Vous êtes sur la page 1sur 7

A., S.

, Harahap, Pencegahan Scientific Misconduct

Review Article

Pencegahan Scientific Misconduct


Anthoni Sulthan Harahap

Center for Plant Quarantine and Bio Safety, Jakarta, Indonesia

Abstract: Improper practices and unprofessional conduct in scientifc research has been shown decreasing public confidence to research result
and also to waste a significat portion of research fund. This paper reviews certain litterature to spotlight scientifec misconduct causes, how to
quantify its prevalence, how to establish framework to prevent scientific misconduct. As review result, shown the most external causes are
academic publication culture and academic capitalism, hence the most internal cause is phsycology diseases. Negatif impact of scientific
misconduct is not related to its prevalence, however quantifying of scientific misconduct is required to decide wether such aktivity detected as
scientific misconduct, an also to establish frame work and action to prevent scientific misconduct. Quantitative assesmennts of scientific
misconduct can under take do accuracy examining of written records (published articles, retarded articles, audit report), respondents assesment
using questionaires among academic coleagues, and through statistical rea-analysis of reported findings. Scientific misconduct can be prevented
by removing causes of events and as identifying misconduct reducing factors and also establishing early detection of scientific misconductas well
as its effective treatments programme.

Keywords: scientific misconduct, penyebab eksternal, penyebab internal, pencegahan

Pada tahun 1990-an, National Science Foundation dan menyebabkan diterapkannya hasil penelitan misconduct di
Department of Health and Human Services pada tahun masyarakat berdasarkan putusan kongres, hilangnya
1990-an, telah mendefinisikan scientific misconduct kredibilitas hasil publikasi dan puncaknya hilangnya
(kesalahan ilmiah) sebagai kegiatan pembuatan data kepercayaan publik terhadap hasil penelitian ilmiah (Fang,
(fabrication), pemalsuan data (falsification), klaim atas Steen, & Casadevall, 2012), dan yang paling berbahaya
karya orang lain (plagiarism), atau penyimpangan ilmiah ialah dapat membahayakan pasien yang menggunakan
serius lainnya dalam pengajuan proposal, pelaksanaan, hasil penelitian tersebut dalam pengobatannya (Douglas,
atau pelaporan penelitian (Gunsalus, 1993, Hofmann, 1998; Marusic, Wagerm Utrobic, Rothstein, Sambunjak,
Helgesson, Juth & Holm, 2015; Resnik, Neal, Raymond, 2016). Misconduct juga menyebabkan menyatakan bahwa
& Kussling, 2015). Penyimpangan ilmiah serius dapat misconduct dapat menyebabkan tidak tepatnya
berupa: gangguan pelaksanaan investigasi terhadap penggunaan dana untuk penelitian, kapasitas penelitian,
misconduct; ketidak sesuaian penelitian terhadap kesalahan dalam pengambilan kebijakan, hancurnya karir
peraturan yang ditetapkan (Commision on Research rekan sejawat dan sarjana yang sadar terlibat dalam proyek
Integrity, 1995); tidak menjelaskan kelemahan data curang, dan meningkatnya kebutuhan dana untuk
yang diperoleh; hanya melaporkan sebagian hasil penyelidikan kasus misconduct (Michalek, Hutson, Wicher,
penelitian dengan maksud tertentu; tidak & Trump, 2010; Stroebe, Postmes, & Spears, 2012)
mempublikasikan penelitan yang berhasil negatif/null Melihat kerugian yang disebabkan oleh scientific
hypothesis/negative result (Bailar, 1995 dan Chalmers, misconduct perlu diketahui penyebab terjadinya
1990); ketidaksesuaian pemberian status penulis; dan permasalahn tersebut begitu pula pendekatan yang dapat
publikasi secara berulang (Huth, 1986). Sedangkan error dilakukan untuk mencegah terjadinya scientific misconduct
yang tidak disengaja atau perbedaan pendapat tidak tersebut.
merupakan scientific misconduct (Office of Research
Integrity, 2011, Office of Science and Technology Policy, Penyebab terjadinya scientific
2000). misconduct
Misconduct menyebabkan kerugian baik bagi peneliti
Scientifc misconduct disebabkan oleh faktor eksternal dan
yang menjadi pelaku, komunitas peneliti maupun bagi
faktor internal. Faktor eksternal yang mendorong individu
masyarakat luas yang mengakses atau mengadopsi hasil
peneliti melakukan scientific misconduct antara lain tekanan
penelitian tersebut. Kerugian lainnya yang ditimbulkan
publikasi (Lock, 1988, Angel 1986; Wolf, 1986; Andersen,
oleh misconduct, terutama pembuatan dan pemalsuan data
Attrup, Axelsen, Riis, 1992; Danforth & Schoenhoff, 1992),
© 2019 Hogrefe Publishing. Distributed as a Hogrefe OpenMind article Zeitschrift für Psychologie (2019), .....(...), ....–. ....
under the license CC BY 4.0
A., S., Harahap, Pencegahan Scientific Misconduct

kompetisi (Petersdorf, 1986; Albert dan Shine, 1994), tidak


Menghitung kuantitas scientific
efektifnya bimbingan akibat skala penelitian yang terlalu
luas (Danforth & Schoenhoff, 1992; Petersdorf, 1986), misconduct
pembimbing memberikan contoh yang buruk. Penyebab Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa error yang
internal terjadinya scientific misconduct antara lain tidak disengaja (honest erros) tidak dikategorikan sebagai
perolehan keuntungan finansial pribadi, sifat ego, (Royal scientific misconduct. Menurut Douglas (1998) perlu
College of Physicians, 1991, Kassirer, 1993, Dingell, 1993) dibedakan antara error dengan misconduct. Ilmu
dan penyakit psikiatri (Wolf, 1981, Royal College of memperbaiki error yang terjadi dalam pengukuran dan
Physicians, 1991). penerjemahan bukti-bukti. Error terjadi secara tidak
Penyebab eksternal yang paling banyak menyebabkan sengaja, sedangkan misconduct adalah kekeliruan atau
terjadinya scinetific misconduct adalah terkait budidaya penyalahgunaan yang dilakukan dengan sengaja. Untuk
publikasi akademik dan akademik kapitalisme yang menentukan pola hubungan antara error dengan misconduct
mendorong timbulnya norma-norma kompetitif dan dalam sudut pandang (perspective) yang sama, perlu
individualis (Gross, 2016; Marshall, 2000; Douglash, 1998). terlebih dahulu mengetahui prevalensi scientific misconduct
Banyak peneliti yang mengalami tekanan yang sangat selanjutnya dapat dikategorikan sebagai seriously
signifikan untuk mempublikasikan hasil penelitiannya ke misconduct (kesalahan serius), sloppiness (kelalaian), dan
jurnal berperingkat baik dalam rangka untuk memperoleh pada tingkatan paling rendah error yang tidak berulang.
promosi, keamanan pekerjaan maupun untuk mendapat Nylenna & Simonsen (2006) menampilkan pola
penghargaan finansial (Nosek, Spies, &Motyl, 2012). hubungan honest error dengan misconduct (terkait penelitian
Terdapat beberapa bukti bahwa tekananan publikasi dibidang kesehatan) yang sedikit berbeda dengan yang
telah meningkat dalam sepuluh tahun terakhir (Anderson, disampaikan Douglas (1998). Sumbu horizontal
Ronning, De Vries, & Martinson, 2007). Meskipun tekanan menunjukkan peningkatan tindakan mulai dari honest error
publikasi merupakan salah satu faktor eksternal yang yang masih dapat diterima dalam perilaku ilmiah (sumbu
dapat mendorong terjadinya scientific misconduct, akan horizontal) dan sumbu vertikal menunjukkan intensitas
tetapi Fanelli, Costas, Lariviera (2015) melaporkan terjadinya honest error yang masih dapat abaikan hingga
peningkatan produktivitas peneliti terjadi pada peneliti
yang berkerja di negara dengan tekanan publikasi yang
dipercaya lebih tinggi, tekanan publikasi juga mengurangi
artikel yang ditarik dan lebih berperan dalam
mengkoreksi artikel yang akan dipublikasi tersebut.
Danforth (1992) menyatakan pengurangan intervensi dan
honor penulis dapat menurunkan kualitas.
Salah satu penyebab internal yang menjadi perhatian
peneliti adalah penyakit psikiatri. Prevalensi scinetific
misconduct yang disebabkan penyakit mental belum
diketahui, akan tetapi yang perlu diwaspadai adalah
pengakuan mengidap penyakit psikiatri dapat dijadikan
alasan untuk menghindari tanggungjawab atas scientific
misconduct yang telah dilakukan (Douglas, 1998). Hal
intensitas yang tidak dapat dimaafkan.
yang menarik dan juga relevan terkait pengaruh faktor
Gambar. Slippery slop antara honest error dan intentional
psikologi terhadap scientific misconduct adalah hasil
fraud, dengan contoh tindakan diantaranya.
penelitian yang dilakukan Stricker & Gunther (2019) yang
menyatakan 0,82 dari 10.000 artikel jurnal dibidang
Berdasarkan gambar tersebut tindakan yang termasuk
psikologi ditarik karena terjadi scientific misconduct dan
scientific misconduct memiliki unsur kesengajaan yang
antara tahun 1990-an sampai dengan 2012, yaitu 20 dari 22
dapat dilihat dari intensitas atau berulangnya tindakan
artikel jurnal psikologi ditarik karena scientific misconduct.
tersebut dilakukan oleh peneliti. Akan tetapi hal menarik
Prevalensi scientific misconduct berdasarkan faktor
yang perlu pemikiran lebih lanjut adalah dari diagram
penyebabnya perlu diketahui dalam rangka menentukan
tersebut terliha bahwa kesalahan publikasi tidak lebih
prioritas strategi dalam pencegahan scientifc misconduct.
© 2019 Hogrefe Publishing. Distributed as a Hogrefe OpenMind article Zeitschrift für Psychologie (2019), .....(...), ....–. ....
under the license CC BY 4.0
A., S., Harahap, Pencegahan Scientific Misconduct

berbahaya dibandingkan pemberian status penulis statistik, analisis ulang terhadap hasil penelitian yang
sebagai penghargaan maupun plagiarisme. Menurut salah dalam pembulatan kebawah nilai P yang lebih
Chalmers (2008) dalam penelitian dibidang kesehatan dari 0,05 (Nuijten, Hartgerink, van Assen, Epskamp, &
berpotensi lebih membahayakan pasien dibandingkan Wicherts, 2016). Ketidakkonsistenan statistik dapat
dengan konsekuensi yang disebabkan pemberian status lebih disebabkan oleh error yang tidak disengaja
penulis sebagai penghargaan maupun plagiarisme dibandingkan disebabkan oleh scientific misconduct
tersebut. (Bakker & Wicherts, 2011). Pendekatan kelima ini
Untuk menghitung intensitas atau prevalensi scientific dapat mengestimasi secara berlebihan terhadap
misconduct terdapat lima pendekatan untuk prevalensi scientific misconduct.
mengestimasi prevalensi scientific misconduct tersebut: Meskipun penilaian kuantitatif tersebut mampu
(1) Pendekatan pertama adalah melalui pengujian akurasi menentukan prevalensi terjadinya scientific misconduct,
terhadap bukti-bukti yang tercatat, seperti artikel yang akan tetapi satu publikasi yang terbukti dihasilkan melalui
telah dipublikasikan maupun artikel yang telah scientific misconduct dapat berpengaruh buruk. Sebagai
didaftarkan oleh peneliti (Douglas, 1998). Sekas dan contoh, fabrication pada penelitian perlakuan kanker yang
Hutson (1995) menemukan 30% pendaftar disponsori oleh pemerintah, dapat menghancurkan
gastroenterology mengaku publikasi mereka institusi, reputasi peneliti, dan masyarakat semakin tidak
sebelumnya adalah hasil pemalsuan dari artikel atau percaya terhadap hasil penilitian. Oleh karena itu, scientific
jurnal yang dirujuk. misconduct tidak dapat diabaikan me;skipun jarang terjadi
(2) Pendekatan kedua adalah melalui analisis terhadap (Pellegrino, 1992).
artikel yang ditarik kembali dan catatan Mengingat besarnya kerugian yang dapat disebabkan
pemberitahuan penarikan artikel yang saat ini menjadi satu kasus tunggal scientific misconduct, perlu dibangun
sasaran utama investigasi scientific misconduct kerangka kerja untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
(Hesselmann, Graf, Schmidt, & Reinhart, 2017).
Pendekatan ini dapat mengestimasi scientific
misconduct pada prevalensi yang rendah (Stricker Kerangka kerja pencegahan
dan Gunther, 2019).
(3) Pendekatan ketiga dilakukan melalui penilaian scientific misconduct
terhadap responden dengan menggunakan kuesioner
Upaya pencegahan sebagai cara terbaik untuk mengatasi
(Lock, 1988; Anderson, 1993), dimana peneliti jika
permasalahan yang disebabkan scientific misconduct dapat
menggunakan status anonim saat menjadi responden
dilakukan dengan syarat kita sepakat bahwa scientific
mengindikasikan keterlibatannya dalam scientific
misconduct adalah kesalahan profesional untuk
misconduct (Stricker dan Gunther, 2019). Penelitian
selanjutnya diatasi dengan pencegahan primer dan
survey yang dilakukan Fanelli (2009) dengan meta
sekunder (Douglas, 1998).
analisis menunjukkan peneliti dengan rata-rata bobot
badan sama (sekitar 1,97% dari populasi) dari berbagai Pencegahan primer terhadap scientific misconduct
bidang telah mengaku berpartisipasi dalam fabrikasi, Pencegahan primer dilakukan dengan mengidentifikasi
falsifikasi, atau modifikasi data. dan menghilangkan penyebab terjadinya scientific
(4) Pendekatan keempat adalah dengan mengkaji data misconduct baik yang bersifat eksternal maupun internal
hasil audit rutin dari program investigasi terhadap dan juga mengidentifikasi faktor-faktor yang secara aktif
penelitian produk tertentu, seperti umumnya pada mengurangi terjadinya sicnetific misconduct.
penelitian obat-obatan (Shapiro dan Charrow, 1985; Salah satu penyebab scientific misconduct yang bersifat
Shapiro dan Charrow, 1989). internal seperti penyakit kejiwaan/psikiatri dapat
(5) Pendekatan kelima adalah dengan melakukan disembuhkan dengan perlakuan yang efektif, pencegahan
analisis ulang terhadap laporan temuan peneliti. terjadinya scientific miscoduct dapat dilakukan dengan
Pendekatan ini dilakukan dengan melihat melakukan perlakuan terhadap penderita penyakit
ketidakkonsistenan data statistik. Misalnya analisis psikiatri sebelum dilibatkan dalam penelitian (Douglas,
ulang terhadap hasil penelitian yang tidak konsisten 1998).
nilai P (P-value) antara yang dilaporkan dengan hasil Pembinaan (mentoring) yang tidak efektif karena skala

© 2019 Hogrefe Publishing. Distributed as a Hogrefe OpenMind article Zeitschrift für Psychologie (2019), .....(...), ....–. ....
under the license CC BY 4.0
A., S., Harahap, Pencegahan Scientific Misconduct

penelitian yang terlalu luas dibandingkan komposisi kehidupan sehari-hari. Meskipun bimbingan mentor yang
peniliti senior dan peniliti junior merupakan alah satu baik tidak menjamin mencegah terjadinya scientific
penyebab eksternal scientific misconduct karena akan misconduct akan tetapi hal tersebut akan mengarahkan
mengurangi tingkat pengawasan terhadap perilaku peneliti pada tindakan yang benar atau memotivasi untuk
peneliti junior. Terkait dengan hal ini adalah pemilihan melakukan tindakan yang benar (Douglas, 1998).
pembina (mentor) yang jelek dapat mendorong timbulnya Saat ini pendidikan etika diformulasikan melalui
penyebab primer dari scientific misconduct yang bersifat berbagai pelatihan seperti pelatihan integritas penelitian
internal seperti mempengaruhi perolehan keuntungan (research integrity). Menurut Marusic, Wagerm Utrobic,
finansial pribadi, arogansi mentor. Ketidaksengajaan atau Rothstein, Sambunjak (2016) berbagai intervensi ditujukan
kesengajaan dalam pemilihan pembina yang buruk dapat untuk mengurangi terjadinya scientific misconduct, dan yang
menyebabkan memilih pembina yang buruk dapat paling banyak diterapkan adalah melalui pelatihan
mendorong terjadinya misconduct karena peneliti tidak integritas penelitian (research intgerity trainiing) dengan
memiliki kemampuan secara etis atau lebih jauh lagi menggunakan berbagai metode seperti tatap muka, kuliah
peneliti kehilangan moral dalam melakukan penelitian. daring (on-line), modul daring inter-aktif, grup diskusi,
Kasus-kasus yang disebutkan di atas yang menimbulkan pekerjaan rumah, maupun praktikum. Akan tetapi banyak
anggapan bahwa scientific misconduct disebabkan oleh dari pelatihan tersebut tidak melakukan tindak lanjut
pelaku yang tidak memiliki karakter dasar seorang secara standard dan tervalidasi terhadap hasil pelatihan.
peneliti (Douglas, 1998). Hanya terdapat bukti dengan kualitas rendah yang
Pendekatan yang sering diterapkan untuk mengajarkan menunjukkan berbagai variasi metode pelatihan dapat
etika untuk mencegah scientific misconduct adalah dengan mempengaruhi sikap peserta terkait etika, tetapi paling
penerapan kode etik yang berupa aturan atau panduan tidak pelatihan dapat memberikan pengetahuan bagi
pelaksanaan penelitian yang profesional dan ilmiah peserta.
(Gunsalus, 1993; Royal College of Physicians, 1991). Pembuatan kontrak etik pada tingkat manajemen proyek
Permasalahan mendasar dalam mengajarkan etika sebagai juga merupakan tindakan pencegahan primer terhadap
perangkat peraturan antaralain banyak keputusan yang potensi terjadinya scientific misconduct. Julia (2019)
harus diambil oleh peneliti tetapi tidak diatur oleh aturan menyatakan salah satu alternatif untuk mencegah scientific
atau panduan yang ada; etika sebagaimana ilmu memiliki misconduct adalah mewajibkan transparansi (mandatory
teori dan metode diluar aturan yang membantu untuk transparency). Hal tersebut diterapkan dengan membuat
menginterpretasikan aturan dan memandu pelaksanaan kontrak etis pada tingkat manajemen, sehingga pekerja
penelitian; dan tidak semua nilai-nilai etis yang dapat atau peneliti diwajibkan memberikan informasi yang
diatur dengan peraturan (Beauchamp, 1996; Peach, 1995). dimiliki kepada pengawas sehingga scientific misconduct
Penerapan peraturan untuk mencegah scientific dapat dihindari.
misconduct secara individual lebih mudah dilakukan jika Permasalah yang dihadapi dalam kerangka kerja
definisi scientific misconduct dibatasi dengan jelas hanya pencegahan primer
kegiatan fabrikasi, falsifikasi, maupun plagiarisme.
Meskipun definisi yang lebih luas seperti pelanggaran Tiga permasalahan yang perlu dicermati adalah pertama,
terhadap aturan ilmiah perlu digunakan dalam rangka apa bukti sesuatu dinilai sebagai penyebab scientific
pencegahan terjadinya scientific misconduct (ndilakukan misconduct? Kedua, bagaimana scientific misconduct dapat
pembatasan definisi yang jelas (Nylenna & Simonsen, dihubungkan dengan penyebab tersebut dan berapa
2006) banyak scientific misconduct masih tidak dapat dijelaskan?
Perhatian yang jelas dalam pendidikan etika adalah Ketiga, bagaimana kita menentukan tindakan preventif
bagaimana membangun karakter sifat pada pribadi yang sesuai untuk mengatasi penyebab scientific misconduct
peneliti. Etika seperti teori moral dapat diajarkan melalui tersebut akan timbul dalam rangka pencegahan primer
literatur, studi kasus, meskipun cara yang terbaik adalah teradinya scientific misconduct? Seberapa jauh keterlibatan
belajar etika melalui contoh langsung, seperti melalui langsung dengan penyebab scientific misconduct? Apakah
pengamatan, meniru, dan merefleksikan diri dengan sifat- tindakan preventif yang dilakukan efektif dalam mencegah
sifat bijak mentor yang dikagumi (Pellegrino, 1992, scientific misconduct?. Permasalahan tersebut seperti yang
Pellegrino, 1995). Mentor selain memiliki sifat-sifat baik, terjadi pada model keselahtan publik, dimana dapat
juga harus mampu menerapkan sifat-sifat tersebut dalam dijawab dengan menggunakan metode hipotesis penyebab.

© 2019 Hogrefe Publishing. Distributed as a Hogrefe OpenMind article Zeitschrift für Psychologie (2019), .....(...), ....–. ....
under the license CC BY 4.0
A., S., Harahap, Pencegahan Scientific Misconduct

Cara yang paling baik untuk mengamati pengaruh Nylenna M & Simonsen S. (2006) menyatakan langkah-
tindakan preventif adalah dengan menghilangkan langkah untuk mencegah scientific misconduct sebagai
penyebab dan mengamati pengaruh dari tindakan berikut:
pencegahan tersebut (Douglas, 1998). Pertama, tidak menutupi terjadinya scientific
misconduct. Setiap institusi penelitian harus
Pencegahan sekunder scientific misconduct
menyelenggarakan seminar dan diskusi secara reguler
Pencegahan sekunder terhadap scientifc misconduct pada terkait penyebab, dampak dan konsekuensi yang
model kesehatan publik meliputi deteksi dini kejadian ditimbulkan scientific misconduct.
penyakit bersamaan dengan perlakukan yang efektif. Kedua, memberikan batasan (definisi) yang jelas
Deteksi dini meliputi peningkatan peluang untuk terhadap kegiatana yang termasuk scientific misconduct
menemukan contoh misconduct dan perlakuan dengan (misalnya hanya terbatas pada kegiatan pembuatan data,
merujuk pada prosedur investigasi dan juga pemberian pemalsuan data, dan plagiarisme) sehingga lebih mudah
sanksi kepada yang bertanggungjawab terhadap untuk menerapkan peraturan terhadap individu pelaku
terjadinya misconduct (Douglas, 1998). scientific misconduct.
Strategi yang paling bagus untuk menemukan contoh Ketiga, penyederhanaan panduan dan peraturan terkait
misconduct tersebut adalah dengan melaksanakan audit dan mempermudah akses peraturan dan panduan tersebut
terhadap hasil kaji ulang rekaman penelitian, publikasi, oleh peneliti. Pelatihan penelitian harus memasukan isu etis
dan beban kerja (Lock, 1988, Shapiro dan Charrow, 1989, dan legal dalam kurikulumnya. Supervisi terhadap peneliti
Royal College of Physicians, 1991). Pencegahan sekunder junior harus ditingkatkan termasuk peneliti senior harus
juga dapat dilakukan dengan peningkatan rasio peneliti memberikan contoh yang baik kepada peneliti junior.
senior terhadap penilit junior karena akan pengawasan Keempat, membentuk mekanisme yang independent dan
peneliti senior terhadap perilaku peniliti junior. efektif untuk investigasi terhadap tersangka pelaku
Pendekatan pencegahan sekunder di atas membutuhkan scientific misconduct pada tingkat nasional. Harus
tanggungjawab institusi dan pimpinan terutama pada diterapkan metode yang terbuka dan jelas untuk mengelola
bagian yang bekerja langsung dalam penelitian. laporan atau aduan dari setiap individu.
Permasalah yang dihadapi dalam kerangka kerja Kelima, yang paling penting, mungkin perlu
pencegahan sekunder didiskukiskan secara akademik terkait sistem kesesuaian
Permasalahan yang timbul antaralain peningkatan dan penghargaan untuk meningkatkan produktivitas dan
temuan scientific misconduct akibat peningkatan publikasi peneliti serta untuk membangun budaya
pelaksanaan audit tidak dapat mencerminkan prevalensi keterbuaan dan etis.
scientific misconduct yang sesungguhnya. Permasalahan
selanjutnya adalah penerapan sanksi atau denda finansial Kesimpulan
ataupun bentuk sanksi lainnya. Masih belum diketahui Scientific misconduct adalah kesalahan yang dilakukan
sejauh mana pemberian sanksi dapat mencegah dengan sengaja oleh peneliti yang bukan merupakan
terulangnya scientific misconduct. Prosedur investigasi prilaku ilmiah baik didasarkan pada peraturan atau
institusi, penghilangan pendanaan dan insentif penelitian, panduan yang ditetapkan maupun berdasarkan nilai-nilai
dan strategi lain seperti pemecatan dapat mencegah etis yang berlaku pada suatu komunitas peneliti (ilmuan).
scientific misconduct jika diterapkan berbeda antara pelaku Menentukan prevalensi scientific misconduct diperlukan
yang baru pertama kali dan dengan pelaku yang telah antarlain untuk menentukan suatu tindakan masih
berulang kali melakukan scientific misconduct (Douglas, merupakan honest error yang masih dimaafkan atau sudah
1998). merupakan misconduct bahkan lebih jauh sudah merupakan
Berdasarkan kerangka pencegahan tersebut dapat kejahatan ilmiah (serious misconduct/fraud). Informasi terkait
disusun langkah pencegahan yang efektif terhadap prevalensi maupun kategori scinetific misconduct akan
scientific misconduct. mempermudah untuk menentukan strategi atau kreangka
kerja untuk mencegah terjadinya scientific misconduct.
Pencegahan scientific Pencegahan scientific misconduct akan efektif dilakukan
misconduct pendekatan pencegahan secara primer dan sekunder
dilakukan secara terpadu baik terhadap faktor penyebab

© 2019 Hogrefe Publishing. Distributed as a Hogrefe OpenMind article Zeitschrift für Psychologie (2019), .....(...), ....–. ....
under the license CC BY 4.0
A., S., Harahap, Pencegahan Scientific Misconduct

internal maupun eksternal. in project management. PM World Journal, VIII, V.


Kassirer, JP. (1993). The frustrations of scientific misconduct. N
Engl J Med,1634-1636.
Referensi Lock, S. (1988). Misconduct in medical research: does it
Alberts, B., Shine K. (1994). Scientists and the exist in Britain? BMJ, 297, 1531-1535
integrity of research. Science, 266: Marusic, A, Wager, E, Rothstein HR, Sambunjak D. (2016).
1660-1661. Intervention to prevent misconduct and promote integrity
Angell, M. (1986). Publish or perish: a proposal. Ann research and publication (Review). Cochrane Database of
Intern Med, 04:261-262. Systematic Review, 4, MR000038.
Anderson, M. S., Ronning, E. A., De Vries, R., & Martinson, B. C. https://DOI:10.1002/14651858.MR000038.pub2.
(2007). The perverse effects of competition on scientists’ work Michalek, A. M., Hutson, A. D., Wicher, C. P., & Trump, D. L. (2010).
and relationships. Science and Engineering Ethics, 13, 437–461. The costs and underappreciated consequences of research
https://doi.org/10.1007/s11948-007-9042-5. misconduct: A case study. PLoS Medicine, 7, e1000318. https://
Anderson, C. (1993). Survey tracks misconduct, to an doi.org/10.1371/journal.pmed.1000318
extent. Science, 262, 1203-1204. Motyl, M., Demos, A. P., Carsel, T. S., Hanson, B. E., Melton, Z.
Bailar J.C. (1995). The real thrats to the integrity of science. J., Mueller, A. B., .. . Skitka, L. J. (2017). The state of social
Chron Higher Educ, B1. and personality science: Rotten to the core, not so bad,
Bakker, M., & Wicherts, J. M. (2011). The (mis) reporting of getting better, or getting worse? Journal of Personality and
statistical results in psychology journals. Behavior Research Social Psychology, 113, 34–58.
Methods, 43, 666–678. https://doi.org/10.3758/s13428-011-
https://doi.org/10.1037/pspa0000084
0089-5.
Beauchamp, T.L. (1996). Moral foundations. In: Münch, R. (2014). Academic capitalism: Universities in the global
Coughlin SS, Beauchamp TL, eds. Ethics and. struggle for excellence. New York, NY: Routledge.
Chalmers. (1990). Underreporting research is scientific Nosek, B. A., Spies, J. R., & Motyl, M. (2012). Scientific utopia: II.
misconduct. JAMA, 1990, 263, 1405-1408. Restructuring incentives and practices to promote truth over
Chalmers. (2008). Preventing scientific misconduct. Oxpord publishability. Perspectives on Psychological Science, 7,
(UK):James Lind Library. 615–631. https://doi.org/10.1177/1745691612459058.
Commision on Research Integerity. (1995). Integrity and Nylenna, M. & Simonsen, S. (2006). Scientific misconduct: a new
misconduct in research. Washington, DC: US Department of approach to prevention. Department of Public Health and
Health and Humar Services. General Practice. Norwedian University of Science and
Danforth, W.H.(1992). Schoenhoff DM. Fostering Technology. (Norway): Trondheim.
integrity in scientific research. Acad Med. Nuijten, M. B., Hartgerink, C. H., van Assen, M. A., Epskamp, S.,
1992, 67, 351-356. & Wicherts, J. M. (2016). The prevalence of statistical reporting
Dingell, J.D., Shattuck. (1993). Lecture: misconduct in errors in psychology (1985–2013). Behavior Research Methods,
medical research. N Engl J Med, 328: 48, 1205–1226. https://doi.org/10.3758/s13428-015-0664-2.
1610-1615.
Epidemiology. (1996). New York, NY: Oxford University Press, 24- Office of Science and Technology Policy (OSTP). (2000). Federal
52. policy on research misconduct. Federal Register, 65,
Fang, F. C., Steen, R. G., & Casadevall, A. (2012). Misconduct 76260–76264. Retrieved from
accounts for the majority of retracted scientific publications. https://ori.hhs.gov/federalresearch-misconduct-policy.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United Peach, L. (1995). An introduction to ethical theory. In:
States of America, 109, 17028–17033. Penslar RL, ed, Research Ethics. Bloomington,
https://doi.org/10.1073/ Ind: Indiana University Press, 13-26.
pnas.1212247109 Pellegrino, E.D. (1992). Character and the ethical conduct of
Fraud and Misconduct in Medical Research: research. Accountability Res,
Causes, Investigation, and Prevention. (1991). London, 2, 1-11.
England: Royal College of Physicians; 1991. Pellegrino, E.D. (1995). Toward a virtue-based normative ethics
Kassirer JP. The frustrations of scientific misconduct N Engl J for the health professions. Kennedy
Med, 1634-1636. Inst Ethics J, 5,253-277.
Gunsalus, C.K. (1993). Institutional structure to ensure Petersdorf, R.,G. (1986). The pathogenesis of fraud in
research integrity. Acad Med, 68 medical science. Ann Intern Med, 104,
(suppl), S33-S38. 252-254.
Huth E.J. (1986) Irrensponsible autorship and wasteful Office of Research Integrity. (2011). Definition of research
publication. Annual International Medicine, 104, 257-259. miscon- duct. Rockville, MD: US Department of Health and
Hesselmann, F., Graf, V., Schmidt, M., & Reinhart, M. (2017). Human Services. Retrieved from http://ori.hhs.gov/definition-
The visibility of scientific misconduct: A review of the misconduct
literature on retracted journal articles. Current Sociology,
Office of Science and Technology Policy (OSTP). (2000). Federal
65, 814–845. https://doi.org/10.1177/0011392116663807
policy on research misconduct. Federal Register, 65, 76260–
Hofmann, B., Helgesson, G., Juth, N., & Holm, S. (2015).
76264. Retrieved from https://ori.hhs.gov/federal-
Scientific dishonesty: A survey of doctoral students at the
major medical faculties in Sweden and Norway. Journal of research-misconduct-policy.
Empirical Research on Human Research Ethics, 10, 380–388. Resnik, D. B., Neal, T., Raymond, A., & Kissling, G. E. (2015).
https://doi.org/ 10.1177/1556264615599686 Research misconduct definitions adopted by US research
Julia, C. (2019). Avoiding misconduct through ethical contracting institutions. Accountability in Research, 22, 14–21. https://
doi.org/10.1080/08989621.2014.891943.
© 2019 Hogrefe Publishing. Distributed as a Hogrefe OpenMind article Zeitschrift für Psychologie (2019), .....(...), ....–. ....
under the license CC BY 4.0
A., S., Harahap, Pencegahan Scientific Misconduct

Shapiro, M.,F., Charrow, R.,P. (1989). The role of data


audits in detecting scientific misconduct:
results of the FDA program. JAMA,
,261,2505-2511.
Sekas, G., Hutson, W.,R.(1995). Misrepresentation of
academic accomplishments by applicants for
gastroenterology fellowships. Ann Intern
Med,123, 38-41.
Shapiro, M.,F., Charrow, R.,P. (1985). Scientific misconuct in
investigational drug trials. N Engl J
Med,312, 731-736.
Woolf, P. (1981). Fraud in science: how much, how
serious? Hastings Center Rep, 1 1, 9-14.
Woolf, P., K. (1986). Pressure to publish and fraud in
science. Ann Intern Med, 104, 254-256.

History
Received February
Revision received October
Accepted October
Published online March

Anthoni Sulthan Harahap


Plant Quarantine and Biosafety
Jakarta, Indonesia
anthoni.harahap@gmail.com

© 2019 Hogrefe Publishing. Distributed as a Hogrefe OpenMind article Zeitschrift für Psychologie (2019), .....(...), ....–. ....
under the license CC BY 4.0

Vous aimerez peut-être aussi