Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
“PREECLAMPSIA”
Tutor : Tita, dr
Kelompok B
Oleh :
Astrid Shafira Hayatunnufus
Nur Anisa Sukma
Muhammad Aulia Giffari
Sulastri widia astuti
Ayi Abdul Basith
Bella adelina
Abdullah Patria
Shfa Medina
Selvi putri Oktari
Rizky Maya Putri
Winda Ayu Fitriana
Physical examination
Mrs. Pretty is 140 cm tall and weights 70 kg.
She still conscious.
Her vital sign are BP 180/120 mmHg, HR 100 bpm, RR 24/minutes and T 37.5o C.
HEENT normal.
Lungs and heart are normal.
Obstretic examination
Fundal height : 30 cm.
Fetus in longitudinal lie, head presentation, , back on the right.
FHR 144 bpm, regular.
HIS : negative.
Extremities edema of both legs and hands.
Tutorial 1 Step 2
Laboratory results :
Hb : 9.5 g/dL,
Hct 50%
Platelet 100.000/mm3
SGOT 80 U/L, SGPT 70 U/L
Uric acid 9 mg/dL,
Ureum : 50 mg/dL, Creatinin 1.9 mg/dL,
Proteinuria +++
ECG : within normal limits.
The doctor tells you that is quite a common complication in primigravida and that
immunologic alteration towards the thropoblast cells ha s a great influence of the disease.
Result of USG examination:
Uterus is enlarged filled with a singleton male fetus with head presentation, back on the
right.
HR 144 bpm, regular.
Biometrical measurements:
BPD 8.0 cm; HC 32.0 cm; AC 29.0 cm; FL 7.0 cm.
Estimated fetal body weight 2000 grams. Equals to 34-35 weeks gestational age.
Umbilical artery S/D ratio 3.8, amniotic fluid index 7, placenta is located on the fundus,
grade III.
Cardiotocographic examination (admission test) :
Baseline rate 144 bpm, variability 5-10 bpm. No deceleration.
Presence of 2 fetal movement during a 10-minute period with accelerations.
Mrs. Pretty is given IV line of Lactat’s Ringers solution, indwelling urine catheter, 4
grams of 20% MgSO4 IV and 8 gram of 40% MgSO4 IM every 4 hour. Ten mg
dexamethasone was injected intramuscularly.
Hydralazine is unavailable, so 3 doses of 10 mg nifedipin sublingualy was administered
at 30 minutes interval.
Her blood presure remains the same.
Tutorial 2 Step 1
The doctor incharge decides to perform C-Section immediately.
A baby boy is born emerging limp, pale, cyanotic and takes one gasping breath on the
way to the open warmer.
His heart rate is noted to be 80 beats/min.
The doctor performs resuscitation and assess the APGAR score. The scores at 1 min = 3,
5 min = 5, and 10 min = 7.
The Ballard score is 30, with gestational age of 35 weeks.
Baby’s birth weight 2000 gram and length 44 cm.
Head circumference : 33 cm.
Tutorial 2 Step 2
At 3 hours of life, the doctor notice that the infant has breathing difficulty as he becomes
cyanotic, tachypnea, experium grunting, nasal flare and chest indrawing.
Heart rate 160x/minute, RR 68-70 x/min and T 36.5oC.
Laboratory results :
Hb 14.2 g %, Leucocytes 4100/mm3, PCV 46%, Thrombocyte 182.000/mm3, Bloog
glucose 69 mg/dL.
Foam test : very small buble in meniscus extending one-third of distance around test tube.
Shake test: not done.
Chest X ray: a difuse reticulogranular pattern in bot lungs with air bronchograms in
obvious.
Blood gas analysis conclusion hypoxemia, hypercapnia and acidemia.
Epilogue
After being given respiration support by means of a ventilator, electrolite fluid through IV
line, some broad spectrum antibiotics and being hospitalized fot 14 days, the infant is
discharge in good condition.
1. Fisiologi
IMPLANTASI
Interaksi antara sebuah blastosist teraktivasi dan uterus yang reseptif (mampu
menerima) merupakan bagian dari sebuah proses kompleks yang mengarah pada
implantasi dan tahapan-tahapan awal perkembangan plasenta. Banyak dari mekanisme
regulatory yang telah diidentifikasi mengatur berbagai keadaan transisi penting yang
terlibat dalam proses ini. Sehingga, mengaitkan fungsi-fungsi mekanisme ini dengan satu
peristiwa tunggal dapat menimbulkan perbedaan yang sebenarnya tidak ada pada kondisi
sebenarnya. Faktor-faktor penghambat-leukemia, misalnya, tampaknya penting untuk
desidualisasi dan implantasi. Ini dihasilkan bukan hanya sebelum implantasi sebagai
respons terhadap estrogen pada kelenjar-kelenjar uterin berdasar progesteron, tetapi juga
pada saat implantasi oleh sel-sel stroma di sekeliling blastosist aktif.
Implantasi memerlukan biosintesis prostaglandin. Siklooksigenase (COX), yang
merupakan enzim penghambat laju dalam konversi asam arachidonat menjadi
prostaglandin H2, terdapat dalam dua bentuk, yaitu: bentuk konstitusi (COX-1) dan
bentuk terinduksikan (COX-2). Dalam endometrium, produksi COX-1 berkurang sebagai
respon terhadap progesteron dan estradiol-17β, dan kandungan COX-1 endometrium
berkurang perlahan dalam fase midluteal dari siklus menstruasi untuk mengantisipasi
implantasi. Berbeda dengan itu, produksi COX-2, yang tidak dipengaruhi oleh hormon-
hormon steroid, terbatas pada tempat implantasi dan tergantung pada keberadaan
blastosist yang siap berimplantasi. Lebih daripada itu, interleukin-1, yang dideteksi dalam
medium dimana embrio manusia telah dikulturkan, menginduksi ekspresi gen-gen COX-
2 dalam sel-sel stroma endometrium yang dikulturkan. Prostaglandin I2 yang dihasilkan
oleh aksi COX-2 merupakan sebuah ligan untuk reseptor δ teraktivasi-proliferator-
peroksisom (PPARδ). Interaksi ini kemungkinan sangat penting, karena janin mencit
yang kekurangan reseptor terkait (PPARγ) mati pada pertengahan periode kehamilan
karena plasentasi yang terganggu.
Ketika implantasi telah dimulai, sebuah interval adhesi stabil yang singkat diikuti
oleh periode yang jauh lebih lama selama mana trofoblas menduduki uterus. Seperti
sistem-sistem biologis lainnya dimana adhesi stabil diikuti dengan invasi, ekstravasasi
leukosit dan sel-sel tumor, perubahan produksi molekul adhesi dan proteinase, juga
terlibat. Invasi sitotrofoblast mengarah pada penurunan ekspresi reseptor-reseptor adhesi
yang merupakan karateristik dari sel-sel batang sitotrofoblast dan peningkatan ekspresi
adhesi yang merupakan karakteristik dari sel-sel vaskular. Disamping membiarkan
sitotrofoblast yang menempati pembuluh maternal untuk menyamar sebagai sel-sel
vaskular, reseptor-reseptor ini juga meningkatkan kemampuan sel untuk menginvasi
uterus.
Sitotrofoblast yang menginvasi juga meningkatkan produksi proteinasenya.
Sebagai contoh, mereka meningkatkan produksinya dan aktivasi matriks
metaloproteinase-9, yang berkontribusi bagi daya invasif sitotrofoblast in vitro.
Peningkatan produksi inhibitor jaringan metaloproteinase-3 yang simultan menjadi
sebuah mekanisme untuk membatasi invasi yang berperantara matriks metaloproteinase.
Matriks metaloproteinase dan inhibtor jaringan dari metaloproteinase pada desidual
maternal tampaknya memiliki peranan yang serupa dalam meregulasi invasi trofoblast.
Proteinase trofoblast lainnya yang bisa penting dalam invasi mencakup cathepsin B dan
L.
Mekanisme-mekanisme molekuler yang meregulasi diferensiasi dan invasi
trofoblast belum dipahami dengan baik. Ekspresi temporal dan spasial beberapa faktor
pertumbuhan dan sitokin dalam uterus (seperti faktor penghambat leukemia, interleukin-1
dan reseptor-reseptornya, faktor pertumbuhan mirip insulin I dan II dan protein-protein
pengikatnya, faktor penstimulasi koloni 1, dan TGF-α dan -β (Tabel 1)) menunjukkan
bahwa mereka memiliki peranan fungsional yang penting. Sebagai contoh, interleukin-1
meningkatkan produksi matriks metaloproteinase-9 melalui sitotrofoblast, dan
konsentrasi interleukin-1 pada medium kultur berkorelasi dengan keberhasilan reproduksi
setelah fertilisasi in vitro. Faktor pertumbuhan endotelium vaskular desidual
kemungkinan mempromosikan angiogenesis dan permeabilitas vaskular terlokalisasi,
unsur-unsur lain dalam implantasi. Regulator psikologis juga bisa penting. Sebagai
contoh, tensi oksigen mempromosikan beberapa aspek diferensiasi trofoblast, termasuk
produksi integrin α1β1.
MEKANISME ENDOTEL INJURY
Faktor Peradangan
- Gangguan umum adaptasi inflamatorik intravaskulardisfungsi sel endotel yang
berkaitan dengan preeklamsia.
- Dalam hipotesis ini preeklamsia dianggap sebagai penyakit akibat ekstri leukosit di
dalam sirkulasi ibu.
- Desidua mengandung banyak sel bila diaktifkan
trophoblast
citotropholast cincitiotrophoblast
Remodeling endhothel
Narrow-lumen, high dilated, low
resistance resistance invasi terus berlanjut ke miometrium sehingga
menembus arteri spiralis miometrium.
MATERNAL PHYSIOLOGI
Adaptasi fisiologi, anatomi, dan biokimia pada kehamilan sangatlah besar. Perubahan
tersebut dimulai segera setelah fertilisasi dan berlanjut selama gestasi. Perubahan tersebut
lebih disebabkan sebagai respon terhadap stimulus fisiologi dari fetus.
TRAKTUS REPRODUKSI
A. UTERUS
Pada wanita tidak hamil, uterus memiliki struktur yang hampir padat, berat 70 g,
dan kapasitas 10 mL atau kurang.
Pada kehamilan, uterus berubah menjadi organ muscular yang berdinding
relatif lebih tipis untuk mencukupi kapasitas fetus, plasenta, dan cairan amnion.
Volume totalnya rata-rata 5 L sampai 20 L atau lebih, oleh karena itu pada saat
kehamilan akhir uterus bisa mencapai kapasitas 500 sampai 1000 kali lebih
besar dari aslinya dan beratnya bisa mencapai 1100 g.
Saat kehamilan, pelebaran uterus mencakup peregangan dan hypertrophy sel-
sel otot, sedangkan produksi myocit baru terbatas.
Peningkatan ukuran sel otot disebabkan oleh akumulasi jaringan fibrosa, terutama
pada lapisan otot eksternal, bersamaan dengan peningkatan tinggi pada jaringan
elastis, sehingga memperkuat dinding uterus.
Walaupun dinding corpus uterus menjadi sangat tebal pada awal kehamilan tetapi,
menjadi menipis seiring dengan perkembangan fetus. Uterus berubah menjadi
tipis, lembut, elastis, terbukti dengan mudah terabanya fetus dalam rahim.
Pada awal kehamilan, hipertrofi uterus mungkin distimulasi terutama oleh kerja
estrogen dan mungkin juga progesteron. Hypertrofi uterus pada awal kehamilan
bukan seluruhnya disebabkan oleh regangan atau massa uterus hasil konsepsi
karena pada kehamilan ektopik pun terjadi perubahan uterus yang serupa. Tetapi,
setelah sekitar 12 minggu, peningkatan ukuran uterus lebih disebabkan oleh
tekanan massa uterus hasil konsepsi.
Pelebaran uterus lebih terlihat pada fundus. Pada kehamilan muda, tuba valopi,
ovarium, dan round ligamen hannya menempel sedikit di bawah apeks fundus
uteri, sedangkan pada bulan selanjutnya terletak sedikit di atas bagian tengah
uterus.
Susunan sel otot uterus saat kehamilan:
1. outer hoodlike layer, mencapai fundus dan meluas hingga berbagai ligamen.
2. middle layer, terdiri dari jalinan padat serabut-serabut otot yang dilalui
pembuluh darah dari berbagai arah.
3. internal layer, terdiri dari serabut-serabut seperti spinchter yang mengelilingi
lubang tuba fallopi dan internal os cervic.
Corpus dan fundus semakin menyerupai bola.
Pada beberapa minggu pertama kehamilan, uterus mempertahankan bentuk
aslinya, tetapi seiring dengan perkembangan kehamilannya, corpus dan fundus
semakin berbentuk bulat, pada minggu ke 12 bentuknya hampir menyerupai bola.
Pada akhir minggu ke-12, uterus menjadi terlalu besar untuk tetap terletak
sepenuhnya di dalam pelvis. Uterus semakin membesar, kemudian mulai
menyentuh dinding anterior abdomen, merubah letak intestin menjadi lateral dan
posterior dari uterus. Kenaikan uterus dari pelvis umumnya berotasi ke kanan,
disebut dextrorotation, disebabkan letak rectosigmoid pada sisi kiri pelvis.
Dengan uterus semakin naik, regangannya diatasi oleh broad dan round ligament.
Perubahan kontraksi
Dari sejak trimester pertama, uterus mengalami kontraksi irregular. Pada trimester
kedua, kontraksi ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual yaitu Braxton
Hicks (1872).
Ciri-ciri kontraksi: tidak terprediksi, tidak beritme, dan intensitasnya berfariasi
antara 5-25 mmHg. Sampai akhir bulan kehamilan masin infrequent, tetapi
menjadi sering pada minggu kedua atau satu sebelum kelahiran. Pada waktu ini
kontraksi terjadi setiap 10-20 menit.
Kenaikan aliran darah uteroplasenta
Aliran darah uteroplasenta berfungsi sebagai distribusi makanan dan sampah
antara maternal dan fetus. Terdapat kenaikan darah uteroplasenta sekitar 450-650
mL/menit.
B. CERVIX
Pada awal kehamilan, 1 bulan setelah konsepsi, cervic menjadi ledih lembut
dan membiru, disebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan edema pada
seluruh cervic, bersamaan dengan hypertrofi dan hyperplasia kelenjar cervic.
Perubahan konsistensi mukus cervic, disebabkan oleh adanya progesteron.
Selama kehamilan mukus serviks yang disebarkan dan dikeringkan pada glass
slide dan dilihat di bawah mikroskop terbentuk kristalisasi sedangkan pada mukus
bukan kehamilan terlihat jalinan seperti paku atau jarum-jarum.
C. OVARIUM
Terjadi pemberhentian ovulasi dan penundaan maturasi folikel ovarium.
Hanya terdapat satu corpus luteum yang dipertahankan di ovarium saat
kehamilan. Corpus luteum hanya berfungsi pada minggu ke-6 atau ke-7
kehamilan (4-5 minggu postovulasi).
Decidual reaction
Reaksi desidua di atas dan di bawah permukaan ovarium, menyerupai reaksi
desidua yang terlatak pada stroma endometrium. Hal ini pun terlihat pada bagian
posterior serosa uterus, di atas atau di dalam organ-organ pelvic dan bahkan
organ-organ ekstrapelvic abdomminal. Reaksi ini belum seluruhnya dipahami,
Taussig (1906) dan lainnya menyatakan bahwa penemuan ini disebabkan oleh
cellular detritus dari endometrium yang melewati tuba fallopi.
Peningkatan diameter vaskular ovarium.
Diameter vaskular ovarium melebar saat kehamilan dari 0,9 cm sampai kira-kira
2,6 cm.
Relaxin berfungsi memperbaiki jaringan konektif pada traktus reproduksi,
sehingga membantu saat kehamilan dan saat melahirkan. Relaksin disekresi juga
oleh corpus uteum, decidua, dan plasenta. Relaksin pun disekresi olah jantung dan
peningkatan jumlahnya dapat ditemukan pada gagal jantung.
D. TUBA FALLOPI
Jaringan ototnya mengalami hypertrofi.
Epitelnya menjadi datar (flattened).
KULIT
A. DINDING ABDOMEN
Striae gravidarum
Pada akhir kehamilan, garis-garis kemerahan dan sedikit dalam biasanya terdapat
pada kulit sekitar abdomen, bahkan pada daerah dada dan paha.
Diastasis recti
Kadang-kadang, otot-otot dinding abdomen tidak bisa menahan regangan, dan
otot rectus berpisah pada garis tengah, menghasilkan diastasis recti.
B. PIGMENTASI
Linea nigra
Garis tengah abdomen (linea alba) menjadi hiperpigmentasi sehingga menjadi
berwarna hitam kecoklatan.
Chloasma atau melasma gravidarum
Merupakan lipatan irregular kecoklatan dengan berbagai bentuk di sekitar leher
dan wajah. Disebut juga mask of pregnancy.
Hiperpigmentasi pada areolae dan kulit genital.
Hiperpigmentasi ini dipengaruhi oleh tingginya estrogen dan progesteron yang
mempengaruhi melanocyte stimulating hormone (MSH) sehingga melanosit
menghasilkan melanin lebih banyak.
C. PERUBAHAN VASKULAR
Angomas (vascullar spiders) dan palmar erytema, lebih disebabkan oleh kadar
progesteron yang tinggi dalam darah.
PAYUDARA
Perubahana konsistensi dan ukuran payudara
Pada minggu awal, payudara menjadi lebih lembut dan terasa sensasi menggelikan.
Setelah minggu kedua menjadi membesar dan membulat disebabkan hipertrofi
alveolus mamae, vena-vena menjadi terlihat, nipple membesar, lebih gelap dan lebih
erectile.
Setelah beberapa bulan akan keluar collostrum (cairan kekuningan) apabila dilakukan
pemijitan, areola semakin meluas dan lebih gelap.
Glands of Montgomery
Sejumlar garis peninggian areora yang mana merupakan hipertropi kelenjar
sabaceous.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh tingginya kadar estrogen dan progesteron
yang memiliki fungsi deposit lemak, pertumbuhan kelenjar-kelenjar air susu.
PERUBAHAN METABOLIK
A. PENINGKATAN BERAT BADAN
Kenaikan berat badan pada ibu hamil disebabkan oleh pembesaran uterus dan
massa di dalamnya, payudara, kenaikan volume darah dan cairan ekstravaskular,
peningkatan cellular water, deposisi lemak dan protein sebagai cadangan makanan
maternal.
Rata-rata kenaikan berat badan pada ibu hamil adalah 12,5 kg.
B. METABOLISME AIR
Kenaikan penyimpanan air saat kehamilan merupakan perubahan fisiologis
normal. Penyimpanan atau penahanan air ini diperantarai oleh jatuhnya
osmolalitas plasma kira-kira 10 mOms/kg yang disebabakan oleh perubahan
Threshold osmotik dan sekresi vasopresin.
Air pada fetus, plasenta, dan cairan amnion berjumlah sekitar 3,5 L. Akumulasi 3
L lainnya disebabkan oleh peningkatan pada volume darah maternal, ukuran fetus
dan payudara. Jadi, jumlah minimum air extra rata-rata bertambah 6,5 L pada
kehamilan.
C. METABOLISME PROTEIN
Janin, uterus, dan darah maternal biasanya kaya akan protein daripada lemak dan
karbohidrat
Berat fetus dan plasenta adalah sekitar 4 kg dan mengandung rata-rata 500gr
protein.
500 gr protein terdiri dari : protein kontraktil pada uterus, kelenjar mamae, Hb
dan protein plasma pada darah maternal
D. METABOLISME KARBOHIDRAT
Kehamilan normal setara dengan Hypoglikemia pada puasa ringan, postprandial
hyperglikemia dan hyperinsulinemia.
Pada kehamilan, setelah makan akan tejadi hyperglikemia dan hyperinsulinemia
yang panjang. Respon ini dikaitkan dengan resistensi insulin perifer dengan
tujuan memastikan suplai glukosa ke fetus. Kerja insulin lebih redah 50-70 % dari
wanita normal tidak hamil.
Mekanisme resistensi insulin belum seluruhnya dimengerti. Progesteron dan
estrogen mungkin berpengaruh terhadap resistensi insulin ini baik secara langsung
atau tidak. Selama kehamilan, jumlah lactogen plasenta plasma meningkat,
protein ini digolongkan pada hormon yang memiliki aktifitas serupa dengan
aktifitas hormon pertumbuhan yang menyebabkan peningkatan lipolisis dengan
pembebasan asam lemak bebas. Peningkatan konsentrasi asam lemak bebas yang
bersirkulasi menyebabkan peningkatan resistensi jaringan terhadap insulin.
Wanita hamil merubah dengan cepat kadar glukosa postprandial (setelah makan)
menjadi mempertahankan kadar glukosanya pada tingkat puasa dengan
menurunkan kadar glukosa dan asam amino seperti alanin.
E. METABOLISME LEMAK
Konsentrasi lipid, lipoprotein, dan apolipoprotein dalam plasma meningkat pada
masa kehamilan.
Penyimpanan lemak meningkat terutama pada pertengahan kehamilan.
Pada akhir kehamilan, seiring dengan meningkatnya kebutuhan nutrisi fetus,
cadangan lemak maternal menurun.
Progesteron mungkin bekerja mengatur lipostat pada hipotalamus, di akhir
kehamilan lipostat kembali pada tingkat nonpregnant dan tambahan lemak hilang.
Penyimpanan lemak pada wanita hamil berfungsi melindungi maternal dan fetus
saat kelaparan yang berkepanjangan atau saat melakukan aktifitas berat.
Leptin yang disekresi oleh plasenta meregulasi lemak tubuh dan pengeluaran
energi.
PERUBAHAN HEMATOLOGI
A. VOLUME DARAH
Volume darah maternal selama kehamilan mengalami peningkatan.
Studi pada wanita normal, volume darah lebih tinggi 40-45 % pada wanita hamil
dibandingkan dengan wanita tidak hamil.
Tingginya volume darah saat kehamilan, memiliki 3 fungsi:
1. untuk menenuhi permintaan uterus yang membesar dengan hipertrofi sistem
vaskularnya.
2. untuk melindungi ibu dan juga fetus, melawan pengaruh-pengaruh yang
mengganggu venous return pada posisi terlentang dan tegak.
3. untuk memberikan keamanan terhadap ibu ketika kehilangan banyak darah
saat melahirkan.
Volume darah maternal mulai meningkat pada trimester pertama. Meningkat
dengan cepat pada trimester kedua. Pada trimester ketiga peningkaannya
melambat dan mencapai garis plateu pada beberapa minggu terakhir kehamilan.
Terjadi hiperplasia sedang eritroid pada sumsum tulang, jumlah retikulosit sedikit
meningkat. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan jumlah eritropoietin
plasma.
B. KONSENTRASI HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT
Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit menurun.
Walaupun eritropoiesis meningkat, konsentrasi hemoglibin dan hematokrit sedikit
menurun pada kehamilan normal, sehingga menyebabkan viskositas darah
menurun.
C. METABOLISME IRON
Penyimpanan besi:
1. jumlah iron besi: wanita: 2-2,5 g
laki-laki: 4g
2. jumlah penyimpanan: wanita: 300mg
laki-laki: 300 mg
Kebutuhan besi: 1000 mg.
300 mg fetus
200 mg hilang pada rute normal
500 mg sirkulasi eritrosit
Pada pertengahan kedua usia kehamilan
Kehilangan darah saat melahirkan hanya setengahnya yang hilang
E. KOAGULASI
Koagulasi pada kehamilan meningkat karena jumlah fibrinogen meningkat.
Konsentrasi neutrofil plasma menurun disebabkan karena hemodilution.
SISTEM KARDIOVASKULAR
Perubahannya mulai terjadi pada minggu ke delapan kehamilan.
Diafragma naik 4 cm merubah letak jantung bagian apeks menjadi lebih ke
kiri dan ke atas, ukuran ventrikel kiri membesar, menyebabkan kecepatan
denyut saat istirahat meningkat sekitar 10 denyut per menit sehingga cardiac
output meningkat. Cardiac output meningkat pada minggu ke-5.
Perubahan suara jantung.
Suara jantung pertama menjadi lebih keras, suara jantung ke-2 tidak ada
perubahan, dan suara jantung ke-3 mudah didengar dan keras.
Tekanan darah arteri dan resistensi vascular menurun sedangkan volume darah,
berat badan maternal, dan basal metabolic rate meningkat.
TRAKTUS RESPIRATORY
Diaphragama naik sekitar 4 cm saat kehamilan. Subcostal angel melebar karena
diameter transversal thoracic cage meningkat sekitar 2 cm. Lingkar thoracic
meningkat sekitar 6 cm tetapi tidak cukup untuk mencegah penurunan volume
residual paru-paru.
A. PULMONARY FUNCTION
Volume tidal, minute ventilatory volume, dan minute oxygen uptake meningkat
secara signifikan seiring dengan perkembangan kehamilan.
Fungtional residual capacity dan residual volume menurun akibat dari
kenaikan diaphragma.
Airway conductance meningkat dan total pulmonary resistance menurun,
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas progesteron.
Perbedaan maternal arterivenous oxygen menurun.
Hal ini disebabkan oleh jumlah oksigen yang dialirkan pada paru-paru dengan
meningkatnya volume tidal melebihi kebutuhan oksigen saat kehamilan
sedangkan jumlah hemoglobin dalam sirkulasi, dan kapasitas pengangkutan
oksigen menurun.
Oksigen pada aliran arteri wanita hamil lebih rendah dari pada wanita
setelah kehamilan.
Walaupun cardiac output meningkat secara signifikan sesuai dengan keadaan
kehamilan normal, pengaruhnya terhadap pengiriman oksigen ditiadakan oleh
kandungan hemoglobin yang rendah.
B. KESEIMBANGAN ASAM-BASA
Meningkatnya keinginan bernafas.
Peningkatan frekuensi bernafas yang kemudian menurunkan tekanan CO 2 saat
kehamilan diinduksi oleh tingginya progesteron. Aktifitas progestin secara
langsung mempengaruhi pusat respiratory. Untuk mengimbangi alkalosis
respiratori, bikarbonat dalam plasma menurun dari 26 sampai sekitar 22 mmol/L.
Sehingga pH darah meningkat walaupun sedikit.
SISTEM URINARY
A. GINJAL
Ukuran ginjal sedikit membesar.
Disebabkan karena kerja ginjal saat kehamilan lebih berat seiring dengan
meningkatnya volume darah.
Kecepatan filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate) dan aliran plasma ginjal
(renal plasma flow) meningkat.
Kallikrein, protease jaringan yang disintesis pada tubulus renal distal mengalami
peningkatan.
Meningkatnya jumlah berbagai nutrisi dalam urin.
Kreatinin dan urea serum menurun.
Creatinine clearence pada kehamilan meningkat 30%.
Glucosuria
Peningkatan filtrasi glomerulus disertai dengan ketidakseimbangan kapasitan
reabsorpsi tubulus untuk memfiltrasi glukosa berperan dalam kebanyakan kasus
glikosuria. Walaupun glikosuria pada wanita hamil merupakan hal yang normal,
tetapi tetap harun mewaspadai adanya diabetes mellitus.
B. URETER
Ureter tertekan pada pelvic brim oleh peningkatan ukuran uterus.
Dilatasi ureter
Schulman dan Herlinger menemukan dilatasi ereter bagian kanan lebih besar 86%
pada penelitian wanita hamil. Ketidaksamaan dilatasi ini mungkin disebabkan
oleh adanya bantalan colon sigmoid pada ureter kiri dan mungkin juga disebabkan
oleh lebih besarnya tekanan pada ureter kanan akibat dari dextrorotasi uterus.
Dilatasi ureter kanan pun disebabkan oleh kompleks vena ovarium bagian kanan
yang mengalami dilatasi saat kehamilan dan terletak pada ureter kanan.
C. BLADDER
Peningkatan trigone bladder dan penebalan bagian sisi posteriornya.
Kecenderungan sering buang air kecil.
Peningkatan tekanan bladder dan penurunan kapasitas bladder yang disebabkan
oleh tekanan pembesaran uterus, diseimbangkan oleh pemanjangan bladder.
TRAKTUS GASTROINTESTINAL
Lambung dan usus mengalami perubahan letak disebabkan pelebaran uterus.
Apendiks menjadi terletak di bagian atar lateral.
Pyrosis (heart burn), disebabkan oleh refluks sekresi zat asam pada lower esophagus.
Gusi menjadi lebih lembut dan dapat terjadi hyperemic.
Hemorhoid, disebabkan oleh konstipasi dan peningkatan tekanan vena di bawah
uterus yang melebar.
Diameter vena porta hati dan aliran darahnya meningkat, tetapi ukuran hatinya tetap.
Serum aspartat transaminase, alanin transaminase, γ-glutamyl transferase, dan
bilirubin sedikit menurun.
Konsentrasi serum albumin sedikit menurun.
Pada kehamilan tua, konsentrasi albumin 3,0 g/dL dibandingkan dengan konsentrasi
albumin pada wanita tidak hamil 4,3 g/dL. Sedangkan total albuminnya meningkat
karena volume darah wanita hamil lebih tinggi daripada wanita tidak hamil.
Penurunan konsentrasi serum albumin diikuti dengan peningkatan sedikit konsentrasi
globulin menyebabkan penurunan rasio albumin terhadap globulin.
Aktivitas leucine aminopeptidase meningkat.
Merupakan enzim spesifik pada kehamilan. Kehamilan menstimulus aminopeptidase
memiliki aktivitas oksitokinase dan vassopresinasse.
Daya kontraksi gallbladder menurun.
Diperkirakan disebabkan oleh aktivitas progesteron yang menghambat
cholecystokinin yang menengahi stimulus terhadap otot polosnya, yang merupakan
regulator utama kontraksi gallblader. Ketidakseimbangan kontraksi gallblader
menyebabkan stasis dan dihubungkan dengan peningkatan saturasi cholesterot saat
kehamilan.
SISTEM ENDOKRIN
A. KELENJAR HIPOFISIS
Kelenjar hipofisis membesar sekitar 135 %, diduga cukup untuk menekan optik
chiasma sehingga dapat menyebabkan gangguan atau kelainan penglihatan.
Pada trimester pertama, growth hormone disekresi terutama oleh kelenjar
hipofisis maternal. Pada minggu ke-8, growth hormone yang disekresi oleh
plasenta mulai tedeteksi. Pada minggu ke-17, plasenta merupakan sumber utama
growth hormone.
Prolaktin meningkat saat kehamilan. Setelah melahirkan, konsentrasi prolaktin
plasma menurun bahkan pada wanita yang menyusui. Stimulasi estrogen
meningkatkan jumlah sel-sel laktotrof pada hipofisis anterior dan dapat
menstimulus pelepasan prolaktin dari sel-sel ini.
B. KELENJAR TIROID
Perubahan kelenjar tiroid pada kehamilan disebabkan oleh 3 hal:
1. kehamilan menginduksi peningkatan protein transport tiroksin utama,
thyroxine-binding-globulin, sebagai respon terhadap kadar tinggi estrogen.
2. beberapa faktor-faktor penstimulus tiroid dihasilkan oleh plasenta dalam
jumlah besar.
3. kehamilan disertai dengan penurunan iodida. Hal ini disebabkan oleh
peningkatan eksresi dan renal clearence yang menyebabkan defisiensi iodin.
Thyroid sedikit membesar karena hiperplasia glandular dan peningkatan
vaskularitas.
Glinour dan rekan-rekannya (1990) menemukan rata-rata kenaikan volume
thyroid pada awal trimester adalah 12,1 mL sampai 15,0 mL saat kelahiran.
C. KELENJAR PARATIROID
Regulasi konsentrasi kalsium erat hubungannya dengan magnesium, posfat,
hormon paratiroid, vitamin D, dan fisiologi kalsitonin.
Hormon Paratiroid dan Kalsium
Penurunan kalsium dan magnesium plasma menstimulus sekresi hormon
paratiroid, sedangkan tingginya kalsium dan magnesium plasma menekan sekresi
hormon paratiroid.
Kerja hormon paratiroid terhadap resorpsi tulang, absorpsi usus, dan reabsorpsi
tubulus ginjal adalah untuk meningkatkan calsium pada cairan extraselular dan
menurunkan posfat.
Pada trimester pertama kehamilan, hormon paratiroid menurun dan kemudian
meningkat tajam seiring dengan perkembangan kehamilan. Peningkatan ini
disebabkan oleh rendahnya konsentrasi kalsium. Rendahnya konsentrasi kalsium
disebabkan oleh tingginya volume darah, peningkatan kecepatan filtrasi
glomerulus, dan transfer kalsium antara maternal-fetus. Estrogen pun memblok
kerja hormon paratiroid pada resorpsi tulang.
Kalsitonin dan Kalsium
Calsium dan magnesium meningkatkan biosintesis dan sekresi kalsitonin.
Kerja kalsitonin umumnya adalah bertentangan dengan hormon paratiroid yaitu
menjaga kalsifikasi skeletal saat calsium stress.
Kehamilan dan laktasi menyebabkan calsium stress, dan pada saat itu level
kalsitonin lebih tinggi daripada wanita tidak hamil.
Level vitamin D serum ditingkatkan saat kehamilan normal.
D. KELENJAR ADRENAL
Pada kehamilan normal, kelenjar adrenal maternal menjadi kecil.
Cortisol
Konsentrasi cortisol yang bersirkulasi meningkat, tetapi sebagian besar
diantaranya diikat oleh cortisol-binding-globulin, atau transcortin. Kecepatan
sekresi cortisol adrenal tidak berubah dan mungkin menurun bila dibandingkan
dengan wanita tidak hamil. Kecepatan clearence metabolik kortisol pun menurun.
Pada awal kehamilan, corticotropin (ACTH) menurun. Seiring dengan
perkembangan kehamilan, level ACTH dan cortisol meningkat.
Aldosteron
Pada minggu ke-15, adrenal maternal mensekresikan peningkatan jumlah
aldosteron. Pada trimester ke-3, sekitar 1 mg/hari disekresikan. Apabila intake
sodium dibatasi renin dan angiotensin II meningkat sekresi aldosteron
meningkat menberikan proteksi melawan efek-efek natriuretic dari progesteron
dan atrial natriuretic peptida.
SISTEM LAINNYA
A. SISTEM MUSKULOSKELETAL
Progressive lordosis, lordosis menggeser pusat gravity punggung di atas
ekstrimitas bawah. Menyebabkan rasa sakit, kaku, dan lemah pada ekstrimitas
atas.
Peningkatan mobilitas sacroiliac, sacrococcygeal, dan pubic joint. Mobilitas
sendi dikaitkan dengan perubahan postur maternal, dan menyebabkan
ketibaknyamanan pada bagian punggung, terutama pada masa akhir kehamilan.
B. MATA
Tekanan intraocular menurun saat kehamilan. Hal ini dihubungkan dengan
peningkatan aliran keluar cairan vitreous.
Penurunan sensitifitas kornea, dengan perubahan yang besar pada kehamilan tua.
Hal ini disebabkan oleh penebalan kornea katena edema.
Permukaan posterior kornea menjadi merah kecoklatan, disebabkan oleh
peningkatan pigmentasi.
2. Preeklamsia
Kriteria minimum
- BP ≥ 140/90 mmHg setelah 30 minggu gestasi
- Proteinuria ≥300mg/24jam atau ≥ +1 dipstick
PRE ECLAMPSIA
A. Definisi
Suatu kelainan yang disebabkan kegagalan fungsi vaskular endothelial yang meluas
dan vasospasme yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan dan bisa terjadi hingga 4-
6 minggu postpartum. Hal ini secara klinis didefinisikan dengan sebagai hipertensi
dan proteinuria dengan ada atau tidaknya edema yang pathologis.
B. Epidemiologi
Hipertensi gestational paling sering terjadi pada wanita nulipara dan wanita yang
lebih tua. Insidensi dipengaruhi oleh paritas(ras dan etnis) dan lingkungan. Biasanya
pada tempat tinggi insidensinya lebih tinggi, dan pada masyarakat yang berekonomi
maju jarang terjadi hipertensi pada kehamilan.
C. Faktor Resiko
- Primigravida dan primipaternitas < 35
Faktor Resiko Hamil Pada Usia Muda Usia 15-19 tahun (remaja) memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami :
i. Anemia
ii. Memiliki janin yang pertumbuhannya terhambat
iii. Persalinan prematurPersalinan lama/partus
iv. Kematian janin
- Kehamilan multipel/kembar
- Riwayat hipertensi kronik
- Usia ibu lebih dari sama dengan 35 tahun
- Obesitas
- Etnis
- Berat badan semakin meningkat akan meningkatkan resiko preeklamsia
RINCIAN
Janin 3,5 kg
Plasenta 1 kg
Air Ketuban 1 kg
Retensi Cairan 1 kg
Rahim 1 kg
Ekstra Darah 1 kg
Pertambahan Payudara 0,5 kg
Lain-lain 2.4 kg
Minggu ke-
10 0,65 kg
Minggu ke-
20 4 kg
Minggu ke-
30 8,5 kg
Minggu ke-
40 12,5 kg
Pada kasus, berat badan awal Ibu tidak disebutkan. Ibu memiliki berat 70
kg dengan tinggi 140 cm pada kehamilan minggu ke-32. Kemungkinan
berat badan awal Ibunya:
70 kg-8,5 kg (Pertambahan BB minggu ke-30) = 61,5
BMI 61,5 kg dengan tinggi 140 cm = (61,5) = 31,3 -> OBESITAS
(1,4)2
Pada Ibu obesitas, dianjurkan untuk bertambahnya berat badan 7 kg. 61,5
kg+7 kg=68,5 kg. 68,5 kg untuk minggu ke 30. Sedangkan Ibu sudah
memasuki minggu ke 32, sehingga bisa disimpulkan bahwa kenaikan berat
badan Ibu pada kasus termasuk normal.
B. Etiologi
Kelainan vaskularisasi plasenta
Iskemia plasenta , radikal bebas ( adamya aktivitas dari peroksida lemak dan
toksik bagi tubuh ) , dan disfungsi endotel
Intoleransi immunologi antara ibu dan janin
Adaptasi kardiovaskular
Factor genetic
Stimulus inflamasi berlebihan karena kerusakan endothelial
Defisiensi gizi ( misalnya diet dan berkaitan dengan berat badan ibu selama masa
kehamilan)
C. Patofisiologi
Pada preeklamsia, hipertensi pada kehamilan kemungkinan timbul pada wanita yang:
Terpajan ke villus korion untuk pertama kalinya
Terpajan ke villus korion dalam jumlah besar (kembar)
Sudah mengidap penyakit vaskuler
Secara garis genetis rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil.
Predisposisi genetik
- Kecendrungan mengidap preklamsia dan eklamsia mungkin diturunkan
- Kerentanan terhadap preeklamsia bergantung pada gen resesif
- Suatu respon hemoral ibu ditunjukan kepada antibody imunoglobolin anti HLA-
DR janin yang mungkin mempengaruhi terjadinya hipertens gestasional.
- Wantia yang memiliki gen angiotensinogen varian t-235 memiliki insiden
hipertensi kehamilan tinggi
- Kegagalan arteri spinalis mengalami remodeling normal membuat seorang wanita
rentan terkena preeklamasia.
Faktor Imunologis
Invasi Trophoblast Yang Berhubungan Dengan Immunologi Hamil Normai Dan Hamil
Disertai Pre Eclampsia
Toleransi kekebalan tubuh ibu untuk paternal berasal antigen plasenta dan janin dibahas
dalam Bab 3, Pertimbangan imunologi dari Fetal Maternal-Interface). Hilangnya toleransi
ini, atau mungkin disregulasi, adalah teori lain dikutip untuk menjelaskan sindrom
preeklampsia. Tentu saja perubahan histologis pada antarmuka ibu-plasenta sugestif
penolakan korupsi akut (Labarrere, 1988).
Beberapa faktor tersebut :
- "Imunisasi" dari kehamilan sebelumnya
- Haplotipe diwariskan untuk HLA-A,-B,-D,-Ia,-II
- Haplotipe diwariskan untuk NK-sel reseptor-juga disebut killer-
imunoglobulin-seperti reseptor-KIR
- Mungkin berbagi kerentanan gen dengan diabetes dan hipertensi kronis
Ada juga data tersebut dapat disimpulkan bahwa menyarankan gangguan sistem
imun.Sebagai contoh, risiko preeklamsia lumayan ditingkatkan dalam keadaan di mana
pembentukan antibodi memblokir situs antigenik plasenta mungkin terganggu.Dalam
skenario ini, kehamilan pertama akan membawa risiko yang lebih tinggi. Toleransi
disregulasi juga mungkin menjelaskan peningkatan risiko ketika beban antigenik ayah
meningkat, yaitu, dengan dua set kromosom ayah-a "dosis ganda." Sebagai contoh,
wanita dengan kehamilan mola memiliki insiden tinggi preeklamsia awal-awal.Selain itu,
wanita dengan trisomi 13 janin memiliki 30 - untuk kejadian 40 persen preeklampsia.
Bdolah dan rekan (2006) menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki kadar serum
faktor antiangiogenik. Gen untuk satu faktor ini, sFlt-1, adalah pada kromosom 13.
Sebaliknya, wanita yang sebelumnya terkena antigen paternal, seperti sebelum
kehamilan-dengan sama, tetapi tidak berbeda mitra yang "diimunisasi" terhadap
preeklampsia. Fenomena ini tidak seperti nampak pada wanita dengan aborsi
sebelumnya. Strickland dan rekan (1986) mempelajari lebih dari 29.000 kehamilan di
Parkland Hospital dan melaporkan bahwa gangguan hipertensi menurun secara
bermakna, tetapi tidak banyak-22 versus 25 persen-pada wanita yang sebelumnya
mengalami keguguran dibandingkan dengan nulligravidas. Penelitian lain telah
menunjukkan bahwa wanita multipara diresapi oleh permaisuri baru memiliki
peningkatan risiko preeklampsia .
Redman dan rekan (2009) baru-baru ini mengkaji kemungkinan peran
maladaptation kekebalan dalam patofisiologi preeklampsia.Pada awal kehamilan
ditakdirkan untuk menjadi preeklampsia, ekstravili trofoblas mengungkapkan
pengurangan jumlah imunosupresif antigen leukosit manusia G (HLA-G).HLA-G
berperan penting dalam modulasi respon imun sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi
selain itu HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu.
Pada hipertensi menyebabkan menurunya HLA G di desidua plasenta sehingga
menghambat invasi trofoblast ke dalam desidua. Sehingga desidua menjadi keras , tak
gembur dan vasokontriksi pada arteri spiralis .HLA-G juga merangsang pembentukan
sitokin. Imunogenisitas dari trofoblas, selama kehamilan normal, T-helper (Th) limfosit
yang diproduksi sehingga tipe 2 aktivitas meningkat dalam kaitannya dengan tipe 1-
disebut tipe 2 Bias (Redman dan Sargent, 2008) .Sel Th2 meningkatkan kekebalan
humoral, sedangkan sel Th1 merangsang sekresi sitokin inflamasi.Dimulai pada trimester
awal kedua pada wanita yang mengalami preeklamsia, tindakan Th1 meningkat dan
Th1/Th2 perubahan rasio.Kontributor reaksi inflamasi imunologis dimediasi ditingkatkan
dirangsang oleh mikropartikel plasenta, serta oleh adiposity.
Outermass cell
trophoblast
citotropholast cincitiotrophoblast
Remodeling endhothel
Narrow-lumen, high dilated, low
resistance resistance
invasi terus berlanjut ke miometrium sehingga
menembus arteri spiralis miometrium.
Faktor Peradangan
- Gangguan umum adaptasi inflamatorik intravaskulardisfungsi sel endotel yang
berkaitan dengan preeklamsia.
- Dalam hipotesis ini preeklamsia dianggap sebagai penyakit akibat ekstri leukosit di
dalam sirkulasi ibu.
- Desidua mengandung banyak sel bila diaktifkan
Perubahan endokrin
- Kadar renin, angiotensin II & aldosteron meningkat pada kehamilan
normal
- Pada wanita pre eklamsia, sekresi ANP meningkat, dimana kerja ANP
bertolak belakang dengan aldosteron, sehingga kemampuan untuk
reabsorpsi natrium dan air menurun, sehingga akan menyebabkan tekanan
onkotik mengalami gangguan, sehingga akan menyebabkan cairan akan
keluar dari intravaskuler menuju interstisial yg menyebabkan edema
- Kadar vasopressin hampir sama pada wanita yg tidak hamil, wanita
dengan kehamilan normal, ataupun wanita dengan preeklamsia, walaupun
dua yang terakhir osmolalitas plasmanya menurun
Volume darah
elah diketahui selama hampir 100 tahun, hemokonsentrasi merupakan ciri dari
eklampsia . Pada wanita eklampsia , biasanya hypervolemia yang diperkirakan sangat
dibatasi dan dalam beberapa wanita , bahkan tidak ada. Wanita rata-rata harus memiliki
volume darah hampir 5000 mL selama beberapa minggu terakhir dari kehamilan normal,
dibandingkan dengan sekitar 3500 mL saat tidak hamil. Dengan eklampsia, bisa banyak
atau semua antisipasi kelebihan normal 1500 mL hilang. Hasil hemokonsentrasi seperti
dari vasokonstriksi umumnya mengikuti aktivasi endotel dan kebocoran plasma ke dalam
ruang interstitial karena peningkatan permeabilitas. Pada wanita dengan preeklamsia dan
tergantung pada beratnya, hemokonsentrasi biasanya tidak ditandai. Wanita dengan
hipertensi gestasional tapi tanpa preeklamsia biasanya memiliki volume darah normal
Untuk wanita dengan hemokonsentrasi yang parah, itu pernah diketahui
bahwa penurunan akut hematokrit mensugestikan resolusi preeklampsia. Dalam skenario
ini, hemodilusi berikut penyembuhan endotel dengan kembalinya cairan interstitial ke
dalam ruang intravaskular. Penting untuk mengenali bahwa penyebab substantif
penurunan hematokrit biasanya akibat kehilangan darah saat melahirkan. Ini juga
mungkin sebagian hasil dari penghancuran eritrosit meningkat. Vasospasme dan
kebocoran endotel plasma dapat bertahan untuk jumlah waktu variabel setelah
melahirkan sebagai perbaikan endothelium. Karena ini terjadi , vasokonstriksi
membalikkan dan peningkatan volume darah, hematokrit biasanya turun. Dengan
demikian , wanita dengan eklampsia :
- Terlalu sensitif terhadap terapi cairan kuat yang diberikan dalam upaya
untuk memperluas volume darah dikontrak ke tingkat kehamilan normal .
- Sensitif terhadap jumlah kehilangan darah saat melahirkan yang dianggap
normal untuk seorang wanita normotensif .
Hemolisis
Preeklamsia berat sering disertai dengan bukti hemolisis, yang semiquantified
oleh tingkat serum laktat dehidrogenase meningkat. Bukti lain berasal dari schizocytosis,
sferositosis dan retikulositosis dalam darah perifer. Kekacauan ini bagian dari hemolisis
mikroangiopati disebabkan oleh gangguan endotel dengan adhesi trombosit dan deposisi
fibrin. Peningkatan fluiditas membran eritrosit dengan sindrom HELLP, perubahan ini
karena perubahan lipid serum. Perubahan erythrocytic membran, peningkatan
kelengketan, dan agregasi juga dapat memfasilitasi keadaan hiperkoagulasi.
HELLP Syndrome
Selain hemolisis dan trombositopenia , juga menjadi menghargai bahwa
tingkat serum transaminase hati yang tinggi yang umum ditemukan dengan preeklamsia
berat dan menunjukkan nekrosis hepatoseluler. Disebut kombinasi peristiwa ini sebagai
HELLP sindrom - dan ini sekarang digunakan di seluruh dunia. Aspek dari sindrom
HELLP termasuk dalam kriteria yang membedakan parah dari nonsevere preeklamsia .
Hal ini dibahas lebih lanjut dalam hati.
Pembekuan
Perubahan halus konsisten dengan koagulasi intravaskular , dan kehancuran
yang jarang dari eritrosit , umumnya ditemukan terutama di preeklampsia dan eklampsia.
Beberapa perubahan ini mencakup peningkatan konsumsi faktor VIII , peningkatan kadar
fibrinopeptides A dan B dan produk degradasi fibrin dan penurunan tingkat protein
pengatur - antitrombin III dan protein C dan S. Ada sedikit bukti bahwa kelainan ini
secara klinis signifikan. Kecuali untuk trombositopenia, penyimpangan koagulasi
umumnya ringan. Kecuali ada dikaitkan plasenta, kadar fibrinogen plasma sangat tidak
berbeda dari tingkat yang ditemukan pada kehamilan normal dan produk degradasi fibrin
meningkat hanya sesekali. Penilaian rutin laboratorium koagulasi, termasuk waktu
protrombin, diaktifkan waktu tromboplastin parsial dan kadar fibrinogen plasma,
menjadi tidak perlu dalam pengelolaan - terkait gangguan hipertensi kehamilan.
Brain
Pada kehamilan Normal Terjadi penurunan blood flow ke middle dan
posterior arteri.Pada kehamilan disertai Preeklamsi Terjadi kenaikan / meningkatnya
tekanan perfusi cerebral yang di imbangi oleh meningkatnya resistensi
cerebrovaskular. Mengalami vasopasme cerebral yang di tandai oleh tekanan perfusi
cerebral.
Uteroplasenta
Pada kehamilan normal terjadi peningkatan aliran darah uterus secara progresif
sepanjang masa kehamilan. Peningkatan aliran darah maternal – plasenta terjadi melalui
vasodilatasi. Aliran darah fetus – plasenta bertambah dengan cara pertambahan pembuluh
darah plasenta terus menerus. Pada kehamila disertai Preeklamsi preeklampsi mengalami
gangguan sirkulasi uteroplasenta. Pada preeklampsi ditemukan lesi arteri uteroplasenta
ditandai oleh sell-sell busa kaya lemak yang mencolok. Perubahan-perubahan awal pada
preeklampsi meliputi kerusakan endotel, proliferasi sel miointima , dan ditemukan
akumulasi lipid.
Umbilical Arteri
biasanya memiliki maju mengalir ke seluruh siklus jantung, dan jumlah aliran
meningkat selama diastole sebagai kemajuan kehamilan. Dengan demikian, rasio S / D
menurun, dari sekitar 4.0 pada 20 minggu menjadi 2,0 pada panjang. S / D rasio
umumnya kurang dari 3,0 setelah 30 minggu. Doppler arteri umbilikalis telah mengalami
penilaian yang lebih ketat daripada memiliki setiap tes sebelumnya kesehatan janin
(Alfirevic dan Neilson, 1995).Hal ini tidak dianjurkan untuk skrining kehamilan berisiko
rendah atau komplikasi lain selain pembatasan pertumbuhan. dimana jika lebih dari 3,0
setelah minggu ke 30 dapat di indikasikan adanya penyakit lupus , Diabetes Melitus dan
Hipertensi.
Aplikasi Klinis
Sebuah sumber penting dari kesalahan ketika menghitung aliran atau
kecepatan adalah sudut antara gelombang suara dari transduser dan aliran
dalam kapal-disebut sudut insonation dan disingkat theta-.Karena kosinus
adalah komponen dari persamaan, kesalahan pengukuran menjadi besar bila
sudut insonation tidak dekat dengan nol, dengan kata lain, ketika aliran darah
tidak datang langsung menuju atau jauh dari transduser.Dengan demikian,
rasio digunakan untuk membandingkan komponen gelombang yang berbeda,
yang memungkinkan cosinus untuk membatalkan keluar dari persamaan.Yang
paling sederhana adalah rasio sistolik-diastolik (S / D ratio), yang
membandingkan maksimum (puncak) aliran sistolik dengan aliran diastolik
akhir, sehingga mengevaluasi impedansi hilir mengalir
F. Kriteria Preeclampsia
KOMPLIKASI PREEKLAMPSIA
ECLAMPSIA
Dianggap sebagai komplikasi preeklamsia berat, umumnya didefinisikan sebagai
onset baru dari aktivitas kejang grand mal dan atau gejala koma dijelaskan selama
kehamilan atau melahirkan pada wanita dengan tanda gejala preeklamsia. Terjadinya
kejang yang tidak disebabkan oleh hal lain pada seorang yang mengalami
preeklamsia.
Pencegahan Eklamsia:
Kriteria wanita yang seharusnya diberikan magnesium sulfat untuk pencegahan eklamsia:
Pada wanita dengan hipertensi awitan baru yang disertai proteinuria, diperlukan
setidaknya satu di antara kriteria berikut:
- Tekanan sistolik lebih dari atau sama dengan 160, tekanan diastolik lebih dari atau
sama dengan110
- Proteinuria lebih dari atau sama dengan 2+ pada pengukuran spesimen urin hasil
kateerisasi dengan carik celup.
- Kreatinin erum > 1,2 mg/dl
- Hitung trombosit <100.000
- Kadar AST meningkat dua kali liat melebihi batas kisaran normal
- Stokomata atau nyeri kepala persisten
- Nyeri kuadran kanan atas atau pertegahan epigastrium yang menetap.
Ketika seorang wanita hamil datang dengan kejang, kita harus memastikan kejang
tersebut adalah eklamsia. Diagnosis banding dari eklamsia adalah epilepsi, ensefalitis,
meningitis, tumor otak, sistiserkosis, dan rupturnya aneurism otak.
Perawatan Eklampsia
Perawatan eklampsia yang utama adalah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital,
yang harus selalu diingat Airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan mencegah
hipoksemia dan asidemia mencegah trauma pada pasien pada waktu kejang,
mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi, melahirkan janin
pada waktu yang tepat dan cara yang tepat
Pengobatan
medikamentosa
Perawatan
edema paru
- Obat
ObatAntikejang
antikejangyang
Obat efektiv dalam mencegah danPerawatan
dan paling Perawatan mengobati kejang adalah
pada koma
anti magnesium
hipertensi sulfat, waktu
jika masih sulit diatasi bisa menggunakan tiopental, namun
kejang
magnesium sulfatlah yang dirasa paling aman. (dijelaskan di bawah)
- Obat antihipertensi (di jelaskan di bawah)
MAGNESIUM SULFAT
Merupakan obat antikejang. Tidak menimbulkan depresi sistem saraf pusat pada ibu
dan janin. Diberikan melalui Intravena (infus kontinyu) dan Intramuskular ( injeksi
intermiten). Diberikan pada persalinan dan 24 jam postpartum. Indikasi untuk
mengobati kejang pada ibu hamil dan bukan diberikan untuk mengobati hipertensi.
Efek antikejang kepada korteks serebri. Efek antikejang ini disebabkan oleh blokade
influks kalsium neuron melalui saluran glutamat.
PERAWATAN KOMA
Tindakan pertama adalah mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka.
Hal yang kedua yang perlu diperhatikan adalah bahwa penderita koma akan
kehilangan refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan
lambung sangat besar. Oleh karena itu, semua benda yang ada dalam rongga
mulut dan tengorokan, baik berupa lendir atau sisa makanan harus segera dihisap
intermitten.
Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai “glasgow coma scale”.
Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin, dapat diberikan melalui Naso
gastric tube (NGT) dan Perawatan edema paru.
Penderita dirawat di ICU karena membutuhkan perawatan animasi dengan
respirator.
Pengobatan
obsetrik
Pada persalinan wanita eklamsi, dibutuhkan persediaan darah karena pada wanita eklamsi
mudah dan rawan kehilangan banyak darah.
Induksi persalinan
CAIRAN INFUS pervaginam
Fungsi untuk:
o Mempertahankan kebutuhan air, elektrolit dan kalori
o Memperbaiki volume
o Penggantian kehilangan yang sedang berlangsung
berhasil Tidak berhasil
Pemilihan cairan tergantung status volume pasien dan jenis kelainan konsentrasi
atau komposisi yang ada.
Volume plasma harus dipulihkan cepat untuk memperbaiki hantaran oksigen.
Persalinan Persalinan
Komposisi cairan yang sering digunakan caesar
pervaginam
Na+ K+ Ca+++ Mg++ Cl- HCO3- HPO₄- Energi(kal)
ECF 142 4 2,5 1,5 103 27 3 -
Ringer laktat
(larutan hartman) 130 4 3 - 109 29 - -
Natrium Klorida
0,9% 154 - - - 154 - - -
Dekstrosa 5 % - - - - - - - 200/L
Ringer’s lactate
Disebut juga larutan Hartman.
Merupakan larutan steril kalsium klorida, kalium klorida, natrium klorida, dan natrium
lactate dalam cairan suntik yang diberikan sebagai cairan dan pengisi elektrolit melalui
infuse intravena.
Mengandung 130 mmol natrium,109 klorida, 28mmol laktat.
Lactate ringer solution diberikan secara rutin dengan kecepatan 60 – 125 mL/jam,
kecuali apabila terjadi pengeluaran cairan tidak lazim melalui muntah, diare, atau
diaforesis atau yang lebih mungkin pengeluaran darah berlebihan saat melahirkan.
Memiliki efek minimal terhadap cairan dan pH bila dalam jumlah besar.
Kerugian natriumnya lebih rendah dari plasma.
Jarang menimbulkan masalah.
- Pada kasus, penggunaan ringer laktat tidak tepat, karena larutan ringer laktat
dapat menyebabkan semakin banyaknya cairan di dalam ekstravasuler. Hal ini
dapat memperburuk keadaan pasien yang sudah edema ekstrimitas, bisa menjadi
edema paru-paru dan otak.
DEKSTROSA
Dapat diberikan jika dalam keadaan kekurangan kalori
Resusitasi Berhasil : Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal
atau sesudah ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
Resusitasi belum/kurang Berhasil : Bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2
menit belum bernapas atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau
pada pemantauan didapatkan kondisi nya memburuk.
Resusitasi tidak Berhasil : Sesudah ventilasi 20 menit, bayi tidak bernapas.
1. Resusitasi Berhasil
Bayi segera dibawa ke routine care.
Konseling :
o Bicaralah dengan ibu dan keluarga bayi tentang resusitasi yang telah
dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
o Ajari ibu untuk menilai keadaan pernapasan bayi dan kehangatan bayi.
Bila ditemukan kelainan segera hubungi bidan.
o Anjurkan ibu member ASI segera kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan menggunakan banyak energy. Dengan member ASI segera,
bayi memperoleh energy yang dibutuhkan.
o Anjurkan ibu menjaga bayi tetap hangat dengan melakukan metode
Kanguru.
o Jelaskan kepada ibu bayi dan keluarga mengenali tanda-tanda bahaya BBL
dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami
tanda-tanda bahaya tersebut.
Asuhan Neonatal :
o Pantau bayi minimal 2 jam pertama.
1. Bila pernapasan bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada
ibunya.
2. Letakkan bayi di dada ibu (kontak kulit ke kulit) dan selimuti
keduanya dengan kain hangat agar bayi tetap hangat.
3. Anjurkan ibu menyusui bayinya sambil membelai bayinya.
4. Lakukan asuhan neonatal normal termasuk vitamin K1 injeksi 1 mg
IM (1 tablet = 5 mg) dan antibiotic salep mata.
o Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam
pertama :
1. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi:
Tarikan dinding dada ke dalam, napas megap-megap, frekuensi napas
<30 x atau >60 x per menit.
2. Bayi kebiruan atau pucat.
3. Bayi lemas.
o Pantau juga bayi yang berwarna pucat walaupun tampak bernapas normal.
Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering.
Tunda memandikan bayi sampai dengan 6 – 24 jam.
o Bila kondisi bayi memburuk.
Segera dirujuk.
2. Resusitasi belum/kurang Berhasil, Bayi perlu Rujukan
Konseling:
o Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
o Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (bila mungkin) tentang
keadaan bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga bila ibu baru saja
melahirkan.
o Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama
rujukan.
Asuhan Neonatal:
Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu
tubuh) dan catatan medik.
o Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi
dalam posisi “metode Kanguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi
dalam satu selimut.
o Lindungi bayi dari sinar matahari.
o Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya member ASI segera kepada bayinya,
kecuali pada keadaan gangguan napas dan kontra indikasi lainnya.
Konseling:
Dukungan Moral:
o Bicaralah dengan ibu bayi dan keluarganya tentang tindakan resusitasi dan
kematian bayinya.
o Jawablah setiap pertanyaan yang diajukan. Berikan asuhan terhadap ibu
bayi dan keluarganya dengan tetap memperhatikan nilai budaya/kebiasaan
setempat. Tunjukkan kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa
yang mereka inginkan terhadap bayi yang telah meninggal.
o Ibu bayi mungkin merasa sedih bahkan menangis. Perubahan hormone
setelah kehamilan mungkin menyebabkan perasaan ibu sangat sensitive,
terlebih karena bayi meninggal. Bila ibu ingin mengungkapkan
perasaannya, ajak bicara dengan orang terdekat atau bidan.
o Jelaskan kepada ibu dan keluarganya bahwa: ibu memerlukan istirahat,
dukungan moral dan makanan bergizi. Dan sebaiknya ibu tidak mulai
bekerja kembali dalam waktu terlalu cepat.
Asuhan Ibu:
Payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari. Mungkin ibu juga mengalami
demam selama 1 atau 2 hari. Ibu dapat mengatasi masalah pembengkakan
payudara dengan melakukan hal berikut :
Anjurkan ibu untuk control nifas dan ikut KB secepatnya (dalam waktu 2 minggu).
Ovulasi bisa cepat kembali terjadi karena ibu tak menyusui bayi. Banyak ibu yang tidak
menyusui akan mengalami ovulasi kembali setelah 3 minggu post partum/pasca
persalinan
ASPHYXIA
1.Definisi :
Dorland : perubahan patologis yang di sebabkan oleh kurang nya oksigen dalam udara
pernafasan, yang mengakibatkan Hipoxia dan Hiperkapnia.
Betz sowden : Asphyxia perinatal merupakan suatu kondisi dimana bayi tidak bisa
bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir.
2.Faktor resiko :
-Gawat janin -Persalinan sulit/traumatis
-Bayi premature -ibu mendapatkan anestesi umum, petidin.
-presentasi janin abnormal
3.Karakteristik (AOP) :
a.Asidosis (PH<7.00)
b.skor APGAR 0-3 menetap lebih dari 5 menit.
c.Manifestasi Neurologik : kejang,koma
d.didapatkan disfungsi multiorgan
Pemeriksaan pernafasan,
denyut jantung dan warna
oksigen
Perawatan berlanjut
Memberikan ventilasi tekanan-
positif
Pertimbangan untuk intubasi
Pemberian epinefrin
Pertimbangan untuk intubasi
3. Pemeriksaan
Pengukuran Tinggi Fundus
Panjang uterus maningkat dari 7 cm sampai dengan 35 cm dan beratnya bertambah 20
kali juga volumenya berkembang 500-1000 kali. Oleh karena itu ukuran uterus harus
selalu di evaluasi pada saat prenatal care untuk menentukan apakah kehamilan
berlangsung dengan baik. Kebanyakan pengukuran dilakukan dengan memperkirakan
tinggi fundus pada abdomen.
Interpretasi :
(-) Jika tidak ada perbedaan antara tabung 1 dan 2,kada
protein 5mg/dL atau kurang
(Trace) Jika tampak jelas adanya kekeruhan kadar protein20
mg/dL
(+) Tampak jelas kekeruhan tetapi tidak dijumpai granulasi,
kadar proein 50 mg/Dl
( ++ ) Kekeruhan dengan disertai granulasi tetapi tidak
dijumpai gumpalan, kadar proein 200 mg/Dl
( +++ ) Kekeruhan dengan granulasi dan disertai gumpalan,
kadar protein 500 mg/Dl
(++++ ) Penggumpalan dari protein yang ada atau
penggumpalan yang solid, kadar protein 1 g/dL
Amniotic Fluid Index
Tujuan : Untuk memperkirakan volume cairan amnion pada uterus untuk menentukan
kesejahteraan janin. Biasanya dalam bentuk cm dan ditentukan oleh pemeriksaan
ultrasound pada uterus.
Teknik
Uterus dibagi mwnjadi 4 kuadran imajiner dengan linea nigra dan umbilicus yang
berperan sebagai sumbu vertikalis horizontal
Pocket terdalam tanpa umbilical cord dan bagian-bagian fetal dihitung dalam dimensi
vertical
Perhitungan dari 4 pocket dalam sentimeter
Jumlah dari seluruh kuadran sama dengan AFI
Hasil
AFI 8-18 cm Normal
AFI <5-6 cm Oligohidramnion
AFI >20-24 cm Polihidramnion
Grade Placenta
Grade plasenta ini dilakukan untuk mengukur kematangan dari plasenta .Plasenta pada
normalnya bisa dilihat pada minggu ke 12 melalui USG.Penampakan dari plasenta dapat
di bagi menjadi beberapa kelas yaitu :
Grade 0 : Bentuk plasenta homogenuos dan di batasi oleh garis tegas dari chrinic
plate.Usia plasenta biasanya < 30 minggu (Trimester pertama sampai awal
trimester ke dua).
Grade 2 : Bentuk plasenta seperti koma dan umur plasenta < 32 minggu.
APGAR
APGAR skor adalah suatu sistem penilaian yang berguna untuk mengidentifikasi
neonatus yang membutuhkan resusitasi serta menilai efektivitas setiap tindakan resusitasi.
Dalam kata lain APGAR skor ini untuk menilai keadaan umum bayi setelah lahir dan
untuk mengetahui apakah bayi ini menderita asfiksia atau tidak.
Ada 5 karakteristik yang dinilai :
Karakteristik 0 Poin 1 Poin 2 Poin
Denyut Jantung Tidak ada < 100x / menit ≥ 100x / menit
Lambat, tidak
Usaha Bernafas Tidak ada
teratur
Beberapa extrimitas
Tonus Otot Lunak Gerakan aktif
flexi
Reflex terhadap
Tidak ada respon Meringis Menangis aktif
rangsang
Badan warna merah
Merah muda
Warna Kulit Biru pucat muda, alat gerak
seluruhnya
biru
Setiap karakteristik diberi poin 0 – 2. Nilai total berdasar jumlah ke 5 komponen tersebut,
ditentukan pada menit ke -1 dan menit ke -5 setelah melahirkan.
- Skor APGAR menit ke -1 mencerminkan kebutuhan resusitasi segera
- Skor menit ke -5, khususnya perubahan antara menit ke -1 dan menit ke- 5
merupakan indeks efektivitas yang berguna terhadap upaya resusitasi. Dan juga
melihat prognosis kelangsungan hidup bayi.
Chest X – Ray
Pemeriksaan secara umum CXR adalah :
- Untuk melihat abnormalitas congenital ( jantung, vascular )
- Untuk melihat adanya trauma ( pneumothorac, haemothorax )
- Untuk melihat adanya infeksi ( tuberculosis )
- Untuk melihat keadaan jantung
- Untuk melihat paru- paru
Sumber x-ray diposisikan sehingga x-ray masuk melalui posterior dari thorax dan
keluar dari anterior dimana x-ray terdektesi.
Pasien berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan dektektor x-ray
sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan pancaran x-
ray ditransmisikan ke pasien
b. Anteriorposterior
Posisi sumber x-ray dan dektektor berkebalikan dengan PA. Ap cxr lebih sulit
diinterpretasikan dibandingkan dengan PA dan digunakan pada pasien yang tidak
bisa bangun
c. Lateral
Ganbarab lateral sama seperti cara pengambilan dengan PA, tetapi pada lateral
pasien dan mengangkat kedua tangan naik dan sisi kiri thorax ditekan ke
permukaan datar.
Neonates matur
+1 gelembung sangat kecil, 20% risiko HMD
+2 gelembung atau > 1/3 permukaan
+3 gelembung pada seluruh permukaan 1% risiko HMD
+4 gelembung menutupi permukaan dan membentuk cincin ( matur )
IIMC
“Wahai para pemuda, barang siapa dari kalian mampu memberi nafkah maka hendaknya
dia menikah karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.
Barang siapa belum mampu maka hendaknya dia berpuasa karena ia adalah kendali
baginya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Asupan nutrisi yang baik untuk Ibu hamil
Nutrisi dan gizi yang baik ketika kehamilan berlangsung sangat membantu
ibu hamil dan janin dalam menjalani hari-hari kehamilannya. Tentunya ibu
hamil dan janin akan tetap sehat. Selama kehamilan, kebutuhan nutrisi akan
meningkat sepeti kebutuhan akan kalsium, zat besi serta asam folat. Ibu hamil
haruslah di beri dorongan agar mengkonsumsi makanan yang baik nan
bergizi, ditambah kontrol terhadap kenaian berat badannya selama kehamilan
berlangsung. Kenaikan berat badan yang ideal berkisar antar 12-15 kilogram.
Agar perkembangan janin berjalan dengan baik, dan ibu hamil dapat
menjalani hari-hari kehamilannya dengan sehat, makan konsumsi ibu hamil
harus mengandung gizi sebagai berikut:
Asama Folat. Janin sangat membutuhkan asam folat dalam jumlah banyak
guna pembentukan sel dan sistem syaraf. Selama trimester pertama janin akan
membutuhkan tambahan asam folat sebanyak 400 mikrogram per harinya. Jika
janin mengalami kekurangan akan asam folat, maka hal ini akan membuat
perkembangan janin menjadi tidak sempurna dan dapat membuat janin
terlahir dengan kelainan seperti mengalami anenchephaly (tanpa batok
kepala), mengalami bibir sumbing dan menderita spina bifda (kondisi dimana
tulang belakang tidak tersambung). Asam folat yang bisa di dapat pada buah-
buahan, beras merah dan sayuran hijau.
Protein. Selain menjadi sumber bagi kalori dan zat pembangun, pembentukan
darah dan sel merupakan salah satu fungsi protein. Protein dibutuhkan oleh
ibu hamil dengan jumlah sekitar 60 gram setiap harinya atau 10 gram lebih
banyak dari biasanya. Protein bisa didapatkan dari kacang-kacangan, tempe,
putih telur, daging dan tahu.
Vitamin C. Tubuh ibu hamil memerlukan vitamin C guna menyerap zat besi.
Selain itu vitamin C sangat baik guna kesehatan gusi dan gigi. Fungsi lain
dari vitamin C adalah melindungi jaringan dari organ tubuh dari bberbagai
macam kerusakan serta memberikan otak berupa sinyal kimia, hal terjadi
karena vitamin C banyak mengandung antioksidan.
Vitamin D. Dapat meneyerap kalsium sehingga sangat bermanfaat dalam
pembentukan dan pertumbuhan tulang bayi. Vitamin D dapat di dapat dari
sumber makanan, susu, kuning telur atau hati ikan.