Vous êtes sur la page 1sur 13

Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2018 59

STUDI KOMPARASI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PRODUK PEMBIAYAAN DI


LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

COMPARATIVE STUDY OF RISK MANAGEMENT IMPLEMENTATION OF FINANCING


PRODUCTS IN MICRO SHARIA FINANCIAL INSTITUTIONS

R.T. Yulianti1,a; A. Bustami1; N. Atiqoh1; R. Anjellah1

1Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia,
Jl. Kaliurang Km. 14,5 Yogyakarta 55584
aKorespondensi: Rahmani Timorita Yulianti, Tel. 08122728772, E-mail:

rahmani_ty@yahoo.com, rahmanitimorita@uii.ac.id

ABSTRACT

Risk is a consequence that can not be eliminated from business activities, but can be
minimized by applying risk management. The purpose of this study is to describe the
comparison of risk management implementation between murabahah and mudharabah
financing products in Sharia Micro Finance Institution. This research is a qualitative
research with interview and documentation research instrument. The results show that
the application of risk management to murabahah and mudaraba financing has
similarities in the process. The implementation of risk management in both financing
schemes is initiated from risk identification, risk evaluation and measurement, and ends
with risk management. In practice, the implementation of risk management in these two
schemes is different. In murabahah financing, risk identification is performed as the first
step in risk management. Risk measurement is done as a benchmark to understand the
significance of the loss that would be caused by a risk. Risk evaluation is performed to
control or supervise the extent of the risk handling that has been done so as not to risk
back. Risk management is done by way of assistance, reimbursement, extension of
payback period, return of principal, warning, confiscation, customer search, and write
off or collect off. While in mudharabah financing, risk identification is done at the
beginning of mudharabah financing application, and when conducting a survey before
the realization of mudharabah financing. Risk measurement is done by using integrated
information management system through integrated micro banking system (IBS)
software. Risk evaluation is done through data in the bookkeeping system through IBS,
and surveys to mudharabah finance members. The risk management that has been done
is done by giving explanation, giving back time, pay the principal, and confiscation of the
guarantee.

Keywords: Murabahah, Mudharabah, Risk Management, Financing, LKMS

ABSTRAK

Risiko adalah suatu akibat yang tidak dapat dihilangkan dari kegiatan bisnis, tetapi
dapat diminimalisir dengan menerapkan manajemen risiko. Tujuan penelitian ini adalah
mendiskripsikan perbandingan penerapan manajemen risiko antara produk
pembiayaan murabahah dan mudharabah di Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan istrumen penelitian wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan manajemen risiko pada
60 Yulianti, et al. Studi Komparasi Penerapan Manajemen Risiko

pembiayaan murabahah dan mudharabah memiliki kesamaan dalam prosesnya.


Penerapan manajemen risiko di kedua skim pembiayaan ini sama-sama dimulai dari
proses identifikasi risiko, evaluasi dan pengukuran risiko, dan diakhiri dengan
pengelolaan risiko. Dalam pelaksanaannya, penerapan manajemen risiko di kedua skim
ini memiliki perbedaan. Dalam pembiayaan murabahah, identifikasi risiko dilakukan
sebagai langkah pertama dalam manajemen risiko. Pengukuran risiko dilakukan sebagai
dasar tolak ukur untuk memahami signifikansi akibat kerugian yang akan ditimbulkan
oleh suatu risiko. Evaluasi risiko dilakukan untuk mengontrol atau mengawasi sejauh
mana penanganan risiko yang telah dilakukan agar tidak timbul risiko kembali.
Pengelolaan risiko dilakukan dengan cara pendampingan, pemberian modal kembali,
perpanjangan jangka waktu pengembalian, pengembalian pokok, pemberian peringatan,
sita jaminan, pencarian nasabah, dan hapus buku atau hapus tagih. Sedangkan dalam
pembiayaan mudharabah, identifikasi risiko dilakukan pada saat awal permohonan
pembiayaan mudharabah, dan saat melakukan survei sebelum realisasi pembiayaan
mudharabah. Pengukuran risiko dilakukan dengan menggunakan sistem manajemen
informasi yang terintegrasi melalui software integrated micro banking system (IBS).
Evaluasi risiko dilakukan melalui data dalam sistem pembukuan melalui IBS, dan survei
kepada anggota pembiayaan mudharabah. Pengelolaan risiko yang sudah terjadi
dilakukan dengan cara memberikan penjelasan, pemberian kelonggaran waktu
pengembalian, membayar pokok, dan penyitaan jaminan.

Kata Kunci: Murabahah, Mudharabah, Manajemen Risiko, Pembiayaan, LKMS

Yulianti, Bustami, Atiqoh, dan Anjellah. 2018. Studi Komparasi Penerapan Manajemen
Risiko Produk Pembiayaan Di Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Jurnal Syarikah 4
(1): 59-71.

PENDAHULUAN Bank. Secara kelembagaan, BMT


merupakan Lembaga Keuangan Mikro
Seiring dengan perkembangan Syariah yang berbadan hukum koperasi
teknologi, dunia bisnis lembaga keuangan yang dapat beroperasi berdasarkan
mengalami perubahan yang cukup Undang-undang No. 17 tahun 2012 yaitu
signifikan. Perubahan-perubahan yang sebagai koperasi produsen, konsumen,
terjadi secara tidak langsung telah jasa dan simpan pinjam. (Yusuf 2013)
merubah karakteristik-karakteristik Dalam kegiatan operasionalnya,
risiko yang dihadapi oleh lembaga BMT sampai saat ini belum dijamin oleh
keuangan. Dua dekade yang lalu, lembaga lembaga penjamin simpanan (LPS).
keuangan pada dasarnya hanya Sehingga BMT memiliki risiko yang cukup
dihadapkan pada risiko kredit dan pasar. besar, terutama dalam hal penyaluran
Namun saat ini, lembaga keuangan pembiayaan. Dalam menyalurkan
terbuka terhadap berbagai bentuk risiko pembiayaannya, secara umum BMT
yang baru. (Iqbal dan Mirakhor 2008) menggunakan akad murabahah dengan
Klasifikasi lembaga keuangan di basis margin keuntungan dan akad
Indonesia meliputi Lembaga Keuangan mudharabah dengan basis bagi hasil.
Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank. Produk-produk yang disalurkan dengan
Lembaga Keuangan Mikro Syariah seperti menggunakan kedua akad tersebut sama-
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah sama rentan terhadap risiko-risiko yang
salah satu bentuk Lembaga Keuangan Non terjadi. Baik risiko yang berdampak
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2018 61

kepada nasabah, maupun kepada lembaga MATERI DAN METODE


keuangan itu sendiri. Oleh karena itu
perlu ada penerapan manajemen risiko Baitul Maal Wa Tamwil (BMT)
yang tepat terhadap produk-produk Secara konseptual Baitul Maal wan
tersebut. Tamwil (BMT) adalah suatu lembaga yang
Laporan posisi keuangan terdiri dari penggabungan dua lembaga,
pembukaan koperasi LKM Syariah yaitu baitu maal dan baitul tamwil. Baitul
menunjukkan bahwa pada desember maal adalah lembaga yang kegiatan
2016 penggunaan skim pembiayaan usahanya mengumpulkan dan
murabahah di LKMS mencapai 24,26 menyalurkan dana non profit, seperti
persen, sedangkan pada skim pembiayaan zakat, infaq dan sedekah. Sedangkan
mudharabah adalah sebesar 5,39 persen. baitul tamwil adalah lembaga yang
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kegiatan usahanya mengumpulkan dan
skim pembiayaan murabahah lebih tinggi menyalurkan dana komersial. Usaha-
dibanding dengan skim pembiayaan usaha tersebut menjadi bagian dari BMT
mudharabah (OJK 2016). Adanya sebagi lembaga pendukung kegiatan
kesenjangan dalam penggunaan skim ekonomi masyarakat kecil dengan
pembiayaan antara murabahah dan berlandaskan prinsip syariah. (Sudarsono
mudharabah ini menarik untuk diteliti 2008)
lebih lanjut. Terutama terkait dengan BMT menawarkan produk
penerapan manajemen risiko di kedua pembiayaan berupa penyediaan uang dan
akad tersebut. tagihan berdasarkan pesetujuan atau
Manajemen risiko memiliki peranan kesepakatan pinjam-meminjam di antara
penting dalam keberlangsungan suatu BMT dengan yang lain yang mewajibkan
usaha, karena manajemen risiko memiliki pihak peminjam untuk melunasi uangnya
prosedur dan metode yang dapat beserta bagi hasil setelah jangka waktu
digunakan untuk meminimalisir risiko. tertentu. Produk pembiayaan tersebut
Prosedur dan metode tersebut meliputi antara lain adalah Pembiayaan al-
kegiatan mengidentifikasi, mengukur, Murabaha (MBA), Pembiayaan al-Bai’i
memantau, serta mengendalikan risiko. Bitsaman Ajil (BBA), Pembiayaann al-
Adapun dalam penelitian ini, penulis akan Mudharabah (MDA), dan Pembiayaan al-
mengeksplorasi lebih lanjut terkait Musyarakah (MSA). (Sudarsono 2008)
perbandingan penerapan manajemen Pembiayaan Murabahah
risiko pada produk pembiayaan Menurut para fuqaha, murabahah
murabahah di BTM Surya Umbulharjo adalah penjualan barang seharga
Yogyakarta dan produk pembiayaan biaya/harga pokok (cost) barang tersebut
mudharabah di BMT Usaha Artha ditambah mark-up atau margin
Sejahtera Pamotan, Rembang, Jawa keuntungan yang disepakati. Keunikan
Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah akad murabahah yaitu, pembeli harus
untuk mendiskripsikan perbandingan diberitahu selisih harga jual dan harga
penerapan manajemen risiko antara beli yang merupakan keuntungan pada
produk pembiayaan murabahah dan pembiayaan tersebut. (Wiroso 2005).
mudharabah di Lembaga Keuangan Mikro Singkatnya, murabahah adalah akad
Syariah. jual beli barang dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli (Karim 2007). Dalam Lembaga
Keuangan Syariah, pembiayaan
murabahah dapat digunakan untuk
62 Yulianti, et al. Studi Komparasi Penerapan Manajemen Risiko

pembiayaan modal kerja, pembiayaan terbagi menjadi tiga, yaitu pembiayaan


investasi, dan pembiayaan konsumtif modal kerja seperti pembiayaan modal
(Widodo 2014). bagi perusahaan yang bergerak dalam
Pembiayaan Mudharabah industri, perdagangan, dan jasa;
Secara teknis Mudharabah adalah pembiayaan investasi seperti pembiayaan
akad kerjasama usaha antara dua pihak di untuk pengadaan barang-barang modal,
mana pihak pertama (shohibul maal) aktiva tetap dan sebagainya; dan
menyediakan seluruh (100%) modal, pembiayaan investasi khusus, yaitu LKS
sedangkan pihak lainnya menjadi bertindak sebagai pihak yang
pengelola. Bagi hasil dalam pembiayaan mempertemukan kepentingan pemilik
mudharabah disepakati dalam sebuah dana dengan pengusaha yang
kontrak yang mengatur pembagian memerlukan dana. (Rivai dan Veithzal
keuntungan sesuai kesepakatan. Adapun 2010)
jika mengalami kerugian, akan Risiko Pembiayaan Murabahah
dibebankan kepada pemilik modal, Pembiayaan murabahah merupakan
kecuali disebabkan oleh kelalaian pembiayaan yang dicirikan dengan
pengelola. Seandainya kerugian itu adanya penyerahan barang diawal akad
diakibatkan karena kecurangan atau dan pembayaran kemudian, baik dalam
kelalaian si pengelola harus bertanggung bentuk angsuran maupun dalam bentuk
jawab atas kerugian tersebut. (Antonio M. lump sum (sekaligus). Sehingga
S., 2001) pembiayaan murabahah dengan jangka
Menurut fatwa DSN MUI waktu panjang dapat menimbulkan risiko
No.07/DSN-MUI/IV/2000 bahwa pada tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana
prinsipnya, dalam pembiayaan pihak ketiga. (Karim 2007)
Mudharabah tidak ada jaminan, tetapi Diantara kemungkinan risiko yang
untuk meminimalisir penyimpangan yang timbul dalam pembiayaan murabahah
mungkin dilakukan mudharib, maka LKS adalah Default atau kelalaian nasabah,
dapat meminta jaminan dari mudharib. fluktuasi harga komparatif, penolakan
Dan jaminan ini hanya dapat dicairkan nasabah, dan dijual. (Antonio 2001).
apabila mudharib terbukti melakukan Murabahah merupakan salah satu
pelanggaran terhadap hal-hal yang telah produk pembiayaan yang berbasis
disepakati di awal akad. (DSN MUI 2000) Natural Certainty Contracts (NCC), yang
Adapun tujuan dikenaknnya mana keputusan pembiayaan yang
jaminan pada akad Mudharabah adalah diambil sudah memperhitungkan risiko
untuk menghidndari moral hazard yang ada. Penilaian risiko ini mencakup
mudharib (Asiyah 2015). Serta untuk dua aspek, yaitu Default Risk (risiko
memberikan efek psikologis, agar kebangkrutan), dan Recovery Risk (risiko
mudharib lebih berhati-hati. Hal ini jaminan). (Karim 2007)
sejalan dengan ketentuan AAOIFI yang Risiko Pembiayaan Mudharabah
menyebutkan bahwa penyedia Risiko yang terdapat dalam
dana/pemilik modal diizinkan untuk mudharabah, terutama pada
memperoleh jaminan dari mudharib yang penerapannya dalam pembiayaan, relatif
memadai dan dapat dilaksanakan. Namun tinggi. Di antaranya adalah Side streaming
hal ini dibatasi oleh syarat bahwa sohibul (nasabah menggunakan dana itu bukan
mal tidak akan melakukan likuidasi, seperti yang disebut dalam kontrak), lalai
kecuali jika terjadi kelalaian yang dan kesalahan yang disengaja, dan
dilakukan oleh mudharib. (Widodo 2014) penyembunyian keuntungan oleh
Adapun bentuk penerapan nasabah bila nasabahnya tidak jujur.
pembiayaan Mudharabah di LKS terbagi (Antonio 2001)
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2018 63

Mudharabah merupakan salah satu Sehingga data kualitatif tidak


produk pembiayaan yang berbasis menekankan pada generalisasi, namun
Natural Uncertainty Contracts yang mana lebih menekankan pada makna. (Sugiono
tidak memberikan kepastian pendapatan, 2009)
baik dari segi jumlah maupun waktunya. Lokasi Penelitian
Pada jenis pembiayaan ini, penilaian Lokasi penelitian ini adalah BTM
risikonya mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu Surya Umbulharjo Yogyakarta yang
Business Risk, Shrinking Risk, dan berada di Jl. Glagahsari No. 136
Character Risk. (Karim 2007) Umbulharjo Yogyakarta, dan di Koperasi
Manajemen Risiko Jasa Keuangan Syariah (KSPPS) Baitul
Pelaksanaan fungsi-fungsi Maal wa Tamwil (BMT) Usaha Artha
manajemen dalam mengatasi risiko Sejahtera (UAS) yang terletak di Jl. Raya
secara umum dikenal dengan istilah Lasem Km. 2 No. 27 Pamotan, Rembang,
manajemen risiko. Kegiatan manajemen Jawa Tengah.
risiko meliputi merencanakan, Objek Penelitian
mengorganisir, menyusun, Objek dalam penelitian ini adalah
memimpin/mengkoordinir dan Manajemen Risiko Pembiayaan
mengawasi (termasuk mengevaluasi) Murabahah di BTM Surya Umbulharjo
program penanggulangan risiko. Yogyakarta, dan Manajemen Risiko
(Djojosoedarso 1999) Pembiayaan Mudharabah pada KJSK BMT
Pada dasarnya, manajemen risiko Usaha Artha Sejahtera (UAS) Pamotan
dilakukan melalui tahapan-tahapan Rembang Jawa Tengah.
sebagai berikut (Hanafi 2009). Populasi dan Sampel
1. Identifikasi risiko, yaitu Populasi dalam penelitian kualitatif
mengidentifikasi risiko-risiko apa saja ini oleh Spradley dinamakan “social
yang dihadapi oleh suatu organisasi. situation” atau situasi sosial yang terdiri
Ada beberapa teknik untuk atas tiga elemen yaitu: tempat (place),
mengidentifikasi risiko, misal dengan pelaku (actors), dan aktivitas (activity)
menelusuri sumber risiko sampai yang berinteraksi secara sinergi (Sugiono
terjadinya peristiwa yang tidak 2009). Berdasarkan tiga elemen tersebut,
diinginkan. penelitian ini bertempat di BTM Surya
2. Evaluasi dan pengukuran risiko. Umbulharjo Yogyakarta dan KSPPS BMT
untuk memahami karakteristik risiko UAS Pamotan Rembang Jawa Tengah.
agar lebih mudah dikendalikan, maka Pelakunya adalah pegawai BMT yang
suatu risiko harus dievaluasi. Evaluasi memiliki wewenang dalam memanajemen
yang lebih sistematis dilakukan untuk risiko di BTM Surya Umbulharjo dan BMT
mengukur risiko tersebut. UAS.
3. Pengelolaan risiko. Risiko bisa Penentuan sampel dalam penelitian
dikelola dengan berbagai cara, seperti kualitatif dilakukan saat peneliti mulai
penghindaran, ditahan (retention), memasuki lapangan dan selama
diversivikasi, atau ditransfer ke pihak penelitian berlangsung (Sugiono 2009).
lainnya. Pemilihan sampel dalam penelitian
Desain Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan
Desain penelitian adalah penelitian informasi yang maksimum. Adapun
kualitatif. Metode kualitatif digunakan sampel dalam penelitian ini adalah Kepala
untuk mendapatkan data yang mendalam dan Staff Bagian Pembiayaan BTM Surya
dan mengandung makna yang merupakan Umbulharjo, Direktur dan Kepala Bagian
data yang sebenarnya serta pasti yakni Umum BMT UAS Pamotan, dan Manajer
suatu nilai di balik data yang tampak.
64 Yulianti, et al. Studi Komparasi Penerapan Manajemen Risiko

BMT UAS Cabang Bangilan, serta anggota pembiayaan Produktif (pengembangan


BMT UAS. usaha) maupun pembiayaan Konsumtif
Instrumen Penelitian (BTM Surya UH, 2012).
Data dalam penelitian ini Visi BTM Surya Umbulharjo adalah
dikumpulkan melalui wawancara dan Terwujudnya lembaga jasa keuangan
dokumentasi. Model wawancara yang syariah yang islami, profesional, sebagai
digunakan adalah wawancara sumber, penggunaan dan pengelola utama
semistruktur. Tujuan dari wawancara dana AUM, Perserikatan, Anggota dan
jenis ini adalah untuk menemukan Masyarakat di wilayah kerjanya, serta
permasalahan secara lebih terbuka, di memberikan pelayanan seluruh
mana pihak yang diajak wawancara kebutuhannya. Adapun produk
dimintai pendapat, dan ide-idenya pembiayaan yang disediakan BTM Surya
(Sugiono 2009). Adapun jenis dokumen Umbulharjo adalah produk-produk
yang digunakan dalam penelitian ini dengan prinsip jual beli (murabahah),
adalah dokumen pribadi, dan dokumen pembiayaan syirkah (kerjasama), prinsip
resmi. Dalam penelitian ini dokumen yang ijarah/sewa, talangan/sebrakan (al-
diteliti adalah arsip-arsip yang ada pada qardh), dan pembiayaan qardul hasan.
BTM Surya Umbulharjo dan BMT UAS. BMT Usaha Artha Sejahtera (UAS)
Analisis Data BMT UAS berdiri sejak 19 Oktober
Analisis data yang digunakan dalam 1998 dengan jumlah angota pendiri
penelitian ini adalah deskriptif sebanyak 26 orang dengan simpanan
komparatif. Teknik analisis data deskriptif pokok sebesar Rp. 250.000,- yang dapat
komparatif dimaksudkan untuk diangsur sebanyak 12 kali, dan pada saat
mengukur dan membandingkan dengan itu terkumpul saham pendiri sebesar Rp.
cermat fenomena sosial tertentu, dalam 2.300.000,-. Pada awal operasinya, BMT
hal ini adalah penerapan manajemen UAS Pamotan mengontrak sebuah
risiko pembiayaan murabahah dan ruangan rumah dari salah satu pendiri,
mudharabah di lembaga keuangan mikro dengan jumlah pengelola sebanyak 5
syariah. orang. Sampai saat ini KSPPS BMT UAS
Pamotan telah memiliki satu gedung
HASIL DAN PEMBAHASAN pusat dan 12 kantor cabang. Jumlah
pengelola saat ini sebanyak 130 pengelola
BTM Surya Umbulharjo serta 3 tenaga keamanan dan 3 tenaga
BTM Surya Umbulharjo di dirikan kebersihan. Peningkatan ini juga diikuti
pada tanggal 1 April 2012 M/09 Jumadil dengan peningkatan aset dari tahun ke
Ula 1433 H. Dan langsung bisa beroperasi tahun yang hingga akhir tahun 2015 telah
pada tanggal 2 April 2012 M/10 Jumadil mencapai 109 miliar rupiah. (BMT UAS
Ula 1433 H. Perkembangan anggota dari 2016)
tahun berdiri hingga tahun 2015 Visi BMT UAS adalah meningkatkan
mengalami peningkatan sebanyak 415 kualitas ibadah anggota sehingga mampu
orang dari 323 di tahun 2014. Hal ini berperan sebagai khalifah Allah. Jenis
menunjukan tingkat kepercayaan yang pembiayaan yang dibiayai yakni pada
sangat besar dari masyarakat terutama sektor pertanian, peternakan,
dari anggota persyarikatan untuk perkebunan, perikanan, home industry,
bergabung menjadi anggota dan perdagangan, jasa, pertambangan.
memanfaatkan jasa pelayanaan BTM Adapun produk pembiayaan yang
Surya Umbulharjo. Dari total anggota disediakan BMT Usaha Artha Sejahtera
tersebut tercatat sebanyak 343 anggota adalah Mudharabah (Bagi Hasil),
memanfaatkan pembiayaan, baik Musyarakah (Bagi Hasil Bersyarikah),
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2018 65

Murabahah (Pengadaan Barang Jatuh material yang dapat mempengaruhi


Tempo), Bai Bi Tsaman Ajil /BBA kondisi keuangan BTM dan kegiatan
(Pengadaan Barang Cicilan), dan Qardhul usaha BTM, maka BTM Surya Umbulharjo
Hasan. (BMT UAS 2016) akan melakukan penyempurnaan sistem
Penerapan Manajemen Risiko pengukuran.
Pembiayaan Murabahah di Lembaga Tahap terakhir dari manajemen
Keuangan Mikro Syariah risiko di BTM Surya Umbulharjo adalah
Langkah pertama yang dilakukan pengelolaan risiko yang timbul akibat
oleh BTM Surya Umbulharjo dalam pembiayaan murabahah. Pengelolaan
manajemen risiko pembiayaan risiko ini dilakukan dengan beberapa
murabahah adalah identifikasi risiko. cara, yaitu pendampingan, pemberian
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui modal kembali, perpanjangan jangka
risiko yang timbul dalam pembiayaan waktu pengembalian, pengembalian
murabahah yang dikeluarkan oleh BTM pokok saja, pemberian surat peringatan,
Surya Umbulharjo kepada nasabah. sita jaminan, pencarian nasabah, dan
Setidaknya terdapat empat risiko hapus buku atau hapus tagih.
potensial yang ada di BTM Surya Penerapan Manajemen Risiko
Umbulharjo, yaitu risiko pembiayaan, Pembiayaan Mudharabah di Lembaga
risiko pasar, risiko operasional dan risiko Keuangan Mikro Syariah
hukum. (BTM Surya UH) Sama seperti pembiayaan
Tahap kedua dalam manajemen murabahah, pembiayaan mudharabah
risiko pembiayaan murabahah di BTM juga memiliki risiko. Risiko yang terdapat
Surya Umbulharjo adalah evaluasi dan dalam pembiayaan Mudharabah relatif
pengukuran risiko. Evaluasi merupakan tinggi, terutama pada penerapannya
tindakan yang dilakukan untuk dalam pembiayaan (Antonio 2001).
mengontrol atau mengawasi sejauh mana Identifikasi risiko digunakan untuk
penanganan risiko yang telah dilakukan mengetahui risiko-risiko apa saja yang
agar tidak timbul risiko kembali. Evaluasi ada dalam penerapan pembiayaan
dilakukan langsung oleh manajer. Manajer mudharabah.
akan memantau kerja karyawan yang Proses identifikasi risiko di BMT
ditugaskan untuk melakukan penanganan UAS dilakukan melalui dua tahap yaitu
risiko pembiayaan murabahah, agar bisa pada saat awal permohonan pembiayaan
terselesaikan dengan baik dan tidak mudharabah, dan pada saat melakukan
terjadi risiko kembali. Selain dievaluasi, survei sebelum realisasi pembiayaan
risiko juga diukur. Pengukuran risiko mudharabah. Pada saat anggota baru
dibutuhkan sebagai dasar tolak ukur mengajukan pembiayaan Mudharabah,
untuk memahami signifikansi dari akibat BMT UAS mensyaratkan agar membawa
kerugian yang akan ditimbulkan oleh kartu identitas dan juga jaminan.
suatu risiko. Pelaksanaan pengukuran Selanjutnya pihak BMT UAS melakukan
risiko di BTM Surya Umbulharjo disertai pengecekan kesesuaian antara identitas
dengan evaluasi secara berkala terhadap calon anggota dengan nama yang
kesesuaian asumsi, sumber data dan tercantum di jaminan tersebut. Hal ini
prosedur yang digunakan untuk dilakukan agar BMT dapat mengetahui
mengukur risiko, seperti minimal adanya bagaimana karakter nasabah, karena
evaluasi pengukuran sewaktu-waktu, apabila dari awal sudah tidak jujur maka
perbulan, triwulan. hal tersebut mengindikasikan bahwa
Selanjutnya, apabila ada perubahan karakter calon anggota tersebut kurang
kegiatan usaha BTM, baik itu produk, baik dan berpotensi adanya pembiayaan
transaksi, dan faktor risiko yang bersifat macet. (Mulyo 2017)
66 Yulianti, et al. Studi Komparasi Penerapan Manajemen Risiko

“karakter ini sepenuhnya karena ini tinggi maka tebu tidak bisa ditebang
menyangkut pengelolaan dana dan harganya turun.
sepenuhnya. Jadi itu yang kami tekankan Setelah risiko-risiko pembiayaan
bahwa asas prudensial yang paling tinggi mudharabah teridentifikasi, tahap
ya emang disitu.” (Sahuri 2017) selanjutnya adalah evaluasi dan
Setelah melewati proses pengukuran risiko. Untuk mengukur
administrasi, selanjutnya BMT UAS tingkat pembiayaan, BMT UAS
melakukan survei ke calon anggota menggunakan software integrated micro
tersebut. Adapun mekanisme survei banking system (IBS). Pengunaan IBS
dilakukan langsung dan tidak langsung. mempermudah BMT untuk
Survei langsung yakni pihak BMT mendapatkan informasi terkait anggota
mendatangi langsung calon anggota, pembiayaan yang mengalami
dengan melakukan analisis usahanya keterlambatan pembayaaran. Hal ini
yang terdiri dari beberapa aspek di yang menjadi metode BMT dalam
antaranya adalah aspek manajemen, mengukur tingkat pembiayaan macet
aspek jaminan, dan aspek usaha. (BMT yang kemudian dibagi menjadi 4 jenis
UAS 2017) yaitu lancar, kurang lancar, diragukan,
Selain itu juga melihat di bidang dan macet.
usaha apa anggota tersebut mengajukan Dengan menggunakan software
pembiayaan, karena pada dasarnya setiap tersebut, BMT UAS dapat memantau
bidang usaha memiliki karakteristik yang pembayaran anggota, karena dengan
berbeda sehingga risikonya pun akan menggunakan ini, pihak BMT sudah
berbeda. Adapun risiko-risiko dalam dapat mengukur tingkat pembiayaan
pembiayaan Mudharabah yang dihadapi macet satu bulan sebelumnya. Sehingga
oleh BMT UAS Pamotan adalah sebagai dengan mengetahui lebih awal potensi
berikut. (Sahuri 2017) adanya risiko, pihak BMT dapat
1. Risiko akad, risiko ini terjadi karena menanganinya sejak dini agar risiko
kurangnya edukasi kepada dapat diminimalisir. (Sahuri 2017)
masyarakat mengenai akad Adapun proses evaluasi atau
Mudharabah, sehingga masyarakat pemantauan risiko yang dilakukan oleh
menganggapnya masih seperti BMT UAS guna untuk mengatisipasi
simpan pinjam pada umumnya. risiko yang mungkin terjadi adalah
2. Risiko yang terjadi dari segi pemantauan risiko melalui data dalam
pelaksanaannya yang mana ketika sistem pembukuan melalui software
dana cair namun pengawasannya integraed micro banking system (IBS) dan
tidak ketat maka apabila anggota survei kepada anggota.
tidak amanah akan menyebabkan Tahap terakhir dari manajemen
kerugian. risiko pembiayaan mudharabah adalah
3. Risiko internal, yakni apabila pengelolaan risiko. Untuk mengelola
pengelola kurang jeli dalam risiko pembiayaan Mudharabah yang
menganalisis nasabah maka akan sudah terjadi, BMT UAS menerapkan
penyebabkan kerugian besar pada beberapa cara sebagai berikut.
lembaga, mengingat skim 1. Jika risiko tersebut disebabkan oleh
pembiayaan ini sangat besar kurangnya edukasi anggota tentang
risikonya. akad pembiayaan Mudharabah, maka
4. Risiko yang ditimbulkan karena BMT UAS akan memberikan
kondisi alam yakni pada pertanian penjelasan tentang bagaimana
dan perkebunan. Misalnya pada pembiayaan Mudharabah (BMT UAS
tanaman tebu, pada saat curah hujan 2017). Sehingga dengan adanya
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2018 67

penjelasan di awal, diharapkan Analisis Komparatif Manajemen Risiko


anggota dapat memahami apa itu Pembiayaan Murabahah dan
pembiayaan Mudharabah serta Mudharabah di Lembaga Keuangan
ketentuan-ketentuannya yang telah Mikro Syariah
tercantum pada akad pembiayaan Pembiayaan murabahah yang
Mudharabah. Hal ini sesuai dengan berbasis margin keuntungan dan
misi BMT UAS yakni meningkatkan pembiayaan mudharabah yang berbasis
manajemen pendampingan secara bagi hasil memiliki kelemahan dan
berkelanjutan bagi anggota agar lebih keunggulan tersediri. Kelamahan dan
profesional dan islami. (BMT UAS keunggulan yang ada ini menyebabkan
2016) kedua skim pembiayaan memiliki risiko
2. Jika disebabkan oleh yang berbeda, serta membutuhkan
musibah/bencana alam, bukan penerapan atau strategi manajemen risiko
karena kelalaian, maka BMT yang berbeda pula.
memberikan toleransi waktu untuk Penerapan manajemen risiko
yakni bisa diperpanjang, bisa juga pembiayaan murabahah di BTM Surya
toletansi waktu untuk Umbulharjo dan pembiayaan
menyelesaikannya (Sahuri 2017). mudaharabah BMT Usaha Artha Sejahtera
Pemberian kelonggaran waktu (UAS) dimulai dari proses identifikasi
pengembalian tersebut sesuai dengan risiko, evaluasi dan pengukuran risiko,
QS Al Baqarah ayat 280 yang artinya: dan terakhir pengelolaan risiko.
“Dan jika (orang yang berhutang itu) Proses identifikasi risiko
dalam kesukaran, maka berilah pembiayaan murabahah di BTM Surya
tangguh sampai dia berkelapangan. Umbulharjo dilakukan sebagai langkah
dan menyedekahkan (sebagian atau pertama dalam manajemen risiko
semua utang) itu, lebih baik bagimu, pembiayaan murabahah. Risiko-risiko
jika kamu mengetahui”. yang diidentifikasi oleh BTM Surya
Hal ini dilakukan agar angggota bisa Umbulharjo terkait dengan pembiayaan
melakukan usaha baru dan bisa murabahah adalah Risiko Pembiayaan,
mengembalikan pinjamannya. Hal ini Risiko Pasar, Risiko Operasional, dan
sesuai dengan tujuan didirikannya Risiko Hukum.
BMT UAS yakni untuk memajukan Sedangkan proses identifikasi risiko
kesejahteraan anggota pada pembiayaan mudharabah di BMT UAS
khususnya dan masyarakat pada dilakukan pada saat awal permohonan
umumnya. pembiayaan mudaharabah oleh calon
3. Jika telah dilakukan penagihan anggota, dan saat melakukan survei
namun tetap tidak membayar, maka kepada calon anggota sebelum realisasi
akan dilakukan penyitaan jaminan. pembiayaan Mudharabah. Pada saat
Namun sebelum dilakukan penyitaan, anggota baru mengajukan pembiayaan
BMT UAS terlebih dahulu melakukan Mudharabah, BMT UAS mensyaratkan
penagihan terus menerus, akan tetapi agar membawa kartu identitas dan
apabila memang benar-benar macet jaminan. Selanjutnya pihak BMT UAS
maka diperbolehkkan membayar melakukan pengecekan kesesuaian antara
pokok saja (Mulyo 2017). Namun jika identitas calon anggota dengan nama
solusi itu sudah tidak bisa, maka hal yang tercantum di jaminan tersebut.
terakhir adalah dilakukan pelelangan (Mulyo 2017)
jaminan. (BMT UAS 2017) Setelah melewati proses
administrasi, selanjutnya BMT UAS
melakukan survei ke calon anggota baik
68 Yulianti, et al. Studi Komparasi Penerapan Manajemen Risiko

secara langsung maupun tidak langsung. juga melakukan pengukuran risiko dan
Survei langsung dilakukan untuk evaluasi terhadap pembiayaan
menganalisis beberapa aspek terkait mudharabah. Pengukuran risiko
kegiatan usaha calon anggota (BMT UAS pembiayaan mudharabah dilakukan
2017). dengan menggunakan sistem manajemen
Proses identifikasi risiko informasi yang terintegrasi melalui
pembiayaan mudharabah lebih detail software integraed micro banking system
dibandingkan proses identifikasi risiko (IBS). Evaluasi atau pemantauan risiko
pembiayaan murabahah. Hal ini pembiayaan mudharabah di BMT UAS
dikarenakan risiko yang terdapat dalam dilakukan melalui data dalam sistem
pembiayaan Mudharabah relatif tinggi, pembukuan melalui IBS, dan survei
terutama pada penerapannya dalam kepada anggota pembiayaan mudharabah.
pembiayaan (Antonio 2001). Menurut Rustam (2013), lembaga
Menurut Rivai dan Veithzal (2010), harus memiliki sistem dan prosedur
identifikasi kebijakan pembiayaan harus tertulis untuk melakukan pengukuran
secara jelas tentang tata cara dan risiko yang memungkinkan untuk
prosedur dokumentasi dan adminisrtrasi distribusi informasi hasil pengukuran
pembiayaan yang minimal memuat jenis risiko secara lengkap untuk tujuan
dokumen pembiayaan yang diperlukan pemantauan oleh satuan kerja terkait.
seperti KTP dan KK, pengecekan (Rustam 2013)
keabsahan dokumen pembiayaan yakni Adapun terkait dengan pemantauan
kesesuaian nama dari barang yang risiko menurut Rivai dan Veithzal (2010),
dijaminkan dengan identitas anggota yang lembaga harus mengembangkan dan
mengajukan pembiayaan. selain itu, menerapkan sistem informasi dan
proses identifikasi harus memperhatikan prosedur yang komprehensif untuk
kondisi keuangan mudharib, khususnya memantau kondisi anggota. sistem
kemampuan membayar tepat waktu, serta pemantauan risiko pembiayaan sekurang-
jaminan atau agunan yang diberikan. kurangnya memuat ukuran-ukuran dalam
Untuk risiko mudharib, penilaian harus rangka memastikan kondisi keuangan
mencakup analisis terhadap lingkungan terkahir dari mudharib, memantau
mudharib. (Rivai dan Veithzal 2010) kepatuhan terhadap persyaratan dalam
Pada tahap kedua, BTM Surya perjanjian pembiayaan atau kontrak
Umbulharjo melakukan evaluasi dan transaksi risiko pembiayaan, menilai
pengukuran risiko pembiayaan kecukupan agunan dibandingkan dengan
murabahah. Evaluasi dilakukan untuk kewajiban mudharib, serta
mengontrol atau mengawasi sejauh mana mengidentifikasi ketidaktepatan
penanganan risiko yang telah dilakukan pembayaran dan mengklasifikasi
agar tidak timbul risiko kembali. Selain pembiayaan bermasalah secara tepat
evaluasi, BTM Surya Umbulharjo juga waktu. (Rivai dan Veithzal 2010).
melakukan pengukuran risiko sebagai Tahap terakhir dari manajemen
dasar tolak ukur untuk memahami risiko adalah pengelolaan risiko.
signifikansi dari akibat kerugian yang Pengelolaan risiko pembiayaan
akan ditimbulkan oleh suatu risiko. murabahah di BTM Surya Umbulharjo
Pelaksanaan evaluasi dan pengukuran dilakukan dengan beberapa cara, seperti
risiko ini dilakukan secara berkala pendampingan, pemberian modal
terhadap kesesuaian asumsi, sumber data kembali, perpanjangan jangka waktu
dan prosedur yang digunakan. pengembalian, pengembalian pokok,
Sama hal nya dengan BTM Surya pemberian peringatan, sita jaminan,
Umbulharjo, pada tahap kedua BMT UAS pencarian nasabah (bagi nasabah yang
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2018 69

melarikan diri), dan hapus buku atau (Karim 2007). Keunggulan pembiayaan
hapus tagih. murabahah adalah mudah diaplikasikan,
Sedangkan pengelolaan risiko dan risikonya relatif kecil dibanding
pembiayaan mudharabah yang sudah pembiayaan mudharabah. Sedangkan
terjadi di BMT UAS dilakukan dengan cara kelemahan pembiayaan murabahah
memberikan penjelasan tentang adalah terletak pada pembiayaan
bagaimana pembiayaan Mudharabah jika murabahah dengan jangka waktu panjang,
risiko tersebut disebabkan oleh yaitu adanya kemungkinan pembiayaan
kurangnya edukasi anggota tentang akad macet.
pembiayaan Mudharabah, pemberian Menurut Asiyah (2015), manfaat
kelonggaran waktu pengembalian jika dari pembiayaan dengan prinsip
disebabkan oleh musibah/bencana alam, murabahah adalah adanya keuntungan
bukan karena kelalaian, membayar pokok yang muncul dari selisih harga beli dan
saja, dan penyitaan jaminan jika telah harga jual kepada nasabah, serta bentuk
diberikan kelonggaran dan dilakukan pembiayaannya sederhana sehingga
penagihan namun tetap tidak membayar. memudahkan administrasi di bank
Bambang Rianto Rustam (2013) syariah. (Asiyah 2015)
berpendapat bahwa salah satu kebijakan Adapun kemungkinan risiko yang
yang bisa dilakukan oleh lembaga yakni timbul dalam pembiayaan murabahah
penetapan tingkat risiko dan toleransi adalah sebagai berikut. (Antonio 2001)
risiko (Rustam 2013). Salah satu bentuk 1. Default atau kelalaian, nasabah
toleransi risiko adalah pemberian sengaja tidak membayar angsuran.
kelonggaran waktu pengembalian. 2. Fluktuasi harga komparatif. Ini terjadi
Pemberian kelonggaran waktu bila harga suatu barang dipasar naik
pengembalian tersebut sesuai dengan QS setelah bank membelikannya untuk
Al Baqarah ayat 280: nasabah. Bank tidak bisa mengubah
harga jual beli tersebut.
َ َ‫َوإِن َكانَ ُذو ع ُۡس َر ٖة فَنَ ِظ َرةٌ إِلَ ٰى َم ۡي َس َر ٖ ٖۚة َوأَن ت‬
‫ر‬ٞ ‫ص َّدقُواْ َخ ۡي‬ 3. Penolakan nasabah; barang yang
٠٨٢ َ‫لَّ ُكمۡ إِن ُكنتُمۡ تَ ۡعلَ ُمون‬ dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah
karena berbagai sebab antara lain
Artinya: Dan jika (orang yang berhutang rusak dalam perjalanan.
itu) dalam kesukaran, Maka berilah 4. Dijual; karena pembiayaan
tangguh sampai dia berkelapangan. dan murabahah bersifat jual beli dengan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang, maka ketika kontrak ditanda
utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu tangani, barang itu menjadi.
Mengetahui”. (QS. Al Baqarah: 280) Sedangkan pembiayaan dengan
Risiko-risiko yang ada pada skim akad mudharabah merupakan
pembiayaan murabahah dan skim pembiayaan yang berbasis Natural
pembiayaan mudharabah berkaitan erat Uncertainty Contracts (NUC). Penilaian
dengan kelemahan dan keunggulan yang risiko pembiayaan mudharabah
ada pada kedua skim pembiayaan mencakup tiga hal, yaitu risiko bisnis
tersebut. yang dibiayai (business risk), risiko
Pembiayaan dengan akad berkurangnya nilai pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan yang mudharabah (shrinking risk), dan risiko
masuk ke dalam golongan Natural karakter buruk mudharib (character risk)
Certainty Contracts (NCC). Penilaian risiko (Karim 2007).
pembiayaan berbasis NCC mencakup dua Risiko yang terdapat dalam al-
hal, yaitu risiko kebangkrutan (default Mudharabah, terutama pada
risk) dan risiko jaminan (recovery risk) penerapannya dalam pembiayaan, relatif
70 Yulianti, et al. Studi Komparasi Penerapan Manajemen Risiko

tinggi (Antonio 2001). Hal ini disebabkan murabahah adalah Risiko Pembiayaan,
oleh beberapa permasalahan seperti Risiko Pasar, Risiko Operasional, dan
Asymmetric information dan Moral Risiko Hukum. Sedangkan proses
hazard (Karim 2007). Selain kedua identifikasi risiko pembiayaan
permasalahan tersebut, penyebab mudharabah di BMT UAS dilakukan pada
tingginya risiko dalam pembiayaan saat awal permohonan pembiayaan
mudharabah adalah kerena mudharabah mudaharabah oleh calon anggota, dan
merupakan skim pembiayaan yang saat melakukan survei kepada calon
berbentuk investasi, yang penghasilan anggota sebelum realisasi pembiayaan
atau bagi hasilnya tidak tetap. Sebagai Mudharabah.
suatu investasi, mudharabah dipengaruhi Selanjutnya proses pengukuran dan
oleh banyak faktor, baik faktor internal evaluasi risiko. Proses pengukuran risiko
maupun faktor eksternal. Kelemahan dari pembiayaan murabahah di BTM Surya
pembiayaan mudharabah adalah adanya Umbulharjo dilakukan sebagai dasar tolak
kemungkinan pembiayaan macet, dan ukur untuk memahami signifikansi dari
tingkat bagi hasil rendah. Adapun akibat kerugian yang akan ditimbulkan
keunggulan pembiayaan mudharabah oleh suatu risiko. Adapun proses evaluasi
adalah pembiayaan dengan skim risiko pembiayaan murabahah di BTM
mudharabah menjanjikan pendapatan Surya Umbulharjo dilakukan untuk
atau bagi hasil yang lebih besar mengontrol atau mengawasi sejauh mana
dibandingkan skim pembiayaan penanganan risiko yang telah dilakukan
murabahah jika investasi yang dikelola agar tidak timbul risiko kembali.
berhasil. Pelaksanaan evaluasi dan pengukuran
Adapun risiko yang mungkin timbul risiko ini dilakukan secara berkala
dari pelaksanaan pembiayaan terhadap kesesuaian asumsi, sumber data
mudharabah adalah side streaming dan prosedur yang digunakan. Sedangkan
(nasabah menggunakan dana itu bukan proses pengukuran risiko pembiayaan
seperti yang disebut dalam kontrak), lalai mudharabah di BMT UAS dilakukan
dan kesalahan yang disengaja, dan dengan menggunakan sistem manajemen
penyembunyian keuntungan oleh informasi yang terintegrasi melalui
nasabah bila nasabahnya tidak jujur software integraed micro banking system
(Antonio 2001). (IBS). Adapun proses evaluasi atau
pemantauan risiko pembiayaan
KESIMPULAN mudharabah di BMT UAS dilakukan
melalui data dalam sistem pembukuan
Perbandingan penerapan melalui IBS, dan survei kepada anggota
manajemen risiko antara produk pembiayaan mudharabah.
pembiayaan murabahah dan mudharabah Terakhir adalah pengelolaan risiko.
di Lembaga Keuangan Mikro Syariah Di BTM Surya Umbulharjo, pengelolaan
dapat dilihat dari proses identifikasi risiko pembiayaan murabahah dilakukan
risiko, pengukuran dan evaluasi risiko, dengan beberapa cara seperti
dan pengelolaan risiko. pendampingan, pemberian modal
Proses identifikasi risiko kembali, perpanjangan jangka waktu
pembiayaan murabahah di BTM Surya pengembalian, pengembalian pokok,
Umbulharjo dilakukan sebagai langkah pemberian peringatan, sita jaminan,
pertama dalam manajemen risiko pencarian nasabah (bagi nasabah yang
pembiayaan murabahah. Risiko-risiko melarikan diri), dan hapus buku atau
yang diidentifikasi oleh BTM Surya hapus tagih. Sedangkan di BMT UAS,
Umbulharjo terkait dengan pembiayaan pengelolaan risiko pembiayaan
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2018 71

mudharabah yang sudah terjadi dilakukan Karim, Adiwarman A. 2007. Bank Islam:
dengan cara memberikan penjelasan Analisis Fiqih Dan Keuangan.
tentang bagaimana pembiayaan Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mudharabah, pemberian kelonggaran Mulyo, Wiji. 2017. Implementasi
waktu pengembalian, membayar pokok Manajemen Risiko (16 Mei).
saja, dan penyitaan jaminan. OJK. 2016. Statistik Perbankan Syariah.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.
DAFTAR PUSTAKA Rivai, Veithzal, dan Andria Permata
Veithzal. 2010. Islamic Financial
Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. Bank Management. Jakarta Utara:
Syariah Dari Teori ke Praktik. Rajawali Pers.
Jakarta: Gema Insani. Rustam, Bambang Rianto. 2013.
Asiyah, Binti Nur. 2015. Manajemen MANAJEMEN RISIKO Perbankan
Pembiayaan Bank Syariah. Syariah di Indoneisa. Jakarta:
Yogyakarta: Kalimedia. Salemba Empat.
BMT UAS. 2017. Kesepakatan Akad Sahuri. 2017. Kebijakan dan Strategi (19
Pembiayaan Mudharabah. Mei).
Rembang: BMT UAS. Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga
—. 2016. Profil Perusahaan KSPPS BMT Keuangan Sariah Deskriptif dan
UAS Pamotan. Rembang: BMT UAS. Illustrasi. 3. Yogyakarta: Ekonisia.
Djojosoedarso, Soeisno. 1999. Prinsip- Sugiono. 2009. Memahami Penelitian
prinsip Manajemen Risiko dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Asuransi. Jakarta: Salemba Empat. Widodo, Sugeng. 2014. Moda Pembiayaan
DSN MUI. 2000. “Fatwa DSN MUI No: Lembaga Keuangan. Yogyakarta:
7/DSN-MUI/IV/2000.” Kaukaba.
Hanafi, Mamduh M. 2009. Manajemen Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah.
Risiko. Yogyakarta: UPP STIM Yogyakarta: UII Press.
YKPN. Yusuf, Sri Dewi. 2013. “Peran Strategis
Iqbal, Zamir, dan Abbas Mirakhor. 2008. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Dalam
Pengantar Keuangan Islam: Teori Meningkatkan Ekonomi Rakyat.”
dan Praktik. Jakarta: Kencana. ipi266176 1-12.

Vous aimerez peut-être aussi