Vous êtes sur la page 1sur 12

FENOMENA BERITA KEKERASAN di MEDIA TELEVISI

(Perspektif Teori Kultivasi)

NEWS MEDIA PHENOMENON OF VIOLENCE IN TELEVISION


(Cultivation Theory Perspective)
Sigit Surahman
Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Serang Raya
Jl. Raya Serang-Cilegon Km.5 (Taman Drangong) Serang-Banten
E-mail : saleseven@gmail.com

ABSTRACT
This study focuses on the influence of the intensity of the frequency of the audience watching
the news that contain violence. The number of television stations that broadcast news of the
violence repeatedly affect children's behavior in everyday life. Booming charge news this violence
resulted in all the mainstream media are vying for presenting the news of violence and neglect the
effects of what is broadcast. News show as a phenomenon and a momentum to reach the audience
as much as possible for television stations. Construction purposes in many television news reality
changing audience behavior, since television emerged as a second mother who where viewers can
learn a lot through television broadcasts. Cultivation perspective analysis is an analysis that starts
from the messaging system to identify patterns of permanent, continuous, overaching of content in
television. The division of light viewer, media viewer, and the viewer heavy intensity measured from
the time of respondents watching television, the most important thing there is a frequency difference
between the intensity of the respondents watch. By using a cultivation perspective on this
assessment reveal the intensity of the frequency of watching news of violence can effect/specific
impact for the audience.

Keywords : Cultivation , Hardness News , Media Television

PENDAHULUAN kehidupan masyarakat. Dilihat dari


Perkembangan teknologi dan kualitas maupun kuantitasnya kekuatan
informasi yang semakin pesat dan media massa sangat besar perannya
semakin tidak terbendung saat ini, media dalam menciptakan “kondisi lingkungan
massa berperan sangat penting dalam sunyi/semu” bagi khalayaknya. Elisabeth
kehidupan sehari-hari. Bahkan hampir Noelle-Neumann dalam bukunya The
dipastikan seluruh penduduk dunia saat Spiral of Silence memaparkan sebagai
ini sudah melek media khususnya berikut;
elektronik. Seperti, internet, TV, Smart “Banyak orang tidak
mengemukakan pandangannya dan
Phone, IPTV, Radio internet dan masih
memilih diam daripada
membicarakan atau membahas
pandangannya tersebut.
banyak lagi. Kesemua media tersebut
Ketidaknyamanan berdiri sendirian
memberikan implikasi yang tidak kecil akan membuat pendapat mayoritas
tampak lebih menarik daripada
terhadap pola komunikasi dan pola
31
32. Fenomena Berita Kekerasan Di Media Televisi (Perspektif Teori Kultivasi)

bersikap teguh terhadap pendirian Kehadiran beberapa stasiun televisi baru


sendiri” (Turner, 2002:445)
yang sanggup menarik perhatian pemirsa
Dalam uraiannya Noelle-Neumann melalui program tayangannya mampu
mengemukakan hal itu sebagai bagian memasuki tidak hanya wilayah publik,
dari ulasan terhadap opini publik dan akan tetapi juga wilayah-wilayah pribadi.
surat kabar. Namun pada Tidak terlepas juga tayangan berita-
perkembangannya konsepsi tersebut bisa berita televisi, terutama berita tentang
diterapkan pada semua jenis media kekerasan terhadap anak. Hingga saat ini
massa. Pandangan dari Noelle-Neumann tayangan berita yang mengedepankan
mengenai kenyataan yang dibentuk oleh kekerasan selalu menjadi hadline dalam
media massa kini semakin menemukan pemberitaan media massa dalam hal ini
kebenarannya, terlebih di era informasi televisi. Sebagai gambaran selema dalam
seperti sekarang ini. Pada titik tersebut kurun tahun 2015 satu tahun terakhir ini,
masyarakat harus mengakui bahwa media terjadi 5 kasus kekerasan terhadap anak
massa memiliki daya pengaruh yang yang besar. Pertama kasus sodomi yang
besar terhadap perilaku sosial dan dilakukan oleh Maskur warga Pancoran
pembetukan opini “objektivitas semu” Jakarta Selatan pada awal tahun 2015.
yang sengaja dikonstruksikan. Kasus kekerasan sodomi terhadap anak-
Sebagai sumber pengetahuan, anak dibawah umur ini menimpa 15
penyalur informasi dan hiburan, media korban. Kedua kasus penyekapan 5 anak
massa menghadirkan dan menyuguhkan oleh orangtuanya sendiri yang terjadi
informasi dari dunia luar kepada pada 15 Mei 2015 yang diakibatkan
penonton yang kemudian karena orang tuanya yang mengkonsumsi
menggunakannya untuk membuat narkoba. Ketiga adalah kasus yang terjadi
gambaran baru yang menyesuaikan dan di Denpasar dan sempat menghebohkan
membentuk mentalnya. Media massa hingga manca Negara, yaitu kasus
masing-masing hadir dengan mambawa hilangnya Angelin. Angelina dinyatakan
bentuk kelebihan, kekurangan, dan hilang oleh orang tua angkatnya yang
kekhasannya sendiri. bernama Margrate pada 25 Mei 2015,
Banyak bermunculannya bentuk akhirnya ditemukan dipekarangan
media massa ini, baik cetak maupun samping rumah pada 10 Juni 2015.
elektronik, yang mungkin paling Setelah dilakukan penyelidikan oleh
kontroversial adalah media televisi. Polisi kemudian ditetapkan dua tersangka
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016) 33

yaitu Agustinus Tan yang merupakan Tayangan berita, film porno, game
pembatu dan Margrethe yang ternyata online, dan akses anak-anak
orang tua anagkatnya sendiri. Keempat menggunakan internet tanpa pengawasan
kasus kekerasan sesama anak yang terjadi orang tua menjadi salah satu faktor
di Kebayoran Lama pada 18 Agustus tingginya kasus kekerasan maupun
2015 dan mengakibatkan Amelia pelecehan seksual. Ketika tayangan
meninggal karena dianiaya oleh berita-berita kekerasan terpapar di
temannya sendiri. Setelah dilakukan televisi dan disaksikan langsung oleh
penyelidikan ternyata pelaku anak-anak tanpa pengawasan orang tua
terpengaruhi oleh tontonan televisi. itu bisa menjadi salah satu yang merubah
Kasus kelima terjadi pada 03 Oktober perilaku anak-anak untuk kecenderungan
2015 di Kalideres Jakarta Barat. Kasus meniru.
penemuan mayat di dalam kardus yang Tayangan kekerasan yang banyak
dialami anak perempuan yang masih menjadi komoditas media televisi baik
berusia 9 tahun. Kekerasan terhadap anak lokal maupun nasional ini dijadikan daya
ini dilakukan oleh tetangganya sendiri tarik untuk meraih pemirsa. Media massa
yaitu Agus Darmawan. tidak bisa lepas sepenuhnya dari adagium
Melihat posisi demografis dan yang hingga saat ini masih dijadikan
geografis masyarakat khususnya Banten rujukan oleh berbagai media massa
pinggiran. Sebagian masyarakat Banten bahwa “bad news is good news”. Berita
yang masih berpendidikan rendah, kekesrasan memiliki kekuatan magnetik
tentunya turut menyumbang rentannya yang sangat besar bagi para pencari
tindak kekerasan dan pelecehan seksual berita, sehingga wartawan cenderung
terhadap anak-anak. Selain itu berbagai vulgar dalam pemberitaannya untuk
tayangan berita kekerasan yang sensasi dalam persaingan pers di industri
ditayangkan oleh stasiun televisi penyiaran berita.
nampaknya masih menjadi sajian utama Gencarnya tayangan berita
untuk menarik penontonnya. Kurangnya kekerasan dikhawatirkan menyebabkan
pengawasan dari lembaga terkait dalam perilaku meniru, mengimitasi di kalangan
hal ini KPI Pusat maupun KPID Banten masyarakat luas, khususnya perilaku
semakin memperparah kondisi tayangan anak-anak yang kondisi kejiwaannya
berita yang tidak tersensor. masih labil. Televisi saat ini bukan hanya
sekedar tontonan semata, tetapi juga
34. Fenomena Berita Kekerasan Di Media Televisi (Perspektif Teori Kultivasi)

sudah menjadi tuntunan bagi pemirsanya. Pembagian dari light viewer, dan heavy
Manusia sendiri sebagai makhluk sosial viewer diukur dari intensitas waktu
yang hidup di dalam sosial responden menonton acara televisi, yang
kemasyarakatan, berita kekerasan akan terpenting ada frekuensi perbedaan
menimbulkan efek cemas, takut, dan intensitas menonton antar responden.
was-was karena masyarakat terkultivasi
oleh berita kekerasan sehingga akan jauh PEMBAHASAN
dari perasaan aman dan nyaman. Teori Kultivasi
Melihat fenomena yang demikian Kultivasi merupakan teori sosial
ini seharusnya media massa lebih yang meneliti efek jangka panjang dari
mengedepankan etika dan perundangan televisi pada khalayak. Teori ini
yang sudah ada sesuai Undang-Undang merupakan salah satu teori komunikasi
Penyiaran No. 23 tahun 2002 dan standar massa yang diikembangkan oleh George
etika jurnalisme itu sendiri. Bukan hanya Gerbner dan Larry Gross dari University
sekedar etika jurnalisme, aspek-aspek of Pennsylvania, teori kultivasi ini
norma semestinya juga menjadi salah berasal dari beberapa proyek penelitian
satu pagar atau kontrol bagi pencari dan skala besar berjudul 'Indikator Budaya'.
penyaji berita khususnya media televisi. Tujuan dari proyek Indikator Budaya ini
Gambaran ringkas tersebut adalah untuk mengidentifikasi efek
menunjukkan bahwa media televisi televisi pada pemirsa.
dalam waktu yang singkat dapat Teori Kultivasi Gerbner
mempengaruhi pola pikir pemirsanya menyoroti efek televisi yang kumulatif
tentang kehidupan dan lingkungan dan akhirnya membentuk sebuah realitas
sosialnya. Hal ini bisa dilihat, dengan baru sesuai citra realitas yang ditanpilkan
banyaknya korban tindak kekerasan yang televisi. Artinya, kita memandang dunia
menimpa anak-anak dilingkungan sekitar. di mana kita tinggal sesuai dengan citra
yang ditampilkan melalui televisi.
METODE ANALISIS Dengan kata lain, teori kultivasi
Metode analisis kultivasi menekankan pengaruh televisi yang
merupakan analisis yang dimulai dari sangat kuat terhadap pembentukan
sistem pesan untuk mengidentifikasi persepsi publik yang pada akhirnya
pola-pola permanen, berkesinambungan, melahirkan konstruksi sosial (Miller,
overaching dari konten-konten televisi. 2002:270).
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016) 35

Asumsi dasar Teori Kultivasi Keberadaan televisi


seperti George Gerbner didasarkan pada tentunya menjadi fokus utama
beberapa asumsi seperti tabel berikut. dalam pembahasan analisis
kultivasi. Berbagai macam dan
Asusmsi Dasar Teori Kultivasi
jenis televisi merupakan
Televisi adalah media yang unik yang medium yang khas dalam
memerlukan studi pendekatan yang
penyampaian isi siaran, baik
spesifik
film, sinetron, berita, maupun
Pesan-pesan televisi membentuk sistem olah raga. Setidaknya ada tiga
yang koheren, membentuk cara berfikir,
hal yang kejadian media televisi
cara bertindak, yang pada akhirnya
menyajikan budaya manusia memiliki kekuatan sebagai
salah satu media mainstream
Sistem Pesan (isi pesan misalnya)
yang mampu mengubah tatanan
menciptakan tanda-tanda penanaman
realitas sosial budaya masyarakat yaitu;
televisi bisa dengan sangat
Fokus analisa Kultivasi adalah kontribusi mudah ditemukan
menonton televisi yang berlebihan
terhadap pola pikir dan perilaku keberadaaannya, televisi sangat
mudah diakses oleh siapapun
Teknologi-teknologi baru lebih banyak tanpa memandang usia, sifat
menyampaikan jangkauan pesan-pesan televisi yang begitu koheren
televisi
melalui program siarannya
Fokus Kultivasi terletak pada mampu mengirimkan pesan-
pemantapan yang meluas pada pesan secara serentak tanpa
konsekuensi-konsekuensi yang sama
dibatasi ruang dan waktu.
Sumber : Miller ( 2002:270) b) Faktor Menonton Televisi
Gerbner perbendapat
Dari asumsi dasar teori kultivasi
bahwa masyarakat pada
menurut George Gerbner ini setidaknya
unumnya menonton televisi
ada tiga hal yang menjadi objek utama
tanpa mengenal batasan waktu.
pembahasan antara lain; faktor
Teori kultivasi yang
keberadaan televisi, faktor menonton
dikemukakannya meyakini
tayangan televisi, dan efek kultivasi.
bahwa seseorang menonton
a) Faktor Keberadaan Televisi
televevisi bukan berdasarkan
36. Fenomena Berita Kekerasan Di Media Televisi (Perspektif Teori Kultivasi)

pilihannya, akan tetapi penggunaan media. Terpaan media masa


masyarakat menonton dapat diartikan sebagai penggunaan
berdasarkan apa yang disajikan media oleh khalayak yang meliputi
oleh stasiun televisi dan hal ini jumlah waktu yang digunakan dalam
terjadi secara berulang-ulang. berbagai media, jenis media yang
c) Efek Kultivasi dikonsumsi dan berbagai hubungan
Teori kultivasi juga antara khalayak dengan isi media yang
menyatakan bahwa televisi dikonsumsi secara keseluruhan (Rakhmat
menanamkan cara pandang 2003:66).
masyarakat kepada dunia Semakin sering intensitas khalayak
melalui program-program yang menonton acara televisi, maka akan
disiarkan. Efek penanaman semakin mudah terpengaruh dengan apa
realitas yang meyakini bahwa yang disajikan oleh media televisi
televisi mampu meciptakan tersebut. Maka khalayak akan dengan
seperangkat kepercayaan atau cepat memperoleh pandangan baru
nilai-nilai baru tentang realitas melalui media televisi. Media massa
yang ditampilkan dalam jangka dalam hal ini televisi, telah menjelma
waktu yang panjang. Persepsi menjadi sumber kekuatan, alat kontrol,
tentang dunia yang diciptakan manajemen, dan inovasi dalam
oleh televisi terbentuk melalui kehidupan masyarakat. Televisi juga
lingkungan yang simbolis. menjadi wadah yang menampilkan
peristiwa-peristiwa kehidupan
Terpaan Media Massa masyarakat dimanapun berada.
Televisi sebagi salah satu media
massa yang efektif dalam menyampaikan Konstruksi Realitas Sosial Media
informasi serta menyebarkannya dalam Televisi
waktu yang cepat dan bersifat masif Kehadiran media massa tidak dapat
menerpa khalayak manapun, tentunya dipandang dengan sebelah mata dalam
siapapun bisa mengakses tanpa dibatasi proses pemberian makna terhadap realitas
oleh usia. Terpaan media merupakan yang terjadi di sekitar kita, salah satunya
suatu usaha mencari data khalayak melalui media televisi. Produk-produk
tentang penggunaan baik jenis media, media telah berhasil memberikan dan
frekuensi penggunaan media/durasi membentuk realitas lain yang dihadirkan
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016) 37

di masyarakat, yaitu realitas simbolik, lantas meyakini bahwa sajian itu sebagai
yang celakanya, banyak diterima secara realitas yang sebenarnya. Melalui
mentah-mentah oleh masyarakat sebagai berbagai program siaran yang salah
bentuk kebenaran. Namun yang jelas, satunya berita dengan muatan tindak
televisi sebenarnya memiliki kekuatan kekerasan yang berdasarkan realitas
bujukan atau persuasi yang sangat besar. ataupun konstruksi, media televisi ini
Media televisi merupakan salah satu bisa menjadi second mother dimana
saluran atau media komunikasi massa. setiap anak bisa belajar melalui tayangan
Perkembangan televisi sebagai salah satu berita televisi.
media komunikasi massa di Indonesia Dalam konteks penelitian ini, lebih
mengalami pasang surut yang cukup fokusnya yang meyoroti pada pengaruh
berarti, namun media televisi di tayangan berita kekerasan di media
Indonesia tercatat mampu memberikan televisi terhadap perilaku khalayak,
efek yang signifikan dalam proses menunjukkan bahwa adanya
penyampaian pesan (Rivers & Peterson, pengaruh/efek penanaman kultivasi pada
2008: 252). heavy viewer. Penonton televisi
Tayangan berita di media televisi khususnya yang digolongkan sudah
menyajikan realitas semu, karena segala kecanduan relatif akan menyamakan
berita yang disajikan media televisi realitas yang dilihat di televisi adalah
merupakan konstruksi dari realitas yang realitas yang sebenarnya. Dampak dari
ada. Karena televisi merupakan salah satu kultivasi ini akan semakin besar dan kuat
media mainstream masyarakat/khalayak
jika penonton televisi bersikap pasif,
tidak mengkonfirmasi, tidak kritis, dan
tidak memiliki daya analisa yang kuat.
Jika demikian pada akhirnya khalayak
akan percaya begitu saja dengan semua
berita yang disajikan oleh media televisi.
Proses penanaman efek kultivasi dapat
digambarkan secara sederhana sebagai
berikut.
38. Fenomena Berita Kekerasan Di Media Televisi (Perspektif Teori Kultivasi)

Penggambaran proses pengkondisian dampak penanaman realitas di media televisi

Penonton Televisi Pembelajaran Informasi yang Konstruksi Realitas Sosial


disajikan

Kapasitas, Kemampuan menyimpulkan


Fokus/perhatian, Struktur sosial
Strategi, Pengalaman lainnya
Perhatian,

Berita Kekerasan di Televisi adegan-adegan kekerasan secara


Tidak bisa dipungkiri lagi, jika berulang-ulang akan membentuk pola
melihat intensitas keseringan munculnya penanaman realitas. Pada proses ini bagi
tayangan berita kekerasan di media heavy viewer yang pernah mengalami
televisi memberikan tekanan dan melihat dan mengalami kekerasan serupa,
kekhawatiran bagi para orang tua, maka tingkat kecemasannya semakin
pemerhati media, dan para praktisi berlipat. Bagi para penonton yang
pendidikan. Berdasarkan perspektif tergolong penonton berat mainstreaming
kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner ini membentuk pikiran dan pandangan
terkait tayaangan berita kekerasan di bahwa sesungguhnya dunia tempat
media televisi misalnya berita kasus mereka tinggal saat ini merupakan zona
sodomi yang dilakukan oleh Maskur penuh momok yang menakutkan.
warga Pancoran,berita kasus penyekapan Memasuki awal tahun 2016
ini kekerasan terhadap anak sudah
5 anak oleh orangtuanya sendiri, berita
marak di Provinsi Banten. Lembaga
kasus kekerasan sesama anak yang terjadi Perlindungan Anak (LPA) Banten
telah menerima dan mencatat
di Kebayoran Lama pada 18 Agustus
setidaknya ada laporan sebanyak 6
2015 dan mengakibatkan Amelia kasus kekerasan dan pelecehan
seksual dengan korban mencapai
meninggal karena dianiaya oleh
14 anak. Semua kasusnya berkaitan
temannya sendiri. dengan kejahatan seksual dan
kekerasan fisik dan psikis. Dari 6
Setelah dilakukan penelitian dan
laporan kasus yang diterima oleh
konfirmasi di lapangan ternyata hampir KPA Banten terjadi dibeberapa
wilayah provinsi Banten,
semua pelaku terpengaruhi oleh tontonan
diantaranya. Terdapat 3 kasus yang
televisi. Hal ini terjadi karena intensitas melibatkan 6 anak berasal dari
wilayah Kabupaten Pandeglang,
pengulangan siaran berita yang
kemudian 2 kasus yang melibatkan
menampilkan dan menggambarkan 6 anak dari wilayah Kota Serang,
dan satu kasus lainnya melibatkan 2
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016) 39

anak dari wilayah Kabupaten dengan cepat adalah berita-berita kasus


Serang. Dalam catatan LPA
kekerasan. Akibatnya hal ini relatif sulit
Banten, kasus terbaru adalah lima
orang anak mengalami pencabulan. bagi KPI untuk mengontrol berita-berita
Hampir semua kasus tersebut
yang tayang, karena bisa saja stasiun
dipengaruhi tayangan televisi yang
disajikan berulang-ulang. televisi berdalih itu semua kiriman
(Wawancara Ketua LPA Banten 18
jurnalisme warga. Ketika berita
Januari 2016)
Kehadiran Komisi Penyiaran kekerasan sudah menjadi komoditas yang
Indonesia (KPI) baik pusat maupun tumpang tindih bergantian muncul di
daerah dalam hal ini sangat diperlukan televisi mengakibatkan terabainya aspek-
untuk berperan aktif mengawasi, regulasi aspek kekerasan tersebut; seperti apa
penyiaran di Indonesia. Salah satu penyebab terjadinya kekerasan, apa
wewenang KPI adalah bisa mennerbitkan akibat dari tindak kekerasan, serta
atau encabut Izin Kelayakan Program hukuman apa yang akan dijatuhkan, itu
Siaran (IKPS). Sejauh ini belum terlihat semua sering terlewatkan.
peran aktif KPI dalam pengawasan
program siaran televisi yang menurut UU Perubahan Perilaku Penonton Televisi
No. 32 tahun 2002 Pasal 8 Ayat 3 tentang Kehadiran media televisi relatif
tugas dan kewajiban KPI yang berbunyi besar pengaruhnya terhadap perubahan
“Menjamin masyarakat memperoleh perilaku khalayaknya. Berita kekerasan
di media televisi dengan begitu mudah
informasi yang layak dan benar sesuai
bisa mendikte cara penonton berfikir.
dengan hak asasi manusia, ikut
Secara tidak langsung penonton perlahan-
membantu pengaturan infrastruktur lahan sudah diarahkan oleh konstruksi
bidang penyiaran, ikut membangun iklim berita yang disajikan. Ketika penonton
persaingan yang sehat antar lembaga sudah terpikat oleh tayang berita tersebut,
penyiaran dan industri terkait, maka dengan sendirinya penonton akan
menjadi pengikut yang setia dalam hal ini
memelihara tatanan informasi nasional
mengikuti produk siaran berita
yang adil, merata, dan seimbang”. kekerasan.
Semakin menjamurya stasiun Teori kultivasi mengelompokan
televisi baik lokal maupun nasional, tipe penonton ke dalam tipe; yang
terlebih dengan adanya konsep pertama adalah jenis penonton ringan
(light viewer) yaitu tipe yang selektif dan
jurnalisme warga ini menimbulkan
biasanya hanya menonton televisi selama
persoalan baru. Terlebih berita-berita
kurang lebih satu hingga dua jam saja
yang dinilai paling memiliki nilai jual dalam sehari. Kedua adalah tipe penonton
40. Fenomena Berita Kekerasan Di Media Televisi (Perspektif Teori Kultivasi)

berat (heavy viewer) yaitu kelompok dalam jam adalah 3 jam hingga 4 jam
penonton yang dalam seharinya bisa dalam sehari. Melihat keseringan
menghabiskan waktu empat hingga enam tayangan berita dan waktu penayangan
jam untuk menonton acara televisi. Tipe yang banyak di jam tayang prime time,
penonton inilah yang menganggap maka Ian besar sebresponden
realitas tayangan televisi adalah realitas mengatakan sering menonton berita yang
yang sebenarnya. di dalamnya ada tayangan berita
Teori kultivasi mengemukakan kekerasan.
pecandu berat televisi ini membentuk Hasil penelitian ditemukan
sebuah Citra realitasnya sendiri yang perubahan-perubahan yang signifikan
tidak konsisten dengan kenyataan. dari para responden. Dari 70 responden,
Contohnya pecandu berat televisi 46 diantaranya tergolong penonton heavy
menganggap kemungkinan besar viewer yang mengatakan bahwa realitas
seseorang untuk menjadi korban tayangan berita di televisi adalah
kekerasan/kejahatan adalah 1 berbanding merupakan realitas yang sebenarnya. Hal
10, sedangkan dalam kenyataannya ini mempengaruhi pola perilaku dan
adalah 1 berbanding 50 (DeVito, berfikir mereka tentang dunia nyata.
1997:527) Sebagai contohnya dari kelompok
Sebelum menjelaskan perubahan penonton heavy viewer ini pernah
perilaku penonton, berikut ini uraian data melalukan tindak kekerasan terhadap
responden. Responden keseluruhan temannya dengan meminta uang jajan
diambil secara acak di MTs N 1 Cilegon secara paksa bahkan hingga dengan
sejumlah 70 siswa yang terdiri dari 45 pemukulan.
siswa berusia 12 tahun dan 25 siswa Efek perubahan penonton dapat
berusia 13 tahun. Rerata pengahasilan diartikan sebagai dampak dari kehadiran
dari orang tua siswa adalah golongan sosial yang dimiliki oleh media.
menengah. Kehadirannya telah menyebabkan
Intensitas penanyangan berita perubahan sosial, perubahan
kekerasan di media televisi dalam pengetahuan, sikap dan tingkah laku
penelitian ini ditemukan sebanyak 46 manusia. Semakin seringnya manusia
responden mengatakan tayangan berita menyaksikan teyangan berita kekerasan,
televisi yang memuat kekerasan sangat maka otak manusia selalu dipenuhi akan
sering, sedangkan 24 responden lainnya semua informasi yang disampaikan
mengatakaan sering. Penayangan berita melalui berita televisi tersebut.
yang memuat tindak kekerasan dalam Beberapa fakta menunjukkan
satu hari bisa 60 hingga 80 kali di kebenaran akan teori kultivasi, ketika
beberapa stasiun televisi. Setiap penonton terlebih usia anak-anak atau
penayangannya satu berita rerata durasi remaja menyaksikan tayangan televisi
adalah 3 menit yang jika dikalkulasikan dalam waktu yang relatif lama lebih dari
Jurnal Lontar Volume 4 Nomor 2 (Mei – Agustus 2016) 41

4 jam dalam sehari. Melihat fenomena di sisi lain kekerasan dijadikan sebagai
yang seperti itu, maka remaja akan lebih magnet untuk menarik penonton
mudah terpengaruh oleh tayangan sebanyak-banyaknya. Ketiga, semua
televisi. Menjadi lebih mengerikan lagi bentuk tayangan kekerasan baik berupa
dampaknya apabila tayangan televisi berita ataupun tayangan lain ini dapat
memuat perilaku tindak kekerasan. Raja menciptakan keacuhan terhadap korban
usia 11 – 14 tahun merupakan usia kekerasan. Banyak media hanya
produktif dan relatif labil, sehingga akan mementingkan tayangan siarannya untuk
mudah meniru. Pada usia tersebut remaja menjadi yang pertama menyiarkan dan
cendurung banyak bereksplorasi dan paling up date.
mencoba hal baru untuk meningkatkan Media televisi telah membawa
kepercayaan diri. implikasi yang signifikan terhadap
kehidupan manusia. Banyak pengaruh
PENUTUP yang positif dan negatif yang ditimbulkan
Maraknya tayangan berita oleh media ini tanpa dibayangkan
kekerasan di televisi, memang sudah sebelumnya oleh khalayaknya. Melalui
semestinya menjadi perhatian dari teori kultivasi yang dikemukakan oleh
berbagai pihak dan membuat Gerbner ini telah memberikan dan
keperihatinan yang besar. Televisi yang menyadarkan khalayak untuk
merupakan media mainstream dengan mewaspadai pengaruh yang diakibatkan
massanya yang heterogen menjadi salah oleh keseringan menonton televisi.
satu sumber utama sistem pembentukan
simbol yang sangat repetitif, mampu DAFTAR PUSTAKA
secara massal menanamkan kesadaran
umum dan membentuk kesadaran umum DeVito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar
manusia. Jakarta. Profesional
tentang realitas dunia.
Books.
Setidaknya ada tiga yang bisa
disimpulkan dari penelitian ini; pertama Mc Quail, Denis. 2011, Teori
berita kekerasan banyak muncul di media Komunikasi Massa buku 6 edisi 2.
Jakarta: Salemba Humanika.
massa khususnya televisi, karena berita
kekerapan itu sendiri telah menjadi Miller, Katherine. 2002. Communication
komoditas yang dianggap laku keras oleh Theories, Prepektives, And
asing-masing stasiun televisi yang Contexts. The McGraw-Hill
Cmpanies. Inc.
menyiarkan. Kedua, kekerasan di media
televisi akan sulit dihilangkan, karena Rakhmat, Jalaluddin. 1998. Psikologi
tayangan berita kekerasan itu sendiri Komunikasi. Bandung. Remaja
Rosda Karya.
dianggap mempesona. Adanya relasi
dialektis antara kekerasan dan keindahan. River, William L & Teodor Petersen, Jay
Satu sisi kekerasan dianggap tabu, tetapi W Jesen. 2008. Media Massa dan
42. Fenomena Berita Kekerasan Di Media Televisi (Perspektif Teori Kultivasi)

Masyarakat Modern, ed.2,


Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

West dan Turner. 2002. Introducing


Communication Theory. New York.
Routladge.

Vous aimerez peut-être aussi