Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara dua ini adalah menentukan kadar asam
fitat dan kadar sianida pada koro benguk secara kualitatif dengan berbagai
variasi perlakuan (koro benguk segar, direndam 3 hari, direndam + soda
kue selama 3 hari, direbus, dikukus, dan dibuat tempe koro).
B. Metode Percobaan
1. Alat
a. Timbangan
b. Tabung reaksi
c. Pipet
d. Penangas air
e. Sentrifuse
f. Spektrofotometer
2. Bahan
3. Cara Kerja
Sampel
Sampel
Koro benguk mentah 1
Pembahasan
Pada penentuan kadar asam fitat, mula-mula sampel disuspensikan ke
dalam larutan HNO3 dan diaduk selama 3 jam kemudian disaring dan
diambil filtratnya. Filtrate inilah yang akan digunakan untuk penentuan
kadar asam fitat. Larutan HNO3 berfungsi sebagai pelarut yang dapat
melarutkan asam fitat pada bahan. Sedangkan pengadukan selama 3 jam
berfungsi untuk mengoptimalkan proses keluarnya asam fitat dari bahan.
Dengan adanya pengadukan, HNO3 dan koro benguk akan tercampur
lebih merata, selain itu adanya pengadukan dapat menyebabkan koro
benguk menjadi pecah, sehingga luas permukaan kontak dengan HNO3
menjadi lebih besar.
Filtrat yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
direaksikan dengan larutan FeCl3 dan HNO3 0,5 M. asam fitat yang
keluar dari bahan akan berikatan dengan Fe membentuk Fe-fitat. Tabung
reaksi kemudian direndam dalam penangas air 100oC selama 20 menit
setelah dingin ditambahkan amil alkohol dan amonium tiosianat. Fe sisa
akan bereaksi dengan amonium tiosianat dan amil alkohol yang berwarna
merah. Selanjutnya, sampel disentrifuse selama 2-3 menit kemudian
didiamkan selama 12-13 menit dan ditera absorbansinya dengan panjang
gelombang 465 nm.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa absorbansi
terbesar terdapat pada koro benguk rendam air + soda kue 3 hari (0,056),
kemudian koro benguk direbus (0,034), koro benguk rendam 3 hari, tempe
koro benguk (0,020), koro benguk segar (0,014), koro benguk dikukus
(0,009). Semakin besar absorbansinya berarti semakin kecil kandungan
asam fitatnya
Kandungan asam fitat yang tinggi maka akan semakin banyak yang
bereaksi dengan FeCl membentuk Fe-fitat sehingga Fe sisa semakin kecil.
Dengan demikian Fe-sisa yang bereaksi dengan amil alcohol juga semakin
sedikit dan diperoleh intensitas warna yang semakin pudar, sehingga pada
waktu ditera absorbansinya maka akan menunjukkan angka yang kecil.
Setiap tahapan pengolahan memberikan efek yang berbeda terhadap
kandungan asam fitat. Koro benguk segar seharusnya mengandung asam
fitat yang paling tinggi karena belum mengalami perlakuan apapun yang
menyebabkan turunnya kadar asam fitat akan tetapi pada praktikum terjadi
sedikit penyimpangan. Kadar asam fitat koro benguk kukus memberikan
nilai absorbansi paling rendah (0,009) yang mengindikasikan bahwa
kandungan asam fitatnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan koro
benguk segar yang memberikan nilai absorbansi (0,014).
Hal tersebut diatas mungkin disebabkan karena efek pemanasan dalam hal
ini pengukusan kurang memberikan dampak yang nyata bagi penurunan
kadar asam fitat hal ini sesuai dengan pendapat Muchtadi (1998) dalam
Anonim-c (2007) menyebutkan bahwa asam fitat sangat tahan terhadap
pemanasan selama pengolahan.
Perlakuan direbus, direndam air 3 hari, direndam air + soda kue 3 hari dan
perlakuan fermentasi (dalam hal ini pembuatan tempe) cukup memberikan
efek dalam penurunan kadar asam fitat, dan yang paling efektif adalah
perlakuan dirandam air + soda kue 3 hari karena nilai absorbansinya
paling tinggi (0,056) yang mengindikasikan kadar asam fitat paling kecil.
Pada proses pembuatan tempe benguk seluruh tahapan prosesnya, yaitu
perendaman sampai fermentasi dapat menurunkan kadar asam fitat dengan
total penurunan mencapai 53%. Senyawa phytate atau phytin merupakan
inositol hexaphosphoriric acid yang mengikat kalsium, magnesium dan
terdapat hampir pada semua jenis kacang-kacangan. Senyawa ini
menyebabkan penurunan ketersediaan mineral karena dapat membentuk
kompleks dengan kalsium dan magnesium dapat mengurangi nilai gizi
protein dan sifat fungsional protein melalui mekanisme pengikatan
kalsium dan magnesium (Sutardi dkk, 1993).
Pada fermentasi tempe kara benguk digunakan ragi dan terlibat pula
berbagai jenis mikrobia yang dapat menghasilkan enzim fitase sehingga
pemecahan fitat berlangsung sangat cepat. Keberadaan mikroorganisme
pada ragi mempunyai peranan penting khususnya dalam membantu
menurunkan asam fitat. Semakin lama waktu fermentasi, miselium jamur
semakin tebal karena pertumbuhan ragi yang semakin meningkat. Dengan
pertumbuhan ragi dan semakin tebalnya miselium jamur maka enzim
fitase yang diproduksi semakin meningkat dengan ditunjukkan semakin
menurunnya kadar asam fitat.
Sudarmadji dan Markakis, (1975); Sutardi (1988) menyatakan bahwa
Rhizopus oligosporus merupakan salah satu jenis jamur yang dapat
menghasilkan fitase yang dapat menghidrolisis asam fitat. Sebenarnya
dalam kacang-kacangan dan serealia terdapat enzim fitase dalam jumlah
yang sangat sedikit dan dalam kondisi terinhibisi oleh substrat (asam fitat
sendiri)(Widowati, 2008). Sehingga diperlukan enzim fitase secara
ekstraseluler yang dapat dilakukan melalui proses fermentasi.
V.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikun ini adalah:
1.Kadar asam fitat paling rendah terdapat pada koro benguk dengan perlakuan
perendaman + soda kue selama 3 hari, dengan ditunjukkan nilai absorbansinya
paling tinggi yaitu 0,056.
2.Kadar asam fitat terendah dalam praktikum ini terdapat dalam sampel koro
benguk dikukus dengan nilai absorbansi 0,009.
3.Semakin tinggi absorbansinya maka kadar asam fitatnya semakin rendah
begitupun sebaliknya semakin kecil absorbansi maka kadar asam fitat semakin
tinggi.
4.Kadar asam fitat tertinggi menuju ke yang paling rendah berturut-turut adalah
koro benguk dikukus (Absorbansi 0,009), koro benguk segar (Absorbansi 0,014),
koro benguk dibuat tempe (Absorbansi 0,020), koro benguk direndam 3 hari
(Absorbansi 0,032), koro benguk direbus (Absorbansi 0,034), dan koro benguk
rendam + soda kue selama 3 hari.
5.Perlakuan perendaman, perendaman + soda, perebusan dan perlakuan
pembuatan tempe dapat menurunkan kadar asam fitat pada sample koro benguk.
6.Dari praktikum diketahui bahwa perlakuan rendam + soda kue selama 3 hari
merupakan perlakuan yang paling efektif untuk menurunkan kadar asam fitat.
DAFTAR PUSTAKA