Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Data Mining Pada Data Quick Access Recorder untuk Peningkatan Keselamatan
Penerbangan
The Data Mining on Quick Access Recorder for Flight Safety Improvement
Histori Artikel: Vertical wind and runway surface roughness are the most concerned
Diterima: 12 Juli 2017 parameters when the aircraft initiating the procedures of approach-to-landing
Direvisi: 31 Juli 2017 and take-off at an airport, due to they will affect the safety of the aircraft in those
Disetujui: 31 Juli 2017 phases. In the meantime, there is no equipment that can be used to assess the
Dipublish: 31 Juli 2017 chance of vertical wind emergence as well as the decline of runway surface
friction. This paper describes Quick Access Recoder data processing technique for
Keywords:
estimating those parameters; the speed of vertical wind in the approach-to-
write down three to five keywords
or phrases in alphabetical order, landing phase and runway friction coefficient in the landing phase. Due to those
separated by commas parameters does not recorded in Quick Access Recorder then system
identification technique is utilized in order to obtain both of parameters.
Kata kunci: Validation process is sequenced to increase the confidence level. The described
data mining, identifikasi sistem, data processing technique involving the aircraft’s motion dynamics and the
quick access recorder, keselamatan estimator. In case all the airline provide their flight data, the tendency of vertical
penerbangan, flight data wind and the difference of runway friction can be calculated promptly so that
monitoring
the airline and the airport can take anticipation action for maintaining the
safety level of the flight.
Data Mining Pada Data Quick Access Recorder untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan 1
(Mahardi dan Javensius)
PENDAHULUAN akan datang [1]. Metode yang diterapkan juga
mampu mengkuantifikasi seberapa besar
How safe is your airline and how do you
konstribusi suatu parameter terhadap
measure it? Sekilas pertanyaan ini sederhana
terjadinya kecelakaan. Secara ringkas, metode
dan mudah dicerna namun relatif sulit untuk
ditampilkan pada gambar 1. Penjelasan lebih
dijawab. Apabila dikaji lebih dalam, jawaban
detil dapat dilihat pada IATA Safety Report
atas kedua pertanyaan ini merupakan
tahun 2013 Bab 9 Predictive Analysis [1].
kesimpulan atas segala usaha yang dilakukan
dalam rangka perbaikan dan peningkatan
keselamatan dalam dunia penerbangan.
Jawaban kuantitatif yang merepresentasikan
tingkat keselamatan suatu maskapai
penerbangan “mungkin” menjadi jawaban
yang paling tepat karena dengan pendekatan
ini, suatu maskapai penerbangan dapat
mengukur tingkat keselamatan yang
Gambar 1. Struktur Metode Predictive Analysis
dimilikinya relatif terhadap referensi tertentu
untuk Suatu Model Incident –Runway Overrun
maupun maskapai penerbangan yang lain. (Diadaptasi dari [1])
Namun untuk menerjemahkan tingkat
keselamatan (safety level) dalam representasi Karakteristik faktor-faktor yang
kuantitatif bukanlah pekerjaan yang mudah berkontribusi terhadap terjadinya suatu
karena melibatkan banyak aspek yang kecelakaan seperti yang ditampilkan pada
berkaitan satu dengan yang lain. ICAO dalam bagian sebelah kiri Gambar 1 di atas dapat
dokumen Safety Management Manual (SMM) diperoleh melalui perhitungan pada data QAR
DOC 9589, edisi 3 tahun 2013 memberikan dengan menggunakan program Flight Data
rekomendasi agar maskapai penerbangan Monitoring (FDM). Program FDM pada
menentukan tingkat keselamatan (Acceptable umumnya sudah menjadi bagian Safety
Level of Safety Performance-ALoSP)-nya Management System (SMS) suatu maskapai
masing-masing [22]. Rekomendasi ini secara penerbangan dalam menganalisis data QAR.
implisit menegaskan agar maskapai Namun tidak semua parameter tersebut
penerbangan mendefinisikan nilai ALoSP direkam sehingga dibutuhkan metode khusus
dalam representasi kuantitatif. Namun DOC untuk mengestimasi besaran parameter
9589 tidak memberikan penjelasan lebih jauh tersebut.
mengenai bagaimana perhitungan ALoSP ini
dapat dilakukan [22][1]. Definisi ALoSP dapat TINJAUAN PUSTAKA
juga ditemukan pada dokumen European Flight Data Monitoring dan Data Quick
Commission Flightpath 2050. Pada dokumen Access Recorder
ini definisi ALoSP dijabarkan secara eksplisit Flight Data Monitoring merupakan
dalam Europe’s vision for aviation in 2050 aktivitas yang berkaitan dengan identifikasi,
yaitu “laju kecelakaan pesawat udara yang pengukuran dan penanganan risiko
tidak lebih dari satu kecelakaan dalam setiap operasional dalam suatu maskapai
10 juta penerbangan”. Angka ini setara penerbangan [11]. Dalam terminologi yang
dengan probabilitas kecelakaan sebesar 10-7 lain, Flight Data Monitoring disebut juga
per penerbangan [21]. Nilai probabilitas dengan istilah Flight Operational Data
kecelakaan ini dapat digunakan oleh Analysis (FODA) atau Flight Operations Quality
maskapai penerbangan sebagai dasar dalam Assurance (FOQA). Aktivitas ini bersifat
menentukan ALoSP-nya masing-masing. proaktif yang dilakukan secara periodik
Metode Prediktif sehingga mampu dengan memanfaatkan data yang berasal dari
memberikan gambaran tingkat keselamatan sensor pesawat udara. Secara internasional,
suatu maskapai penerbangan pada masa yang ICAO Annex 6 Part 1 merekomendasikan agar
Data Mining Pada Data Quick Access Recorder untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan 3
(Mahardi dan Javensius)
Gagasan Makalah yang berkontribusi terjadinya runway
Pada umumnya, program FDM hanya overrun.
menganalisis parameter yang direkam pada Parameter pada QAR direkam pada
QAR dan parameter yang dapat dihitung sampling rate yang berbeda-beda dengan
tanpa melibatkan dinamika gerak pesawat kisaran 0,125-8 Hz. Proses analisis pada
udara. Sebagai contoh, kecepatan angin arah umumnya membutuhkan parameter dalam
vertikal tidak direkam pada QAR namun sampling rate yang homogen. Untuk
untuk kebutuhan analisis suatu event secara mengatasi masalah ini, program FDM
khusus event yang terjadi pada fase mendarat melakukan interpolasi agar parameter
(landing), parameter ini dibutuhkan. Begitu memiliki sampling rate yang sama. Proses
juga incident seperti runway overrun, interpolasi ini secara langsung mengabaikan
parameter koefisien friksi sangat dibutuhkan karakteristik dinamika sistem serta
agar analisis terhadap penyebab incident dependensi antar parameter sehingga
dapat dilakukan secara komprehensif. Namun implementasi suatu metode interpolasi dapat
parameter ini tidak direkam pada QAR menghasilkan solusi dan interpretasi yang
sehingga program FDM tidak dapat berbeda-beda. Lihat Gambar 4 di bawah ini
memasukkan parameter ini sebagai faktor
Gambar 4. Implementasi Tiga Metode Interpolasi pada Data QAR Menghasilkan Interpretasi yang Berbeda[12]
Parameter yang direkam pada QAR terhadap dinamika sistem). Proses filtering ini
memiliki noise, baik yang berasal dari dapat bersifat overfitting maupun underfitting
lingkungan maupun dari sensor. Selain noise, yang mengakibatkan data tidak lagi
setiap pengukuran juga mengandung error merepresentasikan keadaan sebenarnya.
yang bersifat konstan atau dalam istilah lain Selain itu, proses filtering ini tidak dapat
disebut dengan bias (deterministic error). mengestimasi bias yang kemungkinan
Program FDM pada umumnya melakukan terdapat di dalam data. Kedua masalah ini
proses filtering terhadap noise/error tanpa ditampilkan pada gambar 5.
melibatkan dinamika sistem (independen
Data Mining Pada Data Quick Access Recorder untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan 5
(Mahardi dan Javensius)
Gambar 6. Identifikasi Sistem dalam Sistem Teori (Diadaptasi dari [7])
Data Mining Pada Data Quick Access Recorder untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan 7
(Mahardi dan Javensius)
‘correction/updating’. Pada tahap prediction, Kombinasi prediction dan correction ini
sinyal diprediksi dengan menggunakan model menghasilkan state yang optimum yaitu
matematika yang mewakili dinamika gerak state/sinyal yang menghasilkan error
sistem. Sinyal ini kemudian di- minimum. Gambar 9 di bawah ini
update/correction dengan menggunakan hasil meringkaskan tahapan kerja Kalman Filter.
pengukuran yang diperolah dari sensor.
Propagation: Pada tahap ini Measurement: Selain model Updating: State yang
state di prediksi dengan dinamika sistem, Kalman Filter diprediksi selanjutnya
menggunakan model juga mengakomodasi faktor diupdate/dikoreksi
dinamika sistem dari pengukuran dengan menggunakan
data dari pengukuran
Proses validasi terhadap hasil estimasi validasi ini diperolah bahwa estimator
dilakukan dengan cara membandingkan menghasilkan data yang ‘bebas’ noise. Teknik
dengan hasil pengukuran. Kecepatan angin validasi lain seperti pendekatan dari sisi
arah horizontal direkam pada QAR sehingga statistik (standard deviation, residual
variabel pengukuran ini dapat digunakan analysis, coefficient of determination, dsb.)
untuk memvalidasi hasil estimasi. Namun juga telah dilakukan. Namun karena
untuk kecepatan angin arah vertikal proses keterbatasan tempat, hasil validasi ini tidak
validasi dilakukan dengan menggunakan ditampilkan.
variabel yang lain yaitu kecepatan vertikal Estimasi Koefisien Friksi
pesawat udara yang diukur dibandingkan Estimasi koefisien friksi dilakukan pada
dengan yang diestimasi. Melalui proses fase landing – sub fase on ground. Pada sub
Data Mining Pada Data Quick Access Recorder untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan 9
(Mahardi dan Javensius)
fase ini pemodelan koefisien friksi dibagi kontribusi gaya friksi baik dari runway
menjadi dua yaitu ground roll dan koefisien maupun dari brake pressure. Diagram gaya-
dimana pilot melakukan pengereman (brake gaya yang bekerja selama pesawat udara
application). Model dinamika gerak pesawat melakukan ground roll ditampilkan pada
udara disederhanakan untuk mengakomodasi gambar 12 berikut,
Gambar 12. Diagram Gaya pada Pesawat Udara Selama Fase Landing
Dimana, 𝑝𝑏𝑟𝑘
𝜇𝑏𝑟𝑘 = 𝜇𝑏𝑟𝑘 ⋅
𝐹𝐴,𝑣 = Gaya aerodinamika arah vertikal 𝑝𝑏𝑟𝑘,𝑚𝑎𝑥
Proses estimasi parameter koefisien friksi
𝐹𝐴,h = Gaya aerodinamika arah horizontal
membutuhkan data pengukuran percepatan
𝐹𝑃 = Gaya propulsi arah sumbu horizontal dan vertikal, brake
pressure, sudut pitch, ground speed, dan
𝐹𝐺 = Gaya gravitasi
defleksi spoiler. Semua paremeter ini dapat
𝐹𝐹 = Gaya friksi diperoleh melalui data QAR. Hasil estimasi
Gaya normal kedua parameter friksi beserta dengan
𝐹𝑁 =
deviasi standar ditampilkan pada Tabel 1.
Gaya friksi (F_F ) dipengaruhi oleh dua Tabel 1. Hasil Estimasi Koefisien Friksi dan
jenis koefisien friksi dan dimodelkan sebagai Deviasi Standar
𝐹𝐹 = (𝜇𝑟𝑜𝑙𝑙 + 𝜇𝑏𝑟𝑘 ) ⋅ 𝐹𝑁 𝝁𝒓𝒐𝒍𝒍 𝝁𝒃𝒓𝒌
Koefisien friksi μ_brk secara langsung
0,0144 (0,0012) 0,3692 (0,002)
dipengaruhi oleh besarnya pressure
pengereman yang diberikan pada roda
pendarat. Oleh sebab itu, koefisien ini dalam Validasi kedua parameter di atas
pemodelannya melibatkan parameter brake dilakukan dengan membandingkan
pressure, lihat Persamaan (9). Parameter ini percepatan arah sumbu horizontal antara
dapat secara langsung diperolah dari data pengukuran dan hasil estimasi.
QAR.
Gambar 14. Ilustrasi Rencana Pengembangan – Implementasi pada Banyak QAR untuk Mendapatkan
Distribusi Parameter
pengolahan data yang dipaparkan ini dapat
Hasil yang ditampilkan pada Gambar 14 di
digunakan sebagai tambahan fungsionalitas
atas membutuhkan banyak data yang direkam
program FDM yang digunakan oleh maskapai
untuk suatu periode, bandara dan tipe
penerbangan. Metoda yang telah diuraikan
pesawat tertentu. Oleh sebab itu, kerjasama
dalam makalah ini dalam sekala kecil, dapat
antar kelembagaan terutama institusi
digunakan untuk analisis penyebab
pendidikan, maskapai penerbangan dan
kecelakaan dan untuk skala besar dapat
pemerintah merupakan syarat mutlak untuk
dipergunakan untuk dapat dipergunakan
merealisasikan tujuan yang ingin dicapai pada
untuk identifikasi sistem pada banyak data
makalah ini.
penerbangan untuk memberikan pemetaan
karakteristik kondisi lingkungan operasi
KESIMPULAN penerbangan pada suatu bandar udara. Untuk
Metode yang dijabarkan memungkinkan merealisasikan tujuan ini diperlukan
seorang analis untuk memperoleh estimasi kerjasama antara pihak terkait seperti
parameter yang tidak direkam pada QAR. akademisi, Direktorat Jenderal Perhubungan
Kombinasi antara model dinamika gerak Udara, pengelola bandar udara dan maskapai
pesawat udara dan estimator dalam proses penerbangan. Dengan dicapainya tujuan yang
estimasi mampu meningkatkan keakuratan dipaparkan pada makalah ini diharapkan
parameter yang diestimasi. Selain itu, dapat memberi kontribusi terhadap
dependensi antar satu variabel gerak dengan perbaikan maupun peningkatan keselamatan
variabel gerak lainnya tetap terjaga. Teknik penerbangan.
Data Mining Pada Data Quick Access Recorder untuk Peningkatan Keselamatan Penerbangan 11
(Mahardi dan Javensius)
DAFTAR PUSTAKA Sembiring., Javensius, RTS Smoother
Implementation on Quick Access Recorder
Drees., Ludwig, Sembiring., Javensius,
Data, Presentasi video konferensi antara
Holzapfel., Florian, et.al., IATA Safety
Flight Safety Research Group – Institute of
Report 2013 Section 9 Predictive Analysis,
Flight System Dynamics TUM dan AGS
April 2014
Sagem, Jerman, 1 Juni 2015
Sembiring., Javensius, Holzapfel., Florian,
http://www.teledynecontrols.com/products
Extracting of Unmeasured Parameters
olution/airfase/overview.asp (Diakses
Based on Quick Access Recorder Data
pada 5 Mei 2016).
Using Parameter Estimation Method, AIAA
Atmospheric Flight Mechanics Conference,
http://www.teledynecontrols.com/products
Boston, USA, Agustus 2013.
olution/wirelessgroundlink/groundlink.a
sp (Diakses pada 5 Mei 2016)
Sembiring., Javensius, Holzapfel., Florian,
Bayesian Approach Implementation on
https://www.flightdataservices.com/(Diakse
Quick Access Recorder Data for Estimating
s pada 5 Mei 2016)
Parameters and Model Validation,
Probabilistic Safety Assessment and
http://www.sagem.com/aerospace/commer
Management Conference, Hawaii, USA,
cial-aircraft/information-
Juni 2014.
system/analysis-ground-station-ags
(Diakses pada 5 Mei 2016)
D’Souza., Christopher, Fundamendal of
Kalman Filtering and Estimation in
http://www.aerobytes.co.uk/ (Diakses pada
Aerospace Engineering, Bahan Kuliah
5 Mei 2016)
Online, NASA, 2013.
ICAO, Annex 6 Part 1 Operation of Aircraft, Juli
Gelb., Arthur, Applied Optimal Estimation,
2010
The MIT Press, 2011.
Menteri Perhubungan Republik Indonesia,
Aldrich., John, R.A. Fisher and the Making of
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor:
Maximum Likelihood 1912 -1922,
PM 28 Tahun 2013 Tentang Peraturan
Statistical Science, Institute of
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
Mathematical Statistics, Agustus 1997.
121, Maret 2013
https://en.wikipedia.org/wiki/Kalman_filter
EUROCAE, EUROCAE ED 112 Minimum
[Diakses pada 5 Mei 2016].
Operational Performance Specification for
Crash Protected Airborne Recorder
Jategaonkar., R.V., Flight Vehicle System
Systems - Revision A, September 2013.
Identification, A Time Domain Approach,
AIAA Progress in Astronautics and
European Commision, Flightpath 2050
Aeronautics, 2006
Europe’s Vision for Aviation, 2011
Klein., V., and Morelli., E., Aircraft System
ICAO, DOC 9859 Safety Management Manual,
Identification: Theory and Practice, AIAA
Edisi 3, 2013
Progess in Astronautics and Aeronautics,
2006.
Boeing, Statistical Summary of Commercial Jet
Airplane Accidents Worldwide Operation
U.K Civil Aviation Authority, CAP 739 Flight
1959 – 2014, Agustus 2015
Data Monitoring, 2013.
Airbus, Commerical Aviation Accidents 1958-
Hongkong Civil Aviation Department, CAD
2014- A Statistical Analysis, Mei
739 Flight Data Monitoring, A Guide to
Implementation, Februari 2009.
Histori Artikel: The demand growth of passanger and aircraft movement flows over a period
Diterima: 15 Juni 2017 of time should be followed by adequate infrastructure availability. However, the
Direvisi: 26 Juli 2017 most common problem is the condition where the existing infrastructure
Disetujui: 26 Juli 2017 capacity can not increase simultaneously with an increase in the number of
Dipublish: 31 Juli 2017 movements. If the movement exceeds the existing capacity, there will be an
imbalance condition of movement and capacity, which will have implications on
Keywords:
the decrease of service level or performance at the airport. This study aims to
performance, FAA method,
movement pattern, movement analyze the effect of balancing the movement of aircraft towards the
balancing, runway improvement of airport performance in the future. The balancing optimization
of aircraft movement is carried out with the use of aircraft with greater capacity
Kata kunci: for domestic routes and increased PLF value for international routes, while air
kinerja, metode FAA, pola side capacity, especially runways will be analyzed using the FAA method. The
pergerakan, penyeimbangan results show that balancing movements, both on international and domestic
pergerakan, runway
routes will decrease the level of aircraft movement during the projection year.
The runway performance manifested in the movement (D) to capacity (C) ratio
shows a 16% reduction in saturation under conditions where movement
optimization has been performed.
Pertumbuhan permintaan arus pergerakan penumpang dan pesawat tiap
periode waktu harus diikuti dengan ketersediaan infrastruktur yang cukup.
Namun masalah yang umumnya terjadi adalah kondisi dimana kapasitas
infrastruktur tidak dapat meningkat secara simultan dengan peningkatan
jumlah pergerakan tersebut. Apabila pergerakan melebihi kapasitas, maka
akan terjadi kondisi ketidakseimbangan pergerakan dan kapasitas, yang akan
berimplikasi pada menurunnya tingkat pelayanan atau kinerja pada Bandara.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh langkah
penyeimbangan pergerakan pesawat terhadap peningkatan kinerja Bandara
pada masa yang akan datang. Optimasi penyeimbangan pergerakan pesawat
dilakukan dengan penggunaan pesawat dengan kapasitas yang lebih besar
untuk rute domestik dan peningkatan nilai PLF untuk rute internasional,
sedangkan kapasitas sisi udara, khususnya runway akan dianalisis dengan
menggunakan metode FAA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyeimbangan pergerakan, baik pada rute internasional dan domestik akan
menurunkan tingkat pergerakan pesawat pada tahun proyeksi. Kinerja
runway yang dimanifestasikan dalam rasio pergerakan (demand, D) terhadap
kapasitas (capacity, C) menunjukkan adanya penurunan kejenuhan sebesar
16% pada kondisi dimana telah dilakukannya optimasi pergerakan.
Nilai rasio pergerakan pada tabel 3 akan berbeda pada setiap rute penerbangan yang
dikalikan dengan jumlah pergerakan penum- ada, dimana nilai kapasitas pesawat akan
pang proyeksi yang telah disebarkan menurut diganti menjadi lebih besarpada setiap rute
waktu sibuknya, khususnya untuk pergerakan penerbangan domestik yang ada sesuai
per jam, sehingga akan didapatkan jumlah dengan batasan maksimum runway bandara
pergerakan penumpang per jam per rute domestik tujuan dalam mengkomodir karak-
penerbangan domestik pada tahun proyeksi. teristik performansi pesawat yang lebih
Setelah didapatkan jumlah pergerakan besar. Nilai PLF rata-rata untuk penerbangan
penumpang per jam pada tiap rute pener- domestik diasumsikan sama dengan pola
bangan domestik, maka akan dikonversi pergerakan historis yaitu sebesar 90,94%.
menjadi jumlah pergerakan pesawat Perubahan nilai kapasitas pesawat pada
berdasarkan Persamaan (6), namun dengan penerbangan domestik dapat dilihat pada
variabel kapasitas pesawat rata-rata yang tabel 4.
Tabel 4. Perubahan nilai kapasitas pesawat rata-rata penerbangan domestik
SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan
sebelumnya, ajuan saran dari Penulis untuk
penelitian lebih lanjut, yaitu dapat
dilakukannya langkah penyeimbangan
pergerakan berupa penyebaran waktu sibuk
(spreas peaks) dalam bentuk pembagian atau
pengaturan slot, atau yang biasa disebut
dengan slot allocation.
Slot allocation diimplementasikan dengan
mengatur dan membatasi jumlah pergerakan
pesawat yang beroperasi pada Bandara sesuai
dengan batasan kapasitas yang ada. Sehingga
diharapkan kinerja Bandara, terkhusus untuk
Gambar 13. Rasio D/C infrastruktur runway infrastruktur runway dapat ditingkatkan
sebelum optimasi dan pasca optimasi
tanpa harus adanya pengembangan infratruk-
tur runway (penambahan runway baru).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan juga
DAFTAR PUSTAKA
pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan
Baxter, C. (1997). Race equality in health care
bahwa optimasi pergerakan pesawat pada and education. Philadelphia: Balliere
tahun proyeksi, yang dilakukan dengan Tindall.
penyeimbangan pergerakan, baik itu pada
rute internasional maupun domestik akan Airbus (2014). Airbus Airplane Charac-
menurunkan jumlah pergerakan pesawat teristics for Airport Planning. France:
yang ada. Pengurangan jumlah pergerakan, Airbus S.A.S.
Heinemann, Butterworth (2001). Civil Jet Air- Wei, W. & M. Hansen (2005). Impact of
craft Design, yang diakses dari situs Aircraft Size and Seat Availibility on
http://booksite.elsevier.com/978034074 Airlines. Transportation Research Part E,
1528/ pada tanggal 27 Maret 2017. No. 41, pp. 315-327.
ICAO (2009). Annex 14 Volume 1: Aerodrome Yuliawati, Eny, et. al. (2015). System Dinamics
Design and Operations, USA. Model for Airport Characterization in Hub-
and-Spoke Networks.International Journal
Indonesia National Air Carrier Association of Technology (IJTech) No. 5, pp. 733-742.
INACA (2015). Annual Report of 2015.
Jakarta: INACA.
Dina Yuliana
Pusat Litbang Transportasi Udara, Jl. Merdeka Timur No.5, Gambir Jakarta Pusat 10110
email: dinahubud@gmail.com
Histori Artikel: According to the statistical data of PT. Angkasa Pura II for Husein Sastranegara
Diterima: 26 April 2017 International Airport, the number of passengers from 2012 to 2013 has increased by 33%
Direvisi: 23 Mei 2017 and the number of passengers in 2014 has reached 2,927,304. Therefore, Husein
Disetujui: 6 Juni 2017 Sastranegara International Airport is required to improve the performance of its services
Dipublish: 31 Juli 2017 and facilities. The purposes of this research are to 1) find out the effects of facility, service
and information of accessibility to the airport service performance at Husein Sastranegara
Keywords: International Airport based on passenger satisfaction level. 2) evaluate the
performance, service, airport, implementation of airport service standards at Husein Sastranegara International Airport,
facility, accessibility information, and 3) measure the performance of airport services based on the perception of air
husein sastranegara airport transport passengers at Husein Sastranegara International Airport. The method of
performance analysis and path analysis is exercised in the analysis part of this research.
Kata kunci: The samples was selected through non-probability sampling with the use of judgment
kinerja, pelayanan, bandar udara, sampling method resulted in the number of respondents of 102 domestic flight passengers
fasilitas, informasi aksesbilitas, and 100 international flight passengers. The results showed that the facility, service
Bandara Husein Sastranegara quality, and accessibility information in aggregate affect the level of satisfaction of
domestic flight passengers to 60.3% and the level of satisfaction of international flight
passengers to 51.2%. The Performance index value of airport service based on the
satisfaction of domestic flight passengers is 77.73% (good category) and based on the
satisfaction of international flight passengers is 71.67% (good category).
Menurut data statistik PT. Angkasa Pura II untuk Bandara Internasional Husein
Sastranegara, jumlah penumpang dari tahun 2012 ke 2013 meningkat 33% dan jumlah
penumpang tahun 2014 sudah mencapai 2.927.304 orang. Berdasarkan hal ini, Bandara
dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja layanan dan fasilitasnya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui pengaruh fasilitas, layanan dan informasi
aksesibilitas terhadap kinerja pelayanan bandar udara berdasarkan tingkat kepuasan
penumpang 2) melakukan evaluasi pelaksanaan standar pelayanan bandar udara, dan
3) mengukur kinerja pelayanan bandar udara berdasarkan persepsi penumpang
angkutan udara. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
kinerja dan analisis jalur. Untuk pengambilan sampel dengan non-probability sampling
melalui metode judgment sampling diperoleh responden sebanyak 102 orang
penumpang dalam negeri dan 100 orang penumpang luar negeri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa fasilitas, kualitas layanan, dan informasi aksesibilitas secara
gabungan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan penumpang angkutan udara dalam
negeri sebesar 60,3% dan terhadap tingkat kepuasan penumpang angkutan udara luar
negeri sebesar 51,2%. Nilai indeks kinerja pelayanan bandar udara berdasarkan
kepuasan penumpang angkutan udara dalam negeri sebesar 77,73% (kategori baik) dan
angkutan udara luar negeri sebesar 71,67% (kategori baik).
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 27
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
PENDAHULUAN merupakan penghasil alami warna biru
Bandar Udara Internasional Husein indigo, dan sering digunakan oleh masyarakat
Sastranegara dengan kode ICAO WICC dan Sunda jaman dulu untuk mewarnai pakaian.
kode IATA BDO adalah bandar udara Proyek pengembangan Bandar Udara
internasional yang dikelola oleh PT. Angkasa Husein Sastranegara ditargetkan usai dalam
Pura II (Persero), melayani penerbangan waktu 12 bulan sejak ground breaking,
komersial berjadwal dengan rute domestik, mencakup renovasi dan perluasan terminal
internasional dan general aviation, berlokasi penumpang dari luas eksisting (tahun 2015)
di daerah Bandung Jawa-Barat dan yaitu 5.000 m2 menjadi 17.000 m2 dengan
merupakan bandar udara enclave civil nilai pekerjaan mencapai 139 miliar rupiah.
(berada dilingkungan TNI-AU). Dari tahun Seiring dengan diperluasnya terminal,
2011 hingga saat ini, penerbangan dari kapasitas tampung terminal juga meningkat
Bandara Husein Sastranegara terus menjadi 3,4 juta penumpang per tahun atau
mengalami peningkatan cukup signifikan. jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat ini
Menurut data statistik PT. Angkasa Pura II yang hanya 750.000 penumpang. Di samping
dari tahun 2012 ke 2013, jumlah penumpang itu, PT Angkasa Pura II (Persero) juga
di bandara tersebut tumbuh 33 persen dari mempersiapkan area komersial yang cukup
1,8 juta penumpang/tahun menjadi 2,4 juta luas guna meningkatkan kontribusi
penumpang. Bahkan untuk tahun 2014 total pendapatan nonaero di Bandara Husein
jumlah penumpang 2.927.304 orang. Sastranegara. Setelah pengembangan
Meningkatnya jumlah penumpang angkutan bandara maka area komersial di Bandara
udara disebabkan Bandung dikenal sebagai Husein Sastranegara menjadi sekitar 3.000
kota wisata, pendidikan, dan kuliner, serta m2 atau jauh lebih luas dibandingkan dengan
sebagian konsumen yang jenuh dengan luas eksisting yang hanya 500 m2.
kemacetan menuju Bandara Soekarno Hatta Pengelola Bandara PT. Angkasa Pura II
juga mulai jenuh dan melirik penerbangan memperkirakan pada tahun 2016, pergerakan
dari Bandung. Berdasarkan data dari Badan penumpang internasional dan domestik
Pusat Statistik (BPS, 2013) dan Dinas di Bandara Husein Sastranegara mencapai
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung, 3,08 juta penumpang. Maskapai
selain diminati wisatawan Asia, ternyata yang beroperasi di bandara ini antara lain
Bandung sangat diminati juga oleh para AirAsia, Lion Air, Garuda Indonesia,
wisatawan dari Amerika, Australia, Afrika, Citilink, Express Air, Silk Air, Wings Air, dan
dan Eropa. Hanya saja, karena sejumlah Susi Air. Bandara Husein Sastranegara
wisatawan tersebut datang dari Singapura memiliki satu landas pacu atau runway
yang merupakan hub (penghubung), maka berukuran 2.500 m x 45 m yang bisa
selama ini mereka tercatat sebagai wisatawan mengakomodir penerbangan dengan
dari Singapura. pesawat sekelas Boeing 737-800 NG, Airbus
Pada tahun 2015, PT Angkasa Pura II A320, dan Boeing 737-900 ER.
(Persero) telah mengembangkan Bandara Pengembangan Bandara Husein Sastranegara
Husein Sastranegara dengan konsep “Modern merupakan bagian dari komitmen
yet Traditional” dimana desain bangunan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk
baru terminal terinspirasi melakukan pengembangan di setiap bandara
arsitektur tradisional atap rumah khas Jawa yang dikelolanya guna mencapai target
Barat yakni Leuit dan Julang Ngapak, menjadi world class airport company tahun
serta senjata tradisional Jabar yaitu Kujang. 2016.
Nuansa warna biru indigo juga akan Semakin meningkatnya mobilitas
menghiasi Bandara Husein masyarakat sebagai akibat dari peningkatan
Sastranegara, diambil dari warna yang aktivitas Bandara Husein Sastranegara, maka
dihasilkan tanaman tarum. Tanaman ini bandara dihadapkan dengan tantangan
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 29
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
Standar Pelayanan Pengguna Jasa Kapasitas terminal bandar udara dalam
Berdasarkan Peraturan Menteri menampung penumpang pada waktu sibuk
Perhubungan RI Nomor: PM 178 Tahun 2015 digunakan sebagai prakiraan awal kebutuhan
tentang Standar Pelayanan Pengguna Jasa pengembangan fasilitas meliputi: luas per
Bandar Udara, standar pelayanan adalah tolak penumpang pada jam sibuk dan indikasi awal
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman pembangunan, pendayagunaan,
penyelenggaraan pelayanan dan acuan pengembangan, dan pengoperasian.
penilaian kualitas pelayanan sebagai Penelitian yang pernah dilakukan
kewajiban dan janji penyelenggara kepada sebelumnya
masyarakat dalam rangka pelayanan yang Yuzal dan Agushinta (2016), indikator
berkualitas, cepat mudah, terjangkau dan pelayanan para petugas security check point
terukur. Standar pelayanan yang diatur dalam melakukan pemeriksaan dengan nyaman dan
peraturan ini mencakup standar pelayanan tepat mempunyai nilai terbesar, sedangkan
calon penumpang dan penumpang di terminal nilai terkecil pada indikator memberikan
bandar udara. Standar pelayanan pengguna perhatian secara individu kepada pengguna
jasa bandar udara ini merupakan acuan dalam jasa penerbangan yang membutuhkan
memberikan pelayanan jasa pertolongan. Sedangkan hasil penilaian
kebandarudaraan bagi badan usaha bandar kepuasan pelanggan penilaian terbesar pada
udara dan unit penyelenggara bandar udara. indikator pertanyaan para petugas selalu
Standar pelayanan dimulai sejak memasuki memberikan 3S (senyum, sapa, salam) dan
area pelayanan sebagai pengguna jasa bandar nilai terkecil pada indikator pertanyaan
udara di area keberangkatan sampai dengan kapasitas terminal penumpang Bandar Udara
keluar area pelayanan di area kedatangan. Husein Sastranegara telah memadai. Hasil
Standar pelayanan yang diberikan kepada penelitian menunjukkanada pengaruh
pengguna jasa bandar udara dalam PM 178 signifikan antara kualitas pelayanan fasilitas
Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan terminal dengan kepuasan pengguna jasa
Pengguna Jasa Bandar Udara, yaitu: penerbangan di Terminal Bandar Udara
Fasilitas yang digunakan pada proses Husein Sastranegara, Bandung.
keberangkatan dan kedatangan penumpang Andrianto dan Ariani (2013), persepsi
disebut dengan tingkat pelayanan (level of penumpang terhadap kualitas pelayanan
service), meliputi: pemeriksaan penumpang bandara udara Husein Sastranegara Bandung
dan bagasi, pelayanan check in, imigrasi masih belum baik dari sisi information,
keberangkatan, imigrasi kedatangan, tangible, assurance, security, convenience,
pelayanan bea cukai, ruang tunggu responsiveness, reliability, emphaty. Hasil
keberangkatan, dan pelayanan bagasi. penelitian menunjukkan terdapat pengaruh
Fasilitas yang memberikan kenyamanan kualitas pelayanan terhadap kepuasan
terhadap penumpang, meliputi: penumpang sehingga model yang dihasilkan
pengkondisian suhu, pengkondisian cahaya, dapat digunakan untuk memprediksi
kemudahan pengangkutan bagasi, kepuasan pelanggan.
kebersihan, pelayanan informasi, toilet, Gini Windiasari dan Palti MT Sitorus
tempat parkir, dan fasilitas bagi pengguna (2012) telah melakukan penelitian terkait
kebutuhan khusus. dengan analisis persepsi konsumen tentang
Fasilitas yang memberikan nilai tambah kualitas jasa di Bandar Udara Internasional
merupakan layanan tambahan, meliputi: Husein Sastranegara dengan menggunakan
musholla, nursery, fasilitas berbelanja, metode Customer Service Index (CSI) dan
restoran, ruang merokok, ruang bermain diperoleh hasil bahwa atribut-aribut yang
anak, atm/money changer, internet/wifi, menjadi prioritas adalah kecepatan
fasilitas pembelian tiket, charging station, pelayanan airport tax dan imigrasi,
fasilitas air minum, dan lounge eksekutif. ketersediaan flight progress display dan
Tabel 1. Statistik Angkutan Udara Bandara Fasilitas dan peralatan di Bandara Husein
HuseiSastranegara Tahun 2012 -2015 Sastranegara saat ini dalam kondisi yang baik
AIRPORT HUSEIN SASTRANEGARA (tidak rusak). Berdasarkan Tabel 3 dapat
Tahun Datang Berangkat diketahui bentuk, jenis dan jumlah fasilitas
2015 Pesawat 10.258 10.305
Penumpang 1.240.116 1.250.087
yang ada di Bandara Husein Sastranegara –
Bagasi 0 468 Bandung.
Kargo 1.138.729 5.262.664
Pos 0 0 Tabel 3. Fasilitas Pelayanan di Bandar Udara
2014 Pesawat 8.216 8.319 Husein Sastranegara
Penumpang 1.093.305 1.094.671 Bentuk Jenis
NO Jmlh
Bagasi 29.429.990 7.804.656 Pelayanan Fasilitas
1 Pemeriksaan X-RAY 7
Kargo 1.119.455 3.511.993
Penumpang
Pos 0 0 dan bagasi WTMD 7
2013 Pesawat 3.934 3.961 HHMD 14
Penumpang 489.686 487.877
2 Pelayanan counter 16
Bagasi 3.364.296 3.249.369
Check-In
Kargo 292.085 1.474.548 komputer 16
Pos 0 0 conveyor 2
2012 Pesawat 5.755 5.832 timbangan 2
Penumpang 603.150 597.703
3 Imigrasi counter 3
Bagasi 3.841.505 3.755.149
Keberangkatan
Kargo 826.849 1.890.605 4 Imigrasi Kedatangan counter 3
Pos 12 0
Sumber: http://hubud.dephub.go.id 5 Pelayanan Bea Cukai X-RAY 2
6 Ruang Tunggu kursi tunggu 800
Prasarana di Bandar Udara Husein Keberangkatan
quite room 2
(BL. DOM, BL. INTL)
Sastranegara sebagai berikut:
free internet 6
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 31
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
NO
Bentuk Jenis
Jmlh Bandara Husein Sastranegara pada tahun
Pelayanan Fasilitas 2015 adalah 128.4337 (PT. Angkasa Pura II,
free 3
2016).
charging
1284337
7 Pelayanan Bagasi conveyor 2 n .....................(1)
8 Penkondisian Suhu AC central 1 (1284337)(0.1) 2
9 Penkondisian LED = 99,99 = 100 (Pembulatan)
Cahaya
10 Kemudahan Conveyor 2
Pengangkutan
Dengan jumlah populasi penumpang
bagasi penerbangan ke luar negeri yang berangkat
11 Kebersihan BAI dari Bandara Husein Sastranegara pada tahun
(FRESHKLIK 2015 adalah 344.741 (PT. Angkasa Pura 2,
12 Pelayanan Informasi tersedia 1 2016).
(CURB SIDE) 344741
13 Toilet tersedia 52 n ......................(2)
1 (344741)(0.1) 2
14 Tempat Parkir Dikelola Oleh TNI-AU
(Primkopau) = 99,97 = 100 (Pembulatan)
15 Fasilitas Bagi troli (ARR, 154
Pengguna DEP) Dalam penelitian ini teknik pengambilan
Berkebutuhan Lift (ARR, 2 sampel yang digunakan adalah non
Khusus DEP) probability sampling melalui metode
eskalator 1 judgment sampling, yaitu sampel dipilih
(DEP) berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia
kursi khusus 56 adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan
16 Mushola Tersedia 3 sampel penelitiannya karena dianggap
(BL. memiliki informasi yang diperlukan. Dalam
DOM, penelitian ini pengamatan dilakukan di
BL INTL,
17 Nursery CURB SIDE)
tersedia 5 Bandara Husein Sastranegara Bandung.
18 Fasilitas Berbelanja tersedia Diagram Alir Proses Penelitian
19 Restoran tersedia Alur penelitian dapat dilihat dalam Gambar 1.
20 Ruang Merokok Tersedia 2 Sebagai berikut:
(BL. DOM,
BL. INTL) LATAR BELAKANG
21 Ruang Bermain Anak Tersedia 2
(BL. DOM,
BL. INTL) PERMASALAHAN
22 ATM/Money tersedia
changer
TUJUAN
23 Internet/WIFI tersedia
24 Fasilitas telah disediakan
Pembelian Tiket customer services STUDI PUSTAKA DAN
khusus untuk airline LITERATUR
2. Pengukuran Kinerja
Kepuasa
Tabel 4. Nilai Persepsi, Interval IK, Interval Layanan n/
Konvensi IK, Mutu Pelayanan dan Kinerja (X2)
Kinerja
Nilai
Nilai
Interval
Nilai Interval
Konversi Kinerja
Indeks Informasi
Indeks aksesbilitas
Kinerja (X3)
Kinerja
1 1,00 – 1,75 25 – 43,75 Tidak Gambar 2. Model Hubungan Kausal X1, X2, X3 ke
Baik (D) Y Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2016
2 1,76 – 2,5 43,76 – 62,50 Kurang
Baik (C) Keterangan:
3 2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 Baik X1 = Variabel fasilitas
(B) X2 = Variabel kualitas layanan
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 33
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
X3 = Variabel informasi aksesibilitas 3. Informasi aksesibilitas (X3)
Y = Variabel kepuasan penumpang a. Kemudahan akses transportasi ke/dari
bandara
Definisi Operasional
b. Pilihan transportasi umum di bandara
Definisi masing-masing operasional
c. Kemudahan
variabel sebagai berikut:
4. Kepuasaan/kinerja (Y)
1. Fasilitas (X1)
Indikator yang digunakan untuk
Berdasarkan Peraturan Menteri
mengukur variabel kinerja pelayanan
Perhubungan RI Nomor: PM 178 Tahun 2015
bandara berdasarkan kepuasan penumpang
tentang Standar Pelayanan Pengguna Jasa
(Y) adalah:
Bandar Udara
a. Jasa yang disediakan telah sesuai
a. Fasilitas yang digunakan pada proses dengan harapan.
keberangkatan dan kedatangan b. Fasilitas yang disediakan telah sesuai
penumpang disebut dengan tingkat dengan harapan.
pelayanan (level of service) c. Pelayanan yang diberikan memuaskan.
b. Fasilitas yang memberikan kenyamanan
terhadap penumpang HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Fasilitas yang memberikan nilai tambah Karakteristik Responden
merupakan layanan tambahan Responden penelitian adalah penumpang
2. Kualitas Pelayanan Bandara (X2) angkutan udara yang akan melakukan
Konsep kualitas pelayanan merupakan perjalanan dari Bandara Husein Sastranegara
faktor penilaian yang mereflesikan persepsi yang berada di ruang tunggu keberangkatan
konsumen terhadap lima dimensi spesifik penerbangan dalam negeri (domestik) dan
dari kinerja pelayanan. Menurut Parasuraman ruang tunggu keberangkatan penerbangan
et al, 1994 (dalam Kotler 2007) luar negeri (internasional). Gambaran umum
menyimpulkan ada lima dimensi Service responden yang menjadi obyek penelitian
Quality yang dipakai untuk mengukur kualitas diuraikan sebagai berikut:
pelayanan. Adapun kelima kriteria pelayanan
1. Penumpang angkutan udara dalam
tersebut adalah sebagai berikut. negeri
a. Kehandalan (reliability) merupakan Responden penelitian untuk angkutan
kemampuan untuk melaksanakan jasa udara dalam negeri sebanyak 102 orang
yang dijanjikan dengan handal dan dengan rincian responden berjenis kelamin
akurat. laki-laki sebanyak 55 orang dan perempuan
b. Daya tanggap (responsiveness) sebanyak 47 orang. Responden penelitian
merupakan kesediaan membantu berusia yang berusia 26 tahun s.d 54 tahun
pelanggan dan memberikan layanan sebanyak 65,7% dan sisanya berusia 16 s.d 25
tepat waktu. tahun. Rata-rata responden telah melakukan
c. Jaminan (assurance) merupakan perjalanan lebih dari 3 kali melalui Bandara
pengetahuan dan kesopanan karyawan Husein Sastranegara (71,7%). Berdasarkan
serta kemampuan untuk menunjukkan data, penumpang angkutan udara dalam
kepercayaan dan keyakinan. negeri di Bandara Husein Sastranegara yang
d. Empati (emphaty) merupakan sering melakukan penerbangan paling banyak
kemampuan perusahaan untuk mereka menggunakan angkutan pribadi
memberikan perhatian khusus pada menuju Bandara Husein Sastranegara serta
pelanggan. berjenis kelamin laki-laki.
e. Bukti fisik (tangible) merupakan
tampilan fisik perusahaan dalam
menarik pelanggan yang meliputi
penampilan fisik, peralatan, personel.
Uji Asumsi
Uji Multikolinieritas
Nilai VIP untuk variabel fasilitas adalah
2,960 dengan tolerance 0,338, layanan adalah
Gambar 3. Gambar Hubungan Frekuensi 1,606 dengan tolerence 0,623, informasi
Penerbangan dengan Kendaraan dan aksesibilitas adalah 2,483 sedangkan
Frekwensi Penerbangan dengan Jenis tolerancenya 0,403. Karena nilai VIP nya tidak
Kelamin Penumpang Angkutan Udara Dalam
Negeri ada yang lebih besar dari 10 atau 5 maka
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2016 dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinieritas pada ketiga variabel bebas
2. Penumpang Angkutan Udara ke Luar
Negeri tersebut.
Responden penelitian untuk angkutan Uji Heteroskedastisitas
udara luar negeri sebanyak 100 orang dengan Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
rincian responden berjenis kelamin laki-laki dengan membuat Scatterplot (alur sebaran)
sebanyak 38 orang dan perempuan sebanyak antara residual dan nilai prediksi dari variabel
62 orang. Responden penelitian yang berusia terikat yang telah distandarisasi. Hasil uji
26 tahun s.d 54 tahun sebanyak 73% dan heteroskedastisitas dapat dilihat pada
sisanya berusia 16 s.d 25 tahun. Paling banyak gambar Scatterplot. Dari gambar terlihat
responden melakukan perjalanan ke luar bahwa sebaran titik tidak membentuk suatu
negeri melalui bandara ini baru 2 kali (57%). pola/alur tertentu, sehingga dapat
Berdasarkan data, penumpang angkutan disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
udara luar negeri di Bandara Husein atau dengan kata lain terjadi
Sastranegara yang sering melakukan homoskedastisitas.
penerbangan paling banyak mereka
menggunakan angkutan pribadi menuju Uji Normalitas
Bandara Husein Sastranegara serta berjenis
kelamin perempuan.
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 35
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
sehingga dapat disimpulkan bahwa (data) pengaruh kualitas layanan terhadap tingkat
residual terdistribusi normal. kepuasan adalah sebesar 0,293 atau 29,3%.
Analisis Angkutan udara dalam negeri 3. Pengaruh informasi aksesibilitas terhadap
Berdasarkan Tabel 5, Besar nilai R square tingkat kepuasan penumpang angkutan
(R2) adalah 0,603. Sehingga besarnya udara dalam negeri
Hasil perhitungan menunjukkan
pengaruh fasilitas, kualitas layanan,
hubungan informasi aksesibilitas dengan
aksesbilitas dan informasi secara gabungan
tingkat kepuasan yaitu sebesar -0.057 dan
terhadap tingkat kepuasan penumpang
tidak signifikan (0,955>0,05) sehingga dapat
angkutan udara dalam negeri adalah 60,3%.
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
Tabel 5. Model Summary Hasil Pengolahan Data linear antara kedua variabel ini atau dapat
(Angkutan Udara Dalam Negeri)
dikatakan bahwa informasi aksesibilitas tidak
Model Summaryb
Model 1 a. berpengaruh terhadap tingkat kepuasan
R 0.777a Predictors: penumpang angkutan udara dalam negeri di
R Square 0.603 (Constant), Akses Bandara Husein Sastranegara.
Adjusted 0.591 dan Informasi,
R Square Layanan, Fasilitas 4. Diagram jalur
Std. Error 0.275 b. Diagram jalur dari model path analysis
of the Dependent Variable: yang sudah dibuat sebagai berikut:
Estimate Kepuasan
Durbin- 2.104
Watson
Fasilitas
Sedangkan pengaruh secara parsial sebagai (x1) 0,567 e = 0.397
berikut:
0,612
1. Pengaruh fasilitas terhadap tingkat 0,293 Kepuasa
kepuasan penumpang angkutan udara Layanan n/
dalam negeri 0,772 (x2) Kinerja
Hasil perhitungan menunjukkan (Y)
0,505
hubungan fasilitas dengan tingkat kepuasan
yaitu sebesar 5,179 dengan signifikan <0,05. -0,006*
Aksesbilit
Karena ada hubungan linear antara kedua a&informa
variabel ini, maka fasilitas berpengaruh si (x3)
terhadap tingkat kepuasan penumpang Gambar 6. Diagram Jalur Angkutan Udara Dalam
angkutan udara di Bandara Husein Negeri di Bandara Husein Sastranegara,
Sastranegara. Besarnya pengaruh fasilitas
terhadap tingkat kepuasan adalah sebesar Dengan demikian persamaan struktural
0,567 atau 56,7%. untuk diagram jalur diatas adalah:
Y = 0,567X1+ 0,293X2 -0,006 X3 + ε ........(5)
2. Pengaruh kualitas layanan terhadap
tingkat kepuasan penumpang angkutan Berdasarkan Persamaan 5 diatas, dapat
udara dalam negeri disimpulkan bahwa pengaruh kepuasan
Hasil perhitungan menunjukkan penumpang angkutan udara dalam negeri di
hubungan kualitas layanan dengan tingkat Bandara Husein Sastranegara dipengaruhi
kepuasan yaitu sebesar 3,630 dengan oleh ketersediaan fasilitas sebesar 56,7% dan
signifikansi pengaruh kualitas layanan kualitas layanan sebesar 29,3%. Sedangkan
terhadap tingkat kepuasan adalah kurang dari dapat disampaikan bahwa informasi
0,05. Karena ada hubungan linear antara aksesbilitas tidak berpengaruh pada
kedua variabel ini, maka kualitas layanan kepuasan penumpang angkutan udara dalam
berpengaruh terhadap tingkat kepuasan negeri. Berdasarkan Gambar 5, korelasi
penumpang angkutan udara dalam negeri di antara variabel fasilitas dan kualitas layanan
Bandara Husein Sastranegara. Besarnya sebesar 61,2%, korelasi antara kualitas
layanan dan informasi aksesbilitas sebesar
0,551
Besarnya Tabel 6, besarnya pengaruh 0,261 Kepuasan
fasilitas, kualitas layanan, informasi Layanan /
0,681 (x2) Kinerja
aksesibilitas secara gabungan terhadap (Y)
tingkat kepuasan penumpang angkutan udara 0,666
ke luar negeri adalah 51,2%. Sedangkan
0,515
pengaruh fasilitas, kualitas layanan, informasi Aksesbilita
&informasi
aksesibilitas secara parsial terhadap kinerja (x3)
sebagai berikut:
1. Pengaruh fasilitas terhadap tingkat Gambar 6. Diagram Jalur Angkutan Udara ke Luar
Negeri di Bandara Husein Sastranegara
kepuasan penumpang angkutan udara ke
luar negeri. Dengan demikian persamaan struktural
Hasil perhitungan menunjukkan untuk diagram jalur diatas adalah:
hubungan fasilitas dengan tingkat kepuasan Y = -0,012X1+ 0,261X2 +0,515X3 + ε ....... (6)
yaitu sebesar -0,012 dan tidak ada pengaruh
fasilitas terhadap tingkat kepuasan di Berdasarkan Persamaan 6 diatas, dari hasil
Bandara Husein Sastranegara (Sig>0,05). analisis menunjukkan bahwa kepuasan
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 37
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
penumpang angkutan udara luar negeri di 6. Menguji Ketepatan Prediktor
Bandara Husein Sastranegara – Bandung Hasil perhitungan menunjukkan nilai Std.
dipengaruhi oleh informasi aksesbilitas Error of the Estimate sebesar 0,408 < Standar
sebesar 51,5% dilanjutkan kualitas layanan deviasi 0,427 (variabel fasilitas), 0,490
sebesar 26,1%, serta tidak dipengaruhi oleh (variabel kualitas layanan) dan 0,591
fasilitas (pengaruhnya kecil). (variabel informasi aksesibilitas). Dengan
demikan dapat disimpulan bahwa variabel
5. Kelayakan model regresi
yang digunakan sebagai prediktor sudah
Hasil perhitungan menunjukkan angka
benar.
probabilitas/ signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima. Analisis Kinerja Pelayanan Bandar Udara
Artinya ada hubungan linear antara fasilitas, Hasil pengukuran indeks kepuasan
kualitas layanan, informasi aksesibilitas penumpang angkutan udara dapat
dengan tingkat kepuasan penumpang menunjukkan tingkat kinerja pelaksanaan
angkutan udara ke luar negeri di Bandara standar pelayanan sebagai bahan untuk
Husein Sastranegara. Dari hasil pengujian menetapkan kebijakan peningkatan kualitas
hipotesis membuktikan bahwa model regresi pelayanan bandar udara kedepannya. Tabel. 5
yang telah dibuat sudah layak/benar. berikut hasil analisis yang telah dilakukan
Tabel 7. Pengukuran Kinerja Pelayanan Bandara untuk Angkutan Udara Dalam Negeri
pada Bandara Husein Sastranegara
Hasil analisis
No Pelayanan Bandara Nilai Nilai Rata-rata
Rata-rata tertimbang (NRT)
1 Ketersediaan jumlah kursi di Ruang tunggu keberangkatan 3.27 0.164
2 Kesejukkan udara di dala terminal 3.26 0.163
3 Intensitas cahaya/ penerangan diterminal 3.23 0.161
4 Ketersediaan jumlah trolly yang memudahkan pengangkutan 2.94 0.147
bagasi
5 Kebersihan area terminal 3.36 0.168
6 Kelengkapan dan kebersihan toilet 3.07 0.153
7 Kapasitas dan luas tempat parkir yang tersedia 2.54 0.127
8 Ketersediaan fasilitas bagi pengguna kebutuhan khusus 3.13 0.156
9 Ketersediaan ruang musholla yang lengkap bersih dan nyaman 3.27 0.164
10 Ketersediaan ruang nursery yang lengkap bersih dan nyaman 3.12 0.156
11 Ketersediaan ruang berbelanja yang lengkap bersih dan nyaman 3.02 0.151
12 Ketersediaan ruang restoran yang lengkap bersih dan nyaman 3.15 0.157
13 Ketersediaan ruang untuk merokok yang lengkap bersih dan 2.84 0.142
nyaman
14 Ketersediaan ruang bermain anak yang lengkap bersih dan 3.17 0.158
nyaman
15 Ketersediaan ATM/money changer yang mudah terlihat 2.83 0.142
16 Ketersediaan fasilitas pembelian tiket berupa komputer untuk 2.97 0.149
pembelian online
17 Ketersediaan Charging station 3.00 0.150
18 Ketersediaan fasilitas air minum gratis dan berbayar 3.00 0.150
19 Kemudahan akses jaringan wifi di bandara 3.13 0.156
20 Kualitas fasilitas keamanan (X-Ray, security gate) 3.26 0.163
Nilai Indeks Pelayanan (NIP) 3.078
Nilai IKM 76.96
Mutu pelayanan B
Kinerja Pelayanan Baik
Sumber: Data hasil survei setelah diolah, 2016
Tabel 8. Pengukuran Kinerja Pelayanan Bandara untuk Angkutan Udara ke Luar Negeri
Airport Services Hasil analisis
No Nilai Nilai Rata-rata
Rata-rata tertimbang (NRT)
1 Courtesy and helpfulness of airport staff (excluding check-in, 3,23 0,323
passport control and security)
Kesopanan dan bantuan dari petugas bandara (termasuk check-
in, pemeriksaaan paspor dan proses pengamanan)
2 Restauran/Eating of eating facilities 2,41 0,241
Restauran/fasilitas makan
3 Availability of bank/ATM facilities/ money changers 2,65 0,265
Ketersediaan ATM
4 Shopping facilities 2,21 0,221
Fasilitas perbelanjaan
5 Internet access/Wi-fi 2,30 0,23
internet/Wifi di bandara
6 Availability of washrooms/toilets 3,08 0,308
Ketersediaan toilet
7 Cleanliness of washrooms/toilets 3,16 0,316
Kebersihan toilet
8 Comfort of waiting/gate areas 3,02 0,302
Kenyamanan area ruang tunggu
9 Parking facilities 2,11 0,211
Fasilitas perkir
10 Availability of baggage carts/trolleys 2,87 0,287
Ketersediaan trolly/kereta bagasi
Nilai Indeks Pelayanan (NIP) 2,704
Nilai IKM 67,600
Mutu pelayanan B
Kinerja Pelayanan Baik
Berdasarkan Tabel 8 atas, hasil statistik angkutan udara ke luar negeri mempunyai
diskriptif pelayanan angkutan udara ke luar kriteria baik. Berdasarkan hasil analisis
negeri di Bandara Husein Sastranegara terhadap pelayanan angkutan udara ke luar
menunjukkan nilai rata-rata tertinggi adalah negeri yang masih perlu ditingkatkan yaitu
kesopanan dan bantuan dari petugas bandara fasilitas parkir, fasilitas perbelanjaan,
(termasuk check-in, pemeriksaaan paspor dan internet/wifi di bandara, restauran/fasilitas
proses pengamanan) sebesar 3,230 dan nilai makan, ketersediaan ATM yang mudah
rata-rata terendah adalah tersedianya terlihat dan ketersediaan trolley bagasi.
fasilitas parkir sebesar 2,11. Hasil
perhitungan indeks kinerja pelayanan KESIMPULAN
bandara setelah dikonversi adalah sebesar Berdasarkan hasil analisis dan
67,60 dengan demikian mutu pelayanan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 39
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
fasilitas berpengaruh secara parsial terhadap penumpang angkutan udara ke luar negeri di
kinerja pelayanan bandara di Bandara Husein Bandara Husein Sastranegara sebesar 71,67%
Sastranegara berdasarkan tingkat kepuasan dengan demikian mutu pelayanan angkutan
penumpang angkutan udara dalam negeri. udara luar negeri mempunyai kriteria baik.
Besarnya pengaruh fasilitas terhadap tingkat
kepuasan adalah sebesar 56,7%. Kualitas SARAN
layanan berpengaruh secara parsial terhadap Terdapat beberapa hal yang perlu menjadi
kinerja pelayanan bandara di Bandara Husein perhatian dari pengelola bandar udara dalam
Sastranegara berdasarkan tingkat kepuasan penerapan standar pelayanan bagi pengguna
penumpang angkutan udara dalam negeri. jasa bandar udara di Bandar Udara Husein
Besarnya pengaruh kualitas layanan terhadap Sastranegara berdasarkan PM 178 Tahun
tingkat kepuasan adalah sebesar 29, 3%. 2015 tentang Standar Pelayanan Pengguna
Sedangkan informasi aksesibilitas tidak Jasa Bandar Udara, yaitu:
berpengaruh secara parsial terhadap kinerja Fasilitas pelayanan angkutan udara dalam
pelayanan bandara di Bandara Husein negeri di Bandara Husein Sastranegara yang
Sastranegara hal ini didasarkan pada tingkat harus dibenahi antara lain: kapasitas dan luas
kepuasan yang dirasakan penumpang tempat parkir yang tersedia, ketersediaan
angkutan udara dalam negeri. ATM/money changer yang mudah terlihat,
Tingkat kepuasan penumpang untuk ketersediaan ruang untuk merokok yang
pelayanan angkutan udara ke luar negeri di lengkap bersih dan nyaman, ketersediaan
Bandara Husein Sastranegara diketahui jumlah trolley yang memudahkan
bahwa fasilitas tidak berpengaruh secara pengangkutan bagasi dan ketersediaan
parsial terhadap kinerja pelayanan bandara. fasilitas pembelian tiket berupa komputer
Sedangkan kualitas layanan secara parsial untuk pembelian online. Informasi
berpengaruh terhadap kinerja pelayanan aksesibilitas pelayanan angkutan udara
bandara bagi penumpang yang akan ke luar dalam negeri yang harus dibenahi antara lain:
negeri sebesar 26,1%, begitu juga informasi banyak pilihan transportasi umum di
aksesibilitas secara parsial berpengaruh bandara, kemudahan akses transportasi, tarif
terhadap kinerja pelayanan di Bandara angkutan umum di bandara dan kemudahan
Husein Sastranegara sebesar 51,5%. mencari arah/lokasi dan rambu-rambu di
Berdasarkan hasil analisis diketahui terminal.
bahwa fasilitas, kualitas layanan, informasi Fasilitas pelayanan angkutan udara luar
aksesibilitas secara gabungan berpengaruh negeri yang harus dibenahi antara lain:
terhadap kinerja pelayanan angkutan udara fasilitas parkir, fasilitas perbelanjaan,
dalam negeri di Bandara Husein Sastranegara, internet/Wifi di bandara, restauran/fasilitas
besarnya pengaruh adalah 60,3%. Untuk makan, ketersediaan ATM yang mudah
fasilitas, kualitas layanan, informasi terlihat dan ketersediaan trolley bagasi.
aksesibilitas bagi penumpang yang akan ke Kualitas layanan pelayanan angkutan udara
luar negeri secara gabungan juga luar negeri yang harus dibenahi antara lain:
berpengaruh terhadap kinerja pelayanan waktu tunggu dalam antrian chek in dan
bandara di Bandara Husein Sastranegara ketepatan waktu petugas chek in. Informasi
sebesar adalah 51,2%. aksesibilitas angkutan udara luar negeri di
Nilai indeks kinerja pelayanan bandara Bandara Husein Sastranegara pelayanan
berdasarkan kepuasan penumpang angkutan angkutan udara luar negeri yang harus
udara dalam negeri di Bandara Husein dibenahi antara lain: transportasi umum
Sastranegara sebesar 77,73% atau dapat di dari/ke bandara dan kemudahan menemukan
katakan kinerja pelayanan dikatakan kriteria petunjuk/papan informasi di bandara.
baik. Sedangkan nilai indeks kinerja
pelayanan bandara berdasarkan kepuasan
Pengaruh Fasilitas, Layanan Dan Informasi Aksesibilitas Terhadap Tingkat Kepuasan Penumpang 41
Di Bandara Husein Sastranegara Bandung (Dina Yuliana )
42 Warta Ardhia, Volume 43 No.1 Juni 2017, hal 27-42
WARTA ARDHIA
Jurnal Perhubungan Udara
Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) dan Potensi Kertajati Sebagai Aerocity
West Java International Airport and The Potential of Kertajati as The Aerocity
Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) Dan Potensi Kertajati Sebagai Aerocity (Tjahjono 43
dan Eny)
PENDAHULUAN jalan tol yang sudah tidak mampu
Jawa Barat sebagai provinsi berpenduduk menampung pergerakan logistik yang
terbesar di Indonesia memiliki kendala untuk umumnya dari sentra-sentra industry di
berkembang dengan ketidakadaanya wilayah Provinsi Jawa Barat.
infrastruktur bandar udara (bandara) Berkaitan dengan permasalahan di atas,
bertaraf internasional yang mampu pemerintah Provinsi Jawa Barat
menampung pergerakan pesawat terbang merencanakan mengembangkan bandara
berbadan lebar baik untuk penumpang internasional Jawa Barat di Kerta Jati,
maupun barang. Kondisi bandara Kabupaten Majalengka. Bandara ini selain
internasional Husein Sastranegara di mendukung koridor ekonomi yang
Bandung sudah tidak ideal karena memiliki menghubungkan koridor metropolitan
beberapa kendala seperti “menumpang” Bandung Raya dengan Cirebon Raya, juga
dengan lapangan udara (lanud) militer, memiliki potensi untuk mengurangi
keterbatasan panjang landas pacu dan disparitas pembangunan yang hanya
kapasitas apron maupun terminal dan terkonsentrasi di wilayah Bogor, Depok,
terdapatnya industri pesawat terbang. Bekasi, Karawang dan Purwakarta
Jawa Barat sangat berkepentingan untuk (Bodebekapur) dan Bandung Raya (terlihat
memiliki fasilitas infrastruktur transportasi dalam gambar 1). gambar 2 menunjukan tata
berupa bandara internasional yang dapat guna lahan kawasan BIJB dengan Aerocity
digunakan oleh pesawat berbadan lebar, Kertajati. Akse BIJB sudah ada melalui jalan
“mengingat” tingginya kongesi baik di tol Cipali (Cikunir-Palimanan) sebagai bagian
Bandara Internasional Soekarno-Hata Trans Java Toll Road dan diharapkan juga
maupun Pelabuhan Tanjung Priok serta akses terkoneksi dengan jaringan rel kereta api.
Gambar 1. Wilayah Pertumbuhan di Provinsi Jawa Barat dan Lokasi Bandara Internasional Jawa Barat
Gambar 5. Nilai tambah akibat perkembangnya sebuah Aerotropolis (Ksarda, J.D, 2005)
Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) Dan Potensi Kertajati Sebagai Aerocity (Tjahjono 47
dan Eny)
leasing akan memiliki karakteristik unik satu kemitraan antara pihak pengoperasian
dengan lainnya tergantung dari skenario yang bandar udara (BLU, BUMN atau BUMD)
ditetapkan. Terjadi berbagai perbedaan bekerjasama dengan Badan Usaha lainnya
seperti: komersial versus non komersial dan di dalam pengembangan terminal atau
lokasi sewa (sisi udara atau sisi darat) yang disebut sebagai “airport sponsor”. Sewa
berdampak pada spesifikasi sewa yang akan kompensasi ruang komersial terminal
disepakati. ditetapkan langsung oleh badan usaha
Sistem sewa lahan di bandar udara pada kerjasama tersebut. Sedangkan fasilitas
umumnya dapat dibagi pada beberapa lainnya masih menjadi kewenangan
kategori (ACRP, 2011): operator bandar udara. Sistem ini
Perjanjian sewa untuk Aeronautikal atau memiliki keterbatasan karena penerimaan
non-aeronautikal aktivitas bisa di bawah yang diharapkan (revenue
Perjanjian sewa lahan shortfall) akibat keterbatasan ruang
Perjanjian sewa untuk fixed based operator komersial yang dapat disewakan atau
(FBO) keterbatasan kemampuan nilai sewa atau
Perjanjian sewa untuk specialised pungutan.
aeronautical serviced operator (SASO) 2. Model Residual (atau pendekatan biaya),
Perjanjian sewa untuk penempatan di mana secara rutin termasuk
hangar sewa kepentingan kepentingan mayoritas
Perjanjian sewa untuk perusahaan perusahaan penerbangan dikaitkan
penerbangan dengan prediksi pengeluaran yang harus
dikonsiderasikan di dalam penetapan
Perjanjian sewa di bandar udara berarti
biaya atau pungutan. Di mana airport
membagi sejumlah masalah umum dan
berbagai elemen inti, melalui struktur dari sponsor akan berada diposisi netral
perjanjian sewa harys jelas merefleksikan karena model residual akan fokus kepada
aktivitas, jenis penyewa dan lokasi agar posisi break-even scenario.
selaras dengan aspek finansial,
pengembangan bandar udara dan yang Tabel 1 memperlihatkan pendekatan kedua
terpenting regulasi kebandarudaraan (UU 1 model ini untuk beberapa atribut yang
tahun 2009 tentang Penerbangan, ICAO umumnya terjadi. Pengusahaan bandar udara
Annexes, dam lain lain). dapat saja melakukan kombinasi kedua model
Dua philosofi Model penetapan sewa- (hybrid). Sebagai contoh, model residual
menyewa dalam industri ke bandar udaraan, dapat diimplementasikan untuk biaya-biaya
yaitu: sisi udara di dalam memperhitungkan landing
1. Model Kompensatori, yaitu pendekatan fees, sementara itu model kompensatori
yang memberikan sponsor bandar udara ditetapkan untuk penetapan penyewaan
kebebasan untuk menetapkan biaya dan ruang komersial di terminal penumpang.
pungutan. Sebagai contoh: Terjadi
Adopsi ke BIJB dan Aerocity Kertajati bahwa apa yang ditawarkan BIJB untuk
Dengan mengadopsi model hotelling, BIJB penerbangan domestik harus setidak-
Kertajati tidak mungkin bersaing dengan tidaknya memiliki kesetaraan dengan CGK.
Bandar udara Soekarno-Hatta (CGK) karena Membaiknya fungsi biaya perjalanan menuju
terjadi perbedaan fasilitas yang besar dan CGK akibat berfungsinya fasilitas transportasi
posisi demografi yang ada. Dalam hal ini BIJB ke CGK seperti Kereta Bandara CGK
Kertajati akan bersaing dengan Bandara menyebabkan CGK dapat tetap menjadi
Husein Sastranegara (BDO) di mana untuk tujuan penerbangan domestik bagi kawasan
Metropolitan Bandung Raya akan tetap Metropolitan Bandung Raya.
menggunakan BDO karena berlokasi di pusat Jangka panjang untuk menjaga
pasar, khususnya untuk penerbangan permintaan penerbangan yang berkelanjutan,
domestik karena umumnya menggunakan BIJB Kertajati perlu mengembangan potensi
pesawat terbang jenis Boeing 737 series atau di sekitarnya baik yang sudah ada maupun
Airbus A320 series. Pengecualian bila BDO mengembangankanya dengan mewujudkan
ditutup untuk penerbangan komersial dan aerocity bahkan apabila dimungkinkan
hanya berfungsi sebagai lapangan udara menjadi aerotropolis.
militer. Dengan mengadopsi model Beberapa hal yang harus diperhatikan
d’Aspremont bila angkutan multimoda dapat adalah Pemerintah perlu mencermati luasan
dibangun di BIJB maka akan mampu bersaing yang ditawarkan dalam tata ruang baik untuk
dengan Bandara sekitarnya bila biaya kawasan bandara udara maupun Aerocity.
transportasi menuju dan ke BIJB dapat Bila tidak direncanakan dengan baik, maka
ditekan sedemikian rupa di bawah setidak- akan terjadi efek “urban sprawl” yang tidak
tidaknya separuh biaya ke CGK . terkendali. Bila jaringan jalan yang
Pemahaman biaya tersebut termasuk ditawarkan terbatas serta tidak adanya
biaya-biaya akibat kemacetan, penghematan jaringan rel (kereta bandara), maka bila
waktu perjalanan dan faktor-faktor lainnya terjadi kongesi akan menyebabkan BIJB tidak
seperti waktu menunggu dan tundaan dijadikan opsi utama penumpang pesawat
penerbangan. Untuk ini perlu diasumsikan terbang maupun kargo. Hal ini disebabkan
Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) Dan Potensi Kertajati Sebagai Aerocity (Tjahjono 49
dan Eny)
karena lokasi bandara relatif jauh dari d'Aspremont, C., Gabszewicz, Jaskold J.,
kawasan aglomerasi urban utama di Pulau Thisse, J.-F., 1979. On Hotelling’s “stability
Jawa bagian barat. BIJB juga harus diyakinkan in competition”. Econometrica 47 (5),
1145–1150.
untuk mendapatkan perlindungan dari
pemerintah terhadap kompetisi baru bandar Gi-Tae, Y., Ying, W., Chien-Chang, C., 2013.
udara seperti rencana pembangunan bandar Evaluating the competitiveness of the
udara di Karawang akan menyebabkan aerotropolises in East Asia, Journal of Air
menyempitnya catchment area yang ada. Transport Management 32, 24-31.
DAFTAR PUSTAKA
ACRP (Airport Cooperative Research Program
Report 47, 2011. Guidebook for
Developing and Leasing Airport Property.
Transportation Research Board.
Lesson Learned from Airport Services for General Aviation Activities in United States
Dedes Kusumawati
Pusat Litbang Transportasi Udara, Jalan Merdeka Timur 05 Jakarta Pusat 10110
email: dedeskusumawati@yahoo.com
Histori Artikel: Nowadays, general aviation activities have significant growth in aviation
Diterima: 12 Juli 2017 world. Addition, the highest airport category in United States is general aviation
Direvisi: 31 Juli 2017 airport.. The purpose of this research is to get understanding about airport
Disetujui: 31 Juli 2017 services to support general aviation activities based on United States’ experience
Dipublish: 31 Juli 2017
in national airport planning to give recommendations for Indonesia in
developing airports that compatible with general aviation activities. This
Keywords:
airport, general aviation, lesson research uses qualitative strategy through case study and comparative analysis
leraned, comparative analysis for two cases: the United States and Indonesia. Primary data from was collected
through observation and interview with official representative of General
Kata kunci: Aviation Terminal (GAT) in Ngurah Rai Internasional Airport and manager of
bandar udara, general aviation, Halim Perdanakusuma International Airport. Secondary data came from
pembelajaran, analisis documentation study. Based on the United States’ experience, the
perbandingan
recommendations are consideration for general aviation airport on national
airport planning, development of basic criteria for general aviation airport,
planning of function and activities for general aviation airport, and provision for
general aviation airport facilities.
Pembelajaran dari Pelayanan Bandar Udara terhadap Aktivitas General Aviation di Amerika 51
Serikat (Dedes Kusumawati)
PENDAHULUAN dengan memperhatikan beberapa hal terkait
Kebanyakan masyarakat lebih mengenal sehingga dapat menghindari permasalahan
penerbangan komersial berjadwal sebagai termasuk terjadinya kecelakaan transportasi
pelayanan dari moda transportasi udara. udara di kemudian hari.
Padahal, terdapat penerbangan berupa Indonesia sebagai negara kepulauan
angkutan udara tidak berjadwal yang dapat menawarkan keanekaragaman obyek wisata
digunakan oleh masyarakat umum. Sebagai yang tersebar di berbagai wilayah hingga ke
contoh, masyarakat bisa mencarter pesawat area pedalaman. Pemerintah Indonesia dapat
untuk keperluan pribadi menuju lokasi tujuan memanfaatkan peluang dari industri general
dengan membayar tarif tertentu. Disamping aviation terutama untuk mempermudah
itu, beberapa perusahaan dapat aksesibilitas para wisatawan menuju lokasi
memanfaatkan pelayanan penerbangan tidak wisata. Tahun 2017, Pemerintah Indonesia
berjadwal untuk tujuan tertentu seperti meresmikan penerbangan air taxi sebagai
penyiraman tanaman, foto udara, evakuasi salah satu bentuk dari aktivitas general
medis dan sebagainya. aviation di Bandar Udara Internasional
Di luar negeri, kegiatan penerbangan tidak Soekarno Hatta yang dapat digunakan oleh
berjadwal dapat diistilahkan sebagai general masyarakat umum
aviation. Lebih lanjut, angkutan udara general Meningkatnya permintaan akan aktivitas
aviation meliputi segala moda transportasi general aviation di Indonesia diharapkan
udara selain dari maskapai penerbangan sejalan dengan kebijakan Pemerintah dalam
komersial berjadwal dan transportasi milliter merencanakan infrastruktur bandar udara
(General aviation Manufacturers Association, yang mengakomodasi kebutuhan pengguna
2010). Industri general aviation dapat penerbangan general aviation. Apabila
menjadi jembatan yang menghubungkan membandingkan pesatnya pertumbuhan
antara wisatawaan dengan pebisnis yang bandar udara general aviation di luar negeri
menawarkan pengalaman wisata, khususnya Amerika Serikat, Indonesia masih
kesenangan, maupun dukungan transportasi belum sepenuhnya merencanakan kebutuhan
untuk sektor lainnya seperti pertanian aktivitas general aviation secara menyeluruh.
(Lasten, et al., 2014). Pengguna dari general Misalnya, Indonesia belum mempersiapkan
aviation mengharapkan mendapat kepuasan bandar udara yang khusus diperuntukan
pelayanan dari pesawat yang mereka terbangi untuk aktivitas general aviation. Padahal
baik dari tipe pesawat dan kecepatan waktu hampir semua bandar udara utama di
tempuh (Ratchford, 1974). Beberapa hal Indonesia seperti Bandar Udara Soekarno
tersebut menggambarkan prospek yang Hatta-Banten, Bandar Udara Sultan
bagus dari industri general aviation dengan Hasanuddin-Makassar, Bandar Udara Juanda-
memberikan banyak manfaat. Surabaya, Bandar Udara Ngurah Rai-
Untuk mendukung berjalannya kegiatan Denpasar, Bandar Udara Sepinggan-
penerbangan dibutuhkan adanya Balikpapan, dan Bandar Udara Kualanamu-
infrastruktur bandar udara. Keberadaan Medan memiliki pergerakan pesawat udara
bandar udara termasuk fasilitasnya akan yang masuk dalam kategori padat bahkan
menenetukan jenis kegiatan general aviation apabila dibandingkan dengan bandar udara di
yang dapat dilayani di wilayah tersebut. luar negeri (LPPNPI, 2017). Dampaknya,
Tantangan perkembangan genereal aviation aktivitas general aviation yang dilakukan di
adalah kebutuhan perencanaan fasilitas bandar udara umum akan semakin
bandar udara yang memadai serta menambah kepadatan pergerakan pesawat
penyediaan sistem pergerakan lalu lintas yang mempengaruhi keselamatan dan
udara (Ratchford, 1974). Untuk itu dalam kenyamanan penumpang transportasi udara.
perencanaan kegiatan general aviation Penelitian ini bertujuan untuk
memerlukan perencanaan bandar udara mendapatkan pemahaman pelayanan bandar
Pembelajaran dari Pelayanan Bandar Udara terhadap Aktivitas General Aviation di Amerika 53
Serikat (Dedes Kusumawati)
pelayanan bandar udara terhadap aktivitas HASIL DAN PEMBAHASAN
general aviation di Amerika Serikat sehingga Pelayanan Bandar Udara terhadap
dapat memberikan rekomendasi dalam Aktivitas General Aviation (GA) di Amerika
peningkatan pelayanan bandar udara di Serikat
Indonesia terutama untuk aktivitas general Di Amerika Serikat, setiap tahunnya
aviation. jumlah penumpang pesawat general aviation
Pengumpulan informasi dan data primer tidak kurang dari 166 juta orang yang dilayani
dilakukan melalui wawancara dengan oleh sekitar 4000 bandar udara general
pengelola General aviation Terminal di aviation (Lasten et al., 2014). Tidak hanya itu,
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai-Bali, industri general aviation memberikan
pengelola Bandar Udara Internasional Halim dampak ekonomi yang signifikan untuk
Perdanakusuma, dan berdasarkan observasi negara yaitu membuka lapangan kerja untuk
di lapangan. Pengumpulan data sekunder juga 1.265.000 penduduk dan memberikan
dilakukan dari studi dokumentasi yaitu buku dampak ekonomi sekitar $150 miliar (Lasten
dan internet berupa jurnal, artikel, laporan, et al., 2014). Maskapai penerbangan yang
peraturan, dan lainnya melayani kegiatan carter untuk umum
berjumlah tidak kurang dari 105 operator
(U.S Department of Transportation, 2017).
Pembelajaran dari Pelayanan Bandar Udara terhadap Aktivitas General Aviation di Amerika 55
Serikat (Dedes Kusumawati)
Kategori Deskripsi ▪ pelayanan carter/taksi
Local Melayani lokal – pasar regional. udara
Level aktivitas sedang basis ▪ kargo
sekitar 33 pesawat propeller Fungsi spesifik ▪ penerbangan bisnis
dan bukan jet. penerbangan ▪ kepentingan perusahaan
Basic Melayani fungsi keudaraan lainnya ▪ pelatihan
penting dalam pasar regional ▪ penerbangan individu
dan lokal. ▪ carter penumpang
Level aktivitas rendah- ▪ perawatan pesawat
menengah, sekitar 10 pesawat ▪ penelitian dan
propeller dan bukan jet. perekayasaan
Sumber: FAA Appendix A-1, 2016 penerbangan
Bandar udara general aviation yang dapat Fungsi khusus ▪ Akses untuk
dan penting peristiwa/event khusus
dimasukan dalam NPIAS, harus memenuhi
dan pariwisata
kriteria dasar (Transportation Research ▪ koneksi antar moda
Board, 2014), antara lain: ▪ penerbangan khusus
• Memiliki setidaknya 10 pesawat yang (airshow/skydiving)
tinggal (based aircraft); Sumber : FAA, 2012
• Berada setidaknya 20 mil atau 32 km dari Penyediaan fasilitas antar bandar udara
bandar udara NPIAS terdekat; general aviation berbeda, tergantung antara
• Termasuk dalam sistem perencanaan lain kepada tipe pesawat, cuaca, frekuensi,
kebandarudaraan nasional; dan fungsi pengoperasian. Fasilitas bandar
• Memiliki suatu kekuatan dukungan lokal udara general aviation hampir sama dengan
yang berasal dari institusi pemerintah fasilitas bandar udara pada umumnya antara
maupun masyarakat. lain landas pacu, landas parkir, landas
Bandar udara general aviation diharapkan hubung, hanggar, fasilitas pengisian bahan
dapat memberikan pelayanan transportasi bakar, parkir helikopter dan heliport, navigasi
udara kepada masyarakat di wilayah tersebut dan pencahayaan, terminal dan atau kantor
dan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas administrasi termasuk bangunan basis
udara di bandar udara utama (Kash, Don E., operator tertentu atau fixed base operator
1984). Aktivitas general aviation dapat (FBO), pertolongan kecelakaan penerbangan
ditunjukan pada Tabel 3. General aviation dan pemadam kebakaran, aksesibilitas darat
dapat digunakan untuk kepentingan pribadi dan parkir, bangunan lainnya (perawatan
selaku individu, kepentingan perusahaan atau pesawat), serta keamanan (Sander and
institusi sampai dengan kepentingan negara. Chapman, 2014).
Tabel 3. Aktivitas General aviation Pelayanan dan fasilitas bandar udara
Respon dan ▪ penerbangan medis general aviation dapat disediakan oleh
Tanggap ▪ keamanan dan kekuatan pemilik bandar udara bisa dari sisi
Darurat nasional pemerintah maupun swasta. Selain itu,
▪ respon darurat
sebagian pelayanan dan fasilitas dapat
▪ dukungan pemadaman
dilaksanakan oleh pihak swasta yang ditunjuk
kebakaran
▪ keadaan darurat bandar
dan tergantung dari model pengoperasian
udara bandar udara yang digunakan. Model yang
▪ penyelamatan dan digunakan dapat berbentuk skema kontrak
pencarian kerjasama, konsesi, dan lainnya.
▪ fungsi penting Setelah memahami pengertian dan
pemerintahan lainnya aktivitas bandar udara general aviation serta
Akses ▪ akses kepulauan memperoleh gambaran pengalaman Amerika
komunitas pedalaman Serikat dalam memberikan pelayanan general
aviation di bandar udara, dapat diperoleh
Pembelajaran dari Pelayanan Bandar Udara terhadap Aktivitas General Aviation di Amerika 57
Serikat (Dedes Kusumawati)
Internasional Ngurah Rai-Denpasar. Bandar PT. Angkasa Pura I Bandar Udara
udara lain yang dapat dijadikan contoh karena Internasional Ngurah Rai. Hal tersebut untuk
memiliki aktivitas general aviation yang menghindari dugaan pelanggaran peraturan
cukup tinggi adalah Bandar Udara Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang
Internasional Halim Perdanakusuma-Jakarta. Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Di Indonesia, belum ada kriteria khusus yang Usaha Tidak Sehat.
diacu dalam menetapkan fungsi dan aktivitas, General aviation Terminal berada di
serta fasilitas yang disediakan untuk bagian selatan Bandar Udara Internasional
pengguna general aviation di bandar udara. Ngurah Rai. Penumpang memiliki
Kriteria dasar, fungsi dan aktivitas, serta aksesibilitas jalan tersendiri yang berbeda
fasilitas bandar udara di Indonesia untuk dengan jalan dari dan menuju Bandar Udara
general aviation dapat dijelaskan melalui Internasional Ngurah Rai. Pada terminal ini
studi kasus yang terjadi di Indonesia, yaitu di terdapat landas parkir yang dapat
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai- menampung sekitar 18 unit pesawat. Pada
Denpasar dan Bandar Udara Internasional tahun 2015, terdapat 1435 pergerakan
Halim Perdanakusuma-Jakarta. pesawat dan 2791 penumpang yang
1) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai- menggunakan terminal ini.
Denpasar General aviation Terminal di Bali
Pada tahun 2013 bertepatan dengan khususnya difungsikan untuk melayani
pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation penumpang pesawat udara yang
(APEC) di Bali, PT. Angkasa Pura I membuka menginginkan pelayanan dengan keleluasaan
layanan general aviation terminal (GAT) di pribadi yang cukup tinggi. Aktivitas yang
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai-Bali. dapat dilayani di terminal ini seperti untuk
Tingginya kunjungan wisatawan di Bali aktivitas general umum pada umumnya
menjadi dasar pertimbangan PT. Angkasa antara lain penerbangan medis, penerbangan
Pura I membangun general aviation terminal carter, penerbangan latih, dan penerbangan
di lokasi ini. Tidak ada kriteria khusus yang khusus lainnya. Pengguna dari GAT biasanya
telah ditetapkan Pemerintah untuk pejabat tinggi maupun selebritis yang
membangun general avition terminal. Sampai menggunakan pesawat carter untuk wisata
saat ini, Bandar Udara Internasional Ngurah sekaligus bisnis.
Rai menjadi satu-satunya bandar udara di Fasilitas yang diberikan di GAT cukup
Indonesia yang memiliki terminal khusus berbeda dengan terminal umum Bandar
untuk kegiatan general aviation. Udara Internasional Ngurah Rai. Hal tersebut
Pada awalnya, PT. Angkasa Pura I sebanding dengan biaya lebih tinggi yang
memberikan hak eksklusif kepada pihak harus dibayarkan oleh pengguna. Pelayanan
swasta yaitu PT. Execujet Indonesia untuk yang diberikan di General aviation Terminal
mengelola GAT. Salah satu alasannya adalah dapat dikatakan eksklusif. Misalnya, ketika
PT. Execujet Indonesia telah berpengalaman terdapat penumpang untuk penerbangan
mengelola bandar udara general aviation di internasional maka petugas CIQ (Custom,
beberapa negara seperti Afrika Selatan, Immigration, Quarantine) akan didatangkan
Malaysia, India, Singapura, Australia, Spanyol, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan (on call)
Italia, Uni Emirate Arab, dan lainnya. Mulai untuk memberikan layanan khusus kepada
tahun 2016, atas perintah dari Komisi penumpang di GAT atau bahkan dilayani
Pengawas Persaingan Usaha Republik dalam pesawat. Hal tersebut sebagai upaya
Indonesia (KPPU-RI), PT. Angkasa Pura I untuk dapat memberikan tingkat pelayanan
Bandar Udara Internasional Ngurah Rai tidak yang cepat dan tanpa perlu antri. Selain itu,
lagi memberikan hak ekslusif kepada PT. pengguna GAT dapat meminta pelayanan
Execujet Indonesia untuk mengelola GAT, lainnya seperti penjemputan dengan mobil
tetapi pengelolaan dilakukan langsung oleh
Tabel 4. Perbandingan Kebijakan Kegiatan General Aviation di Amerika Serikat dan Indonesia
Aspek Amerika Serikat Indonesia Keterangan
Perencanaan Acuan: Acuan: Di Amerika Serikat, bandar
kebandarudaraan National Plan of Integrated Tatanan udara general aviation
nasional Airport Systems Kebandarudaraan melayani kepentingan
Kategori bandar udara Nasional masyarakat umum. Di
nasional: Kategori bandar udara Indonesia, bandar udara
1. Primary nasional: khusus tidak melayani
- Large 1. Umum kepentingan masyarakat
- Medium - Pengumpul umum dan bukan berfungsi
- Small - Pengumpan untuk aktivitas general
- Nonhub 2. Khusus aviation.
2. Nonprimary
- General aviation
- Reliever
- Commercial
services
Pembelajaran dari Pelayanan Bandar Udara terhadap Aktivitas General Aviation di Amerika 59
Serikat (Dedes Kusumawati)
Aspek Amerika Serikat Indonesia Keterangan
Telah diatur dalam yang menyediakan fasilitas
National Plan of Integrated general aviation.
Airport Systems.
Kriteria dasar 1. Memiliki setidaknya Belum ada peraturan Seluruh bandar udara umum
perencanaan bandar 10 pesawat yang terkait di Indonesia dapat melayani
udara General tinggal aktivitas GA jika fasilitasnya
aviation 2. Jarak minimal 20 mil memadai.
dari bandar udara
NPIAS terdekat
3. Termasuk dalam
sistem perencanaan
kebandarudaraan
nasional
4. Memiliki kekuatan
dukungan lokal.
Fungsi dan Aktivitas Fungsi: memberikan Fungsi: condong GAT di Bandar Udara
pelayanan transportasi kepada memberikan Internasional Ngurah Rai
udara dan mengurangi tingkat privacy lebih sebagai contoh kasus
kepadatan lalu lintas tinggi kepada aktivitas general aviation di
udara di bandar udara pengguna transportasi Indonesia.
utama. udara.
Aktivitas: respon dan Aktivitas: general
tanggap darurat, skses aviation bercampur
komunitas, fungsi spesifik dengan aktivitas
penerbangan lainnya, penerbangan
fungsi khusus dan penting. komersial berjadwal
Fasilitas bandar Seperti bandar udara pada Belum ada peraturan
udara GA umumnya: landas pacu, terkait
landas parkir, landas
hubung, hanggar, fasilitas
pengisian bahan bakar,
parkir helikopter dan
heliport, navigasi dan
pencahayaan, terminal
dan atau kantor
administrasi, fixed base
operator (FBO),
pertolongan kecelakaan
penerbangan dan
pemadam kebakaran,
aksesibilitas darat dan
parkir, bangunan lainnya
(perawatan pesawat),
serta keamanan.
Kash, Don E,. 1984. Airport System Prawiraatmadja, Denon. 2016. Market Trends
Development. U.S. Congress: Washington and Industry Potential for Indonesia’s
D.C. Available at:<https://www.princeton Business and Charter Aviation. Indonesia
.edu/~ota/disk3/1984/8403/8403.PDF> Business & Charter Aviation Summit:
Jakarta
Pembelajaran dari Pelayanan Bandar Udara terhadap Aktivitas General Aviation di Amerika 61
Serikat (Dedes Kusumawati)
Ratchford, Brian T. 1974. A model for Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang
estimating the demand for general Penerbangan
aviation. Transpa Res. Volume 8: 193-203
Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang
Sanyal, Bishwapriya. 2005. Comparative Larangan Praktek Monopoli dan
Planning Cultures, 2nd edition, London: Persaingan Usaha Tidak Sehat
Routledge
U.S Department of Transportation. 2017.
Shetty, Kamala I and Hansman, R. John,. 2012. Charter Report-2017 Prospectuses.
Current and Historical Trends in general Available at: <https://www.transporta
aviation in the United States. tion.gov/sites/dot.gov/files/docs/mission
Massachussets Institute of Technology: /office-policy/aviation-policy/278491/
Cambridge charters-2017-june-15-2017.pdf>
Transportation Research Board. 2014. Yin, Robert K. 1994. Case study research:
Guidebook on General aviation facility Design and methods. Applied Social
planning. ACRP Report 113 Research Methods, Vol. 5. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Troohim, W. 2006. Descriptive Statistics.
Available at: <https://www.socialre
searchmethods.net/kb/statdesc.php >
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata 63
Prioritas Utama (Eny dan Yati)
PENDAHULUAN perpanjangan runway dan memberikan izin
Tahun 2016 dicanangkan sebagai tahun kepada maskapai penerbangan luar negeri
percepatan oleh Presiden Republik Indonesia. untuk melakukan penerbangan langsung ke
Dalam sambutan pencanangan tersebut berbagai kota di Indonesia.
terdapat 8 (delapan) poin untuk Sektor pariwisata menjadi andalan bagi
melaksanakan program percepatan, dimana pemasukan devisa di Indonesia, berdasarkan
salah satunya adalah program percepatan data yang dihimpun melalui Kementerian
kemajuan 10 destinasi wisata nasional. Pariwisata, sektor pariwisata berada pada
Arahan presiden mengenai sektor pariwisata urutan ke empat dalam menyumbang
tertuang dalam Surat Setkab No: B- perolehan devisa negara setelah minyak dan
652/Seskab/Maritim/11/2015 tertanggal 6 gas bumi, batu bara, dan minyak kelapa sawit.
November 2015. Surat Setkab tersebut salah Sementara itu jika dibandingkan dengan
satunya menyebutkan bahwa Kementerian sektor pariwisata negara ASEAN lainnya,
Perhubungan mempunyai andil dalam jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
memberikan dukungan infrastruktur (wisman) ke Indonesia berada pada peringkat
transportasi terhadap 10 destinasi wisata ke empat di bawah negara Thailand, Malaysia,
nasional, yang antara lain dengan melakukan dan Singapura.
Pada Tahun 2015 capaian jumlah berasal dari Australia, Inggris, dan
wisman ke Indonesia sebesar 9,7 juta Amerika Serikat.
wisman. Kunjungan tersebut naik 2,9 % Penetapan pada sepuluh destinasi
dibandingkan tahun sebelumnya. pariwisata tersebut dimaksudkan sebagai
Kedatangan wisman tersebut masuk upaya terobosan untuk membuat “Bali
melalui 19 pintu utama, dimana empat Baru” di Indonesia, artinya adalah
pintu masuk terbesar bagi kedatangan berusaha menciptakan obyek wisata yang
wisman tersebut adalah melalui Bandara diharapkan dapat menyedot wisatawan
Soekarno-Hatta, Bandara Ngurah Rai manca negara untuk berkunjung ke
,Batam, dan Tanjung Uban (Kepri). Indonesia selain Pulau Bali. Pada tabel 1-
Sementara negara asal wisman terbesar 1 berikut merupakan gambaran
dari wilayah Asia adalah Singapura, performansi dari 10 destinasi wisata yang
Malaysia, dan Tiongkok, sementara di didasarkan pada jumlah wisman,
luar wilayah Asia adalah wisman yang pertumbuhan kunjungan, dan perolehan
devisa wisman.
Obyek wisata Candi Borobudur Dieken and Button, 2011). Selanjutnya riset
berdasarkan portofolio poduk wisata menunjukkan bahwa transportasi moda
termasuk dalam kategori wisata warisan udara mempunyai peranan dalam
budaya dan sejarah. Kategori portofolio meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
produk wisata sendiri terbagi menjadi tiga (Campisi et al., 2010; Forsyth, 2008; Duval,
kategori yaitu kategori wisata alam (nature), 2013; Fu et al., 2010). Bagi pengembangan
wisata budaya (culture), dan wisata buatan wisata di Indonesia, pernyataan ini
manusai (man made). Di wilayah Asia merupakan suatu hipotesa yang perlu
Tenggara, destinasi wisata dengan kategori dibuktikan melalui dukungan data yang tepat.
yang serupa dengan Candi Borubudur adalah Merujuk pada permasalahan dan
Angkor Wat di Cambodia dan Georgetown di fenomena tersebut maka diperlukan suatu
Penang Malaysia. Adapun jumlah kunjungan penelitian yang diharapkan dapat
wisman di Candi Borubudur hingga tahun memberikan sumbang saran bagi upaya
2014 telah mencapai 254.082 orang. mewujudkan obyek Candi Borobudur sebagai
Peningkatan jumlah wisman di Candi destinasi pariwisata nasional dan
Borobudur dari tahun ke tahun tentu perlu internasional melalui dukungan kemudahan
disikapi dengan pembenahan infrastruktur aksesibilitas transportasi udara.
yang dapat lebih menunjang kemudahan
akses wisatawan untuk berkunjung ke obyek TINJAUAN PUSTAKA
wisata tersebut. Salah satu pembenahan Secara administratif Provinsi Jawa Tengah
infrastruktur aksesibilitas tersebut adalah meliputi 29 Kabupaten dan 6 kota, dan terdiri
melalui kemudahan dalam menggunakan dari 568 Kecamatan yang terbagi ke dalam
moda transportasi udara. 8.573 desa/kelurahan. Dengan jumlah
Ketersediaan infrastruktur transportasi desa/kelurahan sebanyak itu, menjadikan
merupakan elemen kunci dalam Jawa Tengah sebagai provinsi dengan jumlah
pengembangan obyek tujuan wisata, desa/kelurahan terbanyak di Indonesia.
sementara keterpaduan beberapa disiplin Luas wilayah Jawa Tengah adalah 3.254.412
ilmu seperti rekayasa transportasi, ekonomi, ha atau 25,4% dari luas pulau jawa dan setara
maupun pemahaman tentang wilayah dengan 1,70% dari luas wilayah Indonesia.
geografi juga sangat menunjang dalam Letak Jawa Tengah antara 5 40′ dan 8 30′
pengembangan kemajuan aksesibilitas di Lintang Selatan dan antara 108 30′ dan 111
sektor wisata (Bieger and Wittmer, 2006; 30′ Bujur Timur (termasuk pulau
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata 65
Prioritas Utama (Eny dan Yati)
Karimunjawa). Jarak terjauh dari barat ke Perekonomian Jawa Tengah tahun 2015 yang
timur adalah 263 km dan dari utara ke selatan diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto
adalah 226 km (tidak termasuk pulau (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Karimunjawa). 1.014.074,2 miliar. Ekonomi Jawa Tengah
Dalam rentang waktu selama tahun 2009 tahun 2015 tumbuh 5,4 persen, meningkat
–2015 nilai PDRB Provinsi Jawa Tengah dibanding tahun 2014 (5,3 persen). Dari sisi
mengalami peningkatan secara positif. produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh
Tahun 2009 nilai PDRB Atas Dasar Harga Lapangan Usaha Jasa Perusahaan (9,7
Berlaku (ADHB) adalah Rp 397,903 triliun, persen). Dari sisi pengeluaran pertumbuhan
yang kemudian meningkat menjadi Rp tertinggi dicapai oleh Komponen
832.950 triliun pada tahun 2013, dan pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (5,2
tahun 2014 menjadi Rp 925,66 triliun rupiah. persen).
Gambar 2. Perkembangan Prosentase Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2015
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata 67
Prioritas Utama (Eny dan Yati)
Urutan Program Prioritas Kegiatan Prioritas
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata 69
Prioritas Utama (Eny dan Yati)
Dalam hal pengumpulan data, akan kedatangan wisman turun 41 %, Surabaya
dilakukan pengumpulan data primer dengan turun 7 %, Medan turun 13 %, dan di
teknik survei wawancara langsung terhadap Yogyakarta sendiri turun 11,6 %. Penurunan
responden dengan menggunakan kuesioner kunjungan wisman tersebut dimungkinkan
yang telah disiapkan. karena pergeseran minat wisatawan terhadap
Sedangkan pengumpulan data sekunder,
destinasi di luar candi dan adanya berbagai
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
daerah tujuan wisata di Indonesia.
1) Melakukan koordinasi dan kunjungan ke
instansi terkait untuk mendapatkan data, Pertumbuhan kedatangan wisman secara
ataupun berdiskusi tentang berbagai nasional terjadi pada pasar potensial seperti
permasalahan yang terkait dan relevan. China 18 %, Inggris 15 %, India 12 %, Jerman
2) Mendapatkan data dengan cara browsing 7 %, Amerika 6 %, Korea 3 %, Jepang 2 % dan
melalui internet ke alamat website yang Mesir 25 %. Pertumbuhan jumlah kunjungan
terkait dan relevan. tersebut selaras dengan pertumbuhan jumlah
3) Studi literatur (buku, jurnal, penelitian wisatawan yang berkunjung ke Candi
sebelumnya, dll). Borobudur, yaitu wisatawan dari China 17 %,
Amerika 24 %, dan Korea 3 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sementara itu penurunan juga terjadi pada
Perkembangan Industri Pariwisata Candi pasar potensial yang lain seperti wisman dari
Borobudur
Rusia (29%), Thailand (5%), Australia (5%),
Perkembangan situasi ekonomi global
Malaysia (4,8%) dan Perancis (2%). Seperti
yang tidak menentu dalam beberapa tahun
halnya ketika terjadi kenaikan angka,
terakhir telah mempengaruhi industri
penurunan jumlah kunjungan wisatawan
pariwisata di berbagai belahan dunia,
tersebut juga berimbas pada kunjungan
termasuk di kawasan Asia Tenggara. Hal
wisatawan ke Candi Borobudur, dimana
tersebut terlihat dari pertumbuhan
kunjungan wisman dari Rusia menurun 79 %,
pariwisata di sejumlah negara anggota ASEAN
Thailand 58 %, Malaysia 25 %, dan Perancis
yang mengalami penurunan jumlah
47 %. Berdasar buku laporan tahunan yang
kunjungan wisatawan. Di wilayah negara
dikeluarkan oleh PT TWC, yaitu perusahaan
ASEAN, pariwisata Thailand merupakan salah
yang mengelola obyek wisata Borobudur,
satu negara yang mengalami pertumbuhan
penurunan wisatawan dari Rusia disebabkan
paling tinggi, meskipun pada semester 1 pada
karena krisis ekonomi yang melanda negeri
tahun 2015 sempat mengalami pertumbuhan
tersebut sehingga mempengaruhi minat
negatif namun secara keseluruhan pada tahun
wisatawan untuk melakukan perjalanan jarak
2015 industri pariwisata Thailand bertumbuh
jauh. Sementara penurunan wisatawan dari
sebesar 24,7 %.
Thailand dipengaruhi oleh krisis politik yang
Kunjungan wisman ke Indonesia pada
terjadi di dalam negeri dan terjadinya
periode Januari - November 2015 mencapai
bencana banjir yang berlangsung cukup lama
8.7 juta orang, data tersebut menunjukkan
sehingga berdampak kepada menurunnya
pertumbuhan positif sebesar 3,2%
minat wisatawan Thailand untuk bepergian
dibandingkan periode yang sama pada tahun
ke luar negeri termasuk ke Indonesia. Selain
2014. Sementara berdasarkan kedatangan
kondisi di negara asal wisman, situasi dan
dari beberapa pintu masuk utama wisatawan,
kondisi di Indonesia juga turut
pertumbuhan yang terjadi di pintu masuk
mempengaruhi penurunan jumlah
Jakarta naik 3 %, Bali naik 5 %, Manado naik
kedatangan wisman seperti misalnya isu
16 % dan Batam 7,2 %. Namun sebaliknya di
keamanan yang terkait dengan ISIS.
beberapa pintu masuk wisatawan yang
Target kunjungan wisman berdasarkan
memiliki konektivitas langsung ke destinasi
asal negara wisman sebagian tidak tercapai,
obyek wisata Candi Borobudur seperti pintu
namun secara keseluruhan total kunjungan
masuk Yogyakarta, maupun Solo justru
mengalami penurunan. Di Solo jumlah
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata 71
Prioritas Utama (Eny dan Yati)
rupiah dimana hal tersebut telah melampaui Pintu Masuk Target Capaian
target yang dicanangkan oleh Kemenpar pada
DIY (Adisutjipto) 90.000 81.278
tahun 2015. Pengeluaran wisnus tersebut
juga memberikan kontribusi terhadap Produk Jawa Timur 250.000 200.851
Domestik Bruto National sebesar 4,23 %. (Juanda)
Sementara dari pemasukan devisa, sektor NTB (BIL) 40.000 70.217
pariwisata telah memberikan kontribusi
sebesar US$ 11,90 milliar atau setara Rp 163 Kalimantan Barat 30.000 24.852
trilliun pada tahun 2015, meningkat (Entikong)
dibandingkan pada tahun 2014 yang hanya Kalimantan 20.000 7.865
sebesar US$ 11,17 milliar. Timur
Selanjutnya berdasarkan data yang (Sepinggan)
dihimpun dari Kemenpar tahun 2015, pintu
Sulawesi Utara 30.000 19.465
masuk utama wisman yang terbanyak adalah
(Sam Ratulangi)
melalui Bandara Ngurah Rai Bali yaitu sebesar
38,64% dari jumlah wisman yang masuk ke Sulawesi Selatan 20.000 13.091
Indonesia, disusul DKI Jakarta yaitu sebesar (Hasanuddin)
22,69 %, dan Batam yaitu sebesar 15,22 %. Lain-lain 490.000 1.225.554
Sementara pintu masuk melalui DIY dan Jawa
Tengah tidak terlalu mendominasi yaitu Total 10.000.000 10.154.263
sebesar 0,80 % dan 0,08 %, dan bagian
wilayah Indonesia lainnya hanya pada kisaran
0,08 % hingga 1,98 %. Tabel 4 dan gambar 6
menunjukkan data jumlah dan proporsi
wisman berdasarkan pintu masuk di wilayah
Indonesia.
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata 73
Prioritas Utama (Eny dan Yati)
(2019), dengan perolehan devisa sebesar US$ terlayani rute penerbangan ke berbagai kota
300 juta. di Indonesia. Untuk Bandara Adisutjipto
Dari beberapa contoh tersebut di atas Yogyakarta telah terbuka penerbangan ke 14
tentu saja sub sektor Transportasi Udara juga kota di Indonesia. Empat belas kota tersebut
perlu memberikan kemudahan regulasi untuk adalah Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam,
menarik kunjungan wisatawan asing, selain Pekanbaru, Palembang, Medan, Denpasar,
penyediaan sarana dan prasarana di sektor Lombok, Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin,
transportasi udara pada khususnya. Pangkalan Bun, dan Makassar. Dari 14 kota
Destinasi Candi Borobudur yang terletak di tersebut kapasitas seat tersedia terbanyak
Provinsi Jawa Tengah, telah didukung sarana adalah rute Jakarta, Denpasar, Balikpapan,
dan prasarana transportasi udara yang cukup Surabaya, dan Banjarmasin. Untuk Bandara
memadai. Hal tersebut dikarenakan letak Adi Soemarmo Solo telah dibuka penerbangan
geografis Candi Borobudur yang strategis ke 6 kota di wilayah Indonesia, yaitu Jakarta,
yaitu berada di antara Provinsi Jawa Tengah Denpasar, Balikpapan, Batam, Bandung, dan
dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabaya. Dari 6 kota yang terlayani tersebut
Dengan letak geografis yang berada diantara seat tersedia terbanyak adalah rute Jakarta,
dua provinsi tersebut tentu saja dukungan Batam, dan Balikpapan. Sementara itu
sarana dan prasarana transportasi udara Bandara Achmad Yani telah membuka
menjadi sangat memadai. Provinsi Jawa penerbangan ke 7 kota di Indonesia, yaitu
Tengah memiliki dua buah bandara berstatus Jakarta, Bandung, Surabaya, Batam, Denpasar,
internasional yang berdekatan dengan lokasi Banjarmasin, dan Pangkalan Bun. Seat
obyek wisata Borobudur, yaitu Bandara Adi tersedia terbanyak adalah rute penerbangan
Soemarmo Surakarta dan Bandara Achmad menuju kota Jakarta dan Denpasar. Pada
Yani di Semarang. Sementara untuk Bandara Tabel 5 tersaji data kota terlayani dan
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kapasitas seat tersedia untuk 3 bandara
terdapat Bandara Internasional Adisutjipto. terdekat dengan obyek wisata Candi
Dari ketiga bandara terdekat dengan Borobudur.
obyek wisata Candi Borobudur tersebut, telah
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata Prioritas Utama (Eny dan Yati) 75
Selanjutnya untuk proporsi kapasitas seat jumlah masuknya kunjungan wisman ke
tersedia pada tiga bandara terdekat dengan Indonesia melalui transportasi udara.
obyek lokasi wisata Candi Borobudur Selanjutnya seat tersedia kedua terbanyak di
disajikan pada Gambar 8, Gambar 9, dan Bandara Adisutjipto Yogyakarta dan Achmad
Gambar 10. Yani Semarang adalah penerbangan menuju
ke Bandara Ngurah Rai Denpasar yang
merupakan pintu utama masuknya jumlah
kunjungan wisman terbanyak pertama
(38,64%). Sementara untuk Bandara Adi
Soemarmo Solo tidak tersedia penerbangan
yang melayani penerbangan menuju ke
Bandara Ngurah Rai Denpasar, dengan
demikian penerbangan berikutnya yang
terbanyak selain menuju Jakarta adalah
penerbangan menuju kota Batam dan
Palembang
Berdasarkan data kunjungan wisnus
Gambar 8. Kapasitas Seat Tersedia di berdasarkan asal provinsi yang dikutip dari
Bandara Adisutjipto Yogyakarta Kemenpar, terdapat sepuluh besar provinsi
yang telah menguasai 78 % pangsa pasar
kunjungan wisnus, yaitu Jawa Barat, Jawa
Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten,
Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali,
Lampung, dan Riau. Sementara berdasarkan
rute domestik yang telah tersedia di tiga
bandara tersebut, telah mencakup ke sepuluh
provinsi asal wisnus tersebut. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa fasilitas
transportasi udara dalam menunjang
Gambar 9. Kapasitas Seat Tersedia di
kunjungan wisatawan domestik saat ini telah
Bandara Adi Soemarmo Solo
cukup dengan tersedianya penerbangan
direct ke 14 kota di Indonesia.
Selanjutnya untuk rute penerbangan
internasional yang terlayani di tiga bandara
tersebut adalah rute penerbangan
internasional menuju Kuala Lumpur Malaysia
dan Singapura. Dengan terbatasnya rute
internasional yang ada pada tiga bandara
tersebut, menjadi wajar bahwa kunjungan
wisman banyak melalui pintu masuk Bandara
Soekarno Hatta Jakarta dan Bandara Ngurah
Gambar 10. Kapasitas Seat Tersedia di Rai Denpasar. Sementara data asal kunjungan
Bandara Achmad Yani Semarang wisman yang dikutip dari Kemenpar
Kapasitas seat tersedia terbanyak di menunjukkan bahwa negara asal kunjungan
Bandara Adisutjipto Yogyakarta, maupun wisman terbesar yang berkunjung ke
Bandara Adi Soemarmo dan Achmad Yani Indonesia adalah Singapura, China, Malaysia,
yang terletak di Jawa Tengah, adalah Australia, Eropa dan Jepang. Kunjungan
penerbangan menuju Bandara Soekarno wisman yang berasal dari negara Singapura
Hatta Jakarta, yang merupakan pintu masuk mencapai 14,92 % dari total jumlah
utama kedua terbesar (22,69 %) berdasarkan
Dukungan Bandara Sekitar Terhadap Pengembangan Candi Borobudur Sebagai Destinasi Wisata 77
Prioritas Utama (Eny dan Yati)
DAFTAR PUSTAKA Duval, D., 2013. Critical issues in air transport
Badan Pusat Statistik, 2015. Statistik Daerah and tourism. International Journal of
Provinsi Jawa Tengah. Tourism Space, Place Environ. 15 (3),
494-510.
Berita Resmi Statistik, 2016. No.
45/07/33/Th.X, Provinsi Jawa Tengah. Forsyth, P., 2008. Tourism and aviation policy:
exploring the links. In: Graham, A. (Ed),
Bieger, T., Wittmer, A., 2006. Air transport and Aviation and Tourism Implication for
tourism-perspectives and challenges for Leisure Travel. Ashgate, Aldershot, pp.73-
destinantions, airlines, and governments. 82.
Jounal of Air Transport Management 12,
40-46. Fu, X., Oum, T.H., Zhang, A., 2010. Air
Transport Liberalization and its impacts
Campisi, D., Costa, R., Mancuso, P., 2010. The on airline competition and air passenger
effects of low cost airlines growth in Italy. traffic. Transport Journal, 49 (4), 24-41.
Mod. Econ.2010 (1), 59-67.
Kementerian Pariwisata, 2016. Rencana
Dieken, P.U.C. Button K.J. , 2011. Development Strategis 2015-2019, Kemenpar Republik
in air transport and tourism. Journal of Indonesia.
Air Transport Management 17 (3), 153-
154. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 29
Tahun 2014 tentang Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa
Tengah tahun 2015.
Building Smart System Aircraft Trajectory Prediction Based on ADS-B Data Using Kalman
Filter for Preventing Collision
Andri Bharata
Perum LPPNPI (Airnav Indonesia)
andri.bharata@airnavindonesia.co.id , andrihtp@gmail.com
Histori Artikel: Safety is the main aspect that the most concerned in the air transportation
Diterima: 23 November 2017 industry. Two of the elements that play important role in order to maintain
Direvisi: 12 Desember 2017 aviation safety are the ability of ATC personnel in navigating the aircrafts over
Disetujui: 30 Desember 2017 the Indonesia’s air space and the availability of air navigation facilities so that
Dipublikasi online: 31 Des 2017 an effective and safe air traffic management can be achieved.
The ability of ATC is absolutely a key factor in aviation business. The
Keywords: competent one, not only required to have decent knowledge and able to navigate
ADS-B, ATC, collision, kalman filter, and guide the aircrafts, but also have to be supported by adequate navigation
near miss, prediction, Smart system and facilities. As for enhancing the level of safety, smart system is offered
system, surveillance. as a tool to aid the ATC in making a decision to prevent the collision in the air.
Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADS-B) is one of the air
Kata kunci: navigation instruments which have high accuracy in surveilling the aircrafts
ADS-B, ATC, collision, kalman filter, movement. The information that are retrieved from ADS-B, such as positional
near miss, prediksi, sistem pintar, data (latitude, longitude and latitude) and speed, can assist the ATC to analyze
surveillance. the level of safety as well as the level of density of aircrafts in certain area.
Dalam mendukung keselamatan penerbangan, ATC yang bertugas di darat,
belum dilengkapi sebuah sistem peringatan bahaya seperti halnya TCAS yang
digunakan di pesawat. Sama halnya seperti TCAS, sistem pintar ini akan
memberi peringatan dini untuk mencegah terjadinya tabrakan. Selain itu,
sistem ini akan memberi peringatan berdasarkan hasil prediksi data live
pesawat, bukan ketika sudah pada posisi kemungkinan tabrakan seperti
halnya TCAS.
Sistem pintar prediksi trajektori merupakan sebuah sistem yang berfungsi
sebagai sistem bantuan yang dapat digunakan oleh ATC ketika sedang
mengawasi lalu lintas udara. Sistem pintar ini memprediksi posisi pesawat
selama beberapa waktu ke depan. Dengan hasil prediksi posisi oleh sistem ini,
akan diberikan early warning kepada ATC, jika prediksi posisi dua pesawat
atau lebih memungkinkan untuk terjadi tabrakan (collision) atau near miss.
Dengan adanya peringatan prediksi, ATC dapat mencegah kemungkinan
tabrakan dengan lebih cepat.
Sistem pintar menggunakan data ADS-B, yang merupakan salah satu
fasilitas navigasi penerbangan karena memiliki tingkat akurasi data yang
tinggi. Data ADS-B tersebut, diolah menggunakan metode Kalman Filter untuk
menghasilkan prediksi trajektori dengan tingkat error yang kecil. Kalman
filter sendiri banyak digunakan untuk mengolah dan memprediksi data-data
pergerakan yang linear, seperti pergerakan pesawat, pergerakan manusia,
pergerakan angin dan yang lainnya.
Perancangan Sistem Pintar Prediksi Trajektori Pesawat Menggunakan Data ADS-B dengan Metode
Kalman Filter untuk Mencegah Collision (Andri) 79
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.310.79-92
PENDAHULUAN Ketika penulisan, pembahasan serta
Situs Aviation https://aviation-safety.net analisis penelitian ini, perlu disampaikan
mencatat setidaknya ada 361 kejadian mid-air batasan-batasan masalah yakni:
collision (bertabrakan di udara) dan ribuan 1. Pesawat yang diamati adalah pesawat
kejadian insiden near miss (hampir yang sedang bergerak di udara
bertabrakan) sejak tahun 1922 hingga 2015, 2. Data pergerakan pesawat diudara berasal
baik untuk penerbangan sipil maupun militer. dari data ADS-B yang disimpan (data ADS-
Oleh karena itu, keselamatan penerbangan B Airnav Indonesia)
merupakan aspek utama yang perlu 3. Data yang digunakan adalah data
diperhatikan dalam dunia penerbangan. recording ADS-B (Asterix CAT21), belum
Untuk mencegah terjadinya mid-air menggunakan data live (data operasional)
collision dan near miss, adalah kecakapan ATC 4. Data ADS-B yang dianalisis adalah data
dan ketersediaan peralatan navigasi yang baik ADS-B per pesawat, sehingga tidak
yang sangat mempengaruhi. Selain memperlihatkan kemungkinan tabrakan.
kehandalan dan peralatan navigasi, ATC juga
sangat membutuhkan infomasi penerbangan TINJAUAN PUSTAKA
yang akurat dan terbaru. Sesuai dengan Peraturan Keselamatan
Pada saat ini, perkembangan sistem anti Penerbangan Sipil (P.K.P.S) Menteri
collision masih hanya diterapkan pada Perhubungan Republik Indonesia bagian 170,
pesawat yaitu TCAS. TCAS adalah sistem tujuan dari pelayanan lalu lintas udara adalah:
peringatan pada pesawat yang dirancang 1. Mencegah tabrakan antar pesawat.
untuk mengurangi kejadian tabrakan antar 2. Mencegah Tabrakan antar pesawat di area
pesawat. Sementara untuk perangkat di darat, pergerakan rintangan di area tersebut.
belum ada sistem yang digunakan oleh ATC 3. Mempercepat dan mempertahankan
yang memungkinkan ATC untuk melihat pergerakan lalu lintas udara.
adanya kemungkinan tabrakan. Padahal, ATC 4. Memberikan saran dan infomasi yang
juga memegang peranan yang cukup penting, berguna untuk keselamatan dan efisiensi
karena tugas ATC memantau pergerakan pengaturan lalu lintas udara.
pesawat di udara dan memiliki data 5. Memberitahukan kepada organisasi yang
pergerakan pesawat. berwenang dalam pencarian pesawat yang
Dilatar belakangi kejadian tersebut, memerlukan pencarian dan pertolongan
penelitian ini menawarkan sistem pintar sesuai dengan organisasi yang
(smart system) untuk membantu seorang Air dipersyaratkan.
Traffic Controller (ATC). Sistem pintar ini akan Faktor yang diperlukan untuk
menampilkan peringatan tabrakan dalam menciptakan dan menjamin keselamatan
bentuk prediksi trajektori pesawat. Prediksi penerbangan sipil di Indonesia yakni :
trajektori akan ditampilkan beberapa saat ke kecakapan seorang ATC dalam memandu
depan dengan informasi grafik, sehingga pesawat di wilayah udara Indonesia,
seorang ATC dapat mengambil keputusan tersedianya fasilitas peralatan navigasi yang
dengan cepat dan tepat apabila terjadi layak, tersedianya informasi penerbangan
kemungkinan dua pesawat akan mengalami yang terbaru untuk pihak-pihak yang
tabrakan. membutuhkan (airlines, bandara, Airnav,
Jika TCAS memberi peringatan apabila otoritas bandara).
jarak antar pesawat telah melewati batas
Kalman Filter
minimum, maka sistem pintar ini dirancang
Dalam proses prediksi, noise merupakan
untuk memberi peringatan bahkan sebelum
bagian penting yang harus diperhatikan. Noise
pesawat berada di posisi tersebut, karena
yang cukup besar nilainya dapat mengganggu
hasil sistem merupakan prediksi posisi
jalannya sistem prediksi. Oleh karena itu
beberapa saat ke depan.
untuk mendapatkan sinyal sebenarnya
Perancangan Sistem Pintar Prediksi Trajektori Pesawat Menggunakan Data ADS-B dengan
Metode Kalman Filter untuk Mencegah Collision (Andri) 81
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.310.79-92
tabrakan atau near miss, peringatan akan jarak pesawat terhadap peralatan,
diberikan kepada ATC. yang terdiri dari : non directional
1. Metode Pengumpulan Data beacon (NDB), VHF omnidirectional
range (VOR), distance measuring
Fasilitas Peralatan Navigasi
equipment (DME).
Fasilitas peralatan navigasi merupakan
sarana pendukung dalam dunia Automatic Dependent Surveillance -
penerbangan, yang dibagi menjadi dua Broadcast (ADS-B)
kelompok: ADS-B adalah teknologi pengawasan di
a. Peralatan pengamatan penerbangan mana pesawat terbang ditentukan
merupakan peralatan yang posisinya melalui navigasi satelit dan
memberikan infomasi keberadaan secara berkala menyiarkan posisi tersebut
objek atau pesawat di udara yang (dua kali perdetik), sehingga
terdiri dari : primary surveillance radar memungkinkan untuk dilacak.
(PSR), secondary surveillance radar Informasi posisi tersebut dapat
(SSR), air traffic control automation, diterima oleh radar stasiun kontrol yang
ADS-B dan ADS-C, advanced-surface dapat digunakan sebagai data radar
movement guidance and control system sekunder. Informasi posisi tersebut juga
(A-SMGCS), multilateral, global dapat diterima oleh pesawat lain untuk
navigation satellite system. memberitahukan informasi pesawat lain
b. Peralatan Rambu Udara Radio adalah di sekitarnya untuk menjaga jarak aman
fasilitas navigasi penerbangan yang antar pesawat, agar mencegah terjadinya
berfungsi memberikan signal collision dan near miss.
informasi berupa bearing (sudut) dan
Gambar 2. Sumber data ADS-B Airnav Indonesia Gambar 3. Decode data Asterix CAT21 ke data
Perancangan Sistem Pintar Prediksi Trajektori Pesawat Menggunakan Data ADS-B dengan
Metode Kalman Filter untuk Mencegah Collision (Andri) 83
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.310.79-92
Kalman Filter dan Covarian Matriks
Initial estimates
At k=0
The outputs at k will be the
input for k+1
Vyt Vy 0 at
Yt Y0 V0 y t 1 ayt 2
2 Pt 1 APt AT Qt 1 (1)
a (percepatan), Z t Z 0 V0disubstitusi
Persamaan z t 2 azt
1 2
Perancangan Sistem Pintar Prediksi Trajektori Pesawat Menggunakan Data ADS-B dengan
Metode Kalman Filter untuk Mencegah Collision (Andri) 85
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.310.79-92
memberikan peringatan apabila hasil Citilink CTV184 pada tanggal 30 agustus
prediksi trajektori dua pesawat atau lebih 2016.
kurang dari batas separasi minimal. Pada gambar di bawah, menunjukkan
contoh trajektori pesawat GIA328 dan
HASIL DAN PEMBAHASAN CTV184 dari ADS-B Airnav Indonesia.
Simulasi Sedangkan tabel 1 dan tabel 2 pada halaman
Simulasi data dilakukan pada dua pesawat lampiran, menunjukkan contoh data real
dengan penerbangan Garuda GIA328 dan pesawat GIA328 dan CTV184.
Gambar 4. Trajektori pesawat dari ADS-B Airnav Indonesia tanggal 30 Agustus 2016 GIA328
Jakarta-Surabaya
Gambar 5. Trajektori pesawat dari ADS-B Airnav Indonesia tanggal 30 Agustus 2016 CTV184 Surabaya-Jakarta
Gambar 8,9,10 dan 11 menunjukkan hasil tingkat errornya sangat kecil, maka pada
perbandingan antara trajektori real dengan gambar tersebut, hampir semua titik prediksi
trajektori prediksi. Pada keempat gambar berada tepat pada titik real, sehingga sebagian
tersebut, trajektori real ditandai dengan titik besar titik yang terlihat adalah titik data
biru, dan trajektori prediksi dengan titik prediksi.
oranye. Dengan hasil perbandingan yang
Perancangan Sistem Pintar Prediksi Trajektori Pesawat Menggunakan Data ADS-B dengan
Metode Kalman Filter untuk Mencegah Collision (Andri) 87
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.310.79-92
Nilai error trajektori real dengan prediksi
Gambar 12. Trajektori prediksi pesawat Citilink CTV184 dan Garuda GIA328
Berdasarkan Altitude (ketinggian)
Gambar 14. Trajektori prediksi pesawat Citilink CTV184 dan Garuda GIA328
Pada gambar 19, merupakan prototype dunia. Selain tanda merah yang akan
simulasi live pergerakan pesawat yang memberikan sinyal kemungkinan
terpantau di sekitar udara di atas laut jawa. bertabrakan, sistem pintar juga dapat
Terlihat dua pesawat bertanda merah. Tanda dirancang untuk mengeluarkan bunyi
ini akan terlihat, jika jarak antar pesawat peringatan agar ATC dapat mengambil
kurang dari jarak standar separasi minimum langkah pencegahan secepatnya.
yang ditetapkan oleh peraturan penerbangan
Perancangan Sistem Pintar Prediksi Trajektori Pesawat Menggunakan Data ADS-B dengan
Metode Kalman Filter untuk Mencegah Collision (Andri) 91
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.310.79-92
Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 79 - 92
92
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.310.79-92
WARTA ARDHIA
Jurnal Perhubungan Udara
Histori Artikel: Aircraft accidents can occur either on the air or the land, the accidents can occur
Diterima: 15 November 2017 inside or around the airport and also outside the airport. The aircraft accident inside
Direvisi: 11 Desember 2017 the airport that often happens is in the runway area when the plane take off or
Disetujui: 30 Desember 2017 landing. In this research will be discussed the incident of runway excursion that
Dipublikasi online: 31 Des 2017 investigated by KNKT during 2007-2016 period. The purpose of this study is to
identify and analyze the characteristics of runway excursion events investigated by
Keywords: KNKT. This study is a retrospective study of secondary data from aircraft accident
runway excursion, deskriptive reports collected by KNKT and the results are analyzed descriptively. The analysis
analysis, NTSC
show that the highest flying phase of runway excursion occurred in the landing phase
of 95 cases, with the highest occurrence was the incidence of veers off was 73 cases,
Kata kunci:
and the highest runway excursion type was AOC 121 of 48%. The most frequent area
runway excursion, analisa
deskriptif, KNKT of runway excursion accidents is the region of Papua was 38 cases. The analysis also
shows that the highest accidental runway excursion rate occurred in 2011, while the
lowest occurred in 2009.
Studi Penyebab Runway Excursion di Indonesia Berdasarkan Data Komite Nasiona Keselamatan
Transportasi (KNKT) Tahun 2007-2016 (Abadi Dwi Saputra) 95
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.305.93-104
Dari data kecelakaan pesawat terbang yang Waktu Kejadian
mengalami runway excursion selama kurun waktu
10 tahun dari tahun 2007 sampai 2016 ditemukan
bahwa tren kecelakaan pesawat terbang yang
mengalami runway excursion di Indonesia
berfluktuatif namun cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya, dimana kejadian
runway excursion tertinggi terjadi ditahun 2011
dan 2013 dengan jumlah kejadian 16 kasus,
sedangkan yang terrendah terjadi pada tahun 2008
dengan jumlah kejadian 5 kasus (sebagaimana
terlihat garis hitam pada Gambar 1 di atas).
Kategori Kecelakaan
Juli
Agustus
April
Maret
Juni
Oktober
Mei
September
Nopember
Desember
Hasil analisa berdasarkan Gambar 7 diatas 2013 sebesar 14 kasus, dan yang terendah terjadi
dapat dinyatakan bahwa tren kecelakaan runway pada tahun 2008 sejumlah 4 (empat) kasus, dimana
excursion saat pesawat akan mendarat atau pada yang dimaksud dengan pendaratan (landing),
saat pesawat berada pada tahap fase landing dari adalah bagian terakhir dari suatu penerbangan, di
tahun 2007 sampai dengan tahun 2016 cenderung mana suatu penerbangan pesawat terbang kembali
mengalami peningkatan, dengan kejadian tertinggi ke landas pacu (ICAO, 2006).
kecelakaan runway excursion terjadi pada tahun
Gambar 8. Jumlah dan Tren Kecelakaan Runway Excursion Saat Take off
Studi Penyebab Runway Excursion di Indonesia Berdasarkan Data Komite Nasiona Keselamatan
Transportasi (KNKT) Tahun 2007-2016 (Abadi Dwi Saputra) 99
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.305.93-104
Air Operator Certificate (AOC) merupakan Berdasarkan lokasi/wilayah kejadian
sertifikasi yang diberikan oleh otoritas terjadinya kejadian runway excursion pesawat
penerbangan nasional suatu negara dalam hal ini terbang di Indonesia menunjukkan bahwa pada
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Republik wilayah Papua terjadi 38 kasus atau 36,2% dari
Indonesia kepada operator pesawat udara/badan total kejadian runway excursion di Indonesia, hal ini
niaga penerbangan/sekolah penerbangan untuk disebabkan karena wilayah Papua terdapat
mengijinkan pengoperasian pesawat baik secara pegunungan dan pelatihan operasional pada
komersial maupun non komersial (pendidikan). wilayah pegunungan serta peta penerbangan di
Sertifikasi ini juga mengharuskan operator wilayah Papua belum up to date, di samping itu juga
pesawat untuk melengkapi sarana dan prasarana perubahan cuaca yang sangat ekstrim dan sulit
pendukung dalam pengoperasian pesawat tersebut diprediksi, dimana penerbang belum dibekali
di antaranya aset sumber daya manusia, sistem dengan pelatihan yang cukup memadai.
keselamatan, dan pesawat terbang. Sertifikasi ini
memuat daftar jenis pesawat dan registrasi yang Berat Pesawat/MTOW (Maximum Take Off
akan digunakan, untuk bidang dan tujuan apa Weight)
pesawat digunakan, dan area atau dibandara mana
saja yang bisa dioperasikan.
1%
Lokasi/Teritori Kecelakaan 15% Bellow 2.250 kg
38 51% 33% 2.250 kg - 5.700 kg
40
Above 5.700 kg
35
30 25 Blank
25
20 14 15
15
10 6 5
2
5 Gambar 12. Diagram Jumlah KecelakaanRunway
0 Excursion ditinjau dari Berat Pesawat/MTOW
(Maximum Take Off Weight)
Studi Penyebab Runway Excursion di Indonesia Berdasarkan Data Komite Nasiona Keselamatan
Transportasi (KNKT) Tahun 2007-2016 (Abadi Dwi Saputra) 101
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.305.93-104
Tabel 2. Laju Kecelakaan (rate of accident) karena runway excursion
Total Produksi
Tahun Jumlah Runway Excursion Laju Kecelakaan2
(Jam Terbang)
2007 510.137 6 1.18
2008 477.556 5 1.05
2009 753.425 6 0.80
2010 671.204 8 1.19
2011 871.096 16 1.84
2012 1.060.234 12 1.13
2013 1.195.377 16 1.34
2014 1.182.192 11 0.93
2015 1.216.829 12 0.99
20161 - 13 -
Sumber: database KNKT, 2016
Keterangan:
1 Kemenhub (2016), Tahun 2016Dephub belum menyajikan data jam terbang tahun 2016
2 Laju kecelakaan ((jumlah kecelakaan/jumlah produksi jam terbang)x100.000).
Studi Penyebab Runway Excursion di Indonesia Berdasarkan Data Komite Nasiona Keselamatan
Transportasi (KNKT) Tahun 2007-2016 (Abadi Dwi Saputra) 103
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.305.93-104
6. Merekomendiasikan kepada seluruh ICAO. (2006).Phase of Flight Definitions and
operator penerbangan untuk menentukan Usage Notes Version 1.0.1. International
kriteria atau Standard Operating Civil Aviation Organization. Montreal.
Procedure (SOP) tentang go around serta Canada.
Rejected Take Off (RTO).
7. Merekomendasikan untuk melakukan ICAO. (2008). Aviation Occurrence Categories
recurrent windshear training harus Definitions and Usage Notes Version 4.1.4.
dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun sekali International Civil Aviation Organization.
(CASR 135.431). Montreal. Canada.
8. Merekomendasikan kepada Air Traffic KNKT. (2012). Evaluasi Data Kecelakaan Dan
Controller (ATC) untuk memberikan Investigasi Komite Nasional Keselamatan
perubahan keadaan yang dapat Transportasi Tahun 2007-2012. Tidak
dipublikasikan.
mengganggu stabilized approach kepada
pilot seawal mungkin (perubahan arah KNKT. (2016). Data Kecelakaan Transportasi
angin headwind menjadi tailwind). Udara tahun 2007 – 2016. Komite Nasional
9. Diperlukan standar dan sertifikasi keselamatan Transportasi. Indonesia.
kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) Tidak Dipublikasikan.
dalam hal ini pelaksana pemeliharaan
landasan yang dikeluarkan oleh pihak Mustopo, W. I. (2011).Keselamatan
Penerbangan dan Aspek Psikologis
otoritas bandara.
“Fatigue”.Jurnal Pisikobuana. Vol. 3, No. 2.
Analysis of the Effect of Displaced Runway Holding Position toward Runway Occupancy
Time and Runway Capacity (Case Study: Juanda International Airport)
Histori Artikel: The number of passengers, cargo and aircraft movements at Juanda
Diterima: 24 November 2017 International Airport has increased over the past 5 years with the average of
Direvisi: 11 Desember 2017 passenger growth 7.7% per year, 2.3% of cargo and 6.3% per year for aircraft
Disetujui: 30 Desember 2017 movements. With this increase the airport operator is required to increase the
Dipublikasi Online: 31 Des 2017 capacity of the airport from both side of landside and air side. Capacity is an
important parameter of an airport's performance. Juanda International Airport
Keywords: has single runway with a capacity of 33 aircraft/hour (Airnav Indonesia, 2015). The
displaced runway holding position, defect of taxiway surface prompted the airport management to displace the runway
runway capacity, runway holding position on the taxiway N1 to the taxiway NP2 with the distance of 275 m
occupancy time
from threshold runway 10. This study aims to determine the effect of that
displacement to runway occupancy time and runway capacity by using DORATASK
Kata kunci:
kapasitas runway, pergeseran Method. The result of study shows that the displacement of runway holding position
runway holding position, runway has effected runway occupancy time. Mean Runway Occupancy Time (MROT) is
occupancy time obtained 105,35 second for runway 10 and 96,65 second for runway 28. From the
calcuation obtained that Declared Runway Capacity (DCR) is 30 movement/hour,
that is decreasing 3 movement/hour after the displacement.
Analisis Pengaruh Pergeseran Runway Holding Position terhadap Runway Occupancy Time dan
Runway Capacity (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Juanda), (Cahyaning dan Ervina) 105
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.311.105-116
PENDAHULUAN Runway Holding Position ke pararel taxiway
Transportasi udara di Indonesia telah NP2 sejauh 275 m dari threshold runway 10
mengalami perkembangan yang sangat pesat (PT. Angkasa Pura I Cabang Bandara Juanda).
dalam satu dekade terakhir. Pemicu pesatnya Dengan mitigasi tersebut maka pesawat tidak
perkembangan tersebut antara lain adalah berhenti di taxiway N1 sehingga beban yang
adanya konsep Low Cost Carrier yang telah diterima permukaan taxiway tidak sebesar
merubah aturan main dalam industri apabila pesawat berhenti dan kemudian
penerbangan. Salah satu bandara di Indonesia melakukan thrust di taxiway N1. Pergeseran
yang mengalami pertumbuhan jumlah posisi Runway Holding Position ini
penumpang yang cukup signifikan adalah menyebabkan jarak antara titik di mana
Bandara Juanda. pesawat menunggu clearance dari Air Trafict
Dengan pertumbuhan penumpang yang Controller untuk memasuki runway terhadap
semakin pesat, maka pergerakan di sisi udara runway threshold menjadi lebih jauh.
dan sisi darat bandara semakin padat, Penelitian ini akan menganalisis pengaruh
sedangkan kapasitas sisi darat dan sisi udara yang ditimbulkan dari adanya pergeseran
mempuyai keterbatasan dalam melayani runway holding position tersebut terhadap
pergerakan pesawat dan penumpang. runway occupancy time di Bandar Udara
Dampak dari ketidakseimbangan antara Juanda Surabaya. Kemudian dilakukan analisa
kondisi eksisting dengan kapasitas riil adalah perhitungan kapasitas runway menggunakan
sering terjadi antrian baik di sisi darat metode DORATASK. Model ini digunakan oleh
maupun di sisi udara. Tidak hanya itu, Biro Riset dan Analisis Operasional Inggris
penundaan jadwal keberangkatan dan untuk memperkirakan kapasitas sektor ATC
kedatangan pesawat menimbulkan efek (DORA Interim Report 8818), untuk sektor
domino untuk penerbangan berikutnya terminal (DORA Interim Report 8916) dan
karena dipastikan akan merembet ke semua untuk mengkalibrasi model simulasi untuk
rute yang terkait (Pudjobroto, 2014). dua sektor rute dari London ACC DORA
Keterbatasan fasilitas ini diperparah Report 8927. Penelitian ini menggunakan
dengan adanya kerusakan fasilitas sisi udara metode DORATASK karena model ini cukup
yang sering terjadi di Bandar Udara Juanda. sesuai untuk studi kapasitas sektor ATC.
Tercatat dari tahun 2014 sampai dengan 2016 Selain itu metode ini juga digunakan oleh
telah terjadi beberapa kali kerusakan runway Airnav Indonesia sebagai manual dalam
dan taxiway (PT. Angkasa Pura Cabang perhitungan runway capacity diseluruh
Bandara Juanda dan Kantor Otoritas Bandara bandara di Indonesia.
Wilayah III). Kerusakan runway di Bandara
Juanda diatasi dengan pekerjaan overlay TINJAUAN PUSTAKA
runway yang saat ini sedang berjalan. Fasilitas suatu bandara dibagi atas dua
Sedangkan kerusakan struktur perkerasan bagian utama yakni sisi darat (land side) dan
taxiway N1 belum bisa diatasi oleh pihak sisi udara (air side). Komponen sisi udara
pengelola bandara. Dalam hal ini taxiway N1 terdiri dari runway, exit taxiway, holding pad,
tidak bisa menerima beban pesawat jenis taxiway system dan apron-gate area
tertentu apabila berhenti di runway holding (Horeonjeff dan McKelvey, 2010). Dalam
position. Terjadi beberapa kejadian pesawat CASR (Civil Aviation Safety Regulation) part
yang akan memasuki runway dari taxiway N1 139 dinyatakan bahwa runway adalah suatu
mengalami insiden ambles pada saat berhenti daerah persegi empat yang ditetapkan pada
di runway holding position taxiway N1 Bandar Udara yang dipersiapkan untuk
dikarenakan adanya penurunan permukaan kegiatan pendaratan (landing) dan lepas
perkerasan. Mitigasi yang dilakukan oleh landas (take-off) pesawat udara.
pihak bandara terhadap insiden yang terjadi Dalam buku Airport Engineering (Norman
adalah dengan mereposisi/menggeser J. Ashford, dkk, 2011) dijelaskan bahwa kunci
Gambar Error! No text of specified style in document.. Fasilitas Sisi Udara Bandara Juanda
Sumber: Google Maps
Analisis Pengaruh Pergeseran Runway Holding Position terhadap Runway Occupancy Time
dan Runway Capacity (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Juanda),
(Cahyaning danErvina)
107
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.311.105-116
runway melalui runway holding position (t0) (ROTT) dan landing (ROTL) kemudian
hingga melewati batas imajiner threshold direkapitulasi dan dikategorisasi hingga
runway (t1). mendapatkan 1 (satu) nilai tunggal untuk
masing-masing kategori pesawat pada
masing-masing runway.
Data sekunder pergerakan pesawat (take
off dan landing) selama 1 (satu) minggu dapat
digunakan untuk menghitung persentase
Gambar 2. Runway Occupancy Time Take Off
penggunaan runway berdasarkan kategori
pesawat (MIX). Sedangkan data pergerakan
pesawat selama 1 (satu) tahun dapat
Sedangkan ROTL di dihitung ketika
dipergunakan untuk menentukan persentase
pesawat melewati batas imajiner threshold
penggunaan kedua ujung runway.
(t0) hingga meninggalkan runway (t1).
Analisis Data
Analisis pada penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh hasil perhitungan runway
occupancy time Bandara Internasional Juanda
dan analisa dampak pergeseran runway
holding posisition di N1 terhadap runway
Gambar 3. Runway Occupancy Time Landing capacity. DORATASK merupakan model
analitis yang didasarkan pada simulasi waktu
Survei pencarian data primer dilakukan (fast-time simulation) yang memberikan
pada saat jam puncak (peak hours). Jam contoh yang jelas dan perhitungan logis. Dari
puncak (peak hours) merupakan waktu metode ini diperoleh Theoritical Runway
dimana terdapat volume pergerakan pesawat Capacity/TRC. Adapun nilai kapasitas runway
terbanyak dalam satu periode waktu tertentu. secara teori adalah nilai kapasitas dengan
mempertimbangkan ROT, waktu terbang dan
Jam puncak yang digunakan adalah jam
separasi yang diberikan.
puncak harian. Sedangkan data sekunder
adalah data yang diperoleh dari pihak lain, Langkah-langkah Perhitungan
tidak langsung didapatkan dari subjek
Runway Capacity dengan
penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan
Menggunakan Metode DORATASK
sekurang - kurangnya adalah :
1. Data pergerakan pesawat ± selama 1 Langkah 1
minggu. Pengumpulan data Runway occupancy
time (ROT) ketika take off (ROTT) dan landing
2. Data penggunaan runway ± selama 1
(ROTL).
tahun.
Langkah 2
3. Data spesifikasi bandara.
Menghitung waktu rata–rata aritmatika
4. Prosedur lokal (SOP ATS).
ROT berdasarkan kategori pesawat
Data sekunder diperoleh data instansi- (Arithmetical Mean Runway Occupancy
instansi terkait. Untuk mempertajam akurasi Time/AMROT).
data, data dikumpulkan dari 3 (tiga) instansi
Langkah 3
yaitu PT. Angkasa Pura I Cabang Bandara
Data sekunder pergerakan pesawat
Juanda, Airnav Indonesia Cabang Surabaya
selama 1 minggu digunakan untuk
dan Kantor Otoritas Bandara Wilayah III
menghitung persentase penggunaan runway
Surabaya. berdasarkan kategori pesawat.
Pengolahan Data Langkah 4
Pengolahan data menggunakan Nilai Runway Occupancy Times setiap
pendekatan kuantitatif. Data primer dan data kategori pesawat (langkah 2) dikalikan
sekunder yang sudah diperoleh dimasukkan dengan Mix Index setiap kategori pesawat
kedalam rumusan yang terdapat dalam (langkah 3) dan dimasukan dalam persamaan.
metode DORATASK. Dari pengumpulan data
Runway occupancy time (ROT) ketika take off
Analisis Pengaruh Pergeseran Runway Holding Position terhadap Runway Occupancy Time
dan Runway Capacity (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Juanda),
(Cahyaning danErvina)
109
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.311.105-116
Nilai DRC yang didapat pada langkah 16 dari permasalahan yang ada.
adalah nilai 100%, untuk keperluan publikasi
nilai kapasitas dapat menggunakan nilai 90 HASIL DAN PEMBAHASAN
s/d 80% sesuai dengan kebijakan manajemen Runway capacity Bandar Udara Juanda
dan keperluan operasional (Airnav Indonesia, sebelum runway holding position digeser
Manual Perhitungan Kapasitas Runway Edisi adalah 33 pesawat/jam. Posisi awal runway
ke-2). holding position di taxiway N1 adalah 90 m
Dari hasil dari analisis tersebut kemudian dari threshold runway 10.
dilakukan evaluasi untuk memberikan solusi
Perhitungan runway occupancy time (ROT) pesawat melewati runway holding position di
diperoleh dari survei pergerakan pesawat taxiway NP2 (runway holding position yang
yang take off dan landing selama 7 hari sudah digeser sejauh 275 dari threshold
berturut-turut pada waktu peak hour. Rata- runway 10). Perhitungan ROT dari runway
rata pergerakan pada saat peak hour adalah holding position di NP2 inilah yang nantinya
28 pergerakan/jam. Perhitungan ROT take off akan digunakan untuk perhitungan runway
(ROTT) pada runway 10 dimulai pada saat capacity eksisting.
Tabel 2. Hasil yang diperoleh berdasarkan Tabel 5. Hasil yang diperoleh berdasarkan
perhitungan data ROTT runway 28 perhitungan data ROTL runway 28
Cat Total ROTT n ACFT MROTT Cat Total ROTL n ACFT MROTL
A 628 5 125,600 A 122 2 61,000
B 564 5 112,800 B 246 4 61,500
C 1971 16 123,188 C 1296 19 68,211
D 5363 41 130,805 D 2698 40 67,450
Analisis Pengaruh Pergeseran Runway Holding Position terhadap Runway Occupancy Time
dan Runway Capacity (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Juanda),
(Cahyaning danErvina)
111
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.311.105-116
Tabel 6. Estimating Aircrfat Mix runway 10 (tabel 8 dan 9). Kemudian hasilnya
Cat SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU MINGGU TOTAL MIX diakumulasikan.
A 20 22 10 4 18 24 25 123 4.247 Selanjutnya dilakukan perhitungan
Physical Capacity (PCR) per runway selama 1
B 53 49 47 51 52 35 48 335 11.568
(satu) jam dan diubah ke detik.
C 157 154 152 158 155 101 151 1028 35.497
D 209 207 206 219 217 151 201 1410 48.688 Tabel 10. Perhitungan Physical Capacity (PCR) per
TOTAL 439 432 415 432 442 311 425 2896 Runway
PCR
Perhitungan estimating aircraft mix Formula
Rwy 10 Rwy 28
didasarkan pada jumlah pergerakan pesawat
PCR =
selama 1 (satu) minggu. Dari masing-masing 34,172 37,247
3600/MROT
kategori pesawat dihitung persentasenya
terhadap pergerakan total pesawat untuk
Data pergerakan pesawat selama 1 (satu)
runway 10 dan runway 28.
tahun digunakan untuk menghitung kapasitas
fisik aerodrome (Physical Capacity /APC).
Tabel 7. Estimating Aircrfat Mix runway 28
Persentase pembobotan dihitung pada tiap
Cat SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT SABTU MINGGU TOTAL MIX runway walaupun pada akhir penghitungan
A 4 6 8 14 7 0 0 39 1.653 akan dianalisa menjadi 1 nilai runway.
B 25 23 31 23 23 22 0 147 6.229
Tabel 11. Aerodrome physical capacity (APC)
C 192 187 178 196 175 196 0 1124 47.627
% Utilisasion APC
D 168 167 175 175 174 191 0 1050 44.492 Formula RWY PCR
(UP) Pergerakan Ʃ Pergerakan
TOTAL 389 383 392 408 379 409 0 2360
APC= E (PCRrwyx . 10 34.172 88.165 3,012.748 34.535
Mean Runway Occupancy Time (MROT) %UTILrwyx)/100 28 37.247 11.835 440.801
diperoleh dari hasil akumulasi perkalian
antara AMROT dengan MIX. Langkah berikutnya adalah menghitung
rata – rata kecepatan pendekatan pesawat
Tabel 8. Mean Runway Occupancy Time (MROT) antara Outer Marker dan Threshold (Mean
runway 10 speed in the Final approach/MV) dari data
MROT waktu terbang antara Outer Marker/Final
Cat AMROT Time Ʃ Time
(sec) MIX (sec) (sec)
Approach Segment/poin referensi dan
A 131,313 4,247 5,577 threshold. Pada penelitian ini kecepatan
B 108,056 11,568 12,500 105,351 pendekatan pesawat dihitung dari outer
C 102,857 35,497 36,511 marker sampai dengan threshold karena
D 104,262 48,688 50,763 tersedianya fasilitas outer marker di Bandara
Juanda.
Tabel 9. Mean Runway Occupancy Time (MROT)
runway 10 runway 28
Tabel 12. Perhitungan Mean Speed in the Final
MROT
Approach (MV)
Cat AMROT Time Ʃ Time
RWY MV
(sec) MIX (sec) (sec)
10 3,896 nm/s 0,039 kt
A 93,300 1,653 1,542
28 4,177 nm/s 0,042 kt
B 87,150 6,229 5,428 96,652
C 95,699 47,627 45,579
D 99,127 44,492 44,103
Metode Doratask menerapkan
kemungkinan memasukan pesawat take-off
Nilai Runway Occupancy Times setiap diantara 2 pesawat landing tanpa
kategori pesawat (tabel 1,2,4 dan 5) dikalikan mempengaruhi RSM (Regulatory Separation
dengan Mix Index setiap kategori pesawat Minima) yang ada. Dengan memperkirakan
Ashford, N.J. (2011), Airport Engineering Mikio Takebayashi (2010). The runway
planning, design, and development of 21st capacity constraint and airlines’ behavior:
century airports, Fourth Edition, United Choice of aircraft size and network design.
State of America, John Wiley and Sons, Inc Elsevier.
CASR (Civil Aviation Safety Regulation) part Pudjobroto (2014). Analisis Dampak Delay
139: Aerodrome. Pada Rute Penerbangan.
Cem Cetek, Ertan Cinar, Fulya Aybek and Qing Liu, Tongshui Wu, Xianfei Luo (2011). A
Aydan Cavcar. (2013). Capacity and delay space-time network model based on
analysis for airport manoeuvering areas improved genetic algorithm for airport
using simulation. Aircraft Engineering and taxiing scheduling problems.
Aerospace Technology.
Trani Antonio A. (2003). Review of Airport
Runway Capacity. Virginia: Author.
Analisis Pengaruh Pergeseran Runway Holding Position terhadap Runway Occupancy Time
dan Runway Capacity (Studi Kasus: Bandar Udara Internasional Juanda),
(Cahyaning danErvina)
115
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.311.105-116
Warta Ardhia, Volume 43 No. 2 Desember 2017, hal 105 - 116
116
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.311.105-116
WARTA ARDHIA
Jurnal Perhubungan Udara
Wing in Surface Effect Craft Adaptive Neural Networks Flight Control System in Low
Altitude
Histori Artikel: The surface effect flight adaptive flight control system design has been
Diterima: 9 November 2017 analyzed by root locus method and gain scheduling on Tune PID controller in the
Direvisi: 30 Desember 2017 low speed, V and surface effect altitude, h. The several parameters in the Single
Disetujui: 30 Desember 2017 Input Single Output (SISO) system that has been analyzed and gave the good
Dpublikasi online: 31 Des 2017
level stability.
The verification of the adaptive flight control system on this paper has
keywords:
root locus, tune pid controller, been done during cruise phase by using back propagation computational
surface effect, lippisch, back technique on the neural networks by using the elevator deflection, δe as input
propagation control and pitch angle, θ as output response in the longitudinal mode of WISE
L8. The pitch angle, θ as output response is easier than others parameter due to
Kata kunci: the hardware instrument sensory as feedback on the closed loop of adaptive
root locus, kontroler tune pid, efek
control system as Pitch Attitude Hold.
permukaan, lippisch, back
propagation
Rancangan sistem kendali terbang adaptif efek permukaan telah
diananlisis sebelumnya dengan menggunakan metoda root locus dan gain
scheduling pada kontroler Tune PID pada ketinggian, h dan kecepatan, V di
surface effect. Beberapa parameter pada sistem Single Input Single Output
(SISO) telah dianalisis dan memberikan respons stabilitas dengan berbagai
tingkatan kestabilan yang lebih baik.
Verifikasi sistem kendali terbang adaptif yang dilakukan pada tulisan
ini menggunakan metoda neural networks dengan komputasional back
propagation terhadap parameter defleksi elevator, δe sebagai input dan
defleksi sudut pitch, θ sebagai respons output pada gerak matra longitudinal
pesawat WISE L8. Hal ini disebabkan, parameter sudut pitch, θ sebagai
respons output yang mudah dalam hal pemasangan peralatan instrumentasi,
sebagai sensor yang digunakan dalam perancangan sistem umpan balik
kendali terbang adaptif sebagai Pitch Attitude Hold.
Sistem Kendali Terbang Adaptif Neural Networks Pesawat Efek Permukaan di Ketinggian Rendah
(Sayuti, Eko, Subchan, dan Erwandi) 117
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.303.117-124
PENDAHULUAN nilai 1.0 pada metoda kontroler Tune PID,
Saat ini, berkembang sistem kendali seperti diuraikan (Syamsuar, 2017).
sebagai metoda sistem kontrol didasarkan Penggunaan teknik gain scheduling pada
pada konsep persamaan non linier, di mana respons waktu (t) memperlihatkan terjadinya
dinamika lingkungan tergantung waktu (t) proses otomatisasi dalam pemilihan
yang dimodelkan oleh strategi pemetaan penguatan KI, KD dan KP pada daerah stabil.
input-output yang dikenal dengan nama Dasar teori berikut ini sebagai aplikasi tahap
algoritma Artificial Neural Networks (ANN). lanjut menggunakan metoda neural networks.
Model kontrol invers non linier merupakan
salah satu pendekatan yang tergantung pada Program Neural Networks
kemampuan invers dari model plant. Artificial Neural Networks (ANN)
Tujuan neural networks mempunyai merupakan sebuah sistem yang mengadopsi
kemampuan memodelkan sistem non linier, cara kerja sistem jaringan saraf pada makhluk
termasuk invers yang digunakan sebagai hidup. Jaringan saraf pada makhluk hidup
kontroler yang dibutuhkan oleh sistem memiliki kemampuan menerima impuls yang
kendali terbang adaptif, sehingga random dari sensor pada tubuh, kemudian
memungkinkan berlanjut ke tahap impuls tersebut masuk ke dalam jaringan
pembuatan sistem micro controller yang saraf dan disampaikan ke otak dan
bekerja secara lebih cepat. Data pembelajaran dikembalikan hasil keluaran sebagai respons.
sebagai dasar sistem kontrol, maka perlu Jaringan saraf makhluk hidup terdiri dari
dibuat kumpulan data digital input dan digital banyak sel. Ketika impuls masuk ke jaringan
output dari proses, sehingga pergerakan saraf, kemudian impuls tersebut disalurkan
defleksi elevator, δe selalu diikuti oleh ke dalam neuron yang lain dengan cara
pergerakan respons output seperti mengaktivasikan neuron tujuannya. Maka,
perubahan sudut pitch, θ. Data awal tersebut terjadilah interaksi imbal balik secara terus
diambil dari komputasional stabilitas sistem menerus. Jaringan saraf pada makhluk hidup
lingkar terbuka yang telah dianalisis memiliki jumlah yang sangat banyak,
menggunakan metoda kontroler Tune PID dan sehingga sangat sulitdalam pemodelan.
root locus (Syamsuar, 2017). Cara kerja jaringan saraf mulai saat
Manfaat: metoda neural networks yang menerima input yang berbentuk impuls
digunakan di sini memanfaatkan data awal sampai menghasilkan output yang berupa
hasil simulasi sebagai pembelajaran dari respons, seperti terlihat pada Gambar 1.
sistem SISO pada fine tuning. Data input yang
digunakan dan data respons output, dihitung
secara bertahap. Metoda ini akan mengalami
kegagalan, apabila sistem yang diamati tidak
mencapai minimum error MSSE (Mean Sum
Square Error) lebih kecil dari 10-7.
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai latar belakang sebelumnya,
analisis kestabilan menggunakan metoda root
locus ditinjau dari pergerakan locus dari pole
ke zero yang terletak di sebelah kiri sumbu
imajiner sebagai daerah stabil, dan respons Gambar 1. Jaringan Saraf Manusia
step menggunakan input defleksi elevator, δe (Priandana et al., 2015)
mempunyai kurva yang berimpit mendekati
Gambar 3. Diagram alir pembuatan piranti lunak dengan metoda neural networks.
Gambar 5. Ilustrasi artificial neural networks dengan teknikback propagation (Priandana et al., 2015).
Nilai pembobotan yang valid dari suatu layer dengan output. Pembobotan antara
sistem, apabila dilakukan iterasi yang dikenal input dengan hidden layer direpresentasikan
dengan nama komputasi maju dan komputasi dengan kumpulan nilai v11 hingga vij, di mana i
mundur. Pada komputasi maju dihasilkan menyatakan jumlah input dan j menyatakan
output, kemudian dikomparasikan dengan jumlah hidden layer. Pembobotan antara
target yang ingin dicapai. Besar deviasi yang
hidden layer dengan output direpresentasikan
terjadi digunakan untuk memperbaiki
dengan nilai w1k sampai wjk di mana k
kembali pembobotan dengan cara komputasi
balik. Iterasi tersebut dilakukan secara menyatakan jumlah output. Perhatikan
simultan, sehingga total error mencapai nilai Gambar 7.
lebih kecil dari nilai toleransi MSSE.
Identifikasi Plant
Pada Gambar 6, terlihat identifikasi dengan
menggunakan 6 buah input meliputi x(k), x(k-
1), x(k-2), y(k-1), y(k-2), y(k-3) dan jumlah
output sebanyak 1 buah yaitu:
x̂
Sistem Plant
y
Sistem Invers x̂
Goodwin, G. C., and K. S. Sin. (1984), Adaptive Priandana, K. and B. Kusumoputro. (2015),
Filtering Prediction and Control, Prantice Development of Self Organizing Maps
Hall, New Jersey Neural Networks Based Control System for
a Boat Model, Department of Electrical
Grupe, D. (1984), Time Series Analysis, Engineering, Faculty of Engineering,
Identification and Adaptive Filtering, Universitas Indonesia, Indonesia, Depok,
Robert E. Krieger Publishing Company, West Java, Journal of Telecommunication,
Malabar, Florida Elctronic and Computer Engineering, e-
ISSN 2289-8131, Vol. 9 No. 1-3
Hassan, M. Y. (2012) Adaptive Control for the
4 th. Class of Control Engineering in the Syamsuar, S. (2016), The Hump Drags During
Control and Systems Engineering, Hydro Planing And Aerodynamic Lift
Department at the University of During Cruise in Surface Effect Altitude Of
Technology CCE CN445 Wing In Surface Effect Craft, Jurnal Warta
Ardhia Perhubungan Udara, ISSN 0215-
Muhammad, H. (2005), Laporan Akhir, Desain 9066, Kementerian Perhubungan, Badan
Konfigurasi, Preliminary Design, Part I-A: Penelitian dan Pengembangan, Volume 42,
Nomor 2, hal (71- 77), Jakarta.
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan
Konektivitas antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar
Udara
The airport is one of the transportation nodes that has important role in organizing intermodal
Histori Artikel: transportation especially for air transportation, road transportation, and rail transportation.
Diterima: 23 November 2017 Nowadays, one of mass transit modes in Yogyakarta and Solo is train (Prameks and Sidomukti line) that
Direvisi: 4 Desember 2017 serves passengers from Yogyakarta Tugu station to Solo Balapan station. Meanwhile, Adi Sutjipto
Yogyakarta airport has land limitation to develop the airport in serving at least 7,2 million pax/year
Disetujui: 30 Desember 2017 for its passenger traffic. Regarding this problem, it needs strategic actions in order to get appropriate
Dipublikasi online: 31 Des 2017 and fast solution. One of the solutions is offering optimization of secondary airport. Adi Sumarmo Solo
airport is the nearest airport to Adi Sutjipto airport that can be optimized for accommodating
passenger traffic from and to Yogyakarta. This option is also supported by airport train development
Keywords: that eases passenger connectivity between Adi Sumarmo airport and Adi Sutjipto airport. The purpose
airport train, airport optimization, of this research is to measure the optimization level of Adi Sumarmo Solo airport through airport train
air passenger behavior, connectivity that has been planned. Using stated preference approach technique and ServQual analysis,
this research will identify air passenger behavior for airport train. The result of the research shows the
connectivity, intermodal majority respondents (91%) stated agree for airport train option as transportation mode from/to Adi
transportation Sucipto airport, 65% respondents stated willing to pay Rp 20.000 - Rp 40.000 as maximum tariff. Besides
that, ServQual analysis shows the main priority for respondents toward airport train services is time
variable. Furthermore, this research is expected to be consideration for stakeholders and give impact
Kata kunci: for the objective of National Transportation System (SISTRANAS) policy in achieving effective and
kereta api khusus bandara, efficient transportation services through some indicators that are accessibility, integration, affordable
optimasi bandara, perilaku tariff, and high utility.
penumpang pesawat, konektivitas,
Bandar udara merupakan salah satu simpul transportasi yang memiliki peran penting dalam
integrasi moda
penyelenggaraan transportasi antarmoda khususnya antara moda udara, jalan dan rel. Saat ini salah
satu sarana angkutan umum massal yang dimiliki kota Yogyakarta dan Solo adalah Kereta api
Prameks dan Sidomukti yang melayani pergerakan penumpang dari stasiun Tugu Yogyakarta
menuju Stasiun Solo Balapan. Sementara Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta saat ini memiliki
keterbatasan lahan untuk pengembangan bandara dalam melayani pergerakan penumpang pesawat
yang telah mencapai 7,2 juta penumpang/tahun. Dengan permasalahan tersebut tentu perlu diambil
langkah strategis guna mendapatkan solusi yang cepat dan tepat. Salah satu alternatif solusi yang
dapat dilakukan adalah menawarkan opsi dengan mengoptimalkan bandara terdekat (secondary
airport). Bandara Adi Sumarmo Solo merupakan bandara terdekat dengan Bandara Adi Sutjipto yang
memungkinan untuk dioptimalkan agar dapat menampung lonjakan pergerakan penumpang dari
dan menuju Yogyakarta. Hal tersebut juga didukung dengan telah dimulainya pembangunan kereta
api bandara khusus yang memudahkan akses pergerakan penumpang pesawat di Bandara Adi
Sutjipto menuju Bandara Adi Sumarmo. Dilatarbelakangi dengan permasalahan tersebut penelitian
ini bertujuan untuk mengukur tingkat optimasi Bandara Adi Sumarmo Solo melalui indikator
konektivitas Kereta Api Khusus Bandara yang tengah dicanangkan. Dengan menggunakan teknik
pendekatan stated preference dan ServQual Analysis penelitian ini bermaksud untuk melihat air
passenger behavior dengan akan diadakannya kereta api khusus bandara. Hasil penelitian
menunjukan mayoritas responden (91%) menyatakan setuju dengan alternatif KA Bandara sebagai
alat transportasi dari/menuju Bandara Adi Sutjipto dan 65 % responden menyatakan bersedia
membayar tarif maksimal sebesar Rp 20.000-Rp 40.000. Sementara hasil analisa ServQual prioritas
utama responden terhadap layanan kereta api khusus bandara adalah variabel waktu.
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 125
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
PENDAHULUAN kapasitas mencukupi, teratur, lancar, cepat,
Bandar udara merupakan salah satu mudah dicapai, tepat waktu, aman, nyaman,
simpul transportasi yang memiliki peranan tertib, tarif terjangkau dan dengan tingkat
penting dalam penyelenggaraan transportasi polusi yang rendah, sementara indikator
antarmoda khususnya antara moda udara, penyelenggaraan transportasi yang efisien
moda jalan dan moda rel. Transportasi berarti beban publik rendah dan utilitas tinggi
antarmoda sendiri dapat diartikan sebagai dalam jaringan transportasi nasional
suatu sistem yang menghubungkan moda (Permenhub, 2005). Sasaran Sistranas
transportasi yang berbeda seperti darat, tersebut sejalan dengan konsep Presiden RI
udara, laut, dan kereta yang memfasilitasi Joko Widodo yang disampaikan dalam
penumpang untuk menyelesaikan peletakkan batu pertama (groundbreaking)
keseluruhan perjalanannya dengan pembangunan rel kereta api Bandara
menggunakan lebih dari satu moda (Zhang & Internasional Adi Sumarmo sepanjang 13,5
Hansen, 2008). Integrasi antarmoda terdiri km pada bulan April 2017, yang
dari lima (5) kategori yaitu integrasi fisik, mengharapkan konsep pengelolaan
jaringan transportasi, tarif, informasi dan antarmoda transportasi nantinya
institusi atau administrasi (Luk & Olsewski, mempermudah aksesibilitas layanan
2003). Saat ini salah satu sarana angkutan transportasi kepada masyarakat dan
umum massal yang dimiliki kota Yogyakarta membuat waktu tempuh perjalanan semakin
dan Solo adalah Kereta api Prameks dan efisien (Pikiran Rakyat, 2017). Hal tersebut
Sidomukti yang melayani pergerakan juga didukung oleh penelitian intermodal
penumpang dari stasiun Tugu Yogyakarta integration in air transportation yang
menuju Stasiun Solo Balapan. Moda dilakukan oleh Vespermann & Wald bahwa
transportasi massal yang dapat mengangkut integrasi intermoda tidak hanya memfasilitasi
penumpang dalam jumlah besar, dengan penumpang untuk terhubung kepada jaringan
kecepatan tinggi dan hemat energi tentu saja transportasi secara luas, tapi juga dengan
sangat diharapkan dapat mengambil peran perpindahan yang aman, nyaman, dan efisien
strategis dalam mobilitas pergerakkan antara berbagai moda (Vespermann & Wald.
penumpang maupun barang. Secara teori, 2011).
intermodal passenger transport merupakan Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo
suatu konsep sustainable transportation saat ini merupakan salah satu bandara yang
karena kebijakan dan perencanaannya memiliki prospek untuk dikembangkan
bertujuan memfasilitasi penumpang untuk dibandingkan bandara lainnya di JawaTengah
menggunakan moda transportasi yang maupun Daerah Istimewa Yogjakarta.
berbeda dalam satu rangkaian rencana Bandara Ahmad Yani di kota Semarang dan
perjalanan, sehingga memungkinkan dua Bandara Adi Sutjipto di kota Yogjakarta cukup
moda atau lebih saling berhubungan door to sulit untuk dikembangkan karena landas pacu
door (Jones, et al., 2000); (Riley et al., 2010). (runway) pesawat tidak dapat lagi diperlebar
Dalam dokumen Sistranas yang atau diperpanjang untuk dapat melayani
merupakan tatanan kebijakan transportasi pesawat-pesawat berbadan lebar. Sementara
nasional disebutkan bahwa sasaran Sistranas Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo
adalah mewujudkan penyelenggaraan memiliki lebih banyak keunggulan dalam hal
transportasi yang efektif dan efisien. pengembangan bandara dibanding Bandara
Indikator efektif dimaksud adalah dengan Ahmad Yani dan Bandara AdiSutjipto.
menyelenggarakan transportasi yang Gambar 1 berikut menunjukan bandara-
selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, bandara tersebut dalam Tatanan
Kebandarudaraan Nasional.
Dengan semakin banyaknya pergerakan (lalu stakeholders yang berada pada lingkup obyek
lintas) pesawat terbang di Bandara penelitian kereta Bandara Adi Sumarmo dan
Internasional Adi Sutjipto Yogyakarta yaitu 7,2 secara khusus diharapkan dapat mendukung
juta penumpang/tahun dan keterbatasan salah satu sasaran kebijakan SISTRANAS yaitu
lahan dalam pengembangan bandara maka memberikan pelayanan transportasi yang
perlu diambil langkah strategis guna efisien dan efektif melalui indikator
mendapatkan solusi yang cepat dan tepat. aksesibilitas, terpadu, tarif terjangkau, dan
Salah satu alternatif solusi yang dapat dengan utilitas tinggi.
dilakukan dengan cepat dan tepat saat ini
adalah menawarkan opsi dengan TINJAUAN PUSTAKA
mengoptimalkan bandara terdekat (secondary Wei dan Gosling (2013) meneliti tentang
airport). Bandara Internasional Adi Sumarmo strategi dalam kerjasama (kolaborasi) dalam
merupakan bandara terdekat dengan Bandara pembiayaan penyediaan angkutan antarmoda
Adi Sutjipto yang saat ini memungkinan untuk sebagai fungsi aksesibilitas di bandar udara,
dioptimalkan agar dapat menampung lonjakan yang disajikan dalam paper yang berjudul
pergerakan penumpang dari dan menuju Strategies for collaborative funding of
Yogyakarta. Hal tersebut juga didukung intermodal airport ground access projects.
dengan telah dimulainya pembangunan kereta Penelitian ini mereview tentang pendanaan
bandara khusus yang memudahkan akses terkait dengan penyediaan aksesibilitas
pergerakan penumpang pesawat di Bandara bandara di beberapa wilayah federasi
Adi Sutjipto menuju Bandara Adi Sumarmo. Amerika Serikat dan menganalisa tentang
Dengan dilatarbelakangi permasalahan- strategi potensial pendanaan untuk
permasalahan tersebut di atas, maka perlu aksesibilitas dalam integrasi antarmoda di
dilakukan suatu penelitian ilmiah yang bandara Amerika. Penelitian ini
dimaksud untuk mengukur tingkat optimasi merekomendasikan perubahan pengaturan
Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo dan regulasi dalam program pendanaan
melalui indikator konektivitas Kereta Api sebagai persyaratan yang diperlukan agar
Khusus Bandara yang tengah dicanangkan. implementasi strategi menjadi efektif, dengan
Hasil penelitian ini diharapkan secara umum demikian dapat menyediakan dan
dapat menjadi pertimbangan para menyederhanakan pengembangan solusi
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 127
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
integrasi antaramoda yang memenuhi Paliska, et al. (2016), meneliti tentang
kebutuhan aksesibiltas bandara di masa pilihan penumpang terhadap penggunaan
mendatang. bandara serta analisa cakupan wilayah
Sementara itu Saliara (2014) meneliti bandara yang disajikan dalam paper berjudul
tentang integrasi antarmoda melalui Passenger’s airport choice and airport
penyatuan lebih dari satu moda angkutan catchement area analysis in cross-border
umum sebagai suatu sistem transportasi Upper Adriatic multi–airport region.
umum dengan mengambil studi kasus di Kota Penelitian tersebut mengamati tentang
Thessaloniki, Yunani yang disajikan dalam pilihan penumpang dalam menggunakan
paper berjudul Public Transport Integration: bandara, catchment area size, dan
the Case Study of Thessaloniki, Greece. homogenitas di daerah Upper Adriatic. Survei
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa penumpang dilakukan di 3 bandara yaitu
terdapat 3 level dari integrasi antar moda Ljubljana Joze Pucnik Airport, Venice Marco
yaitu dari segi organisasi, operasional, dan Polo Airport dan Triste Pietro Savorgnan
fisik. Integrasi organisasi menggambarkan Brazza Airport. Penelitian ini telah
pengaturan dan koordinasi antara stake mengestimasi “catchment area size” dan
holders dalam memenuhi keinginan dan “market share” bandara dengan
komitmen terhadap kinerja sistem, misalnya menggunakan multinomial logit dan structure
penetapan tarif yang berlaku. Integrasi model. Eksplorasi air passenger behavior
operasional mengacu kepada perencanaan menggunakan model logit yang
sistem angkutan umum dengan mempertimbangkan atribut sensitivitas
meminimumkan gangguan pada jarak dan penumpang yang melintas ke wilayah,
waktu untuk mendapatkan perjalanan yang demografi, dan bandara serta
lancar dan nyaman, misalnya pengaturan mempertimbangkan hetrogenitas preferensi
jadwal dan penyediaan informasi, dan dengan dalam pilihan bandara. Hasil penelitian
integrasi fisik yaitu adanya integrasi rute dan menunjukkan bahwa ketiga bandara
titik perpindahan, misalnya perencanaan mempunyai nilai catchment area yang kecil
lokasi stasiun maupun halte pemberhentian dan market share secara cepat menurun
angkutan umum. dengan meningkatnya aksesibilitas waktu
Bao, Hua, dan Gu (2016) meneliti tentang yang singkat menuju suatu bandara. Atribut
relevansi antara aksesibilitas bandara dengan waktu ini juga menjadi lebih sensitif terhadap
tingkat persaingan bandara, yang tersaji segmen penumpang bisnis dan domestik.
dalam paper berjudul Relevance of airport Usami, Manabe, dan Kimura (2017)
accessibility and airport competition. Dalam melakukan penelitian tentang pilihan
penelitian tersebut dinyatakan bahwa bandara dan konektivitas penerbangan
aksesibilitas bandara adalah kriteria yang penumpang domestik dan internasional
penting dalam persaingan bisnis bandara. dengan menggunakan analisa empiris dari
Berdasarkan data panel yang dihimpun dari 9 data survei pergerakan penumpang di Jepang
bandara besar di Provinsi Jiangsu China dari yang disajikan dalam paper berjudul Airport
tahun 2005 hingga 2014 ditunjukan hasil choice and flight connectivity among domestic
bahwa aksesibilitas bandara secara signifikan and international passengers-Empirical
mempengaruhi lalu lintas pergerakan analysis using passenger movement survey
penumpang dan frekuensi jadwal pesawat. data in Japan. Penelitian ini mengamati
Dari hasil olah data terhadap data panel perilaku penumpang terhadap pilihan
tersebut diketahui bahwa lalu lintas bandara di Jepang yaitu Bandara Narita dan
pergerakan penumpang akan meningkat 2 % Haneda di wilayah metropolitan Tokyo.
apabila terdapat peningkatan aksesibilitas Berdasarkan data mikro yang diperoleh dari
bandara sebesar 1 %. Kementerian Transportasi Jepang tahun
2010, hasil penelitian tersebut menyimpulkan
Gambar 2. Pola Pikir Penelitian Optimalisasi Bandara Adi Sumarmo melalui Konektivitas Kereta
Bandara Khusus.
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 129
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Untuk melakukan kajian Optimalisasi Pengolahan Data
Bandar Udara International Adi Sumarmo Analisa penelitian menggunakan
Solo melalui Peningkatan Konektivitas antara pendekatan teknik stated preference, yaitu
Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api suatu teknik untuk menggali informasi
Khusus Bandar Udara, maka perlu ditetapkan tentang permintaan dan perilaku perjalanan.
lokasi-lokasi yang mempengaruhi hasil kajian Teknik ini menggunakan pernyataan
ini yaitu: preferensi dari para responden untuk
− Bandar Udara Adi Sumarmo Solo menentukan alternatif rancangan yang
− Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta terbaik dari beberapa macam pilihan
− PT. KAI Solo rancangan. Teknik stated preference
− PT. KAI Yogyakarta mendasarkan estimasi permintaan pada
sebuah analisis respon terhadap pilihan yang
Metode Pengumpulan Data sifatnya hipotetikal, misalnya sarana yang
Terdapat dua jenis data yang akan masih dalam perencanaan. Adapun tahapan-
dihimpun, data primer dan data sekunder. tahapan dalam penggunaan stated preference
Pengumpulan data primer dengan cara adalah sebagai berikut:
menyebarkan kuesioner yaitu kepada 1. Identifikasi atribut kunci dari setiap
pemangku kepentingan (stakeholders) yang alternatif dan membuat paket yang
terkait dalam mengembangkan program mengandung pilihan, seluruh atribut
kereta khusus di Bandara Adi Sumarmo dan penting harus direpresentasikan dan
data primer yang dihimpun dari preferensi pilihan harus dapat diterima dan realistis.
penumpang angkutan udara. Pengumpulan 2. Cara didalam memilih akan disampaikan
data primer melalui penumpang dimaksud kepada responden dan responden
untuk mengetahui preferensi penumpang diperkenankan untuk mengekspresikan
terhadap tersedianya fasilitas kereta bandara apa yang lebih disukainya. Bentuk
khusus. Sementara pengumpulan data penyampaian alternatif harus mudah
sekunder dilakukan melalui survei dimengerti, dalam konteks pengalaman
instansional ke PT. Angkasa Pura I dalam hal responden, dan dibatasi.
ini adalah Bandara Adi Sumarmo Solo dan 3. Strategi sampel harus dilakukan untuk
Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta, Operator menjamin perolehan data yang
Penerbangan (Maskapai/Airline) yang representatif.
beroperasi di kedua bandara tersebut, dan PT.
KAI Daop VI (Stasiun Balapan Solo dan Stasiun Analisis Data
Tugu Yogyakarta). Data sekunder yang Metode survei yang digunakan adalah
dihimpun adalah informasi mengenai kondisi survei wawancara dengan teknik Stated
bandara eksisting, rute penerbangan, jenis Preference (SP) dan Servqual Analysis. Metode
pesawat, frekuensi penerbangan yang ini merupakan sebuah metode kuesioner
tersedia, dan informasi yang terkait dengan untuk mengetahui perilaku pelaku perjalanan
Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) di terhadap suatu fasilitas transportasi baru
Stasiun KA Balapan Solo dan Stasiun Tugu (yang belum beroperasi saat survei
Yogyakarta. Selain dengan menggali data dilakukan). Harapan yang diinginkan dari
primer maupun sekunder tersebut juga survei ini adalah untuk mengetahui
dilakukan desk research dengan maksud perubahan perilaku para pelaku perjalanan
untuk mereview penelitian-penelitian ilmiah dengan adanya fasilitas transportasi baru
di jurnal internasional yang telah dilakukan tersebut dan juga besarnya tarif yang
sebelumnya, serta untuk memperkaya teori- dianggap wajar, serta juga untuk mengetahui
teori terkait penelitian guna mempertajam harapan penumpang terhadap pelayan kereta
hasil analisis penelitian. api khusus bandara. Adapun tahapan survei
tersebut sebagai berikut:
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 131
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Gambar 3. Sistem program aplikasi “Pax-Radar” dalam sinergi integrasi antarmoda
Sumber: Milbredt, et al., 2017
Data real time dapat digunakan untuk Tengah yang diharapkan dapat menjadi
mendukung penjadwalan transportasi bandar udara dengan positioning untuk
antarmoda dan untuk memprediksi yang business maupun leisure (for cultural heritage
selanjutnya dapat diproses untuk mengukur tourism), lokasi yang tidak terlalu jauh dengan
utilitas infrastruktur. Sistem Pax-Radar juga kota Yogyakarta membuat Bandara Adi
menggambarkan informasi setiap Sumarmo menjadi layak untuk selalu
penerbangan yang ada dalam flight plan, yang dikembangkan. Kota Yogyakarta sendiri
selanjutnya dengan simulasi mikroskopik dikenal sebagai salah satu destinasi wisata
dapat digambarkan akibat keterlambatan favorit di Indonesia dengan berbagai tempat
pesawat, misalnya ketika pesawat terlambat wisata ditawarkan, baik wisata alam maupun
selama 1,5 jam akan berakibat pada wisata budaya. Hal ini menarik banyak minat
kedatangan empat rangkaian kereta api wisatawan baik domestik maupun asing
secara bersamaan, hal ini tentu saja akan untuk berkunjung ke tempat wisata di Kota
berdampak pada pelayanan di bandara yang Yogyakarta, baik dengan menggunakan
mengakibatkan banyaknya penumpang yang kendaraan pribadi maupun umum. Tabel 1
terlambat sampai di boarding gate. Program menggambarkan dimensi profile kedua
software ini juga dikembangkan dengan bandara yang saling berdekatan. Kedua
memadukan sistem manajeman kereta api bandara tersebut sama-sama merupakan
dengan sistem pengaturan pergerakan bandara dengan kategori Internasional
pesawat, sehingga memungkinan dalam dengan hierarki hub sekunder. Bandara Adi
menjadwal ulang kereta dan pesawat agar Sumarmo memiliki runway yang lebih
tidak berdampak terhadap keterlambatan panjang, kapasitas parking stand yang lebih
penumpang dalam mendapatkan besar, dan area terminal yang lebih luas
penerbangannya. dibanding Bandara Adi Sutjipto. Namun
demikian produksi penumpang maupun
Kinerja Bandara Internasional Adi pesawat di Bandara Adi Sumarmo masih
Sumarmo Solo Sebagai Penyangga terlalu jauh tertinggal dibandingkan dengan
Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta Bandara Adi Sutjipto.
Bandar Udara Adi Soemarmo Solo menjadi
salah satu bandara di wilayah Provinsi Jawa
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 133
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
mengetahui preferensi penumpang dengan berikutnya berada pada usia 40-50 tahun dan
akan tersedianya kereta api bandara khusus sisanya 2 % berusia kurang dari 17 tahun.
yang menghubungkan Bandara Adi Sutjipto Sementara berdasarkan maksud perjalanan
Yogyakarta dengan Bandara Adi Sumarmo mayoritas responden berpergian dengan
Solo. Berikut hasil analisa mengenai profil dengan tujuan untuk melakukan kegiatan
responden, perilaku perubahan penumpang, bisnis/pekerjaan. Selanjutnya profil
preferensi, dan prioritas harapan dengan responden berdasarkan tingkat pendapatan
akan tersedianya kereta api khusus bandara . responden Bandara Adi Sutjipto dengan
tingkat pendapatan ≤ Rp 3.000.000 lebih
dominan, yaitu sebesar 25%, diikuti oleh
tingkat pendapatan Rp 4.000.001-Rp
5.000.000 sebesar 23%. Untuk selanjutnya
pembagian proporsi pendapatan responden,
yaitu: Rp 5.000.001-Rp 6.000.000 sebesar
18%; Rp 3.000.001-Rp 4.000.000 sebesar
18%; sisanya >Rp 6.000.000 sebesar 15%.
28%
60%
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 135
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Sementara preferensi penumpang Tabel 2. Harapan Responden terhadap kualitas
terhadap letak bagasi kereta api khusus pelayanan Kereta Api Khusus Bandara
bandara, menunjukkan bahwa keamanan dan
Service Quality
kenyamanan bagasi merupakan kriteria yang Resp
juga dianggap penting bagi calon penumpang 1 2 3 4 5 6 7 8
7%
10% SKENARIO 2 (50%) 3.400.713
30% PT.Garuda Indonesia
PT. Sriwijaya Air SKENARIO 1 (30%) 2.040.428
PT. Lion Air
11%
42% EKSISTING 6.801.425
Air Asia
PT. Citilink
- 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000
41%
PT. Sriwijaya Air EKSISTING 412.940
PT. Lion Air
- 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
5% PT. Citilink
Gambar 15. Skenario Shifting Penumpang
Internasional Bandara Adi
Sutjipto Yogyakarta
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 137
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
kereta api khusus bandara seperti Raillink di melalui survei preferensi penumpang
Kualanamu dengan kapasitas sebesar 308 angkutan udara di Bandara Adi Sutjipto.
penumpang/set kereta, dan tingkat Kereta api bandara juga akan dapat
perjalanan kereta api sebesar 60 -90 menit memainkan peran penting sebagai
sekali dalam 1 hari, maka load factor rata-rata penghubung kedua bandara apabila dapat
harian kereta api khusus bandara telah dikelola secara tepat melalui integrasi fisik,
mencapai 80%, artinya menggunakan integrasi jaringan, integrasi tarif, integrasi
skenario 1 dengan perpindahan jumlah informasi dan integrasi institusi. Pengenaan
penumpang 2.164.310 penumpang/tahun tarif yang terjangkau dimana 65% responden
atau 5.930 penumpang perhari telah menyatakan bersedia membayar tarif
mencapai titik optimal. maksimal sebesar Rp 20.000-Rp 40.000juga
Perpindahan tersebut dimungkinkan menjadi atribut penting selain atribut waktu,
terjadi apabila ada kereta bandara dari Adi yang akan mendorong penumpang (91%
Sumarmo menuju Adi Sutjipto dengan responden) untuk menggunakan alternatif KA
penambahan tarif terusan dalam tiket Bandara sebagai alat transportasi dari atau
pesawat pada range harga Rp 20.000 hingga menuju Bandara Adi Sutjipto. Sementara
Rp 60.000. Selain itu perpindahan berdasarkan simulasi menggunakan tiga (3)
dimungkinkan karena faktor lebih murahnya skema, dengan menggunakan skenario 1
tiket pesawat melalui Bandara Adi Sumarmo, yaitu perpindahan jumlah penumpang
dimana selisih tarif rata-rata penerbangan mencapai 2.164.310 penumpang/tahun atau
Jakarta – Solo dan Jakarta Yogyakarta 5.930 penumpang per hari, load factor rata-
mencapai Rp. 214.631 – 278.800 dengan rata harian kereta api telah mencapai 80 %
penambahan waktu ± 60 menit untuk artinya kereta api bandara khusus dapat
menggunakan moda lanjutan kereta api dioperasikan untuk mendukung konektivitas
Bandara. Penyediaan kereta api bandara Bandara Adi Sutjipto dengan Adi Sumarmo.
khusus ini dapat menjadi solusi dalam Dengan padatnya lalu lintas pergerakan
mengurangi beban pergerakan pesawat pesawat dan penumpang di Bandara Adi
maupun penumpang di Bandara Adi Sutjipto, Sutjipto dapat teratasi dan optimalisasi
dan hal tersebut juga akan meningkatkan Bandara Adi Sumarmo sebagai bandara
utilitasi runway dan terminal di Bandara Adi terdekat dengan Adi Sutjipto juga dapat
Sumarmo. Selain itu perubahan perilaku terwujud.
pengguna angkutan udara ini juga akan
memberikan dampak terhadap makin SARAN (Optional)
dinamisnya sektor transportasi kedua Untuk menentukan tarif yang sesuai
wilayah tersebut. Konektivitas menjadi faktor dengan kemampuan penumpang perlu
penting karena dengan adanya konektivitas dilakukan penelitian lebih lanjut tentang
memudahkan keterhubungan kedua wilayah willingness to pay pengguna kereta api
dengan waktu dan biaya yang relatif bandara khusus. Selain itu perlu dilakukan
terjangkau, dengan demikian sasaran penelitian lebih mendalam tentang sistem
kebijakan SISTRANAS yaitu memberikan integrasi antarmoda seperti dalam best
pelayanan transportasi yang efisien dan practice di bandara-bandara besar Eropa
efektif melalui indikator aksesibilitas, yang telah diuraikan dalam penelitian ini,
terpadu, tarif terjangkau, dan dengan utilitas sehingga dapat disinergikan antara
tinggi dapat tercapai dan diimplementasikan. kedatangan penumpang angkutan udara yang
dari dan ke Yogyakarta dengan kedatangan
KESIMPULAN dan frekwensi kereta api bandara khusus.
Atribut waktu menjadi faktor penting Dengan demikian variabel ketepatan waktu
dalam penentu perubahan perilaku pengguna yang merupakan variabel penentu dalam
angkutan udara. Hal tersebut dibuktikan preferensi penumpang untuk beralih moda
Jones W.B., Cassady C.R., & Bowden R.O., Usami Munekatsu, Manabe Masashi, Kimura
(2000). Developing a standard definition Shin, 2017. Airport choice and flight
of intermodal transportation. connectivity among domestic and
Transportaion Law Journal, (vol. 27). international passengers-Empirical
analysis using passenger movement
Luk, J., Olsewski, P., 2003. Integrated public survey data in Japan. Journal of Air
transport in Singapore and Hongkong. Transport Management 58 (2017) pages
Road & Transport Research. Vol. 12 No. 4 15-20.
Proquest Central. pp.41.
Vespermann,. and Wald. 2011. Intermodal
Milbredt, Rudolp, Grunewald and Christ, integration in air transportation: status
2017. Evaluating condition and impact of quo, motives and future developments.
intermodal traffic management involving Journal of Transport Geography9 (6):
airports and raiways. Transportation 1187-1197.
Research Procedia 25 (2017) pages 1735-
1744. Wei Wenbin, Gosling Geoffrey D., 2013.
Strategies for collaborative funding of
Paliska D, Drobne S, Borruso G, Gardina M, and intermoda airport groundaccessprojects.
Fabjan D., 2016. Passenger’s airport choice Journal of Air Transport Management 32
and airport’s catchment area analysis in (2013) pages 78-86.
Kajian Optimalisasi Bandar Udara International Adi Sumarmo Solo melalui Peningkatan Konektivitas
antara Solo-Yogyakarta dengan Angkutan Kereta Api Khusus Bandar Udara (Herry dan Eny) 139
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.309.125-140
Zhang, Y., and Hansen, M., 2008. Real-time
intermodal substitution: strategy for
airline recovery from schedule
perturbation and for mitigation of airport
congestion. Transport Research Record:
Journal of Transportation Research Board
2052, 90-99
Analisis Sistem Kendali Terbang dengan Gain Scheduling Pada Pesawat Efek
Permukaan
Wing In Surface Effect Craft Flight Control System Analysis With Gain Scheduling
Sayuti Syamsuar
Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi, Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun
dan Rekayasa, BPPT
email: sayutisyamsuar@yahoo.com
Histori Artikel: This paper provides an overview of the design of adaptive flight control
Diterima: 13 Oktober 2017 system of wing in surface effect craft Lippisch configuration 8 passengers
Direvisi: 30 Desember 2017
capacity during cruise in the low speed and low altitude. The control system will
Disetujui: 30 Desember 2017
Dipublikasi online: 31 Des 2017 be used the control surface, such as elevator deflection as input and pitch angle
deflection as output response or by using engine throttle setting as input and
Keywords: others output response in the longitudinal mode.
control adaptive, surface effect, This paper describes some methodologies control system method and
lippisch configuration, pid analysis such as PID controller system with gain scheduling approach, and root
controller, root locus, neural locus method. The observable matrices (4 x 4) on the longitudinal mode that used
networks, and wind tunnel test
in the control system became from aerodynamic derivative parameters of 8
seaters configuration that calculated by DATCOM numerical simulation or wind
Kata kunci:
kontrol adaptif, efek permukaan, tunnel test result and dummy data.
konfigurasi lippisch, kontroler pid,
root locus, neural networks, dan uji Kajian ini merupakan rancangan sistem kendali terbang adaptif pada
terowongan angin pesawat efek permukaan konfigurasi Lippisch kapasitas 8 orang saat terbang
mendatar pada kecepatan dan ketinggian terbang rendah. Sistem kendali
terbang yang digunakan, seperti defleksi elevator sebagai input dan defleksi
sudut pitch sebagai respon output atau penggunaan defleksi throttle mesin
sebagai input dan parameter respon output lain pada gerak matra
longitudinal.
Kajian menjelaskan penggunaan beberapa metodologi dan analisis sistem
kendali terbang adaptif, seperti kontroler PID dengan pendekatan gain
scheduling, dan metoda root locus. Matriks ruang keadaan berukuran (4 x 4)
pada matra longitudinal yang digunakan pada sistem kendali terbang adaptif
diperoleh dari parameter turunan aerodinamika hasil perhitungan numerik
DATCOM atau hasil uji terowongan angin dan data dummy.
Analisis Sistem Kendali Terbang Dengan Gain Scheduling Pada Pesawat Efek Permukaan
(Sayuti Syamsuar) 141
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.295.141-150
PENDAHULUAN Taylor (2003) pada konfigurasi Lippisch tipe
Beberapa peneliti dalam bidang efek B untuk pesawat efek permukaan masa
permukaan mempresentasikan hasil uji depan. Pembanding utama dalam penelitian
terowongan angin, seperti Afremov (1996) ini adalah Flight Ship FS8 yang telah
dan Chawla (1988) di dunia internasional. memenuhi persyaratan sertifikasi
Kornev dan Matveev (2003) membahas International Maritime Organization (IMO),
tentang pemodelan fisik secara terperinci. seperti pada Gambar 1 Pada pesawat FS8 ini,
Eksperimen dalam bidang aerodinamika dari kerja Pilot masih besar untuk mengendalikan
subjek airfoil simetrikal NACA 0015 dan pesawat saat terbang mendatar di ketinggian
pengujian model di terowongan angin efek permukaan. Apabila, ada sistem kendali
berkecepatan rendah serta adanya efek terbang adaptif, maka kerja Pilot menjadi
permukaan yang dibahas oleh Ahmada dan berkurang. Paper ini menyajikan beberapa
Sharmab (2004). Sedangkan, Nebylov et al., langkah penelitian dalam merancang sistem
(2007), meneliti tentang sistem kendali kendali terbang di ketinggian rendah dengan
terbang otomatis pesawat WISE, di mana konsep Single Input Single Output (SISO).
tinjauannya telah dibahas sebelumnya oleh
Gambar 1. Pesawat WISE Flight Ship FS8 konfigurasi Lippisch kapasitas 8 orang
Sumber(https://sites.google.com/)
Ketika sebuah pesawat yang terbang udara berkurang pada bagian atas airfoil,
beberapa feet dari permukaan tanah, maka sebagai esensi dari gaya angkat aerodinamika,
terjadi suatu perbedaan dalam bentuk aliran Laero yang berkontribusi menekan massa
udara di sekitar sayap pesawat, karena udara ke bawah sayap. Semakin banyak
komponen vertikal dari aliran udara di downwash, maka semakin kuat sayap utama
sekeliling sayap tertahan oleh permukaan menekan massa udara ke bawah badan
tanah/ air. Hal ini mengubah arah semburan pesawat. Pada jumlah sudut serang alpha, α
udara dari sayap utama ke atas, ke bawah dan sayap utama yang besar, maka induced drag
vortex dari wingtip. Fenomena efek menjadi besar dengan kecepatan terbang
permukaan mengubah aliran udara di sekitar pesawat yang rendah.
sayap pesawat yang terbang rendah, di mana Induced drag mendominasi kecepatan
perubahan itu terjadi karena adanya rendah, sedangkan pengurangan vortex di
perubahan pola aliran udara di permukaan air ujung sayap mengubah distribusi gaya angkat
tersebut. Karakter aerodinamika dari aerodinamika, Laero sepanjang sayap utama,
permukaan sayap belakang dan sayap utama sehingga mengurangi sudut serang alpha, α
pesawat diubah oleh efek permukaan, di sayap utama. Sebab itu sayap utama
mana efek yang paling prinsip disebabkan membutuhkan sudut serang alpha, α yang
oleh jarak yang dekat antara sayap utama ke kecil di efek permukaan untuk menghasilkan
permukaan tanah. Ketika sayap utama koefisien gaya angkat aerodinamika, CL yang
mengalami efek permukaan, maka koefisien sama. Jika sudut serang alpha, α sayap utama
gaya angkat aerodinamika, CL bertambah dipertahankan, maka koefisien gaya angkat
besar dengan konsekuensi terjadi penurunan aerodinamika, CL bertambah besar. Efek
upwash, downwash dan vortex di wingtip. permukaan mengubah efisiensi daya propulsi,
Induced drag dari hasil kerja sayap utama EHP pada kecepatan rendah di ketinggian
juga mempertahankan pesawat agar rendah, sedangkan induced drag terjadi di
terangkat dengan cara yang sederhana dan kecepatan rendah, (Fadjar Nugroho, 2009)
mengalihkan aliran udara ke bawah. Tekanan (www.ilmuterbang.com).
Analisis Sistem Kendali Terbang Dengan Gain Scheduling Pada Pesawat Efek Permukaan
(Sayuti Syamsuar) 143
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.295.141-150
Gaya Gaya Aerodinamika Secara drag polar dengan koefisien gaya angkat
Komputasional Konfigurasi Lippisch aerodinamika, CL dan koefisien gaya hambat
Menurut Muhammad (2005), data aerodinamika, CD pada pasangan sudut
perilaku pesawat WISE konfigurasi Lippisch serang alpha, α = -2o ke 16o dengan
tipe B kapasitas 8 orang dianalisis melalui ketinggian terbang, h = 0.0 m dan h = 1.0 m
program DATCOM terlebih dahulu untuk dengan kecepatan, V tertentu terhadap
mengetahui parameter gaya dan momen pesawat WISE konfigurasi Lippisch kapasitas
aerodinamika serta turunan. Perhitungan 8 orang dengan menggunakan airfoil jenis
gaya angkat aerodinamika, Laero dari kurva Clark Y pada sayap utama [4], diperlihatkan
oleh Gambar 3.
Gambar 3 Kurva drag polar CL versus CD dengan sudut serang alpha, α sayap utama (α = -2o ke 16o untuk
ketinggian terbang, h = 0.0 m (hijau) dan 1.0 m (biru) dengan kecepatan, V (Muhammad, 2005)
Gambar 4 Uji terowongan angin terhadap model 3 D dari pesawat WISE konfigurasi Lippisch
tipe B (Wijiatmoko et al., 2006)
Gambar 5 Hasil uji terowongan angin terhadap model 3D, kurva CL versus sudut serang alpha, α sayap utama
(Wijiatmoko et al., 2006)
METODOLOGI
Sifat kontrol adaptif terlihat dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
adanya gain scheduling pada diagram alir Analisa Data
pembuatan piranti lunak sistem kendali Pada bagian ini, dibahas respons sudut
terbang adaptif menggunakan program root pitch, θ dengan input step pada defleksi
locus dan kontroler Tune PID menggunakan elevator, δe.
Simulink di Matlab, seperti terlihat pada Tuliskan kembali matriks ruang keadaan
Gambar 6. dari persamaan gerak pesawat WISE
konfigurasi Lippisch kapasitas 8 orang pada
matra longitudinal. Fungsi transfer dengan
Analisis Sistem Kendali Terbang Dengan Gain Scheduling Pada Pesawat Efek Permukaan
(Sayuti Syamsuar) 145
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.295.141-150
0.0005
3.8060
B
- 0.0734
0
Maka, diperoleh
Maka, diperoleh fungsi transfer sistem Penggunaan metoda root locus seperti
lingkar terbuka, sistem lingkar tertutup, dan diperlihatkan oleh Gambar 8, maka terlihat
respons masing-masing dari fungsi transfer pada penguatan tertentu sistem bersifat
berikut: stabil. Kontroler PID cocok untuk
perancangan kinerja kontrol dengan
- 0.07337 s 2 - 0.01051 s - 0.0001609 ketelitian menengah pada daerah operasi,
G (s ) sedangkan untuk ketelitian tinggi diperlukan
s + 2.511 s 3 + 0.9419 s 2 + 0.184 s + 0.01049
4
metoda lain, yaitu mapping strategy pada
neural networks [6].
G (s ) - 0.07337 s 2 - 0.01051 s - 0.0001609
1 H (s )G (s ) s 4 + 2.511 s 3 + 0.8685 s 2 + 0.1735 s + 0.01033
Gambar 10 Respons output sudut pitch, θ terhadap input step, defleksi elevator, e pada sistem lingkar
tertutup
Analisis Sistem Kendali Terbang Dengan Gain Scheduling Pada Pesawat Efek Permukaan
(Sayuti Syamsuar) 147
Website: wartaardhia.com, Id-doi: 10.25104/wa.v43i2.295.141-150
KESIMPULAN Muhammad, H. (2005), Technical Report,
Perancangan sistem kendali terbang dan Design Configuration, Preliminary Design,
kontrol adaptif menggunakan metoda root Part I-A WiSE Aerodynamic Prediction
based on DATCOM, LPPM ITB, Bandung.
locus sebagai sistem lingkar terbuka dan
penggunaan metoda kontroler Tune PID pada Ogata, K. (1994), Solving Control Engineering
matriks [A] dan [B] dari sistem lingkar Problems with Matlab, Prentice Hall, New
tertutup pada matra longitudinal pada Jersey.
program Simulink di Matlab, menghasilkan
penguatan KP, KD dan KI tertentu sebagai Priandana, K. and B. Kusumoputro. (2015),
Development of Self Organizing Maps
gain scheduling sebagai indikasi bahwa
Neural Networks Based Control System for
sistem bersifat kontrol adaptif. “Dinamika a Boat Model, Computational Intelligence
proses yang berubah dibuat terencana pada and Intelligent Systems Research Group,
parameter regulator yang mempunyai Department of Electrical Engineering,
korelasi terhadap perubahan, sehingga Faculty of Engineering, Universitas
variabel dikontrol kembali oleh sistem secara Indonesia, West Java, Journal of
keseluruhan”, Hassan (2012). Telecommunication, Electronic and
Computer Engineering, e-ISSN 2289-8131,
Kontroler Tune PID menghasilkan gain
Vol. 9 No. 1-3.
scheduling yang dihitung secara otomatis oleh
program Matlab, di mana pesawat diharapkan Ruijgrok, G. J. J. (1994), Elements of Airplane
terbang melayang pada kecepatan, V = 80.0 Performance, Faculty of Aerospace
knot dan ketinggian terbang, h = 2.5 m sesuai Engineering, Delft University of
dengan kurva kestabilan root locus dan kurva Technology, Delft University Press.
hasil analisis sistem lingkar tertutup.
Sarhan, A., and M. Ashry. (2013), Self-Tuned
PID Controller for the Aerosonde UAV
DAFTAR PUSTAKA Autopilot, International Journal of
Crossette, Barbara. (1990, January 23). India Engineering Research & Technology
lodges first charges in arms Scandal. New (IJERT), Vol. 2 Issue 12, December – 2013,
York Times, A4. ISSN: 2278-0181.