumpeter, syarat-syarat terjadinya inovasi adalah tersedianya calon-calon pelaku inovasi
(inovator dan wiraswasta) di dalam masyarakat dan adanya lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang
dapat menunjang semangat untuk berinovasi dan pelaksanaan ide-ide inovasi tersebut. Sedangkan yang
dimaksud dengan inovator atau entrepreneur adalah orang-orang yang masuk dalam dunia bisnis, yang
mempunyai semangat dan keberanian untuk menerapkan ide-ide baru untuk menjadi kenyataan. Para
inovator atau entrepreneur berani untuk mengambil resiko usaha, dikarenakan ide-ide baru (inovasi)
tersebut belum pernah diterapkan secara ekonomis sebelumnya. Para inovator atau entrepreneur berani
untuk mengambil resiko usaha, dikarenakan oleh adanya kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan
monopolistis jika usahanya berhasil, dan adanya semangat dan keinginan untuk bisa mengalahkan
persaingan inovasi melalui ide baru.
Menurut Schumpeter, seorang inovator atau entrepreneur bukan hanya seorang pengusaha atau
wiraswasta biasa. Para pengusaha yang berani mencoba dan melaksanakan ide-ide baru dapat dikatakan
sebagai entrepreneur. Sedangkan, pengusaha yang hanya mengelola secara rutin perusahaannya bukanlah
seorang entrepreneur, tetapi hanyalah seorang manajer. Kunci dalam proses inovasi adalah terdapatnya
lingkungan yang menunjang terjadinya inovasi. Menurut Schumpeter, sistem kapitalis dan bebas berusaha,
yang didukung oleh lembaga-lembaga sosial politik yang sesuai, merupakan lingkungan yang paling
dominan bagi timbulnya inovator dan semangat berinovasi. Selain itu, terdapat dua faktor lain yang
menunjang terlaksananya inovasi yaitu tersedianya cadangan ide-ide baru secara memadai dan adanya
sistem perkreditan yang dapat menyediakan dana bagi para entrepreneur untuk merealisasikan ide-ide
tersebut. (Anonymous, 2012)
Cadangan ide-ide baru merupakan hasil-hasil penemuan para inovator. Peranan masyarakat yang
berkembang dan dinamis merupakan salah satu unsur utama dari lingkungan inovasi. Sistem perkreditan,
yang menyediakan dana bagi para pengusaha yang tidak memiliki dana yang memadai tetapi mempunyai
rencana penggunaan dana, juga merupakan faktor penunjang bagi terwujudnya inovasi. Tanpa adanya
sistem kredit, hanya para pengusaha yang mempunyai dana yang bisa menjadi inovator. Oleh karena itu,
antara penyedia dana (lembaga perkreditan) dan calon inovator perlu bekerjasama. Berkaitan dengan sistem
kapitalis, Schumpeter mengemukakan beberapa pendapat. Pertama, yaitu sistem kapitalis merupakan sistem
yang paling dominan bagi timbulnya inovasi, pembangunan ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian, menurut Schumpeter, bagi negara-negara sedang berkembang yang berusaha mengejar kemajuan
ekonomi (pertumbuhan output) maka sistem kapitalis sesuai untuk diterapkan.
Kedua, Schumpeter berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan meningkatkan
pendapatan per kapita masyarakat dan distribusi pendapatannya akan lebih merata. Distribusi pendapatan
merata disebabkan oleh adanya inovasi-inovasi yang akan mengarah kepada barang-barang yang di
konsumsi oleh masyarakat, sehingga barang-barang konsumsi ini menjadi banyak atau berlimpah. Ketiga,
menurut Schumpeter bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalis akan runtuh, karena adanya transformasi
di dalam sistem tersebut menuju ke arah sistem yang lebih bersifat sosialistis. Ciri dari sistem kapitalis itu
sendiri akan berubah dikarenakan keberhasilannya dalam mencapai kemajuan ekonomi dan kesejahteraan,
sehingga akan menyebabkan terjadinya proses perubahan kelembagaan dan perubahan pandangan
masyarakat yang jauh dari sistem kapitalis asli, seprti sistem tunjangan sosial bagi pengangguran dan
orangtua yang semakin meluas, sistem sekolah murah atau gratis menjadi banyak, sistem asuransi yang
semakin meluas, dan sebagainya. (Anonymous, 2012)
Gambar 4 merupakan skema teori pembangunan berdasarkan lima golongan teori yakni Teori aliran
klasik yang dianut oleh Adam Smith, David Ricardo dan Thomas Robert Malthus, Teori Karl Marx, Teori
Neo-Klasik, Teori Keynesian, dan Teori Schumpeter. Banyak teori pertumbuhan ekonomi yang
dikemukakan oleh para ahli ekonom, namun yang paling terkenal adalah model pertumbuhan ekonomi
Harord-Domar dan model pertumbuhan Solow-Swan (Neo-Klasik). (Anonymous, 2012) Pertumbuhan
ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Sedangkan pengertian pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.
Perbedaan antara keduanya adalah keberhasilan pertumbuhan ekonomi lebih bersifat kuantitatif, yaitu
adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Sedangkan
keberhasilan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, yaitu bukan hanya pertambahan produksi,
tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor
perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknologi.
Pendidikan
Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu negara. Jika dunia pendidikan suatu negara
rendah, maka akan menyebabkan proses pembangunan menjadi terhambat. Sebab, pendidikan menyangkut
pembangunan karakter dan juga mempertahankan jati diri manusia suatu negara. Sehingga, setiap negara yang
ingin maju, maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama karena pendidikan merupakan
sarana untuk menghapus kebodohan serta kemiskinan. Namun, pendidikan di Indonesia selalu terhambat oleh
tiga permasalahan, antara lain :
1. Kepedulian pemerintah yang rendah terhadap pendidikan dikarenakan kalah dari urusan yang lebih
strategis yaitu Politik. Bahkan, pendidikan dijadikan sasaran politik untuk menuju kekuasaan agar
dapat menarik simpati dari masyarakat.
2. Penjajahan terselubung. Di era globalisasi dan kapitalisme, dengan hutang negara yang semakin
meningkat, badan atau organisasi donor pun mengintervensi secara langsung maupun tidak terhadap
kebijakan ekonomi suatu bangsa. Akibatnya, terjadi privatisasi di segala bidang. Bahkan, pendidikan
tidak luput dari proses privatisasi ini yang menyebabkan pendidikan menjadi semakin mahal yang tidak
bisa di jangkau oleh masyrakat. Dan pada akhirnya, masyarakat tidak bisa mencapai pendidikan yang
tinggi dan berakibat pada penurun kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
3. Kondisi masyarakat yang tidak bisa mengadaptasikan dengan lingkungan yang ada. Hal ini akan
berdampak pada kurangnya perhatian terhadap dunia pendidikan, dikarenakan masyarakat lebih
mengutamakan kepentingan kebutuhan pangan daripada pendidikan. Akibatnya, kebodohan dan
kemiskinan pun akan terjadi. Sehingga, kemiskinan menjadi sebuah reproduksi sosial, yang akan
melahirkan generasi yang tidak terdidik akibat kurangnya pendidikan, dan kemudian menjadi bodoh
serta akan mengalami kemiskinan.
Pengangguran
Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pada 1 Oktober
1998, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih. Perlu diketahui bahwa
Indonesia tidak menentukan batas usia maksimum tenaga kerja, hal ini dikarenakan Indonesia belum
mempunyai jaminan sosial nasional. Tenaga kerja dibedakan menjadi dua golongan, yaitu : (Rukmana, 2012)
1. Angkatan kerja yang terdiri dari masyarakat yang bekerja dan masyarakat yang menganggur dan
mencari pekerjaan.
2. Bukan angkatan kerja yang terdiri dari masyarakat yang bersekolah, golongan mengurus rumah tangga,
dan golongan lain-lain.
P. Todaro (2000), menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang
terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan penduduk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu
faktor yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jumlah angkatan kerja yang lebih besar berarti akan
menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan
ukuran pasar domestiknya. Dengan kata lain, semakin banyak angkatan kerja yang digunakan dalam proses
produksi maka output hasil produksi akan mengalami peningkatan sampai batas tertentu.
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan
pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari
pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh
sebab itu, menurut Sadono Sukirno (2000) pengangguran dibedakan atas 3 jenis berdasarkan keadaan yang
menyebabkannya, antara lain:
1. Pengangguran friksional, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seseorang pekerja untuk
meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau sesuai dengan keinginannya.
2. Pengangguran struktural, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh adanya perubahan struktur dalam
perekonomian.
3. Pengangguran konjungtur, yaitu pengangguran yang disebabkan oleh kelebihan pengangguran alamiah
dan berlaku sebagai akibat pengurangan dalam permintaan agregat.
Menurut Edwards, 1974 dalam Lincolin (1997), bentuk-bentuk pengangguran adalah:
1. Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah para tenaga kerja yang mampu dan ingin untuk
bekerja, tetapi tidak tersedia pekerjaan yang sesuai.
2. Setengah pengangguran (under unemployment), adalah para tenaga kerja yang secara nominal bekerja
penuh namun produktivitasnya rendah, sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai
arti atas produksi secara keseluruhan.
3. Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah para tenaga kerja yang bekerja penuh, tetapi intensitasnya
lemah dikarenakan kekurangan gizi atau bernyakit.
4. Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah para tenaga keja yang mampu bekerja secara produktif tetapi
tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Menurut Tambunan (2001), pengangguran dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai cara,
antara lain:
1. Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas, yang berarti bahwa konsumsi saat ini sangat
dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka pengangguran akan secara langsung mempengaruhi income
poverty rate dengan consumption poverty rate.
2. Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas, yang berarti bahwa konsumsi saat ini tidak
terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan
peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam jangka pendek.
Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat
menyebabkan masalah pengangguran yang ada di negara yang sedang berkembang. Tingginya tingkat
pengangguran, luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata memiliki hubungan yang saling
berkaitan. Bagi para tenaga kerja yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau hanya bekerja paruh waktu
(part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Mereka yang bekerja dengan
bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas
menengah ke atas. Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak mempunyai
pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Masyarakat miskin pada
umumnya menghadapi permasalahan terbatasanya kesempatan kerja, terbatasnya peluang mengembangkan
usaha, melemahnya perlindungan terhadap aset usaha, perbedaan upah, serta lemahnya perlindungan kerja
terutama bagi pekerja anak dan pekerja perempuan seperti buruh migran perempuan dan pembantu rumah
tangga. Oleh karena itu, salah satu mekanisme pokok untuk mengurangi kemiskinan dan ketidakmerataan
distribusi pendapatan di Negara sedang berkembang adalah memberikan upah yang memadai dan menyediakan
kesempatan kerja bagi kelompok masyarakat miskin (Arsyad, 1997).
Oleh sebab itu, pemerintah dapat menjalankan berbagai rencana untuk memenuhi hak masyarakat miskin
atas pekerjaan dan pengembangan usaha yang layak guna mengurangi tingkat pengangguran. Rencana tersebut
antara lain:
1. Meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan pemerintah dalam menegakkan hubungan
industrial yang manusiawi.
2. Meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan
perlindungan kerja.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam rangka mengembangkan
kemampuan kerja dan berusaha.
4. Meningkatkan perlindungan terhadap buruh migran di dalam dan luar negeri.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai negara telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara
lain:
1. Rasidin K. Sitepul dan Bonar M. Sinaga (2004) dengan judul Dampak Investasi Sumberdaya Manusia
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia : Pendekatan Model Computable
General Equilibrium. Penelitiannya menganalisis tentang pengaruh investasi sumberdaya manusia
terhadap pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan in Indonesia dengan menggunakan kombinasi model
Komputasi Keseimbangan umum dengan metode Foster-Greer-Thorbecke.
2. Prima Sukmaraga (2011) dengan judul Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per
Kapita,dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah.
Penelitiannya menganalisis tentang pengaruh variabel Indeks Pembangunan Manusia, PDRB per
kapita, dan jumlah pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2008. Analisis yang dilakukan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode Ordinary
Least Square (OLS) yang menggunakan data antar ruang (cross section) Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2008 dengan bantuan software Eviews 4.1. Model yang digunakan adalah
modifikasi model ekonometri sebagi berikut:
Log(POVt)= β0 + β1Log(IPMt)+ β2Log(PDRBKt)+ β3Log(Ut)+е ........(2.7)
3. Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008) dengan judul Dampak Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Penelitiannya menganalisis tentang pengaruh
pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Analisis yang dilakukan adalah
analisis Deskriptif dan ekonometrika dengan menggunakan metode Panel Data. Model yang digunakan
adalah modifikasi model ekonometri sebagi berikut:
Poverty = β0 + β1 PDRB + β2 Populasi + β3 Agrishare + β4 Industrieshare + β5 Inflasi +
β6 SMP + β7 SMA + β8 DIPLOMA + β9 Dummy Krisis + ε ........(2.8)
4. Dicky Wahyudi, Tri Wahyu Rejekingsih (2013) dengan judul Analisis Kemiskinan Di Jawa Tengah.
Penelitiannya menganalisis tentang kemiskinan di Jawa Tengah dan melihat pengaruh kesehatan,
pendidikan, pengeluaran pemerintah, pertumbuhan ekonomi dan pengangguran terhadap kemiskinan di
Jawa Tengah. Model yang digunakan adalah modifikasi model ekonometri Least Square Dummy
Variabel (LSDV), yaitu :
Kit=β0+β1Hit+β2Eit+β3GEit+β4Git+β5Uit+α1D1+α2D2+α3D3+α4D4+α5D5+α6D6+α7D7
+α8D8+α9D9+α10D10+α11D11+α12D12+α13D13+α14D14+α15D15+α16D16+α17D17+α
18D18+α19D19+α20D20+α21D21+α22D22+α23D23+α24D24+α25D25+α26D26+α27D27+
α28D28+α29D29+α30D30+α31D31+α32D32+α33D33+α34D34+εit ........ (2.9)
C. METODE PENELITIAN
dimana :
N = banyaknya observasi
T = banyaknya waktu
N × T = banyaknya data panel
Dalam analisis model panel data terdapat dua macam pendekatan yang terdiri dari pendekatan efek
tetap (fixed effect), dan pendekatan efek acak (random effect). Kedua pendekatan yang dilakukan dalam analisis
panel data dapat dijelaskan sebagai berikut :
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas memiliki pengertian bahwa ada hubungan linear yang pasti diantara beberapa atau semua
variabel independen (variabel yang menjelaskan) dari model regresi. Konsekuensi adanya multikolinearitas
adalah koefisien regresi variabel tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak terhingga. Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas (independen). Jika tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen, maka model regresi tersebut sesuai (model regresi yang bagus).
Namun, jika saling berkorelasi, maka variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.
2
Salah satu munculnya multikolinearitas adalah R sangat tinggi dan tidak satupun koefisien regresi yang
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tidak bebas secara skolastik. Model untuk mengetahui uji
multikolinearitas adalah:
KM = f (PDRB, MH, PG) ………..(3.5)
PDRB = f (MH, PG) ………..(3.6)
MH = f (PDRB, PG) .............(3.7)
PG = f (PDRB, MH) ....…….(3.8)
Penelitian menggunakan Auxiliary Regression untuk mengetahui adanya multikolinearitas. Kriterianya
2 2
adalah jika R regresi persamaan utama lebih besar dari R regresi auxiliary, maka di dalam model tidak
terdapat multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Autokerelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) atau ruang (seperti dalam data deret lintang). Uji autokorelasi
bertujuan menguji dalam model regresi linear terdapat korelasi antara faktor pengganggu pada periode waktu
atau ruang tertentu dengan faktor pengganggu pada waktu atau ruang sebelumnya. Untuk melihat gejala
autokorelasi, maka dilakukan pengujian menggunakan uji Durbin Watson.
Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du < d < 4-dl
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti bahwa variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Heteroskedastisitas
bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi biar homoskedastisitas yaitu variasi residual sama untuk-
semua pengamatan. Secara ringkas walaupun terdapat heteroskedastisitas maka penaksir OLS (Ordinary Least
Square) tetap tidak bias dan konsisten tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun
sampel besar (yaitu asimtotik). Menurut Gujarati (1995) bahwa masalah heteroskedastisitas nampaknya menjadi
lebih biasa dalam data cross section dibandingkan dengan data time series. Penelitian ini menggunakan uji Park
untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Uji Park pada prinsipnya meregres residual yang
dikuadratkan dengan variabel bebas pada model. Jika t-statistik > t-tabel maka ada heterokedastisitas, jika t-
statistik < t-tabel maka tidak ada heterokedastisitas. atau Jika nilai Prob > 0,05 maka tidak ada
heterokedastisitas, jika nilai Prob < 0,05 maka ada heterokedastisitas.
2 y*2
R ………(3.11)
y2
dimana:
y*2 = nilai y estimasi
y = nilai y aktual
Deskripsi Data
Kemiskinan
Dari data kemiskinan menunjukan bahwa persentase penduduk miskin provinsi Jawa Tengah tahun 2005 -
2010 tertinggi berada di Kabupaten Brebes yaitu sebesar 39,44 persen di tahun 2009. Dan persentase penduduk
miskin terendah berada di Kota semarang yaitu sebesar 4,22 persen di tahun 2005.
Tabel 2 : Data Persentase Kemiskinan Jawa Tengah Tahun 2005-2010
Tabel 4 : Data Persentase Pendidikan (Angka Melek Huruf) Jawa Tengah Tahun 2005-2010
Pengangguran
Dari data tingkat pengangguran menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di provinsi Jawa Tengah tahun
2005 - 2010 terbesar berada di kota Magelang yaitu sebesar 17,81 persen ditahun 2005. Dan yang terendah
berada di Kabupaten Jepara yaitu sebesar 3,10 persen di tahun 2006.
Tabel 5 : Data Persentase Pengangguran Jawa Tengah Tahun 2005-2010
Tabel 5 : Nilai T-Statistik Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan
di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010
Table di atas menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel PDRB sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari
nilai α (5%), maka variable PDRB berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan. Nilai probabilitas
variabel PENDIDIKAN sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari nilai α (5%), maka variable PENDIDIKAN
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan. Nilai probabilitas variabel PENGANGGURAN sebesar
0,0014. Nilai ini lebih kecil dari nilai α (5%), maka variable PENGANGGURAN berpengaruh secara signifikan
terhadap kemiskinan.
Gambar 6 : Hasil Uji Jarque-Bera Pengaruh PDRB, Pendidikan Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan
di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010
Pada model persamaan pengaruh jumlah penduduk, PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap
kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 - 2010 dengan n = 210 dan k = 3, maka diperoleh degree of freedom
(df) = 213 (n-k), dan menggunakan α = 5 persen diperoleh nilai χ2 tabel sebesar 124,34. Dibandingkan dengan
nilai Jarque-Bera pada Gambar 6 sebesar 16,40643, maka dapat disimpulkan bahwa probabilitas gangguan μ1
regresi terdistribusi secara normal, karena nilai Jarque-Bera lebih kecil dibandingkan nilai χ2 tabel.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan keadaan dimana terdapat hubungan linear atau terdapat korelasi antar variabel
independen. Dalam penelitian ini untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dilihat dari perbandingan antara
nilai R2 regresi parsial (auxiliary regression) dengan nilai R2 regresi utama. Apabila nilai R2 regresi
parsial (auxiliary regression) lebih besar dibandingkan nilai R2 regresi utama, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam persamaan tersebut terjadi multikolinearitas. Tabel 6 menunjukkan perbandingan antara nilai R2 regresi
parsial (auxiliary regression) dengan nilai R2 regresi utama.
Tabel diatas menunjukkan bahwa model persamaan pengaruh PDRB, pendidikan dan pengangguran
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005 – 2010 tidak mengandung multikolinearitas karena nilai R2
regresi parsial (auxiliary regression) tidak ada yang lebih besar dibandingkan nilai R2 regresi utama.
Tabel 7 : Hasil Regresi Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadap Kemiskinan
di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 menggunakan Model Fixed.
dari hasil test tersebut di atas, diperoleh nilai Cross-section F sebesar 0,0039 dan Cross-section Chi-square
sebesar 0,0014. Nilai ini lebih kecil dari 5% (0,05). Sehingga H0 ditolak dan menerima H1, dan model
mengikuti model fixed.
Tabel 9 : Hasil Regresi Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadap Kemiskinan
di Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 menggunakan Model Random.
E. PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh variabel PDRB, Pendidikan (melek huruf) dan
pengangguran terhadap kemiskinan menurut kota dan kabupaten di Jawa Tengah pada tahun 2005 - 2010.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab IV, maka dapat disimpulkan antara lain sebagai
berikut:
1. Variabel PDRB mempunyai pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Hal ini
dikarenakan bahwa peningkatan PDRB yang terjadi di Jawa Tengah diikuti oleh penurunan kemiskinan
di Jawa Tengah.
2. Variabel Pendidikan (melek huruf) mempunyai pengaruh negatif dan signifikan mempengaruhi
kemiskinan. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan angka melek huruf di Jawa Tengah diikuti
penurunan kemiskinan.
3. Variabel Pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan mempengaruhi kemiskinan. Hal ini
dikarenakan bahwa peningkatan pengangguran di Jawa Tengah diikuti peningkatan kemiskinan.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diberikan saran, yaitu sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian, pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan, sehingga
diharapkan pemerintah dapat melaksanakan pembangun yang berorientasi pada pemerataan pendapatan
serta pemerataan hasil-hasil ekonomi kepada seluruh golongan masyarakat, serta dilakukan upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi di masing-masing wilayah dengan mengandalkan potensi-potensi
yang dimiliki.
2. Dari hasil penelitian, tingkat pendidikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan, sehingga diharapkan pemerintah propinsi Jawa Tengah kembali menambahkan program
pemberantasan buta aksara agar dapat menekan kemiskinan di seluruh kota dan kabupaten di Jawa
Tengah. Serta memberikan jaminan pendidikan bagi orang miskin serta meningkatkan fasilitas-fasilitas
pendidikan secara merata tidak hanya terpusat di suatu daerah tetapi merata ke seluruh daerah
3. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kemiskinan. Dengan hasil tersebut diharapkan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah lebih menggerakkan
sektor perekonomian sehingga dapat membuka lapangan kerja di Jawa Tengah. Karena pengangguran
dalam penelitian ini memiliki pengaruh cukup besar terhadap kemiskinan, sehingga dengan semakin
luasnya lapangan pekerjaan, pengangguran akan berkurang dan kemiskinan juga akan berkurang.
4. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini masih terbatas, karena hanya melihat pengaruh
variabel PDRB, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Oleh
karena itu, diperlukan studi lanjutan yang lebih mendalam dengan data dan metode yang lebih lengkap
sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada dan hasilnya dapat dipergunakan sebagai
bahan pertimbangan berbagai pihak yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dalam hal
penekanan kemiskinan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga artikel ilmiah ini
dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi
Universitas Brawijaya dan Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
yang memungkinkan artikel ini bisa dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya (JIMFEB).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2012.http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ekonomi_pembangunan/bab_3_teori_pertumbuh
an_dan_pembangunan_ekonomi.pdf . (diakses pada tanggal 14 agustus 2012).
Anonymous.2012.http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/57315/BAB%20III%20Metode%20Pe
nelitian.pdf?sequence=7 . (diakses pada tanggal 14 agustus 2012).
Arsyad, Licolin.1997. The Pattern Of Manufacturing Development In Indonesia In The Period 1976-1993.
Journal Of Indonesia Economics and Business (JEBI), vol-non, pp.non
Badan Pusat Statistik. 2010. Berita Resmi Statistik Jawa Tengah. Jawa Tengah
_________________. PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Berbagai Tahun Terbitan. Jawa Tengah
Bagus Suryono, Wiratno.2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi dan Tenaga
Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah. http://Eprints.undip.ac.id/26434/2/jurnal.pdf. (diakses pada
tanggal 23 agustus 2012)
Bappenas.2008.http://www.bappenas.go.id/node/123/3/UU-no22-tahun-1999-tentang-pemerintahan-daerah/ .
(diakses pada tanggal 07 agustus 2012).
Djojohadikusumo, Sumitro. 1995, Perkembangan Pemikiran Ekonomi Dasar Teori Pertumbuhan dan Ekonomi
Pembangunan, Penerbit LP3ES, Jakarta.
Firmansyah .2009. Modul Praktek Regresi Data Panel dengan Eviews 6. Semarang : Laboratorium Studi
Kebijakan Ekonomi Fakultas Ekonomi Undip.
Irawan dan Suparmoko, 1992, Ekonomika Pembangunan, Edisi Kelima, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
K. Sitepu, Rasidin dan Bonar M. Sinaga, 2004. Dampak Investasi Sumber Daya ManusiaTerhadap Pertumbuhan
Ekonomi Dan Kemiskinan Di Indonesia: Pendekatan Model Computable General Equilibrium.
http://ejournal.unud.ac.id/?module=detailpenelitian&idf=7&idj=48&idv=181&idi=48&idr=191 .
(Diakses pada tanggal 28 Agustus 2012)
Kuncoro, Mudrajad.1997, Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan, Edisi Ketiga, Penerbit UPP
AMP YKPN, Yogyakarta.
Marzuki, 2005, Metodologi Riset, Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.
Rukmana, Indra.2012. Pengaruh Dispanitas Pendapatan, Jumlah Penduduk, dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Jawa Tengah Tahun 1984 – 2009.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj.article/view/323/373 (diakses pada tanggal 28 agustus
2012)
Siregar, Hermanto dan Dwi Wahyuniarti, 2008, Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah
Penduduk Miskin. http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/PROS_2008_MAK3.pdf . (Diakses pada
tanggal 28 Agustus 2012)
Sukirno, Sadono.2000, Makro Ekonomi Modern, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sukmaraga, Prima. 2011. Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per Kapita,dan Jumlah
Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah.
http://eprints.undip.ac.id/26773/1/jurnal.pdf (diakses pada tanggal 23 agustus 2012)
Spicker, Paul.2002. Poverty and The Walfare State : Dispelling the Myths, A Catalyts Working Paper. London :
Catalyts.
Todaro, Michael P, 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh, Terjemahan Haris Munandar,
Penerbit Erlangga, Jakarta.