Vous êtes sur la page 1sur 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/266391685

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BERBASIS LAYANAN: DESAIN DAN


IMPLEMENTASI PROTOTIPE SISTEM

Article · October 2012


DOI: 10.21609/jsi.v8i2.330

CITATION READS

1 1,903

5 authors, including:

Muhammad Hilman
University of Melbourne
21 PUBLICATIONS   33 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

PUPT 2013-2014 View project

Workflow as a Service in Cloud Computing Environment: Scheduling and Resource Provisioning Techniques View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Hilman on 04 October 2014.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


90 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BERBASIS LAYANAN: DESAIN DAN IMPLEMENTASI


PROTOTIPE SISTEM

M. Hilman, F. Setiadi, I. Sarika, J. Budiasto, dan R. Alfian

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok, 16424

Email: h.hilman@cs.ui.ac.id

Abstrak

Supply chain management (SCM) adalah sebuah konsep pengaturan aliran proses
perdagangan yang menghubungkan antara produsen, supplier, dan konsumen secara
langsung. Dengan berevolusinya konsep perangkat lunak dan sistem informasi menuju era
berbasis layanan, pengembangan SCM berbasis layanan menjadi sangat relevan. Studi
kasus kebutuhan akan SCM berbasis layanan pada pengelola pusat perbelanjaan di Jakarta
menjadi fokus pembahasan. Pada makalah ini dibahas sebuah model pengembangan sistem
SCM berbasis layanan yang menghubungkan tiga stakeholder yang berperan dalam proses
perdagangan pada pusat perbelanjaan modern.

Kata kunci: SCM, prototyping, tenant, perdagangan.

Abstract

Supply chain management (SCM) is a concept of process flow arrangement linking trade
between producers, suppliers, and consumers directly. With the concept evolve software
and information systems towards service-based era, the development of service-based SCM
becomes very relevant. Case study of the need for services based on management SCM
shopping center in Jakarta to be the focus of discussion. This paper discussed a model of
the development of service-based SCM system that connects the three stakeholders who
play a role in the process of trading in a modern shopping center.

Keywords: SCM, prototyping, tenant, trading.

1. Pendahuluan proses pengambilan keputusan dan tindakan serta


aliran/alur bahan baku, informasi, dan uang yang
Kompetisi yang semakin sengit dalam pasar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
global, inovasi produk yang memiliki siklus hidup yang berlangsung pada suatu tahap yang sama
yang semakin singkat, serta ekspektasi pelanggan atau berbeda [2]. Untuk mempermudah
yang semakin tinggi memaksa seluruh perusahaan pemahaman, berikut ini adalah gambaran umum
untuk berinvestasi dan fokus pada supply chain mengenai supply chain
mereka [1]. Hal ini disebabkan karena para
eksekutif sudah semakin menyadari bahwa
kesuksesan suatu perusahaan sangat bergantung
pada kesuksesan koordinasi, integrasi, dan
manajemen proses-proses bisnis penting dari
berbagai anggota supply chain [2]. Dengan kata
lain, keberhasilan suatu perusahaan sangat
bergantung pada Supply chain management
(SCM) yang mereka kelola. Bidang SCM Gambar 1. Diagram supply chain dalam jaringan supply chain
total [2].
kemudian berkembang pesat seiring dengan peran
TIK yang mampu mempermudah koordinasi
Gambar 1 mengilustrasikan bagaimana
pertukaran data dalam jumlah yang sangat besar
supply chain suatu perusahaan yang biasanya
[2].
memiliki lebih dari satu supplier dan konsumen.
Supply chain tidak dapat dilepaskan dari
Ilustrasi tersebut menggambarkan proses bisnis
konsep SCM. Secara definisi yang dimaksud
dari hulu hingga hilir, mulai dari supplier hingga
dengan supply chain merupakan serangkaian

90
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 91

distribusi kepada pelanggan. Rantai yang berada kunci dalam supply chain. Hal ini penting untuk
di antara keduanya tidak terbatas hanya pada meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pabrikan, distributor, dan retailer saja, tetapi dapat bisnis yang ada. Keputusan yang terakhir adalah
ditambah dengan transporter, warehouse, menentukan tingkat integrasi dan manajemen
marketing, finance, dan costumer service, dalam setiap proses yang saling terhubung. Pada
tergantung pada proses bisnis [3]. Jika berbagai bagian ini harus didefinisikan dengan jelas
rantai dan entitas yang tergabung dalam supply bagaimana peranan komponen manajemen
chain tidak dikelola dengan baik, hal itu dapat sehingga dapat selaras dengan seluruh proses
menyebabkan inefisiensi dan berpotensi bisnis yang ada dalam supply chain.
merugikan. Pihak yang sering dirugikan adalah SCM banyak diimplementasikan oleh
para produsen berskala kecil yang memiliki posisi perusahaan berskala besar yang memiliki volume
tawar yang rendah. aliran bahan baku, informasi, dan uang dalam
SCM merupakan rangkaian kegiatan jumlah besar. Faktor yang sangat relevan
perencanaan, koordinasi, dan pengendalian mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk
seluruh proses bisnis dan aktivitas dalam supply membangun sistem dan melakukan maintainance
chain untuk menciptakan consumer value terbaik yang sangat besar. Lantas, apakah para pengusaha
dengan biaya yang efisien namun tetap memenuhi bisnis dalam skala kecil tidak dapat menikmati
seluruh kebutuhan stakeholder lain dalam supply akselerasi bisnis dengan SCM yang ternyata
chain [2]. Value atau yang lebih dikenal dengan membutuhkan investasi IT yang tidak kecil? Tren
added value [4] adalah sesuatu yang ingin perangkat lunak yang mulai bergeser ke arah
diperoleh bagi para konsumen dan tercermin dari perangkat lunak berbasis layanan tentu saja
pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan. mempengaruhi pola pengembangan SCM.
Untuk menghasilkan value yang optimal, ada tiga Produk SCM berbasis layanan yang
keputusan yang harus ditetapkan oleh para dibangun oleh sebuah penyedia jasa utama yang
eksekutif: bagaimana struktur jaringan; proses men-support aktivitas tenant-tenant merupakan
bisnis; dan komponen manajemen dari supply sebuah produk layanan jasa yang akan membantu
chain [5] seperti digambarkan pada Gambar 2. peningkatan aktivitas bisnis pelaku bisnis berskala
kecil. Pada makalah ini akan dibahas bagaimana
desain sebuah sistem SCM berbasis layanan yang
dirancang untuk membantu aktivitas perdagangan
antara distributor besar (wholeseller) dengan para
penjual langsung (retailer) dalam sebuah
komunitas pusat perdagangan modern. Prototipe
pengembangan sistem ini akan mengambil lokasi
pada sebuah pusat perdagangan besar di kota
jakarta.

Gambar 2. Tiga keputusan penting dalam menerapkan SCM


2. Studi Kasus
[5.]
Jakarta selain menjadi daerah pusat
SCM sangat bergantung pada tujuan awal pemerintahan juga merupakan tempat yang
dari supply chain dan pencapaiannya harus dapat strategis untuk melakukan aktivitas perdagangan
diukur melalui Key Performance Indicators dengan jumlah penduduknya yang besar dan
(KPI). Akan tetapi, tidak mudah dalam memiliki pola hidup dinamis serta gaya hidup
menentukan tujuan karena supply chain dikelola konsumtif. Oleh karena itu, Jakarta merupakan
oleh suatu entitas yang dominan atau melalui tempat yang subur untuk tumbuhnya pusat-pusat
kerjasama antar entitas dalam supply chain yang perdagangan. Pertumbuhan pusat perdagangan
membutuhkan kooperasi dan koordinasi yang dihiasi dengan makin maraknya pusat-pusat
baik. Setelah tujuan dan pengukuran kinerjanya perbelanjaan modern (mall) yang bertebaran di
sudah terdefinisi, ada beberapa keputusan yang daerah yang memiliki penduduk kurang lebih
harus ditetapkan dalam menganalisa dan sebesar 8,5 juta jiwa. Data Dinas Penataan dan
merancang supply chain. Keputusan yang pertama Pengawasan Bangunan DKI Jakarta
adalah menentukan siapa saja pihak-pihak yang menunjukkan, jumlah mall yang berdiri di Jakarta
terlibat dalam supply chain untuk menentukan mencapai 130 gedung. Keberadaannya terpusat di
entitas mana yang menjadi kunci penentu kawasan Mangga Dua, Bundaran HI, Blok M,
kesuksesan organisasi. Keputusan berikutnya Kelapa Gading, dan Senayan. Dengan jumlah
yang perlu ditetapkan adalah proses-proses mana mall yang sangat banyak, persaingan diantaranya
saja yang harus dihubungkan pada setiap entitas pun semakin ketat. Sehingga pengelola sebuah
92 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012

mall perlu mengupayakan adanya strategi dan menjelaskan metodologi prototyping dapat dilihat
perencanaan bisnis yang baik untuk menciptakan pada Gambar 3.). Alasan dalam memutuskan
lingkungan aktivitas jual beli yang nyaman penggunaan metodologi prototyping dalam
sehingga pengunjung semakin tertarik untuk pengembangan sistem SCM berbasis layanan ini
berbelanja. karena sistem yang dibangun memiliki user
PT. XYZ merupakan perusahaan pengelola requirement yang belum begitu jelas serta waktu
mall di kawasan pusat bisnis Jakarta yang yang tersedia untuk membangun sangat terbatas.
mempunyai segmentasi pasar khusus penjualan
telepon selular dan alat-alat elektronik. Klien-
klien utama merupakan penyewa tempat yang
terdiri dari para wholeseller (distributor) dan
penjual langsung (retailer). Di dalam aktivitas
perdagangan yang berlangsung di mall tersebut,
interaksi antara distributor dan penjual
mempunyai intensitas yang tinggi. Aktivitas
tersebut antara lain seperti pengecekan barang,
melihat status ketersediaan, membeli barang dan Gambar 3. Tahapan-tahapan dalam metodologi prototyping
sebagainya. Namun, dalam operasional selama ini
untuk memperoleh data dan informasi masih Keuntungan dengan menggunakan
dilakukan dengan cara manual, seperti metodologi ini adalah memungkinkan pengguna
menggunakan sarana komunikasi dua arah secara berinteraksi dengan cepat dengan model sistem
langsung atau dengan cara melihat satu-persatu yang akan dibangun sehingga kebutuhan-
melalui katalog. Segala proses tersebut kebutuhan yang belum teridentifikasi dengan
membutuhkan waktu lama dan membutuhkan jelas, dapat dipenuhi. Sebaliknya, metodologi ini
konsumsi kertas yang tinggi. Proses tersebut juga memiliki kerugian yaitu seringkali prototipe
menghabiskan biaya yang besar dan dari sistem mengalami perubahan yang signifikan
mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dalam sehingga menyulitkan pengembang untuk
berwirausaha dan berpotensi mengurangi menyelesaikan tugasnya.
kenyamanan berbelanja bagi pengunjung.
Solusi yang dapat diambil dari permasalahan 4. Identifikasi Kebutuhan Sistem
kecepatan dan ketepatan dalam memperoleh,
mencari serta pertukaran data dan informasi antar Proses identifikasi kebutuhan sistem untuk
distributor dan penjual adalah dengan cara membangun SCM berbasis layanan sebetulnya
mengimplementasikan sistem informasi SCM merupakan proses yang sulit. Dalam kondisi
tunggal yang terintegrasi. Sistem informasi ini nyata, users dari sistem ini tidak terbatas kepada
dapat meningkatkan kinerja bagi kedua pihak satu pedagang (distributor atau retailer) saja.
(distributor dan retailer) dalam menjalankan Apabila pengembangan sistem ini merujuk kepada
aktivitas bisnisnya. Sistem ini berupa layanan proses waterfall, maka tahapan identifikasi
dimana pihak pengelola mall merupakan kebutuhan sistem akan memakan waktu yang
intermediary yang menyediakan jasa bagi sangat lama mengingat banyaknya tenant yang
distributor dan retailer yang pada akhirnya menjadi calon pengguna dari sistem. Proses
berujung pada peningkatan pendapatan baru dan prototyping memotong waktu yang signifikan
memberikan pelayanan terbaik bagi para penyewa pada tahapan ini. Karakteristik metodologi
tempat dan para pengunjung mall. prototyping yang tidak meng-capture informasi
awal secara detail akan memudahkan proses
3. Metodologi Pengembangan identifikasi awal dari kebutuhan para pengguna.
Identifikasi kebutuhan secara umum dilakukan
Metodologi yang dipakai dalam pada tahapan awal untuk kemudian direvisi sesuai
pengembangan sistem dalam makalah ini adalah dengan feedback dari users setelah sistem SCM
prototyping. Metodologi pengembangan berbasis berbasis layanan go live.
prototyping memungkinkan pengembang untuk Identifikasi kebutuhan dari sistem SCM
melakukan fase analisis, desain dan implementasi berbasis layanan dibagi menjadi dua yaitu
secara bersamaan. Ketiga fase dilakukan berulang kebutuhan fungsional dan kebutuhan non-
kali dalam sebuah siklus pengembangan sistem fungsional. Tidak ada prioritas diantara kedua
sehingga seluruh kebutuhan dan fitur-fitur dalam aspek ini. Keduanya memiliki peranan yang
sistem lengkap. Hasil dari prototyping merupakan sangat penting dalam keberhasilan pengembangan
representasi versi lebih kecil dari sistem dengan sistem. Secara umum kebutuhan fungsional dari
jumlah fitur yang minimal (workflow yang sistem ini adalah sebagai berikut:
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 93

1. Fungsi mengelola data customer (distributor 5. Analisa dan Pemodelan Masalah


dan retailer) oleh pengelola mall sebagai
penyedia layanan. Pemodelan dalam proses analisa masalah
2. Fungsi mengelola data barang yang dalam makalah ini menggunakan Unified
dilakukan oleh customer (distributor dan Modelling Language (UML). Ada dua jenis tipe
retailer). diagran dalam UML, yang pertama adalah
3. Fungsi untuk mengotomasi proses transaksi diagram yang memodelkan struktur dari sistem
keuangan baik itu berupa pembayaran dan yang kedua adalah diagram yang
tagihan maupun aktivitas cash flow memodelkan perilaku dari sistem. Penggunaan
keuangan. metodologi prototyping membuat proses
4. Fungsi otomasi capturing dan input data pemodelan tidak perlu dilakukan secara
menggunakan third party device. mendetail. Untuk memodelkan sistem SCM
5. Fungsi monitoring proses transaksi yang berbasis layanan yang dibahas pada makalah ini,
dilakukan oleh pengelola. digunakan dua jenis diagram untuk memodelkan
6. Fungsi summarizing dalam bentuk laporan masing-masing karakteristik. Pemodelan structure
penjualan dari sistem digunakan class diagram yang
7. Fungsi analisa statistik dalam bentuk merupakan representasi dari pemodelan berbasis
diagram dan grafik. object oriented dan untuk memodelkan behavior
digunakan use case diagram. Tidak ada
Identifikasi kebutuhan fungsional dapat pemodelan data dalam bentuk entity relationship
beubah sesuai dengan proses iterasi dalam diagram karena struktur penyimpanan data tidak
metodologi prototyping. Kebutuhan utama yang menjadi masalah yang cukup urgent untuk
berhasil diidentifikasi dapat bertambah dan juga dimodelkan.
berkurang sesuai dengan feedback dari users Struktur dari sistem dimodelkan dengan
dalam proses evaluasi prototipe sistem. Sementara class diagram yang merepresentasikan masing-
itu, daftar kebutuhan non fungsional dari sistem masing modul yang dibangun untuk
SCM berbasis layanan dapat dilihat dalam Tabel 1 merepresentasikan sistem secara utuh.

TABEL I
KEBUTUHAN NON FUNGSIONAL SISTEM SCM BERBASIS LAYANAN
Kebutuhan Penjelasan
1. Performance a) Mengefisienkan waktu proses pengolahan data sistem, mulai dari penginputan
hingga pelaporan.
b) Membantu peningkatan pemantauan perkembangan.
c) Mengurangi tingkat kesalahan dan ketidaklengkapan data
2. Data Management a) Melakukan penyimpanan data berupa informasi data barang, data konsumen (retail),
karyawan, fasilitas dan data transaksi.
b) Mencegah terjadinya penyimpanan data yang redundant.
c) Mencegah hilangnya data.
d) Sistem pusat dan cabang terintegrasi sehingga memudahkan untuk mendapatkan data
yang paling aktual.
e) Format penyajian laporan dibuat sehingga lebih mudah dipahami.
f) Meminimalisasi terjadinya kesalahan penginputan data.
g) Data terdokumentasi dan terstruktur.
3. Economic a) Mengurangi biaya operasional untuk transfer informasi atau dokumen ke pusat yang
selama ini dilakukan secara manual.
b) Memperlancar aliran informasi antara bagian administrasi ke managerial
4. Control a) Meningkatkan keamanan terhadap pelaksanaan proses penyimpanan data.
b) Membatasi akses penggunaan terhadap sistem dengan cara menerapkan privilege.
c) Adanya operator data entry yang bertangungjawab terhadap pelaksanan pemasukan
data dan aministrator yang bertanggung jawab atas semua jalannya aktivitas pada
aplikasi
d) Mencegah akses penuh dari pengguna-pengguna yang tidak berwenang.
5. Eficiency a) Menggunakan sistem penyimpanan data yang terpusat untuk memudahkan proses
pendistribusian barang.
b) Mengefisienkan waktu untuk pelaksanaan proses validasi penginputan data
c) Meminimalisasi biaya dan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan proses
pelaporan.
6. Service a) Menghasilkan informasi yang akurat untuk bahan pertimbangan dan evaluasi.
b) Memberi kemudahan dalam penggunaan operasional sistem.
94 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012

Gambar 4. Pemodelan struktur berbasis object oriented dengan UML class diagram

Model dari struktur sistem digambarkan Tiga class terakhir dibuat untuk
dalam class diagram dapat dilihat pada gambar 4. menunjukkan struktur sistem yang
Struktur dari sistem SCM berbasis layanan dibagi merepresentasikan proses aktivitas utama dari
menjadi tiga bagian utama yaitu modul yang organisasi. Class „order produk‟, „proses
merepresentasikan pengelola mall yang menjadi transaksi‟, dan „status pembayaran‟ secara
administrator dari sistem SCM berbasis layanan, eksplisit menggambarkan bagaimana
pada class diagram direpresentasikan dengan keterhubungan antara distributor dan retailer
class „register layanan‟. Modul fungsi dari kedua dalam melakukan aktivitas jual – beli dalam
jenis customer yang menjadi users atau tenant sebuah pusat perdagangan. Ketiga class yang
dari mall ini (distributor dan retailer) memodelkan struktur aktivitas perdagangan ini
direpresentasikan menjadi dua jenis melalui class tidak berdiri sendiri, mereka memiliki keterkaitan
diagram. Struktur yang pertama menggambarkan erat dengan empat class lain yang juga memiliki
aktivitas internal customer yang melakukan fungsi untuk merepresentasikan modul lain dalam
management internal terhadap kebutuhan dari sistem SCM berbasis layanan ini.
setiap customer, proses ini direpresentasikan Pemodelan lain yang digunakan dalam
dengan class „data karyawan‟, „data konsumen‟, makalah ini untuk merepresentasikan behavior
dan „data barang‟. Ketiga class yang dari sistem adalah use case diagram. Dari use
menggambarkan fungsi internal dari setiap case diagram, dapat dilihat apa saja aktivitas dan
customer ini terhubung dengan class yang perilaku users dengan sistem dan dapat dilihat
merepresentasikan pengelola mall dan tiga class pula seberapa jauh interaksi itu membutuhkan
lain yang merupakan representasi dari aktivitas fungsi yang perlu diimplementasikan dalam
antar customer yaitu proses jual – beli dalam mall sistem. Berikut ini adalah model dari behavior
yang terjadi antara distributor dan retailer. sistem yang direpresentasikan menggunakan use
case diagram.

94
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 95

yang di-capture dari identifikasi kebutuhan


fungsional dan kebutuhan non fungsional dari
sistem SCM berbasis layanan. Hanya
digunakannya class diagram dan use case
diagram tanpa melibatkan diagram lain dalam
pemodelan sistem dilakukan dengan argumentasi,
simplifikasi proses prototyping tidak memerlukan
pemodelan detail yang merepresentasikan seluruh
proses bisnis dari sistem.

6. Desain Sistem

Perbedaan utama dari sebuah sistem yang


dibangun untuk keperluan internal dengan sistem
yang dibangun untuk memberikan layanan kepada
users terletak pada bagian desain. Pengembangan
sistem yang berorientasi „goods‟ atau produk
menonjolkan prinsip capturing requirements yang
tersentralisasi pada sebuah entitas organisasi yang
Gambar 5. Use case diagram dari sistem SCM berbasis merupakan user utama dari sistem. Sementara itu,
layanan versi 1.0
sistem yang dibangun yang dimaksudkan untuk
memberikan layanan kepada banyak users dalam
Gambar 5 memperlihatkan model yang
waktu yang bersamaan harus dapat
paling sederhana dari behavior sistem SCM
mengakomodir kebutuhan umum dari setiap
berbasis layanan. Ada dua jenis aktor yaitu
users. Ilustrasi yang memberikan gambaran
penyedia layanan yang direpresentasikan dengan
lengkap mengenai perbedaan sistem yang
„administrator‟ dan pihak penggunan jasa layanan
berorientasi „goods‟ dengan sistem yang
yang digambarkan dengan „customer‟. Aktor
berorientasi „services‟ dapat dilihat pada Gambar
„customer‟ merupakan generalisasi dari
7.
distributor dan retailer dimana keduanya
memiliki irisan dalam melaksanakan fungsi
tertentu dalam sistem. Selain itu, terdapat enam
aktivitas utama yang menggambarkan fitur sistem
yang menjadi tulang punggung layanan SCM ini.
Proses pemodelan behavior dari sistem tidak
berhenti pada use case diagram versi 1.0 yang
dimuat dalam Gambar 5 saja. Ada beberapa
behavior yang perlu dijabarkan dengan lebih
detail sehingga dapat merepresentasikan behavior
sistem secara lebih lengkap. Pemodelan versi 2.0
dengan use case diagram yang lebih detail dapat
dilihat pada Gambar 6.
Tidak ada perubahan dari aktor yang terlibat,
ketiga aktor yaitu „administrator‟ yang
merepresentasikan penyedia layanan dan dua Gambar 7. Pengembangan perangkat lunak berorientasi
aktor lainnya yang merepresentasikan pengguna „goods‟ dan „services‟
jasa layanan yaitu „distributor‟ dan „retailer‟. Hal
Pada makalah ini, sistem SCM berbasis
yang cukup signifikan dari use case diagram
layanan yang akan dibangun direpresentasikan
SCM berbasis layanan versi 2.0 adalah proses
dalam dua jenis diagram yang memperlihatkan
detail dari setiap use case yang disusun
desain dari sistem secara keseluruhan. Diagram
digambarkan dengan lebih jelas.
yang pertama menggambarkan network design
Pemodelan yang digunakan dalam makalah
dari sistem SCM berbasis layanan dan diagram
ini menggunakan object oriented dengan harapan
yang kedua menggambarkan database design dari
proses pemahaman terhadap fungsi – fungsi
sistem. Penggunaan kedua diagram ini sudah
utama sistem dapat dilakukan dengan lebih
cukup memperlihatkan bagaimana desain dari
mudah. Dua diagram yang digunakan untuk
arsitektur sistem SCM berbasis layanan yang
memodelkan structure dan behavior dari sistem
diusulkan.
dirasa cukup untuk menggambarkan proses bisnis
96 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012

Gambar 6. Use case diagram dari sistem SCM berbasis layanan versi 2.0

Desain dari sistem yang diusulkan memiliki


kekuatan utama pada desain arsitektur yang
berbasis layanan. Ilustrasi yang digunakan pada
Gambar 7 yang memperlihatkan perbedaan
paradigma pengembangan sistem yang
berorientasi „goods‟ dan „services‟ mewarnai
proses desain arsitektur yang dirancang untuk
membangun sistem SCM berbasis layanan.
Diagram pertama adalah diagram yang
merepresentasikan desain dari topologi jaringan
dari sistem. Desain dari topologi jaringan dapat
dilihat pada gambar 8.
Sistem SCM berbasis layanan digambarkan
dalam sebuah cloud yang merepresentasikan
sebuah sistem pada layer yang diakses secara
transparent oleh users. Users yang terdiri dari Gambar 8. Desain topologi jaringan dari sistem SCM berbasis
para distributor dan retailer tidak perlu tahu layanan.

96
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 97

bagaimana struktur dari sistem tersebut secara dimungkinkan untuk dibangun dengan
detail. Salah satu keuntungan dari sistem mendasarkan pengembangan sistem yang
semacam ini adalah penambahan jumlah users berorientasi „services‟.
tidak akan mempengaruhi perubahan struktur Ilustrasi pada Gambar 10 memperlihatkan
program dalam sistem karena setiap kali bagaimana konsep dedicated database dengan
dilakukan penambahan users, yang terjadi adalah multi-tenant yang memiliki perbedaan yang cukup
hanya penambahan server aplikasi pada level signifikan dari konsep yang dibahas sebelumnya.
client yang mengakses server utama yang berisi Model desain pada Gambar 10 pun merupakan
layanan sistem SCM pada cloud yang merupakan database design yang biasa digunaan dalam
representasi layanan yang diberikan. Gambar 8 membangun sistem berbasis layanan. Namun
memperlihatkan bagaimana setiap users demikian, sistem SCM berbasis layanan tidak
berinteraksi dengan cloud dalam sebuah topologi menggunakan desain yang relatif costly untuk
jaringan. Satu diagram lagi yang perlu untuk sebuah sistem sederhana yang memberikan
dimuat untuk lebih memperjelas bagaimana layanan SCM kepada para distributor dan retailer
perbedaan antara sistem SCM yang dibangun yang tidak memiliki skala enterprise. Kebutuhan
secara dedicated untuk satu entitas organisasi untuk customized database schema yang murah
dengan sistem SCM berbasis layanan yang dapat dipenuhi dengan konsep shared database
dibangun untuk melayani banyak users. Diagram dengan multi-tenant dibanding
terakhir yang digunakan dalam proses desain mengimplementasikan konsep database design
untuk menggambarkan keunikan dari sistem SCM yang ditunjukkan pada Gambar 10.
berbasis layanan ini adalah database design.
Konsep utama dari database design yang
digunakan adalah konsep shared database dengan
multi-tenant [6]. Desain dari konsep shared
database dengan multi-tenant dapat dilihat pada
Gambar 9 berikut ini

Gambar 10. Ilustrasi database design dengan konsep dedicated


database dengan multi-tenant [6]

7. Kajian dan Diskusi

Pemaparan mengenai bagian kedua dari


tahapan prototyping yaitu analysis dan design
(minus implementation) telah dibahas pada
makalah ini. Ada beberapa isu penting yang harus
dijelaskan terkait studi kasus yang digunakan,
metodologi pengembangan, dan proses analisis
dan desain yang dilakukan. Isu – isu ini dapat
dikatakan sebagai hambatan dalam pengembangan
tetapi di pihak lain menjadi challenge dan
knowledge baru dalam melakukan pengembangan
sistem berbasis layanan.
Isu yang pertama adalah pada analisis dari
studi kasus yang ada sebelum menentukan jenis
Gambar 9. Database design dengan konsep shared database pengembangan sistem yang berbasis layanan atau
dan multi-tenant yang digunakan dalam sistem SCM berbasis
layanan [6]. berorientasi „services‟ ketimbang berorientasi
„goods‟. Ada satu hal penting yang perlu
Dengan model shared database dengan diperhatikan yang menjadi isu yaitu adanya
multi-tenant, setiap users dimungkinkan untuk banyak users yang merupakan entitas bisnis yang
memiliki skema database masing – masing yang berbeda namun memiliki kesamaan fungsi umum
unik dan bersifat customized. Dengan desain yaitu sebagai tenant pada sebuah mall yang
database seperti ini akan mengurangi cost untuk dikelola oleh perusahaan tertentu. Salah satu ciri
membangun dedicated database untuk setiap dari sistem berbasis layanan adalah memiliki
users (ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 10) banyak users yang merupakan entitas organisasi
yang menginginkan customized data model yang yang saling berbeda dengan kebutuhan yang
pasti terjadi. Proses customized yang efisien berbeda namun memiliki satu atau beberapa
98 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 2, October 2012

kebutuhan layanan yang sama yang disediakan dilakukan. Begitupun pada proses perancangan
oleh penyedia jasa layanan. Karena itu pula, ada database, perlu diperhatikan bahwa sistem
pertimbangan personalization atau customization database harus mengakomodir konsep multi-
yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa layanan tenant yang memungkinkan setiap users memiliki
tanpa harus mengorbankan sistem utama. skema database sendiri yang unik. Namun
Isu yang kedua ketika memilih metodologi demikian, faktor cost dalam pemilihan konsep
yang tepat untuk dijadikan acuan pengembangan database pun harus mendapat perhatian sehingga
sistem. Pemilihan metodologi prototyping tidak pengembang tidak perlu menginvestasikan terlalu
semata – mata karena studi kasus dalam makalah banyak dana untuk fitur yang sebetulnya tidak
ini memiliki karakteristik requirements yang diperlukan. Dua konsep yang sudah dijelaskan
belum begitu detail dan durasi waktu pengerjaan dalam makalah ini yaitu shared database dengan
yang pendek. Sistem SCM berbasis layanan multi-tenant dan dedicated database dengan
memiliki banyak users yang berperan sebagai multi-tenant dapat menjadi pertimbangan dalam
tenant, tidak mungkin pendekatan Joint melakukan perancangan.
Application Development (JAD) digunakan untuk
mengakomodir permasalahan tersebut. Selain 8. Kesimpulan
jumlah tenant yang banyak, potensi penambahan
jumlah tenant akan menjadi masalah jika Proses pengembangan sistem informasi yang
pengembangan sistem yang dilakukan berorientasi didasarkan kepada metodologi pengembangan
akomodatif. Proses dalam prototyping yang sistem informasi merupakan sebuah best practice
memungkinkan siklus evaluasi dan perubahan yang walaupun tidak menjamin kesuksesan tetapi
terhadap sistem yang dibangun memungkinkan memberikan panduan dan arahan yang cukup
pengembangan sistem secara langsung dan cepat lengkap mengenai tahapan tahapan dalam
dengan memenuhi kebutuhan dasar dari para pengembangan sistem. Proses pengembangan
users dan melakukan proses revisi berkelanjutan sistem informasi berbasis layanan memiliki
seiring dengan berjalannya waktu dan kesamaan dengan pengembangan konvensional.
penambahan jumlah tenant yang menggunakan Namun demikian, ada beberapa faktor yang perlu
layanan ini. diperhatikan dengan lebih baik untuk
Isu yang ketiga terkait dengan tahapan mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam
system analysis. Sebetulnya, tidak banyak isu pengembangan sistem. Pada makalah ini telah
yang dapat diangkat pada fase ini yang terkait erat dipaparkan bagaimana proses pengembangan
dengan konsep sistem berbasis layanan. Namun sistem informasi berbasis layanan (dibatasi
demikian, penggunaan diagram – diagram yang sampai tahapan desain) dengan membahas isu –
merepresentasikan prinsip object oriented dengan isu yang kemungkinan akan muncul dan perlu
Unified Modelling Language (UML) akan sangat mendapat perhatian khusus.
membantu dan memudahkan proses pemodelan
pada tahap analisis. Referensi
Isu yang terakhir dan merupakan isu yang
cukup penting dalam pengembangan sistem [1] Simchi-Levi, E., dan Kaminsky, P. (2003).
berbasis layanan adalah isu yang terkait dengan Designing and Managing The Supply
fase desain. Perbedaan utama antara sistem yang Chain: Concepts, Strategies, and Case
berorientasi „goods‟ dengan sistem yang Studies. Irwin/McGraw-Hill.
berorientasi „services‟ terletak pada desain [2] Van der Vorst, J. (2004). Supply chain
arsitektur dari sistem baik itu desain topologi management: Theory and Practices. IN:
jaringan dan desain database yang digunakan. Isu CAMPS, T. et al. The Emerging World of
dalam desain arsitektur perlu mendapat perhatian Chains and Networks: Bridging Theory
khusus dalam pengembangan sistem berbasis and Practice. Den Haag: Red Business
layanan. Perlu diingat bahwa konsep sistem Information, pp. 105-128.
berbasis layanan erat kaitannya dengan teknologi [3] Meindl, P., dan Chopra, S. (2005). Supply
cloud, karenanya ketika mendesain topologi chain management: Strategy, Planning,
jaringan, prinsip user transparency perlu and Operation. Pearson Education
dimasukkan sebagai variabel utama. User International/Prentice Hall.
transparency memastikan users yang merupakan [4] Porter, M. (1998). Competitive Advantage:
tenant pengguna jasa layanan SCM tidak Creating and Sustaining Superior
mengetahui secara detail bagaimana fasilitas Performance: With a New Introduction.
infrastruktur dari sistem ini. Users cukup Free Pr.
mengetahui bagaimana cara penggunaan layanan [5] Lambert, D., dan Cooper, M. (2000).
dan bagaimana proses customization dapat “Issues in Supply chain management”.
M. Hilman et. al., Supply chain management Berbasis Layanan 99

Journal of Industrial Marketing [Online] tersedia di


Management, vol. 29, pp. 65-83. http://msdn.microsoft.com/en-
[6] Chong, F., Carraro, G., dan Wolter, R. us/library/aa479086.aspx
(2011). “Multi-Tenant Data Architecture”.

View publication stats

Vous aimerez peut-être aussi