Vous êtes sur la page 1sur 26

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS

SEMINAR OUTBOUND
JUDUL PAPER / ARTIKEL:

ANALISIS PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENILAIAN KINERJA


KARYAWAN DENGAN SIMKPNAS (STUDI KASUS PT PLN AREA SURABAYA
SELATAN)

DOSEN: DR. NOERCHOIDAH, SE., MM

DISUSUN OLEH:

Eka Lufitasari (20161221056)

Dondi Pramundi (20161221136)

Asep Dwi Kurniawan (20161221129)

Kelas: Karyawan/ Manajemen

DISAMPAIKAN PADA MEDIA MAHARDIKA: Kamis, 29 November 2019

Link :
http://ojs.stiemahardhika.ac.id/index.php/mahardika/authorDashboard/submission/125

PRODI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

TAHUN 2019
BUKTI SUBMISSIONS
ANALISIS PERANCANGAN APLIKASI SISTEM
PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DENGAN
SIMKPNAS (STUDI KASUS PT PLN AREA
SURABAYA SELATAN)

Eka Lufitasari(20161221056), Dondi Pramundi(20161221136), Asep Dwi


Kurniawan(20161221129)
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Surabaya
Email: ekalufitasari553@gmail.com

Abstract
The purpose of this study is to analyze and assess the appropriateness of
the application of the importance of implementing SIMKPNAS performance
evaluation as a method for performance evaluation (PA) in improving the
effectiveness of employees at PT. PLN (Persero) Surabaya Area. From this
research is expected that employees can deliver the perceived shortcomings
of the existing performance assessment today and deliver the desired
performance appraisal system. Another goal is that management can obtain
information about the weaknesses of the existing and get recommendations
for improvement in the implementation of performance appraisal.The
participants of this research consisted of 13 employees of PT. PLN (Persero)
Surabaya area, which consists of 7 officers structural and 6 functional
staff in the area office and in the rayon office. The eleven participants
representing all structural and staff positions in the PT. PLN (Persero) Area
Surabaya.
This research method is qualitative using the triangulation technique
and member check as the analysis tools.The result of the analysis showed
that nearly all employees of PT. PLN (Persero) Area Surabaya understand
the meaning and the stages of SIMKPNAS. In terms of the
implementation, the information presentation about SIMKPNAS is clear
enough, but the communication between superiors and staff are still lacking.
Some functions in SIMKPNAS also not effective, including the function of
submitting evidence and t he PDP entry function. Peer assessment based
on the quota value from the Organizational Performance Value
indicates that most of the employees have not been satisfied and felt
SIMKPNAS performance appraisal is not optimal. It is expected that any
structural officials can understand completely what is done by his
subordinates in order to assess with more specific so not much value
adjustments is needed. And also determine the results of each employee's
individual evaluation and resolution of the results of the largest parameter of
all other activities of the methods we took in the lesson to increase the needs
of companies in the organization

Key Words : Performance Appraisal, Employee Performance


Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menilai
kesesuaian penerapan pentingnya menerapkan penilaian kinerja SIMKPNAS
sebagai metode untuk penilaian kinerja (PA) dalam meningkatkan
efefektivitas para karyawan di PT. PLN(Persero) Area Surabaya Selatan. Dari
penelitian ini diharapkan karyawan dapat menyampaikan kekurangan yang
dirasakan dari penilaian kinerja yang ada hari ini dan memberikan sistem
penilaian kinerja yang diinginkan. Tujuan lainnya adalah bahwa manajemen
dapat memperoleh informasi tentang kelemahan-kelemahan yang ada dan
mendapatkan rekomendasi untuk perbaikan dalam implementasi penilaian
kinerja. Partisipan dalam penelitian ini terdiri dari 13 karyawan PT.
PLN(Persero) wilayah Surabaya, yang terdiri dari 7 pejabat struktural dan 6
staf fungsional di kantor area dan di kantor rayon. Sebelas peserta yang
mewakili semua posisi struktural dan staf di PT. PLN(Persero) Area
Surabaya.
Metode penelitian ini adalah kualitatif menggunakan teknik triangulasi dan
cek anggota sebagai alat analisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa hampir
semua karyawan PT. PLN (Persero) Area Surabaya memahami makna dan
tahapan SIMKPNAS. Dalam hal implementasi, penyajian informasi tentang
SIMKPNAS cukup jelas, tetapi komunikasi antara atasan dan staf masih
kurang. Beberapa fungsi dalam SIMKPNAS juga tidak efektif, termasuk
fungsi mengirimkan bukti dan fungsi entri PDP. Penilaian sejawat
berdasarkan nilai kuota dari Organisasi Nilai Kinerja menunjukkan bahwa
sebagian besar karyawan belum puas dan merasa penilaian kinerja
SIMKPNAS tidak optimal. Ini Diharapkan setiap pejabat struktural dapat
memahami sepenuhnya apa yang dilakukan oleh bawahannya untuk menilai
dengan lebih spesifik sehingga tidak banyak nilainya penyesuaian diperlukan.
Dan juga hasilnya menunjukan bahwa evaluasi individu karyawan kinerja
masing-masing individu pegawai dan definisi dari hasil parameter paling
besar dari semua kegiatan lain dari metode yang kami ambil dalam pelajaran
untuk meningkatkan efektivitas karyawan dalam organisasi.

Kata Kunci: Penilaian Kinerja, Kinerja Karyawan


I. PENDAHULUAN Torre, 1996; DeCenzo & Robbins,
1988; Arvey & Murphy, 1998;
Penilaian kinerja karyawan Jiang,Sobol & Klein, 2001; Hronik,
adalah salah satu metode yang 2006; Chang & Hahn, 2006; Deb,
paling efektif untuk pengembangan 2006; Randhawa, 2007; Jafari,
karyawan , motivasi dan evaluasi, Bourouni & Amiri, 2009; Khurana,
dalam waktu sekarang. Sistem Khurana & Sharma, 2010; DVO R
penilaian kinerja digunakan dalam áková, 2012; Aggarwal &Thakur,
organisasi untuk mengukur 2013; Kutllovci 2014; Dagar,
efektivitas dan efesiensi karyawan 2014).Penilaian kinerja dapat
mereka. Hal ini cenderung untuk memfokuskan perhatian setiap
meningkatkan kinerja, efektivitas orang pada misi, visi dan nilai dan
komunikasi, potensial dan menjawab beberapa pertanyaan
membantu konseling karyawan seperti ‘Bagaimana kerja saya
( Aggarwal& Thakur, 2013 ). Untuk selama ini?’, ‘Apakah saya
mengukur penilaian kinerja dari memenuhi ekspektasi?’, dan
perbedaan definisi penilaian kinerja ‘Apakah masa depan saya cerah?’.
adalah proses dalam sebuah kinerja Akan tetapi yang sering terjadi
manajemen secara keseluruhan adalah penilaian kinerja
(Dowling, Welch & Schuler,1999), dilaksanakan dengan buruk. Hal ini
Dapat definisikan sebagai penilaian disebabkan karena formnya tidak
formal dan rating dari individu memadai dan desain sistemnya
dengan manajer mereka (Armstrong buruk (Dick Grote, 2002).
,2012), Dan didefinisikan sebagai Dalam sebuah survey pada
“evaluasi kinerja individu untuk 200 perusahaan besar di Amerika
mencapai pada keputusan personil. Utara didapatkan bahwa lebih dari
Evaluasi atau penilaian perilaku 70% pegawai merasa bingung
meliputi penilaian kesetiaan, dengan umpan balik penilaian
kejujuran,kepemimpinan,kerjasama kinerja yang mereka terima. Pada
,loyalitas, dedikasi, dan partsipasi survey lain didapatkan bahwa
pegawai.(Hasibuan, 2000:87). kurang dari dari 10% dari sistem
Apabila digunakan dengan baik, penilaian kinerja yang secara
penilaian kinerja dapat beralasan dapat dikatakan sukses.
memungkinkan manajer untuk Ada dua penyebab mendasar pada
mengerahkan energi dari orang- masalah penilaian kinerja ini yaitu :
orang untuk mencapai tujuan (1) cara form dan aturan penilaian
strategis. penilaian kinerja didesain, (2) kurangnya pelatihan
bertujuan untuk mengenali yang memadai bagi para manajer
keterampilan saat ini dan status mengenai bagaimana menilai dan
tenaga kerja mereka (Shaout & membahas kinerja konstruktif
Yousif 2014). Dalam rangka untuk (Goodale, 1992, hal.65).
mengevaluasi kinerja karyawan ' Setiap perusahaan tentu
penilaian kinerja berbagai teknik berusaha membuat sebuah sistem
yang ada, untuk lebih jelasnya lihat penilaian kinerja yang bagus agar
penulis (Armentrout, 1986; dapat menggambarkan kinerja para
Stronge, 1991; Sanchez & De La pegawai nya dengan baik. Sistem
penilaian kinerja yang ideal adalah Performance Improvement) PT.
sebuah konsep atau format, bukan PLN (Persero) Area Surabaya
sebuah form/blangko yang spesifik Selatan menyebarkan Employee
(Kondrasuk, 2012). Karena itu Mindset Index (EMI) Survey
perusahaan perlu membuat konsep kepada pegawai dan didapatkan
yang matang tentang sistem bahwa hanya 35 % Partisipan
penilaian kinerja yang akan dipakai. menyatakan bahwa Penilaian
Tahapan-tahapan apa saja yang Kinerja (SMUK/SIMKP bagi
diperlukan dan bagaimana cara pegawai) saat ini telah
pelaksanaannya. Pada penelitian mencerminkan kinerja iandividu
yang dilakukan oleh Dick Grote yang sesungguhnya. Hal ini
(2002) disebutkan bahwa sistem menunjukkan bahwa masih ada
penilaian kinerja yang bagus 65% karyawan yang merasa
memiliki 4 fase yaitu performance sistem penilaian belum terlaksana
planning (perencanaan kinerja), sesuai yang diharapkan.
performance execution (eksekusi Sebenarnya apakah yang
kinerja), performance assessment membuat sistem penilaian kinerja
(penilaian kinerja), dan pada PLN Area Surabaya Selatan
performance review (tinjauan dianggap belum sesuai dan apakah
kinerja). sistem penilaian yang sekarang
Mayoritas perusahaan besar sudah dilaksanakan dengan baik
termasuk badan usaha milik sesuai dengan teori cara
Negara (BUMN) telah memiliki pelaksanaan penilaian kinerja atau
sistem penilaian kinerja yang belum. Pada penelitian ini, peneliti
dirancang sesuai teori-teori akan mencoba menggali
tersebut. Salah satunya adalah PT. bagaimanakah pandangan para
PLN (Persero) Area Surabaya karyawan PT. PLN (Persero) Area
Selatan. Pada PT. PLN (Persero) Surabaya Selatan terhadap sistem
Area Surabaya Selatan penilaian penilaian kinerja yang ada. Apakah
kinerja karyawan dilakukan setiap kekurangan dan kelebihannya, dan
akhir semester. Dahulu sistem bagaimana sesungguhnya
penilaian kinerja di PT. PLN pelaksanaannya di lapangan.
(Persero) Area S Surabaya Selatan Peneliti juga akan menganalisa
dinamakan SMUK (Sistem apakah sistem penilaian kinerja
Manajemen Unjuk Kerja). Pada yang ada sudah dilaksanakan
pertengahan tahun 2012, sistem ini sesuai teori-teori penilaian kinerja
diubah menjadi SIMKP (Sistem atau tidak sehingga dapat
Manajemen Kinerja Pegawai). memberikan saran perbaikan
Secara garis besar sistemnya tidak terhadap pelaksanaan penilaian
terlalu berbeda hanya saja ada kinerja di PT. PLN (Persero) Area
beberapa fitur dari SMUK yang Surabaya Selatan.
dihilangkan pada SIMKP. Permasalahan yang dapat
Perubahan ini dilakukan tentu dirumuskan pada penelitian ini
untuk memperbaiki kekurangan adalah masih banyak karyawan
pada sistem yang lama. Pada akhir yang merasa bahwa sistem
tahun 2012, tim OPI (Operational penilaian kinerja yang ada di PT.
PLN (Persero) Area Surabaya menilai, dan mempengaruhi sifat-
Selatan belum mencerminkan sifat yang berkaitan dengan
kinerja individu yang pekerjaan, perilaku, dan hasil,
sesungguhnya. Ada beberapa hal termasuk tingkat ketidakhadiran.
yang dapat membuat penilaian Fokusnya adalah untuk
kinerja SIMKPNAS belum mengetahui seberapa produktif
mencerminkan kinerja individu seorang karyawan dan apakah ia
yang sesungguhnya. Yang pertama bisa berkinerja sama atau lebih
adalah apakah karyawan PT. PLN efektif pada masa yang akan
(Persero) Area Surabaya Selatan datang, sehingga karyawan,
sudah memahami SIMKPNAS organisasi, dan masyarakat
dengan baik atau belum. semuanya memperoleh manfaat
Pemahaman ini baik mengenai (Schuler & Jackson, 1996, hal.3).
pengertian dari SIMKPNAS Kriteria yang dipilih oleh
sendiri dan tiap tahapan yang ada manajemen dalam penilaian
dalam SIMKPNAS. Yang kedua kinerja akan memberikan pengaruh
yaitu mengenai implementasi besar terhadap apa yang akan
SIMKPNAS sendiri apakah sudah dilakukan oleh karyawan. Ada tiga
sesuai atau belum. Dan yang kriteria yang paling populer dalam
terakhir adalah apakah ada melakukan penilaian kinerja
kelemahan-kelemahan dari individu (Robbins, 2008, hal.313).
pelaksanaan SIMKPNAS sendiri. Yang pertama yaitu hasil tugas
Dari pemasalahan tersebut, individu, yaitu berupa hasil tugas
pertanyaan penelitian yang dapat seperti banyaknya unit yang
dirumuskan antara lain yaitu: diproduksi, pendapatan yang
1. Bagaimana karyawan PT. PLN dihasilkan, efisien biaya yang
(Persero) Area Surabaya dihasilkan, dsb. Kriteria yang
Selatan dapat memahami kedua yaitu perilaku individu,
penerapan sistem terhadap dikarenakan menilai hasil tugas
SIMKPNAS? individu pada individu yang
2. Bagaimanakah implementasi bekerja dalam kelompok tidaklah
SIMKPNAS di PT. PLN mudah maka manajemen sering
(Persero) Area Surabaya menilai berdasarkan perilaku
Selatan jika ditinjau dari teori individu. Perilaku yang dinilai
dan prakteknya? contohnya adalah kepemimpinan,
3. Apa sajakah kelemahan dari kerja sama dengan individu lain,
pelaksanaan SIMKPNAS di kemauan bekerja pada tugas
PT. PLN (Persero) Area tambahan, dsb. Kriteria ketiga
Surabaya Selatan? yaitu sifat/ciri individu yang
merupakan kriteria yang paling
II. TINJAUAN PUSTAKA lemah. Sifat-sifat yang dinilai
2.1 Landasan Teori diantaranya yaitu memiliki sikap
2.1.1. Pengertian Penilaian yang baik, kepercayaan diri,
Kinerja banyak pengalaman, dsb. Hal ini
Suatu sistem formal dan mungkin tidak berkorelasi dengan
terstruktur yang mengukur, hasil tugasnya, tetapi kenyataannya
organisasi masih menggunakan ciri sistem penilaian yang sama. Secara
individu tersebut untuk menilai umum penilaian kinerja banyak
kinerja. digunakan untuk meningkatkan
Penilaian kinerja bisa kinerja, menetapkan tujuan
didefinisikan sebagai prosedur organisasi, mengidentifikasi
yang meliputi penetapan standar pelatihan dan tujuan
kerja, penilaian kinerja aktual pengembangan, kriteria studi
karyawan dalam hubungan dengan validasi, perencanaan sumber daya
standar-standar ini, dan pemberian manusia, dan menekankan kembali
umpan balik kepada karyawan struktur kekuasaan (Veithzal, 2005,
dengan tujuan memotivasi orang hal.50).
tersebut untuk menghilangkan Evaluasi kinerja atau
kemerosotan kinerja atau terus penilaian kinerja perlu dilakukan
berkinerja lebih tinggi lagi karena penilaian kinerja dapat
(Dessler, 2013, hal.321). memberikan informasi kepada
Pendapat yang tidak jauh manajemen mengenai dapat
berbeda mengatakan bahwa dilakukannya promosi dan
penilaian prestasi kerja adalah kenaikan gaji kepada seorang
proses melalui mana organisasi- karyawan atau tidak. Selain itu
organisasi mengevaluasi atau penilaian memberi peluang bagi
menilai prestasi kerja karyawan. manajer dan karyawan untuk
Kegiatan ini dapat memperbaiki meninjau hubungan kerja dengan
keputusan-keputusan personalia bawahannya. Penilaian kinerja
dan memberikan umpan balik memungkinkan tergalinya
kepada karyawan tentang kekurangan-kekurangan yang ada
pelaksanaan kerja mereka dalam kinerja, dan dari sini atasan
(Handoko, 2000, hal.135). dan bawahan dapat bersama-sama
2.1.2. Tujuan Penilaian Kinerja membuat rencana untuk
Tujuan dilakukannya memperbaiki kekurangan-
penilaian kinerja secara umum kekurangan tersebut. Secara jangka
adalah untuk memberikan panjang penilaian juga memberi
feedback kepada pegawai dalam peluang yang baik untuk meninjau
upaya memperbaiki tampilan rencana karier karyawan.
kerjanya dan upaya meningkatkan 2.1.3. Manfaat Penilaian Kinerja
produktivitas organisasi dan secara Manfaat penilaian kinerja
khusus dilakukan dalam kaitannya dibedakan menjadi tiga
dengan berbagai kebijaksanaan berdasarkan pihak yang
terhadap pegawai seperti untuk berkepentingan yaitu manfaat bagi
tujuan promosi, kenaikan gaji, karyawan yang dinilai, manfat bagi
pendidikan dan latihan dan lain- penilai, dan manfaat bagi
lain. perusahaan. Berikut beberapa
Penilaian kinerja digunakan manfaat penilaian kinerja untuk
untuk berbagai tujuan dalam masing-masing pihak (Veithzal,
organisasi. Setiap organisasi bisa 2005, hal.55):
menekankan pada tujuan yang 1. Manfaat bagi karyawan yang
berbeda-beda bahkan dengan dinilai
Bagi karyawan ada banyak sasaran individu dengan sasaran
manfaat yang dapat diperoleh dari kelompok.
adanya penilaian kinerja. Manfaat Pelaksanaan penilaian
pertama yaitu dapat meningkatkan kinerja juga merupakan
motivasi karyawan, hal ini karena kesempatan bagi manajer untuk
karyawan merasa apabila kinerja menjelaskan apa yang sebenarnya
sehari-harinya baik tentu nanti diinginkan perusahaan kepada para
akan mendapatkan hasil yang baik karyawan sehingga karyawan
pula dalam penilaian. Penilaian dapat mengukur dirinya dan
kinerja yang berjalan dengan baik menempatkan dirinya sesuai
pun dapat meningkatkan kepuasan harapan manajer. Selain itu juga
kerja karyawan. Dengan adanya merupakan kesempatan bagi
penilaian kinerja karyawan juga manajer agar dapat menlai kembali
mendapat kejelasan mengenai apa yang telah dilakukan sehinga
standar hasil yang diharapkan. ada kemungkinan merevisi target
Karyawan juga dapat mengetahuo atau menyusun prioritas baru.
kekuatan dan kelemahan dirinya Manfaat lain yang tidak kalah
dari hasil penilaian kinerja penting adalah hasil penilaian
sehingga dapat mengembangkan kinerja dapat digunakan untuk
perencanaan penigkatan kinerja mengidentifikasi kesempatan
dengan membangun kekuatan dan untuk rotasi atau perubahan tugas
mengurangi kelemahan tersebut. karyawan;
Adanya penilaian kinerja ini juga 3. Manfaat bagi perusahaan
dapat memberi kesempatan kepada Bagi perusahaan, penilaian
karyawan untuk berkomunikasi ke kinerja dapat dijadikan kesempatan
atas, mendiskusikan permasalahan untuk melakukan perbaikan
pekerjaan, sehingga hubungan seluruh simpul unit-unit yang ada
harmonis dan aktif dapat terjalin dalam perusahaan. Perusahaan
atasan. juga dapat meningkatkan
2. Manfaat bagi penilai pandangan secara luas menyangkut
Manfaat penilaian kinerja tugas yang dilakukan oleh masing-
bagi penilai salah satunya adalah masing karyawan. Pelaksanaan
dapat menjadi kesempatan untuk penilaian kinerja yang baik juga
mengukur dan mengidentifikasikan dapat meningkatkan kualitas
kecenderungan kinerja karyawan komunikasi, terutama antara atasan
untuk perbaikan manajemen dengan bawahan.
selanjutnya. Adanya penilaian Penilaian kinerja juga
kinerja juga dapat menjelaskan berfungsi sebagai sarana
tujuan dan prioritas penilai dengan penyampaian pesan bahwa
memberikan pandangan yang lebih karyawan itu dihargai oleh
baik terhadap bagaimana mereka perusahaan. Hal ini dapat
dapat memberikan kontribusi yang dilakukan dengan pemberian
lebih besar kepada perusahaan. reward sesuai hasil penilaian
Selain itu penilaian kinerja juga kinerja karyawan. Hal ini tentunya
dapat dijadikan media untuk juga dapat meningkatkan motivasi
mengurangi kesenjangan antara karyawan secara keseluruhan.
Selain itu dengan adanya penilaian termasuk yang paling populer
kinerja, karyawan potensial lebih karena biasanya akan lebih mudah
mudah terlihat dan diidentifikasi. untuk membedakan antara
Jika penilaian kinerja telah karyawan terburuk dan terbaik.
terstruktur dengan baik, penilaian Pada suatu karakteristik yang
kinerja akan menjadi salah satu diukur, atasan akan memilih
sarana yang paling utama dalam karyawan yang terbaik dan
meningkatkan kinerja perusahaan. terburuk. Kemudian atasan akan
2.1.4. Metode Penilaian Kinerja meneruskan memilih yang terbaik
Metode penilaian kinerja dan terburuk dari sisa karyawan
dikategorikan ke dalam empat yang ada, begitu seterusnya sampai
kelompok yaitu (Dessler, 2013, semua karyawan sudah diberi
hal.219) : peringkat.
1. Metode Skala Peringkat Grafis 3. Metode Perbandingan
(Graphic Rating Scale Method) Berpasangan (Paired
Pada penilaian Comparison Method)
kinerja metode skala peringkat Pada metode berpasangan
grafis, akan ada daftar item atasan membuat diagram dari
indikator kinerja yang dilengkapi semua pasangan karyawan yang
dengan jangkauan nilai kinerja dari mungkin untuk setiap ciri. Dari
setiap item tersebut. Item kinerja setiap pasangan tersebut kemudian
contohnya seperti kedisiplinan, dipilih karyawan mana yang yang
dapat dipercaya, dan sebagainya. lebih baik dibanding pasangannya
Setiap item tersebut diberi dan diberi nilai +. Untuk setiap
jangkauan nilai seperti mulai dari karyawan kemudian dijumlahkan
tidak memuaskan sampai luar nilai + yang diperoleh pada setiap
biasa. Atasan akan menilai ciri. Dari perolehan jumlah + inilah
bawahan dengan memilih karyawan akan dirankingkan.
jangkaun nilai untuk tiap item 4. Metode Distribusi Paksa
kinerja dari setiap karyawan, (Forced Distribution Method)
biasanya dengan cara melingkari Distribusi paksa adalah teknik
atau menandai jangkauan kinerja untuk mendistribusikan penilaian
yang dirasa paling yang dapat dihasilkan dengan
menggambarkan karyawan yang metode apapun dengan
dinilia. Setiap jangkauan nilai ini membutuhkan perbandingan
memiliki bobot nilai yang diantara orang-orang dalam
kemudian akan dijumlahkan untuk kelompok kerja yang dinilai. Nilai
mendapatkan nilai kinerja organisasi akan menentukan
karyawan. bentuk kurva kategori nilai,
2. Metode Peringkat Alternasi kemudian atasan akan
(Alternation Ranking Method) menempatkan karyawan pada
Pada metode peringkat kelompok-kelompok nilai sesuai
alternasi atasan akan membuat dengan jumlah kuota pada kurva.
peringkat karyawannya dari yang Misalkan ada 20% karyawan yang
terbaik sampai terburuk dengan akan masuk dalam nilai teratas,
berdasar ciri tertentu. Metode ini
70% pada nilai tengah, dan 10% kebutuhan dan keinginan
pada nilai bawah. manajemen.
5. Metode Kejadian Kritis 8. Manajemen Tujuan (The
(Critical Incident Method) Management by Objectives
Pada metode kejadian kritis Method)
atasan akan membuat catatan Pada metode
tentan contoh-contoh hal baik yang manajemen tujuan para
tidak umum atau hal buruk yang manajer menetapkan
tidak dikehendaki atas perilaku tujuan-tujuan terukur yang
karyawan yang berhubungan spesifik untuk setiap
dengan pekerjaan. Kemudian pada karyawan. Kemudian
saat penilaian, atasan akan secara periodik tujuan-
meninjau kembali catatan tersebut tujuan tersebut akan
dan mendiskusikan dengan ditinjau kembali
karyawan mengenai kinerjanya kemajuannya. Ada enam
berdasarkan contoh-contoh langkah yang perlu
perilaku pada catatan. dilakukan pada metode
6. Skala Peringkat Standar MBO ini, yaitu menetapkan
Perilaku (Behaviorally tujuan organisasi,
Anchored Rating Scales) menetapkan tujuan
Metode skala peringkat standar departemen, membahas
perilaku merupakan metode tujuan departemen,
penilaian yang menggunakan mendefinisikan hasil yang
kombinasi antara metode narasi diharapkan, meninjau
kejadian penting dan penialaian kinerja, dan memberikan
kuantitatif dengan patokan skala umpan balik.
kuantitatif dan contoh naratif dari Beberapa kelemahan dari
kinerja baik dan buruk. Beberapa metode MBO yaitu
keuntungan dari metode ini yaitu terkadang ditemui
ukuran yang lebih akurat, standar penetapan sasaran yang
yang lebih jelas, umpan balik yang tidak jelas, misalkan akan
lebih baik, dimensi independen merencanakan program
(dimensi kinerja tidak terikat satu pelatihan yang lebih baik.
sama lain), dan evaluasi Standar lebih baik di sini
berdasarkan BARS konsisten dan tidak jelas. Kelemahan lain
dapat dipercaya secara relatif. yaitu metode MBO
7. Appraisal Forms in Practice memakan waktu yang tidak
Pada prakteknya pada sedikit karena harus
perusahaan sering menetapkan sasaran,
menggunakan penilaian mengukur kemajuan, dan
kinerja yang merupakan memberikan umpan balik
bauran dari beberapa untuk setiap karyawan.
metode penilaian kinerja. 9. Penilaian Kinerja
Hal ini dilakukan untuk Terkomputerisasi dan
menyesuaikan dengan Berbasis Web
(Computerized and Web-
Based Performance secara online dibanding
Appraisals) yang tidak dipantau. Akan
Penilaian kinerja tetapi kelemahan dari
terkomputerisasi dan metode ini adalah dapat
berbasis web kini banyak membuat tingkat stress
digunakan di perusahaan- karyawan menjadi tinggi.
perusahaan besar. Program 2.1.5. Kesalahan Dalam
software yang digunakan Penilaian Kinerja
pun selain dibangun oleh Menurut (Dessler, 2013,
perusahaannya sendiri, kini hal.228) terdapat banyak
banyak tersedia di pasaran kemungkinan sumber-sumber
yang dapat dibeli oleh kesalahan dalam proses penilaian
perusahaan. Software kinerja, beberapa di antaranya
penilaian kinerja biasanya adalah sebagai berikut :
memungkinkan manajer a) Standar yang Tidak Jelas
untuk menyimpan catatan (Unclear Standards)
bawahan selama periode Standar yang tidak jelas dapat
penilaian kemudian secara timbul dikarenakan perbedaan
elektronik memberikan dalam mengukur tingkatan
peringkat para karyawan penilaian. Misalnya beda
untuk serangkaian ciri penyelia mungkin akan
kinerja. mendefinisikan kinerja ”baik”,
10. Pemantauan Kinerja kinerja ”menengah” secara
Elektronik (Electronic berbeda. Hal ini dapat
Performance Monitoring) dihindari dengan memberika
Sistem pemantauan frase deskriptif untuk
kinerja secara elektronik mendefinisikan setiap ciri
menggunakan teknologi sehingga masing-masing
jaringan komputer untuk penyelia dapat memiliki
mengijinkan manajer pengukuran yang rata-rata
mengakses komputer dan sama.
telepon para karyawannya. b) Efek Halo (Halo Effect)
Para manajer memantau Efek halo (halo effect) terjadi
rasio, akurasi, penggunaan ketika seseorang menilai
waktu bekerja para tinggi seorang karyawan pada
karyawan secara online. semua kriteria pekerjaan
Metode EPM ini dinilai karena kinerjanya dalam satu
dapat meningkatman kriteria, sering juga disebut
kinerja untuk pekerjaan sebagai ”pengaruh dari kesan
tertentu, terutama untuk umum penilai atas peringkat
pekerjaan rutin, tidak sifat khusus dari orang yang
terlalu kompleks seperti dinilai”. Sebagai contoh:
entri data. Pekerjana entri supervisor yang memberi
data ini akan lebih tinggi penilaian tinggi pada semua
performanya apabila area pekerjaan seseorang
pekerjaan mereka dipantau dikarenakan angka
ketidakhadirannya yang dan jenis kelamin.
rendah. Manajer mungkin Karakteristik ini dapat
tidak benar-benar berpikir mempengaruhi peringkat
mengenai karakteristik mereka bahkan kadang cukup
karyawan yang lain secara jauh dari kinerja
terpisah, dan dengan demikian sesungguhnya. Hal ini perlu
menghasilkan efek halo. Efek diperhatikan oleh para penilai
kerucut adalah kebalikannya, karena terkadang penilaian
dimana satu karakteristik sering lebih banyak
dapat menyebabkan penilaian mengatakan tentang penilai
rendah secara keseluruhan. daripada tentang mereka yang
c) Kecenderungan Terpusat dinilai.
(Central Tendency) f) Permasalahan Hukum di
Kesalahan tedensi sentral Penilaian Kinerja (Legal
(central tendency error), yaitu Issues in Performance
para penilai menilai semua Appraisal)
karyawan dalam jarak yang Penilaian kinerja memiliki
sempit (misalnya: semua kedudukan yang cukup
orang dinilai rata-rata), di berpengaruh dalam
mana bahkan orang-orang perusahaan karena dapat
yang berkinerja buruk mempengaruhi promosi,
menerima penilaian rata-rata. kesempatan pelatihan, dan
Metode yang dapat digunakan sebagainya. Hal itu
untuk menghindari kesalahan menyebabkan seseorang bisa
ini yaitu metode peringkat saja kehilangan kesempatan
karena pada metode peringkat untuk mendapat promosi
penilai tidak dapat karena penilaian dari
memberikan nilai rata-rata atasannya, bahkan dapat juga
pada semua karyawan. kehilangan pekerjaanya. Inilah
d) Longgar atau Ketat (Leniency yang membuat penilaian
or Strictness) kinerja erat kaitannya dengan
Kesalahan kelunakan permasalahan hukum.
(Leniency error) yaitu ketika 2.1.6. Peningkatan Penilaian
penilaian semua karyawan Kinerja
jatuh pada ujung tinggi dari Dalam penelitian yang
skala. Sedangkan kesalahan dilakukan oleh (Goodale, 1992,
kekakuan (strictness error) hal.66) didapatkan bahwa ada
terjadi ketika seorang manajer tujuh pedoman dalam
dalam menilai karyawan meningkatkan proses penilaian
menggunakan hanya bagian kinerja. Pedoman yang pertama
rendah dari skala yaitu pada proses pembuatan
e) Bias (Bias) desain sistem penilaian kinerja.
Dalam penilaian kinerja sering Agar dapat mendapatkan sistem
terjadi bias karena penilaian kinerja yang baik,
karakteristik pribadi orang manajer dan karyawan harus
yang dinilai seperti umur, ras, dilibatkan dalam proses
pendesainan ini. Hal ini agar tersebut. Ada beberapa tahapan
nantinya proses penilaian dapat dalam SIMKPNAS yaitu
berjalan sesuai harapan baik a) Inisiasi KPI Bawahan
manajemen maupun karyawan. Pada setiap awal tahun
Kemudian pada proses akan dilakukan KPI cascading dari
pendesaianan, manajemen harus kantor pusat hingga ke unit-unit.
membuat tujuan-tujuan yang jelas Setiap pegawai yang menjadi
pada penilaian kinerja dan atasan harus melakukan insiasi
menempatkan titik berat yang tepat KPI terhadap masing-masing
pada masing-masing tujuan. bawahannya. Atasan memilih KPI
Kemudian pada proses pemberian yang akan diberikan kepada
umpan balik, umpan balik harus masing-masing bawahan untuk
difokuskan pada hasil dan kinerja nantinya dapat dipilih oleh
yang dapat diobservasi dan bawahan.
berkaitan dengan pekerjaan. b) Pengisian Usulan Sasaran
Sebaiknya menghindari pemberian Kinerja
timbal balik yang bersifat personal. Pegawai yang telah
Kemudian ada beberapa mendapat inisiasi KPI dari
pedoman yang perlu diperhatikan atasannya kemudian memilih KPI
oleh karyawan terutama yang mana saja yang akan diambil untuk
berperan sebagai penilai. yang dijadikan usulan sasaran kinerja.
pertama adalah dengarkan dahulu Jika ada pekerjaan yang tidak ada
dan berbicara kemudian. dalam pilihan KPI, pegawai dapat
Kemudian penilai juga harus menambahkan sebagai rutin/uraian
mendahulukan berpositif daripada jabatan. Pegawai kemudian
bernegatif, dan penyelidikan mengisi target untuk masing-
dahulu sebelum penentuan. masing sasaran kinerja yang telah
Sehingga apabila penilai menerima diambil.
informasi mengenai bawahannya, c) Evaluasi dan Approval
penilai sebaiknya melakukan Sasaran Kinerja
penyelidikan dahulu mengenai Setelah periode pengisian
kebenaran informasi baru sasaran kinerja selesai, atasan
melakukan penentuan dalam langsung melakukan evaluasi
penilaian. terhadap usulan sasaran kinerja
yang telah dibuat oleh
2.1. SIMKPNAS bawahannya. Atasan langsung
SIMKPNAS merupakan dapat merevisi apabila diperlukan.
sistem penilaian kinerja yang Jika sudah sesuai atasan akan
diterapkan pada PT. PLN (Persero) melakukan approval terhadap
sejak pertengahan tahun 2012. usulan sasaran kinerja dari
Sistem ini merupakan aplikasi karyawan.
berbasis web, seluruh proses d) Pengisian Pencapaian Sasaran
penilaian mulai dari pemilihan KPI Kinerja
(Key Performance Indicators) Pada tiap akhir semester
sampai penilaian oleh atasan pegawai akan mengisikan hasil
dilakukan menggunakan aplikasi pencapaian sasaran kinerja dari
perencanaan yang dulu sudah pencapaian sasaran kinerja, atasan
dibuat. Pada pengisian ini pegawai langsung akan mengevaluasi
harus melampirkan bukti-bukti pencapaian tersebut dan
berupa laporan yang diunggah ke memberikan approval sesuai
SIMKPNAS. dengan hasil kinerja yang telah
e) Entri PDP (Program dicapai.
Pengembangan Diri) Lain g) Pengukuran Kompetensi
Selain dari pencapaian Individu Pegawai
sasaran kinerja, pegawai juga Selain pencapaian sasaran
dapat memperoleh tambahan nilai kinerja, atasan juga akan menilai
dari program pengembangan diri kompetensi individu pegawai
seperti diklat, keikutsertaan dalam bawahannya. Penilaian komptensi
tim-tim penugasan khusus, dsb. ini berupa kuesioner yang harus
Untuk diklat akan otomatis diisi diisi oleh atasan langsung melalui
dari pusdiklat sedangkan untuk SIMKPNAS.
keikutsertaan tim diisi oleh
pegawai dengan melampirkan SK
penugasan. 2.1. Kerangka Pemikiran
f) Evaluasi, Validasi dan Kerangka pemikiran yang
Approval atas Pencapaian dikembangkan dalam penelitian ini
Sasaran Kinerja adalah sebagai berikut :
Setelah pegawai mengisi
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Penilaian Kinerja
PT. PLN (Persero) Area Surabaya
Selatan

Pelaksanaan Penilaian Kinerja


SIMKPNAS

Bagaimana pemahaman 2. Bagaimanakah implementasi 3. Apa sajakah kelemahan


karyawan PT. PLN (Persero) SIMKPNAS di PT. PLN (Persero) dari pelaksanaan
Area Surabaya Selatan Area Surabaya Selatan jika SIMKPNAS di PT. PLN
terhadap SIMKPNAS? ditinjau dari teori dan prakteknya? (Persero) Area Surabaya
Selatan?

Wawancara

Analisa Data & Validasi

Deskripsi & Hasil Penelitian Teori yang relevan

Kesimpulan & Saran

III. METODE PENELITIAN sesuai tujuan) yaitu peneliti memilih


Metode yang digunakan orang yang akan dijadikan
dalam penelitian ini adalah metode partisipan dengan meilhat pada
penelitian kualitatif. Pada penelitian kesesuaian, pengetahuan dan
ini ada dua jenis partisipan yang informasi yang dimilliki orang
akan diteliti, yaitu partisipan yang tersebut terhadap fenomena yang
merupakan staf sebagai sudut diteliti.
pandang bawahan yang dinilai dan
partisipan yang menduduki jabatan
struktural sebagai sudut pandang
penilai (atasan) sekaligus sudut
pandang bawahan. Metode
penentuan subjek penelitian yang
dipakai dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling (subjek
Gambar 3. 1 Jabatan Struktural di Dari keseluruhan wawancara
PLN Area Surabaya Selatan mengenai pemahaman karyawan,
dapat disimpulkan bahwa hampir
seluruh pegawai PT. PLN (Persero)
Jabatan struktural yang ada Area Surabaya Selatan mengetahui
di PLN Area Surabaya Selatan dapat dan memahami apa itu SIMKPNAS,
dilihat pada gambar 3.1. Dari apa saja yang perlu dilakukan dan
masing-masing jenis jabatan apa saja tahapan dalam SIMKPNAS.
struktural tersebut akan diambil Hanya saja belum semua pegawai
perwakilan untuk dijadikan memahami bahwa SIMKPNAS
partisipan dalam penelitian ini. seharusnya diisi sendiri, masih ada
Komposisi partisipan yang akan pegawai terutama yang kurang mahir
diteliti adalah sebagai berikut : dalam menggunakan komputer dan
o 1 manajer area yang bekerja ke lapangan meminta
o 1 manajer rayon bantuan pegawai lain untuk
o 1 asisten manajer mengisikan SIMKPNAS nya.
o 2 supervisor rayon
o 1 supervisor area 4.2. Implementasi SIMKPNAS
o 3 staf area 4.2.1. Penetapan Standar Kerja
Penetapan standar kerja
Teknik pengumpulan data adalah proses penentuan standar
dalam penelitian ini yaitu kerja apa saja yang akan dijadikan
wawancara, pengamatan, dan studi sebagai item yang akan dinilai dalam
pustaka. Alat analisis yang penilaian kinerja. Proses penetapan
digunakan untuk mengecek standar kinerja dalam penilaian
keabsahan data dalam penelitian ini kinerja SIMKPNAS di PLN
ialah teknik triangulasi dan member dilakukan dalam dua tahap, yaitu
check. inisiasi KPI dan pembuatan usulan
sasaran kinerja. Kedua tahapan ini
IV. HASIL PENELITIAN DAN dilakukan di awal tahun untuk
PEMBAHASAN digunakan dalam 2 periode penilaian
kinerja yaitu pada semester 1 dan
4.1. Pemahaman Karyawan
semester 2.
Mengenai SIMKPNAS
Inisiasi KPI (Key
Untuk dapat melaksanakan Performance Indicator) merupakan
SIMKPNAS di PLN Area Surabaya tahap paling awal dalam
Selatan dengan baik, pegawai perlu SIMKPNAS. Pada tahapan ini, setiap
memiliki pemahaman mengenai atasan menurunkan KPI kepada
SIMKPNAS itu sendiri. Pemahaman semua bawahannya, dimulai dari
yang dimaksud antara lain mengenai manajer area kepada bawahannya
apa itu SIMKPNAS, apa saja yang (asisten manajer dan manajer rayon).
perlu dilakukan dalam SIMKPNAS, Masing-masing asisten manajer dan
serta pemahaman mengenai manajer rayon kemudian
pentingnya melaksanakan menurunkan KPI lagi kepada
SIMKPNAS sendiri. bawahannya, begitu seterusnya. KPI
yang didapat dari atasan kemudian
dipilih untuk dijadikan usulan 4.2.2. Penilaian Kinerja
sasaran kinerja. Di akhir semester dilakukan
Mengenai inisiasi KPI penilaian terhadap sasaran kinerja
didapatkan bahwa belum semua yang ada pada SIMKPNAS. Selama
pegawai struktural melakukan 1 semester berjalan, agar target
diskusi dengan bawahan pada saat kinerja yang sudah dibuat dapat
melakuka inisiasi KPI. Beberapa di tercapai, perlu dilakukan monitoring
antaranya beralasan karena sudah progress pencapaian target dari
menyesuaikan KPI yang diturunkan waktu ke waktu.
dengan job desk bawahan. Kendala Dari keseluruhan hasil
yang masih ditemui pada proses wawancara mengenai penilaian
inisiasi KPI yaitu masih adanya job kinerja, ada beberapa kesimpulan
desk pegawai yang tidak ada dalam yang didapatkan. Pertama adalah
pilihan KPI. masih kurang efektifnya komunikasi
Tahapan kedua dalam di antara atasan dan bawahan,
penilaian kinerja SIMKPNAS setelah terbukti dengan belum semua atasan
inisiasi KPI adalah pengisian usulan melakukan diskusi mengenai progres
sasaran kinerja. Pada proses ini, pencapaian target selama masa
setiap pegawai mengisi sasaran pencapaian target berlangsung.
kinerja untuk 2 semester sebanyak Para pegawai mengisi
masing-masing 5-8 sasaran kinerja. pencapaian mereka berdasarkan data
Dari KPI yang diturunkan oleh pendukung. Dalam aplikasi
atasan, pegawai memilih 5-8 di SIMKPNAS, ada menu untuk
antaranya untuk dijadikan sasaran melampirkan data pendukung
kinerja dengan menambahkan target tersebut sebagai bukti pencapaian.
dan jangka waktu. Apabila dari Akan tetapi, menu tersebut belum
pilihan KPI yang diturunkan atasan digunakan secara efektif karena
yang sesuai dengan jobdesk kurang masih ada pegawai yang tidak
dari lima, pegawai dapat melampirkan bukti dan masih ada
menambahkan rutin/uraian jabatan atasan yang tidak memeriksa bukti
untuk menjadi sasaran kinerja di luar yang dilampirkan oleh bawahanya.
KPI. Mengenai usulan sasaran
kinerja didapatkan bahwa pada saat 4.2.2. Pemberian umpan balik
pembuatan usulan sasaran kinerja, kepada karyawan
belum semua pegawai melakukan Dalam suatu penilaian
diskusi dengan atasan. Ada sebagian kinerja karyawan, pemberian umpan
pegawai yang membuat sendiri balik dilakukan dengan tujuan
usulan sasaran kinerja kemudian memotivasi orang tersebut untuk
tinggal dilakukan persetujuan oleh menghilangkan kemerosotan kinerja
atasan. Dalam hal penentuan target, atau terus berkinerja lebih tinggi lagi.
pegawai mengacu pada target yang Setelah mendapatkan nilai pada
telah diberikan dari unit yang lebih penilaian kinerja, seharusnya
atas. Apabila diperlukan, atasan akan karyawan dapat menerima penjelasan
melakukan revisi terhadap usulan mengenai nilai yang diperolehnya.
sasaran kinerja yang telah dibuat Hal ini agar atasan dan stafnya sama-
oleh bawahannya. sama merasa puas dengan nilai akhir.
Dari keseluruhan hasil kurangnya penjelasan dari atasa
wawancara dapat disimpulkan bahwa mengenai nilai yang didapat, serta
pemberian feedback oleh pegawai belum adanya pembedaan bobot
mengenai penilaian kinerja masih pekerjaan.
jarang dilakukan. Pegawai cenderung Mengenai saran perbaikan
menerima saja hasil penilaiannya. terhadap SIMKPNAS, saran yang
Penyebab utama kurang feedback pertama dari para partisipan adalah
adalah karena selama ini pegawai mengenai sistem kuota pada akhir
hanya tahu hasil akhirnya saja berupa penilaian, sebanyak 5(lima) orang
nilai talenta. Pegawai tidak tahu partisipan menyarankan agar sistem
besaran nilai angka yang kuota ditiadakan. Saran perbaikan
diterimanya. lainnya adalah mengenai pembedaan
4.2.2. Kelemahan SIMKPNAS bobot dalam SIMKPNAS.
Setelah meneliti mengenai
pelaksanaan SIMKPNAS di PLN V. KESIMPULAN DAN SARAN
Area Surabaya Selatan, dalam
penelitian ini juga dicari kelemahan 5.1. Kesimpulan
dari SIMKPNAS itu sendiri. Terkait
1. Pemahaman karyawan
dengan kelemahan SIMKPNAS,
kepada informan diberikan 7 Hampir seluruh pegawai PT.
pertanyaan yang dibagi dalam 3 PLN (Persero) Area Surabaya
bagian (Kesesuaian Hasil Penilaian, Selatan mengetahui dan memahami
Kepuasan Karyawan, Kelemahan apa itu SIMKPNAS, apa saja yang
SIMPNAS dan Saran Perbaikan). perlu dilakukan dan apa saja tahapan
Mengenai kesesuaian hasil dalam SIMKPNAS. Hanya saja
penilaian, dapat disimpulkan bahwa belum semua pegawai memahami
masih banyak pegawi yang merasa bahwa SIMKPNAS seharusnya diisi
penilaian kinerja dengan sendiri karena akan menentukan
SIMKPNAS ini belum berjalan penilaian kinerjanya. Masih ada
dengan baik dan hasil penilaiannya pegawai terutama yang kurang mahir
belum sesuai dengan kinerja pegawai dalam menggunakan komputer dan
sesungguhnya. Alasan yang yang bekerja ke lapangan meminta
terbanyak adalah karena ada kuota bantuan pegawai lain untuk
(peer asessment) sehingga nilai mengisikan SIMKPNAS nya.
pegawai yang sudah sesuai dengan
kinerja nya harus direvisi kembali. 2. Implementasi
Alasan lain yaitu belum adanya
pembedaan bobot pekerjaan dalam Mengenai implementasi
aplikasi SIMKPNAS secara spesifik. SIMKPNAS di PT. PLN (Persero)
Mengenai kepuasan Area Surabaya Selatan ada beberapa
karyawan dari keseluruhan hasil hal yang didapat yaitu :
wawancara dapat disimpulkan bahwa a. Pemberian informasi mengenai
belum semua pegawai puas dengan jadwal pelaksanaan SIMKPNAS
hasil penilaian kinerja mereka. dan cara pengisian SIMKPNAS
Beberapa alasannya adalah karena dirasa sudah cukup jelas
adanya kuota pada hasil akhir, b. Komunikasi di antara atasan dan
bawah masih kurang, hal ini
ditunjukkan dengan belum ini masih belum dapat dilaksanakan
semua pegawai melakukan secara optimal, hal ini dikarenakan
diskusi dengan atasan mengenai adanya kelemahan :
penurunan KPI, pembuatan
usulan sasaran kinerja maupun a. Bidang SDM (Man)
progress pencapaian target 1) Beberapa pegawai
selama semester berjalan. struktural belum dapat
c. Fungsi pelampiran bukti dalam meranking nilai stafnya
pengisian pencapaian sasaran secara optimal, sehingga
kinerja di SIMKPNAS belum nilai staf cenderung sama
digunakan secara efektif. Masih bagusnya.
banyak pegawai yang tidak 2) Sebagian pegawai menjadi
melampirkan bukti kurang aware terhadap
pencapaiannya dan masih SIMKPNAS dikarenakan
banyak atasan yang tidak adanya peer asessment.
memeriksa bukti yang b. Metode
dilampirkan oleh bawahannya. Adanya penyesuaian nilai
d. Fungsi entry PDP lain belum dengan sistem kuota pada
digunakan secara maksimal, tahapan peer asessment
masih banyak pegawai yang membuat pegawai merasa
tidak mengajukan program hasil penilaian kinerja yang
pengembangan diri lain untuk diterimanya belum sesuai
dinilai dalam SIMKPNAS dengan kinerjanya.
karena kurang tahu caranya, c. Aplikasi
kurang termotivasi untuk 1) Masih ada beberapa
mengajukan, bahkan karena jobdesk yang belum
lupa. terwadahi dalam pilihan
e. Penilaian kinerja dengan KPI di SIMKPNAS
SIMKPNAS belum benar-benar 2) Adanya program baru
berjalan dengan baik di mata yang kadang muncul di
para pegawai, pegawai merasa tengah tahun yang tidak
hasil penilaian kinerja dengan ada dalam KPI
SIMKPNAS belum sesuai SIMKPNAS
dengan kinerja pegawai 3) Belum adanya
sesungguhnya. Penyebabnya di pembobotan kerja yang
antara lain karena ada peer spesifik antara satu sasaran
assessment (ada kuota), merasa kinerja dengan lainnya
tidak adil saat membandingkan 4) Jaringan masih sering sulit
dengan orang lain, kurangnya diakses saat pengisian,
penjelasan dari atasan mengenai terutama saat banyak
nilai yang didapat. pegawai sedang
mengakses SIMKPNAS
3. Kelemahan SIMKPNAS secara bersama-sama.
Pelaksanaan penilaian Berikut adalah tabel
kinerja SIMKPNAS di PT PLN rangkuman kesimpulan dari
(Persero) Area Surabaya Selatan saat penelitian ini :
Tabel 5. 1 Rangkuman Kesimpulan

NO. Tema Kesimpulan


1. Pemahaman  Hampir seluruh pegawai mengetahui dan
Karyawan memahami pengertian dan tahapan dalam
SIMKPNAS
 Belum semua pegawai memahami bahwa
SIMKPNAS seharusnya diisi sendiri
2. Implementasi  Pemberian informasi jadwal dan cara pengisian
SIMKPNAS sudah cukup jelas
 Komunikasi di antara atasan dan bawahan dalam
pelaksanaan SIMKPNAS masih kurang
 Fungsi pelampiran bukti dalam SIMKPNAS belum
digunakan secara efektif
 Fungsi entry PDP lain belum digunakan secara
maksimal
 Penilaian kinerja dengan SIMKPNAS belum benar-
benar berjalan dengan baik di mata para pegawai
karena hasil penilaian kinerja belum sesuai dengan
kinerja pegawai sesungguhnya
3. Kelemahan a. Bidang SDM (Man)
SIMKPNAS  Beberapa pegawai struktural belum dapat
meranking nilai stafnya secara optimal, sehingga
nilai staf cenderung sama bagusnya.
 Sebagian pegawai menjadi kurang aware
terhadap SIMKPNAS dikarenakan adanya peer
asessment.
b. Metode
Peer asessment membuat pegawai merasa hasil
penilaian kinerja yang diterimanya belum sesuai
dengan kinerjanya.
c. Aplikasi
 Masih ada beberapa jobdesk yang belum
terwadahi dalam pilihan KPI di SIMKPNAS
 Adanya program baru yang kadang muncul di
tengah tahun yang tidak ada dalam KPI
SIMKPNAS
 Belum adanya pembobotan kerja yang spesifik
antara satu sasaran kinerja dengan lainnya
 Jaringan masih sering sulit diakses saat pengisian
SIMKPNAS.
5.2 Saran
Dari kesimpulan yang didapat, ada beberapa saran perbaikan untuk
pelaksanaan SIMKPNAS di PLN Area Surabaya Selatan, yaitu :
1. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masih banyak pegawai struktural
yang menilai bawahannya sama bagusnya sehingga pada saat peer
assessment perlu dilakukan banyak penyesuaian nilai. Untuk menghindari
hal ini, setiap pegawai struktural diharapkan mengerti persis apa yang
dikerjakan bawahannya sehingga dapat menilai kinerja bawahan dengan
baik dan benar.
2. Belum adanya pembedaan bobot pekerjaan membuat pegawai merasa
penilaian kinerja dengan SIMPKNAS kurang fair, terutama antara pekerjaan
yang berisiko tinggi dengan yang tidak. Diharapkan sistem SIMKPNAS
mengakomodir perbedaan bobot pekerjaan, sehingga tidak hanya melihat
apakah target tercapai atau tidak, tetapi dapat memberikan bobot seberapa
besar usaha untuk mencapai target tersebut.
3. Adanya peer assessment membuat banyak pegawai merasa hasil penilaian
kerja SIMKPNAS belum sesuai. Sebaiknya tidak ada kuota (peer
assessment), jadi pegawai yang kinerjanya baik dinilai baik, tidak dikurangi
karena kuota. Hal ini tentu harus disertai dengan pegawai struktural menilai
bawahan secara berjenjang, sehingga sudah teranking dari awal penilaian.
4. Dari hasil penilitian didapatkan masih banyak pegawai yang meminta
bantuan pegawai lain dalam mengisi SIMKPNAS. Tiap pegawai diharapkan
memiliki kesadaran untuk mengisi sendiri SIMKPNAS, tidak menyepelekan
aplikasi penilaian kinerja yang sudah dibangun dengan baik ini. Hal ini
tentu harus didorong dengan perhatian dan himbauan dari pihak manajemen.
Keandalan jaringan aplikasi SIMKPNAS agar ditingkatkan untuk memudahkan
dalam mengakses karena masih banyak pegawai yang merasa kesulitan saat
mengakses aplikasi SIMKPNAS.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini fokus pada pelaksanaan penilaian kinerja SIMKPNAS dari
sudut pandang pegawai struktural (atasan) maupun fungsional (staf/bawahan).
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2014. Berikut adalah
beberapa keterbatasan penelitian dalam penelitian ini:
1. Proses penentuan partisipan dalam penelitian dilakukan dengan metode
purposive sampling. Peneliti mewawancarai manajer area kemudian
memilih 1 manajer rayon, 1 asisten manajer, 1 supervisor area, 2 supervisor
rayon, 3 staf area, dan 2 staf rayon berdasarkan pertimbangan dari peneliti.
2. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik structured interview yaitu
wawancara berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disusun sebelumnya,
teknik probing belum digunakan dalam wawancara penelitian ini.
5.4. Agenda Penelitian Mendatang
Beberapa agenda penelitian mendatang yang dapat diberikan dari
penelitian ini antara lain:Penelitian mendatang disarankan menggunakan metode
wawancara Semi-Structured Interview atau In-Depth Interview agar dapat
mendapatkan informasi yang lebih detail dari setiap permasalahan yang ada. Akan
tetapi perlu diperhatikan bahwa kedua metode ini memungkinkan proses
wawancara akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Metode In-Depth
Interview juga memungkinkan mendapatkan hasil wawancara yang keluar dari
topik dan tujuan awal wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, Gary. (2000) Human Resource Management. London : Prentice-Hall International.
Goodale, J. G. (1992) Improving performance appraisal. Business Quarterly. 57(2).p.65.
Grote, D. (2002). Performance Appraisal. Executive Excellence. 19(12).p.12.
Handoko, T. Hani. (2000) Manajemen Personalia dan Sumber daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Kondrasuk, J. N. (2012) The Ideal Performance Appraisal is a Format, Not a Form, Academy of
Strategic Management Journal. 11(1). p.115-130.
Khurana, Ashok. (2010) Performance Appraisal: A Key To Hr Assessment And Development.
Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1714151.
Mathis, R. L., & Jackson, J.H. (2006) Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Kelima,
Terjemahan. Jakarta : Salemba Empat.
Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1994) Qualitative data analysis: An expanded sourcebook.
New York: SAGE Publications.
Moleong, Lexy J. (2005) Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Prowse, Peter. (2009) The Dilemma of Performance Appraisal. Measuring Business Excellence,
Emerald Group Publishing Limited.
Roberts, G. E. (2003) Employee performance appraisal system participation: A technique that
works. Public Personnel Management .32(1).p.89.
Robbins, Stephen P. (2008) Perilaku Organisasi. Buku 2. Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. (2009) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Tuytens, Melissa. (2012) Importance of System and Leadership in Performance Appraisal.
Emerald Group Publishing Limited.
Veithzal, Rivai (2005) Performance Appraisal. Edisi 1-2. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
W. Thurston, Paul. (2009) Justice Perceptions of Performance Appraisal Practices, Journal of
Managerial Psychology. Emerald Group Publishing Limited.
Whiting, Hal. (2007) The Performance Appraisal Congruency Scale : an Assessment of Person-
Environment Fit. International Journal of Productivity and Performance Management.
Emerald Group Publishing Limited
Yongjun, Zhang. (2013) A Study on the Interactive Relationship between Performance Appraisal
and Trust and Management Tactics. ICSSR

Vous aimerez peut-être aussi