Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Akhmad Mujahidin
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR Soebrantas 155 Km 15 Simpang Baru Panam Pekanbaru 28293
e-mail: akhmad.mujahidin@gmail.com
Abstract: In the context of urban Indonesia economic community, several terms, such as paroan, prapatan, dan
pertelon are quite popolar. Such terminology has influence economic activities whic have become
tradition that supports profit sharing principles which is practiced by sharia banking. Such profit
sharing practices basically aimes at creating justice and provide balances for economic users and their
environments. Furthermore, profit sharing practices show partnership relation among enterprise
practitioners; more than just the relationship between superiors and subordinators. This kind of spirit
does not end in profit oriented only but also establishing human based relationship which aimes at
helping and caring one another. Dealing with the nature of the sprit above, sharia economic
practitioners should have been energized and inspired and able to realize them in more real and
synergical economic relationship. However, one important thing that they usually forget in developing
business institution is lack of understanding toward the culture of the society where they build business,
including sharia banking. Understanding toward local culture and wisdom of the society is one of the
significant factors required in designing, harmonizing, and developing business. This implies that a
busines institution should not aim at corporate oriented only. Infact, it should have relations of socio-
culture) and coorporate social responsibility.
seperti pranata sosial budaya, kearifan lokal, pengejawantahan dari teori harmoni ka al-
dan norma-norma yang terkait dengan jasad al-wahid dalam ajaran Islam, yang
pelestarian lingkungan hidup penting menjadi menggambarkan kelaziman saling melindungi
basis yang utama. dan mengembangkan potensi serta saling
Seperti kita ketahui adanya krisis mengisi dan membantu di antara sesama.
ekonomi dewasa ini, masyarakat yang hidup Melalui teori harmoni ka al-jasad al-wahid
dengan menggantungkan alam dan mampu dimisalkan kehidupan komunitas muslim itu
menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dengan ka al-bunyan yasuddu ba’duha ba’dla
dengan kearifan lokal yang dimiliki dan bagaikan sebuah bangunan, yang antara
dilakukan tidak begitu merasakan adanya elemen bangunan yang satu dengan yang
krisis ekonomi, atau pun tidak merasa terpukul lainnya saling memperkokoh memperkuat
seperti halnya masyarakat yang hidupnya (Ibnu Khaldun, 1986: t.h.). Teori ‘Ashâbiyat--
sangat dipengaruhi oleh kehidupan modern. solidaritas kelompok dan konsep ta’âwun al-
Maka dari itu kearifan lokal penting untuk ihsan itu didasarkan atas pemikiran ajaran
dilestarikan dalam suatu masyarakat guna Islam, yang di dalamnya terkandung norma
menjaga keseimbangan dengan lingkungannya akidah dan syari’at (Muhamad Syaltut, 1959:
dan sekaligus dapat melestarikan t.h.). Unsur syari’at itu merupakan norma
lingkungannya. Berkembangnya kearifan lokal sentral bagi kaum Muslimin. Karena di
tersebut tidak terlepas dari pengaruh berbagai dalamnya memuat ragam aturan, termasuk
faktor yang akan mempengaruhi perilaku tata cara transaksi ekonomi yang sesuai dengan
manusia terhadap lingkungannya. kaidah-kaidah syariah.
Dalam masyarakat beradab, budaya di Ibnu Qayyim menjelaskan pengaruh
bangun atas dasar konsensus nilai-nilai motif suatu tindakan, baik yang berhubungan
kearifan lokal. Jika kultur dan kearifan lokal dengan transaksi bisnis. Kaidah syariah yang
dikaitan dengan aktivitas bisnis, maka ia tidak dapat diabaikan adalah tujuan dan i’tikad
menjadi sebuah entitas yang tidak bisa yang berpengaruh terhadap transaksi bisnis.
dipisahkan. Bisnis tidak bisa terlepas dari nilai- Tujuan dan i’tikad sangat menentukan apakah
nilai budaya dan kehidupan sosial masyarakat suatu tindakan itu jatuh pada hal yang halal
yang dianut. Ia tidak bisa dipertentangkan, atau haram, sah atau batal, dan maksiat atau
tetapi ia harus direlasikan atau bahkan taat (Ibn Qayyim al-Jawziyyah, t.th.: 108).
diintegrasikan. Oleh karena itu, memahami David Mc. Clelland dengan teorinya
nilai-nilai kearifan kultur lokal menjadi sangat Need for Achievement menyatakan bahwa
signifikan dalam mengkonstruksi fundamental kemajuan ekonomi suatu masyarakat dapat
ekonomi syariah. dijelaskan dengan tinggi rendahnya motif
berprestasi pada suatu masyarakat tertentu.
Perkembangan ekonomi masyarakat yang
KEARIFAN LOKAL DALAM PRESPEKTIF memiliki motif prestasi tinggi akan lebih pesat
TEORI
dari perkembangan masyarakat dengan motif
Salah satu ciri kearifan lokal adalah prestasi rendah, karena dalam masyarakat
memiliki tingkat solidaritas yang tinggi atas yang para anggotanya memiliki motif prestasi
lingkungannya. Dalam khasanah sosiologi tinggi akan lebih banyak dijumpai berbagai
Islam, Ibnu Khaldun dikenal sebagai peletak macam wirausaha yang berhasil dan mereka
dasar teori solidaritas masyarakat atau dikenal itu yang menjadi pendorong utama
dengan teori ‘Ashâbiyat Teori ini merupakan pembangunan ekonomi (Doyle Paul Johnson,
Peranan Kearifan Lokal (Local Wisdom ) dalam Pengembangan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Indonesia ║155
1988: 283). Kelemahan dari teori ini adalah seseorang untuk melaksanakan ibadah, seperti
mengabaikan adanya interaksi sosial antara shalat, puasa, dan sebagainya. Keragaman
individu dengan individu lainnya. motivasi atau latar belakang niat seseorang
Se dang k an Har un Nasut io n dalam bertindak adalah suatu hal yang tidak
mengemukakan bahwa suatu pandangan yang terelakkan dan secara hukum tidak
menyatakan manusia adalah bagian dari alam dipersalahkan. Sejarah menjelaskan kepada
akan menyebabkan manusia lebih menerima kita, ketika Nabi Muhammad Saw berhijrah
nasibnya tanpa usaha yang maksimal. Manusia bersama para pengikutnya, beliau mengatakan
akan menyesuaikan dirinya dengan alam atas bahwa motivasi dan keikutsertaan para
desakan kondisi alam itu sendiri dengan bekal pengikutnya itu beragam, ada yang
etos kerja yang dimiliki. Sedangkan pandangan bermotifkan kekayaan, dan ada juga karena
yang menyatakan bahwa alam diciptakan dorongan wanita yang ingin dinikahinya.
untuk memenuhi kebutuhan manusia akan Semuanya itu dibenarkan, hanya saja kualitas
membawanya selalu proaktif meningkatkan partisipasi yang terbaik dan tertinggi dalam
taraf hidupnya (Harun Nasution, 2002: 31). pandangan agama Islam adalah karena Allah
Teori-teori tersebut menurut Akhmad Swt. Hadis yang berbunyi: innama al-’amal bi
Mujahidin (Akhmad Mujahidin, 2013: 127). al-niyyât dan seterusnya, membenarkan
menunjukkan bahwa karakteristik manusia keragamaan motivasi tindakan. Oleh karena
yang mempunyai motivasi tinggi akan tampak itu, masalah partisipasi masyarakat dalam
dalam tingkah laku yang dilandaskan pada ekonomi syariah pun demikian. Motivasi
suatu keyakinan yang sangat mendalam partisipasi masyarakat itu harus diciptakan.
bahwa apa yang dilakukannya merupakan Menurut Abdurrahman bin Abd al Salam al
bagian dari ibadah kepada Allah. Bekerja Syafi’i dalam kitab Nuzhat al Majalis wa
merupakan suatu panggilan yang sangat mulia Muntakhab al Nafais bahwa motivasi
dan perintah dari Allah yang menempatkan seseorang untuk melaksanakan muamalat
dirinya sebagai makhluk pilihan sehingga sebagaimana juga melaksanakan ibadah selalu
tumbuh dalam dirinya kehati-hatian, beragam. Minimal ada tiga motivasi utama: 1).
menghargai waktu, hemat, produktif, dan Motivasi ekonomi, yakni ingin mendapat
memperlebar sifat kasih sayang sesama imbalan material yang bernilai; 2). ”takut”
manusia. mendapat ancaman ”akhirat” dan ingin
Solidaritas kelompok sebagai dasar ”surga”; 3). Ikhlas bermuamalat atas landasan
kehidupan yang dilandasi oleh iman dan iman tauhid yang amat murni; lillahi ta’ala
akhlak mulia seperti yang dicontohkan (Abdurrahman bin Abd al Salam al Syafi’i,
Rasulullah Saw dapat memberikan implikasi 2005: 7).
terhadap tatanan kerja sama kemanusiaan Dengan demikian dapatlah dikatakan di
(ta’âwun al-ihsan). Apabila teori tersebut sini bahwa akhlak yang sangat ditekankan
dihubungkan dengan kegiatan ekonomi, maka Alquran dan Hadis harus mendapat perhatian
akan dapat mendorong masyarakat untuk khusus yang diwujudkan sebagai dasar
bersatu dan aktif partisipatif dalam proses perilaku secara umum, khususnya masalah
pembangunan ekonomi syariah. ekonomi. Pandangan yang bertumpu pada
Motivasi seseorang untuk ambil bagian kekuatan moral (moral force) akan berpeluang
dalam suatu proses kehidupan sosial sangat mengantarkan manusia pada kebahagiaan,
beragam sebagaimana halnya motivasi ketenteraman, dan kesejahteraan.
156 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 15, Nomor 2, Juli-Desember 2016
16). Menurut Hazairin, kaidah fundamental hendak dipeluknya dan jaminan agar setiap
dalam pasal tersebut dapat ditafsirkan sebagai penduduk dapat menjalankan ibadahnya
berikut: menurut agama dan kepercayaan yang
1. Dalam negara RI tidak boleh ada atau tidak ditetapkan oleh agama yang dipeluknya.
boleh berlaku hukum yang bertentangan Tetapi keaktifan negara tidak boleh
dengan kaidah-kaidah agama yang berlaku mencampuri aturan-aturan internal (Yusril Ihza
bagi pemeluk agama. Mahendra, 1996: 119-120) yang telah
2. Negara wajib menjalankan syariah semua ditentukan oleh masing-masing agama
agama yang berlaku di Indonesia, kalau penduduknya.
untuk menjalankan syariah itu memerlukan
bantuan kekuasaan Negara (Muhammad
REALITAS HUKUM ISLAM DI INDONESIA
Daud Ali, 1997: 45).
Bagi umat Islam, pelaksanaan isi pasal 29
Syariah yang tidak memerlukan
tersebut telah terwujud dalam bentuk UU No.
kekuasaan negara untuk melaksanakannya
1 tahun 1974 tentang Perkawinan, UU No. 7
karena dapat dijalankan sendiri oleh setiap
tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Inpres
pemeluk agama yang bersangkutan seperti
No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
salat dan puasa bagi umat Islam, menjadi
Islam, UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan,
kewajiban pribadi pemeluk agama itu sendiri
UU No. 17 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
untuk menjalankannya menurut ketentuan
Ibadah Haji, UU No. 38 tahun 1999 Pengelolaan
agamanya masing-masing.
Zakat, UU. No 44 tahun 1999 tentang
Pasal 29 UUD 1945 ini mempunyai tiga
Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi DI
muatan makna. Pertama, negara tidak boleh
Aceh, dan UU. No. 18 tahun 2001 tentang
membuat peraturan perundang-undangan
Otonomi Khusus Provinsi DI Aceh sebagai
atau melakukan kebijakan-kebijakan yang
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (Muchsin,
bertentangan dengan dasar keimanan kepada
2003: 18-19). Selain itu juga telah lahir UU No.
Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, negara
21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
berkewajiban membuat peraturan perundang-
Peraturan Bank Indonesia (PBI) UU Produk
undangan atau melakukan kebijakan-kebijakan
Halal dan inisiatif-inisiatif lain tentang tema-
bagi pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada
tema hukum Islam.
Tuhan Yang Maha Esa dari segolongan
Realitas ini menunjukkan bahwa negara
pemeluk agama yang memerlukannya. Ketiga,
Indonesia telah memberikan ruang gerak
negara berkewajiban membuat peraturan
yang cukup bagi terlembaganya hukum Islam
perundang-undangan yang melarang siapa
dalam sistem hukum nasional. Dengan
pun melakukan pelecehan terhadap ajaran
demikian setiap muslim dapat sepenuhnya
agama (Hartono Mardjono, 1997: 28).
menjalankan kegiatan sesuai dengan ajaran-
Dengan tiga makna ini dapat dipahami
ajaran Islam apabila mereka menghendaki. Jika
bahwa negara berkewajiban secara aktif
dikalaborasi lebih lanjut maka dalam kegiatan
melakukan upaya-upaya agar setiap
di bidang muamalat seperti jual-beli, sewa-
penduduk dapat memeluk agama dan
menyewa, dan lain-lain juga dapat dilakukan
beribadat menurut agama dan kepercayaannya
sepenuhnya berdasarkan hukum Islam,
itu. Keaktifan negara di sini adalah untuk
sehingga seluruh kegiatan dalam kehidupan
menjamin agar setiap penduduk dapat
muslim akan tunduk kepada hukum Islam.
merdeka menentukan pilihan atas agama yang
Logikanya apabila dalam bidang perkawinan,
Peranan Kearifan Lokal (Local Wisdom ) dalam Pengembangan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Indonesia ║159
positif bagi pelakunya. Shalat dapat pelembagaan hukum Islam. Pelembagaan dan
mencegah perbuatan keji dan munkar penerapan hukum Islam dapat dipastikan akan
(terdapat dalam alquran surat al-Ankabut meminimalisir tindak kejahatan yang terjadi.
ayat 45). Dalam shalat, seseorang harus Hal ini terbukti bahwa pada zaman Nabi
meletakkan anggota badan yang paling Muhammad Saw hukuman zina hanya
terhormat, yakni wajahnya, ke lantai agar dilaksanakan satu kali karena pengakuan
benih-benih kesombongan dapat tercabut pelakunya dan ia meminta untuk dirajam. Ini
dari jiwanya. Demikian pula zakat dapat berarti penerapan dan pelembagaan hukum
dijadikan instrumen pembersih (terdapat Islam dapat dijadikan alternatif yang tepat
dalam Alquran surat at-Taubah ayat 103) untuk menekan angka kejahatan
karena dapat membersihkan manusia
dari kekikiran dan ketamakan. Realitas
KEARIFAN LOKAL: SEBUAH FAKTA DI
menunjukkan bahwa kejahatan lebih
INDONESIA
banyak dilakukan oleh mereka yang tidak
begitu peduli dengan kualitas ibadahnya. Dalam kultur ekonomi masyarakat
3. Pencegahan dari segi keadilan sosial. Dalam Indonesia di pedesaan dikenal beberapa istilah
arti, setiap warga negara telah diberi seperti paroan, prapatan, dan pertelon.
kesempatan yang mudah untuk memenuhi Terminologi tersebut tidak hanya
kebutuhannya dengan cara yang halal dan menyemangati bagaimana aktivitas ekonomi
tertutup dihadapannya kesempatan untuk yang sudah lama mengakar di masyarakat,
berbuat yang tidak halal atau yang yang menjungjung tinggi prinsip-prinsip bagi
membuatnya tertarik dengan hal-hal yang hasil sebagaimana dipraktekkan di bank
tidak halal. Pencegahan seperti ini pernah syariah. Pola bagi hasil yang telah lama
dijadikan klausul tidak diterapkannya tumbuh dimasyarakat, sebenarnya mengarah
hukum potong tangan bagi pencuri ketika pada penciptaan keadilan dan memberikan
paceklik pada masa ‘Umar bin Khattab. keseimbangan terhadap pelaku ekonomi
4. Pencegahan melalui amar ma’ruf nahi (economic users) dengan lingkungannya.
munkar yang seharusnya menjadi budaya Bahkan tidak hanya itu, pola bagi hasil juga
di kalangan masyarakat muslim karena hal menyimpan semangat-relasi kemitraan antara
ini merupakan titik sentral dari ajaran pelaku usaha, dari pada sekedar hubungan
agama. Pelaksanaan amar ma’ruf nahi antara majikan dan bawahan. Semangat
munkar secara rapi dan terarah, apalagi kemitraan inilah yang akan mengantarkan para
dilembagakan jabatan muhtasib secara pelaku usaha, tidak hanya sekedar hubungan
resmi oleh negara, akan dapat menjamin usaha yang bersifat profit oriented, tetapi
ketentraman, keadilan, dan hal-hal kondusif pada hakekatnya merupakan kerjasama
lain yang diharapkan oleh seluruh kemanusiaan, satu sama lainnya akan saling
masyarakat. memperhatikan dan saling membantu.
Adanya relasi kultur aktivitas ekonomi
Prakondisi tersebut merupakan upaya
masyarakat dengan ekonomi syariah
awal untuk menguji situasi dan kondisi moral
seharusnya menjadi energi dan inspirasi,
masyarakat muslim di Indonesia. Apabila
bagaimana para pelaku ekonomi syariah dapat
prakondisi itu telah diciptakan, sementara
mengejawantahkan semangat kultur pada
kejahatan dan kerusakan moral tetap terjadi,
hubungan ekonomi yang lebih riil dan
maka tidak ada alasan untuk menolak
bersinergi. Namun, hal yang sering terlupakan
Peranan Kearifan Lokal (Local Wisdom ) dalam Pengembangan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Indonesia ║161
kreditor itu adil apabila menuntut untuk apabila pemberi pinjaman menuntut sebagian
membayar bunga atas hutang yang diberikan? dari keuntungan tersebut.
Dan adilkah jika penghutang dituntut harus Marilah kita analisa maksud "resiko".
membayar bunga terhadap pemberi pinjaman Memang benar bahwa pemberi pinjaman
sesuatu yang melebihi pinjaman pokok? menanggung resiko serta mengorbankan
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut sesuatu apabila ia meminjamkan modalnya
akan menyelesalkan separuh dari masalah kepada peminjam; tetapi dengan cara apapun,
bunga. Jika dapat ditunjukkan bahwa bunga hal ini tidak memberikan hak kepada pemberi
tidak dapat dibenarkan baik oleh akal maupun pinjaman untuk mengenakan harga 5 atau 10%
keadilan, lalu mengapa bunga masih menjadi pertahun atas resiko atau pengorbanannya.
perdebatan. Mengapa peraturan yang tak Pemberi pinjaman mempunyai alasan yang
beralasan tersebut tetap dibiarkan berlangsung baik untuk menahan jaminan atas harta
berada di tengah masyarakat? penghutang atau meminta garansi terhadap
Terdapat perbedaan pendapat yang resiko yang ditanggungnya jika ia tidak mau
menyolok di antara para ahli yang mendukung melakukan di antara pilihan tersebut; tidak
doktrin bunga, yaitu untuk apakah bunga itu mau mengambil resiko sama sekali dan
dibayarkan? Sebagian mengatakan bunga itu menolak untuk memberikan pinjaman.
merupakan harga, tetapi harga untuk apa? Tetapi resiko itu sendiri bukanlah barang
Benda berharga apakah yang dibayar oleh komersial yang memunculkan harga, juga
kreditor sehingga ia menuntut imbalan uang bukan sebagai perabotan atau kendaraan
setiap bulan ataupun setiap tahun? Para yang memungkinkan mendatangkan sewa.
pelopor institusi bunga mendapat kesulitan Pinjaman dapat dikatakan sebagai
besar untuk memperoleh kesepakatan dalam pengorbanan sepanjang pinjaman itu tidak
masalah ini. dianggap sebagai dagangan karena pinjaman
Pelopor teori piutang menanggung tidak dapat dianggap sebagai pengorbanan
Resiko ini menegaskan bahwa kreditor maupun barang dagangan. Jika seseorang
menanggung resiko karena meminjamkan melakukan pengorbanan moral, maka ia harus
modalnya. Ia sendiri menangguhkan puas dengan apa yang ia peroleh secara moral;
keinginannya semata-mata untuk memenuhi apabila ia tidak boleh mengatakan sebagai
keinginan orang lain. Ia meminjamkan pengorbanan melainkan harus sebagai suatu
modalnya yang mestinya dapat mendatangkan bisnis. Dan apabila ia menuntut imbalan ekstra
keuntungan. Jika penghutang menggunakan yang melebihi modal pokok pertahun atau
modalnya itu untuk memenuhi keinginan perbulan, ia harus memberikan alasan atas
pribadinya, ia harus membayar sewa atas tindakannya itu dan menjelaskan mengapa ia
modal yang dipinjam itu, sama halnya ia meminta imbalan semacam itu?
membayar sewa terhadap sebuah rumah atau Marilah kita meneliti dua aspek bunga -
perabotan maupun kendaraan. Sewa sebagai imbalan karena menahan diri atau
merupakan kompensasi terhadap resiko yang sebagai bayaran sewa. Apakah bunga
ditanggung oleh kreditor karena memberi merupakan imbalan karena menahan diri?
pinjaman dan sekaligus imbalan karena ia Sesungguhnya kreditor hanya meminjamkan
memberikan pinjaman modalnya. Dan apabila sejumlah uang yang berlebih dari yang ia
peminjam menginvestasikan modalnya perlukan dan yang tidak digunakan sendiri.
pada usaha-usaha yang dapat memberikan Oleh karena itu, tidak boleh dikatakan sebagai
keuntungan, maka tidak berlebihan dan adil imbalan karena ia tidak menahan diri dari
Peranan Kearifan Lokal (Local Wisdom ) dalam Pengembangan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Indonesia ║163
sesuatu yang memungkinkan dirinya menuntut yang harus dibayarkan, tidak dibenarkan baik
imbalan. dengan akal, rasa keadilan, prinsip-prinsip
Apakah bunga itu dikenakan sebagai perdagangan dan ekonomi bahwa pedagang,
pembayaran sewa? Sewa itu hanya dikenakan industrialis, petani serta faktor-faktor produksi
terhadap barang-barang, seperti rumah, lainnya, yang telah menghabiskan waktu,
perabotan, alat transportasi dan sebagainya, tenaga, kemampuan dan sumber lain
yang digunakan habis, rusak dan kehilangan dari pada jasmani dan mentalnya, untuk
sebagian dari nilainya selama digunakan. mengeluarkan atau menyediakan barang-
Biaya sewa yang dibayarkan itu layak barang kebutuhan masyarakat, yang
terhadap barang yang susut, rusak dan kemungkinan memperoleh keuntungannya
memerlukan biaya perawatan terhadap barang tidak tetap, sedangkan kapitalis memperoleh
tersebut. Tetapi barang-barang seperti makanan, jaminan bunga yang tetap dan pasti. Semua
emas, perak atau uang tidak dapat dikategorikan pihak mempunyai resiko menderita kerugian,
kedalamnya dan oleh karenanya sewa tetapi pemilik modal memiliki jaminan bunga
atasnya tidak punya dasar. yang pasti. Besarnya keuntungan bagi semua
Sebagian besar para kreditor mengatakan agen mengalami naik turun sejalan dengan
bahwa ia memberikan kesempatan kepada perubahan harga tetapi bunga bagi kapitalis
peminjam untuk mencari keuntungan dari tetap saja dan dibayar secara tetap setiap
modalnya sehingga dengan begitu ia harus bulan atau setiap tahun dalam keadaan
memberikan sebagian keuntungannya. Tetapi bagaimanapun.
terhadap pinjaman konsumsi, alasan ini tidak Tetapi jika kreditor menginginkan
berlaku karena peminjam biasanya orang modalnya harus diinvestasikan pada usaha-
miskin yang mengambil pinjaman untuk usaha yang menguntungkan sehingga
mengatasi masa-masa sulit dan tidak ada memungkinkan ia memperoleh keuntungan,
keuntldngan yang dapat dlbagikan. satu-satunya cara yang wajar dan praktis
Di dalam pinjaman produktif, terdapat baginya adalah dengan memasuki suatu
dua kemungkinan yaitu memperoleh partnership, dengan bisnisman, dan bukannya
keuntungan atau menderita kerugian. Jika dengan meminjamkan modal dengan menarik
peminjam menjalankan bisnisnya mengalami bunga.
kerugian, bagaimana dan dengan landasan apa Para pelopor pemikiran ini mengatakan
kreditor dibenarkan menarik keuntungan tetap bahwa dengan "menunggu" atau dengan
secara bulanan atau tahunan dari peminjam? "menahan diri" dalam suatu periode tertentu
Dan apabila keuntungan yang diperoleh sama dan tidak menggunakan modalnya sendiri
atau kurang dari besarnya bunga setiap bulan untuk memenuhi keinginannya sendiri,
atau tahun, maka bagaimana kreditor kreditor memberikan "waktu" kepada
dibenarkan untuk mengambil bagian peminjam untuk menggunakan modalnya
sedangkan ia sendiri tidak melakukan apa- untuk memperoleh keuntungan. "Waktu" itu
apa; sementara peminjam yang bekerja keras, sendiri mempunyai "harga" yang meningkat
meluangkan waktunya, tenaga, kemampuan sejalan dengan periode waktu. Jika peminjam
dan modal pribadinya, setelah pengorbanan itu tidak diberikan batasan waktu untuk
semua, tidak memperoleh apa-apa. mendapatkan keuntungan dari penggunaan
Kalaupun keuntungan yang diperoleh modal yang dipinjamnya, ia tidak akan
peminjam itu lebih besar dari jumlah bunga mampu memperoleh keuntungan dan bahkan
164 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 15, Nomor 2, Juli-Desember 2016
seluruh bisnisnya bisa hancur karena yang dapat diartikan bahwa modal
kekurangan moodal. Masa dimana peminjam mempunyai daya untuk menghasilkan barang
menginvestasikan modalnya, mempunyai yang jumlahnya lebih banyak daripada yang
"harga" tertentu baginya dan ia akan dapat dihasilkan tanpa modal itu, atau modal
menggunakannya untuk memperoleh mempunyai daya untuk menghasilkan
keuntungan. Maka tidak ada alasan mengapa tanpa modal tersebut, atau bahwa modal
kreditor tidak boleh menikmati sebagian dari mempunyai daya untuk menghasilkan nilai
keuntungan peminjam. Selanjutnya, mereka tambah danpada nilai yang telah ada itu
mengatakan bahwa kemungkinan naik sendiri. Dan bunga merupakan imbalan atas
turunnya keuntungan sejalan dengan naik pelayanan produktif tersebut atas modal
turunnya waktu dan tidak ada alasan mengapa kepada peminjam dalam proses produksi.
kreditor lidak boleh mengenakan harga (wailu) Tetapi pemyataan bahwa produktivitas
sesuai dengan lamanya waktu. merupakan kualitas yang melekat modal
Tetapi lagi-lagi pertanyaan bagaimana adalah tidak beralasan karena modal menjadi
dan darimana sumbernya kreditor itu produktif hanya apabila digunakan untuk
mendapatkan informasi bahwa peminjam itu bisnis yang dapat mendatangkan keuntungan
nyata-nyata memperoleh keuntungan dan oleh seseorang. Apabila modal digunakan
tidak mengalami kerugian dengan investasi untuk tujuan-tujuan konsumsi, maka modal
modal pinjamannya itu? Bagaimana ia tidak mempunyai kualifikasi semacam itu.
mengetahui bahwa peminjam itu akan Meskipun modal digunakan dalam
memperoleh keuntungan yang pasti sehingga usaha-usaha yang mendatangkan keuntungan,
dengan begitu ia menetapkan bagian tidak perlu kiranya menghasilkan nilai lebih.
keuntungan tersebut? Dan bagaimana dapat Dapat dinyatakan bahwa produktivitas
memperhitungkan bahwa peminjam pasti tersebut merupakan kualitas yang melekat
akan memperoleh keuntungan yang begitu pada modal. Sering terjadi, terutama dalam
banyak selama masa modal digunakannya keadaan ekonomi yang merosot, penanaman
sehingga ia akan mampu membayar harga modal tidak hanya menipiskan keuntungan
tertentu secara pasti setiap bulan atau setiap tetapi ternyata melibatkan keuntungan menjadi
tahun? Para pendukung teori bunga ini tidak kerugian.
mampu memberikan jawaban yang masuk Jika modal dianggap memiliki
akal terhadap masalah tersebut produktivitas, produktivitas tersebut
Sebuah pendapat menegaskan tergantung pada berbagai faktor yang
"produktivitas modal" sebagai jumlah yang lain. Penanaman yang dapat mendatangkan
diwariskan yang memungkinkan kreditor keuntungan banyak tergantung pada tenaga
menarik suatu imbalan (dalam bentuk bunga) kerja, kemampuan, pandangan yang jauh dan
dari peminjam atas penggunaan modal pengalaman orang yang menggunakannya
tersebut. Ada beberapa ahli ekonomi yang disamping kestabilan ekonomi, sosial dan
menekankan aspek fungsi modal tersebut politik suatu negara. Faktor-faktor tersebut dan
dalam produksi. Menurut pandangan tersebut, faktor-faktor sejajar yang lain merupakan
modal dikatakan 'produktif'. Secara jelas ini syarat bagl penana nan modal yang dapat
berarti bahwa "terdapat suatu pasaran mendatangkan keuntungan. Apabila
terhadap jasa mesin produktif (modal) dan persyaratan tersebut tidak terpenuhi,
bentuk konkrit modal itu sendiri". Pendapat ini keuntungan yang diharapkan dari
memandang bahwa modal adalah produktif
Peranan Kearifan Lokal (Local Wisdom ) dalam Pengembangan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Indonesia ║165
penanaman modal tersebut berubah menjadi yang akan datang serta kehidupan manusiar
kerugian. sedangkan keuntungan pada masa kini jelas
Jika diakui bahwa modal itu memiliki dan pasti.
suatu kualitas produktivitas yang diberikan 2. Kepuasan terhadap kehendak atau
kepada pemilik modal sebagai bagian keinginan masa kini lebih bernilai bagi
keuntungan, tidak ada cara untuk mengetahui manusia daripada kepuasan mereka di
secara tepat dan pasti jumlah yang sebenarnya waktu yang akan datang karena mungkin
dari keuntungan yang dibayarkan setiap bulan mereka tidak mempunyai kehendak
atau setiap tahun. Di samping itu, tidak semacam itu di waktu yang akan datang.
ada metode untuk menghitung atau 3. Oleh karena dalam kenyataannya barang-
memperkirakan keuntungan dari penggunaan barang pada waktu kini lebih penting dan
modal untuk jangka waktu sepuluh atau dua berguna, dengan demikian barang-barang
puluh tahun yang akan datang sehingga tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi
memungkinkan untuk dapat menetapkan dibanding dengan barang-barang di waktu
jangka waktu bunga. yang akan datang.
Karena demikian halnya, tidak adil Berdasarkan alasan-alasan tersebut,
kiranya mengenakan sejumlah bunga terhadap mereka mengatakan bahwa keuntungan pasti
sejumlah uang yang dipinjamkan di muka masa kini sudah jelas diutamakan daripada
untuk jangka waktu sepuluh atau dua puluh
keuntungan di masa yang akan datang. Oleh
tahun jika besarnya keuntungan aktual yang karena itu, modal yang dipinjamkan kepada
dapat diperoleh di masa yang akan datang. peminjam sekarang memiliki nilai yang
tidak diketahui. lebih tinggi daripada sejumlah uang yang
Teori nilai barang di masa mendatang dikembalikan beberapa tahun kemudian.
lebih rendah dibanding nilai barang di masa Sesungguhnya, bunga merupakan nilai
sekarang. Beberapa ahli ekonomi berpendapat kelebihan yang ditambahkan pada modal yang
bahwa manusia pada dasarnya lebih dipinjamkan pada masa pembayarannya
mengutamakan kehendaknya di masa mempunyai nilai yang sama dengan modal
sekarang serta kepuasan sekarang daripada pinjaman semula. Dengan perkataan lain,
yang akan datang. Para ahli tersebut bunga adalah sama dengan perbedaan dari
menjelaskan fenomena bunga dengan suatu
segi psikologis dan bukannya dari segi
rumusan yang sangat dikenal dengan ekonomis antara barang-barang masa kini
"menurunkan nilai barang di waktu dengan barang-barang di masa yang akan
mendatang dibanding dengan nilai barang di datang.
waktu kini." Singkatnya, bunga dapat Apa yang menjadi pertanyaan adalah:
dianggap sebagai agio yang diperoleh dari apakah sifat manusia sungguh-sungguh
barang-barang pada waktu sekarang terhadap menganggap kehendak masa sekarang lebih
perubahan atau penukaran barang di waktu penting dan berharga daripada keinginan-
yang akan datang. Boehm, pendukung penting keinginannya di masa yang akan datang? Jika
dari pendapat ini, memberikan tiga alasan demikian, lalu mengapa banyak orang tidak
terhadap penurunan nilai di waktu yang akan membelanjakan seluruh pendapatannya
datang: sekarang tetapi senang menyimpan
1. Keuntungan di masa yang akan datang pendapatannya itu untuk keperluan di
diragukan karena ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang? Kita akan
166 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 15, Nomor 2, Juli-Desember 2016
banyak menjumpai orang yang menahan menyentuh ranah kesadaran seseorang yang
keinginannya masa kini demi untuk keinginan timbul dari diri sendiri tanpa ada paksaan dari
masa depan yang merupakan peristiwa yang pihak manapun. Sosialisasi adalah proses
tidak dapat dilihat dan disangka. Segala usaha edukasi anggota masyarakat untuk mengenal
manusia kini diarahkan untuk masa depan dan memahami sistem, tata nilai dari
yang lebih baik, sehingga kemungkinan budaya yang berlaku di masyarakat (W.J.S.
kehidupan manusia di masa yang akan datang Poerwadarminta, 1990: t.h). Pengenalan dan
lebih bahagia dan sejahtera. Sangat sulit bagi pemahaman itu akan menjadi sempurna
kita untuk menemukan orang yang secara suka apabila mencakup semua latar belakang
rela menciptakan hari ini yang lebih timbulnya sistem. Sebagaimana diungkap Max
bahagia dan sejahtera dengan mengorbankan Weber, memahami masyarakat sebenarnya
kebahagiaan dan kesejahteraannya di masa bagaimana cara kita memahami tindakan sosial
depan. antar hubungan sosial, dimana “tindakan yang
Jika sementara kita dapat jumpai orang penuh arti” itu ditafsirkan untuk sampai
secara sukarela mengorbankan kebahagiaan pada penjelasan kausal (George Ritzer,
masa depan demi memperoleh kesenangan Sosiologi, Ilmu Pengetahuan Berparadigma
masa kini, sekali lagi rumusan yang diambil Ganda, terj. Alimandan, (Jakarta: Jakarta, 1985),
untuk menetapkan bunga adalah salah. hal. 15-42). Dengan demikian, sebenarnya
Menurut rumusan ini, antara peminjam bahwa kultur bisa dicipta, kultur tidak
dengan pemberi pinjaman menunjukkan terbentuk secara natural. Kultur dibangun atas
bahwa £ 100 hari ini adalah sama dengan £ 105 dasar konsensus nilai-nilai yang berkembang di
( £5 sebagai bunga) setahun mendatang. Ini mayasarakat dan digerakkan oleh kesadaran
berarti bahwa setelah lebih dari setahun £ 105 universal.
akan mempunyai nilai sama dengan £ 100 dari Saat ini, sosialisasi ekonomi dan
tahun sebelumnya. Jika pinjaman tidak perbankan syariah dilakukan hanya sebatas
dibayarkan setelah satu tahun, setelah dua simbolik. Indikasinya terlihat dari begitu
tahun, £ 100 dua tahun yang lalu nilainya akan gencarnya mem-blow up simbol-simbol religi
sama dengan £ 110. yang bersifat properti. Meskipun hal itu, tidak
Apakah perbandingan antara nilai yang dianggap tidak penting, signifikansinya hanya
lalu dengan nilai sekarang tersebut benar-benar sebatas pencitraan saja (brandimage). Sosialisasi
sesuai? Dan apakah rumusan itu valid bahwa seperti ini tidak akan pernah bisa merubah pola
barang masa lalu yang semakin tua, nilainya pikir (mindset), sikap-perilaku, ideologi, dan
dibanding dengan nilai barang masa kini akan menggerakkan kesadaran masyarakat untuk
bertambah? Tidak ada jawaban yang aktif partisipatif mengembangkan ekonomi
meyakinkan terhadap pertanyaan-pertanyaan syariah. Formulasi sosialisasi hendaknya
tersebut? Maulana Maududi menjelaskan akan diorientasikan pada proses penyelarasan dan
bahaya dan kejahatan institusi bunga dan internalisasi nilai-nilai syariah ke dalam nilai-
menunjukkan bagaimana bunga itu nilai kearifan kultur lokal yang diyakini dapat
dapat menyengsarakan dan menghancurkan mendorong terjadinya perubahan pola pikir
masyarakat. Sekarang kita akan membicarakan (mindset), sikap, ideologi masyarakat secara
kejahatan-kejahatan moral, budaya dan utuh dalam memahami ekonomi syariah,
ekonomi tersebut satu persatu. khusunya perbankan syariah.
Sejatinya, hal yang harus dilakukan
adalah bagaimana proses sosialisasi yang dapat
Peranan Kearifan Lokal (Local Wisdom ) dalam Pengembangan Ekonomi dan Perbankan Syariah di Indonesia ║167
Johnson, Doyle Paul. 1988. Sosiologi Klasik dan Syaltut, Muhamad. 1959. Akidah wa al- Syari’ah,
Modern, Jakarta: Gramedia. Beirut: Dar al-Fikri, 1959), cet ke-1.
Ritzer, George. 1985. Sosiologi, Ilmu Ali, Muhammad Daud. 1997. “Kedudukan
Pengetahuan Berparadigma Ganda, terj. Dan Pelaksanaan Hukum Islam Dalam
Alimandan, Jakarta: Rajawali. Negara Republik Indonesia,” dalam,
Hukum Islam Dalam Tatanan Masyarakat
Drewes, G.W.J. 1989. “Pemahaman Baru
Indonesia, Jakarta: Logos.
Tentang Kedatangan Islam Di
Indonesia,” dalam, Islam di Asia Tenggara, Muchsin, Hukum Islam Dalam Perspektif dan
Jakarta: LP3ES, 1989) Prospektif (Surabaya: Al-Ikhlas, 2003),
Nasution, Harun. 2002. Teologi Islam Aliran- Djatnika, Rachmat. 1991. ”Sosialisasi Hukum
Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Islam di Indonesia”, dalam,
Jakarta: UI Press. Abdurrahman Wahid, Konstribusi
Pemikiran Islam di Indonesia, Bandung:
Hasjmy. 1990. Sejarah Kebudayaan Islam Di
Remaja Rosdakarya.
Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang.
Redaksi Sinar Grafika. 1999. Amandemen UUD
Mardjono, Hartono. 1997. Menegakkan Syari’at
Islam Dalam Konteks Keindonesiaan, 1945, Jakarta: Sinar Grafika.
Bandung: Mizan. Sucipto, ”Tinjauan Kritis Terhadap
SA, Ichtijanto. 1996. Prospek Peradilan Agama Pembangunan Hukum Indonesia”
Sebagai Peeradilan Negara Dalam Sistem dalam, Analisis CSIS, No. 1, (Januari-
Politik Hukum di Indonesia, dalam, Februari, 1993)
Amrullah Ahmad, Dimensi Hukum Islam Amal, Taufik Adnan. 1994. Islam dan Tantangan
Dalam Sistem Hukum Nasional Jakarta: Modernitas: Studi Atas Pemikiran Fazlur
Gema Insani Press. Rahman, Bandung: Mizan.
Khaldun, Ibnu. 1986. Muqaddimah Ibn Khaldun, Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Umum
Terjemahan Ahmadie Thoha, Jakarta: Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Pusataka Firdaus. Mahendra, Yusril Ihza. 1996. Dinamika
Al-Jawziyyah, Ibn Qayyim. t.th. I’lam al- Tatanegara Indonesia Kompilasi Aktual
Muwaqi’in ‘an Rabb al-‘Alamin, 3, Beirut: Masalah Konstitusi Dewan Perwakilan dan
Dar al-Jayl. Sistem Kepartaian, Jakarta: Gema Insani
Press.
Praja, Juhaya S. 1994. Hukum Islam, Pemikiran
dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.