Vous êtes sur la page 1sur 2

PARAFIN

Parafinum cair atau dikenal dengan nama paraffinum liquidum (spissum)


adalah golongan zat pelicin dan emollientia. Parafinum liquidum merupakan zat
yang terdiri atas campuran persenyawaan hidrokarbon cair jenuh yang diperoleh
dari minyak bumi. Zat ini tidak dicerna dalam saluran lambung usus dan hanya
bekerja sebagai zat pelicin bagi isi usus dan tinja. Dari sini dapat dikatakan bahwa
parafinum liquidum hanya berguna untuk melunakkan feses yang terutama
digunakan untuk penyakit wasir maupun setelah dilakukannya pembedahan rektal.

Penggunaan paraffinum liquidum ini dapat menyebabkan iritasi disekitar


anus dan zat ini digunakan sebagai emulsi yang kadang – kadang mengandung
fenolftalein. Paraffinum liquidum yang mengandung fenolftalein dikenal dengan
nama *Agarol. Fenolftalein merupakan derivat difenilmetan yang kerja
laksansianya terutama berdasarkan rangsangannya terhadap usus besar. Zat ini
sukar larut dalam air dan tidak memiliki rasa serta tidak berbau. Berbeda dengan
parafin yang merupakan cairan maka fenolftalein ini merupakan serbuk yang
berwarna putih. Fenolftalein sudah jarang digunakan lagi bersama laksansis
umum (bersama agar – agar). Dalam analisa kimia, fenolftalein digunakan sebagai
indikator asam – basa.

Resorpsinya didalam usus kecil yang dilarutkan oleh aktivitas dari garam –
garam empedu. Masa kerjanya 4 sapai dengan 8 jam setelah pemberian. Berbeda
halnya dengan paraffin liquidum yang tidak diserap oleh lambung dan usus maka
sebagian fenolftalein akan diserap dan masuk kedalam sirkulasi untuk kemudian
kembali diekskresikan kedalam empedu dan akibatsiklus enterohepatisnya inilah
lama kerjanya bisa bertahan 2 sampai 3 hari setelah pemberian.

Baik paraffinum liquidum maupun fenolftalein sudah tidak digunakan lagi


sebagai laksansia karena efek sampingnya yang dapat bersifat serius. Fenofltalein
dapat menyebabkan kolik, kolaps, lupus eritematous dan reaksi kepekaan pada
kulit , juga pigmentasi yang dapat bertahan selama beberapa waktu setelah
pengobatan dihentikan. Efeknya yang paling berbahaya adalah zat ini telah
terbukti bersifat karsinogen pada tikus.
Sementara itu paraffinum liquidum memiliki sifat yang mengurangi
penyerapan oleh tubuh dari zat –zat gizi, antara lain vitamin – vitamin yang larut
dalam lemak ( vitamin A, D, E, K. Pada saat penggunaan bila sampai terinhalasi,
zat ini dapat mengakibatkan sejenis radang paru – paru berbahaya ( pneumonia
lipoid ). Selama kehamilan penggunaannya tidak dianjurkan. Oleh karena
keberatan inilah paraffinum liquidum praktis tidak digunakan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Tjay, Tan Hoan. 2003. Obat – Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek – Efek
Sampingnya. Obat – Obat Gangguan Saluran Cerna : Laksansia. Elex
Media Komputindo: Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi