Vous êtes sur la page 1sur 21

GAGAL GINJAL KRONIK

A. Pengertian gagal ginjal Kronik


Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal
yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB, Vol 2 hal 1448).

Gagal ginjal terdiri dari dua macam yaitu gagal ginjal Akut (acuternal failure) dan gagal
ginjal Kronik (GGK).
1. Gagal ginjal Kronik merupakan suatu kondisi di mana kedua ginjal mengalami
kerusakan permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Biasanya ditandai dengan edema seluruh tubuh (edema anasarka) karena terjadinya
hipertensi portal dan kadar klirens kreatinin < 25. Penyebab gagal ginjal kronik ini yang
paling utama adalah diabetes sekitar 40 persen dari penyakit gagal ginjal. Dan penyebab
yang kedua adalah tekanan darah tinggi sekitar 25 persen dari penyakit gagal ginjal.
Penyebab lainnya adalah karena kelainan kekebalan (suatu penyakit genetik), cacat lahir,
dsb.
2. Gagal ginjal Akut biasanya hanya timbul secara mendadak dan bila ditangani dengan
baik akan sembuh dan tidak mengalami kerusakan permanen. Penyebab kegagalan ini
dikarenakan keracunan, alergi obat, toxin, kehilangan darah banyak secara mendadak,
kehilangan cairan tubuh maunpun trauma.

Tanda-tanda Gagal Ginjal.


 Kencing berubah warna, berbusa  Lemah dan lekas capai
 Kencing sedikit berlainan dengan  Sesak napas
sebelumnya.  Nafas bau
 Sering terbangun di malam hari  Timbul rasa pegal di punggung
untuk kencing.  Kehilangan nafsu makan
 Pembengkakan terjadi di kaki,  Mual, muntah
pergelangan tangan dan dimuka  Rasa gatal di kaki atau dibadan
Ginjal merupakan organ tubuh manusia yang terpenting yang terletak di belakang
perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang di bawah hati dan
limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar
suprarenal). Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang
melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan. Setiap ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11 cm dan
ketebalan 5 cm dengan berat sekitar 150 gram. Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan
lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang
menghubungkan arteri renal, vena renal, dan ureter.

Fungsi Ginjal.
Ginjal mempunyai fungsi sebagai system filter/ menyaring/membuang sisa-sisa air
kotor, atau sampah dan racun hasil metabolisme tubuh yang berlebihan di dalam tubuh
manusia, mengatur tekanan darah, mengatur keseimbangan kimia dalam tubuh, memelihara
tulang agar tetap kuat, memberikan isyarat untuk membuat sel darah merah kepada tubuh dan
membuat tubuh berkembang secara normal.
Tubuh Manusia terdiri dari berbagai organ dan jaringan yang menyusun menjadi satu
kesatuan yang saling terkait. Organ merupakan unit fungsional terkecil dari tubuh manusia,
dimana fungsi dan letaknya berbeda-beda satu sama lainnya. Misalnya organ tubuh manusia
adalah kepala, tangan, kaki, dsb sedangkan organ dalam tubuh manusia adalah jantung, otak,
mata, ginjal dsb. Sedangkan unutk jaringan tubuh manusia adalah jaringan lunak, jaringan
ikat dsb. Organ dan jaringan tubuh manusia merupakan suatu kumpulan sel-sel dimana sel
tersebut berkelompok tersusun secara teratur membentuk jaringan atau organ. Sel adalah unit
terkecil dari tubuh manusia.
Sel manusia adalah multiseluler yakni berasal dari satu sel telur yang telah
difertilisasi atau dibuahi oleh sel sperma, lalu sel hasil pembuahan tersebut berkembang
menjadi sel yang bermacam-macam jenisnya sampai membentuk bermacam-macam sistem
jaringan dan organ manusia. Sel-sel didalam sistem jaringan dan organ manusia terus
berkembang membentuk jaringan dan organ dewasa, kemudian sel-sel di dalam organ itu
mengalami degenerasi dan berakhir dengan kematian.
Di dalam tubuh normal, selalu ada sel-sel baru yang timbu dan tumbuh dan ada sel-
sel yang mati, semuanya itu diatur oleh gen. Gen adalah unit fungsional terkecil dari mahluk
hidup. Gen itu terdapat dalam kromoson atau DNA yang mengandung kode genetik spesifik.
Gen berfungsi mengatur, mengkoordinasikan, mengawasi serta mengendalikan semua proses
kehidupan seperti bentuk dan fungsi organ, pertumbuhan, keturunan dsb. Gen yang mengatur
pertumbuhan dan differensiasi sel disebut onkogen atau protoonkogen, sedangkan gen yang
menghambat pertumbuhan disebut antiokagen atau gen supresor.

B. Etiologi
Penyebab gagak ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc ginjal
Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal, Poliarteritis
nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, Dm
2. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat,Batu saluran kemih, Refluks ureter,
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan Infeksi yang berulang dan
nefron yang memburuk Obstruksi saluran kemih Destruksi pembuluh darah akibat
diabetes dan hipertensi yang lama Scar pada jaringan dan trauma langsung pada ginjal

C. Patofisiologi
2 pendekatan teoritis yang biasanya diajukan untuk menjelaskan gangguan fungsi ginjal pada
Gagal ginjal Kronis:

1. Sudut pandang tradisional


Mengatakan bahwa semua unit nefron telah terserang penyakit namun dalam stadium
yang berbeda-beda, dan bagian spesifik dari nefron yang berkaitan dengan fungsi –fungsi
tertentu dapat saja benar-benar rusak atau berubah strukturnya, misalnya lesi organic
pada medulla akan merusak susunan anatomic dari lengkung henle.
2. Pendekatan Hipotesis Bricker atau hipotesis nefron yang utuh

Berpendapat bahwa bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur,
namun sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja normal. Uremia akan timbul bila jumlah
nefron yang sudah sedemikian berkurang sehingga keseimbangan cairan dan elektrolit
tidak dapat dipertahankan lagi.

Adaptasi penting dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman


ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam
usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal, terjadi peningkatan percepatan
filtrasi, beban solute dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron yang terdapat dalam ginjal
turun dibawab normal. Mekanisme adaptasi ini cukup berhasil dalam mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh hingga tingkat fungsi ginjal yang rendah. Namun
akhirnya kalau 75 % massa nefron telah hancur, maka kecepatan filtrasi dan beban solute
bagi tiap nefron sedemikian tinggi sehingga keseimbangan glomerolus-tubulus tidak dapat
lagi dipertahankan. Fleksibilitas baik pada proses ekskresi maupun konsentrasi solute dan air
menjadi berkurang.

D. Perjalanan klinis

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 atadium

a.Stadium I

Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % – 75 %). Tahap inilah yang
paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum
merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam masih
dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea
Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin
hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes pemekatan
kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.

b. Stadium II

Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada
stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan
garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu
faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah
penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang
berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium
ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.

Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada
stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan
garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu
faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah
penderita masuk ketahap yang lebih berat.

Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru
mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal. Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada
penyakit yang terutama menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang
lebih dari 3 liter / hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal
diantara 5 % – 25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan
darah, tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita mulai terganggu.

c.Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %) Semua gejala sudah jelas dan
penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan tugas sehari hair sebaimana
mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang., sesak
nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya
terjadi penurunan kesadaran sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin
sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.

Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan
gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis
caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih)
kurang dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula
menyerang tubulus ginjal, kompleks menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia
dan gejala gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh.
Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan menggal kecuali ia mendapat
pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

E. Penatalaksanaan

1. Dialisis

Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius,
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas
biokimia ; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ;
menghilangkan kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.

2. Penanganan hiperkalemia

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ;
hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh
karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan
kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG
(tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis.
Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium
polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.

3. Mempertahankan keseimbangan cairan

Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran


tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan
status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase
lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk
terapi penggantia cairan.

TERAPI PENGGANTI GINJAL


Pada penderita Gagal Ginjal Kronik stadium terminal, ketika fungsi ginjal yang tersisa
sudah dibawah 10-15% maka ginjal tidak dapat mengkompensasi kebutuhan tubuh untuk
mengeluarkan zat-zat sisa hasil metabolisme yang dikeluarkan melalui pembuangan urin,
mengatur keseimbangan asam-basa dan keseimbangan cairan, menjaga kestabilan lingkungan
dalam, dsb, untuk itu diperlukan penanganan yang disebut Terapi Pengganti Ginjal (Renal
Replacement Therapy) untuk menggantikan kerja ginjal.
 

Tujuan Terapi Pengganti Ginjal untuk mempertahankan kehidupan, meningkatkan


kualitas hidup sehingga penderita dapat beraktifitas seperti biasa dan dapat menikmati
kehidupannya, juga untuk mempersiapkan transplantasi (cangkok) ginjal apabila memungkinkan.
Terapi Pengganti Ginjal yang tersedia saat ini ada 2 pilihan: Dialisis dan Transplantasi
(cangkok) Ginjal. Ada 2 metode dialisis yaitu Hemodialisis (HD atau sering disebut 'cuci darah')
dan Peritoneal Dialisis (PD atau sering disebut 'cuci perut'). Dokter ahli akan memilihkan metode
dialisis yang tepat sesuai kondisi pasien.
1. Hemodialisis (HD)
Hemodialisis (cuci darah) terbukti sangat bermanfaat dalam memperpanjang usia dan
meningkatkan kualitas hidup penderita gagal ginjal terminal.Dalam suatu proses
hemodialisis, darah penderita dipompa oleh mesin kedalam kompartemen darah
pada dialyzer. Dialyzer mengandung ribuan serat (fiber) sintetis yang berlubang kecil
ditengahnya. Darah mengalir di dalam lubang serat sementara cairan dialisis (dialisat)
mengalir diluar serat, sedangkan dinding serat bertindak sebagai membran semipermeabel
tempat terjadinya proses ultrafiltrasi. Ultrafiltrasi terjadi dengan cara meningkatkan tekanan
hidrostatik melintasi membran dialyzer dengan cara menerapkan tekanan negatif kedalam
kompartemen dialisat yang menyebabkan air dan zat-zat terlarut berpindah dari darah
kedalam cairan dialisat. Lumayan untuk menyedot kelebihan cairan tubuh dan sampah-
sampah sisa hasil metabolik.
Skema Hemodialisis
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Dialysis dan http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/pubs/kdictionary/D-E.htm

Gambar Dialyzer dan skemanya


Sumber: http://www.moldedproducts.com/images/Dialyser_setup_all_c.JPG

Untuk keperluan penyaluran keluar masuknya darah antara tubuh dan mesin HD maka
dibuat suatu hubungan langsung antara arteri dengan pembuluh darah balik (vena) di
pergelangan tangan, melalui tindakan operasi bedah. Hubungan ini disebut A-V fistula atau AV-
shunt atau sering disebut sebagaiCimino-shunt, ditemukan oleh dokter Cimino dan Brescia pada
tahun 1966. AV-fistula memungkinkan pembuluh darah vena untuk tumbuh lebih tebal sehingga
memungkinkan insersi jarum yang berulang-ulang yang diperlukan pada waktu cuci darah.
Ilustrasi AV-fistula
Sumber: http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/glossary/ dan http://www.jameda.de/gesundheits-lexikon/bilder/266316.jpg

Indikasi dilakukannya hemodialisis pada penderita gagal ginjal stadium terminal antara lain
karena telah terjadi:

 Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)

 Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misal: asidosis metabolik,


hiperkalemia dan hipercalsemia

 Kelebihan cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga menimbulkan


sesak nafas berat

 Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)

Hal-hal penting lain yang perlu diketahui seputar Hemodialisis:


 HD harus dilakukan teratur setiap 2-3 hari sekali

 HD tidak dapat dilakukan pada pasien yang tidak kooperatif dan pasien dengan
hemodinamik sistem sirkulasi yang tidak stabil, misal tekanan darah mudah turun (drop)
tiba-tiba ke level yang berbahaya selama proses HD.

 HD tidak dapat menggantikan fungsi endokrin ginjal seperti: fungsi ginjal sebagai organ
pembentuk berbagai substansi dan hormon diantaranya:erythropoietin (hormon yang
mengatur pembentukan sel darah merah). Oleh karena itu pasien CRF stadium akhir akan
mengalami anemia berat (kurang darah) dimana Hb turun hingga dibawah 10 g/dl
walaupun sudah melakukan HD teratur.

Efek samping Hemodialisis yang dapat terjadi antara lain:

 Sakit punggung (5%)

 Nyeri dada (5%)

 Sakit kepala (5%)

 Hipotensi (tekanan darah tiba-tiba turun drastis) (20%)

 Gatal di kulit (5%)

 Rasa kram di kaki (5 - 20%)

 Mual dan muntah (15%)

 Demam dan menggigil (jarang)

 Komplikasi berat yang jarang terjadi seperti: reaksi alergi (anaphylaksis) akut, banyak
sel-sel darah merah pecah (hemolisis), adanya gelembung udara (air embolism) yang
menyumbat pembuluh darah, kadar oksigen yang rendah dalam darah (hipoksemia)
 Komplikasi jangka panjang seperti: anemia, infeksi, denyut jantung tidak teratur
(aritmia), penyakit jantung koroner, gizi kurang, kekurangan mineral (degenerasi) tulang,
kekurangan vitamin dan mineral.

  
2. Peritoneal Dialisis (PD)

Peritoneal Dialisis (beberapa orang menyebutnya sebagai 'cuci perut') merupakan


proses dialisis yang berlangsung di dalam rongga perut (memanfaatkan ruang peritoneum).
Cairan dialisis/dialisat dimasukkan kedalam rongga perut melalui suatu kateter two
way (disebut Tenckhoff catheter) yang lembut, untuk kemudian didiamkan beberapa waktu
(disebut dwell time). Antara darah dengan cairan dialisis dibatasi oleh membran peritoneum
yang berfungsi sebagai media pertukaran zat. Ketika cairan dialisat berada di dalam rongga
peritoneum maka terjadi pertukaran zat-zat, yang berguna akan terserap kedalam darah dan
yang tidak berguna (produk limbah dan racun) serta kelebihan air akan terserap kedalam
cairan dialisat melalui proses ultrafiltrasi. Ketika klep kateter pengeluaran dibuka, maka
cairan dialisis meninggalkan tubuh dengan membawa serta limbah (racun) ditambah ekstra
cairan yang tadi diserap dari dalam darah pasien.

Membran Peritoneum adalah suatu membran (selaput) semi-permeabel tipis yang


melapisi dinding perut bagian dalam serta melapisi juga organ-organ di dalam rongga perut.
Selaput peritoneum banyak mengandung pembuluh darah yang berasal dan mengalir kedalam
sistem sirkulasi sehingga difungsikan sebagai media ultrafiltrasi antara darah dan cairan
dialisat. Inilah salah satu bukti penyataan keadilan Tuhan, bahwa Dia
menyediakan/menyiapkan juga solusi yang berasal dari tubuh manusia terhadap
permasalahan yang akan dihadapi manusia jauh sebelum penciptaan manusia.

Cairan dialisat yang tersedia memiliki konsentrasi yang beragam yang dapat dipilih
tergantung keperluan. Dokter akan memilihkan cairan dialisat dengan konsentrasi yang tepat
bagi pasiennya. Bila pasien masih mengalami kelebihan volume cairan di dalam sirkulasi
darahnya, maka digunakan cairan dengan konsentrasi yang lebih tinggi agar kelebihan cairan
berpindah kedalam cairan dialisat.

Skema Peritoneal Dialisis


Sumber: http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/peritoneal/images/Exchange.gif

Ilustrasi ruang peritonium
Sumber: http://kidney.niddk.nih.gov/Kudiseases/pubs/peritonealdose/images/PeritonealDose2.gif
dan http://www.kidney.org.uk/Medical-Info/pd/pd_diagrams/pd39.gif
Peritoneal Dialisis harus dilakukan setiap hari dan cairan dialisat harus senantiasa berada di
rongga perut agar terjadi pembersihan darah secara adekuat. Ada 2 metode peritoneal dialisis
yaitu:

 Continuous Ambulatory Peritoneal Dialisis (CAPD): peritoneal dialisis yang dilakukan


sementara pasien aktif melakukan aktifitas sehari-hari. CAPD dilakukan 3-6 kali perhari
dengan jumlah cairan dialisat sebanyak 2 liter setiap satu putaran, lamanya cairan dialisat
berada di dalam rongga peritonium 4-6 jam.

 Continuous Cyclic Peritoneal Dialisis (CCPD) atau Peritoneal Dialisis otomatis. CCPD


dilakukan dengan memakai bantuan mesin sewaktu pasien sedang tidur. Mesin secara
otomatis akan melakukan penukaran cairan dialisat sebanyak 4-8 kali pada malam hari
selama 8-12 jam ketika pasien sedang tidur.

Keuntungan menggunakan Peritoneal Dialisis:

 Pasien diajar mandiri dalam melakukan dialisis sehingga lebih percaya diri

 Waktu lebih bebas, dapat dilakukan di rumah/tempat kerja

 Proses dialisis lebih 'lembut', tidak terjadi lonjakan-lonjakan penurunan tekanan darah
yang drastis seperti pada hemodialisis sehingga lebih cocok bagi pasien dengan gangguan
fungsi jantung

 Tahan lama asalkan dilakukan dengan benar sesuai petunjuk dan dilakukan dengan
higienis

Komplikasi PD yang mungkin timbul: infeksi rongga peritoneum (peritonitis), dapat


meningkatkan kadar gula darah karena sebagian gula pada cairan dialisat masuk kedalam darah
dan kekurangan vitamin & mineral.
Transplantasi (Cangkok) Ginjal 
Cangkok ginjal adalah mencangkokkan ginjal sehat yang berasal dari manusia lain
(donor) ketubuh pasien gagal ginjal terminal melalui suatu tindakan bedah (operasi). Biasanya
ginjal cangkokan ditempelkan (dicangkokkan) di sebelah bawah pada pembuluh darah yang
sama dari ginjal lama yang sudah 'tidak' berfungsi sedangkan ginjal lama dibiarkan ditempatnya.

Gambar penempatan ginjal donor pada transplantasi ginjal


Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Kidney_transplantation

Kenyataan bahwa manusia dapat hidup dengan 1 ginjal membuat cangkok ginjal begitu
populer sebagai upaya terakhir bagi penyembuhan gagal ginjal terminal, selain itu membuat para
calon pendonor ginjal bersedia 'menyumbangkan' satu ginjalnya bagi orang lain yang
memerlukan. Ginjal merupakan salah satu organ yang sering mengalami gangguan atau
kegagalan fungsi, oleh karena itu Allah memberikan 2 ginjal bagi setiap manusia (walaupun ada
juga segelintir orang yang memiliki 1 ginjal sejak dilahirkan) agar ada cadangan bila salah satu
ginjal mengalami gangguan, selain itu agar dapat disumbangkan bagi orang lain yang
membutuhkan.

Kendala Cangkok Ginjal

Walaupun cangkok ginjal merupakan terapi terbaik bagi pasien Gagal Ginjal Kronik
Stadium Terminal, namun bukan perkara mudah bagi pasien untuk memasuki fase ini disebabkan
banyaknya kendala yang menghadang. Kendala yang sering dialami pasien yang ingin atau telah
melakukan cangkok ginjal antara lain:

 Ketersediaan donor ginjal. Jumlah donor di Indonesia masih sangat kecil, hanya 15 donor
ginjal per tahunnya, dibandingkan dengan terjadinya 2.000 kasus baru penyakit ginjal
kronik stadium akhir per tahunnya.

 Tingginya biaya operasi cangkok ginjal. Dana yang diperlukan untuk persiapan transplantasi


ginjal di RS dalam negeri berkisar dari 28,5 juta hingga 35 juta rupiah. Total biaya
transplantasi di dalam negeri sekitar 80 juta hingga 250 juta rupiah. Sedangkan bila dilakukan
di luar negeri akan menghabiskan biaya sekitar 100 juta hingga 570 juta rupiah.

 Kecocokan donor dengan resipien. Bila donor sudah tersedia atau bersedia, belum tentu akan
cocok bila ginjalnya dicangkokkan ketubuh resipien. Donor dan resipien perlu menjalani
serangkaian pemeriksaan untuk memperkirakan kecocokan dan tingkat keberhasilan operasi
cangkok ginjal yang akan dilaksanakan.

 Terjadinya penolakan (rejection) setelah operasi cangkok ginjal. Rejection merupakan masalah
terbesar bagi pasien pasca operasi cangkok ginjal.  

  

Sejarah Cangkok Ginjal

Cangkok ginjal pertama di dunia dilakukan pada seorang wanita berusia 44 tahun
bernama Ruth Tucker pada 17 Juni 1950 di USA. Cangkok ginjal ini kemudian menemui
masalah reaksi penolakan (rejection) oleh tubuh penerima (resipien). Sedangkan cangkok ginjal
berikutnya pada tahun 1954 di Boston dan Paris, berhasil dilakukan tanpa reaksi
penolakan karena memakai ginjal donor yang berasal dari kembar identik. Cangkok ginjal ini
dilakukan oleh ahli bedah dari Inggris yang bernama Sir Michael Francis Addison Woodruff
(1911-2001). Penggunaan obat anti rejection diperkenalkan pertama kali pada tahun 1964.

Menurut situs "The Indonesian Diatrans Kidney Foundation"(4), transplantasi ginjal


yang pertama kali di Indonesia dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
pada 11 November 1977, yang dipimpin oleh Prof. Otta dari Tokyo dengan ginjal donor berasal
dari adik pasien. Spesialis bedah urologi dari RSCM dan RS PGI Cikini,  DR. Dr. David
Manuputty, SpB, SpU (K) mengatakan bahwa Prof. Otta membantu melakukan cangkok ginjal
pada 2 pasien pertama di RSCM. Operasi cangkok ginjal yang ketiga dilakukan oleh dokter
Indonesia sendiri. Pasien ketiga yang menerima transplantasi ginjal adalah seorang dokter yang
bernama Anom pada tahun 1978. Hingga saat ini Dr. Anom masih hidup dan merupakan pasien
terlama yang mengalami cangkok ginjal. Hal ini membuktikan bahwa transplantasi ginjal
merupakan terapi yang terbaik yang bisa dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal.

Dalam 3 dasawarsa terakhir, seiring dengan semakin tingginya permintaan akan donor
ginjal maka praktek jual-beli ginjal (ilegal) untuk keperluan cangkok ginjal semakin marak di
banyak negara seperti India, China, Pakistan, Filipina, dll. Walaupun praktek jual-beli
ginjal dilarang di banyak negara, tetap saja banyak warga negara (terutama warga miskin) yang
melakukan penjualan ginjal melalui makelar karena tergiur dengan tingginya penawaran harga
ginjal. Sebagai contoh, di Filipina banyak penduduk miskin bersedia melepas 1 ginjalnya dengan
imbalan sekitar 100 juta rupiah (sumber: Nat Geo Adventure TV, 2010).

Tingkat Keberhasilan Operasi Cangkok Ginjal

Dr. Indrawati Sukadis, Koordinator Tim Transplantasi Ginjal RS Cikini, mengatakan,


tingkat keberhasilan operasi ginjal lebih tinggi bila donor berasal dari seseorang yang memiliki
pertalian darah (related donor). “Keberhasilan mencapai 90 persen,” ujarnya. Menurut catatan dr.
David Manuputty, 233 kasus transplantasi di Indonesia berasal dari donor hidup related dan
44 non-related. Dari kasus non related itu, sebanyak 6 kasus adalah donor ginjal yang berasal
dari istri kepada suaminya. Tidak ada kasus dengan donor yang berasal dari cadaver (orang yang
sudah meninggal dunia).

Apakah Rejection (penolakan) itu?
Reaksi penolakan (rejection) dapat terjadi pada cangkok ginjal walaupun antara donor
dengan penerima (resipien) memiliki golongan darah yang sama  dan jenis jaringan dianggap
'serasi' ketika dilakukan pemeriksaan awal sebelum transplantasi. Hal ini disebabkan sistem
kekebalan tubuh seseorang sangat baik dan sangat kuat dalam membedakan mana yang
merupakan bagian tubuh dan mana yang bukan. Organ-organ yang dicangkokkan seperti ginjal,
hati, jantung, dsb dianggap sebagai 'penyerang' oleh tubuh resipien sehingga cepat atau lambat
akan ditolak, kecuali ginjal yang berasal dari kembar identik kemungkinan besar tidak akan
ditolak. Tingkat reaksi penolakan sangat bervariasi dari orang ke orang.

Penolakan bisa bersifat akut atau kronis. Penolakan akut (acute rejection) onsetnya cepat,
umumnya terjadi pada minggu-minggu pertama sampai beberapa bulan setelah operasi cangkok
ginjal. Menurut statistik, sekitar 40% penolakan akut terjadi dalam 3 bulan pertama setelah
transplantasi. Gejala yang umum dari penolakan akut adalah: rasa sakit dan demam, tetapi
seringkali tanpa gejala. Dokter dapat mencurigai telah terjadi penolakan akut bila kadar kreatinin
darah setelah transplantasi tidak turun atau sudah turun kemudian naik kembali dan menetap
agak tinggi. Untuk memastikan apakah telah terjadi rejection atau tidak pada cangkok ginjal
dengan melakukan pemeriksaan biopsi jarum pada ginjal cangkokan.

Penolakan kronis sering menyebabkan kegagalan transplantasi ginjal setelah tahun


pertama operasi cangkok ginjal. Penolakan jenis ini terjadi secara perlahan-lahan, ginjal
cangkokan mengalami penuaan lambat tetapi lebih cepat daripada orang normal.
Dikatakan  telah terjadi penolakan kronis bila penolakan terjadi lebih dari satu tahun setelah
operasi cangkok ginjal. 

Penolakan kronis kemungkinan disebabkan oleh antibodi resipien yang menyerang ginjal


cangkokan. Dokter akan mencurigai telah terjadi penolakan kronis bila kadar kreatinin darah
naik secara perlahan-lahan setelah sempat stabil untuk beberapa waktu. Untuk memastikan telah
terjadi penolakan kronis, dapat dilakukan pemeriksaan biopsi jarum pada ginjal cangkokan.
Adanya tekanan darah tinggi akan memperburuk kondisi ginjal pada penolakan kronis, oleh
karena itu dokter perlu mengupayakan tekanan darah pasien tidak melebihi 130/80 mm Hg.

 
Obat Anti Rejection

Untungnya telah ditemukan obat-obat anti penolakan setelah cangkok ginjal. Jika hasil
biopsi jarum menunjukkan telah terjadi penolakan akut, maka dokter akan memberikan steroid
golongan methylprednisolone dosis tinggi selama 3 hari berturut-turut melalui suntikan intra
vena (kedalam pembuluh darah balik/vena). Pemberian ini dapat diulang selama 3 hari lagi.
Biasanya ini dapat menekan proses penolakan. Tetapi bila tidak memberikan hasil, maka dokter
akan memberikan/menambahkan obat anti penolakan lain yang lebih kuat seperti cyclosporin,
azathioprine, dll. Obat-obat ini juga dapat menekan proses penolakan kronis.

Komplikasi Rejection

Bila penolakan akut maupun kronis tidak dapat ditanggulangi dengan obat-obatan, maka pasien


akan jatuh lagi kedalam fase gagal ginjal sehingga memerlukan kembali hemodialisis atau
peritoneal dialisis. Setelah itu dapat mengulang kembali operasi transplantasi ginjal (dari donor
lain). Pada kasus penolakan akut, progresivitas penolakan tubuh terhadap ginjal baru sangat
tinggi sehingga sulit diatasi dengan pemberian obat-obat anti rejection dosis tinggi. Bila
pemberian obat-obat anti rejection dosis tinggi diteruskan, maka kemampuan sistem kekebalan
tubuh (imunitas) pasien akan sangat menurun sehingga mudah terkena bermacam-macam infeksi
seperti bakteri, virus, jamur, dsb yang sangat sulit ditanggulangi walaupun dokter sudah
memberikan beragam antibiotik, antivirus atau antijamur dengan dosis tinggi. Pasien biasanya
akan meninggal dunia karena komplikasi sepsis (beredarnya kuman penyakit di dalam darah
hingga kerusakan dan kegagalan multi organ).

Kesimpulan

Dapat disimpulkan beberapa poin sbb:

 Pemilihan metode HD atau PD yang akan dipakai tergantung berbagai pertimbangan dan
kondisi pasien, masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya.
 Transplantasi ginjal merupakan terapi terbaik bagi pasien Gagal Ginjal Kronik Stadium
Terminal namun memiliki kendala tersendiri.

 Tingkat keberhasilan cangkok ginjal banyak bergantung dari kecocokan golongan darah
dan jaringan antara resipien dengan donor. Semakin dekat hubungan darah (related
donor) maka semakin tinggi tingkat keberhasilannya.

 Setelah operasi cangkok ginjal berhasil dilaksanakan, bukan berarti segalanya telah


selesai, pasien wajib melakukan kontrol teratur ke dokter untuk memonitor fungsi
ginjalnya, mendapat obat-obatan anti rejection, dan memonitor kemungkinan
terjadinya rejection maupun komplikasi dan penyakit lain agar dapat ditanggulangi secara
dini.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:terapi-
pengganti-ginjal-atau-renal-replacement-therapy-rrt&catid=29:penyakit-tidak-
menular&Itemid=18
2. http://www.venofer.com/VenoferHCP/Venofer_kidneyFunction.html, diakses 28 September 2009, "Kidney
Function, Chronic Renal Failure, and Its Treatment".
http://www.wikipedia.com, diakses 23 Januari 2010
3. Picaszoo, http://www.youtube.com, diakses 23 Januari 2010
4. http://www.ygdi.org/_patientinfo.php?view=_infoseputar_detail&id=7 , Info Seputar Transplantasi, diakses
24 Januari 2010
5. Di sunting dari :http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/gagal-ginjal-kronik/

Vous aimerez peut-être aussi