Vous êtes sur la page 1sur 11

IndonesiaKidney stone is one of the most common diseases in the field of urology.

Kidney stones
have a significant effect on quality of life and socio-economic factors. Epidemiological data on the
incidence of kidney stones ranges between 2-20%. These epidemiological data are influenced by
geography, race, age, type of health, climate, nutrition and environmental factors. The prevalence
of kidney stones in Germany is 5.5% in men and 4% in women, in the United States it reaches
12% in men and 6% in women, while in Thailand in the north it is 16.9%. Meanwhile from other
data in Indonesia which have been published, there has been an increase in the number of patients
with kidney stones who have been treated at Cipto Mangunkusumo Hospital from year to year
starting from 182 patients in 847 patients in 2002. In the Urology Department of Dr. Soetomo
Hospital Surabaya Kidney stone disease is the number two disease after prostate disease which is
577 cases / year. Kidney stones can provide more severe morbidity and frequent recurrence in
patients because they have multifactorial disease. In choosing the optimal therapeutic approach for
kidney stone patients, various factors must be considered. These factors are stone factors (size,
number, composition and location), renal anatomical factors (degree of obstruction,
hydronephosis, uretero-pelvic junction obstruction, calyx diverticle, horseshoe kidney) and patient
factors (infection, obesity, habitus deformity body, coagulopathy, children, the elderly,
hypertension and kidney failure). Percutsneoud Nephrplihotomy (PCNL) is one of the minimally
invasive measures in the field of urology that aims to remove kidney stones by using percutaneous
access to reach the pelviococcal system. This procedure is widely accepted as a procedure for
treating kidney stones because it is relatively safe, effective, inexpensive, comfortable and has
morbidity. This study was conducted to determine kidney stone disease to its prevention. This
study uses literature studies so that the theories contained in this study, taken from various kinds
of book and web sources. The results obtained were kidney stones characterized by the presence
of pieces of solid material formed when substances dissolved in urine have very high
concentrations. These solid materials are generally formed from oxalate, calcium and phosphate.
The incidence of kidney stones can be caused by genetic or innate factors, food and drink factors
and activity factors such as work and sports. Based on the research found a solution to prevent
kidney stone disease, namely through official or formal treatment known as medical treatment
methods, as well as alternative medicine using herbal ingredients.
Keywords: kidney stones, causes, prevention methods
Google Terjemahan
https://translate.google.com › ...
Layanan gratis Google menerjemahkan kata, frasa, dan halaman web secara instan antara bahasa
Inggris dan lebih dari 100 bahasa ...
Translate Google
Google Translate - Google Terjemahan - w w w .

11
atau terdapat cacat pada gigi atau yang sejenisnyanya, maka tidak apa-apa. (Syarah Sahih Muslim:
7/361). Crowning dan veneer akan menjadi lebih terlarang apabila dilakukan untuk menipu
manusia lain supaya kelihatan lebih muda dan lebih cantik. Contohnya memakai crown emas agar
kelihatan lebih makmur ketika hendak meminang seorang wanita dan sebagainya. Dr. Abdullah al-
Faqih dan komite fatwanya menyatakan:
“Jika seseorang melakukan perawatan kecantikan
untuk menipu atau memperdaya siapapun yang melihatnya, seperti untuk pernikahan atau
sebagainya, maka terlarang.”
Namun pemakaian crown atau veneer harus hukumnya apabila dilakukan untuk menutup aib yang
ada pada wajah seseorang, seperti gigi yang mengalami diskolorisasi dan fraktur parah sehingga
orang yang melihatnya akan merasa tidak enak atau takut. Dr. Yusuf al-Qaradawi berkata:
“Seandainya orang tersebut mempunyai kecacatan yang tidak enak dipandang,
misalnya karena ada daging tumbuh yang bisa menimbulkan perasaan tak nyaman, tidaklah
berdosa untuk berobat selaama dengan tujuan menghilangkan kecacatan atau penyakit yang bisa
mengancam hidupnya. Ini karena Allah tidak menjadikan agama untuk kita penuh kesukaran (Al-
Halal wal Haram Fil Islam). Kemudian juga ada pertanyaan tentang hukum membuat
implant/bridge/crown karena mengcover gigi kita, sehingga air wudhu tidak akan dapat melalui
gigi tersebut. Tidak apa, karena gigi bukanlah salah satu anggota badan yang wajib dalam wudhu.
Wudhu tanpa berkumur-kumur masih sah. Hukum Memakai Crown Emas Jika yang memasang
gigi palsu adalah perempuan, maka hal itu dibolehkan karena perempuan dibolehkan untuk
menggunakan emas. Tetapi jika yang menggunakan gigi palsu itu adalah laki-laki, maka hal itu
tidak bisa dilepas dari dua keadaan :

12
Pertama
: Dalam keadaan normal, dan tidak darurat, artinya dia bisa menggunakan crown dari bahan
akrilik dan porselen selain emas dan perak, maka dalam hal ini memakai crown dari emas dan
perak hukum haram.
Kedua
: Dalam keadaan darurat dan membutuhkan, seperti dia tidak mendapatkan kecuali crown yang
terbuat dari emas atau perak, atau tidak bisa disembuhkan kecuali dengan bahan dari emas atau
perak, maka hal itu dibolehkan. Ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh
Arfajah bin As'ad
:
 

    

 

  

 

 

  
 

  

 

      

   

  

 



   

  

   

 



  



    

  



  

  

 

 
Dari Arfajah bin As'ad ia berkata, "Saat terjadi perang Al Kulab pada masa Jahilliyah hidungku
terluka, lalu aku mengganti hidungku dari perak, tetapi justru hidungku menjadi busuk. Kemudian
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan agar aku membuat hidung dari emas."
(HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan hadist ini Hasan) Hadist di atas, walaupun berbicara masalah
penggantian hidung dengan emas dan perak dalam keadaan darurat atau membutuhkan, tetapi bisa
dijadikan dalil untuk penggantian gigi dengan perak dan emas, jika memang dibutuhkan, karena
kedua-duanya sama-sama anggota tubuh.

13
Hukum Mencabut Crown dan Veneer Ketika Meninggal Dunia
Adapun bagi orang yang meninggal sementara terdapat
crown
atau
veneer
pada giginya maka tidaklah diwajibkan untuk melepaskan atau mencongkelnya dari si mayit
selama bahan yang digunakan adalah bahan yang suci bukan najis.
Ibnu Qudamah didalam kitabnya “al Mughni” mengatakan jika untuk menguatkan tuluang
diperlukan tulang juga maka lakukanlah kemudian dirinya meninggal maka (tulang sanggahan itu)
tidak perlu dilepaskan apabila ia termasuk bahan yang suci.
Crown
dari emas dan perak bagi laki-laki jika dalam keadaan darurat dan membutuhkan, makanya jika
seseorang sudah meninggal dunia, keadaan darurat tersebut sudah hilang, sehingga harus diambil
dari mayit, kecuali jika hal itu justru menyakiti atau menodai mayit, maka hukumnya menjadi
tidak boleh dicabut. Kenapa tidak boleh? karena mayit walaupun sudah mati, tetapi masih dalam
keadaan terhormat dan tidak boleh dinodai ataupun disakiti, sebagaimana orang hidup. Adapun
bagi perempuan secara umum dibolehkan menggunakan crown emas sebagaimana diterangkan di
atas. Ketika perempuan ini meninggal dunia, maka hal itu diserahkan kepada ahli waris, jika
mereka merelakan
crown
dari emas itu ikut dikubur bersama mayit, maka tentunya lebih baik. Tetapi jika mereka
menginginkan
crown
dari emas yang bernilai tersebut, maka dibolehkan bagi mereka mencabut crown emas dari mayit
tersebut, selama hal itu tidak menyakiti atau menodai mayit.
prevnext

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Petugas kesehatan pada masa kini ditutut untuk menggunakan metode pendekatan pemecahan
masalah (problem seving aproach) didalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.
Metode ini dilaksanakan dengan cara mengguanakan proses keperawatan kesemua aspek layanan
keperawatan. Untuk dapat menerapkan proses keperawatan maka petugas kesehatan harus
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengkaji, merumuskan diagnosa keperawatan,
mempormulasikan rencana dan melaksanakan tindakan dan mambuat evaluasi.
Pengkajian, utamanya pengkajian nadi merupakan tahap pertama dalam proses pemeriksaan fisik
terhadap nadi. Pengkajian fisik nadi pada dasarnya menggunakan cara yaitu, dengan tekhnik
palpasi saja. Tujuan akhir dari pengkajian fisik nadi adalah untuk menentukan penyakit dan
penyakit pasien.
Pemerikasaan nadi sangat penting dilakukan agar petugas kesehatan yang melakukan
pemerikasaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi (frekuensi, irama, dan kuat lemah nadi). Agar
pemeriksaan nadi hasilnya akurat, maka petugas kesehatan yang memeriksa denyut nadi harus
paham akan prosedur kerja dalam pemeriksaan.

Rumusan masalah
1. Apa definisi dari pemeriksaan nadi?
2. Bagaimana indikasi pemeriksaan nadi?
3. Bagaimana kontraindikasi pemeriksaan nadi?
4. Apa saja peralatan yang dibutuhkaan dalam pemeriksaan nadi?

1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang cara pemeriksaan fisik denyut nadi yang
benar menurut prosedur kesehatan, sehingga hasil yang diperoleh dari pemeriksaan tersebut dapat
dihasilkan data yang akurat.
Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah pemerikasaan fisik.

1.3 Manfaat
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi pembaca dan penyusun,
sekaligus sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai pada mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan V (KDM).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nadi
Nadi
Adalah gerakan / aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan oleh kontraksi dari
ventrikel kiri jantung.
Denyut Nadi
Adalah rangsangan kontraksi jantung dimulai dari NODES SINDAURI TULAR / NODUS
SINOATRIAL yang merupakan bagian atas serambi kanan jantung:
 Kurang lebih 5 liter darah dipompakan dari jantung setiap menit
 Volume strok yaitu banyaknya darah yang dipompa keluar dari bilik jantung dari setiap
kontraksi.
2.2 Menghitung Denyut Nadi
A. Pengertian
Mengukur denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah arteri yang disebabkan oleh
gelombang darah yang mengalir didalamnya sewaktu jantung memompa darah kedalam aorta /
arteri.
B. Tujuan
 Mengetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.
 Untuk mengetahui kerja jantung
 Untuk mengetahui kelemahan dengan segara
 Untuk mengetahui denyut nadi rata – rata pada bayi baru lahir, anak usia 2-3 tahun dan orang
dewasa dengan denyut nadi perifer dan ileguler.
 Untuk megetahui data dasar dan evaluasi lanjut
 Untuk menentukan apakah denyut nadi rata – rata normal atau tidak
 Untuk memonitor pasien dengan penyakit jantung dan reaksi dari pengobatan yang diterima.
C Pengukuran
1. Peripheral Pulse (palpasi)
ex : kaki, tangan, leher.
2. Apical pulse (palpasi dan auscultasi)
ex : apek jantung.
D. Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Menghitung Denyut Nadi.
1. Frekuensi
Frekuensi dinyatakan dengan ketukan nadi dalam satu menit
ex : 70 – 80 x/menit
Kelainan (pada orang dewasa)
 Brodycardia : nadi <>
 Tpchycardia : nadi > 100 x/menit
2. Volume
Kekuatan darah yang dialirkan dalam setiap kekuatan biasanya volume denyutnya sama setiap
ketukan volume normal dapat dirasakan pada tekanan bila deraba oleh jari tangan.
Biasanya volume pulse diukur dengan skala 0-4
1 : Tak teraba
2 : Kecil dan lemah
3 : Mudah teraba
4 : Ada kelainan
E. Faktor Yang Mengetahui Denyut Nadi
1. Umur
Semakin bertambah usia, secara bertahap denyut nadi semakin menurun.
2. Sex
Pada umur yang sama laki – laki dan wanita, denyut nadi sangat bervariasi setelah pubertas,
denyut nadi laki – laki lebih lembat wanita.
3. Irama
Jarak ketukan nadi pertama ke ketukan nadi selanjutnya
Normal : Aqual time.
Kelainan : Irama ireguler atau dygrhitmia / arrhimia
Jika hal tersebut ditemukan :
 Periksa apical pulse
 Bila perlu periksa EKG
Mendevinisikan dygrhitmia lebih lanjut.
Ex : Begimmy rhitme
-A pulse deficit (no pettern)
Opical rate >> radial atau peripheral other
4. Stisitas dinding artery
Ukuran elastisitas sebuah arteri
Normal : lembut dan lurus
Pada ortu sering kali ditemukan keras dan tidak elastis.
Elastisitas arteri mungkin tidak berpengaruh :
a. Frekuensi
b. Irama atau volume nadi tetapi mempengaruhi keadaan sitem vaskuler klien.
Untuk mengetahui adekuat aliran darah perlu memeriksa denyut nadi satu dengan sisi tubuh yang
lain.
Ukuran Menurut Denyut Nadi
Umur, ketentuan atau maut, rata – rata, irama, volume atau amplitude.
2.3 Perincian Tugas Pemeriksaan Denyut Nadi :
a. Mengidentivikasi Pasien :
1. Dilakukan rutin setiap 4 jam
2. Pasien yang dilakukan oparasi
3. Pasien Posi op
4. Pasien yang akan diberikan iranfusi
5. Pasien dengan keluhan menggigit
b. Persiapan Alat :
1. Arloji tangan dengan petunjuk detik
2. Buku catatan suhu nadi atau lembaran observasi
c. persiapan pasien :
1. Pasien diberi penjelasan supuya tenang
2. Pada waktu pengukuran nadi pasien dalam posisi berbaring atau duduk.
d. Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan sebelum atau sesudah melakukan perasat.
2. Menghitung denyut nadi dilakukan bersamaan dengan pengukuran suhu.
3. Pada waktu pengukuran denyut nadi pasien benar – benar istirahat dalam posisi berbaring atau
duduk.
4. Perhitungan dilakukan dengan menempelkan jari telunjuk dan jari tengah diatas arteri selama
setengah menit dan hasilnya dikalikan dua.
5. Khusus pada anak dihitung selama satu menit.
6. Hasil penghitungan dicatat pada buku suhu / nadi atau lembar observasi.

Perhatian :
Perhatian isi (volume), denyut nadi iramanya teratur atau tidak dan tekanya keras atau tidak.
Memegang denyut nadi tidak boleh dilakukan jika tangan petugas baru saja memegang es.
bila keadaan pasien payah atau bila diperlukan sewaktu – waktu terntu, perhitungan harus
dilakukan lebih sering dicatat pada lembar khusus.
bila terjadi perubahan pada denyut nadi pada pasien segera laporkan pada penanggung jawab
ruangan / dokter yang bertanggung jawab.
bila terjadi pada iramanya (irama tak teratur) sebiknya dihitung dengan satu menit.
2.4 Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi, yaitu :
1. Temporalis.
- Ketika radial pulse tidak dapat dirasakan.
2. Karotid.
- Untuk bayi (cardias arrest).
3. Apikal.
- Rutin dilaksanakan pada bayi dan anak sampai pada umur 3 tahun.
- Untuk pertimbangan denyut nadi radial.
- Berhubungan dengan penberian pengobatan.
4. Brankialis.
- Dilakukan pada pengukuran tekanan darah.
5. Femoralis.
- Untuk cardial arrest.
- Untuk bayi dan anak.
- Untuk menentukan sirkulasi pada kaki.
6. Radialis.
- Mutlak dilakukan dan umum digunakan.
7. Poplitea.
- Menentukan sirkulasi dibawah kaki.
- Tekanan darah pada kaki.
8. Dorsalis pedis dan timbialis posterior.
Tampat yang sering dilakukan dalam pemeriksaan nadi yaitu:
A. Arelis Radialis
- Terletak tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan pada sisi ibu jari, relatif
mudah dan sering dipakai secara rutin.
 Pengukuran Frekuensi Denyut Arteri Radialis
 Persiapan Alat :
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Kartu status pasien.
3. Alat Tulis
 Persiapan pasien :
1. Buatlah pasien rileks dan nyaman
2. Bila pasien baru selesai beraktifitas, tunggu 5 – 10 menit sebelum memeriksa denyut nadi.
 Cara pemeriksaan :
1. Pemeriksa mencuci tangan.
2. Mentalah pasien untuk menyingsikan baju yang menutupi pergelangan tangan kanan.
3. Bila posisi pasien duduk : tangan diletakan pada paha dan lengan lurus sejajar badan (ekstensi).
Bila posisi pasien berbaring : kedua tangan lurus sejajar badan dan menghadap atas.
4. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah (jari ke
2,3) diosepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan sisi Ibu jari.
5. Rasakan denyut arteri radialis dan iramanya.
6. Hitung denyut tersebut selama satu menit.
7. Apabila denyut teratur cukup dihitung selama 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan dua (2).
Apabila denyut tidak teratur dihitung selama satu menit.
8. Catat hasil pengukuran jumlah denyut dan keteraturan iramanya pada kartu status pasien.
9. Informasikan kepasien.
10. Tanyakan pada penderita apakah ada yang ditanyakan tentang hasil pengukuran denyut
nadinya.
B. Arteri Brakralis
- Terletak didalam otot biceps dari lengan atau medial diliputan siku (fossa antekubital, digunakan
untuk mengukur tekanan darah dan kasus henti jantung (radial arrest) pada bayi.
 Pemerikasaan Frekuensi Denyut Arteri Brakralis
- Persiapan alat
1. Alat pengukur (jam tangan dengan jarum detik, stop watch)
2. Kartu status pasien.
3. Alat tulis
- Persiapan Pasien :
1. Buatlah pasien rileks dan nyaman
2. Bila pasien baru selesai beraktifitas, tunggu 5 – 10 menit sebelum pemeriksaan frekuensi
denyut.
- Cara pemeriksaan :
1. Pemeriksa mencuci tangannya
2. Mintalah pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi fossa cubiti atau lipatan siku
sebelah dalam.
3. Bila posisi pasien duduk : tangan diletakan pada paha dan lengan lurus sejajar badan (ekstensi).
Bila posisi pasien berbaring : kedua lengan lurus sejajar badan dan menghadap ke atas.
4. Lakukan palpasi ringan arteri dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah (jari ke2,3)
pada fossa cubiti atau lipatan siku sebelah kanan.
5. Rasakan denyut arteri brakrelis dan iramanya.
6. Hitung denyut tersebut selama satu menit.
7. Apabila denyut teratur cukup dihitung selama 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan dua.
Apabila denyut tidak teratur dihitung selama satu menit.
8. Catat hasil pengukuran jumalah denyut dan keteraturan iramanya pada kartu status pasien.
9. Informasikan kepasien.
10. Tanyakan pada penderita apakah ada yang ditanyakan tentang hasil pengukuran denyut
nadinya.
C. Arteri Karotid
- terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan diatara trakea dan
otot sternoklerdo mastordius, sering digunakan untuk dewasa, kasus cardiac arrest dan untuk
memantau sirkulasi darah keotak.
 Pemeriksaan Frekuensi Denyut Arteri Karotid
- Persiapan alat :
1. Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stop watch).
2. Kartu status pasien.
3. Alat tulis.
- Pemeriksaan Pasien :
1. Pemeriksa mencuci tangannya.
2. Mintalah pasien untuk melepaskan bajunya sehingga bagian leher terlihat jelas.
3. Bila posisi pasien duduk: tangan diistihatkan pada paha. Bila posisi pasien berbaring : kedua
tangan lurus sejajar badan dan menghadap atas.
4. Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut Arteri Karotid mintalah pasien untuk
memalingkan kepalanya pada sisi arah yang berlawanan dengan yang akan diperiksa.
5. Kemudian lakukan palpasi dengan lembut, jangan terlalu keras untuk menghindari rangsangan
sinus karotid.
6. Rabalah antara trachea dan otot sternocledo mastoideus bagian media yang menggunakan jari
tangan dan telunjuk.
7. Perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas.
8. Apabila denyut teratur cukup dihitung selama 30 detik, kemudian hasilnya dikalikan dua.
Apabila denyut tidak teratur dihitung selama satu menit.
9. Kemudian dengan menggunakan sisi bel dari stetoskop, aoskultasi denyut Arteri Karotid
diujung lateral tulang klaulkula dan tepi posterior otot sternocledo mastoideus pada saat penderita
menahan napas.
10. Normal denyut arteri karotid bersifat lokal, kuat, menghentak dan tidak terpengaruh pada saat
bernapas, atau perubahan posisi tubuh. Kedua arteri sebanding dalam frekuensi baik kuatnya,
elastisitas, keteraturan, irama dan tidak ada bunyi yang terdengar diatas arteri karotid
11. Catat hasil pengukuran jumlah denyut dan keteraturan iramanya pada kartu status pasien.
12. Informasikan kepasien.
13. Tanya pada penderita apakah ada yang ditanyakan tentang hasil pengukuran denyut nadinya.

INDIKASI
1. Pasien yang baru masuk untuk dirawat
2. Secara rutin pada pasien yang dirawat
3. Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

KONRAINDIKASI
1. Jangan sampai tidak melihat jam
2. Aktifitas berlebih/ olahraga
3. Pemeriksaan dilakukan saat pasien baring atau istirahat
4. Tidak boleh ngobrol, soalnya konsentrasi akan terpecahkan
5. Saat pemeriksaan nadi, kita tidak boleh mengukur tekanan darah secara bersamaan
6. Saat melakukan pemeriksaan nadi, usahakan tangan pasien tidak bergerak-gerak

PERALATAN
1. Persiapan alat
a. Jam tangan
b. Sarung tangan
c. Alat tulis
d. Buku catatan

BAB III
PENUTUP
Untuk memperoleh gambaran yang jelas uraian dalam Bab I dan Bab II dan maka dengan ini akan
dikemukakan.
Kesimpulan
Saran
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari Bab II maka dapat disimpulkan bahwa:
Nadi adalah gerakan alliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan oleh kontraksi dari
ventrikel kiri jantung.
Denyut Nadi adalah rangsangan kontraksi jantung yang dimulai dari NODES SINOAURI atau
NODUS SINO ATRIAL yang merupakan bagian atas serambi kanan jantung.
Menghitung Jumlah Nadi
 Jika penghitungannya dalam waktu satu menit maka 1 menit X 1.
 Jika penghitungannya dalam waktu 30 detik maka 30 detik X 2.
 Jika penghitungannya dalam waktu 15 detik maka 15 detik X 4.
Jumlah Nadi Normal
 BBL : 130 – 160 /menit
 Bayi pada umumnya : 120 – 140 /menit
 Anak (1 – 7 tahun) : 80 – 120 /menit
 Anak (8 – 14 tahun) : 70 – 110 /menit
 Orang dewasa : 70 – 90 /menit
 Orang tua : 60 – 70 /menit
3.2 Saran - Saran
Sebagai petugas kesehatan yang perlu diberikan dalam denyut nadi adalah:
 Jumlah / frekuensi permenit.
 Isi / besar kecilnya volume.
 Keras lemahnya tekanan.
.

Diposting 6th October 2012 oleh Fhiyan

Vous aimerez peut-être aussi