Vous êtes sur la page 1sur 15

201

ANALISIS PENGARUH KOMPETENSI PERAWAT, MOTIVASI DAN KEDISIPLINAN


TERHADAP PENERAPAN PATIENT SAFETY DALAM ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD
HAJIPROVINSI SULAWESI SELATAN
1 2 3
Andyka , Rasyidin Abdullah , Hasmin
1)Manajemen, Program Pascasarjana, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMKOP Makassar
Andykawahab77@gmail.com
2)Manajemen, PPs STIE AMKOP Makassar
rasyidina@yahoo.com
3)Keperawatan, PPs STIE AMKOP Makassar
hasmintamsah@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to (1) To determine and analyze the impact of competence on the application
of patient safety in nursing care diruang hospitalization. (2) Determine and analyze the influence of
motivation nurses on the application of patient safety in nursing care diruang hospitalization. (3) Know
and analyze the influence of discipline nurses on the application of patient safety in nursing care in room
hospitalization. This study was conducted at Hospital Haji South Sulawesi province in October to
December 2016. This type of research is cross sectional with a total sampling 48 respondents.
Questionnaires as a means of collecting data from respondents. The research method using the t test, test
and test f β with SPSS version 20 for Windows. Results simultaneous Competence (X1), motivation
(X2) and Discipline (X3) influence on the implementation of Patient Safety in Nursing in patient wards
Ar-Rahim, Ar-Rahman and Sayang Duafa Haji Hospital of South Sulawesi province. Partially,
Competence (X1), motivation (X2) and Discipline (X3) Impact of the implementation of Patient Safety
in Nursing. Based on the results of the regression coefficient (β), the variables that have a dominant
influence on the implementation of Pateient Safety in Nursing is a Nurse Competence in which the
obtained value of regression coefficient (β) of 0.410 and a significant 0.000. The conclusion of this study
is that there is significant influence between the nurse's competence, motivation, and discipline on the
application of patient safety in nursing care.
Keywords: Competence nurse, motivation and discipline with the implementation of patient safety

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi perawat terhadap
penerapan keselamatan pasien dalam asuhan keperawatan diruang rawat inap. (2) Mengetahui dan
menganalisis pengaruh motivasi perawat terhadap penerapan keselamatan pasien dalam asuhan
keperawatan diruang rawat inap. (3) Mengetahui dan menganalisis pengaruh kedisiplinan perawat
terhadap penerapan keselamatan pasien dalam asuhan keperawatan diruang rawat inap. Penelitian ini
dilakukan pada RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan bulan Oktober sampai dengan Desember 2016.
Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan total sampling sebanyak 48 responden.
Kuisioner sebagai alat pengumpulan data dari responden. Metode penelitian dengan menggunakan Uji t,
Uji f dan Uji β dengan bantuan SPSS Versi 20 for Windows. Hasil secara simultan Kompetensi (X 1 ),
Motivasi (X 2 ) dan Kedisiplinan (X 3 ) berpengaruh terhadap penerapan Patient Safety dalam Asuhan
Keperawatan di Ruang Rawat Inap Ar-Rahim, Ar-Rahman dan Sayang Duafa RSUD Haji Provinsi
Sulawesi Selatan. Secara parsial, Kompetensi (X 1 ), Motivasi (X 2 ) dan Kedisiplinan (X 3 ) Berpengaruh
terhadap penerapan Patient Safety Dalam Asuhan Keperawatan. Berdasarkan hasil nilai koefesien
regresi (β) maka variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap penerapan Pateient Safety dalam
Asuhan Keperawatan adalah Kompetensi Perawat dimana didapatkan nilai koefesien regresinya (β)
sebesar 0,410 dan signifikan sebesar 0,000. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh
signifikan antara kompetensi perawat, Motivasi, dan Kedisiplinan terhadap penerapan patient safety
dalam Asuhan Keperawatan.

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


202

Kata kunci : Kompetensi perawat, motivasi dengan penerapan patient safety.

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


203

1. PENDAHULUAN DKI Jakarta yaitu 37,9%, diikuti Jawa Tengah


Rumah sakit merupakan suatu industri jasa 15,9%, D.I Yogyakarta 13,8%, Jawa timur
yang memiliki karakteristik unik, yang 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%,
membedakannnya dengan perusahaan jasa Bali 1,4%, Sulawesi Selatan 0,69% dan Aceh
lainnya. Dalam menghasilkan produk yang 0,68%. Berdasarkan laporan Peta Nasional
berupa layanan jasa kesehatan, rumah sakit Insiden Keselamatan Pasien (Kongres PERSI,
berkewajiban untuk memberikan pelayanan September 2010), kesalahan dalam pemberian
yang dibutuhkan pasien yang sesuai dengan identitas menduduki peringkat pertama (24,8%)
standar yang berlaku, dengan tetap dari 10 besar insiden yang dilaporkan. Laporan
memperhatikan etika dan kehidupan manusia diatas telah menggerakkan sistem kesehatan
(Aditama, 2002). dunia untuk merubah paradigma pelayanan
Rumah sakit seharusnya tidak hanya kesehatan menuju keselamatan pasien (patient
memberikan pelayanan kesehatan akan tetapi safety). Pada tahun 2004, dicanangkan World
rumah sakit seharusnya juga mampu Alliance for Patient Safety oleh WHO. Hal ini
memberikan peningkatan derajat kesehatan berdampak juga terhadap pelayanan kesehatan di
dengan tetap memperhatikan perlindungan dan Indonesia melalui pembentukan KKPRS (Komite
keselamatan pasien melalui keseimbangan dari Keselamatan Pasien Rumah Sakit) pada tahun
berbagai fungsi yang ada (Ilyas, 2004; Undang- 2004. Pada tanggal 21 Agustus 2005, Menteri
undang no 44 tahun 2009) . Kesehatan RI, pada seminar nasional PERSI
Keselamatan pasien (patient safety) rumah mencanangkan keselamatan pasien rumah sakit.
sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit Keseriusan pemerintah dalam menangani
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem keselamatan pasien, semakin dipertegas dengan
tersebut meliputi pengkajian risiko, identifikasi dikeluarkannya Permenkes 1691 tahun 2011
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit sebagai
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, pedoman bagi penerapan Keselamatan Pasien di
kemampuan belajar dari insiden dan tindak rumah sakit.
lanjutnya serta implementasi solusi untuk Upaya keselamatan pasien merupakan bagian
meminimalkan timbulnya risiko. Sistem yang tak terpisahkan dari proses asuhan
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya keperawatan. Peran optimal perawat dalam
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat pengembangan mutu pelayanan keperawatan
melaksanakan suatu tindakan atau tidak telah berkembang dan mengarah pada tuntutan
melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan akan kompetensi yang adekuat untuk mendukung
(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah gerakan keselamatan pasien. Menurut Mitchell
sakit, Depkes R.I. 2008). Didalam keselamatan dalam Hughes (2008), perawat merupakan kunci
pasien terdapat istilah insiden keselamatan yang dalam pengembangan mutu melalui keselamatan
selanjutnya disebut insiden yaitu setiap kejadian pasien. The Institute of Medicine (IOM) pada
yang tidak disengaja dan kondisi yang tahun 2000 mengemukakan dua peran perawat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan dalam keselamatan pasien yaitu memelihara
cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri keselamatan melalui transformasi lingkungan
dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), keperawatan yang lebih mendukung keselamatan
Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak pasien dan peran perawat dalam keselamatan
Cedera (KTC), serta Kejadian Potensial Cedera pasien melalui penerapan standar keperawatan
(KPC). yang terkini
Pada tahun 2010 KKP-RS melaporkan Pada November 1999, the American Hospital
insiden keselamatan pasien sebanyak 145 Asosiation (AHA) Board of Trustees
insiden yang terdiri dari KTD 46%, KNC 48%, mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan
dan lain-lain 6%. Insiden tertinggi ditemukan di keamanan pasien (patient safety) merupakan

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


204

sebuah prioritas strategik. Mereka juga pasien dalam penerapan keselamatan pasien
menetapkan capaian-capaian peningkatan yang adalah akurasi dalam pemberian obat. Penelitian
terukur untuk medication safety sebagai target serupa juga dilakukan oleh Dede Sri Mulyani
utamanya. Menurut laporan IOM (Institute Of (2013) mengenai analisis penyebab insiden
Medicine) di Amerika tahun 1999 secara keselamatan pasien oleh perawat di unit rawat
terbuka menyatakan bahwa paling sedikit inap rumah sakit “X” Jakarta didapatkan bahwa
44.000 bahkan 99.000 pasien meninggal di faktor yang yang paling berpengaruh terhadap
Rumah Sakit dalam satu tahun akibat kesalahan terjadinya insiden keselamatan pasien di rumah
medis (medical errors) yang sebetulnya bisa sakit ialah Kompetensi perawat.
dicegah. Kuantitas ini melebihi kematian akibat RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan
kecelakaan lalu lintas, kanker payudara dan merupakan rumah sakit tipe B milik pemerintah
AIDS. Penelitian Bates (JAMA, 1995, 274; 29 Provinsi Sulawesi Selatan dengan kapasitas
– 34) menunjukkan bahwa peringkat paling tempat tidur sekitar 208, jumlah tenaga
tinggi kesalahan pengobatan (medication error) keperawatan yang bekerja di RSUD Haji
yaitu pada tahap ordering (49%). Makassar 160 perawat dengan rincian Ners
(8,58%), S1 Keperawatan (4,85%), DIII
Perawat diharapkan mampu bertanggung Keperawatan (63,68%), SPK (10,82%) dimana
jawab dan melindungi hak pasien. Salah satu sebagian dari tenaga keperawatan tersebut telah
hak yang harus dipenuhi adalah hak melakukan Program sosialisasi dan pelatihan
memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya mengenai keselamatan pasien pada seluruh unit
selama perawatan di rumah sakit (UU no. pelayanan sudah berjalan dengan baik. Masalah
44/2009 pada pasal 32 tentang rumah sakit). yang masih perlu diperhatikan yaitu kenyataan
Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari dilapangan yang merujuk pada konsep patient
(2009) di rumah sakit Jakarta mengenai safety, karena walaupun sosialisasi, pelatihan
hubungan beban kerja perawat pelaksana sudah dilaksanakan tetapi masih ada kasus
dengan keselamatan pasien didapatkan bahwa kesalahan pada identifikasi pasien, komunikasi
ada hubungan yang bermakna antara beban yang kurang efektif dan dan masih adanya infeksi
kerja perawat pelaksana dengan keselamatan menular , yang mengakibatkan penerapan
pasien. Penelitian lain terkait keselamatan keselamatan pasien menjadi kurang optimal. Hal
pasien dari perspektif pasien yang dilakukan ini diduga bahwa praktik perawat dalam
oleh Maryam (2010) di Irina Bedah dan Irina melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien
Medik rumah sakit “S” didapakan bahwa faktor secara aman merujuk pada penerapan program
yang paling berhubungan dengan kepuasan keselamatan pasien belum optimal.

2 METODE Variabel yang di teliti dalam penelitian


ini adalah dukungan pimpinan,
2.1 Metode Penelitian
pengembangan karir, dan Kompensasi
Penelitian ini menggunakan jenis sebagai variabel bebas, dimana masing-
penelitian bersifat kuantitatif dengan metode masing variabel bebas tersebut diberi simbol
cross sectional yaitu penelitian yang diamati X 1 , X 2 , dan X 3 dan sebagai variabel terikat
pada waktu yang sama dengan menyebarkan yang diberi simbol Y.
kuesionar pada responden penelitian untuk Penelitian ini akan dilaksanakan di Penelitian
melihat pengaruh variabel independen ini dilakukan di RSUD Haji Provinsi
dukungan pimpinan, pengembangan karir dan Sulawesi Selatan khususnya di ruang
kompensasi dengan variabel dependen yaitu rawat inap : Ar- Rahim, Ar- Rahman,
motivasi perawat RSUD Salewangang Maros Sayang Duafa.
dalam melanjutkan pendidikan keperawatan.
2.2 Populasi dan Sampel
Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017
205

Populasi dalam penelitian ini seluruh validitas tiap butir digunakan analisis item,
perawat pelaksana di ruang rawat inap .Ar- yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan
Rahim ( 14 perawat ), Ar- Rahman ( 13 skor total yang merupakan jumlah tiap skor
perawat ), Sayang Duafa ( 19 perawat ). butir setelah dikurangi dengan item yang
Sampel yang digunakan dalam penelitian diuji. Validitas akan dihitung dengan
ini adalah semua perawat yang ada di ruangan menggunakan total koefisien korelasi dengan
rawat inap Ar- Rahim, Ar- Rahman,dan taraf signifikan sebesar 0,05 (5%). Adapun
Sayang Duafa di RSUD Haji Provinsi Sulawesi rumus yang digunakan adalah :
Selatan dengan dengan teknik total sampling
adalah keseluruhan jumlah sampel yang ada �𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 ��𝑠𝑠𝑠𝑠𝑦𝑦 �− (𝑠𝑠𝑠𝑠𝑥𝑥 )
r pq =
2
diruangan rawat inap Ar- Rahim, Ar- �(𝑠𝑠𝑠𝑠𝑥𝑥 )+�𝑠𝑠𝑠𝑠𝑦𝑦 2 �− �𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 �(𝑠𝑠𝑠𝑠𝑥𝑥 )(𝑠𝑠𝑠𝑠𝑦𝑦 )
Rahman,dan Sayang Duafa di Rumah Sakit
Umum Daerah Haji Provinsi Sulawesi Selatan dimana,
. Maka sampel dalam penelitian ini sebanyak
rxy = Momen tangkar yang baru
48 perawat .
2.3 Teknik Pengumpulan Data rpq = koefisien korelasi bagian
total sbx = simpangan baku skor
Dalam penelitian ini, teknik faktor sby = simpangan baku skor
yang digunakan dalam
butir
pengumpulan data adalah:
Perhitungan validitas data ini diolah
a. Observasi Observasi adalah tekhnik dengan program SPSS. Hasil perhitungan
pengumpulan data dengan pengamatan ditunjukkan pada nilai corrected item total
langsung di lapangan yang berkaitan dengan correlation. Jika nilai corrected item total
perawat. correlation > 0,3 maka item dinyatakan
b. kuisioner adalah daftar pertanyaan valid.
maupun pernyataan yang diajukan peneliti
Uji Reliabilitas
kepada responden untuk dijawab secara
sistematis guna memperoleh data sehingga Instrumen yang reliabel berarti
dihasilkan data berupa respon atau tanggapan instrument yang bila digunakan beberapa
dari responden tersebut yang kemudian data kali untuk mengukur obyek yang sama
ini yang akan diolah oleh peneliti. akan menghasilkan data yang sama.
c. Wawancara merupakan tekhnik Pengujian reliabilitas instrument dengan
pengumpulan data secara langsung dengan konsistensi dengan teknik Alpha
melakukan tanya jawab secara langsung Cronbach. Model pengukuran yang
dengan responden. Dalam hal ini hal-hal dimaksud adalah pemeriksaan
yang berkaitan erat dalam prosesi perawat mengenai reliabilitas dan validitas
dalam melanjutkan pendidikan keperawatan. instrument (Sugiyono, 2012). Apabila
koefisien korelasi antara skor suatu
2.4 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis indikator dengan skor total seluruh
2.4.1 Rancangan analisis data indikator lebih besar dari 0,3 (r ≥ 0,3),
Sebelum instrumen digunakan, maka maka instrumen tersebut dianggap
dalam penelitian ini dilakukan valid. Sedangkan untuk memeriksa
pengujian instrument meliputi; reliabilitas instrumen metode yang sering
Uji Validitas digunakan adalah koefisien Alpha
Pengujian validitas data digunakan Cronbach. Dimana dikatakan reliabel bila α
untuk menguji validitas dari instrument yang > 0,6.
akan digunakan dalam penelitian, pengujian
Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017
206

Regresi Linear Berganda 3. Menentukan besarnya nilai t hitung dengan


Rumus yang digunakan dalam regresi menggunakan rumus :
𝑏𝑏𝑏𝑏
linear berganda yaitu. t hitung =
𝑠𝑠𝑠𝑠
Rumus yang digunakan dalam regresi linear dimana, bk = koefisien regresi
berganda yaitu : variabel b 1-2
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e sb = standar deviasi dari
Dimana estimasi b 1-2
Y = Motivasi 4. Membandingkan nilai t hitung dari t tabel
X1 = Dukungan Pemimpin Jika t hitung > t tabel maka H 0 ditolak dan
X2 = Pengembangan Karir menerima H a
X3 = Kompensasi
Jika t hitung < t tabel maka H 0 diterima dan
b0 = Konstanta
menolak H a
b 1-3 = Koefisien regresi
Uji F
e = residual atau random error.
Uji F digunakan untuk menguji tingkat
Untuk mengetahui besar kontribusi variabel
keberartian dari variabel bebas secara
bebas terhadap variabel terikat digunakan
bersama-sama (simultan) terhadap variabel
koefisien determinasi (R2). Adapun koefisien
terikat, yaitu.
determinasi tersebut adalah:
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
1. Menentukan hipotesis
R2 = H 0 : b 1-2 = 0, dimana artinya tidak ada
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆
Dimana, pengaruh secara parsial dari variabel
Jumlah kuadrat regresi = SS total – bebas (independent) terhadap variabel
SSE terikat (dependent).
Jumlah kuadrat total = SS total = ∑(𝑌𝑌 − H 0 : b 1-2 ≠ 0, dimana artinya ada pengaruh
2
Ȳ) secara parsial dari variabel bebas
2 (independent) terhadap variabel terikat
Jumlah kuadrat total = SSE = ∑(𝑌𝑌 − Y)
(dependent).
2. Menentukan level of significant (α)
2.1.1 Uji hipotesis
sebesar 5% dan menentukan nilai t
Untuk pengujian hipotesis ini meliputi; dengan degree of freedom (df) sebesar
(n-k-1).
Uji t 3. Menentukan besarnya nilai t hitung dengan
Uji t digunakan untuk menguji tingkat menggunakan rumus :
keberartian pengaruh variabel bebas secara
parsial. Langkah dalam uji t yaitu : 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀
F hitung = =
1. Menentukan hipotesis 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑆𝑆2
H 0 : b 1-2 = 0, dimana artinya tidak ada dimana,
pengaruh secara parsial dari variabel bebas MSR = Mean Squared Regression
(independent) terhadap variabel terikat MSE = Mean Squared Residual
(dependent). 4. Membandingkan nilai F hitung dari F tabel
H 0 : b 1-2 ≠ 0 dimana artinya ada pengaruh Jika F hitung > F tabel maka H 0 ditolak dan
secara parsial dari variabel bebas menerima H a
(independent) terhadap variabel terikat Jika F hitung < F tabel maka H 0 diterima dan
(dependent). menolak H a
2. Menentukan level of significant (α)
sebesar 5% dan menentukan nilai t dengan
degree of freedom (df) sebesar (n-k-1).

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


207

Uji β 3. 0,808 0,378 0,000 Valid


4. 0,811 0,378 0,000 Valid
Uji β digunakan untuk menguji variabel- 5. 0,511 0,378 0,000 Valid
variabel bebas (independent) (X) yang
6. 0,820 0,378 0,000 Valid
mempunyai pengaruh paling dominan
7. 0,708 0,378 0,000 Valid
terhadap variabel terikat (Y) dengan
8. 0,785 0,378 0,000 Valid
menunjukkan variabel yang mempunyai
9. 0,673 0,378 0,000 Valid
koefisien beta standardized tertinggi.
Hasil uji validitas kompetensi perawat
Uji Normalitas pada tabel 4.8 diatas menunjukkan hasil
Cara untuk menentukan normalitas dapat perhitungan uji validitas terhadap setiap butir
dilakukan dengan melihat histogram yang pernyataan yang disebar kepada para responden.
membandingkan antara data observasi dengan Junlah butir pernyataan dalam variabel
distribusi yang mendekati distribusi normal. Kompetensi sebanyak 9 pernyataan dimana dari
Selain itu metode yang lebih handal adalah Hasil uji validitas menunjukkan hasil perhitungan
dengan melihat normal probability plot yang uji validitas terhadap setiap butir pertanyaan
membandingkan distribusi kumulatif dari data yang disebar kepada para responden. Jumlah
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari responden untuk uji validitas sebanyak 48 orang,
distribusi normal dimana dari 9 butir pertnyataan diuji korelasinya
antara skor item dengan skor total item, hasilnya
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
terlihat dalam setiap butirnya mendapatkan
A. Hasil Uji Validitas
tingkat signifikannya sangat tinggi yaitu lebih
Sebuah instrument dikatakan valid kecil dari 0,05 (< 0,05) dan di atas ambang batas
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. korelasi (0,378) dengan demikian item
Cara pengujian validitas dilakukan dengan cara pernyataan yang disajikan dalam kuesioner layak
membandingkan hasil koefisien korelasi antara diteruskan untuk mendapatkan data yang
item dengan total perubah dibandingkan dengan diperlukan dalam kuesioner tersebut. Kecuali
nilai kritisnya. Jika koefisien korelasinya lebih pada butir pernyataan ke-2 yang tidak valid
besar daripada nilai kritisnya, maka disebut karena nilai r hitung di bawah dari nilai r tabel,
valid. Menurut Sugiono (2013) bahwa “bila sehingga butir pernyataan tersebut tidak
koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih digunakan untuk dilanjutkan jadi total pernyataan
(paling kecil dari 0,3), maka butir instrument kuesioner menjadi 8 item pernyataan.
dinyatakan valid”. Pengujian validitas dalam 2. Uji Validitas Variabel Motivasi
penelitian ini menggunakan komputer dengan
bantuan program SPSS versi 21 for windows.
no korelasi skor nilai sig keterangan
item terhadap batas
skor total
1. Uji Validitas Variabel Kompetensi Perawat
(R xy )
1. 0,712 0,378 0,000 Valid
2. 0,207 0,378 0,000 Tdk
no korelasi skor nilai sig keterangan valid
item terhadap batas 3. 0,855 0,378 0,000 Valid
skor total 4. 0,855 0,378 0,000 Valid
(R xy ) 5. 0,667 0,378 0,000 Valid
1. 0,486 0,378 0,000 Valid 6. 0,591 0,378 0,000 Valid
2. 0,245 0,378 0,000 Tdk 7. 0,662 0,378 0,000 Valid
valid 8. 0,258 0,378 0,000 TdkVali

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


208

d 0,876. Berdasarkan hasil perhitungan pada


9. 0,799 0,378 0,000 Valid menunjukkan bahwa Dari tabel pengujian
Jumlah butir pernyataan dalam reliabilitas dengan metode Alpha cronbach dapat
variabel Kompetensi sebanyak 9 pernyataan diketahui bahwa nilai koefisien reliabilitas
dimana dari Hasil uji validitas menunjukkan hitungan apabila dibandingkan dengan koefisien
hasil perhitungan uji validitas terhadap setiap hasil hitungan tabel ternyata R hitung > R tabel.
butir pertanyaan yang disebar kepada para Karena Koefisien reliabilitas pengujian lebih
responden. Jumlah responden untuk uji validitas besar daripada Koefisien reliabilitas tabel maka
sebanyak 48 orang, dimana dari 9 butir dapat disimpulkan bahwa instrument terbukti
pertnyataan diuji korelasinya antara skor item reliabel. Dari hasil pengolahan data pada uji
dengan skor total item, hasilnya terlihat dalam reabilitas ini diperoleh nilai koefisien reabilitas
setiap butirnya mendapatkan tingkat (Cronbach’s Alpha) untuk variabel keselamatan
signifikannya sangat tinggi yaitu lebih kecil dari pasien 0,802, variabel kompetensi perawat 0,815,
0,05 (< 0,05) dan di atas ambang batas korelasi variabel motivasi kerja 0,814, dan variabel
(0,378) dengan demikian item pernyataan yang kedisiplinan 0,779. Suatu variabel dikatakan
disajikan dalam kuesioner layak diteruskan reabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha >
untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam 0,60 (Sunyoto, 2011 : 68). Dengan
kuesioner tersebut. Kecuali pada butir membandingkan nilai koefisien reabilitas dengan
pernyataan ke-2 dan ke-8 yang tidak valid nilai r tabel 0,60 menunjukkan bahwa masing-
karena nilai r hitung di bawah dari nilai r masing variabel penelitian adalah realiabel
tabel,dimana hasil yg didapatkan sebesar butir karena nilai koefisien realibilitas masing-masing
ke-2 (0,207) dan butir ke-8 (0,258) sehingga variabel lebih besar dari akumulatif r tabel .
butir pernyataan tersebut tidak digunakan untuk nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel atau 7,465 >
dilanjutkan jadi total pernyataan kuesioner 2,129. Adapun pengaruh yang ditimbulkan
menjadi 7 item pernyataan. terhadap variabel Keselamatan pasien dengan
kompetensi perawat adalah sebesar 56,92% hasil
3. Uji Validitas Variabel Kedisiplinan
perkalian dari nilai Beta dengan nilai Zero-order

Uji validitas terhadap setiap butir


pernyataan yang disebar kepada para no korelasi skor nilai sig keterangan
responden. Jumlah butir pernyataan dalam item terhadap batas
variabel Kompetensi sebanyak 6 pernyataan skor total
dimana dari Hasil uji validitas menunjukkan (R xy )
hasil perhitungan uji validitas terhadap setiap 1. 0,897 0,378 0,000 Valid
butir pertanyaan yang disebar kepada para 2. 0,824 0,378 0,000 Valid
responden. Jumlah responden untuk uji validitas 3. 0,946 0,378 0,000 Valid
sebanyak 48 orang, dimana dari 6 butir 4. 0,885 0,378 0,000 Valid
pertnyataan diuji korelasinya antara skor item 5. 0,059 0,378 0,000 Valid
dengan skor total item. 6. 0,885 0,378 0,000 Valid
Hasilnya terlihat dalam setiap butirnya (0,629 x 9,05)= 0,5692 atau 56,92%).
mendapatkan tingkat signifikannya sangat
tinggi yaitu lebih kecil dari 0,05 (< 0,05) dan di Tabel Hasil uji Reliabelitas untuk Butir-
atas ambang batas korelasi dengan demikian Butir Pertanyaan Indikator Pernyataan
item pernyataan yang disajikan dalam kuesioner Dukungan Pimpinan, Pengembangan Karir,
layak diteruskan untuk mendapatkan data yang dan Motivasi.
diperlukan dalam kuesioner tersebut..
menunjukkan bahwa koefisien korelasi yang
Korelasi
lebih besar dari 0,80 dengan rentang 0,810-
Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017
209

Variabel skor item Nilai Keterangan Konstanta = 0,441


terhadap Batas F hitung = 62,494, P = 0,000
skor total (α) F Tabel = 2,672 , t tabel = 3,129
(R XY ) R = 0,826, R2 = 0,840
X1 0,815 0,60 Reliabel Sumber: data diolah, 2017
X2 0,814 0,60 Reliabel
X3 0,779 0,60 Reliabel
Y 0,802 0,60 Reliabel 2. Pengujian Hipotesis
Sumber: data diolah, 2017 Untuk menguji hipotesis yang
berkembang dalam penelitian ini maka untuk
B. Hasil Pengujian variabel Penelitian menjawab hipotesis ini menggunakan
1. Model Persamaan Regresi beberapa pengujian, yaitu:
Untuk melakukan pengujian digunakan • Uji t (Pengujian secara parsial)
analisis regresi berganda yang berfungsi untuk • Uji F (Pengujian secara simultan)
mengetahui bilangan pengaruh (garis atau
• Uji Korelasi
hubungan searah) variabel bebas terhadap
variabel terikat, baik secara parsial maupun • Uji koefisien Determinasi
secara bersama-sama. Dari uraian tersebut Dengan dibantu menggunakan program
maka peneliti menggunakan persamaan analisa pengolahan data SPSS versi 16.0 yang
dengan bentuk sebagai berikut : dapat diuraikan seperti berikut:
Y = bo + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Keterangan :
Untuk menguji variabel independen (X)
Y = Patient safety
sendiri-sendiri atau secara parsial terhadap
b0 = Konstanta
variabel dependen (Y), dapat dilakukan dengan
X1 = Motivasi
menguji nilai t, yang dimana hasil dari uji t ini
X2 = Komepnsasi
dapat dilihat dari hasil pengolahan data SPSS
b1b2b3 = Koefisien regressi
versi 21.0 yang tersaji dalam tabel berikut
variabel X 1 , X 2 dan X 3
ini:
e = Standar error
Hasil uji Perhitungan Uji Student (Uji-T)
Berikut hasil uji regresi yang tabel 2.1 berikut ini
dilakukan dapat dilihat di tabel 1.1 Unstandar
Unstandardi
dized
zed
Hasil uji analisis regresi linier berganda coefficient
Model coefficients t sig
tabel 1.1 berikut ini. s
Std.Err
B Beta
Koefi or
Koefi Kete 441 .277 1.591 .119
sien T Nilai
Variabel sien rang Kompeten
Regre hitung P
Beta an si perawat 345 .088 .410 3.904 .000
si (B)
kompetensi 0,345 0,410 3,904 0,000 Sig
motivasi 283 .093 .298 3.035 .004
(X 1 )
motivasi
(X 2 ) 0,283 0,298 3,305 0,004 Sig kedisiplinan 317 .120 .297 2.646 .011
Kedisiplina
n (X 3 ) Pengujian Secara Simultan (Uji F)
0,317 0,297 2,246 0,011 Sig Untuk menguji Signifikansi pengaruh
variabel Dukungan pimpinan (X1),
Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017
210

pengembangang Karir (X2), dan Kompensasi variabel-variabel bebas dalam menjelaskan


(X3) terhadap motivasi perawat (Y) secara variasi variabel terikat.
simultan dilakukan uji-Fisher (uji-F). Uji F ini
dilakukan dengan menolah data hasil dari Dari tabel diperoleh koefesien
2
SPSS 21.0 yang bisa dilihat dari tabel berikut: determinasi (R ) Sebesar 0.828 Ini berarti
bahwa variasi variabel terikat penerapan patient
ANOVA safety dalam asuhan keperawatan dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas :
Sum Of Mean Kompetensi (X1), Motivasi (X2), Kedisiplinan
Model df F Sig.
Squares Square (X3) sebesar 82 %, sedangkan sisanya 18%
dijelaskan oleh variabrl-variabel lain diluar
Regression 6.275 3 2.092 71,5 .000b
variabel yang diteliti. Lebih jelas hasil
Residual 1.198 41 .029 perhitungan R-square sebagai berikut :

Total 7.473 48
Uji F dilakukan untuk mengetahui
M Std. Error
pengaruh, kompetensi, motivasi dan R Adjusted durbin
od R of the
kedisiplinan terhadap kinerja perawat di Ruang Square R Square watson
el estimate
Rawat Inap Haji Provinsi Sulawesi Selatan
secara simultan (bersama-sama). Uji F 1 916a .840 .828 .17092 2.845
dilakukan dengan membandinngkan nilai F Hasil analisis pengaruh kompetensi,
hitung dengan F tabel. Apabila F hitung > F motivasi dan kedisiplinan perawat terhadap
tabel, maka dikatakan pengaruhnya signifikan, penerapan patient safety dalam asuhan
dan apabila F hitung < F tabel, maka dikatakan keperawatan di RSUD Haji Makassar Provinsi
pengaruhnya tidak signifikan. Dari tabel 4.13 Sulawesi Selatan, sebagai berikut :
diperoleh F hitung lebih besar dari F tabel, Pengaruh Kompetensi (X 1 ) dengan
yakni 71.594 > 2,081 dan nilai Probabilitas penerapan patient safety dalam Asuhan
yang lenih kecil besar dari α 0,05 (P = 0,000). Keperawatan (Y)
Jadi, variabel kompetensi, motivasi dan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kedisiplinan mempunyai pengaruh yang positif ada pengaruh yang bermakna antara kompetensi
dan signifikan terhadap kinerja perawat secara perawat terkait aspek manajemen asuhan
simultan. keperawatan dengan penerapan keselamatan
pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Haji
Pengujian Korelasi
Provinsi Sulawesi Selatan yakni semakin baik
Untuk mengetahui keeratan pengaruh
kompetensi perawat maka semakin baik dalam
antara variabel kompetensi, motivasi, dan
melakukan penerapan keselamatan pasien dalam
kedisiplinan terhadap penerapan patient safety
asuhan keperawatan sementara semakin kurang
dalam asuhan keperawatan maka dilakukan uji
kompetensi perawat maka kecenderungan
korelasi. Dari hasil uji korelasi yang dilakukan
perawat melakukan penerapan keselamatan
didapat nilai korelasi (R) sebesar 0,916 yang
pasien semakin kurang.
signifikan pada α = 0,05. Hal ini menujukkan
Penelitian ini sesuai dengan pendapat
ada pengaruh yang sangat kuat dan signifikan
yang dikemukakan oleh Emslie (2005) yang
antara kompetensi, motivasi dan kedisiplinan
mengemukakan bahwa penerapan keselamatan
dengan penerapan patient safety.
pasien berkaitan erat dengan kemampuan
Pengujian Koefisien Determinasi perawat dalam mengelola dan memberikan
Koefisien determinasi (R2) digunakan asuhan keperawatan yang aman pada pasien
untuk mengetahui seberapa besar kontribusi meliputi pencegahan terhadap kesalahan dan

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


211

kejadian nyaris cedera serta penurunan kondisi Keperawatan (Y) dalam kategori baik, yaitu
pasien sebelum terjadi kesalahan dan kejadian sebanyak 27 responden (56,2%) sedangkan yang
yang tidak diinginkan. Peran perawat dalam terendah adalah responden yang mengatakan
keselamatan pasien melalui penerapan standar motivasi kerja (X 2 ) dalam kategori kurang dan
asuhan keperawatan. Melalui penerapan dan dengan penerapan patient safety dalam asuhan
kepatuhan terhadap standar yang sudah keperawatan (Y) dalam kategori kurang, yaitu
ditetapkan diharapkan insiden kesalahan sebanyak 21 responden (43,8 %).
menurun (Loh & Gelinas, 2004). Berdasarkan hasil perhitungan analisis
diperoleh pernyataan responden regresi linier berganda dengan pengujian secara
terbanyak adalah yang berpendapat parsial diketahui bahwa kompetensi perawat
Keselamatan Pasien (X 1 ) dalam kategori baik memiliki nilai koefesien sebesar 0,283 nilai beta
dengan penerapan patient safety dalam asuhan sebesar 0,410. t hitung 3,305 dan nilai signifikasi
keperawatan (Y) dalam kategori baik, yaitu 0,004 yang berarti jika variabel kompetensi
sebanyak 28 responden (58,3%) sedangakn meningkat maka akan meningkatkan penerapan
yang terendah adalah responden yang patient savety dalam asuhan keperawatan RSUD
mengatakan konpetensi perawat (X 1 ) dalam Haji Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 2.83
penerapan patient safety dalam keperawatan (Y) Dengan kata lain, kompetensi Perawat yang
dalam kategori kurang yaitu sebanyak 20 bertambah baik akan meningkatkan penerapan
responden (41,7%). patient savety dalam asuhan keperawatan di
Berdasarkan hasil perhitungan RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan
analisis regresi linier berganda dengan Hasil penelitian ini senada dengan Hasil
pengujian secara parsial diketahui bahwa penilitian Sri Aini Sanusi (2011). Berdasarkan
kompetensi perawat memiliki nilai koefesien hasil uji nilai p = 0,029. Nilai ini lebih kecil dari
sebesar 0,345 nilai beta sebesar 0,410. t hitung α = 0,05, yang mengambarkan bahwa ada
3.904 dan nilai signifikasi 0.000 yang berarti hubungan antara Motivasi dengan penerapan
jika variabel kompetensi meningkat maka akan Patient Safety di Rumah Sakit Islam Faisal
meningkatkan penerapan patient savety dalam Makassar. Demikian pula dengan hasil penelitian
asuhan keperawatan RSUD Haji Provinsi Rasidah Abdullah (2013) didapatkan nilai P=
Sulawesi Selatan sebesar 0,345. Dengan kata 0,001 dengan bantuan uji Fisher’s Excat Text
lain, kompetensi Perawat yang bertambah baik tingkat kemaknaan α ≤ 0,05 yang artinya nilai p
akan meningkatkan penerapan patient savety < α, berarti ada hubungan yang signifikan antara
dalam asuhan keperawatan di RSUD Haji motivasi perawat dengan penerapan Patient
Provinsi Sulawesi Selatan. Safety dirumah sakit Woodward Palu.
Hasil penelitian ini senada dengan Menurut Ngalim Purwanto Motivasi
hasil penelitian Prawitasari (2009). adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
Berdasarkan hasil uji nilai p = 0,029. Nilai ini untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah
lebih kecil dari α = 0,05 yang mengambarkan memberikan rangsangan atau pendorong atau
bahwa ada hubungan antara kompetensi dengan suatu kegairahn kepada seseorang atau kelompok
kinerja perawat dalam patient safety dalam agar mau bekerja dengan semesatinya dan penuh
asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jakarta semangat. Dengan kemampuan yang dimikianya
Pengaruh Motivasi (X 2 ) dengan penerapan untuk mencapai untuk mencapai tujuan secara
Patient Safety dalam Asuhan Keperawatan berdaya guna dan hasil guna (Nursalam, 2009)
(Y) Motivasi merupakan dorongan dari
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dalam diri seseorang terhadap sesuatu yang ingin
pernyataan responden terbanyak adalah yang dicapai dan menimbulkan kepuasan jika berhasil
berpendapat Motivasi (X 2 ) dalam kategori baik mencapai keinginan tersebut. Menurut beberapa
dengan penerapan patient safety dalam Asuhan ahli, motivasi merupaakan dorongan internal

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


212

berupa kekuatan yang menggerakan dan Dengan demikian hipotesis 3 diterima


mengarahkan seseorang untuk bersikap tekun kebenaranya.
dan berkonsisten serta berprilaku secara sadar Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
mempertahankan upaya dalam mencapai tujuan hubungan dimensi kedisiplinan (X 3 ) dengan
yang diinginkan (Bateman and Snell, 2012; penerapan Patient Safety dalam Asuhan
Higgins, 2009; Kreitner and Kinicji, 2010; Keperawatan (Y) di Ruang Rawat Inap di RSUD
McShane and Glinow, 2007). Haji Provinsi Sulawesi Selatan.
Seorang manajer sebaiknya menjadi Hasil penelitian ini senada dengan Hasil
motivator bagi bawahanya dalam bekerja, penilitian Suryanti Kasim (2010) Hubungan
seorang manajer harus mengetahui berprilaku disiplin waktu dengan kinerja perawat dalam
sesuai dengan situasi dan kondisi yang penerapan keselamatan pasien di Puskesmas
diinginkan. Bateman dan Snell (2012) tataba Kec.Buko Kabupaten Banggai Kepulauan.
mengatakan bahwa terdapat lima kategori Kaitanya kedisiplinan dengan penerapan
aktivitas seorang manajer dalam memotivasi patient safety dimana Setiap aktivitas kerja,
bawahanya, antara lain manajer harus mempunyai rincian berupa bentuk-bentuk uraian
memotivai orang-orang untuk rela bergabung kerja yang harus diterapkan. Berkaitan dengan
dengan organisasi, bertrahan dalam organisasi, hal tersebut, maka disiplin kerja mempunyai
dating setiap hari untuk bekerja, manajer bentuk-bentuk yang menjadi inti daripada
memotivasi bawahan untuk menghasilkan disiplin kerja tersebut. Menurut Hendrawan
produktivitas yang tinggi dan kualitas yang (2004:67) bentuk-bentuk disiplin kerja yang
baik, serta manajer sebaiknya menjalin diterapkan baik pada organisasi pemerintah
hubungan yang baik dengan bawahan. maupun non pemerintah pada dasarnya disiplin
Pengaruh Kedisiplinan (X 3 ) dengan kerja tersebut berorientasi pada disiplin
penerapan Patient Safety dalam Asuhan penggunaan waktu dan jam kerja, yang pada
Keperawatan (Y) dasarnya banyak yang dilanggar walaupun
Berdasarkan hasil penelitian memiliki atribut-atribut yang kuat menyatakan
diperoleh pernyataan responden terbanyak bahwa kehadiran, tepat waktu, kepatuhan dan
adalah yang berpendapat kedisiplinan (X 3 ) pemberian sanksi merupakan bagian dari disiplin
dalam kategori baik dengan penerapan patient kerja yang menjadi perhatian banyak pengambil
safety dalam Asuhan Keperawatan (Y) dalam keputusan.
kategori baik, yaitu sebanyak 31 responden Mempertegas rincian terhadap disiplin
(64,6%) sedangkan yang terendah adalah dalam kehadiran, disiplin dalam tepat waktu,
responden yang mengatakan motivasi kerja disiplin terhadap kepatuhan konsensus dan
(X 3 ) dalam kategori kurang dan dengan pemberian sanksi, bagi pegawai menjadi suatu
penerapan patient safety dalam asuhan maklumat dan menjadi suatu perhatian untuk
keperawatan (Y) dalam kategori kurang, yaitu terus diindahkan dan dilakukan dengan
sebanyak 17 responden (35,4 %). Berdasarkan konsekuen. Karenanya pegawai sebelum
Hasil uji linier berganda dimana b 3 = 0,317, diangkat sebagai pegawai, maka disiplin kerja
artinya apabila variabel kedisiplinan (X3) menjadi penilaian yang sangat penting bagi
meningkat, maka keselamatan pasien (Y) akan pengambil kebijakan organisasi.
meningkat sebesar 0,317. pada uji parsial t hitung
untuk variabel kedisiplinan (X 3 ) lebih besar dari Disiplin kerja merupakan suatu orientasi
t tabel, yakni 2.646 > 2,129 dan nilai dari tindakan perilaku yang ditunjukkan oleh
signifikansi lebih kecil dari 0,05 yakni 0.11. pegawai untuk memahami, mengetahui dengan
Jadi, variabel kedisiplinan mempunyai jelas dalam melaksanakan segala tindakan-
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tindakan aktivitas kerja yang telah memiliki
penerpan patient safety (Y) secara parsial. atribut-atribut yang jelas sebagai sesuatu yang

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


213

harus dilakukan seiring dengan pelaksanaan 1. 1. Secara simultan, Kompetensi (X1), Motivasi
tugas pokok dan fungsi pegawai sebagai abdi (X2), Kedisiplinan (X3) secara simultan
negara dan pelayan masyarakat. Karenanya, berpengaruh terhadap Penerapan Patient Safety
disiplin kerja menjadi perhatian. dalam Asuhan Keperawatan (Y) di Ruang Rawat
Perhatian tentang disiplin kerja pada Inap Ar-Rahim, Ar-Rahman dan Sayang duafa
dasarnya berfokus kepada lima hal yang RSUD Haji Provinsi Sulawesi Selatan.
menjadi fenomena sentral ditemukan banyak 2. Secara parsial, Kompetensi (X1), Motivasi
penyimpangan atau penyalahgunaan terhadap (X2), Kedisiplinan (X3) berpengaruh
uraian tugas yang diembankan kepada setiap terhadap Penerapan Patient Safety dalam
pegawai. Prijodarminto (2001) menyatakan Asuhan Keperawatan (Y) di Ruang Rawat
bahwa ada empat hal yang perlu Inap Ar-Rahim, Ar-Rahman dan Sayang
dipertimbangkan dalam memberikan penilaian duafa RSUD Haji Provinsi Sulawesi
terhadap disiplin kerja pegawai yaitu disiplin Selatan.
dalam kehadiran, disiplin dalam tepat waktu, 3. Berdasarkan nilai koefesien regresi (β)
disiplin terhadap kepatuhan konsensus dan antara variabel Kompetensi (X1), Motivasi (X2),
pemberian sanksi untuk mempengaruhi dan Kedisiplinan (X3), maka variabel yang
memberikan sikap yang sesuai dengan unsur- mempunyai pengaruh dominan terhadap
unsur penilaian aktivitas kerja. penerapan Patient Safety dalam Asuhan
Variabel paling dominan yang Keperawatan (Y) di Ruang Rawat Inap Ar-
mempengaruhi Penerapan Patient Safety Rahim, Ar-Rahman dan Sayang duafa RSUD
dalam Asuhan Keperawatan di RSUD Haji Haji Provinsi Sulawesi Selatan. Adalah variabel
Provinsi Sulawesi Selatan kompetensi dimana nilai koefesien regresinya (β)
sebesar 0,410 dan signifikan sebesar 0,000. Hal
Variabel yang paling berpengaruh ini dapat disimpulkan bahwa variabel kompetensi
dominan terhadap penerapan Patient Safety merupakan variabel yang mempunyai pengaruh
ialah Kompetensi Perawat dimana berdasarkan paling dominan terhadap penerapan patient safety
hasil uji t hitung untuk variabel kompetensi (X I ) dalam asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap
Lebih besar dari t tabel yakni 3,904 > 2,129 dan Ar-Rahim, Ar-Rahman dan Sayang duafa RSUD
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yakni Haji Provinsi Sulawesi Selatan.
0,000. Jadi variabel kompetensi mempunyai
pengaruh yang positive dan signifikan terhadap
penerapan patient safety, hal ini sesuai dengan REFERENSI
indikator kompetensi perawat berpengaruh
positif dan signifikan, karena kompetensi Aditama Tjandra Yoga, (2007). Manajemen
perawat yang baik dimana meliputi praktek Administrasi Rumah Sakit : Universitas
modal etis, pemberian Manajemen Asuhan Indonesia Jakarta
Keperawatan dan pengembangan kuaitas Ali, Z. (2010). Dasar-Dasar Kepemimpinan
personal dimana dapat dilihat dari hasil uji Dalam Keperawatan. Jakarta : TIM.
regresi linier berganda dengan nilai koefisien Alfredsdottir & Bjondottir, (2008). Detection of
regresi β 0,345. patient risk by nurse: a theorical frame
work. Journal of advanced nursing. 66
KESIMPULAN (2), 464-474
Berdasarkan dari hasil penelitian dan Amstrong, K Laschinger, H, & Wong , C.
pembahasan sebagaimana telah dikemukakan (2009). Work Place empowerment and
pada bagian terdahulu, dapat ditarik simpulan magnet hospital characteristics as
sebagai berikut : predictors of patient safety climate.
Journal of nursing care quality. 24(1).

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


214

55-62. perawat di rumah sakit Jakarta.


Asmadi. (2014. Konsep Dasar Keperawatan. Emslie. S. (2005). International perspektif on
Jakarta : EGC patient safety national audit office.
Budiman,(2013). Penelitian Kesehatan buku http://www.nao.otg.uk/idoc.ashx?dicId=d
pertama, Jakarta: reflika aditama 1d5a34c-3a0d-42258c7f.
Ballard, K.A. (2003). Patient safety: A shared Ebright dalam Hughes (2008). Patient safety and
responsibility . Online Journal of quality: An evidence based handbook for
Issuein Nursing . Volume 8 – 2003 nurse. chapter 30 vol 2
No.3 ;sept 03 Gregdry E.A (2012), beyond total quality
Bateman & snell (2012). Manajemen management : Toward The Emerging
Kepemimpinan dan kolaborasi dalam Paradigma, New York : McGraw-Hill
Dunia yang Kompetitif. Jakarta: International, inc.
Penerbit Salemba Empat. Henriksen, K.,el.(2008). Patient safety and
Cahyono, J.B. (2008). Membangun budaya quality; an evidence base handbook for
keselamatan pasien dalam praktik nurses .Rockville MD: Agency for
kedokteran Yogyakarta: Penerbit Ggealthcare research and Quality
Kanisius Publications
Canadian Nurse Association. (2004). Nurse and
Patient Safety : Discussion paper. International Council Of Nurse (ICN) (2009)
http:www.cna- International nursing days,
nurse.ca/CNA/documents/pdf/publicati http:www.icn.ch.Diperolehdelivering
ons/e.epdf, quality, serving qualities. Nurses leading
Canadian Nurse Association. (2008). Code care innovations
ethics for registered Nurses : Maryam (2010) kepuasan pasien dalam
Discussion paper. http:www.cna- keselamatan pasien di ruang irina
nurse.ca/CNA/documents/pdf/publicati Nursalam (2011) Pendekatan Praktis Metodologi
ons/code of ethics 2008.e.pdf, Riset Keperawatan. CV.Agung Seto.
Canadian Nurse Association. (2009). Position Jakarta
statement patient safety. Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2010).
http:www.cna.nurse.ca/CNA/document Standar profesi dank ode etik perawat
s/pdf/publications/_Patientsafety_e.pdf Indonesia. Jakarta: PPNI
Dahlan (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kesehatan Edisi 5, Jakarta : Salemba No.1691/Menkes//Per/VII/2011 Tentang
Medika keleamatan pasien rumah sakit.
Depkes RI (2008). Panduan nasional Sugiyono, S. (2003). Metode penelitian
keselamatan pasien rumah sakit kuantitatif dan RB., Bandung;CV
(patient safety). Jakarta : Depkes RI Alfabeta.
Depkes RI (2009), Undang-undang Republik WHO (2004). World alliance for patient safety.
Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang http;www.who.int
rumah sakit. Jakarta ; Depkes RI .(2007).Nine live Saving patient safety
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan. solution, Format Program.
(2008). Pesoman indicator mutu http;www.who.int
pelayanan keperawatan klinik di sarana .(2009). Global world alliance for patient
kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina safety, Format Program.
Pelayanan Keperawatan http;www.who.in
Dede Sari Mulyani (2013) Analisis penyebab
insiden keselamatan pasien oleh

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017


215

Jurnal Mirai Management Volume 2 No. 2 April – Januari 2017

Vous aimerez peut-être aussi