Vous êtes sur la page 1sur 80

: Autopsi

AUTOPSI FORENSIK

Pembimbing

Dr. Ferryal Basbeth, Sp.F

Disusun Oleh :

1. Arief Rachman S ( FK TRISAKTI )


2. Dinny A. Zailani ( FK UKRIDA )
3. Andre Nurjayanto ( FK UNTAR )
4. Nofiyanty Nicolas ( FK UNTAR )
5. Fitriawati ( FK UKRIDA )
6. Rita Widya ( FK YARSI )
7. Hestin ( FK UNTAR )
8. Hendry Pramudianto ( FK UNTAR )
9. M. Nur Kholid ( FK TRISAKTI )
10. Agustine ( FK UKRIDA )
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

KEPANITERAAN KLINIK FKS 2

PERIODE 17 JULI – 19 AGUSTUS 2006

RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO – UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA

2006

AUTOPSI FORENSIK

TIPE OTOPSI

Berdasar konvensi medik dan system legal dari Negara-negara, secara umum ada 2 tipe
autopsi yaitu :

1) Kematian non kriminal seperti kecelakaan, bunuh diri, kematian karena bencana alam
atau yang berhubungan medis dan operasi, kematian industri dan lain-lain

2) Otopsi forensik untuk suspek pembunuhan, biasanya pada investigasi polisi, kematian ini
terdiri dari pembunuhan , pembunuhan orang dewasa, pembunuhan bayi dan kategari
lain dari berbagai macam hukum yang berbeda.

Tipe ahli patologi berbeda kategorinya dari suatu tempat dengan tempat lain dalam
sistem yang berbeda. Yang terpenting adalah ahli patologi harus dilatih dan berpengalaman.
Beberapa negara dibedakan praktisi forensik patologi dengan orang yang mengajar di Universitas
sehingga tidak mudah untuk menjadi pengajar yang baik dan dapat dipercaya kecuali jika praktek
langsung pada subjek.

Medikolegal otopsi oleh dokter tidak terlatih tidak menguntungkan . sangat penting untuk
mendukung berjalannya hukum dan adminisdtrasi keadilan.

PROSEDUR OTOPSI

Banyak aspek dari autopsi pada setiap kematian, hal ini akan dibahas berdasarkan
semua hal yang bermakna dari barang.

Tujuan dari Sebuah Otopsi :

a. Membuat identifikasi dari tubuh memperkirakan ukuran, fisik dan perawatan


b. Menetapkan sebab kematian
c. Menetapkan cara kematian dan waktu kematian yang penting dan mungkin
d. Untuk mendemonstrasikan segala kelaian luar dan dalam, malformasi dan penyakit
e. Mendeteksi, menggambarkan dan mengukur luka luar dan luka dalam
f. Mendapatkan sampel untuk analisis, pemeriksaan mikrobiologi dan histologi dan
infestigasi penting lainnya
g. Menahan organ dan jaringan yang relevan sebagai bukti
h. Mendapatkan foto dan video untuk keterangan dan pendidikan
i. Menyediakan laporan tertulis yang lengkap untuk temuan otopsi
j. Memberikan interpretasi ahli terhadap semua yang ditemukan
k. Memperbaiki kondidi tubuh, sebelum diberikan kepada keluarga.

Persiapan Otopsi

Otorisai dan Izin

Ahli patologi tidak boleh memulai penyelidikan sampai memenuhi otoritas.pengantar


otoritasnya bervariasi di suatu tempat dengan tempat lain, mungkin dalam bentuk dokumen
tertulis, kata-kata atau pesan telepon atau peraturan tidak tertulis. Apabila ada 2 instansi
kepegawaian yang terlibat, maka harus jelas siapa yang berhak untuk otopsi. Contoh di Inggris
dan negara jajahannya polisi yang meminta pemeriksaan ahli patologi, tetapi yang mempunyai
hak preogatif adalah penyidik. Pada insiden yang serius polisi meminta saran dari kepala polisi
untuk memilih ahli patologi, tetapi keputusan akhir ditangan penyidik

Pada keadaan awal didalam sebuah medikolegal otopsi biasanya tidak diperiksa izin
otopsi, tetapi untuk sopan santun sebaiknya keluarga diberitahu kecuali untuk kasus yang
mendesak. Dibanyak kasus keluarga dapat hadir pada saat identifikasi pada waktu pemeriksaan.
Ahli patologi harus memperhatikan tentang pelaksanaan otopsi yang otoritas dan perizinannya
tidak jelas.

Seringkali terjadi dokumen tentang riwayat kematian di Rumah Sakit didapatkan tetapi
terlambat dilaporkan untuk medikolegal investigasi. Ahli patologis tidak harus melakukan
pemeriksaan sampai ada perintah otopsi dari petugas (mungkin petugas ingin menggunakan ahli
patologi lain) jika sudah ditetapkan oleh petugas maka surat penugasannya menjadi berlaku.

Izin untuk menahan bahan otopsi(sampel cairan sampai seluruh tubuh) dalam kasus
medikolegal diperiksa otoritasnya. Aspek legal penyimpanan jaringan dan organ –organ
berbeda=neda di setiap negara, jadi ahli patologi harus memahami peraturan setempat.

Lembaga legislatif yang mengatur penyidikan di Inggris, tidak hanya diizinkan tapi malah
diwajibkan bagi ahli patologis untuk mengambil jaringan yang mungkin dapat membantuk
penyidikan selanjutnya pada kematian.

Bagaimanapun juga penyidik (atau pengawas fiskal di Scotlandia) hanya mempunyai


kekuasaan terbatas untuk melarang penggunaan organ untuk kepentingan investigasi kematian
dan tidak dapat memberi izin penggunaan jaringan dan organ untuk transpaltasi, untuk
pendidikan dan penelitian. Izin harus didapatkan dari keluarga jika penyidik tidak dapat
memberikan izin berdasarkan ” Human Tissue Act 1996 ”

Siapa yang Hadir pada Otopsi

Disetiap negara atau negara bagian mempunyai peraturan untuk mengatur pemeriksaan
medikolegal.

Seringkali keluarga dari orang yang meninggal atau tertuduh harus diberi tahu empat dan
waktu otopsi sehingga mereka bisa diwakili oleh pengacara atau dokter yang bertindak untuk
kepentingan mereka. Dibeberapa hukum termasuk Inggris, tidak ada yang secara khusus
melarang keluarganya menghadirkan orang dan ahli untuk hadir. Ahli patologi dapat menolak
melakukan otopsi jika keberatan atas kehadiran mereka.

Izin boleh diberikan penyidik , pemeriksa medik, atau yang setara dengan otopsi legal.Ahli
patologi harus memberikan penghargaan yang baik kepada patnernya serta memberikan fasilitas
demikian juga sebaliknya.

Yang terlibat biasanya petugas atau petugas departemen yang meminta otopsi seperti
penyidik, hakim, jaksa, polisi juga hadir. Jika hal itu diduga sebagai kejahatan atau kematian yang
mencurigakan. Dokter, mahasiswa juga diijinkan hadir tergantung permintaan komisi pemeriksa.
Jika kematian terjadi pada saat dalam perawatan secara medik maka pelaksanaannya diserahkan
kebebasan kepada dokter untuk hadir dan memberikan yang diketahuinya sebaik mungkin.

Pada kasus kriminal atau kasus tersangka, ahli patologis harus membatasi jumlah orang
yang hadir, bukan hanya beresiko untuk kehilangan barang bukti juga membuat kamar mayat
penuh sesak, ini menghambat gerakan menyebabkan gangguan. Ditambah lagi resiko infeksi dan
kontaminasi khususnya HIV dan infeksi Hepatitis B. Tidak seorangpun bahkan pegawai senior
kepolisian sekalipun terlibat langsung dalam investigasi. Dengan meningkatnya keahlian dan
kompleksnya prosedur forensik dan polisi, banyak orang yang berada dikamar mayat ditambah
dengan kamera, video perekam dan lain-lain sampai tidak ada ruang untuk ahli patologi untuk
bergerak.

Bagaimanapun juga kehadiran pada saat otopsi kematian krimiinal atau tersangka harus
seizimn ahli patologi berdasarkan laporan otopsi.

Pemeriksaan Tempat Kematian

Pada bunuh diri, dugaan bunuh diri atau kasus yang tidak jelas, ahli patologi harus melihat
ketempat kejadian sebelum korban dipindahkan.

Dokter ahli patologi forensik harus datang bersama dengan polisi ketempat kematian.
Tugas ini telah diatur menjadi bagian dari kontrak pelayanan ahli patologi untuk selalu
menyediakan waktu dan terlibat dalam upaya membantu polisi.Di Inggris dan negara jajahannya
ada kantor ahli patologi dan dapat dipanggil ketempat kejadian. Di beberapa hukum lai seperti
pemeriksaan medik Amerika dan Eropa serta Institusi kedokteran Forensik Universitas biasanya
tugas sudah diatur sebelum nya untuk menghadiri tempat kematian.fungsi pemeriksaan ahli
paqtologi forensik ditempat kematian untuk memperkirakan lingkungan, dan daerah sekitar serta
posisi, kondisi tubuh. Sehingga dapat cepat ditemukan tanda kecelakaan bunuh diri bahkan
penyebab alami sehingga dapat menghemat biaya.

Ahli patologi harus selalu siap dengan perlengkapannya untuk dibawa ke tempat
investigasi . peralatan ini mungkin dibawa jika ada otopsi diluar yang fasilitasnya tidak tersedia.
Kebanyakan ahli patologi Forensik membawa Â’murde bagÂ’ sesuai dengan pengalamannya
memilih peralatan.

Peralatannya adalah :
1) Apron tahan air dan sarung tangan

2) Termometer, semprit dan jarum, swab steril.

3) Alat bedah termasuk gergaji

4) Jarum dan benang untuk menutup tubuh

5) Swab dan tempat darah dan cairan tubuh

6) Botol-botol formalin untuk sampel Histologi

7) Kantong-kantong plastik, amplop, kertas, pena dan pensil

8) Kamera tangan, senter, tape perekam kecil

9) Kamera bisanya lensa 35mm dengan lampunya, video kompak ,video kamera, kamera
video biasa dapat memperlihatkan ulang kejadian secara instan

Termometer air raksa yang panjang dapat mengukur suhu dari 00sampai 500 C atau yang
lebih moderen termometer elektrik. Dinegara berkembang diharapkan tersedia fasilitas kamar
mayat yang baik di Rumah Sakit atau dikantor kepolisian, patologi kriminal yang ahli, tempat
spesimen dan lain-lain.

Dinegara berkembang dan daerah lainnya diberbagai negara, ahli patologi sebenarnya
melakukan sekaligus investigasi dan autopsi.

Dikotak medik ahli patologi forensik yang berpengalaman selalu ada baju khusus, sepatu
boot, jas hujan dan siap dibawa jika ada panggilan.

Pada tempat kematian ahli patologi bertindak berdasarkan fakta disekeliling, serta apa
yang didapat dari polisi ataupun ahli forensik pembantu. sebagai contoh di inggris beberapa tim
bertemu pada tempat kejadian untuk mengumpulkan jejak bukti. Ahli laboratorium forensik
terdekat sering hadir bersama polisi begitu juga petugas sidik jari dan petugas investigasi
kriminal.

Ahli patologis harus mengumpulkan buktinya sendiri, tetapi perlu diingat keterbatasan
keahliannya.

Ahli patologis harus menerima intriksi dati petugas yang bersangkutan yang berada dekat
dengan korban.

Dokter tidak harus menyentuh benda-benda yang penting dan tidak merokok atau
meninggalkan objek atau serpihan-serpihan. Sebagai tambahan kunjungan pada tempat kriminal
diberikan pakaian disposibel dan sepatu untuk digunakan, sehingga serat, rambut, dan lain-lain
tadak terdapat di tempat kejadian.

Jika dokter forensik bertindak sebagai ahli petologi dan klionis medikolegal atau polisi ahli
bedah harus mengganti pakaian yang dikenakan dengan yang baru untuk perlindungan badan
dan untuk menghindari pindahnya barang bukti dari tempat kejadian seprti serat atau rambut dari
korban.

Ahli patologis mencatat posisi tubuh sketsa atau foto-foto yang kadang-kadang berguna.
Beberapa ahli patologis menggunakan polaroid atau video kamera untuk perekaman secara
instan di tempat kematian.

Pada kasus kematian yang nyata, harus diobservasi. Genangan atau percikan darah harus
dicatat hubungannya dengan posisi tubuh. Ukuran percikan harus diamati, batas darah yang
tertingal pada permukaan dilingkari.
Jetika fotografi dimbil dari tubuh dari posisi yang sebenarnya. Patologi bersama dengan
penyidik mendekat dan memeriksa. Pada akhir pemeriksaan perabaan kulit untuk mengukur
temperatur. Mata, leher, dan tangan diperiksa bila perlu, pakaian secara perlahan dipindahkan
untuk melihat tenggorokan dan dada atas. Penemuan lain yang relevan harus difoto oleh polisi
sebelum terjadi kerusakan.

Jika ahli forensik di tempat kejadian meminta sampel maka harus diberikan. Mereka
mungkin akan meminta sampel pada badan untuk melihat apakah ada yang menempel pada kulit
dan pakaian untuk mendapatkan rambut yang rontok. Tubuh dipindahkan untuk melihat bagaian
sisi dan bawahnya, sekaligus harus berhati-hati agar bukti tidak rusak. Tidak ada peraturan yang
baku tergantung pada tiap-tiap kasus.

PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

Paragraf terakhir diatas menunjukkan bagaimana perkiraan saat kematian.


Permasalahannya didiskusikan pada bagian III, tetapi masih terdapat kepentingan yang
menunjukkan hubungan antara kegiataan yang dilakukan ahli autopsi tentang cara kematiannya.

Secara umum tangan dan wajah dapat ditentukan hangat atau dingin dengan perabaan
dan dengan melihat adanya kaku mayat yang dapat coba dilakukan pada alat gerak. Pengukuran
suhu harus dilakukan secepatnya setelah korban ditemukan, hal ini berguna untuk mengantisipasi
perubahan dimana biasanya polisi tiba di tempat kejadian lebih awal daripada ahli autopsi.
Pengukuran suhu selain diambil dari bagian yang paling dekat dengan korban juga harus diambil
suhu lingkungan disekitar korban, seperti didalam gedung ataupun ruangan. Sehingga dapat
diketahui hal-hal apa yang menyebabkan perubahan yang dapat terjadi, seperti adanya pintu atau
jendela yang terbuka, ada tidaknya perapian, dan penghangat ruangan. Jadi dapat disimpulkan
hal-hal yang dapat mempengaruhi pengukuran suhu tersebut. Pengukuran suhu rektal pada saat
investigasi, seperti yang disetujui pada beberapa teks-book ternyata masih kontroversi.
Saat terjadinya kematian, korban yang ditemukan tanpa busana, biasanya tampak secara
langsung. Hal ini beresiko terkontaminasinya rectum dan perineum, dengan ditemukan cairan
semen, dari sekitar anus sampai rektum dapat diambil kesimpulan dengan mengambil swab
terhadap cairan semen untuk mengurangi keraguan. Seperti pada banyak kasus kekerasan
kriminal baik pada kasus seksual, maupun homoseksual, pengukuran suhu rektal terhadap
korban yang ditemukan secara praktis harus dilampirkan hanya jika ahli forensik atau polisi yang
menangani membutuhkannya sebagai tambah bukti tambahan selain dari pakaian, swab vulva,
vagina, anus, dan lain-lain. Selain itu dapat juga digunakan tanpa menampilkan atau tanpa
adanya data pengukuran suhu rektal.

Dengan kata lain, perlu diperhitungkan keuntungan dan kerugian dari analisis terjadinya
kematian tersebut. Sehingga kita dapat menyimpulkan apabila pengukuran suhu rektal tersebut
sulit dilakukan atau hanya sedikit berpotensi memberikan keuntungan ketika dilakukan
pengukuran suhu pada lingkungan sekitar.Jika proses autopsi tidak langsung dilakukan atau
harus menunggu beberapa jam, karena tidak tersedianya fasilitas atau keterlambatan
transportasi, seharusnya proses autopsi harus segera dilakukan beberapa saat setelah terjadinya
kematian sehingga pengukuran suhu dapat diambil secara tepat.

Alternatif lain yang dapat digunakan yaitu dengan mengukur suhu ditempat lain, kecuali
rektum. Pengukuran axilla dan mulut juga dapat memberikan informasi, namun tidak secara tepat
karena pengaruh dari suhu sekitar. Lebih bermanfaat dengan mengukur suhu dengan
thermometer yang diletakkan pada saluran pendengaran atau dengan probe yang dimasukkan ke
dalam saluran tersebut sedalam mungkin sehingga dapat diketahui suhunya.

Ketika seorang ahli autopsi telah melakukan pemeriksaan semaksimal mungkin, tugas
selanjutnya adalah memastikan bahwa korban dipindahkan ke kamar jenazah. Ahli autopsi harus
mengontrol sendiri pemindahan korban ke kamar jenazah , atau memberikan tugas tersebut
kepada seseorang yang telah dipercaya. Korban harus dibungkus plastik, ditutup dengan plester
dari kaki sampai kepala.
Tubuh korban harus diletakkan dalam plastik secara hati-hati, diplester, plastik tersebut
luasnya lebih kurang 2 meter. Benda-benda yang ada didekat korban, rambut dan serat kain yang
melekat pada tubuh korban atau pakaian korban dibungkus terpisah. Bungkusan-bungkusan
tersebut dibawa oleh ahli autopsi setelah korban dipindah ke kamar jenazah . selanjutnya
pengawasan diserahkan kepada polisi atau agen lain yang berwenang. Tubuh korban di dalam
plastik diletakkan diatas fiber glass yang kaku dan dibawa dengan mobil polisi ke kamar jenazah
yang telah ditentukan.

Kerusakkan fisik selama pengiriman tersebut harus dibuat seminimal mungkin walau sulit
dilakukan. Pada tubuh korban yang terbakar mungkin akan mengalami kerusakkan selama
proses ini. Kerusakkan ini diperparah oleh proses kebakaran itu sendiri, air, debris-debris yang
melekat pada korban. Penulis mempunyai pengalaman menyaksikan ketika seorang petugas
pemadam kebakaran melewati begitu saja dua tubuh yang terbakar sebelum akhirnya dia
menyadari bahwa terdapat korban terkubur dibawah furniture yang terbakar. Potongan–
potongan tubuh yang ditemukan dapat digunakan sebagai petunjuk apa yang terjadi sebelum
kematian ( lihat bab XII ).

Kesimpulannya, ahli autopsi dalam menangani kematian yang mencurigakan adalah


untuk mengobservasi situasi yang ada, mengumpulkan fakta-fakta, mengawasi pemindahan
korban ke kamar jenazah dan memberikan pendapat berdasarkan pengalamannya mengenai
sebab mati yang mungkin terjadi pada korban. Meskipun demikian ahli autopsi tidak boleh
bertindak seperti Sherlock Holmes, yang memberikan pendapat, teori yang tidak berdasarkan
fakta atau keilmuannya. Ahli autopsi merupakan bagian dari suatu tim yang ahli dibidang masing-
masing yang harus bekerjasama, berkoordinasi sehingga hasil terbaik dapat dibuat.

BARANG-BARANG, PAKAIAN DAN IDENTIFIKASI

Peranan seorang ahli autopsi berada pada saat terjadinya kematian dirasa perlu, dimana
ia dapat menilai suasana sekitar meliputi pakaian yang dikenakan dan bagian tubuh lainnya saat
proses autopsi. Hal ini tidak hanya berlaku pada setiap kasus kriminal atau pada kasus kematian
yang tidak wajar tetapi juga bermanfaat pada banyak kasus kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
industri, jatuh dari ketinggian, tenggelam, dan lain-lain.

Dalam hal ini tidak akan ada kesempatan untuk menemukan pakaian setelah dibawa
kekamar jenazah. Jika kematian terjadi di rumah sakit atau karena kecelakaan, pakaian mungkin
dibuang sebelum dipindahkan ke kamar jenazah. Ahli autopsi seharusnya selalu meminta
permintaan terhadap korban kecelakaan lalu lintas atau lainnya dimana trauma ditetapkan
sebagai sebagai kasus kematian. Jadi seharusnya korban dibawa ke kamar jenazah dengan
pakaian yang seharusnya tidak dilepaskan oleh polisi / perawat terlebih dahulu, walaupun korban
masih hidup saat tiba di rumah sakit dan pelepasan pakaian tersebut dilakukan sebelum usaha
penyadaran atau pengobatan. Yang terbaik kedua adalah adalah saat pakaian dilepaskan
seharusnya ketika korban berada di ruang jenazah jadi dapat diperiksa jika pada saat
pemeriksaan, ditemui kerusakkan, noda ataupun bukti lainnya. Sayangnya, pakaian korban
tersebut biasanya sudah dilepaskan atau di rusak sebelum di periksa / di lihat.

Petugas kamar jenazah sebaiknya dilatih / diberi bimbingan untuk mengenali serta
menghargai hak milik korban sebagai bukti yang penting. Dan sistem tersebut seharusnya
dibangun untuk mempertahankan identifikasi dan menyimpang baik dari aspek pembuktian dan
untuk keamanan yang bernilai. Isi dari kantong, dokumen, kunci dan barang lainnya sebagai alat
pembantu identifikasi. Bagaimanapun juga tugas utama polisi, ahli autopsi yang berperan terkait
pada bidang yang ada. Jenis pakaian, model, bahan, warna dan semua label sangat membantu
proses identifikasi.

Dalam kematian akibat trauma, luka yang terdapat pada tubuh korban seharusnya sesuai
dengan kerusakkan yang terdapat di pakaian, juga dibandingkan dengan posisi luka yang
terdapat pada tubuh bagian luar, untuk mengetahui aktifitas terakhir sebelum mati. Dilihat dari
adanya beberapa bekas luka yang menimbulkan kerusakan.
Darah, cairan semen, cairan vagina dan cairan tubuh lainnya dapat ditemukan pada
pakaian sehingga dapat menjadi bukti selain itu dapat pula dikirim kelaboratorium untuk dianalisa.
Ahli autopsi dapat mengetahuinya pertama kali sehingga dapat ditemukan bukti untuk mendeteksi
keadaannya.

Pada kecelakaan lalu lintas yang fatal, robekan dari pakaian, bekas oli, jejak roda, kaca
pecah, dan tekanan metal dari kendaraan dapat membantu rekonstruksi kejadian dan dalam
identifikasi penyebab kematian akibat kecelakaan tabrak lari.

Objek lainnya yang berhubungan denngan tubuh serta mungkin termasuk membantu
pengobatan yang bermanfaat menerangkan penyakit-penyakit penyebab kematian contohnya
seperti amyl nitrit atau insulin.

Dalam banyak kasus bunuh diri, botol obat yang telah kosong atau kotak racun biasanya
ditemukan berada disekitar tubuh korban. Pakaian harus dipindahkan secara hati-hati, khususnya
dalam tindak kriminal atau kasus yang mencurigakan. Ahli autopsi sebaiknya mengawasi dan
membantu petugas kamar jenasah karena mereka tidak selalu sadar pentingnya pakaian dalam
proses rekonstruksi.

Jika tidak ditemukan darah atau tubuh yang tercemar bahan lain, sebaiknya melepaskan
pakaian dengan cara biasa. Yaitu dengna membuka melewati kepala dan lengan, walaupun
mungkin dapat tercampur dengan luka-luka atau kotoran lain. Jika telah terjadi kaku mayat atau
jika terdapat darah pada wajah atau tangan pakaian dapat dilepaskan dari tubuh korban dengan
memotongnya, namun ini harus dilakukan setelah berkonsultasi dengan ahli autopsi terlebih
dahulu. Jadi pemotongan baju harus dilakuakn oleh petugas yang telah biasa melakukannya
untuk menghindari terpotongnya bagian baju yang sebelumnya telah rusak karena kecelakaan.

IDENTIFIKASI KORBAN

Identifikasi dari korban yang tidak dikenal adalah tugas utama ahli autopsi (dibahas secara
penuh dalam bab IV), akan tetapi sebelum ia dapat melakukan pemeriksaan bedah jenasah maka
ahli autopsi tersebut harus mendapatkan persetujuan resmi tentang tindakan tersebut.

Dalam setiap kasus medikolegal, ahli autopsi harus bertanggung jawab terhadap apa
yang diperiksanya. Biasanya pembawa korban adalah kerabat dekat korban, yang telah
mengetahui kondisi korban sebelum dilakukan autopsi. Oleh karena itu ahli autopsi harus bekerja
sama atau berkoordinasi dengan petugas kepolisian atau penyidik untuk memastikan bahwa
korban tersebut sesuai dengan identitasnya. Jika tubuh korban terbakar atau termutilasi,
identifikasi harus dibuat berdasarkan fakta yang berhubungan misalnya seperti pakaian atau
perhiasan yang dikenakan korban.

Dalam kasus non kriminal, seperti kasus kematian mendadak atau tiba-tiba dan beberapa
kecelakaan serta kasus bunuh diri, cara mengidentifikasi korban dilakukan dengan melihat pada
label ataupun tanda yang dilekatkan pada tubuh korban oleh petugas kepolisian, perawat dan
petugas kamar jenasah. Label memuat nama, alamat, nomer seri, dan keterangan lain yang
terkait mengenai korban. Label ini biasanya diikatkan pada ibu jari kaki atau di pergelangan kaki.
Beberapa kamar jenasah biasa memberi label pada kaki dengan tanda yang tidak bisa hilang,
tetapi hal ini menyebabkan tanda tersebut benar-benar sulit hilang dan menghambat proses
outopsi.

Ahli autopsi seharusnya selalu teliti ketika menerima korban dengan membandingkan
antara identitas pada dokumen yang diberikan pihak berwenang dengan label pada ibu jari kaki
korban sebelum dilakukan proses autopsi. Keterangan yang ada harus sesuai, bila tidak sesuai
pemeriksa tidak boleh melakukan autopsi sampai keterangan tersebut diperbaiki kembali, bila
perlu hingga memanggil kembali petugas kepolisian atau yang menemukan korban untuk dapat
memastikan kebenaran dari identitas korban.

Banyak kesalahan yang sudah dibuat pada masa lalu akibat adanya ketidaktelitian dari
ahli autopsi tentang pentingnya identitas korban serta ketidaktahuan mengenai prosedur yang
harus dilakukan sampai konsekuensi legal yang harus dihadapi. Proses autopsi pada korban
yang salah atau kesalahan dalam menentukan sebab mati berakibat pada kesalahan pemakaman
bahkan kremasi. Hal ini sering kali terjadi akibat identifikasi yang salah. Untuk menghindari
kesalahan tersebut korban harus selalu mempunyai label saat tiba dikamar jenasah. Label harus
mudah dikenali dan mudah dicari. Walaupun sebelumnya korban dimasukan dalam pendingin
yang mempunyai nomor pada pintunya. Karena jika label tidak melekat pada tubuh korban maka
kesalahan identifikasi dapat terjadi oleh petugas kamar jenasah bila ia bertukar jaga, korban sulit
dikenali hanya dari nomor pada pintu pendingin.

Beberapa tempat dikamar jenasah menggunakan tempat khusus untuk identifikasi korban,
yang menggunakan kamera otomatis yang diletakan tepat di pintu masuk kamar jenasah. Setiap
korban baru difoto diatas beranda dan di beri nomor seri yang di tulis pada papan dan diletakkan
melintang di atas dada, sehingga mudah terlihat. Nomer seri ini untuk mencegah terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan.

Pada kasus khusus seperti pembunuhan, label identitas yang terdapat pada korban tidak
menjamin kebenarannya, oleh karena itu, ahli autopsi tidak harus tergantung pada label tersebut.
Sebelum autopsi, ahli autopsi harus dapat menyatakan atau memberi informasi bahwa korban itu
sesuai dengan identitas yang ada begitu juga saksi menyatakan bahwa korban itu benar adanya.

Ahli autopsi harus mencatat hasil autopsi sesuai tanggal, waktu dan identifikasi orang
yang melakukan identifikasi korban sehingga dapat menampilkan bukti yang sesuai untuk
mencapai tujuan hukum dimana dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk mekanisme
membela diri di depan pengadilan.

KEGUNAAN REKAM MEDIK PADA SUATU KASUS

Seperti dalam klinik kesehatan, rekam medik tentang kasus kematian pada suatu korban
kematian adalah sangat penting dan sangat diperlukan sebagai bagian dari investigasi. Luasnya
kasus ini juga mempengaruhi ahli autopsi dalam mengambil keputusan dalam penyebab
kematian, bagaimanapun semua ini masih kontroversial.

Pada kasus medikolegal autopsi dibandingkan dengan kasus klinik di rumah sakit, catatan
mengenai kasus terkadang kurang, tidak ada bahkan kadang tidak sesuai. Jika seseorang
ditemukan meninggal, dimana tidak terdapat catatan medik mengenainya sebelumnya, maka
tidak dapat dijumpai data keseluruhan tentang sejarah kesehatan yang sesungguhnya. Dalam
kasus kriminal pembunuhan, seseornag yang diduga dibunuh oleh pembunuh, tanpa bekas atau
jejak akan memberi perubahan bentuk, menyesatkan atau tidak tampak kesalahan disekitarnya.
Patologis Forensik dapat menemukan walau dengan sedikit atau kejadian yang tidak sebenarnya.

Bahkan ketika suda ada runtutan cerita tentang kejadian dan sudah mendapat
kepercayaan dari keseluruhan, fakta medik terkadang menyimpang karena kekurngan
pengetahuan dan ketidakmengertian. Ini dapat menyesatkan keputusan dari pihak kepolisian /
pihak lain selain medik. Jadi hanya ahli autopsi yang berperan mengetahui apa yang terjadi pada
korban berdasarkan fakta yang ditemuinya. Kemudian kekurangan keterangan dapat dilengkapi
dari informasi yang didapat dari polisi yang menangani / berwenang atasnya. Bila mungkin, ahli
autopsi seharusnya mencoba menghubungi dokter yang memeriksa pada saat kematiannya.
Dalam keadaan yang mendesak, pada bedah autopsi dalam forensik, bagaimanapun juga baik
malam atau libur panjang, autopsi dapat terus berlangsung tanpa adanya tambahan informasi
lain.

Sekalipun beberapa hal mungkin dapat diterangkan sebelumnya, namun praktek dalam
autopsi mungkin dijumpai berbeda bila sebelumnya telah diketahui keterangan mengenai sebab
kematiannya. Sebagai contoh seorang guru akan menampilkan contoh autopsi pada pekerja
tambang yang tanpa keterangan lain selain pekerjaannya dan penyakit paru kronik yang
dimilikinya. Didapatkan dalam autopsi bahwa terlihat adanya penyakit cardio-pulmonal yang
dicatat pada catatan kematian, baru setelah itu tubuh korban dapat dimakamkan. Ini tidak lagi
terjadi sampai hari berikutnya dimana polisi membatasi daerah tempat orang tersebut meninggal.
Lambatnya penyampaian informasi tentang adanya keterangan tentang ada tidaknya botol
kosong berisi obat tidur dan catatan bunuh diri yang ditemukan disamping korban. Secara
berlawanan, catatan medik sering kurang diperhatikan dalam kematian akibat kekerasan dimana
luka-luka yang diakibatkan dapat menjadi bukti meskipun penjelasan yang didapat dari lain pihak
atau dari penampilan luka tersebut dapat membantu dalam menentukan arah luka dari senjata
atau sebab lainnya.
Dalam beberapa autopsi, rekam medik secara langsung berperan sebagai data tambahan
dalam investigasi yang dapat terjadi pada kasus seperti yang dicontohkan di atas. Beberapa ahli
autopsi, menyatakan dalam suatu kumpulan pendapat bahwa autopsi biasa dilakukan tanpa
diketahui lebih dahulu apa yang menyebabkan kematiannya sehingga dalam membuat
keputusan, ahli autopsi tersebut tidak terpengaruh. Hal ini dilakukan pada setiap autopsi dimana
diperlukan keseluruhan data yang lengkap sehingga cara yang dipakai dapat sesuai seperti teknik
memindahkan tulang spinal pada beberapa kasus dan semua tambahan keterangan guna
keperluan investigasi. Juga diperlukan toksikologi, mikrobiologi, virologi, radiologi, penemuan
adanya diatom, histologi dan lain-lain. Semua ini juga bukan berarti rekam medik tanpa bantuan
keterangan lainnya tidak dapat digunakan. Dalam pemeriksaan tambahan juga perlu dilakukan
secara teliti guna menghindari tercapainya kesimpulan yang salah.

Kenyataan sulit yang sering dijumpai muncul dalam hubungan ketika jenazah di
kembalikan ke kota asalnya setelah kematian di negara lain. Permasalahan utama yang muncul
antara kesimpulan ahli autopsi dengan penyidik dari negaranya. Walaupun hal ini kurang
mendapat hasil yang baik, maka digunakan hubungan dengan polisi internasional untuk
menegaskannya.

Terkadang, penjelasan dokter dengan dokter yang dilakukan lewat telefon atau faximili
bisa menjadi cara terbaik untuk mendapatkan informasi meskipun kematian tidak diperiksa pada
saat korban sampai dinegaranya. Jika autopsi dirasa tidak sempurna dari proses sebelumnya
dimana ditemukan tanda baru berupa sayatan dengan setik jahitan kulit maka pemeriksaan dapat
dilakukan kembali dengan meminta permohonan dari penyidik negaranya walau sebelumnya
sudah dilakukan autopsi. Hal ini sesuai tertulis pada International Death Case ( LeadBetter 1991 ;
Green )

Kesulitan datang ketika hanya sedikit atau bahkan tidak ada objek yang ditemukan saat
autopsi. Ahli autopsi harus dapat memastikan apa yang menjadi sebab kematian didasari fakta
subjektif serta pengalaman yang ada.

Permasalahan ini, secara keseluruhan didiskusikan dalam Lead Better dan Knigth dimana
yang tidak biasa terjadi. Sebagai contoh, penderita epilepsi / asthma yang diketahui dapat
meninggal secara tiba-tiba / tidak diharapkan, autopsi biasanya dapat menampilkan sebab
kematian yang secara morfologi tidak adekuat mendukung data yang ada. Contoh kasus penting
lain adalah kumpulan gejala dari kematian infant yang tiba-tiba, didiskusikan dalam caphter 21,
dimana oleh definisi disebut tidak ada hubungan significant antara lesi dan rekam medik yang
biasanya tidak selalu ada.

Hipotemia pada pasien yang dipanaskan di rumah sakit namun meninggal pada hari itu
atau 2 hari kemudian, mungkin tidak dijumpai apapun saat di autopsi walaupun pada saat itu
pengukuran rektal 26 C. Beralih pada kasus forensik, beberapa korban ditemukan tenggelam di
sungai tanpa diketahui sebelumnya dan baru diketahui dari baju korban dan catatan bunuh diri
yang ada di bank. segera setelah dilakukan autopsi, tidak ditemukan tanda bukti tenggelam / bukti
yang mendukung lainnya.

Dalam kasus ini, seharusnya ahli autopsi menghadirkan bukti objektif dengan dilakukan
pengukuran suhu terhadap tubuh korban, biasa pada kasus tenggelam tubuh korban dalam
keadaan hipotermia. Dengan adanya bukti tersebut walau tanpa bukti lainnya dapat
menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan korban tersebut meninggal sehingga
dapat diketahui apakah hasil obstruksi atau hasil kejahatan. Dengan tidak menghadirkan bukti
objektif ini dapat dijadikan kesempatan atau celah untuk terus mendesak ahli autopsi tersebut
karena tidak dijumpai apapun dari proses autopsinya.

Jalan terbaik untuk ahli autopsi adalah ahli autopsi dengan pengetahuan dan
pengalamannya harus dapat menyatakan sebab kematiannya sehingga dapat dengan jelas dilihat
pada laporan autopsi, tentu saja berdasarkan pertimbangan dari sekeliling bukan karena desakan
pihak tertentu. Sebab kematian korban diambil berdasarkan rekam medik yang ada.

Seperti yang didiskusikan nanti, laporan autopsi seharusnya tidak hanya semata menilai
langsung dari apa yang ditemukan pada pemeriksaan korban secara anatominya tetapi juga
meliputi apa yang menjadi kemungkinan lain terutama bila sebab kematiannya belum jelas
diketahui. Pada kondisi seperti ini tidak ada jalan lain selain menilai berdasarkan kenyataan-
kenyataan lain yang ada.

Kesulitan utama yang dapat timbul untuk menentukan penyebab kematian secara pasti
agar sesuai, dimana dapat dimasukkan dalam laporan autopsi yang resmi dan sesuai dengan
laporan autopsi yang diakui WHO. Hal ini memberi tidak ada kesempatan untuk membuat
kesimpulan secara cepat tetapi dengan menggunakan prinsip tebakan yang tepat, ahli autopsi
dapat memilih alasan yang tepat dengan legitimasi yang jujur sehingga sebab kematian dapat
dipastikan.

PENCEGAHAN TERHADAP KONDISI YANG DAPAT MENIMBULKAN INFEKSI

Beberapa kondisi atau situasi forensik termasuk penyalahgunaan obat dan homoseksual
dimana secara statistik dapat menimbulkan resiko timbulnya HIV dan infeksi Hepatitis tercatat
banyak dijumpai pada saat proses autopsi berlangsung. Resiko ini dapat terjadi pada ahli autopsi,
petugas kamar jenazah, polisi dan petugas laboratorium yang secara langsung berhubungan
karena pengambilan contoh pada saat autopsi . Kejadian mengenai resiko sudah banyak
dicatat tetapi belum ada konsensus yang meneliti, sampai didirikan survey mengenai itu yang
didirikan Royal College of Pathologist ( tahun 1995 )

Secara keseluruhan, setiap autopsi harus dilakukan dengan pencegahan total terhadap
resiko akan infeksi. Jadi setiap macam kasus tanpa kecuali dapat dilakukan proses autopsi
tersebut. Bagaimanapun, walaupun hal ini sudah dilakukan oleh seorang pekerja medik bukan
tidak mungkin masih dapat terinfeksi ketika proses autopsi dari benda / hasil dari spesimen
laboratorium.

Hal biasa yang dilakukan sebelum autopsi, adalah melakukan tes terhadap HIV dan
hepatitis dengan mengambil darah korban pada bagian femoral. Hasilnya dapat diketahui dalam
beberapa jam sehingga diketahui apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara autopsinya atau
bahkan menolak untuk melakukan autopsi, jika kerugian dirasa lebih banyak ketika melakukan
autopsi. Yang biasa dilakukan ketika hasilnya positif, autopsi dilakukan dengan cara khusus
dengan tambahan perlindungan pakaian, kacamata, masker dan sarung tangan metal untuk
menghindari serta melindungi pemeriksa, memilih menggunakan teknik yang sesuai dan memberi
catatan untuk waspada terhadap setiap contoh yang dikirim ke laboratorium.

Dalam kasus ini, infeksi hepatitis lebih sering dijumpai dan lebih beresiko daripada HIV,
meskipun sejauh ini tidak ada laporan mengenai ahli autopsi yang terinfeksi saat pross autopsi
berlangsung, walaupun ditemukan petugas kamar jenazah di USA lebih beresiko tinggi terkena
HIV.

Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan potensi menularkan dari HIV masih
kontroversi. Infeksi virus yang terdapat dalam larutan darah dengan suhu ruangan masih dapat
ditemui virus dengan konsentrasi tinggi dalam waktu 3 minggu ( Cao et al ). Bankowski
menemukan 51% dari virus dapat bertahan di plasma dan fraksi monosit dari korban yang
terinfeksi HIV lebih dari 21 jam setelah kematian. Serial lain juga masih dapat ditemukan bertahan
dalam pemeriksaan setelah 18 jam sampai 11 hari setelah kematian. Virus baru ditemukan dalam
limpa setelah 14 hari kematian. Pendinginan mayat membuat perbedaan pada sediaan.
Doucheron dkk. Kultur darah dan efusi dari tubuh mayat yang diinginkan dan terdiri dari virus
yang terus ada walaupun setelah 16 hari kematian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
waktu maximal yang tepat kapan sediaan dapat menjadi faktor resiko untuk menginfeksi.

Infeksi lain seperti TBC, anthrax, plaque, Creutzld-Jakob, Marburg, Green Monkey
Disease, dll biasanya hanya pada subjek khusus dan tidak menular yang dapat timbul dari kota ke
kota.

AUTOPSI : PENGUJIAN INTERNAL

Pembedahan dalam kasus forensik secara mendasar adalah sama untuk beberapa otopsi
lain, dengan variasi sesuai dengan sifat kematian dan kebutuhan dari investigasi khusus, apakah
hal itu dalam kasus kriminal, perselisihan perdata atau penyelidikan kecelakaan.

Ada beberapa karakteristik jumlah yang dikembangkan untuk performance sebuah otopsi
(lihat Ludwig atau Knight, contohnya), dan hal itu baik untuk instruksi atau petunjuk para ahli
teknik kamar mayat. Hanya ada suatu gagasan teknik yang ditawarkan disini untuk diperkenalkan
bagi pengujian kematian, dimana otopsi ini dipercaya mereka. Dalam penambahannya, prosedur
forensik khusus akan dijelaskan, ada juga yang didiskusikan dalam setiap bab dengan
menunjukkan pada beragam tipe luka dan kematian. Otopsi pada bayi adalah dijelaskan di bab
20-22.

Bedelan umum ini adalah garis lurus dari laryngeal untuk pubis, yang digunakan untuk
menghindari umbilicus atau tali pusar. Pada sisi atas bedelan tidak diperluas diatas larynx atau
pangkal tenggorokan, seperti tinggi leher yang kemudian gagal disembunyikan pada garis jahitan
bedel.

Metode umum lainnya adalah untuk memotong dari sisi samping untuk telinga pada point
atas dari manubrium dan downward dalam bentuk Y. Ini sering dilakukan pada bayi dan
diinginkan untuk menghindari noda pada leher. Di AS khususnya, bedelan berbentuk Y atau
berbentuk U dengan cara silang di atas dada (menyilang).

Strangulasi, dan beberapa kondisi dimana larynx ini bisa rusak, bedelan berbentuk Y
bisa ditunjukkan seperti pada kulit terutama leher sisi atas dan kemdian hal itu bisa
dibedah/dipotong hingga mendekati struktur leher. Disini, bedelan ini tidak dibuat setelah skull
cap dan otak terlepas, untuk menghindari conestive artefactual haemoorhage dalam struktur leher
dijelaskan oleh Prinsloo dan Gordon, dan ini cukup membingungkan dengan kebenaran dari ante
mortem trauma. Gordon, et al selanjutnya menyarankan bahwa otak yang terlepas itu pertama
kali dikonsepsikan pada semua otopsi dan bisa dideteksi sebelum disii oleh rongga abdominal
yang terbuka.
Bedelan berbentuk Y juga dibutuhkan bilamana pembedahan berlangsung, dan untuk
melihat luka memar atau kerusakan tulang. Dan kenyataannya wajah dapat dibedah atau
dioperasi secara sempurna dari tengkorak dan diganti dengan sedikit pengaruh dari hasil
kosmetik, jika pembedahan hati-hati ini dilakukan. Pada bedelan berbentuk Y pada leher dibuat
terus menerus atau berkelanjutan dengan bedelan pada kulit kepala dan menyambung sisi
telinga, leher dan kulit wajah dapat dilepas.

Kembali pada proses otopsi secara umum, bedelan utama ini memperlihatkan leher untuk
menghindari pemotongan struktur yang tidak diinginkan, khususnya pada trachea. Thorac dapat
dipotong menurun hingga ke sternum, tetapi perawatan ini tetap dilakukan. Kebocoran ini bisa
dibuat dalam peritoneum dan jari-jari tangan dimasukkan kedalam lift dari intestines. Kunci
kemudian juga bisa digunakan untuk mengetahui panjang abdomen, untuk menghindari penetrasi
intestines.

Bedelan itu untuk mengakses skull yang dibuat dari sisi telinga, untuk mempertemukan
mahkota kepala. Baik untuk menjaga posterior ini terutama vertex aktual, sekali lagi hal ini
membuat dominansi krusial yang lebih terbuka, khususnya pada rambut. Dengan rambut yang
tumbuh lebat, khususnya pada anak-anak, rambut ini dibasahi kemudian dibuat garis bedelan
prospektif. Rambut ini kemudian dapat dikeraskan dan bisa disisir kebelakang sehingga menutupi
jahitan.

MENGEKPLORASIKAN RONGGA TUBUH

Kulit, jaringan cabang dan lemak yaitu dikuliti secara lateral dari bedelan utama,
perawatan itu tidak dilakukan pada sisi atau point pisau hingga menyentuh kulit, khususnya dalam
area leher, dimana perbaikan ini tidak bisa dikonsepsikan secara tidak jelas. Jaringan ini ditarik
kebelakang dan kemudian sisi leher dan sisi terluar dari tulang selangka.
Thorax, jaringan ini termasuk otot pectoral yang dikuliti hingga garis midaxillary pada
bagian atas hingga costal margin.

Dinding anterior abdominal biasanya terpisah. Ini bisa dilakukan dalam dua tahap,
pertama stripping back dari kulit dan lemak yang dieksposisika melalui otot, atau ketebalan kulit
yang penuh, lemak dan otot dapat direfleksikan secara bersama-sama. Otot ini harus dipotong
dari costal margin dan jika ketebalan ini berbalik dengan proses bedelan maka bisa dibuat
permukaan peritoneal dari dinding perut yang lebih rendah, perawatan ini tidak untuk kulit.

MEMBUKA THORAKS

Thorax adalah dibuka pertama kali oleh kedua sambungan sternoclavicular. Ini bisa
dilakukan dengan melepaskan shoulder tipe dengan satu tangan, untuk menunjukkan
sambungannya. Point pisau ini kemudian diperkenalkan secara vertikal dan memotong secara
vertikal lingkaran tengah untuk memisahkan sambungan. Dan terdiri dari hal-hal lain terutama
pada gergaji tangan dan guntung lipat. Pada bayi, tulang rawan/muda yang lembut dapat dengan
mudah dibagi kedalam scalpel; pada tubuh yang lebih tua, stout knife yang bisa dijaga untuk
tujuan menjaga ketumpulan pisau dibutuhkan pembedahan organ. Sering tulang rusuk/iga itu
diperlihatkan, dan umumnya dipotong dengan pisau.

Bilamana gergaji itu digunakan, tulang rusuk/iga itu dipotong hingga lateral atau hingga
costchondral dari point costal margin hingga ke sambungan sternoclavicular atau dekat area yang
dimaksud. Sternal plate adalah diuji untuk keretakan atau patah sebelum penempatan sisi
dilakukan, kerusakan secara umum disebabkan oleh trauma dari resuscitatory cardiac massage
yang kadang-kadang dinyatakan dalam point ini.

Thorax atau abdomen secara keseluruhan sekarang terbuka untuk inspeksi atua
penyelidikan. Tingkatan inflasi dari paru-paru bisa dinilai, tercatat adanya penyempurnaan atau
partial colapse, emphysema, overdistension dan beberapa asimetri inflasi.
Jika pneumothorax sudah diduga sebelumnya terutama pada post mortem radiograph
yang merupakan konfirmasi terbaik. Secara alternatif, dinding dada dapat dilubangi pada garis
garis midaxillary serta bisa merefleksikan kulit dengan air untuk mengamati terjadinya pelepasan.
Tes in jarang berhasil dan tidak berhasil bilamana ada komunikasi pasien antara rongga pleural
dan bronchial tree. Jika ada tanda peregangan pada penumothorax, pelepasan udara ini bisa
didengarkan atau bilamana pisau melakukan penetrasi terhadap otot intercostal dan parietal
pleura. Rongga selaput dada (pleural) diduga untuk adhesi, efusi, nanah, darah, fibrin dan
kandungan gastric.

MENGUJI ABDOMEN

Perut kemudian diperiksa, lebih dulu ascites, airan faeculent, nanah dan darah yang
selalu dilepaskan pertama kali dari rongga peritoneal atau selaput perut.

Omentum ini bisa memperlihatkan inflamasi atau peradangan atau fat necrosis. Bilamana
pemindahan sisi, atau adanya loop isi perut adalah diamati untuk beberapa abnormalitas,
khususnya bilamana terjadi kesalahan, peritonitis dan distensi ileus. Disadari adanya kesalahan
dari post mortem hypostasis untuk necrosis dari mesenteric embolisme atau strangulasi isi perut.
Warna gelap ini bisa disamakan, hypotasis biasanya mempunyai segmen tidak beraturan, dimana
kesalahan ini terjadi secara berkelanjutan atau terus menerus, dinding perut akan bisa dianalisa.

PENGUMPULAN SAMPEL CAIRAM TUBUH

Dalam proporsi besar dari otopsi forensik dan setiap satu dihubungkan dengan konotasi
kriminal, sampel darah dan cairan darah lainnya serta kelenjar / jaringan dibutuhkan untuk
pengujian laboratorium. Dalam hubungannya dengan sexual offece, sampel lain ini dijelaskan di
bab 18. dimana cairan darah dan cairan lainnya dibutuhkan untuk penyelidikan toxicological,
biochemical, microbiological dan serological, mereka biasanya dikumpulkan pada tahap awal dari
proses otopsi (lihat bab 27).

Pengumpulan ini secara umum tergantung atas sifat tes. Bilamana sampel untuk analisis
toxicologi ini dibutuhkan, pertimbangan perawatan dilakukan dalam sampling, lebih sempurna
seperti yang didiskusikan di bab 27.

Dan tidak disarankan bagi penggunaan darah visceral untuk sampling. Khususnya untuk
substansi molekul kecil yang mudah tersebar setelah mati; termasuk produk alkohol dan produk
farmasi. Buku pelajaran yang lama umumnya menyarankan adanya penggunaan darah jantung /
hati sebagai sumber sampel, dan ini bisa dikontaminasikan oleh penyebaran post mortem dari
perut dan usus. Setelah mati, hambatan cellular dari mucosa dan membran ini bisa diperhentikan
khususnya pada perut dan usus, pasangan udara dapat dimigrasikan terhadap organ lain dalam
rongga thoracoabdominal utama yang menyebabkan adanya kesalahan dari leel darah ante
mortem.

Pounder (lihat bab 27) yang menyatakan bahwa cercaan yang mengandung alkohol dan
paracetamol ditempatkan dalam trachea setelah kematian untuk mengganti kandungan gastric,
adanya peningkatan konstrasi terhadap substansi dalam sampel darah yang diambil dari kelenjar
thoratic, dimaan darah femoral tidak tercemar.

Zat kimia seperti casrboxyhaemoglobin ini tidaklah bermasalah, tetapi alkohol adalah
contoh utama dari sumber utama dari kesalahan yang muncul bilamana darah visceral itu
dikumpulkan. Pilihan terbaik untuk pengumpulan ini adalah :

jarum dan tusukan dari femoral vein sebelum bedelan otopsi dimulai. Praktek ini selalu
dibutuhkan, tetapi pada orang dewasa, 20 ml biasanya dapat diaspriasikan tanpa adanya
hambatan / gangguan. Ini merupakan metode pilihan bilamana hanya ada pengujian eksternal
yang dilakukan (memungkinkan).
Dari subclavian atau external iliac veins setelah tubuh sudah mengalami dominasi lain.
Kotak kecil pada proses / alat pemotongan ini secara lazim digunakan. Tekanan biasanya
dilakukan untuk mendapatkan bedelan/jahitan yang sempurna.

Bilamana kulit itu dibedel, khususnya pada bagian leher, internal jugular vein itu
dieksposisikan, khususnya bilamana otot sternomastoid itu dibagi atau ditekannya. Bilamana
dipotong, maka alur darah itu biasanya dipastikan, yang bisa dikumpulkan secara langsung
kedalam kotak. Hanya ada sisi kerugian dari metode ini yaitu bilamana dinding darah dari thoracic
inlet melalui superior vena cava, darah jantung bisa dibaurkan dengan kesalahan seperti yang
disebutkan di awal. Jika darah itu dikumpulkan dari segmen atas khususnya pada bagian leher
atau kerongkongan, kemudian darah dari kepala dikumpulkan, alur ini biasanay distimulasikan
untuk meningaktkan atau menurunkan kepala selama pengumpulan atau koleksi berlangsung.

Sampel untuk serology, microbiology dan analisis substansi seperti carboxyhaemoglobin,


yang tidak diserap dari gastrointestinal tract, dapat dikumpulkan dari beberapa kelenjar darah,
tetapi darah ini tidak pernah disendok/keduk dari rongga tubuh umumnya setelah eviskerasi
berlangsung. Seperti yang bisa dikontaminasikan dengan kerusakan dari sturktur lain seperti
gastric atau kandungan isi perut, mucus, urine, usus atau cairan serous.

Darah untuk microbiological culture tidaklah khusus diasimilasikan dari jantung tetapi
adanya aspek khususnya yang diperuntukkan pada darah peripheral. Bilamana infective
endocarditis diduga sebagai hal yang terbaik. Sebaliknya, darah untuk budaya itu dianalisa
melalui septicaeia yang diambil dari peripheral vein.

Urine dapat dikumpulkan oleh catheter sebelum otopsi atau adanya suprapubic puncture dengan
semprotan jarum panjang.

Pelepasan vitreous humour dan cairan cerbrospinal dibutuhkan untuk toxicology atau
usahanya dalam mengestimasikan waktu sejak keamtian oleh kandungan potassium (lihat bab
2). Vitreous humour harus diaspirasikan dengan perawatan bilamana hasil ini bisa diraihnya.
Jarum hypodermic bisa diraih untuk jarum berukuran 5 ml yang dimasukkan kedalam outer
canthus setelah penekanan melalui kelopak mata.

Cairan cerbrospinal dipastikan dalam cara yang sama seperti kehidupan pasien,
penekanan jarum kedalam theca antara lumbar spines. Bayi dapat diangkat dengan bantuan
posisi flexed yang sempurna; orang dewasa harus ditekan kedalam flexion pada sisi meja otopsi.
Sebuah teknik alternatif adalah dilakukan pada cisternal puncture melalui atlantooccipital
membrane.

Adanya tidaknya tekanan dengan theca dalam cadaver, cairan ini secara katif
diaspirasikan, dan kadang-kadang semua berusaha untuk memastikan cairan oleh external
puncture yang gagal. Hanya ada pilihan yang kemudian mencoba untuk kebocoran entricles
melalui permukaan otak bilamana tengkorak dibuka. Usaha untuk memastikan cairan
cerebrospinal dari interior tengkorak setelah adanya pelepasan otak yang secara umum
bermanfaat; cairan darah itu dapat dipisahkan untuk clarity, komposisi kimia nampaknya tidak
dapat diandalkan.

PELEPASAN VISCERA

Setelah rongga tubuh diselidiki, organ ini bisa dilepas pada en bloc oleh perubahan
prosedur Rokitansky, secara akurat dijelaskan seperti metode Letulle. Pertama, intestine yang
dilepaskan adalah sebagai berikut :

Omentum adalah diangkat untuk ekposisi koil pada usus kecil. Bagian teratas dari jejunum
diidentifikasi, dimaan penekanan secara retroperitoneal untuk menggabungkan terminasi dari
deudoenum. Disini mesentry dilakukan dengan pisau dan pemotongan dilakukan. Jika hal ini
dianggap epnting, maka dominasi dari lubang pemotongan itu ditelaat secara benar dengan
kandungan isi perut setelah katub ileocaecal diraihnya.
Caecum kemudian dimobilisasi secara medial dengan menggunakan traksi manual
dengan kegunaan minimum dari pisau, yaitu untuk menghindari pelubangan lumen. Bilamana
hepatic flexure diraih, omentum ditekan untuk menggambarkan transversi colon dan ini
bertentangan dengan mesocolon, yang dipotong atau dirawat tanpa membuka atau membedah
perut. Spelnic flexure kemudian ditekan secara medial atau menurun, dan direndahkan dan
sigmoid colon dipisahkan dari dinding posterior abdominal. Dubur atas dipotong silang, beberapa
ahli patologi memasang tali yang dibuat dari usus di luar tubuh, sigmoid dan dubur itu diikatnya.

PELEPASAN STRUKTUR LEHER

Untuk membuat atau melepas struktur leher lebih mudah, blok 10-15 cm tingginya
ditempatkan di bawah bahu / pundak mayat. Ini diperbolehkan pada kepala yang jatung
kebelakang dan kemudian adanya ekstensitas dari leher. Dan ini bisa dilakukan secara bebas,
dengan menggantung tubuh, untuk menghindari kesalahan yang tidak diinginkan yaitu pada
temperatur C6-C7. ini dapat menimbulkan salah interpretasi seperti pada luka ante mortem,
khususnya bilamana artefact lain dari hamorrhage itu bisa disejajarkan seperti pada teori
(Prinsloo dan Gordon). Struktur leher adalah dilepaskan dengan menekan pisau dibawah kulit
dari leher atas setelah masuk ke rongga mulut. Pisau ini kemudian dikeluarkan disekitar rahang
bawah untuk membebaskan lidah.

PEMBUKAAN ORGAN VISCERA

Setelah bagian-bagian tubuh di inspeksi, organ-organ mulai di buka satu persatu sesuai
dengan modifikasi Prosedur Rokitansky, lebih akurat dideskripsikan dengan Metode LetulleÂ’s.
Pertama-tama, usus dibuka sebagai berikut :

Omentum diangkat naik untuk memperlihatkan lilitan usus halus. Bagian atas dari jejunum
diidentifikasi, yang mana melalui secara retroperitoneal untuk bergabung dengan bagian akhir
duodenum. Disini mesentery dibuka menggunakan pisau dan usus dipotong keluar. Jika perlu
untuk menahan isi gaster / duodenum / usus halus, dua rangkaian sutura mungkin melalui lubang
tersebut dan diikat sebelum memotong usus diantaranya, tetapi sedikit isinya hilang jika hal ini
tidak dilakukan. Usus diangkat keluar dan dibuka dengan memotong sepanjang mesentery
sampai mencapai valvula ileo-caecal.

Caecum kemudian dipindahkan agak ke medial menggunakan traksi manual dengan


penggunaan pisau seminimal mungkin, untuk menghindari bocornya lumen. Ketika flexura
hepatica telah dicapai, omentum ditarik ke bawah untuk menarik colon transversum berlawanan
arah dengan megacalon, yang mana dipotong, perhatikan untuk tidak membuka bagian perut
yang berdekatan. Flexura lienalis kemudian ditarik ke medial dan bawah, dan colon descendens
serta calon sigmoid dipisahkan dari dinding abdomen posterior. Bagian atas dari rectum dipotong
menyilang, melalui beberapa ahli patologi hanya menaruh usus diluar tubuh, membiarkan sigmoid
dan rectum tetap melekat pada tubuh.

PEMBUKAAN STRUKTUR LEHER

Untuk membuat pembukaan struktur leher lebih mudah, sebuah balok dengan tinggi 10-15
cm sebaiknya diletakkan dibawah bahu cadaver. Ini akan membiarkan kepala jatuh ke belakang
dan dengan demikian memperluas daerah leher. Hal ini harus dilakukan dengan halus, dengan
pemegangan seluruh tubuh, untuk menghindari yang sering disebut ”fraktur akibat orang yang
melakukan bedah mayat ”, yang mana subluksasi vertebra cervical bawah disebabkan karena
robeknya discus intervertebralis antara C6-C7. Ini bisa disalah interpretasikan sebagai luka
sebelum kematian, terutama jika artefak perdarahan umum yang lain sepanjang ligamentum
longitudinal anterior dari vertebra cervical dihadirkan ( Prinsloo dan Gordon ). Stuktur leher
kemudian dilepaskan dengan melewatkan pisau dibawah kulit dari leher bagian atas sampai
masuk ke dalam dasar mulut. Pisau kemudian mengelilingi bagian dalam mandibula untuk
melepaskan lidah. Jaringan di belakang dan disamping faring dipisahkan, dan daerah tonsil
dipotong keluar. Jari kemudian dilewatkan ke atas di belakang simpisis mandibula untuk
memegang lidah, yang mana kemudian ditarik ke bawah, jaringan yang tersisa di belakang faring
dipisahkan untuk melepaskan struktur leher. Ini sebaiknya dilakukan sejauh mungkin dari kateral,
sehingga carotid dapat dikeluarkan dari sturktur laring. Sekarang disarankan untuk melihat
kedalam laring dan lidah sebelum dilakukan pengrusakan lebih lanjut, untuk melihat jika ada
sumbatan, pendarahan, atau kelainan yang lain yang ada dijalan nafas atas.
PEMBUKAAN ISI THORAX

Sejumlah pembuluh darah dan saraf subclavia dipisahkan dengan melewatkan pisau dari
dalam thorax mengelilingi bagian medial akhir clavicula dan costae I untuk melepaskan trachea
dan oesophagus. Dengan tarikan halus, struktur leher dipegang dan ditarik ke caudal, dengan
hati-hati bersihkan seluruh sisa-sisa jaringan disekitar vertebra thoracal dengan pisau, perhatikan
agar pisau tetap berada pada tulang dan tidak terpisah-pisah yang dapat merusak oesophagus /
aorta.

Tarikan sebaiknya minimal, begitu mulai pemeriksaan rongga dada, tangan mulai
bergerak dari struktur leher kemudian turun diletakkan 2 jari dibawah lobus superior paru, angkat,
bersama-sama dengan mediastinum ketika pisau memotong dan membersihkan struktur midline
kebawah sampai ke diagfragma. Jika struktur leher tertarik terlalu keras dimana digunakan
sebagai tahanan untuk menarik keluar organ viscera thorax yang lain, struktur leher dapat robek.
Sebagai tambahan, aorta descendens dapat menahan robekan intima transversal, akibat tarikan,
yang mana menyerupai ”robekan tangga” yang asli, yang banyak dijumpai dalam kecelakaan
lalu lintas.

Perlengketan pleura mungkin dapat menghalangi pembukaan paru yang bersih. Jika
hanya sedikit, dapat dipotong keluar. Jika seluruh cavitas pleura terjadi perlengketan, dapat ditarik
keluar dengan membuat belahan datar dengan tangan dan disingkirkan. Kadang-kadang
( terutama pada penyakit paru akibat industri dan TBC lama ) perlengketannya tebal, kuat atau
bahkan mengeras. Pembukaan terhadap paru dapat dilakukan dengan menggerakkan pisau
kebawah sepanjang seluruh panjang pleura parietal melewati sisi anterior dalam dari costae, dan
dengan tangan melewati celah sampai bidang datar untuk memaksa pleura parietal lepas dari otot
intercostal dan costae.

PEMBUKAAN ORGAN ABDOMINAL

Ketika organ dada telah lepas, organ-organ tersebut diletakkan kembali kedalam thorax
dan diagfragma dipotong. Satu tangan menarik hati dan limpa ke medial, letakkan bagian kiri dari
diagfragma diletakkan pada bagian yang merenggang, ketika pisau memotongnya dari lateral,
dekat dengan sisi pinggir costae. Potongan melengkung pada bagian belakang di bawah organ
untuk mencapai vertebra, yang mana harus dipotong melalui ligamen-ligamen penting, kemudian
melalui bagian caudal di belakang ginjal, yang mana dipindahkan kedepan.

Pisau memotong melintang sepanjang otot psoas dan berakhir pada pinggir daerah pelvis.
Hal sama dilakukan pada sisi yang berlawanan, operatornya dapat menggeser tubuh mayat
tersebut jika perlu. Organ dada kemudian diangkat dan pelan-pelan ditarik kedepan unutk
mengambil organ viscera abdomen menuju ke bagian kaki. Berbagai tahanan biasanya
berhubungan dengan ligamentum penting yang keras dan tidak komplit.

Akhirnya, organ akan diletakkan terbalik sepanjang pubis, dilindungi hanya oleh
pembuluh-pembuluh darah iliaca dan ureter, yang mana akan dipotong, dan seluruh viscera
ditarik dan diangkat sampai dengan pemotongan cabang-cabangnya yang mana air mengalir dan
penerangan yang cukup harus tersedia.

PEMBUKAAN ORGAN PELVIS

Perlakukan terhadap isi pelvis tergantung pada tipe kasusunya. Ketika perkiraan sebab
kematian tidak berhubungan dengan lesi pada pelvis, pada mayat tersebut kandung kencing
mungkin dibuka lebih lebar, mukosa dan trigonum diinspeksi sebelum prostat diincisi untuk
pemeriksaan. Testis didorong keatas melalui canalis inguinalis yang mana dibuat lebih lebar
menggunakan pisau. Pada wanita, ovarium diincisi dan tuba fallopi di periksa dari atas sebelum
uterus disayat pada midline dari fundus sampai cervix.

Pemeriksaan lebih lanjut untuk masing-masing jenis kelamin dapat dilakukan dengan
mengenukleasi isi pelvis. Pisau memotong mengelilingi mangkuk pelvis sebelum manarik
kandung kencing hingga terpisah dari pelvis. Ketika dinding pelvis sudah lepas semua, pisau
memotong melalui bawah prostat kemudian melalui bagian rectum yang lebih rendah agar organ
pelvis dapat ditarik keluar. Pada wanita, ovarium dan tuba fallopi dipindahkan kedepan dan pisau
diteruskan disekeliling dinding dari mangkuk pelvis, kemudian sampai didepan dan di bawah dari
kandung kencing. Atap dari vagina dan rectum dipotong, untuk melepaskan semua isinya. Dalam
kasus-kasus yang dicurigai terjadi hubungan seksual atau aborsi, digunakan teknik khusus yang
di jabarkan dalam bab 19.

PEMBUKAAN OTAK

Perhatian berikutnya beralih pada kepala. Scalp diincisi sepanjang vertex posterior dari
titik di belakang telinga ke titik yang serupa di sisi sebelahnya. Ketika Y incisi digunakan pada
leher, anggota dari ” the Y ” mungkin bersambung bagian kanannya sepanjang scalp, terutama
jika pemotongan pada wajah diperlukan.

Jaringan ditunjukkan ke depan dari dahi bawah dan belakang sampai pada occipital.
Jaringan scalp yang lebih dalam mungkin dikupas menggunakan traction ( alat penarik ), tetapi
sering dibutuhkan sentuhan pisau untuk melepaskannya. Lebam dicari dan ketika luka pada
kepala ada atau diperkirakan ada, scalp harus dibuka hingga tengkuk leher, memberi perhatian
khusus pada jaringan di belakang dan di bawah tiap telinga dimana luka yang menyebabkan
kerusakan arteri vertebro-basiler terjadi. Jika ada luka pada wajah, kulit wajah mungkin
dilepaskan dari garis rahang dan turun dari dahi. Pengembalian bagian-bagian kulit wajahnya
sempurna jika tidak terjadi perforasi terhadap kulit wajah tersebut selama pembukaan.

Tempurung kepala terlihat, menggunakan kedua tangan atau alat bantu. Garis
pemotongan tidak boleh sepanjang kelilingannya, karena tidak mungkin merekonstruksi kepala
tanpa terjadi penggeseran calvaria yang kurang bagus. Harus dilakukan pembukaan sudut
segitiga, dengan pemotongan horizontal dari dahi sampai belakang telinga digabung dengan
pemotongan kedua yang melewati garis diagonal ke atas pada segitiga yang dangkal sepanjang
daerah occipitoparietal. Perhatikan, jangan meletakkan gergaji bagian belakang ini memotong
terlalu vertikal ( jangan terlalu anterior ) pada tempurung kepala, atau otak dapat rusak akibat
pembukaan yang terlalu sempit.

Calvaria kemudian dibuka dengan mencongkel setelah pemotongan lengkap. Palu dan
pahat tidak boleh digunakan dalam otopsi forensik, meski memastikan bahwa duramater tetap
utuh. Resikonya dapat terjadi perluasan atau bahkan dapat menyebabkan fraktur akibat
penggunaan alat-alat yang berlebihan tersebut. Hal ini hanya terlalu berlebihan untuk
menunjukkan suatu membran duramater yang tidak dikenal. Pemotongan pada duramater mudah
dikenali terhadap keadaan patologis yang dapat terjadi. Yang lebih penting adalah untuk melihat
permukaan duramater dan otak yang terbuka, dan kemungkinan adanya udem, perdarahan,
proses peradangan. Tempurung kepala diperhatikan dengan baik untuk menemukan adanya
fraktrur dan duramater dilepaskan dari dalam untuk mempelajari permukaan kulit bagian dalam.

Untuk pembukaan otak, duramater diincisi disekeliling garis dimana tempurung kepala
dibuka dan 2 jari diselipkan dibawah tiap lobus frontal. Dengan tarikan yang pelan, lobus frontalis
diangkat untuk memperlihatkan chiasma opticum dan nervus cranialis anterior. Falx mungkin
harus dipotong untuk melepaskan otak, kemudian skalpel atau alat dengan titik tumpul dilewatkan
sepanjang dasar tempurung kepala untuk memisahkan saraf cranial, arteri carotis dan tangkai
pituitary sampai sudut terlepas dari tentorium dicapai. Pemotongan dilakukan sepanjang tiap sisi
dari tentorium, mengikuti garis tulang petrosus temporal sampai ke dinding lateral dari tempurung
kepala. Dilanjutkan dengan penarikan otak, tetapi hati-hati jangan sampai mempengaruhi
permukaan atas berlawanan dengan pemotongan dengan gergaji pada bagian posterior. Pisau
memutuskan nervus cranialis posterior yang tersisa dan turun kebawah sampai pada foramen
magnum untuk memotong medula spinalis sejauh kebawah yang dapat dicapai. Sekarang, tangan
menyelinap didasar otak, yang kemudian diputar-putar kearah yang berlawanan agar dapat
dilepaskan, duramater yang masih melekat pada tempatnya diputuskan jika perlu. Otak diletakkan
pada piring skala dan ditinbang sebelum dilakukan fiksasi atau pemotongan.

Dasar dari tempurung kepala kemudian diperiksa dan basal duramater dibuka dengan
tang yang kuat untuk memperlihatkan adanya fraktur basal. Tang gigi yang telah disingkirkan
dapat dipergunakan untuk tujuan ini. Sinus venosus diincisi untuk mencari adanya trombosis. Jika
normal ( dan selalu pada bayi ) tulang petrosus temporal terlihat, terpahat atau terpotong dengan
penjepit tulang untuk memeriksa adanya infeksi telinga tengah dan dalam.

PEMBUKAAN DAN PEMERIKSAAN MEDULA SPINALIS

Ini bukan hal yang rutin dilakukan untuk membuka medula spinalis saat otopsi, kecuali
ada indikasi tertentu dimana mungkin ada beberapa lesi. Dimana, hal ini kemungkinan sangat
kecil untuk terjadinya kerusakan columna vertebralis, pembuluh darah atau isi dari canalis
vertebralis bagaimana pun sebaiknya tidak ada keraguan untuk melanjutkan otopsi sampai
memasuki daerah ini.

Ada beberapa teknik pembukaan medula spinalis dan untuk keteranga seluruhnya, teks
dari Ludwig atau Knight harus dikonsultasikan. Singkatnya, ada 2 pendekatan utama ke medula
spinalis, anterior dan posterior.

Dalam teknik anterior, corpus vertebra dibuka setelah pembukaan organ tubuh lengkap,
dengan menggergaji pedicle dengan pemotongan pada lateral bawah tiap sisi lebih baik jika tubuh
tidak dibalik sampai wajah tertutup dan incisi dorsal yang luas dihindari, yang mana
membutuhkan perbaikan berikutnya. Penulis menemukan bahwa teknik ini lebih melelahkan, tapi
bagaimana pun, tetap dibutuhkan terutama pada regio thoracal dimana ujung kepala dari costae
membuat pendekatan lebih sulit.

Pendekatan posterior lebih biasa digunakan, membutuhkan incisi midline dari occipital
kedaerah lumbal, otot-otot para spinal ditunjukakan sepanjang jaringan subcutan. Dua potongan
gergaji pararel kemudian dibuat kebawah sepanjang vertebra untuk memisahkan lamina kanan
dan kiri, dan memberikan akses ke canalis vertebralis. Ini paling baik dilakukan dengan gergaji
listrik yang berayun, perhatikan jangan memotong terlalu dalam yang bisa mengenai duramater
medula spinalis. Pelepasan tulang diperiksa dengan teliti dari bawah keatas untuk
memperlihatkan canalis vertebralis.

Pemotongan sebaiknya ditempatkan cukup lateral sehingga pembukaan medula spinalis


tidak megalami kesulitan. Ketika canalis terlihat, duramater medula spinalis diperiksa adanya
perdarahan, infeksi, atau kelainan lain, kemudian dibuka – tetap dengan duramaternya –
dengan memotong transversal akar saraf dan duramater, dan mengupasnya dengan progresif
dari bawah ke atas. Duramater kemudian pelan-pelan dibuka dengan penjepit dan gunting untuk
memeriksa medula spinalisnya. Medula spinalis bisa dimasukkan dalam formalin, dengan otak,
segera sebelum pemotongan dan contoh dibawa ke bagian histologi. Fraktur, infark, infeksi,
perdarahan, dan proses degenerasi adalah lesi utama dalam konteks forensik. Canalis vertebralis
yang kosong harus diperiksa hati-hati untuk melihat adanya kerusakan discus, tumor, fraktur,
perdarahan dislokasi, dan kolaps vertebra.

Ketika pada otopsi, dicurigai adanya kerusakan vertebra, latihan permulaan yang baik
adalah dengan menggeser tangan dibawah punggung dari tubuh di atas meja otopsi dan menarik
vertebra dorso-lumbar ke atas, sambil memperhatikan bagian dalam dari corpus vertebra. Jika
ada fraktur atau dislokasi, sudut abnormal yang terjadi tiba-tibaakan terlihat, sebagai ganti
pembengkokan yang terjadi secara halus. Vertebra cervical dapat di tes dengan manipulasi
manual.Jika sudut yang dicurigakan terlihat, sayatan dapat dilakukan sepanjang vertebra anterior,
melalui corpus vertebra dan discus, menggunakan gergaji listrik atau tangan. Ini akan
memperlihatkan bagian dalam dari vertebra dan menunjukkan adanya fraktur, perdarahan, atau
discus yang robek. Jika salah satunya ditemukan, medula spinalis harus selalu dibuka.

PEMERIKSAAN ORGAN-ORGAN

Pemeriksaan Organ-Organ Dalam

Organ thoracal dan abdominal diletakkan di atas meja bedah dengan panjang yang sesuai
dan di bawah penerangan yang baik. Air mengalir untuk mencuci harus tersedia dari pipa yang
flexibel, untuk membersihkan jaringan sebagai prosedur pembedahan. Beberapa ahli patologi ada
juga yang mengatakan bahwa hal ini tidak seharusnya dilakukan, karena air dapat memberikan
efek terhadap kualitas sayatan histological di kemudian waktu, tetapi hal ini akhirnya tidak dapat
dibuktikan (Cotton dan Stephenson). Dalam beberapa kasus, pembukaan bagian inferior yang
luas pada pemeriksaan mata yang akan memberikan hasil jika darah tidak dipindahkan pada
interval yang singkat secara berlebihan melebihi objek lain dalam hal detail dari struktur sel,
terutama dalam kebanyakan otopsi forensik, penampakan secara keseluruhan biasanya jauh
lebih penting.

Organ viscera harus dibaringkan sehingga lidah menghadap pemeriksa, dengan aorta
pada bagian atas. Urutan yang sama dalam pemeriksan harus diperhatikan meski dalam kasus
umum, jadi dengan rutinitas yang tetap akan memastikan tidak ada hal yang tertinggal.

Struktur Leher

Lidah diperiksa akan adanya penyakit dan luka, termasuk gigitan lidah dalam rahang
sendiri atau karena epilepsi. Lidah disayat untuk mendeteksi adanya perdarahan yang dalam
yang kadang-kadang terlihat dalam kasus adanya perlawanan. Perdarahan semacam ini terlihat
paling banyak pada pinggir dan tengah dari lidah bagian tengah. Kongesti yang jelas, yang mana
berhubungan dengan penekanan pada leher atau model lain kongesti pada kematian, biasanya
terdapat pada bagian posterior lidah. Tonsil dan dinding faring di inspeksi.

Glottis diperiksa terhadap adanya sumbatan mekanis atau infeksi, dan tulang hyoid serta
tiroid di palpasi untuk mengetahui adanya fraktur. Oesophagus dibuka dengan gunting tumpul
yang besar ( 20 cm ), juga dengan pisau 10-15 cm yang matanya sangat tajam dan pisau yang
matanya panjang ”pisau untuk memotong otak” adalah peralatan yang paling berguna dalam
otopsi.

Arteri carotis di tiap sisi dibuka, termasuk bifurcatio dan sinus. Jika perlu, bagian atas dari
carotid dibuka dalam tubuhnya sendiri dan mengikuti dasar dari tempurung kepala. Jika dicurigai
ada trombosis, bagian intra-cranial harus diperiksa dalam sinus cavernosus.

Mengembalikan struktur leher, tiroid harus disayat dan di inspeksi, kemudian oesophagus
dibuka hampir sampai di bagian cardia dari lambung dan berbagai bahan yang dicurigai seperti
kapsul, tablet, bubuk diambil untuk analisa.

Gunting kemudian melewati bawah dari garis posterior laring dan trachea sampai pada
carina. Jika dicurigai ada penekanan di leher dengan berbagai tipe seperti adanya perlawanan,
kemudian pemeriksaan khusus harus dilakukan, seperti dijelaskan dalam Chapter 14.
Trachea dab bronchus utama harus di inspeksi terhadap adanya penyakit dan sumbatan.
Isi lambung sering ditemukan, tetapi nilai pentingnya di diskusikan dalam Chapter 13, sebaiknya
tidak diasumsikan bahwa aspirasi sebelum kematian hanya terjadi dari adanya isi lambung pada
jalan napas.

Paru-paru

Paru-paru kemudian dibuka, setelah pemeriksaan yang teliti pada permukaan externalnya
terhadap patchy kolaps, emfisema dan petechie dan lain-lain. Hampir setiap otopsi akan
memperlihatkan sedikit petechie, terutama disekitar hillus dan fissura interlobaris. Nilai pentingnya
juga didiskusikan dalam chapter 13.

Paru-paru dipindahkan dari rongga thorax dengan memotong dengan menggunakan pisau
yang matanya panjang ( seperti pisau untuk memotong otak ) di buh hillus dengan sisi tumpul
keatas. Pisau diatur pada diatur pada posisi yang sesuai sebelum diubah ke sisi tajam ke atas
untuk memotong hillus. Sebelum melakukan ini mungkin perlu untuk membuka perlengketan
sepanjang diagragma dan memotongnya melalui ligamentum pulmonary, yaitu jaringan yang tipis
yang terletak pada sisi medial inferior lobus bawah ke mediastinum.

Setelah hillus dipotong, ahli patologi harus memberitahukan jika ada emboli yang terlihat
pada arteri pulmonalis. Ini dilakukan karena emboli dapat keluar dan tercuci tanpa pemberitahuan
turun ke tempat cuci. Beberapa ahli patologi berkeras bahwa pembukaan batang pulmonal dan
bahkan vertikel kanan sebelum pembukaan paru, untuk mencari emboli yang tersembunyi. Hal ini
tidak perlu karena emboli besar yang lain akan segera terlihat pada pemeriksaan hepar dan paru
pada urutan pemeriksaan yang biasa dilakukan.

Kedua paru diangkat dan hillus diinspeksi sebelum di letakkan untuk dipotong. Paru harus
ditimbang sebelum dipotong, karena cairan udem yang memiliki dapat keluar selama dipotong.
Kemudian tiap bagian paru diletakkan dengan hillus dibawah diatas meja bedah, kesempatan ini
diambil selama menangani evaluasi berat dan udem, seperti halnya pada emfisema.
Paru dipegang pada bagian atasnya dengan tangan kiri operator ( atau dengan busa
spons ) dan organ dipotong sagital dari atas sampai dasar dengan pisau untuk memotong otak
yang besar, letakkan pararel dimeja. Prosedur ini dilakukan pada sayatan antero posterior, bagian
medial bawah dibawa ke hillus. Permukaan yang dipotong kini dapat dibuka seperti membuka
buku dan permukaannya diperiksa terhadap udem, tumor, pneunomia, infark, trauma dan lain-
lain. Bronkus yang lebih kecil harus di inspeksi untuk mendeteksi tanda-tanda penebalan mukosa,
infeksi dan sumbatan. Arteri pulmonalis yang lebih kecil mungkin memperlihatkan trombosis atau
emboli yang tidak terlihat pada pembuluh darah yang lebih besar.

Meletakkan Paru dalam Formalin

Dalam beberapa otopsi medikolegal, terutama pada penyakit paru akibat industri seperti
preumoconiosis atau asbestosis, 1 atau ke 2 paru perlu diletakkan dalam formalin untuk difixaxi
sebelum dipotong. Ini menunjukkan bentuk dan histologi dalam keadaan sempurna, tetapi
penundaan pemeriksaan paling lambat beberapa hari. Ini dilakukan dengan memegang atau
mengikat cannula kedalam bronkus ketika 10% formal saline di perfusi melalui selang dari tempat
persediaannya dengan jarak ± 1 m di atas paru. Paru kemudian diletakkan dalam bak formalin
yang ditutupi dengan kain terendam formalin untuk menghindari proses pengeringan.

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR

Ada banyak cara untuk memeriksa jantung yang dilakukan oleh seorang patologist, setiap
operator harus memutuskan metode apa yang paling baik untuk digunakan. Pada bahasan ini
tidak akan membahas tentang post mortem angiography, disini hanya akan membahas cara yang
umum dan rutin dipakai untuk memeriksa jantung.

Pertama jantung dan paru-paru diputar sehingga bagian bawah terlihat, pisau disayatkan
di a. iliaka melewati kanan atas lengkung aorta lalu mengitari beberapa cm diatas katup aorta,
namun tidak boleh melewati lapisan perikardium. Bagian dalam dari aorta dipelajari khususnya
pada kasus ateroma, aneurisma atau trauma. Vena kava inferior dibuka. Organ-organ ditarik lalu
diputar balik sampai jantung menjadi bagian yang paling atas. Pada lapisan perikardium dilakukan
inspeksi luar untuk melihat cairan dan bekuan darah, lalu perikardium dibuka dengan pisau.
Jantung dilepaskan melalui insisi dan dilakukan inspeksi luar pada kasus perikarditis, perlekatan,
perubahan warna jantung akibat infark dan aneurisma jantung. Pada anak-anak, kelenjar timus
harus diperiksa dan dibedah.

Lalu jantung dipindahkan dengan cara dipegang dengan tangan kiri supaya
perlekatannya tetap kuat terhadap organ lain. Pisau panjang disayat horisontal melintasi
perikardium memotong sepanjang bagian terbawah dari aorta dan pembuluh darah besar lain
diatas atrium.

Lalu cuci bagian luarnyadan ditempatkan pada posisi anatomis pada meja pemotong
dengan bagian apex menghadap operator dan permukaan anterior menghadap keatas. Jantung
tidak boleh ditimbang terlebih dahulu sampai selurugh darah dan bekuan darah yang da di
dalamnyadikeluarkan. Ukuran normalnya bentuk dan ventrikel ynag emmbesar harus diperhatikan
periksa juga apakah ada dilatasi atau penebalan dari conus pulmonalis yang merupakan tanda
dari hipertrofi ventrikel kiri, terutama bila terlihat striae pada otot transversal melewati conus.

Atrium kanan dibuka dengan memasukan pisau ke vena kava inferior dan memotong
secara pararel melewati bagian dari atrium kanan lalu bagian dalam dari atrium, septum dan
katup trikuspid diperiksa.

Septum interventrikulare diperiksa bagian luarnya, lalu dengan pisau dipotong kira-kira 15
mm kekanan dan secara pararel sepanjang ventrikel kanan. Hal ini harus dilakukan dengan
kedalaman yang cukup untuk memasuki lumen tapi tidak boleh menenai dinding posterior,
gunting memotong conus pulmonalis ke arteri pulmonalis sampai terjadi pertemuan.
Pengguntingan diperluas sampai ke bagian bawah apex dari ventrikel. Pisau memotong kebawah
dan melewati bagian luar sudut kanan, dituntun oleh jari tangan kanan melewati katup trikuspid
dari atrium kanan yang telah dibuka. Sekarang semua sisi kanan jantung telah terbuka. Setelah
ini bagian tersebut harus dicuci dan bagian endokardium serta katup harus diperiksa.

Dengan cara yang sama dikerjakan pada sisi kiri jantung. Pisau dimasukan ke vena
pulmonalis dan melewati bagian horisontal ke vena yang berlawanan, dengan demikian membuka
atrium, jari dimasukan ke arah bawah sepanjang katup mitral untuk memastikan ukuran dan
mendeteksi adanya stenosis.

Jantung dikembalikan ke posisi anatomis, dipotong kembali pararel dari septum, tapi
pada sisi kirilebih dalam karena ventrikel kiri lebih tebaldituntun oleh jari pada katup mitral,
pemotongan diperluas keatas sepanjang katup dan keluar pada bagian atas atrium.

Jari-jari melewati saluran keluar ke aktup aorta untuk memperkirakan ukurannya lalu
pisau melewati katup mitral ke katup aorta maka ujung aorta terbuka seluruh bagian jantung
sekarang telah terbuka dan dapat dicuci serta dapat ditimbang.

Ada bermacam-macam perkiraan ukuran berat dai jantung normal, tergantung dari berat
badan dan jenis kelamin meskipun bukan merupakan ukuran pasti. Sesorang dengan postur
tubuh sedang tidak memiliki berta jantung yang sesuai dengan ukuran otot sesorang bila orang
tersebut memiliki penyakit hipertensi. Persoalan ini masih merupakan perdebatan namun sebagai
auan berata jantung normal pada orang dewasa dengan postur tubuh normal ± 380 gram.
Setelah diukur beratnya, endokardium dan klep diperiksa, kemudian arteri koronaria. sekali
lagi,terdapat kontroversi pada metoda pembukaan jantung, tetapi metode yang digunakan saat ini
adalah memotong dengan potongan melintang dengan pisau dibanding membuka secara
membujur dengan gunting kecil.

PEMERIKSAAN ORGAN PERUT ( ABDOMEN )

Organ yang akan diperiksa diletakkan di permukaan tempat pemotongan pada posisi
antomis denga hepar dan lambung jauh dari pemeriksa dan permukaan anterior menghadap
keatas.

Lambung dibuka dan apabila ada permintaan dari isi lambung untuk keperluan analisis
kita harus menyiapkan tempat untuk menyimpan isi lambung tersebut. Lambung dicuci bagian
luarnya dengan air mengalir dan pemotongan kecil pada kurvatura mayor dilakukan. Tempat
untuk menyimpan sample dapat ditaruh di bawah meja pemeriksaan, setelah itu kurvatura mayor
dibuka lebar dan isi lambung dikeringkanbila ada substansi lain yang melekat pada lambung
dapat dimasukan ke tempat penyimpanan sample tersebut.

Beberapa pemeriksaan laboratorium membutuhkan contoh dari dinding lambung untuk


dilakukan anlisis, hal ini dapat dilakukan setelah seluruh organ dibuka dan lapisan lambung telah
diperiksa.bila isi lambung tidak dibutuhkan tau telah di simpanlambung dibuka dari cardia ke
pylorus sepanjang kurvatura mayor setiap lapisan dicucci dan diperiksa, potong melewati pilorus
disekitar duodenumsampai ditemukan titik temu.kandung empedu mungkin dapat kita remas
untuk mentukan patency dari kandung empedu sebab pada kasus morfin dan CPZ overdosis
diperlukan pemeriksaan kandung empedu.

Kelenjar adenal diperiksa pada pemeriksaan selanjutnya, bagian kanan adrenal berada
diatas ginjal, bagian kiri ada pada sisi medial bila ginjal kanan diambil dengan tangan kiri dan
diangkat keatas berlawanan dengan berat dari hepar, pemotongan pada jaringn yang
diregangkan antara hepar bagian kiri tertananm pada jaringan diantara pankreas, limpa dan
ginjal. Jumlah dari kortikal lipoid, tidak adanya perdarahan dan kelainan lain harus ditulis pada
setiap kelenjar yang diperiksa. Limpa dipindahkan dengan memotongmelalui pediclenya dan
dipotong menjadi beberapa bagian setelah ditimbang. Pancreas diletakkan di bawah lambung dan
dipotong sesuai dengan panjangnya dari lekukan duodenum ke ujungnya ditaruh berlawanan
dengan hilus limpa.

Ginjal dikeluarkan denagn memotong kapsulnya biasanya setelah lapisan tebal dari
perineum dilewati, ginjal dapat dikeluarkan dari kapsulnya kecuali bila telah melekat. Pada ginjal
di periksa dengan membuka aorta, namun dapat diperiksa ulang, ureter juga dapat diperiksa.
Ginjal dirobek pada bagian hillusnya dan ditimbang, lalu potong sesuai dengan panjangnya untuk
memeriksa bagian anterior. Lebar dari korteks ginjal penting untuk diperiksa pada orang
normal± 1 cm, granuler pada permukaan ginjal dan kejernihan dari cortikomedilary junction
dinilai.

Usus kecil juga harus diperiksa pada stage awal pemindahan namun pada pemeriksaan
usus kecil tidak perlu dibuka semuanya, kecuali bila ada indikasi tertentu.

PEMERIKSAAN OTAK

Setelah dilakukan penimbangan pemeriksaan otak harus segera dilakukan biasanya


dilakukan cara wet cutting yaitu otak ditaruh di dalam kotak berisis formalin, supaya otak terfiksasi
sebelum dipotong untuk memudahkan pemotongan supaya lebih akurat.

Teknik dari fiksasi otak telah banyak diketahui yaitu otak ditaruh pada tempat
penyimpanan yang berisi 5-8 liter formalin yang mengandung10 % buffer formalin. Otak ditaruh
dan diikat dengan benang/ paper clip melalui arteri basilaris dn diikuti di bagian mulut atas/ pinggir
atas dari tempat penyimpanan tersebut.

Pada otopsi mayor tidak perlu dilakukan fiksasi (perendaman otak pada formalin) bila
tidak ada lesi di otak atau hal lain yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan luarbila ada kasus
seperti ini lebih bagus dilakukan cara wet cutting. Bila hanya terdapat satu lesi lebih baik diperiksa
dalam kondisis tidak terfiksasi, pada kasus subarachnoid hemorhage, lebih mudah untuk mencuci
dalam keadaan fresh/sebelum diberi formalin, belum difiksasi dan darah dengan air yang
mengalir.
Apakah otak diperiksa dalam keadaan basah atau telah terfiksasi urutan pengukurannya sama
saja beratnya adalah hal pertama yang harus diukur normalnya untuk pria dewasa 1300- 1450
gram, pada wanita lebih kecil seratus gram, harus diperhatikan bahwa otak yang telah terendan
formalin menjadi lebih berat 8 % dari ukuran normalnya.

Otak diperiksa apakah ada kelainan pada permukaannya (hemorrhage), perdarahan


meningeal lesi yang paling penting pada forensik patology ( baik ekstradural, subdural, atau
subarachnoid) ini berarti pemeriksaan darah pada otak terutama arteri dari sirkulasi willis dan
pembuluh darah vertebralis sangat pentingterutama untuk pencarian Berry Aneurisma

Kesimetrisan dari otak harus dipriksa juga apakah terdapat depresi pada otak karena ada
massa atau kompresi dari tulang tengkorak. Perkiraan dari udema otak ditentukan dari beratnya,
juga dari gyrus otak yang mendatar, hilangnya sulcus dan terjadinya hernia hipocampus.

Herniasi uncus ditandai dengan adanya infark, sama dengan herniasi dari tonsila
cerebelar ke foramen magnum.

Pemeriksaan teliti dari pembuluh darah basiler dan bagian luar otak dan setelah
dilakukan perabaan bila terdapat massa di bawah kortex seperti adanya perdarahan , abcess
atau tumor kistik maka otak harus dipotong untuk melihat kelainan apa yang ada.

Pemotongan pertama dilakukan di pedunculer otak, pisahkan cerebrum dari cerebelum


lalu cerebelum dipisahkan dari batang otak. Lalu otak kecil dipotong untuk memeriksa
subsstansia nigra, hal ini dilakukan unutk memeriksa apakah terdapat perdarahan
sekunder/primer akibat tekanan pada intrakranial. Otak kecil dan pons dipotong vertikal kebawah
dan dibukla untuk melihat ventrikel 4, nukleus dentatus dan bagian dalam dari cerebelum, bagian
bawah pons dan medula dipotong transversal/longitudinal.

Hemisphere otak besar dipotong pada bagian coronal dari lobus frontalis ke occipitalis potongan
harus ± 1 cm tebalnya. Pemotongan ini harus dilakukan dengan hati-hati.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN
Mikrobiologi

Lebih umum pada atopsi klinik, meliputi pemeriksaan contoh kultur untuk bakteriology,
virology dan jamur bila diperlukan.

Swab dapat dikerjakan juga pada otopsi. Alternative lain yaitu contoh jaringan
dikumpulkan pada tempat yang steril hal ini merupakan metode yang umum sebagai contoh untuk
kultur virology dari paru dan otak.

Kultur darah mungkin diperlukan dan apabila kita akan mengambil darah lebih baik jika
kita menggunakan jarum suntik yang sterildarah dapat diambil dari pembuluh darah besar di vena
femoralis, sebagai alternative darah dapat juga diambil dari bilik jantung yang baru saja dibuka.

Pada seluruh investigasi otopsi kultur dilakukan segera sesudah meninggal atau secepat
mungkin karena sering terjadi kontaminasi maka dari itu hal ini harus dilakukan oleh ahlinya.

Toksikologi

Hal ini sudah pernah dibahas dan akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya, pada
bagian ini pengumpulan spesimen yang harus diperhatikan, spesimen dapat diambil adri darah,
urin, isis lambung, organ ( t.u hati), isis usus, cairan otak (cairan cerebrospinal) , kandung
empedu dan cairan bola mata. Tempat untuk penyimpanan spesimen harus steril. Pemeriksa
spesimen ahrus disertai denagn form yang berisis tentang isi sample yang akn diperiksaidentitas
korban, dll.

Histologi

Sebagian besar otopsi (pemeriksaan mayat) tak dapat dielakkan dan selalu berkaian erat

dalam kasus kejahatan dan litigious (perkara pengadilan), ahli patologi membutuhkan suatu

pengujian histologi atas jaringan, bilamana hanya mengeluarkan sisi kemungkinan dari penyakit

alami. The Royal College of Pathologist merekomendasikan bahwa histologi diambil dari setiap

otopsi dan saran ini akan diikuti bilamana memungkinan, dalam beberapa otopsi medicolegal,

faktor biaya menjadi hal yang menyulitkan bilamana ada sisi kewenangan terhadap pegawai

yang memeriksa sebab musabab kematian seseorang dan pihak lain terhadap dana atau

anggaran yang harus dikeluarkan. Dan biasanya hal itu dapat menopang sampel liver, limpa kecil,
ginjal, paru-paru, tyroid, adrenal, pancreas, dan otot sebagai suatu karakteristik minimum. Dimana

ada indikasi untuk menguji bagian lain dari tubuh, dan hal itu ditopang dalam keterikatannya

dengan jaringan rutin. Jaringan itu disample-kan oleh pengambilan rangkaian yang besar dari

proses otopsi (adanya penurunan ukuran) atau adanya pemotongan blok dari ukuran standar

(seperti 20 x 12 x 15 mm) pada waktu otopsi berlangsung.

Jaringan itu ditempatkan dalam volume yang besar dan banyak diikuti oleh asumsi lain

yang sifatnya tetap paling sedikitnya selama beberapa hari sebelum proses berlangsung. Volume

fixative itu dilakukan selama enam jam dari total volume jaringan; dan ini terlalu umum untuk

melihat massa jaringan sambungan kedalam container kecil, dan ditutup dengan formalin, dan

sifatnya semi kering. Beberapa prosedur dikhususkan juga dalam penggunaan saat ini, seperti

pengujian histochemistry, fluorescent microscopy dan immunohistochemical, yang digunakan

secara khusus dalam patologi akibat kematian yang mendadak dimana bukti myocardial

infarction awal ini mulai terlihat. Dan ini didiskusikan dalam bab mengenai sifat kematian yang

wajar (bab 25).

Radiologi otopsi

Secara detail penemuan radiologi akan didiskusikan dalam setiap bab, khususnya dalam

hubungannya dengan penyalahgunaan obat-obatan pada anak-anak, luka kena tembakan,

identifikasi dan ilmu kedokteran gigi. Dan secara umum, radiologi adalah sama untuk photografi

dalam ruang otopsi, yang membutuhkan banyak alat yang besar dan seseorang untuk

mengoperasikan peralatan dan proses film.


Kualtias bantuan radiografik yang tersedia akan bisa divariasikan secara luas dari tidak

adanya penekanan terhadap tekik-teknik, termasuk tomography dan lain-lain, dalam setiap

penelaahan, magnetic resonance imaging (MRI).

Perbedaan utama biasanya apakah otopsi itu dilakukan dalam suatu rumah sakit yang

memiliki peralatan yang baik, dimana ada alat radiografik, radiographer menggunakan radiologist

untuk membaca film atau apakah otopsi dilakukan dalam tindakan khusus dan tersedia fasilitas

klinisnya.

Di beberapa negara berkembang, radiographi menjadi hal yang langka bagi kehidupan

pasien, dan beberapa standar bantuan terhadap ahli patologi yang tidak dapat diharapkan. Dalam

konsepsi yang lebih besar, negara-negara kaya, selalu menelaah masalah ini secara benar, disini

adanya mobilisasi peralatan atau perlengkapan yang tersedia dan kadang-kadang digunakan oleh

ahli patologi forensik. Dalam skala kecil, sinar X dapat digunakan dalam dua kopor, dan fungsi ini

berasal dari ordinary domestic power supply atau dari portable petrol generator. Pada beberapa

kesempatan kamar mayat akan mempunyai mesin portable yang kecil, kadang-kadang dibuang

dari kegunaan klinis. Dan hal ini bisa diputarkan kedalam posisi lain bilamana dibutuhkan, dan

film dan bantuan teknik dipastikan dari rumah sakit terdekat, yang dekat.

Untuk organ atau jaringan yang dipisahkan, perlengkapan cabinet type radiografic

tersedia, dan ini dapat digunakan tanpa bantuand ari radiographer yang terlatih.

Dimana ada isntitusi forensik besar, yang dapat menyempurnakan fsilitas radiologi
dengan staf dan perlengkapan pada operator dan proses dominasi lain yang tersedia setiap

waktu. Dimana proyek penelitian ini meliputi radiologi, seperti post mortem coronary angiography,

digunakan dan biasanya juga untuk fasilitas penggunaan rutin.

Tahapan ini dimana radiologi dilakukan dalam suatu otopsi yang akan divariasikan sesuai

dengan kondisi individu, tetapi lebih disukai setelah pengujian eksternal yang sempurna, tetapi

sebelum pemotongan atau pembedahan dimulai. Radiografi untuk luka pada tulang tidak sering

dibutuhkan seperti skeleton dan ini dapat diinspeksikan secara langsung oleh pembedahan dalam

trauma utama. Pengecuali ini khususnya pada penyimpangan anak terhadap obat-

obatan/narkotika, dimana seperti diulas di bab 22, survei mengenai kerangka / skeletal

dibutuhkan sebelum otopsi berlangsung. Dan tentu saja, beberapa ahli forensi dan ahli patologi

paediatric akan menjelaskan pentingnya radiologi pada semua bayi.

Adanya kecurigaan embolisme udara, pneumotorax, barotrauma, luka akibat tembakan

senjata dan kematian eksplosif (ledakan) mempunyai pengujian radiologi sebelum otopsi, dan

bilamana adanya traumatic subarachnoid haemorrhage, dimana vertebral artery angiographi

dibutuhkan, seperti yang dijelaskan di bab 5.

Mutilasi, khususnya dari gangguan massal, dibutuhkan sinar X, beberapa korban yang

luka akibat kebakaran dimana adanya kerusakan eksternal yang membuat sulit dilakukan

pembedahan. Dimana alat eksplosif, bom masuk dalam keterikatan ini, dan penting adanya

radiologi untuk mendeteksi berbagai bagian mekanisme yang dibutuhkan untuk suatu proses

jaringan.
Lebih dulu film biasanya diambil sebelum otopsi dimulai, beberapa luka bisa

didemonstrasikan secara baik atas isolasi organ atau struktur. Dari penyalahgunaan obat-obatan

pada anak hal itu bisa divisualisasikan dengan sinar X bilamana chest cage itu dibedah, dan

radiografi diambil tanpa kelenjar ataujaringan yang lembut dan struktur yang tak jelas dari

sternmum dan tulang rusuk. Dan biasanya blok pada sisi tulang belakang bisa retak, dimana

proses vertebral artery atau larynx akan bisa memperlihatkan keretakan hyoid atau thyroid

cornuae yang lebih jelas bilamana mereka menggunakan sinar X pada tubuh.

Forensic photography

Beberapa ahli patologi forensik mengambil phografi yang dimiliki mereka dari kedua

adegan kematian dan otopsi. Lainnya direalisasikan atas photographer yang profesional seperti

polisi, dan photographer medis rumah sakit.

Standar ahli seperti doctor photographer adalah yang terbaik, dan gambar mereka akan

terlihat seperti pada beberapa buku pelajaran. Dan hal itu secara umum lebih menekankan pada

sisi keahlian operator, dan ini ditawarkan oleh mereka.

Tipe kamera adalah berukuran 35 mm refleksi sinar tunggal, dan sekarang tersedia,

dalam semua tingkatan penekanan dan harga. Ini berarti bahwa karakteristik ini penting dari suatu

proses forensic photography.


Tipe lensa adalah masalah pilihan pribadi, seperti adanya lensa dengan panjang focal

yang beragam. Standarnya adalah 50 mm yang lazim digunakan, tetapi untuk adegan kriminal

atau kejahatan digunakan full length shot dalam kondisi yang kaku, luas sudut lensa adalah 28

atau 38 mm sangatlah dibutuhkan. Panjang focal lebih panjang diatas 80 mm dan ini dapat

digunakan untuk gambar close up dari luka kecil, tetapi lensa telephoto adalah berukuran 100-200

mm tidaklah dibutuhkan, secara umum dipastikan untuk suatu proses macrophotography.

Beberapa ahli patologi termasuk pengarang, menunjukkan adanya kombinasi lensa dari

sebuah bagian integral dari bagian fisik kamera, dan penggunaan automatic thyristor control tidak

dikomplikasikan terhadap penghitungan nilai sisi real yang dibutuhkan. Untuk setiap karakteristik

kerja, kamera ini tidaklah memuaskan, adanya extension cable yang digunakan dan harganya

murah. Cahaya atau kilasan ini dapat dihias dalam ruang otopsi atau ring flas disekeliling lensa

yang digunakan untuk menghindari bayangan kamera.

Beberapa diantaranya menyukai menggunakan cahaya lamp TL dibandingkan kamera,

ide ini tidaklah praktis kecuali adanya fixed station yang dipasang di ruang otopsi untuk suatu

proses photografi organ. Tidaklah praktis digunakan untuk lampu sorot pada tabel meja otopsi

atau adegan yang diperlihatkannya.

Tipe film tergantung atas sifat iluminasi atau pencahayaan. Kecepatannya adalah

berkisar 100 atau 200 ASA lebih dari sekedar tepat untuk kerja kamera, 400 ASA adalah lazim

digunakan saat ini. Beberapa photografer medis meisahkan bagian kamera dengan kecepatan
tinggi yaitu berkisar 1000 ASA film untuk penggunaan khusus.

Film ultraviolet (UV) dan film sensitif infra merah sudah lazim digunakan untuk

mendemonstrasikan luka permukaan yang tidak terlihat dari mata manusia. Dan ini sudah

diklaim adanya luka ataumemar yang bisa ditunjukkan oleh UV photography, seperti pada

penyimpangan anak terhadap obat-obatan, tetpai hal ini harus diambil dan adanya sisi

keuntungan untuk menghilangkan dominasi positif.

Beberapa dokter menginginkan untuk proyeksi pada aspek pelajaran, dan ini bisa dibuat

keadlam print, warna atau monochrom. Jika print, secara khusus diinginkan untuk publikasi hitam

dan putih dalam buku atau jurnal, dan ini yang terbaik bagi mereka, yang pada awalnya dilakukan

pada film monokrom, sebagai warna negatif yang tidak menyediakan reproduksi kualitas yang

sama dalam warna hitam dan putih.

Beberapa ahli patologi menggunakan kamera polaroid atau bersama-sama dengan film

konvensional. Keuntungan print yang cepat ini adalah catatan adanya adegan kematian yang

dapat dipastikan sebelum otopsi berlangsung dan adanya penemuan pengecekan kembali dan ini

bertentangan dengan dominasi atau aplikasi dari lingkungan sekitar.

Majunya perkembangan dunia elektronik dan revolusi photografi, dan adanya aplikasi

yang luas dan karakteristik potensial terhadap kerja forensik dan otopsi. Kamera elektronik bisa

divariasikan dari berbagai tingkatan penekanan, resolusi dan biaya, dan ini sekarang secara

instan atau cepat dapat menyimpan image atas floppy disc yang kecil, yang kemudian bisa dilihat
secara tiba-tiba pada komputer VDU atau dicetak pada printer laser warna. Image ini bisa

dimanipulasi dalam beberapa cara untuk memperluas bagian atau membenarkan keseimbangan

warna, dan dikirim melalui modem pada lokasi jauh atau adanya penggabungan terhadap bahan

tekstual atau laporan. Dan saat ini, kualitas resolusi tidaklah bagik seperti film silver atau perak,

tetapi di waktu mendatang secara elektronik hal itu bisa discan selama beberapa menit, image

optikal didigitkan kedalam penyimpangan elektronik untuk manipulasi yang sama.

Semua image elektronik dapat disimpan pada alat CD ROM, yang menawarkan

penyimpanan yang besar dan kapasitas mendapatkan kembnali untuk mencatat dan untuk tujuan

pendidikan. Dalam penambahannya, kearngka tunggal dari kamera video mencatat dan ini dapat

dikonsepsikan sebagai gambar atau penyimpanan secara elektronik.

Dalam hubungannya dengan photografi aktual, ditandai adanya peningkatan dalam

kualitas gambar dan ini bisa dicapai dengan sedikit perawatan dalam komposisinya. Pada

adegan kematian, sudut pandang ini bisa dilihat pada lingkungan sekitar yang diamti atau diphoto

seperti keberadaan mereka, tanpa adanya modifikasi atau perubahan. Posisi kamera biasanya

dipilih dapat memotong latar belakang yang beragam bilamana memungkinkan. Dalam ruang

otopsi biasanya mempertimbangkan peningkatan lain dan ini dibuat oleh penggunaan sudut

pandang optimum dan adanya perubahan latar belakang. Beberapa photografi adalah diganggu

oleh adanya obyek tidak relavan atau hal-hal lain yang sifatnya membingungkan dalam latar

belakang seperti pengamat, ember/timba, boot atau sepatu tinggi dan paraphernalia lainnya dari

ruang otopsi. Frame gambar diisi secara sempurna bilamana memungkinkan dengan obyek yang

terlihat. Close shot diambil untuk membatasi margin yang tidak relevan, dimana hal ini

dibutuhkan, anatomical landmark diamsukkan untuk orientasi peninjau. Kamera ditempatkan pada

sudut atau sisi kanan dari obyek yang diphoto, bilamana memungkinkan.
Dimana fitur adalah aspek yang tidak jelas atau tidak signifikan yang ditindaklanjuti

sebagai obyek yang dibuktikan atau adanya jari tangan dalam posisi yang tepat. Dimana bagian

area gambar ini terdiri dari logam atau meja otopsi (porselin) atau tempat atau area pembedahan,

dan ini dibuat dalam eksposure yang menentukan, dan sangat reflektif terhadap dominasi kamera

dan thyristor (kilasan kamera).

Bilamana phografi dari kamera itu dekat dengan frame, maka hal itu harus

disempurnakan dan diisi oleh obyek yang ada (yang dibutuhkan). Shot ini dibuat secara vertikal

dan sering dibutuhkan untuk menempatkan papan pembeadhan di atas lantai atau untuk

photographer pada saat berdiri di atas tempat duduk yang memakai sandaran atau beberapa

elevasi (terutama dominasi aspek tinggi).

Dimana isolasi organ yang diphoto, mereka harus menempatkan pada pakaian warna

hijau atau biru, seperti pada pakaian atau gaun wanita. Warna putih dapat digunakan, ide ini akan

berpengaruh terhadap exposure meter bilamana terlihat pada sekelilingnya. Organ ini bisa

ditempatkan pada pakaian dalam satu gerakan atau tidak adanya gerakan sama sekali.

Sebaliknya penopangan tempat yang gelap dan basah akan dipaksakan dan didesak atas latar

belakang warna hijau atau biru. Organ ini tidak mengeluarkan darah kedalam permukaan atau

kedalam latar belakang tertentu. Dan ini bisa dioleskan dengan pakaian yang kering atau sepon

sebelum photografi itu diambil atau dilakukan untuk melepaskan kilauan yang basah sifatnya.

Idealnya, tahapan khusus untuk organ ini digunakan, seperti meja kaca dengan latar
belakang warna tertentu (biasanya warna hijau) dibawah kaca ada fokus. Cahaya lamp TL

digunakan untuk mengambil sisi keuntungan dari tahapan yang tetap ini.

Laporan otopsi

Pentingnya otopsi adalah laporan bahwa ahli pathologi menyediakan suatu proses

pengujian yang berantai. Sebuah otopsi memiliki sedikit nilai bilamana penemuan dan opini ahli

patologi forensik adalah tidak dikomunikasikan dalam cara-cara yang membantu sifatnya.

Laporan ini merupakan bagian integral dari prosedur dan bisa diterima sebagai atensi dari

beberapa prosedur fisik dalam ruang otopsi. Sayangnya beberapa ahli patologi menguji proses

dalam pembuatan suatu laporan dalam beragam cara, menurunnya tingkat keahlian dimana

mereka memilikinya.

Laporan otopsi adalah catatan permanen dari penemuan, dan hal ini sangatlah vital

untuk tujuan mediocolegal, bilaman setiap kata diubah dalam suatu peadilan hukum selama

beberapa bulan atau beberapa tahun. Dan bilamana adanya rekoleksi pengujian yang sudah

dikendalikan dari pikiran ahli patologi oleh ratusan tindakan otopsi. Dalam otopsi klinis di sebuah

rumah sakit, pembedahan adalah didemonstrasikan dan didiskusikan dalam waktu yang spesifik

oleh para dokter. Walauun, laporan otopsi forensik menjadi dokumen legal dan hal yang vital dan

signifikan, setiap usaha harus dibuat pada waktu yang dominan untuk membuat suatu

penelaahan komprehensif dan bermanfaat bilamana memungkinakn.

Bentuk dari laporan otopsi

Kegagalan laporan diamsukkan kedalam dua tipe utama yang dijelaskan di bawah, dan
praktek lokal dan tentu saja peraturan yang bisa menentukan. Pilihan ini sering diaplikasikan oleh

sifat kasus.

(a) Free style “essay” yang biasanya ditunjukkan pada suatu rangkaian konvensional, tetapi

ahli patologi akan memperluas aspek yang beragam. Tipe ini biasanya digunakan dalam

kematian akibat kejahatan atau tindakan kriminal dan kasus-kasus litigasi lainnya, juga

adanya bentuk laproan yang dikembalikan kedalam suatu legal statement atau deposisi

untuk pengadilan dengan sedikit alterasi atau perubahan.

(b) Printed proforma, yang mana beragam bagian pengujian dan sistem oragn adalah selalu

dipilih oleh ruang terutama insersi penemuannya. Keuntungan ini termasuk fakta adanya

shopping list, dimana tindakan ini sebagai aide memoire untuk ahli patologi yang tidak dapat

melakukan karakteristik jumlah yang besar dari otopsi.

Tipe bentuk ini adalah hal umum yang digunakan untuk otopsi nonlitigious. Contohnya pegawai

yang memeriksa kasus sebab musabab kematian akbiat kematian mendadak atau bunuh diri.

Perhatian in tidaklah lain karena adanya kasus yang serius, laporan dan format ini berisi

beberapa informasi yang pasti. Pencatatan atau pengkodean dengan menggunakan komputer

dan aspek administratif lain yang secara asumtif dikondisikasi oleh praktek lokal, tetapi selalu

mengikuti permasalahan untuk ditindaklanjuti pada semua laporan otopsi, dan ini tidak dibutuhkan

dalam rangkaian proses ini, termasuk :

1. Detail informasi individu / subyek, kecuali bila tidak teridentifikasi. Termasuk nama, jenis

kelamin, usia, jabatan/pekerjaan dan alamat.

2. Tempat, tanggal dan waktu otopsi.


3. Nama, kualifikasi, dan status pathologist.

4. Seseorang yang melakukan pengujian.

5. Dan biasanya dilakukan oleh pihak yang berwenang melakukan otopsi

6. Catatan identifikasi tubuh.

7. Nama dan alamat subyek.

8. Tanggal dan waktu kematian, dimana dikenal.

9. Sejarah dan riwayat kematian. Kesimpulan ini merupakan otopsi aktual yang tidak

diizinkan dalam beberapa luka seperti apa yang didengar sebelumnya, dan laporan ini

harus disimpan oleh ahli patologi. Laporan otopsi harus dikonversikan pada statement

atau deposisi untuk kegunaan legal, sejarah ini harus diizinkan oleh pihak berwenang,

yang berwenang mempertanggungjawabkan dokumen yang dimaksud.

10. Pengujian eksternal

11. Pengujian internal

12. Daftar spesimen dan sampel yang ditopang untuk pengujian selanjutnya. Ditangani oleh

agen lain seperti laboratorium ilmu forensik, yang secara formal diidentifikasikan oleh

serangkan angka dan nama (yang menangani otopsi).

13. Hasil pengujian selanjutnya seperti histologi, microbiologi, toxicology, serology. Bilamana

adanya laoran utama yang dipermasalahkan setelah otopsi berlangsung, dan tidak

tersedia suatu laporan tambahan yang dibutuhkan.

14. Ringkasan luka yang diperlihatkan oleh otopsi (sering dikode untuk departemental

computer).

15. Diskusi penemuan, bilamana dibutuhkan dalam sejarah otopsi pada pasien.

16. Opini definitif atau lebih disukai adanya rangkaian kegiatan yang mendasarkan pada

kematian.

17. Sebab kematian, dalam format yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO), cocok untuk penyelesaian terhadap keterangan kematian.

18. Tanda tangan ahli patologi.


Pengujian eksternal akan dicatat secara detail yang dijelaskan di awal bab, unit utamanya adalah

(a) Tinggi, berat dan satatus nutrisi/gizi.

(b) Presensi penyakit alami seperti oedema, abdominal, gelombang besar, penyakit kulit,

perubahan akibat uzur/pikun, dll.

(c) Mengidentifikasi fitur seperti warna kulit, tato, bekas luka, bawaan atau kelainan

bentuk/cacat, gigi palsu / buatan, dan warna mata dan warna rambut. Bilamana identifikasi ini

menjadi sebuah masalah, secara natural bagian ini akan diperluas secara dominan.

(d) Presensi rigor atau kekakuan mayat, hypostasis, dekomposisi dan warna kulit abnormal.

Temperatur tubuh dan ligkungan harus dicatat secara tepat, dengan penghitungan yang

memperhatikan pada estimasi nilai waktu sejak kematian, aspek ini baik dan bisa ditunda

atau ditangguhkan secara baik setelah ringkasan atau kesimpulan akhir.

(e) Kondisi mata, termasuk petechiae, arcus sinilis, ukuran biji/manik mata dan kondisi selaput

pelangti dan lensa mata.

(f) Kondisi mulut dan bibir, termasuk luka, gigi dan presensi dari bahan asing.

(g) Daftar dan deskripsi dari semua luka eksternal dan tua.

Catatan pengujian eksternal pada semua abnormalitas biasanya dikonsepsikan dalam

rangkaian konvensional, seperti :

(a) Sistem jantung: berat jantung/hati, beberapa perluasan atau pelebaran, ventricular

preponderance, kerusakan congenital (bawaan), pericardium, epicardium, endocardium,


katup jantung, arteri koroner, myocardium, aorta, dan pembuluh besar lainnya dan

pembuluh peripheral.

(b) Sistem pernapasan: external nare, glottis, larynx, trachea, bronchi, rongga radang selaput

dada, pleura, paru-paru (termasuk berat) dan pulmonary arteries.

(c) Sistem gastrointestinal: mulut, pharynx, oesphagus, periotoneal cavity, omentum, perut,

dedenum, small dan large intestine, liver (berat), pancreas, gall bladder dan rectum atau

dubur.

(d) Sistem endocrine: pituitary, tyrodi, tymus dan adrenal.

(e) Sistem reticulo-endothelial: limap kecil (berat) dan lymph nodes.

(f) Sistem genitourinary: ginjal (berat), saluran kencing, kandung kemih/perkencingan,

prostat/anat, uterus, induk/induk telur dan testes.

(g) Sistem kelenjar otot: tengkorak, tulang belakang, kelenjar lain dan ketegangan otot dimana

hal ini dibutuhkan.

(h) Sistem syaraf tengah: kulit kepala beserta rambut, tengkorak, radang selaput otak,

pembuluh otak, otak (berat), telinga tengah, venous sinuses dan spinal cord (bilamana

diuji).

Waktu laporan

Seperti dalam hubungannya dengan format, ada dua sekolah yang dipraktekkan dalam

skala ini. Satu advokasi dari masalah ini sebagai suatu laporan yang memungkinkan atas

penemuan dengan segera seperti otopsi, dan biasanya dilakukan selama satu hari atau dua hari.
Sebelumnya, hal ini hanya dapat secara domina, dan laporan provisional dirubah (kadang-kadang

secara radikal) oleh hasil investigasi yang dilakukan selama beberapa hari atua minggu. Budaya

virological, pada kesempatan ini bisa ditelaah selama enam minggu sebelum pertumbuhan itu

dilaporkan.

Dalam proporsi yang besar khususnya dari kasus forensik, secara khusus diperuntukkan

untuk korban, penemuan ini tidak menyukai adanya substansi yang diperbantukan atau yang

mengalami perubahan oleh investigasi lanjutan, dan bilamana memungkinkan harus

dikonsepsikan dengan keterbukaan data.

Philosofi lain akan ditangguhkan pada beberapa laporan (kecuali tahapan dari suatu opini

lisan) setelah ditangani, bilamana dokumen akhir itu disediakan.

Dan tentunya hal itu harus diadopsi (dan pengarang akan menunjukkan adanya

dominansi krusial) pada satu aspek yang sifatnya vital bagi keduanya. Fakta deskriptif harus

dicatat secara tiba-tiba setelah adanya penyelesaian otopsi. Hal yang vital bukan merupakan

interval signifikan, lebih pasti dan tidak lebih selama beberapa jam, dan hal itu harus diikuti antara

performance pengujian fisik dan pengaturan lain dari penemuan obyektif. Kata “setting down”

dipilih secara hati-hati sebagai laporan yang ditulis atau atau diketik.

Di Inggris dan beberapa peradilan lainnya, peradilan meminta untuk melihat beberapa

catatan contemporer dan perekaman dari tape recorder. Beberapa diagram, mencatat dan

adanya draft yang harus diperbaharui untuk produksi atas permintaan penyesuaian atau adanya
advokasi atau saran di pengadilan. Dimana laporan itu disampaikan (untuk sekretaris atau

kedalam tape recorder) kemudian diketak (atau kata itu diproses) draft itu merupakan laporan asli

dalam hubungannya dengan catatan kontemporer termasuk sketsa tubuh.

Penggunaan sketsa tubuh yang dicetak dapat sangat bermanfaat membantu di ruang

otopsi. Beberapa versi ada dari tinjauan sisi depan dan belakang dari anggota tubuh secara

keseluruhan, yang digunakan dalam neurologi klinis untuk sketsa ganda dan ini merupakan

tinjauan yang sangat memungkinkan dari permukaan tubuh. Diagram yang terpisah adalah

tersdia untuk perineium laki-laki dan perempuan dan untuk membedakan proporsi tubuh bayi.

Digunakan pada clip board, dimana diagram ini sangat bermanfaat, khususnya akibatnya

banyaknya luka, atau area besar dari pembakaran atau abrasi. Setiap luka dapat digambarkan

dengan ukuran yang dicatat disisi samping, dan jaraknya berasal dari anatomicallandmark yang

dicatat sebelumnya. Data ini berasal sketsa dan bisa ditransposikanuntuk bentuk tertulis di akhir

pengujian.

Diskusi dan kesimpulan dalam laporan otopsi

Beberapa ahli patologi biasanya tidak secara normal memperhatikan kasus kriminal dan

litigious, klaim bahwa laporan otopsi harus di dikutip kosong dari penemuan fisik, dengan tidak

adanya diskusi atau interpretasi signifikansi atas penemuan. Dalam opini pengarang, yang

merupakan suatu abdikasi dari tanggungjawab ahli patologi, khususnya dalam kematian akibat

tindakan kejahatan, kesimpulannya adalah menarik dan digunakan untuk investigasi officer,

pengacara dan pengadilan.


Setelah deskripsi yang detail dari karakteristik eksternal dan internal, resumi singkat ini

ditawarkan, penemuan positif utama dan hubungan mereka yang menyebabkan kematian. Dalam

beberapa kasus yang muncul sebelumnya, seperti luka di kepala akibat tembakan senjata.

Permasalahan ini sebagai tipe yang memungkinkan dari senjata, petunjuk dan kecepatan

kematian, walaupun hal ini juga didiskusikan.

Bilamana penemuan ini kurang jelas untuk dikonsepsikan, atau adanya karakteristik

ganda, dan kemudian ada berbagai hal yang didiskusikan dengan memberikan diagnosis yang

berbeda yang menyebabkan kematian dan secara detail memungkinkan adanya rangkaian

kematian (menimbulkan kematian), kemungkinan alternatif yang beragam itu dapat ditawarkan.

Waktu kematian dan batasan akurasi dalam kasus ini dipilih bilamana masalah ini relevan

terhadap investigasi. Apakah hal itu real dan dibutuhkan sebagai suatu interpretasi bilamana

memungkinkan, tanpa adanya usaha yang dimasukkan kedalam bidang spekulasi yang tidak

diinginkan atau gaya Sherlock Holmes – overinterpretasi, yang mana hal itu adalah menjadi

kutukan dari patologi forensik selama beberapa tahun, dan hal itu bisa dipraktekkan hingga saat

ini, yaitu untuk merugikan reputasi terbaik dari speciality.

POST MORTEM ARTEFAK

Patologi forensik hanya bisa dipelajari dengan pengalaman, namun laporan yang lengkap
adalah dengan gambaran catatan pada otopsi artefak yang kadang tidak diperhatikan oleh
patologis amatir.

Beberapa kesalahan klasik beberapa tahun yang lalu digambarkan oleh Shapiro (1954)
dan Morritz (1942), tapi tiap generasi dari patologis menemukan yang baru atau apa yang salah
dari penemuan mereka. Kebanyakan artefak digambarkan sebagai cabang penyaluran dengan
lesi spesifik mengingat dari beberapa hal penting dibawah ini :

1. Pankreas mengalami autolisis pertama kali, karena memiliki enzim proteolitik. Jaringan autolisis
seringkali berdarah dan mudah disalahartikan sebagai pankreatitis akut, masalah ini akan
dipecahkan oleh bagian histologi.

2. Potongan-potongan kecil perdarahan kadangkala sedikit lebih besar, timbul pada jaringan
dibelakang esofagus, di depan permukaan vertebra servikal dan disebabkan distensi dan
kebocoran pleksus venosusnya. Digambarkan dengan baik oleh Prinsloo dan Gordon. Hal ini
sangat penting untuk menentukan kedalaman perdarahan pada strangulasi (dan kadang-
kadang dengan fraktur leher), inilah mengapa tengkorak harus dibuka terlebih dahulu
daripada leher pada kasus strangulasi atau gantung diri, untuk melepaskan tekanan pada
vena leher,

3. Ruptur autolisis pada perut dapat terjadi pada postmortem anak-anak dan orang dewasa.
Disebut juga ‘gastromalacia’ digambarkan seperti lumpur coklat kehitaman yang hancur
dari fundus dengan dilepaskannya isi perut ke rongga peritonium. Kadang-kadang diafragma
kiri juga mengalami perforasi dimana lambung bisa masuk ke rongga dada.

4. Fraktur tulang, baik tulang tengkorak dan tulang panjang dapat terlihat pada korban-korban
kebakaran yang berat tapi bukan karena kekerasan antemortem. Begitu juga pada kebakaran
‘heat hematoma’ tengkorak bisa terdapat perdarahan ekstradural dari antemortem.
Lokasinya lebih sering pada verteks atau oksiput, bagaimanapun berbeda dari parietal
hemorogik, tidak ada garis fraktur pada pertengahan arteri meningeal, yang umum
menyebabkan perdarahan ekstradural. Gambaran busa kecoklatan dari bekuan yang salah,
bersama dengan pengaruh panas di otak dapat mengindikasikan ke arah diagnosis yang
benar. Penyusutan duramater karena panas dapat menyebabkan robekan duramater, dengan
herniasi jaringan otak menuju ruang ekstradural. Kebakaran berat pada permukaan tubuh
dapat mengarahkan kepada kontraksi panas anggota tubuh dan sambungannya misalnya
siku. Oleh sebab itu jangan salah membedakan dengan laserasi antemortem atau luka insisi.

5. Pengembungan, perubahan warna, dan melepuh dari tubuh tidak boleh diinterpretasikan
sebagai penyakit atau luka. Lepuh sedikit berbeda dengan kebakaran dan daerah kehitaman
dari perubahan warna harus dibedakan dengan memar. Potongan histologi mungkin dapat
membantu tapi, dimana tubuh telah busuk, noda darah khusus dalam potongan histologi
mungkin mungkin dapat menolong, seperti alpha glikophorin mungkin dapat membantu untuk
mendeteksi kapsul sel darah merah. Bagaimanapun seringkali sedikit mustahil untuk
membedakan perubahan warna dari pembusukan dengan luka memar.

6. Darah atau cairan darah dari mulut mungkin dapat disebabkan karena proses pembusukan
bahkan jika permukaan tubuh belum seluruhnya membusuk. Jika paru-paru dan saluran
udara berubah warna dan terisi cairan sanguenus maka hal ini harus diambil karena berasal
dari pembersihan mulut dan lubang hidung.

7. Perubahan warna merah tua pada posterior myocardium biasanya karena hipostasis
postmortem, bukan infarct dini. Sama dengan hipostasis, bagian usus berubah warna menjadi
merah tua atau ungu.

8. Petechiae atau echimosis yang luas , seringkali terlihat pada mayat yang mati karena kongesti
atau bagian atas tubuh terletak dibawah setelah kematian. Lokasinya biasa pada dada atas
sampai bahu belakang, pada wajah bisa juga terdapat hemoragik.

9. Resusitasi artefact penting untuk pemeriksaan patologi forensik.

PENGGALIAN
Penggalian adalah pencarian bukti pada mayat yang dikuburkan untuk pemeriksasan
post mortem. Biasanya setelah otopsi pertama atau reotopsi untuk memperoleh informasi yang
baru.

Penggalian didasarkan atas satu dari beberapa alasan dibawah ini :

1. Dimana semua atau sebagian makam harus dipindahkan untuk perluasan tanah.
Seringkali tidak ada pemeriksaan khusus pada tiap bagian tubuh kecuali ada
sejarah atau kebutuhan antropologi.

2. Dimana beberapa masalah perdata butuh diinvestigasi, seperti kecelakaan


perorangan untuk asuransi atau proses pengadilan sipil karena kelalaian
biasanya dijalan, industri, atau kacelakaan yang lain.

3. Dimana informasi baru atau pernyataan tanpa bukti timbul untuk meyakinkan
bahwa bahwa sebuah kematian disebabkan karena aksi kriminal, begitu juga
cedera atau diracun.

4. Untuk kepentingan pendidikan pada pemeriksaan keadaan-keadaan terhadap


individu atau beberapa individu yang memiliki nilai sejarah atau kuno. Di Inggris
telah dilakukan beberapa panyelidikan dengan cara menggali lalu mengubur
kembali untuk mempelajari pola penyakit dan status gizi pada usia lanjut.

Penulis tidak mengungkapkan mengenai prosedur hukum yang sesuai untuk penggalian
karena berbeda-beda dari satu negara ke negara lain. Bagaimanapun disemua hukum negara
terdapat aturan ketat untuk mengidentifikasi kuburan dan peti mati. Identifikasi kuburan harus
dilakukan dengan perencanaan dan dicatat segala sesuatunya atas ijin petugas pemakaman
yang berwenang: petugasnya harus menunjukkan mana makam yang akan digali.

Biasanya penggalian dilakukan saat fajar atau subuh untuk menghindari kerumunan
orang yang menonton tapi sebenarnya lebih baik saat hari terang. Sebaiknya penggalian
dilakukan dengan peralatan penggalian mekanik atau dengan tukang gali sampai batas peti
mayat sehari sebelum para polisi, penyidik, patologis, dan yang lainnya datang untuk memeriksa
agar menghemat waktu. Nama pada peti mayat harus dibersihkan untuk konfiormasi dengan
identitas yang ada dan bila perlu petugas yang membawa peti mayat dapat dihadirkan untuk
mengidentifikasi petinya.

Jika ada kecurigaan keracunan, sample tanah harus diambil pada permukaan kuburan,
bagian disekitar makam dan tanah diatas peti mayat. Saat peti telah dipindahkan ahli forensic
akan mengambil sample tanah dari pinggir dan bawah peti mayat.

Saat peti diangkat keatas, penutup peti sebaiknya dibuka sedikit dengan membuka mur
atau engsel peti agar gas-gas didalamnya bisa dikeluarkan keudara bebas, selanjutnya peti
mayat dikirim kekamar mayat; kalau sudah terjadi pembusukan maka ditempatkan potongan kayu
atau kerangka fiberglass didasarnya. Tanah dan lumpur harus dipindahkan sebelum peti dikirim
kekamar otopsi untuk menghindari pencemaran. Saat ada kecurigaan atau diduga tindak kriminal,
rekaman gambar pada setiap bagian identifikasi dimakam harus diambil (biasa difoto oleh polisi)
untuk menemukan bukti-bukti selama otopsi.

Dikamar mayat, peti mati dibuka dan bagian-bagiannya diidentifikasi, bila memungkinkan
oleh pemimpin pemakaman yang biasanya menguburkan mayat. Dia bisa mastikan keadaan peti
mati serta bagian dalam petinya. Ketika mayat tidak dikuburkan untuk waktu yang lama, ia
mungkin bisa mengidentifikasikan gambaran dari mayat melalui pengetahuannya sendiri.

Jika dicurigai diracun, contoh dari kain kafan, perlengkapan peti mati dan benda yang
hilang seperti cairan harus dianalisis. Mayat dipindahkan, dilucuti pakaiannya dan dilakukan
otopsi sesuai kondisi pada tubuh. Pembusukan, adiposera dan mumifikasi merupakan penyulit
pemeriksaan, kadang ketiganya bisa ada pada tubuh yang sama.

Ahli patologi kadang ditanya oleh pengacara mengenai pentingnya dilakukan penggalian
karena ada keraguan mengenai keberhasilan nantinya. Tentu saja keseimbangan antara
keuntungan potensial harus ditimbang dengan biayanya, pemberitaan, dan bahayanya yang
mungkin ditimbulkan. Pada umumnya, mengejutkan bagaimana informasi mungkin didapatkan
ketika tubuh sudah dikubur untuk beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Kebanyakan
tergantung bahan apa yang ada dikuburan : batu kerikil atau tanah berpasir, khususnya pada
posisi yang tinggi, akan membuat keadaan mayat lebih baik daripada tanah yang penuh berisi air
ditempat penguburan. Penulis pernah melihat kuburan yang sudah 20 tahun dengan peti mati
yang kosong mengandung endapan lumpur tapi tidak ada jaringan lunak atau bahkan tulang pada
tanah yang mengandung bahan pembakar.

Meskipun informasi negatif didapatkan pada penggalian, seperti ketidakadaan fraktur


yang dicurigai telah dinyatakan. Beberapa racun khususnya logam berat, mungkin tetap ada
untuk beberapa tahun dalam mayat yang dikubur dan bisa dideteksi pada penggalian. Bahkan
beberapa bahan kimia organic bisa tetap ada untuk beberapa tahun lamanya : barbiturat telah
ditemukan pada tubuh yang dikubur setelah 7 tahun. Pada semua kasus yang dicurigai diracun,
sangat penting bahwa sample kontrol diambil dari sekeliling kuburannya, untuk menghindari
bahan abnormal yang ditemukan pada artefak yang tidak berhubungan dengan mayat.

OTOPSI PADA MAYAT YANG BUSUK

Dalam bidang forensik, pembusukan mayat biasa terjadi, khususnya pada iklim tropis.
Meskipun nilai otopsi berkurang bersamaan dengan pembusukan yang progresif, tidak ada jalan
pintas yang harus diambil oleh ahli patolog hanya karena pemeriksaan pada kondisi yang tidak
baik. Bagaimanapun buruknya kondisi mayat, setiap otopsi harus dibuat sebagaimana mestinya.
Terkadang dengan penggalian beberapa informasi bisa didapatkan. Bagian dalam badan sering
lebih awet daripada tampilan diluar. Pembusukan menyembunyikan luka memar menjadi
beberapa derajat, perubahan warna hijau kehitaman dari kulit merupakan gambaran yang biasa
pada kontusio. Aberasi, laserasi, luka terbuka dan luka tembak bagaimanapun tetap ada pada
pembusukan. Keluarnya cairan tubuh dari mulut dan lubang hidung sering disalah artikan oleh
publik, polisi dan bahkan beberapa dokter sebagai perdarahan, tapi sedikit serosa, darah atau
cairan berbusa dari saluran tubuh yang lain adalah suatu tingkat lanjut pembusukan.

Pengelupasan dan kulit yang licin mungkin menyembunyikan aberasi, meskipun hal ini
mungkin bisa dilihat ketika deskuamasi epidermis diangkat dan kulit yang terangkat dibuang.
Tanda disekitar leher dari jaringan yang bengkak dengan gas telah disalah artikan sebagai
strangulasi.

Dimana belatung atau serangga lain telah ada, beberapa mungkin perlu dilakukan
pemeriksaan serangga untuk menolong mengetahui interval waktu postmortem sebagaimana
dijelaskan pada Bab 2. sebagai pernyataan diatas, pemeriksaan luar harus selalu dilakukan pada
mayat yang masih baru dan dibelakang perineum jangan dilalaikan karena kesulitan fisik
menangani tubuhnya.

Identitas mungkin suatu masalah ketika penampilan wajah terlalu mengembung untuk
dikenali. Sidik jari mungkin didapatkan polisi untuk membantu pengidentifikasian tapi pembusukan
mungkin akan menghancurkan sidik jari. Mungkin terjadi bengkak dan deskuamasi atau mungkin
pengerutan dan menjadi kasar. Beberapa metode dari pengembalian ujung jari yang terpotong
telah dijelaskan beberapa ahli menyarankan sebuah metode dengan cara mencelupkan dalam
asam asetat 20% selama 28-48 jam, ketika mengerut akan kembali keukuran semula. Pendapat
lain menyarankan pencelupan dalam gliserin.

Pada bagian dalam, sangat tergantung pada tingkat pembusukan. Organ dada dan organ
abdomen mungkin lebih awet daripada bagian luar. Jaringan subkutan mungkin bergelembung
dan berkrepitasi. Tusukan hati-hati pada peritoneum dengan ujung pisau diperlukan untuk
melepaskan tekanan gas. Pemeriksaan organ-organ mengikuti pola yang biasa, dimodifikasi
menurut tingkat kebusukan. Jantung mungkin lemah dan berubah warna, dengan tanda hemolisis
endokardium dan pembuluh darah. Arteri coronaria sering terlihat, khususnya jika ada ateroma
atau kalsifikasi atau keduanya. Trombus antemortem mungkin tetap ada bahkan setelah otot
disemiglutinasikan. Laryng mungkin berubah warna tapi tulang hyoid dan tyroid bisa diperiksa
untuk fraktur dan mungkin dibutuhkan untuk di X-ray. Ini mungkin sulit untuk mendeteksi
perdarahan antemortem pada sisi fraktur. Fraktur dimana saja pada tengkorak tetap ada dan
mungkin terdapat gambaran radiografi dalam mendeteksinya, seperti objek asing misalnya peluru.
Otak seringkali membusuk lebih dulu, gambarannya berupa merahmuda keabuan yang melekat
pada duramater. Lesi-lesi yang besar seperti meningen atau intrakranial hemoragik masih baik
dipakai tapi trauma dari pemindahan kalvarium dan duramater yang menempel dapat
menyebabkan kerusakan cairan otak. Di Belgia, dimana penggalian kuburan biasa dilakukan
pada kasus-kasus otopsi primer, telah dikembangkan suatu teknik di universitas Gent, dimana
bagian kepala dari tubuh yang telah membusuk dipisahkan dan dibekukan sampai mengeras.
Kemudian kepala dipotong sepanjang bidang koronal dengan gergaji, yang tertinggal hanya dua
bagian otak pada kranium. Lalu kemudian dicelupkan pada bagian formalin hingga keras, ketika
tidak bisa lagi digerakkan dan menjadi keras maka siap untuk pemeriksaan.

Deteksi untuk memar pada subkutanm sangat sulit karena perubahan warna dari proses
pembusukan. Pemeriksaan histology seringkali tidak dapat membantu karena telah terjadi
degenerasi dan lisisnya sel; warna Hb mungkin dapat membantu dalam melihat adanya lisis
darah tapi seringkali menyebar bahkan pada area yang terbatas. Telah ditemukan pemeriksaan
pewarnaan Glikophorin-A untuk mendeteksi kapsul sel darah merah yang menghambat difusi dan
hemolisis ( Kibayashi et al).

RESUSITASI ARTEFAK SAAT OTOPSI

Beberapa tahun terakhir tugas patologis menjadi lebih sulit pada prosedur resusitasi
karena adanya pengaruh terutama agresif dan invasive. Sekarang ini saat otopsi, luka-luka dan
abnormalitas sering ditemukan. Bisa karena telah ada sebelum meninggal atau tanda post
mortem. Patologis harus mewaspadai hal ini, karena seringkali tidak memperhatikan kerusakan
karena luka non-resusitasi, yang nantinya akan menimbulkan kesuliatan interpretasi.

Sekarang ini deskripsi mengenai resusitasi artefak telah banyak dipublikasikan, seperti ulasan
oleh Leadbeater & Knight (1988).

Dibawah ini adalah kategori-kategori kerusakan yang harus diwaspadai oleh ahli patologi:

a. memar dibagian anterior dada, perdarahan jaringan subkutan dan muskulus


pektoralis, fraktur sternum, fraktur iga, hemotorak, edem paru, laserasi paru,
pericardial hemoragik dan bahkan fraktur tulang belakang, berdasarkan energi
eksternal Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR). Fraktur tulang belikat jarang
pada anak-anak karena cartilago tulang costae masih lunak. Meskipun kadang
bisa terjadi juga. Semua tipe kerusakan jantung bisa terjadi termasuk ruptur arteri
dan ventrikel, ruptur septum dan kerusakan sekat. Pembuluh darah besar bisa
pecah karena trauma berat, seperti yang telah dijelaskan pada terbitan resusitasi
artefak terbaru. Telah dilaporkian adanya emboli lemak dan sumsum tulang
dipembuluh pulmonal setelah pemijatan jantung. Peteciae dimata dan
perdarahan intraokuler dapat timbul setelah CPR sama seperti saat bersin atau
batuk; dikenal sebagai penyebab yang timbul saat batuk.

b. Memar diwajah dan leher, bekas jari dan kuku pada wajah dan leher dan luka
dibibir serta lidah bagian dalam karena resusitasi mouth to mouth, saat wajah dan
leher dipegang tangan. Luka dibibir, lidah, gigi dan pharyng dapat timbul dari
pernafasan buatan atau endotrakeal tube, terutama saat darurat atau
kecelakaan. Trauma laryng kadang termasuk fraktur tulang hyoid dan cornu
tyroid juga dapat timbul karena prosedur tadi, dan ini sulit dibedakan dengan
pencekikan.

c. Kebocoran vena yang sulit dibedakan dengan bekas suntikan pada


ketergantungan obat. Kanul intravena menuju vena dileher bisa menyebabkan
hematom yang luas dan perdarahan sampai kejaringan disekitar laryng. Suntikan
intrakardiak bisa meninggalkan tanda didinding dada dan dapat mengarah ke
hemopericardium. Akibat dari suntikan noradrenalin dan electrical defibrillation
pada myocardium tergambar jelas pada pemeriksaan histology terlihat berupa
gambaran pita kontraksi yang merupakan artefak yang jelas dapat juga disalah
artikan sebagai iskemia myocardial dini.

d. Luka dimulut, palatum, pharing dan laring maupun fraktur mandibula dapat timbul
akibat penggunaan laringoskop. Pada bayi baru lahir alat suction di pharing dapat
menyebabkan kerusakan mukosa. Kerusakan mukosa pharing bisa menimbulkan
perdarahan yang bagi polisi dan keluarga bisa dianggap kejahatan; hal ini
mungkin bisa bercampur dengan cairan pada edema paru untuk membentuk
copious pink, darah sampai berbusa, dapat terlihat pada beberapa kasus
termasuk sindrom sudden infant death

e. Electric defibrillator seringkali meninggalkan bekas di dada dan ini mudah


diidentifikasi kecuali bila bentuknya tidak umum. Defibrillator dan suntikan â-
adrenergik katekolamin seperti noradrenalin dapat menyebabkan kerusakan
myocardium berupa koagulasi dan pita kontraksi, yang sulit dibedakan dengan
infark atau karena kesetrum. Saat resusitasi dimana defibrilasi dan katekolamin
digunakan bersama-sama perubahan pada miokard lebih jelas terlihat. (Karch)

f. Selama Heimlich manuver untuk membersihkan obstruksi jalan napas, dapat


terjadi ruptur esophagus, perut, dan usus. Ruptur pada esophagus bisa berupa
perforasi. Eksternal cardiac resusitation di abdomen dapat menyebabkan ruptur
perut, hati dan kerusakan limpa dan pancreas.

g. Isi lambung bisa keluar secara spontan melalui saluran udara karena regurgitasi
atau penekanan dada dan bagian atas abdomen selama proses resusitasi. Hal ini
mempermudah penemuan penyebab kematian karena adanya muntahan di laring
dan trakea, seperti yang dijabarkan pada bab 14.

h. Pemberian oksigen melalui sungkup atau selang bisa menyebabkan kerusakan


seperti pada resusitasi mouth to mouth. Ruptur esophagus dan paru-paru bisa
juga terjadi, serta berbagai macam barotrauma termasuk ruptur perut dan usus.
Saat timbul lesi pada usus, gas dapat masuk kerongga abdomen. Adanya
ventilasi yang berlebihan dapat mengarahkan kemungkinan diagnosis
pneumotorak.

i. Pada SSP, perdarahan subarachnoid telah digambarkan setelah eksternal


cardiac massage dan juga dari hiperekstensi dari leher melewati jalan nafas atau
resusitasi mouth to mouth. Postur tubuh penolong yang besar dapat
menyebabkan sobekan pada arteri vertebra yang bisa menyulitkan patologi
forensic dan bisa menimbulkan trauma keleher.

j. Retina hemoragic, tanda tlasik pada peningkatan TIK dan cedra kepala, bisa juga karena
butuh rejan dan setelah CPR

k. Gambaran otot-otot pada setiap pemeriksaan patologi meliputi maserasi kulit dari tubuh
dalam urin, kerosim dll. Mati terbakar dari radiasi panas atau botol-botol air panas dan
fetechiae dan perdarahan yang luas pada wajah dari hypotstastis postural.

Bencana publik/ massa nilai-nilai patologi

Pengecualian pada kasus pembunuhan perhatian publik lebih terfokus pada hasil kerja
patologi forensik terhadap bencana publik/massa.

Tidak menguntungkan, sebagian tragedi meningkat karena terorisme, penyerangan pada


fasilitas umum dan sebagian besar pada transporstasi udara.Beberapa tahun terakhir dapat
dilihat kejadian lebih tragis untuk itu memerlukan tim penanganan bencana, mengikuti kejadian-
kejadian seperti Zebrugge dan estonian ferry capsizes. Tragedi sepak bola seperti Ibrox park,
Heysel, Moscow dan Hills borough, Crash tragedi di Mekkah dan sejumlah kecelakaan
transportasi udara seperti Tenerife, Air India,Japan dan Lockerbie. Penanganan bencana
adalahsebuah disiplin didalamnya hanya keberanian yang mampu menangani ini, bersama-sama
menggunakan referensi di akhir setiap sesi.

Perencanaan.

Beberapa ahli patologis akan berterima kasih terhadap pengiriman mereka pada karirnya
untuk berpartisipasi dalam penanganan bencana besar. Umumnya dikatakan bencana itu apabila
kematian lebih dari 12 korban pada suatu kejadian. Tidak ada seorang pun yang dapat
memperkirakan kapan bencana akan terjadi, seperti pada tahun 1988 tregedi PanAM hampir 300
orang jatuh dari pesawat dan tidak ada kecurigaan sebelumnya. Ini menjadi suatu tantangan pada
setiap institut Forensik Departemen dan ahli patologi harus membuat beberapa perencanaan
untuk setiap kejadian. Di Inggris ahli patologi pada royal college telah menerbitkan pedoman dan
petunjuk ahlih patologi pada penanganan bencana.

Di beberapa negara maju masing-masing bagian sekarfang mempunyai perencanaan


penanganan medis korban dan pelayanan rumah sakit, pemadam kebakaran dan polusi. Inio
semua sering di rencanakan, pen anganan setiap aspek pada transfusi, obat-obatan, korban
kecelakaan, pembedahan emergensi dan anestesi. Perencanaan berorientasi pada klinik, tetapi
sering terabaikan. Prosedur lengkap tentang kematian atau mereka m empunyai beberapa
fasilitas untuk orang mati (korban). Seperti penyediaan kamar jenazah dengan nyata bukan
gagasan di berikan untuk bagaimana ratusan mayat ditempatkan dan di periksa atau tidak
dikeluarkan, ahli patologi forensik harus energik dan bertanggung jawab sampai membuat
perencanaan menyeluruh. Inin memerlukan keseriusan pada penemuan untuk identifikasi area
yang bahaya (seperti Airport, lalulintas, rel kereta tempat-tempat instalasi militer) dan
mendiskusikan gedung-gedung untuk kamar mayat sementara memerlukan alat-alat seperti
petugas, kantong mayat dan label yang mungkin di butuhkan untuk jumlah yang besar pada
waktu yan g sedikit. Mengiformasikan terhadap beberapa kelompok seperti polisi, ahli patologi,
petugas jenazah dan ahli laboratorium, radiografer dan dokter gigi juga dibutuhkan untuk
menemukan dalam identifikasi. Ahli pada direktur jeneral International dengan pengalaman pada
korban bencana massa / besar yang tak terhingga.
Objek pada infestigasi bencana publik adalah :

a. Kumpulkan dan satukan tubuh dan bagian bagiannya dengan teratur


b. Temukanidentitas diri
c. Lakukan outopsi pada beberapa atau seluruh tubuh
d. Temukan penyebab kematian pada beberapa atau seluruh khususnya pilot dan
pengendara dan kaji dalam urutan terjadi/penyebab bencana
e. Dapatkan benda-benda untuk analisa toxilogical (khususnya alkohol dan CO) yang cocok
f. Cari fakta-fakta penyebab bencana dari pemeriksaan autopsi, seperti bom atau bagian
bagian detonator yang mungkin terdapat pada badan.

Penuntun Penting Pada Perencanaan Penanganan Bencana

Syarat-syarat Ahli patologi dan Staf lain

Keyakinan pada suatu tragedi, ini mungkin jantung untuk merekrut ahli patologi lain untuk
mengkaji. Di kota besar munkin cukupahli forensik tetapi di tempat lain ahli patologi mungkin
dapat melakukan ahli patologi forensik dari beberapa tempat. Jadi bisa juga sebagai relawan, ini
harus di ingat bahwa bencanabesar memerlukan beberapa hari atau minggu untuk mengerjakan
dan tiap orang munkin tidak bersedia untuk semua periode. Kebiasaan dan doter ahli, dan semua
staf ahli anatomi dan khususnya ahli kejiwaan untuk mengatasi stress akibat pekerjaan dengan
batas-batas yang tegas harus di ketahui sebagian efectnya merusak doktor ahli, standar menurun
pada kegiatan yang cukup melelahkan dan oleh karena itu mkinat pada suatu investigasi lebih
baik ahli patologi sehingga staff yang dibutuhkan dapat di rekrut mungkin lebih mudah di katakan
dari pada di kerjakan salah satu orang harus menggunakan pakaian saat investigasi. Biasanya
polisi yang senior telah bertanggung jawab tapi aspek medis dengan kuat harus di bawah
pengawasan ahli patologi senior, meskipun dia harus mendelegasikan dengan seksama untuk
menghindari kesalahan dengan kehilangan tugas-tugas pentingdan dengan demikian seluruh
hasil tidak efisien,jaga semua aspek di modifikasi dengan skala pada bencana. Fasilitas yang
tepat untuk makanan, tempat istirahat dan mencuci harus didirikan/disediakan dan perencanaan
yang sesuai untuk kebutuhan, tetapi vital, lebih utama dental forensik dan ahli radiologi akan
dilakukan secara mandiri dengan keahliannya, tetapi harus ditentukan pemimpin pada swenior
ahli patologi, siapa yang melakukan sehingga koordinator utama dan pemisah terhadap hal
medis.

Ketika sebuah bencana hampir-hampir selalu terjadi kasus pesawat terdapat dalam
beberapa tempat atau negara dimana semuanya tidak memuaskan dalam forensik atau
pelayanan patologi. Biasanya praktek untuk sebuah tim dari negara-negara, pesawat asing atau
tim sukarela diatur pada tingkat pemerintah. Dinegara maju khususnya Inggris, pelayanan militer
mempunyai ahli patologi yang tetap yang siap apabila ada bencana.

Syarat-syarat dalam fasilitas Kamar Jenazah

Hampir setiap rumah sakit mempunyai kamar jenazah dan pada kejadian yang besar
sangat terbatas kapasitasnya ini harus di siapkan untuk menampung apabila ada bencana besar.

Bila terjadi bencana harus tersedia tempat untuk jenazah, tersedia sarana transportasi
dan logistik lain yang mencukupi dalam penyimpanan dan pemeriksaan mayat/korban lebih dekat
dari tempat kejadian. Juga perencanaan barang-barang yang di perlukan untuk ruangan
identifikasi,gudang, ruangan kosong, hall dan gedung lain yang dekat dari tempat yang potensial
berbahaya seperti Bandara/ Airport, mungkin saja seluruh korban harus diamankan di salah satu
tempat, seperti tempat sebagai ruang tunggu, keterlambatan dan kesalahan lain, ini kadang-
kadang penting khususnya di beberapa bagian harus di persiapkan kamar mayat tapi di tempat
istirahat tidak dapat disediakan dengan beberapa tempat yang sama yang lebih efisien. Di
beberapa kejadian hampir semuanya, terbiasa untuk ahli atau pelayanan militer yang membawa
keluar korban / mayat dengan helikopter atau kendaraan untuk di pindahkan ke tempat lain, salah
satu contoh kejadian Mount Erebus di Antartica, di mana korban/mayat telah dikembalikan ke
New zeland.Apabila di gunakan rumah atau ruangan atau gedung yang kecil tentu dengan
fasilitas yang minimal yang di perlukan , penerangan yang cukup, lampu portable untuk insfeksi
dan power point untuk radiogarfik , saluran air dan tempat mencuci dan fasilitas toilet yang
memadai, jika beberapa kekurangan, portble generator dan tangki air harus di suplai oleh militer
atau polisi telepon dan jika mungkin telex dan fax harus disediakan untu input pada identifikasi
data. Pada musin panas pendingin tubuh sangat di perlukan bukan hanya untuk penyimpanan
mayat tapi juga untuk jaringan yang akan di identifikasi. Bila bencana besar terjadi beberapa
pendingin di sediakan., kendaraan pendingin juga digunakan untuk penyediaan makanan
biasanya dibutuhkan untuk sumber mata air. Kadang-kadang pendingin portable dipasang di
kamar mayat.

Dalam beberapa saat kamar mayat harus disiapkan dengan ruangan yang cukup untuk
menampung korban dan tempat yang digunakan untuk pemeriksaan dan autopsi harus tidak
ramai. Keamanan harus di jaga merupakan tanggung jawab polisi . Lantai harus kering dan tidak
membuat terjatuh. Darah tidak berceceran, lumpur dan serpihan korban dibersihkan dan
dimasukkan dalam kantong besar. Meja-meja pemeriksaan terbuat dari kayu yang ditutup dengan
polyten, disusun satu meter sampai dua meter antara yang lain.

EVAKUASI KORBAN

Ini merupakan tugas polisi atau militer. Tetapi harus diangkut oleh tim forensik yang
diakui. Setiap korban perlu diberikan surat keterangan kematian oleh dokter ahli. Pembedahan
terhadap korban yang selamat dilakukan oleh dokter ahli segera untuk penyelamatan. Dan untuk
memastikan dari korban yang meninggal.Setiap tubuh serpihan harus disusun sesuai urutan dan
tidak diulang penomerannya secara seri dan ditempatkan pada tempat yang disediakan. Korban
difoto kemudian dimasukan seluruh arsip dalam satu kantong dan di beri nama serta label untuk
di kamar mayat. Tim berbeda akan mempunyai metode yang berbeda. Pada pendistribusian
logistik diatur secara baik. Untuk pengamanan data disiapkan komputer yang disambungkan ke
pusat data. Polisi harus bertanggung jawab dalam hal ini seperti mengumpulkan dan mencatat
pakaian korban sebagai identitas personal penting untuk identitas diri.

Seri nomer yang sama digunakan untuk penutup atau label pemeriksaan patologi yang
berbeda yang diletakan dalam satu tempat atau kantong termasuk pakaian korban, dompet,
cincin, gigi dan perhiasan. Ahli patologi dan asistennya memeriksa barang-barang tersebut dan
disimpan dalam satu kantong plastik.
Beberpa bagian yang hilang akan ditemukan disuatu tempat tetapi harus di label dan
diletakkan di dekat korban untuk menghindari suatu kesalahan. Objek yang ditemukan dari tubuh
korban di catat dan di inventaris dalam formulir yang tersedia sebagai catatan medis dan aspek
anatopatologi, kemudian dilakukan pemeriksaan luar dan diikuti dengan autopsi internal jika
dibutuhkan.

Ataupsi dilakukan bukan hanya beberapa korban tetapi seluruh korban yang dilakukan
oleh ahli patologi dengan fasilitas yang tersedia, legal dilakukan dan berlaku hampir di setiap
negara

Dilaksanakan secara legal, seperti ahli forensik, hakim, petugas kesehatan atau polisi
yang akan menetapkan jumlah korban yang harus di autopsi. Ahli patologi akan mendapatkan
sanksi bila tidak mau melakukan autopsi. Ahli patologi mampu menemukan identitas korban dari
tanda-tanda korban merokok atau tidak dapat ditemukan sel rokok dalam paru.

Seperti yang telah disebutkan diatas alat-alat transportasi udara dan kereta sebaiknya
harus selalu dilakukan pemeriksaan dan analisis bagian-bagian mesinnya serta bahan bakarnya.
Untuk mencegah bencana . Harus diambil foto dari pakaian dan tubuh mayat dicatat juga tanda-
tanda fisik seperti TB, BB, jenis kelamin, ras, warna kulit bekas luka tato dan adanya kerusakan
jaringan. Pemeriksaan dental Forensik harus dilakukan iuntuk mengidentifikasi mayat-mayat tak
di kenal.

Pemeriksaan radiologi hampir selalu dilakukan untuk melihat bentuk tulang dan bentuik
giginya- mungkin juga untuk benda-benda asing yang ada pada tubuh mayat, seperti besi yang
ada dalam paha dn bokong akibat kecelakaan pesawat- atau bahkan untuk melihat pecahan bom
atau detonator terutama pada kasus serangan teroris.
Pemerikasaan toksikologi harus diambil secepat mungkin, bahkan dari mayat yang tidak
dilakukan autopsi. Data yang diperoleh kemudian diberikan pada polisi penyidik sebagai
tambahan data yang telah ada dari olah TKP atau keluarga korban. Kemudian data di
dokumentasikan secara secara komputerais sehingga bisa dihubungkan antar negara apabila
terjadi suatu bencana akan memudahkan investigasi.

AUTOPSI TAK JELAS

Beberapa penelitian pada beberapa negara menunjukkan bahwa seorang dokter


mengajukan suatu penyebab kematian tanpa mengunakan hasil dari penemuan autopsi, dengan
rata-rata kesalahan 25-50%, meskipun kematian terjadi di rumah sakit. Meskipun demikian nilai
dari sebuah autopsi dalam meningkatkan nilai dari sertifikat kematian tidak dapat diragukan,
tetapi masih diakui bahwa autopsi tak ada yang sempurna untuk mengungkapkan penyebab
kematian yang sebenarnya. Diduga banyak autopsy gagal memperoleh penyebab mati yang
adekuat atau hasil otopsi bervariasi antara satu ahli dengan ahli yang lain. Suatu contoh pada
kasus Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) dapat disalah artikan sebagai suatu “otopsi
negative” dimana tidak ditemukan hal-hal yang penting.

Meskipun SIDS suatu pengecualian, hal ini kemungkinan 5% angka kesalahan pada
suatu otopsi dari suatu pusat kesehatan dan bagian kedokteran forensik. Nilai ini bervariasi
tergantung dari kebiasaan, kepribadian dan pengalaman. Ahli patologi muda seringkali kesulitan
menentukan penyebab kematian.

Autopsi yang tidak jelas ini seringkali dijumpai pada kelompok usia yang lebih muda.
Meskipun bagian dari SIDS, banyak autopsy pada bayi, khususnya neonatus, nilai kepuasan
dalam mendefinisikan lesi secara morfologi sangat kurang. Mayat seringkali memiliki biokimia
atau hipoksik, meskipun kesimpulan dapat dibuat dari riwayat klinik, sekalipun dokter ahli patologi
pediatri dapat melakukan dengan minimal atau tidak ada penemuan yang bermakna dari suatu
kasus. Pada remaja dan dewasa muda, usia 35 tahun, merupakan hal yang sering dijumpai dari
autopsi negatif dari pada kelompok usia yang lebih tua, yang memberikan beban kerja yang luas.
Sebagai contoh adalah sindrom yangtidak jelas di Asia timur, dimana pekerja konstruksi Thailand
yang bekerja di Singapura mati mendadak dengan tidak ada tanda-tanda penyebab patologis, hal
serupa terjadi juga di Cina, Jepang dan Hongkong.

Jumlah yang lebih besar ini pada kelompok muda dapat membawa suatu pemikiran yang
salah, meskipun demikian hal ini dapat meningkatkan kasus ketidakjelasan yang fatal. Dewasa
muda hampir tidak memiliki gambaran umum dari penyakit kardiovaskular degeneratif yang
dijumpai pada kelompok usia yang lebih tua. Jadi kemungkinan menderita penyakit yang sama
terjadi pada kelompok yang lebih tua sama dengan yang lebih muda, tetapi pada yang lebih muda
tidak memiliki lesi yang dapat di jadikan patokan seperti suatu penyebab pasti dari kematian .
Sebagai contoh, pada suatu autopsy terdapat mayat laki-laki usia22 tahun yang mati setelah
bermain sepak bola. Disini mungkin tidak terdapat riwayat kesehatan, pemeriksaan secara kasar
menunjukkan tidak ada kelainan dan tanda histology yang spesifik, penilaian toksikologi lengkap,
dan penelitian mikrobiologi dan virology yang tidak bermakna. Tidak ada penyebab kematian
yang didapat dari penemuan negative ini dan kasus ini harus dicabut sebagai ‘tidak diketahui’
– atau pandangan Prof Alan Usher dari Sheffield, suatu yang tidak dapat ditentukan jika ahli
patologis merasakan bagian dari yang maha kuasa.

Pada meja otopsi yang lain , seorang laki-laki 60 tahun ditemukan meninggal tanpa
diketahui riwayatnya. Pada pemeriksaan ditemukan 60 % stenosis cabang anterior descendens
arteri koroner, tetapi tidak dijumpai kerusakan miokardium yang baru ataupun lama. Histologi
dapat dilakukan dengan tanpa informasi riwayat sebelumnya. Penyebab kematian diduga karena
penyakit arteri koroner oleh sebagian ahli patologi, meskipun demikian lelaki tersebut dapat mati
karena penyebab yang tidak jelas pada orang muda tetapi karena lelaki tersebut memiliki penyakit
degeneratif insufisiensi arteri yang dapat menjadi fatal, yang akhirnya hal ini diterima sebagai
yang paling mendekati penyebab kematiaannya. Perasaan kecewa dapat menjadi dorongan
untuk melakukan autopsi seorang laki-laki yang dibunuh dengan senjata api, dimana terdapat
80% stenosis dari ketiga pembuluh koroner, yang tidak berpengaruh terhadap kematiannya.

Sebelum proses selanjutnya dilakukan untuk meninjau kembali pembedahan, perhatian


harus diarahkan untuk mendapatkan data yang cukup untuk mendukung penyelidikan. Pada
banyak kasus, pada kasus sulit khususnya pada orang muda ahli patologis yang dapat
menggunakan pemeriksaan berupa contoh darah, urine dan isi lambung yang diambil saat
pembedahan rongga isi perut.

Bila sample darah belum diambil, ambil dari vena perifer sekitar aksila atau femoral untuk
menghindari kontaminasi. Jika urine tidak didapat dari kanding kemih, beberapa tetes masih
dapat ditemukan dengan menyedot dengan spuit, Isi lambung dapat tidak ada tetapi hati dapat
digunakan untuk analisa toksikologi. Hal ini dapat berguna untuk mengambil cairan vitreus bila
urine dan isi lambung tidak ada.

Darah digunakan untuk penanaman kultur darah pada botol dan swab dapat diambil
untuk pemeriksaan mikrobiologi. Bila dimungkinkan suatu infeksi paru, beberapa gram jaringan
paru dapat diambil dan dimasukkan dalam wadah steril atau swab dapat diambil dari cabang
bronkus perifer atau dari parenkim paru tersebut. Permukaan dari potongan organ dapat
terkontaminasi ketika pemotongan pertama, potongan harus dibuat dengan steril dan baru
sehinggajaringan dapatdi kultur dengan baik. Pada saat yang sama, sepotong jaringan paru atau
organ lain - seharusnya diletakkan pada tempat steril.

Sebelum jaringan untuk histology diambil, suatu pemeriksaan lengkap dari bagian penting
dari potongan seharusnya diperiksa. Meskipun pada korban yang lebih muda wilayang yang perlu
diteliti kembali adalah sistem koroner dan pada golongan yang lebih tua kematian yang tidak jelas
adalah pentinguntuk memeriksa kembali pembuluh darah ini. Pada kasus trombosis
terisolasicurigai pada lumen. Hal ini sebaiknya dilakukan untuk melihat kecurigaan pada lumen.

Pemeriksaan sitem koroner ini terkadang memberi keuntungan, khususnya pada


kelompok usia pertengahan yang tampak sekilas memiliki pembuluh darah koroner yang baik.
Suatu segmen kecil dapat tersumbat atau stenosis hanya 2-3 mm, baik dengan ateroma murni
maupun dengan perdarahan subintimal, plak yang terlepas atau suatu trombosis yang
terlokalisasi. Bila tidak ada yang ditemukan, kemudian setelah pemeriksaan singkat dari katup
dan pembuluh darah besar, miokardia dapat dipotong-potong secara ekstensif dan beberapa
bagian dapat diambil untuk histology, untuk menemukan suatu miokarditis atau kardiomiopati
yang tidak jelas.

Organ lain harus diperiksa kembali, arteri pulmonal diperiksa kembali untuk melihat
adanya emboli pulmonal pada cabang yang lebih tebal. Hal ini jarang bermanfaat, tetapi penulis
pada beberapa pembuluh perifer paru, meskipun demikian suatu penyebab kematian yang valid
masih dapat diperdebatkan. Jaringan otak harus diamati lagi, dengan perhatian khusus pada
arteri basal. Hal ini juga sering berguna digunakan pada arteri karotis pada leher, karena itu
sebaiknya selalu dilakukan pada pemotongan awal dari aorta menuju ke titik distal sinus karotis
meskipun area tersebut sulit pada basis tengkorak, hal ini memberikan hasil yang baik untuk
pemeriksaan yang terkadang oklusi total trombolitik dapat ditemukan.

Ketika suatu pemeriksaan lengkap dari patologitidak berhasil, suatu pemeriksaan


histology lengkap diperlukan, khususnya pada miokardium. Tanda khusus seperti asam
haemoxylin phosphotungistik, hematoxylin basa fuchsin asam pikrat, enzim dehidrogenase
histokimia acridin-orange fluorescent dan tehnik lain.Tidak ada kardiomegali atau koroner
stenosis dijumpai kemungkinan penemuan kelainan adalah kecil tetapi isolasi miokarditis
merupakan di luar kemungkinan.

Toksikologi dapat menjadi kesulitan dan mahal bila tidak ada dugaan penyebab dari obat-
obatan atau racun. Suatu pemeriksaan untuk hal yang tidak dikenal dapat menhabiskan waktu
untuk laboratorium, dengan biaya cukup banyak. Suatu dugaan pemeriksaanalkohol dan
pemeriksaan substansi asam atau basa, meskipun tidak menyeluruh dapat menyingkirkan jenis
racun yang dirinya sebagai penyebab. Mikrobiologi dan virology jarang mengarah kepada suatu
penyakit yang fatal yang tidak ada proses gejala dan tanda-tanda suatu penyakit yang fatal yang
tidak diduga dengan proses gejala dan tanda-tanda sebelum kematian.

Ketika semua hasil telah didapatkan, setelah beberapa minggu , kasus harus diperiksa
kembali dan pendapat ditawarkan terhadap penemuan positif yang dapat menyebabkan
kematian. Dalam pengalaman penulis,penelitian tambahan iniseringkali tidak banyak membantu,
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan, tetapi hal ini harus dilakukan ketika kemungkinan
untuk menyingkirkan suatu penyebab dan untuk mencegah dugaan yang tidak teramati pada
mayat sehingga hal ini sebaiknya dilakukan.

Bila pada proses akhirtidak dapat ditemukan penyebab kematian, penelitian yang tepat
harus mengatakan bahwa tidak ada opini yang ditawarkan berdasarkan medis dan pengetahuan
ilmiah. Hal ini dapat ditambahkan, meskipun demikian ketidak adaan cedera, racun, infeksi yang
mematikan atau penyakit alami yang dikenal adalah bermanfaat untuk kejadian negative yang
menunjukkan bahwa yang meninggal tidak mati karena sesuatu hal dan diasumsikan bahwa
kemungkinan penyebab alami lebih dipertimbangkan daripada kasus tidak alami.

Hal ini harus diselesaikan secara jujur oleh ahlo patologi dan kesiapan untuk menyampai
kanbahwa penyebab kematian tidak dapat ditentukan. Penggunaan kata yang diperhalus seperti
pada gagal jantung atau gagal jantung dan nafas adalah kurang baik dan terkadang
membingungkan bagi oaring non-medis eperti polisi ataupun hakim. Seperti sudah di sebut
sebelumnya, suatu kecenderungan pada kelompokseperti sudah disebutkan sebelumnya, suatu
kecenderungan pada kelompokmuda ahli patologis atau histo patologis yang jarang terlibat dalam
kasus medikolegal untuk menafsirkan beberapa proses penyakit dan tanda-tanda bermakna.
Suatu bentuk dari kematian jarang digunakan sebagai pengganti dalam suatu penyebab
kematian. Hal ini juga kurang berguna dan sangat berbahaya untuk menduga suatu poses seperti
‘inhibisi vagal’, refleks gagal jantung atau sufokasi.
::
© 2006 All

Vous aimerez peut-être aussi