Vous êtes sur la page 1sur 5

KLONING

KLONING Definisi: Pembiakan adalah teknik membuat keturunan dengan kode genetik yang
sama dengan induknya.

 Terapan: Kloning bisa diterapkan terhadap tumbuhan, binatang bahkan manusia.

 Prosedur Kloning: Kloning dilakukan dengan cara mengambil sel tubuh (sel somatik) yang telah
diambil ini selnya (nukleus) dari tubuh manusia yang selanjutnya ditanamkan pada sel telur
(ovum) wanita.

 Perbandingan antara Pembuahan Alami dengan Kloning: Pembuahan alami berasal dari proses
penyatuan sperma yang mengandung 23 kromosom dan ovum yang mempunyai 23 kromosom.
Ketika menyatu jumlah kromosomnya menjadi 46.

 Jadi anak yang dihasilkan akan mempunyai ciri ciri yang berasal dari kedua induknya.

Dalam proses kloning, sel yang diambil dari tubuh manusia telah mengandung 46 kromosom,
sehingga anak yang dihasilkan dari kloning hanya mewarisi sifat-sifat dari orang yang menjadi
sumber pengambilan inti sel tubuh.

 Hukum Kloning: a) Kloning tumbuhan dan hewan Memperbaiki kualitas dan produktivitas
tanaman dan hewan menurut syara’ termasuk mubah. Memanfaatkan tanaman dan hewan,
melalui proses kloning, untuk mendapatkan obat hukumnya sunnah. Sebab berobat hukumnya
sunnah. Innallaha azza wa jalla kaitsu kholaqodda’a kholaqodda wa ‘a fatadawau
"Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla setiap menciptakan penyakit, Dia menciptakan pula
obatnya. Maka berobatlah kamu" (HR. Imam Ahmad) b) Kloning Embrio Kloning embrio terjadi
pada sel embrio yang berasal dari rahim istri atas pertemuan sel sperma suami dengan sel telur
istri. Sel embrio itu kemudian diperbanyak hingga berpotensi untuk membelah dan berkembang.
Setelah dipisahkan sel embrio itu selanjutnya dapat ditanamkan dalam rahim perempuan asing
(bukan istri). Kalau ini yang terjadi maka hukumnya haram. Akan tetapi jika sel-sel embrio itu
ditanamkan ke dalam rahim pemilik sel telur, maka kloning tersebut hukumnya mubah. c)
Kloning Manusia Walaupun dengan alasan untuk memperbaiki keturunan; biar lebih cerdas,
rupawan lebih sehat, lebih kuat dll, kloning manusia hukumnya haram. Dalil keharamannya
adalah sebagai berikut: 1) Proses kloning tidak alami Wa ‘abbahu kholaqozzau jainiz zakaro wal
untsa min nutfatin idza tumna (Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
laki-laki dan perempuan dari air mani yang dipancarkan. QS An Najm 45-46) 2) Produk kloning
tidak mempunyai ayah Yaa ayyuhannnas, inna kholagnakum, min zakarin wa untsa (Hai manusia
sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. QS. Al
Hujarat 13) Ud ‘uhum li aba’ihim huwa ‘aqsyatu indallah Panggillah mereka (anak-anak angkat
itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil di sisi Allah) QS Al
Ahzab 5) 3) Kloning manusia menghilangkan nasab (garis keturunan) Islam mewajibkan
pemeliharaan nasab. Diriwayatkan oleh Ibnu Abas RA Manin tasaba ilaa ghoiri abihi, autawalla
ghoiro muwalihi, fa’alaihi laknatullah wal malaikatihi wan nasi aj’main (HR; Ibnu Majah) (Siapa
saja yang menghubungkan nasab kepada orang yang bukan ayahnya, atau (budak) bertuan
kepada selain tuannya, maka dia akan mendapat laknat dari Allah, para malaikat, dan seluruh
manusia) 4) Kloning mencegah pelaksanaan banyak hukum syara; hukum perkawinan, nafkah,
hak dan kewajiban antara bapak dan anak, hak waris, hubungan kemahraman, dll. Kloning juga
menyalahi fitrah

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLONING

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini saat Allah
menciptakan manusia. Dia juga membekali akal dan Pikiran untuk dapat mengetahui atas
kebesaran penciptanya, serta menambah keimanannya.
Di dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat maju saat ini, banyak cara yang
dapat dilakukan oleh seseorang untuk bisa memperoleh keturunan baik dengan alami ataupun
dengan bantuan teknologi. Keinginan untuk mendapatkan keturunan mendorong pasangan suami
istri melakukan berbagai usaha. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah kloning
Peneliti sering tidak menyadari bahwasannya di dalam tubuh kita ini terdiri dari ribuan
sel yang bentuk dan fungsinya beraneka ragam. Setiap sel yang sejenis akan membentuk organ.
Mereka membentuk suatu kesatuan yang disebut sistem. Demikian Allah yang maha penyayang
yang telah menciptakan manusia dengan kesempurnaan.
Berkat kemajuan yang sudah dicapai, maka tidak mengherankan bila sebuah rekayasa
genetika dan bio teknologi menjadi suatu kajian yang ilmiah, serta prestasi ilmu pengetahuan
yang spektakuler dan penuh kontroversi. Seperti hanya keberhasilan kloning hewan yang
dilakukan oleh ilmuwan Inggris yang bernama Dr. Ian Wilmut terhadap seekor domba yang
diberi nama Dolly.
Istilah kloning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau klona, yang secara
harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini tanam-tanaman baru yang persis
sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat penanaman potongan tanaman yang diambil dari
suatu pertemuan tanaman jantan dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat
dimengerti bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat potongan/pangkasan tanaman telah lama
dikenal manusia. Karena tidak adanya keterlibatan jenis kelamin, maka yang dimaksud dengan
clonasi adalah suatu metode atau cara perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi) secara
seksual. Hasil perbanyakan lewat cara semacam ini disebut klonus/klona, yang dapat diartikan
sebagai individu atau organisme yang dimiliki genotipus yang identik.
Klon atau clone berasal dari bahasa Yunani yang artinya pemangkasan (tanaman). Istilah
ini semula digunakan untuk potongan/pangkasan tanaman yang akan ditanam. Kini, setelah
mengalami kemajuan tehnologi sudah berubah menjadi rekayasa genetika.
Selama ini reproduksi aseksual hanya terjadi pada bakteri, serangga, cacing tanaman.
Dengan perkembangan bioteknologi, para ahli genetika menemukan cara reproduksi makhluk
tanpa harus melalui proses pertemuan sperma dan sel ovum yakni dengan mereplikasi (meng-
copy) fragmen DNA yang akan di kloning dari sel suatu makhluk hidup seperti sel rambut,
tulang, otot, dll.
Kloning manusia menjadi isu pembicaraan semakin menarik para ulama akhir-akhir ini.
Sejak keberhasilan kloning Domba 1996, muncullah hasil kloning lain pada monyet (2000),
lembu (2001), sapi (2001), kucing (2001) dan dikomersialkan pada 2004, kuda (2003), anjing,
serigala dan kerbau. Selain itu, beberapa lembaga riset telah berhasil mengkloning bagian tubuh
manusia seperti tangan. Kloning bagian tubuh manusia dilakukan untuk kebutuhan medis, seperti
tangan yang hilang karena kecelakaan dapat dikloning baru, begitu juga jika terjadi ginjal yang
rusak (gagal ginjal). Dan terakhir, ada dua berita pengkloningan manusia yakni Dokter Italia
Kloning Tiga Bayi dan Dr. Zavos Mulai Kloning Manusia.
Kloning manusia mempunyai proses atau cara yang hampir sama dengan proses bayi
tabung. Pertama dilakukan pembuahan sperma dan ovum diluar rahim, setelah terjadi
pembelahan (sampai maksimal 64 pembelahan) ditanam di dalam rahim, sel intinya diambil dan
diganti dengan sel inti manusia yang akan di kloning. Proses selanjutnya sebagaimana pada
kehamilan biasa.
Kloning terhadap manusia merupakan bentuk intervensi hasil rekayasa manusia. Kloning
adalah teknik memproduksi duplikat yang identik secara genetis dari suatu organisme.
Untuk reproduksi makhluk hidup secara aseksual (tanpa diawali proses pembuahan sel
telur oleh sperma, tapi diambil dari inti sebuah sel). Dalam cloning manusia (human cloning),
selain dibutuhkan sel yang akan dikloning, dibutuhkan pula ovum (sel telur) dan rahim. Tanpa
ovum tidak bisa dikloning dan tanpa rahim, sel yang dikloning pada ovum akan mati.
Permasalahan kloning merupakan permasalahan kontemporer (kekinian). Dalam kajian
literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya,
rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut
beberapa pandangan ulama kontemporer.
Para ulama yang mengharamkan kloning manusia memiliki beberapa dalil yang
menguatkan pendapat mereka. Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan).
Padahal Islam telah mewajibkan pemeliharaan nasab. Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas RA, yang
mengatakan bahwa Rasulullah SAW telah bersabda :
‫َمنْ ا َّدعَى إِلَى َغ ْي ِر أَبِي ِه َو ُه َو يَ ْعلَ ُم أَنَّهُ َغ ْي ُر أَبِي ِه فَا ْل َجنَّةُ َعلَ ْي ِه َح َرا ٌم‬
"Siapa saja yang mengaku-ngaku (sebagai anak) kepada orang yang bukan bapaknya, padahal
dia tahu bahwa orang itu bukan bapaknya, maka surga baginya haram."(HR Muslim)
Kloning yang bertujuan memproduksi manusia-manusia yang unggul dalam hal
kecerdasan, kekuatan fisik, kesehatan, kerupawanan jelas mengharuskan seleksi terhadap para
laki-laki dan perempuan yang mempunyai sifat-sifat unggul tersebut, tanpa mempertimbangkan
apakah mereka suami-isteri atau bukan, sudah menikah atau belum. Dengan demikian sel-sel
tubuh akan diambil dari laki-laki dan perempuan yang mempunyai sifat-sifat yang diinginkan,
dan sel-sel telur juga akan diambil dari perempuan-perempuan terpilih, serta diletakkan pada
rahim perempuan terpilih pula, yang mempunyai sifat-sifat keunggulan. Semua ini akan
mengakibatkan hilangnya nasab dan bercampur aduknya nasab.
Anak-anak produk proses kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak alami.
Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia dan dijadikan-
Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunan. Allah SWT berfirman :
‫الذ َك َر َواأْل ُ ْنثَى ِمنْ نُ ْطفَ ٍة إِ َذا تُ ْمنَى‬
َّ ‫ق ال َّز ْو َج ْي ِن‬
َ َ‫َوأَنَّهُ َخل‬
"dan Bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari
air mani apabila dipancarkan." (QS. An Najm : 45-46)
Allah SWT berfirman :
‫س َّوى‬َ َ‫ق ف‬ َ َ‫أَلَ ْم يَ ُك نُ ْطفَةً ِمنْ َمنِ ٍّي يُ ْمنَى ثُ َّم َكانَ َعلَقَةً فَ َخل‬
"Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu
menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya." (QS. Al
Qiya>mah : 37-38)
Pendapat diatas juga didukung oleh KH Ali Yafi, beliau mengatakan manusia tidak dapat
disamakan dengan hewan dan tumbuhan untuk dikloning. Jika tetap disamakan dengan hewan
dan tumbuhan, derajat manusia akan turun. Oleh karena itu kloning manusia haram.
Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak hukum-
hukum syara', seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak dan kewajiban antara bapak
dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman, hubungan 'as}abah, dan lain-lain. Di
samping itu kloning akan mencampur adukkan dan menghilangkan nasab serta menyalahi fitrah
yang telah diciptakan Allah untuk manusia dalam masalah kelahiran anak. Kloning manusia
sungguh merupakan perbuatan keji yang akan dapat menjungkir balikkan struktur kehidupan
masyarakat.
Dari beberapa pandangan ulama kontemporer seperti Quraish Shihab, Ali Yafi, Abdel
Mufti Bayoumi, Yusuf Al-Qardhawi, HM Amin Abdullah dan masih banyak lagi ulama-ulama
yang lain.
Penulis mempunyai pendapat yang berbeda tentang kemahraman melakukan kloning
manusia , hal ini disebabkan kloning merupakan hal yang patut di sukuri karena sebagai salah
satu penemuan yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi bagi pasangan yang mengalami
gangguan ketidak suburan.
Penulis beralasan di karenakan argumen dari pandangan ulama kontemporer sangatlah
umum dan tidak ada spesifikasi masalah. Sedangkan penulis beranggapan dengan membolehkan
dilakukannya bayi tabung oleh pasangan suami istri, maka itu juga salah satu celah untuk di
boleh seseorang pasangan suami isteri untuk melakukan upaya pengkloniangan manusia.
Di dalam agama Islam pernikahan merupakan suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan
perempuan untuk hidup bersama dalam satu rumah tangga, serta sebagai upaya untuk
mendapatkan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syari'at Islam.
Sedangkan anak merupakan mutiara keluarga. Kehadirannya selalu ditunggu di setiap
perkawinan sepasang suami isteri. Jika ia tidak hadir dalam rentang waktu cukup panjang dalam
sebuah perkawinan, akan membuat cemas banyak pihak, khususnya orang tua serta para kerabat.
Anak merupakan magnet kuat untuk menjaga keutuhan suatu rumah tangga.
Infertilitas atau tidak kesuburan dapat menjadi sumber kecemasan pada pasangan suami
istri. Untuk menghasilkan anak (reproduksi) setiap pasangan harus subur (fertil) dengan syarat -
syarat pada seorang perempuan di antaranya sistem dalam indung telur mampu menghasilkan
telur secara teratur (setiap empat atau enam minggu), saluran sel telur berfungsi dengan normal
dan bisa menghantarkan telur dan sperma, rahim mampu mengembangkan dan mempertahankan
telur yang sudah dibuahi hingga mencapai maturitas (38 minggu dihitung dari haid terakhir)
Adapun syarat untuk seorang laki-laki di antaranya buah pelir (buah zakar) mampu
menghasilkan sperma normal yang cukup jumlahnya untuk membuahi sel telur. Saluran zakar
mampu menghantarkan sperma sampai ke penis. Kemampuan untuk mempertahankan ereksi,
kemampuan untuk mencapai ejakulasi agar sperma dapat dikeluarkan ke dalam liang senggama
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana suami istri belum mampu mempunyai anak
walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1
tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Seorang perempuan seringkali diopinikan sebagai faktor utama penyebab kegagalan
menghasilkan anak (reproduksi). Pendapat itu tidak beralasan sebab gangguan ketidak suburan
pada seorang perempuan bukanlah penyebab utama. Gangguan infertilisasi pada pasangan
inferitil, sekitar 40 % adalah perempuan dan 40% laki-laki. Sisanya 20%, karena kedua pasangan
atau penyebabnya belum diketahui.
Akan tetapi, sistem reproduksi wanita sering dianggap sebagai sebuah sistem yang lebih
komplek daripada sistem reproduksi pria. Hal tersebut terjadi karena hampir seluruh sistem
reproduksi manusia terjadi dalam sistem reproduksi wanita. Dalam perkembangan ilmu
kedokteran sudah banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang pasangan yang tidak
mempunyai pasangan suami istri untuk mendapatkan keturunan di dalam ikatan perkawinan.
Seperti hanya dengan melakukan general check up kepada kedua pasangan agar diketahui
penyebab terjadinya infertilisasi. Setelah diketahui maka cara yang dapat dipilih adalah dengan
melakukan terapi kesuburan, inseminasi buatan, bayi tabung, dan yang terbaru adalah dengan
melakukan kloning. Cara itu semua menjadi sebuah pilihan yang bisa menjadikan sebuah solusi
untuk mereka.
Dengan banyaknya solusi yang diberikan oleh ilmu kedokteran untuk dapat memperoleh
keturunan, pada satu sisi adanya penemuan medis tentang upaya menghasilkan anak (reproduksi)
dengan melakukan kloning merupakan prestasi yang patut disukuri dan terus dikembangkan.
Tetapi pada sisi lain menimbulkan persoalan baru karena ini berkaitan dengan bagaimana status
anak yang dihasisilkan dari proses kloning tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi