Vous êtes sur la page 1sur 7

Departemen Ilmu Keperawatan Volume...., Nomor....

Tahun 2019, Halaman 1-7


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id

GAMBARAN PRAKTIK PERAWAT TENTANG


PERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN KANKER

Sri Lestari1), Reni Sulung Utami2)

1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Departemen


Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro (email:
srekniev@gmail.com)
2) Staf Pengajar Divisi Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis,
Departemen Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro (email: reni.sulung@fk.undip.ac.id)

ABSTRACT

Palliative care practices are the practice of care provided by health workers, especially
nurses. Palliative care practices are needed especially in cancer patients, but many
practices of palliative care that are not optimal and thus affect the quality of service and
patient satisfaction. This study aim to analyze the nurse’s practice description of the most
commonly performed palliative care and the least commonly performed in cancer patients.
This study is a descriptive study with the survey approach. The total sample is 74
respondents, consisted of 74 oncology nurses working in the inpatient ward of the Cancer
Installation dr. Kariadi central general hospital Semarang. Data were collected using PCPS
questionnaire and analyzed by descriptive statistics. Results indicate that nurses’ mean
scores for self-reported practices were 75.74 ± 10.52. The practice of palliative care that is
most often performed by nurses’ oncologists is the practice in the domain of pain (13.56 ±
1.77) and the practice that is most rarely done is the practice in the delirium domain (11.49
± 2.29). Based on the study can be concluded that nurses has been practicing palliative
care well. Education and training on delirium needs to be improve.

Keywords: Cancer Patients, Nurse, Palliative Care, Practice

ABSTRAK

Praktik perawatan paliatif merupakan praktik perawatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan khususnya perawat. Praktik perawatan paliatif sangat dibutuhkan khususnya
pada pasien kanker, akan tetapi banyak praktik perawatan paliatif yang dilaporkan tidak
optimal sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisa gambaran praktik perawat dalam memberikan perawatan
paliatif. Penelitian ini adalah sebuah studi deskriptif dengan pendekatan survei. Total
sampel dari penelitian ini adalah 74 responden yang terdiri dari 74 perawat onkologi yang
bekerja di ruang rawat inap Instalasi Kanker Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi
Semarang. Data diambil menggunakan kuesioner PCPS dan dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian didapatkan rerata skor praktik perawatan
paliatif adalah 75.74 ± 10.52. Perawat paling sering melakukan perawatan pada domain
nyeri (13.58 ± 1.78) dan jarang melakukan perawatan pada domain delirium (11.50 ± 2.30).
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perawat telah melakukan praktik
perawatan paliatif dengan baik. Edukasi dan pelatihan tentang delirium perlu ditingkatkan.
Kata Kunci: Pasien Kanker, Perawatan Paliatif, Perawat, Praktik

Pendahuluan
Kanker merupakan salah satu penyakit mematikan yang menjadi
penyebab kematian tertinggi dan menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk
Indonesia. Kanker adalah penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13%
(WHO, 2013), sedangkan menurut data riskesdas tahun 2013 prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330.000
orang. Kanker memiliki berbagai akibat yang timbul dan menjadi ancaman
kematian bagi penderita kanker. Berbagai pengobatan pun telah dijumpai di
berbagai tempat.
Salah satu tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien
kanker adalah dengan perawatan paliatif. Perawatan paliatif merupakan tindakan
aktif yang ditujukan untuk meringankan beban pasien terlebih untuk pasien yang
tidak dapat disembuhkan (WHO, 2017). Tujuan utama perawatan paliatif yaitu
fokus memperbaiki kualitas hidup pasien dan memberi dukungan kepada keluarga
yang sedang menghadapi kondisi pasien (Pratitis, 2016). Di Indonesia telah
mengembangkan perawatan paliatif dari tahun 1992 hingga sekarang, dari mulai
dikembangkannya perawatan paliatif tersebut perawatan paliatif harus diterapkan
oleh setiap tenaga medis khususnya perawat, karena perawat merupakan salah
satu care giver yang sering kontak langsung dengan penderita (KEPMENKES,
2007).
Menurut Nakazawa et al tahun 2010 praktik perawatan paliatif terdiri dari
penanganan pada pasien dengan nyeri, penanganan pasien dengan
dispnea/sesak napas, penanganan pasien dengan delirium, penanganan pasien
pada fase menjelang ajal, komunikasi pada pasien dan keluarga, serta perawatan
yang berpusat pada pasien dan keluarga. Keenam aspek tersebut merupakan
praktik perawatan paliatif yang direkomendasikan dan penting untuk dilakukan
perawat yang mana praktik tersebut akan mempengaruhi kualitas pemberian
praktik paliatif terhadap kualitas hidup pasien. Diharapkan perawatan paliatif dapat
meningkatkan kualitas hidup penderita dengan penderita merasa bahagia,
nyaman, tenang ketika menjalani pengobatan serta penderita mampu memahami
dan menerima kondisi penyakitnya dan menganggap jika kematian merupakan
suatu proses yang normal.
Pelaksanaan paliatif di rumah sakit di Indonesia pada umumnya perawat
lebih cenderung untuk menangani gejala pada pasien khususnya pada pasien
kanker stadium lanjut. Hal tersebut didukung oleh penelitian lain yang telah
dilakukan oleh Wulandari tahun 2010 di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta
bahwa perawat lebih banyak menangani perawatan kuratif atau pengobatan
dibandingkan dengan perawatan penatalaksanaan psikologis dan sosial. Masalah
praktik paliatif seperti komunikasi perawat yang kurang baik masih sering dijumpai
begitu pula dengan masalah interaksi perawat ke pasien atau keluarga pasien
yang masih jarang dilakukan (Agustina et al, 2014). Praktik perawatan paliatif yang
kurang baik dibuktikan dengan masih sering ditemukannya masalah yang sering
dialami pasien kanker selama diberikan perawatan paliatif meliputi masalah fisik,
psikologis, dan sosial (Mithrason et al, 2018). Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti dengan wawancara terhadap 5 orang perawat onkologi,
didapatkan hasil bahwa 3 dari 5 perawat lebih sering menangani pasien dengan
nyeri dibanding penanganan untuk masalah psikososial pasien. Perawat mengaku
memiliki komunikasi yang kurang baik yang menyebabkan komunikasi antara
perawat ke pasien atau ke keluarga jarang dilakukan karena perawat hanya
datang ketika pasien dan keluarga memanggil perawat terlebih dahulu tanpa
inisiatif pribadi perawat. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti meneliti
gambaran praktik perawat tentang perawatan paliatif pada pasien kanker.

Metode
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptive survey.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling sesuai
kriteria inklusi yaitu perawat yang pernah merawat pasien kanker. Kriteria eksklusi
dalam penelitian ini adalah perawat yang sedang cuti hamil/tugas belajar. Jumlah
sampel sebanyak 74 perawat rawat inap di Instalasi Kasuari RSUP Dr. Kariadi
Semarang. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner The Palliative
Care Self-Reported Practices Scale-PCPS (Nakazawa et al, 2010). Kuesioner
PCPS telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas dari 18 item
pernyataan menunjukkan semua item valid dengan rentang nilai (0,378-0,888) dan
hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner reliabel dengan nilai koefisien
alpha sebesar 0,946. Pengambilan data dilakukan pada Bulan Mei 2019. Analisis
data menggunakan analisis univariat dalam bentuk distribusi frekuensi dan
persentase. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan
RSUP Dr. Kariadi dengan nomor 161/EC/KEPK-RSDK/2019.

Hasil Penelitian

A. Karakteristik Responden
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
Terakhir, Lama Bekerja, dan Keikutsertaan Pelatihan Paliatif di RSUP Dr. Kariadi
Semarang, Mei 2019 (N=74).
Karakteristik Responden Frekuensi (n) Presentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 37 50.0
Perempuan 37 50.0
Usia (tahun)
21 - 39 67 90.5
40 - 60 7 9.5
>60 0 0
Pendidikan Terakhir
D3 46 62.2
D4 1 1.4
S1 7 9.5
Ners 19 25.7
S2 1 1.4
Lama Bekerja di Oncology Centre
(tahun)
0-5 54 73.0
6 -10 12 16.2
11 - 15 5 6.8
16 - 20 3 4.1
Keikutsertaan dalam Seminar/
Pelatihan tentang paliatif
Tidak Mengikuti 25 33.8
Mengikuti 49 66.2
Total Responden 74 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa bahwa jumlah responden laki-laki dan


perempuan adalah sama besar. Sebagian besar responden berada dalam rentang
usia dewasa awal dan berpendidikan terakhir D-III. Sebagian besar responden
bekerja dalam rentang waktu rata-rata kurang dari lima tahun dan sebagian besar
responden sudah pernah mengikuti pelatihan paliatif.

B. Praktik Perawatan Paliatif


Tabel 2
Gambaran Praktik Perawat tentang Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker di RSUP Dr.
Kariadi Semarang Tahun 2019 (N = 74)
Kategori Gambaran Mean SD Min. Max. 95% CI
Praktik Perawatan
Variabel 75.74 10.52 46 90 73.31-78.18
Paliatif (PCPS)
Nyeri 13.58 1.78 6 15 13.17-13.99
Dispnea 12.72 1.92 7 15 12.27-13.16
Delirium 11.50 2.30 7 15 10.97-12.03
Domain Perawatan Fase
12.77 2.46 4 15 12.20-13.34
Menjelang Ajal
Komunikasi 12.46 2.24 6 15 11.94-12.98
Perawatan yang
Berpusat pada Pasien 12.72 2.12 5 15 12.23-13.21
dan Keluarga

Tabel 2 menunjukkan bahwa untuk praktik perawatan paliatif pada pasien


kanker, perawat memperoleh skor rerata sebagai berikut mean=75.74 dan
SD=10.52 dengan rentang skor dari 46 – 90 dari skor minimal 18 dan maksimal 90
yang dapat dicapai. Rata-rata perawat memiliki praktik yang baik dalam melakukan
perawatan paliatif pada pasien kanker. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa perawat
cenderung lebih banyak melakukan aktivitas pada domain pengelolaan nyeri
(13.58 ± 1.78) dan yang paling sedikit ada pada domain penanganan delirium
(11.50 ± 2.30).

Pembahasan
1. Praktik Perawatan Paliatif
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap perawat onkologi
di RSUP Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa perawat memperoleh skor
rerata mean=75.54 dan SD=10.52 dengan rentang skor 46-90 dari skor minimal
18 dan maksimal 90 yang dapat dicapai. Skor tersebut menunjukkan bahwa
perawat telah melakukan praktik perawatan paliatif dengan baik. Penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Agustina et al tahun 2014 dengan judul “Kajian
pengetahuan, sikap, praktik dan kesulitan perawat dalam melaksanakan
perawatan paliatif di rumah sakit pemerintah di propinsi Jawa Barat Bandung”
menunjukkan skor mean=71.23 dan SD=9.37. Skor penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya didapatkan hasil yang hampir sama sehingga baik
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perawat sudah
baik dalam melakukan praktik perawatan paliatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat cenderung lebih banyak
melakukan aktivitas pada domain pengelolaan nyeri (13.58 ± 1.78) dan paling
sedikit pada domain penanganan delirium (11.50 ± 2.30). Hasil rata-rata per
domain menunjukkan nilai yang hampir sama yang artinya di semua domain
hampir selalu dikerjakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan Agustina et al tahun 2014 yang menyatakan bahwa perawat
cenderung lebih banyak melakukan aktivitas pada domain pengelolaan nyeri dan
paling sedikit pada domain penanganan delirium. Persamaan hasil penelitian ini
dengan penelitian Agustina et al adalah terletak pada pendidikan yang masih
belum optimal yakni D-III dan pada usia dewasa awal. Penelitian serupa
selanjutnya merupakan penelitian Sato et al tahun 2014 di Jepang dengan judul
“A Japanese region-wide survey of the knowledge, difficulties and self reported
palliative care practices among nurses”, penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa pengelolaan nyeri adalah praktik yang paling sering dilakukan dan
pengelolaan delirium adalah praktik yang paling sedikit dilakukan perawat.
Persamaan hasil penelitian dengan penelitian Sato et al adalah terletak pada
pendidikan yang masih belum optimal. Praktik yang dilakukan pun relatif sedikit
dikarenakan pengetahuan perawat yang masih kurang dan perawat melaporkan
banyak kesulitan, masih banyak juga perawat yang mengalami kesulitan dalam
mengelola nyeri.
Menurut Wahyuningsih dan Ikhsan tahun 2018 nyeri merupakan salah
satu keluhan yang paling banyak dilaporkan oleh pasien kanker. Tingkat prevalensi
nyeri adalah 39.3% setelah perawatan kuratif; 55% selama pengobatan
antikanker; dan 66.4% pada penyakit terminal, sedangkan nyeri sedang hingga
berat dilaporkan 38% dari semua pasien kanker (Everdingen et al, 2016). Berbeda
dengan delirium, insiden delirium pada pasien kanker adalah 22.9%, sehingga
wajar jika perawat lebih sering melakukan perawatan nyeri (Hern et al, 2018).
Ketika nyeri pada pasien muncul perawat akan lebih memperhatikan hal tersebut
karena sering menemui pasien dengan masalah nyeri. Efek samping dari nyeri
yang dialami pasien antara lain adalah mual dan susah tidur serta memicu stress
fisik dan emosional (Wahyuningsih & Ikhsan, 2018). Pasien kanker yang
mengalami nyeri akan merasa tidak nyaman dalam berbagai aspek sehingga
mengganggu kualitas hidup penderita. Tidak hanya nyeri, delirium atau penurunan
kesadaran juga mampu memberi dampak yang tidak baik bagi pasien. Efek yang
ditimbulkan delirium antara lain penurunan kemampuan dalam berkonsentrasi,
menjadi linglung, mengalami disorientasi, mengalami gangguan persepsi, dan
tidak mampu berpikir jernih. Efek dari delirium tersebut mengganggu kualitas hidup
pasien dan dapat menimbulkan stres sebagai respon psikologis (Widyastuti &
Mahasena, 2017). Baik nyeri dan delirium memiliki dampak masing-masing yang
mengganggu kualitas hidup pasien, sehingga perawat perlu melakukan
penanganan optimal yaitu dengan perawatan paliatif untuk keduanya maupun
untuk permasalahan fisik dan psikologis lain mungkin yang timbul.
Pentingnya perawatan paliatif bergantung dari bagaimana perawat
mampu memberikan penanganan paliatif secara optimal. Keberhasilan perawatan
paliatif dapat dilihat dari feedback yang dirasakan pasien di mana tak hanya
masalah fisik namun masalah psikologis pasien mampu berkurang. Kepuasan
yang ditunjukkan pasien dan keluarga dapat mengartikan bahwa kualitas
pelayanan yang baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perawat relatif tidak
mengalami banyak banyak permasalahan, artinya semua domain hampir selalu
dikerjakan. Lain halnya dengan penelitian di Jepang, perawat masih jarang
mengelola pasien delirium dan mengelola symptom-symptom psikologis (Sato et
al., 2014). Terkait dengan praktik perawat, mungkin dapat dieksplor lebih jauh
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perawatan paliatif. Selain itu,
penting juga bagi perawat untuk meningkatkan pengalaman klinis dan
pengetahuan terkait delirium. Edukasi dan pelatihan mengenai delirium perlu
ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kompetensi perawat.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 74 responden di RSUP
Dr. Kariadi didapatkan skor rerata perawat pada praktik perawatan paliatif pada
pasien kanker adalah (75.74 ± 10.52). Rata-rata perawat memiliki praktik yang baik
dalam melakukan perawatan paliatif pada pasien kanker. Domain nyeri (13.58 ±
1.78) merupakan domain yang paling sering dilakukan perawat sedangkan domain
penanganan delirium (11.50 ± 2.30) merupakan domain yang paling jarang
dilakukan perawat. Diharapkan agar perawat dapat mengembangkan kompetensi
dalam melakukan perawatan paliatif melalui himpunan atau ikatan perawat paliatif.
Bagi institusi rumah sakit diharapkan dapat mendukung program pendidikan
paliatif seperti seminar yang lebih berfokus pada domain tertentu yang kurang
begitu dipahami perawat misalnya penanganan delirium. Penelitian selanjutnya
disarankan untuk dapat meneliti faktor-faktor yang mampu mempengaruhi praktik
perawatan paliatif perawat.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih peneliti sampaikan kepada dosen pembimbing dan penguji
yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih
kepada RSUP Dr. Kariadi yang telah memberikan ijin penelitian, perawat di rawat
inap Instalasi Kasuari yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini, serta
semua pihak yang membantu proses penelitian ini dari awal hingga akhir.

Daftar Pustaka
World Health Organization. (2013). World health statistics 2013. Diakses pada 27
Mei 2019, dari
https://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/EN_WHS20
13_Full.pdf
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Laporan Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013. Riskesdas: Jakarta.
World Health Organization. (2017). Definition of palliative care. Diakses pada1
Juni 2019 dari https://www.who/int/cancer/palliative/definition/en
Pratitis, N. (2016). Efektivitas problem solving training untuk menurunkan stres
perawatan pada family caregiver pasien paliatif. Jurnal Psikologi
Indonesia, 5(3), 14-204.
KEPMENKES RI. (2007). Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
nomor : 812/Menkes/SK/VII/2007 tentang kebijakan perawatan paliatif.
Indonesia.
Nakazawa ,Y., Miyashita, M., Morita, T., Umeda, M., Oyagi, Y., & Ogasawara T.
(2010). The palliative care self-reported practices scale and the palliative
care difficulties scale: reliability and validity of two scales evaluating
selfreported practices and difficulties experienced in palliative care by
health professionals. Jurnal Palliative Medicine, 13(4), 427–37.
Wulandari, F. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan perawat tentang perawatan
paliatif dengan sikap terhadap penatalaksanaan pasien dalam perawatan
paliatif di RS Dr. Moewardi Surakarta.
Sato, K., Inoue, Y., Umeda, M., Ishigamori, I., Igarashi, A., & Togashi, S. (2014). A
Japanese region-wide survey of the knowledge, difficulties and self-
reported palliative care practices among nurses. Jurnal Japan Oncology
Clinic, 44(8), 28-718.
Mithrason, A.T., Parasuraman, G., Iyer, RH., & Varadarajan, S. (2018).
Psychosocial problems and needs of patients in palliative care center.
Jurnal Community Medical Public Health, 5(4), 91-1385.
Wahyuningsih, I.S., & Ikhsan K.N. (2018). Nyeri pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi pain in cancer patients undergoing chemotherapy.
Jurnal Unissula Press, hal 7-133.
Everdingen et al. (2016). Update on prevalence of pain in patients with
cancer: systematic review and meta analysis. Jurnal Pain Symptom
Management, 51(6), 90-1070.
Hern, N., Moral, M., Del, Guevara-garc, H., Garc FJ, & Ñamendys S.A. (2018).
Incidence of delirium in critically Ill cancer patients. Jurnal Hindawi Pain
Research and Management, volume 2018, 1-6.
Agustina, H.R., Anna, A., Praptiwi A., & Solehati, T. (2014). Kajian pengetahuan,
sikap, praktik dan kesulitan perawat dalam melaksanakan perawatan
paliatif di rumah sakit pemerintah di propinsi Jawa Barat Bandung.
Universitas Padjajaran: Bandung.
Widyastuti, K., & Mahasena.(2017). Delirium. FK UNUD/RSUP Sanglah:
Denpasar.

Vous aimerez peut-être aussi