Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
PENGARUH INFUSA DAUN KELOR (Moringa oleifera) SEBAGAI
PRESERVATIF ALAMI TERHADAP KUALITAS DAGING BABI
1
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang
2
Departemen Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana Kupang
*Korespondensi e-mail : selvianidangur@gmail.com
ABSTRACT
Pork is one of the most consumption types of meat in the East Nusa
Tenggara region. The aim of this research was to determine the influence of
Moringa leaf infusion as a natural preservative to the quality of pork. This
research used Moringa leaf which were valuable plants in the region East Nusa
Tenggara region specifically in the City of Kupang. Moringa leaf are one part of
the plant which is known to have antimicrobial compounds. This research is an
experimental laboratory research and used a total of 48 samples of thigh pork
(Biceps femoris). This research used a completely randomized design with
factorial pattern. The first factor was concentration of infusion Moringa leaf
consist of 0% (K0), 5% (K1), 10% (K2), and 15% (K3) and the second factor
was time of storage consist of 0,6, 12, and 18 hours with 3 replications. The
quality of pork parameters that have been examined: color, texture, odor, value
in the Eber test, pH value, and total plate count (TPC) value.The results showed
that the addition of Moringa leaf infusion change the color and odor. The Eber
test shows the K3 group can last up to 18 hours. There was no significant effect
of infusion concentration (P>0.05) on the pH value and there was a very
significant effect on the time of storage (P<0.01) on the pH value. There was a
significant effect of infusion concentration (P<0.05) and very significant effect
on the time of storage (P <0.01) on the TPC value. The value of TPC in the K3
group was below of the Standar Nasional Indonesia contamination limit for
laying less than 12 hours at room temperature.
PENDAHULUAN
1
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
2
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
METODOLOGI PENELITIAN
3
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
4
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
Pemeriksaan organoleptik Pengujian TPC dengan
Daging babi diletakkan di atas menggunakan media PCA
cawan petri sebanyak 5 gram (Suada Berdasarkan BSN (2008)
et al., 2018). Pemeriksaan pemeriksaan mikrobiologi untuk
organoleptik daging babi dilakukan menghitung jumlah bakteri pada
oleh 7 orang panelis yang memenuhi daging dapat dilakukan dengan
kriteria. Setiap panelis akan menilai menggunakan metode TPC dengan
warna, tekstur, dan aroma daging dan menggunakan media PCA.
memberikan skor berdasarkan Daging ditimbang sebanyak 25
standar pada kuesioner yang g, dilumatkan dalam mortar, dan
diberikan peneliti.Standar yang dimasukkan dalam wadah
digunakan mengacu pada perubahan steril.Kemudian ditambahkan 225
organoleptik yang terjadi pada mL larutan BPW 0.1% dan
daging babi selama penelitian. dihomogenkan. Ini merupakan
larutan dengan pengenceran .
Pemeriksaan awal pembusukan Dilakukan pengenceran 1:100
Pemeriksaan awal ( dengan cara pengambilan 1
pembusukan dilakukan dengan mL suspensi pengenceran
menggunakan metode uji Eber dengan menggunakan pipet steril dan
dengan menggunakan Reagen Eber dituangkan ke dalam tabung reaksi
yang terdiri dari 3 mL alkohol 96%, berisi 9 mL larutan BPW
1 mL eter dan 1 mL HCl pekat. Uji 0.1%.Kemudian dibuat pengenceran
Eber dilakukan dengan cara sampel , dengan
daging babi digantungkan di atas cara yang sama.Selanjutnya
Reagen Eber dalam tabung reaksi. dimasukkan sebanyak 1 mL suspensi
Penentuan awal pembusukan dilihat dari setiap pengenceran ke dalam
dari timbulnya bentukan gas atau cawan petri.Ditambahkan 15 mL-20
asap yang keluar dari daging mL PCA yang sudah didinginkan
(Prawesthirini et al., 2009 cit Antika pada masing-masing cawan petri
et al., 2013). yang berisi suspensi kemudian
dihomogenkan dengan cara
Pemeriksaan pH pemutaran cawan petri membentuk
Pemeriksaan pH dilakukan angka delapan dan didiamkan sampai
dengan menggunakan pH meter campuran memadat.Campuran yang
yangsebelumnya telah dikalibrasi telah memadat diinkubasikan pada
dengan buffer pH 4,0 dan pH 7,0. temperatur 36 ℃ selama 24 jam dan
Daging sebanyak 5 g dilumatkan cawan petri diletakkan dengan posisi
dalam mortar kemudian ditambahkan terbalik.
5 mL aquades dan dihomogenkan
(Suada et al., 2018). Analisis Data
Data dianalisis secara
deskriptif dan menggunakan RAL
5
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
6
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
mempengaruhi warna daging setelah perubahan warna dari merah
direndam. keunguan menjadi merah cerah.
Hasil penilaian pada Tabel 1 Apabila kontak langsung antara
menunjukkan bahwa seiring mioglobin dengan oksigen dalam
bertambahnya jam pada lama jangka waktu yang lama, maka akan
peletakan terjadi perubahan warna terjadi oksidasi membentuk ferric-
daging pada kelompok K0, K1, dan metmyoglobin (MetMb) sehingga
K2. Namun hingga pada jam ke-18, daging berwarna coklat (Aberle et
kelompok K3 tidak menunjukkan al., 2001; Dengen, 2015). Selain itu,
perubahan warna atau cenderung aktivitas bakteri juga dapat
mempertahankan warna merah menyebabkan perubahan warna pada
kehijauan. Warna daging ditentukan daging.Jenis bakteri pembusuk yang
oleh kandungan dan keadaan pigmen menyebabkan terjadi perubahan
daging yang disebut mioglobin. warna daging menjadi coklat
Mioglobin terdiri dari sebuah kehitaman adalah Chromobacterium
molekul protein yang disebut globin lividum (Aberle et al., 2001; Olaoye
dan molekul non protein yang dan Ntuen, 2011).
disebut gugus heme.Pada jaringan Kecenderungan kelompok K3
otot yang masih hidup, mioglobin mempertahankan warna merah
dalam bentuk tereduksi dengan kehijauan hingga pada jam ke-18
warna merah keunguan. Daging dapat disebabkan karena tingginya
mengalami kontak dengan oksigen kandungan klorofil pada larutan
kemudian oksigen akan bergabung infusa konsentrasi 15% dibandingkan
dengan heme dari mioglobin untuk pada kelompok lainnya sehingga
menghasilkan oxymyoglobin (MbO2) lebih banyak pigmen berwana hijau
sehingga warna daging mengalami pada daging kelompok K3.
7
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
8
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
Berdasarkan Tabel 2 atau koloni, degradasi struktur
ditunjukkan bahwa daging pada komponen pada makanan yang
kelompok K0, K1, K2, dan K3 menyebabkan rusaknya tekstur
menunjukkan tekstur kenyal dan (Adams dan Moss 2008). Timbulnya
halus hingga pada jam ke-12. Hasil lendir dapat menjadi tanda terjadinya
penelitian ini didukung oleh Susilo kebusukan pada daging (Jay, 1986 cit
(2007) bahwa ciri daging segar yang Amri et al., 2018).Beberapa jenis
berkualitas tinggi adalah daging yang bakteri pembusuk yang dapat
tekstur kenyal dan halus, warna menimbulkan lendir pada daging
terang, dan lemak intramuskular yang adalah Pseudomonas, Lactobacillus,
cukup. Perubahan tekstur terjadi pada Enterococcus, Weissella, dan
kelompok K0, K1, dan K2 pada jam Brochothrix (Olaoye dan Ntuen,
ke-18, sedangkan kelompok K3 2011).
mempertahankan tekstur kenyal dan Kemampuan kelompok K3
halus hingga pada jam ke-18. untuk mempertahankan kualitas
Kelompok K0, K1, dan K2 tekstur yang baik hingga pada jam ke-
menunjukkan perubahan tekstur 18. Hal ini diduga disebabkan karena
daging yang mulai berlendir pada jam kandungan senyawa antimikroba yang
ke-18. Perubahan tekstur berupa diberikan lebih tinggi dibandingkan
lendir pada daging diduga diakibatkan kelompok K0, K1, dan K2.
karena waktu peletakan daging yang Kandungan senyawa antimikroba,
semakin lama sehingga seperti yaitu saponin, flavonoid,
memungkinkan adanya pertumbuhan tanin, dan terpenoid diduga dapat
bakteri. Hal ini didukung dengan menghambat terjadinya pertumbuhan
pernyataan Amri et al.(2018) bahwa bakteri sehingga tidak menyebabkan
timbulnya lendir dapat terjadi karena terjadinya perubahan tekstur pada
adanya pertumbuhan massa bakteri daging. Berdasarkan kualitas tekstur
dan lepasnya struktur protein daging. dapat dinilai bahwa pada kelompok
Pertumbuhan mikroba pada makanan K3 tidak terjadi pembusukan pada
tampak dengan munculnya lendir daging hingga pada jam ke-18.
9
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
10
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
diperlihatkan oleh kelompok K3 Perbedaan pada lama waktu
hingga jam ke-18. pembusukan dapat terjadi karena
Prinsip kerja pada uji Eber konsentrasi infusa daun kelor pada K2
adalah daging yang mengalami adalah 10%, sedangkan pada
pembusukan akan mengeluarkan gas kelompok K1 adalah 5%, dan pada
NH3. Gas amonia (NH3) terbentuk kelompok K0 adalah 0%. Hasil uji
akibat adanya aktivitas biokimia Eber pada kelompok K3
mikroorganisme dalam daging menunjukkan bahwa hingga jam ke-
(Franciska et al., 2018). Gas NH3 ini 18 tidak terjadi pembusukan pada
kemudian berikatan dengan asam kuat daging. Hal ini menunjukkan bahwa
(HCl) sehingga membentuk NH4Cl. pada kelompok K3 yang memiliki
Menurut Dengen (2015), hasil konsentrasi infusa daun kelor
pengujian Eber pada daging yang sebanyak 15% mampu menekan
busuk akan menghasilkan gas putih pertumbuhan dan aktivitas bakteri
pada dinding tabung reaksi. bahkan hingga 18 jam.
Hasil pengujian Eber yang Senyawa antimikroba pada
didapatkan pada penelitian ini infusa daun kelor, yaitu saponin,
menunjukkan bahwa pada jam ke-6 flavonoid, tanin, dan terpenoid
hingga jam ke-18 telah terjadi awal (Yuliani dan Dienina, 2015). Saponin
pembusukan pada kelompok K0. Hal menghambat pertumbuhan bakteri
ini dapat diakibatkan karena dengan cara mengurangi efisiensi
terjadinya pertumbuhan dan aktivitas pemanfaatan glukosa dalam
mikroorganisme pada kelompok K0 mikroorganisme, mempengaruhi
dan pada kelompok K0 tidak pertumbuhan dan proliferasi,
diberikan senyawa antimikroba. mengurangi aktivitas enzim dalam
Akan tetapi, terjadinya awal metabolisme fisiologis dan menekan
pembusukan pada kelompok K1 lebih sintesis protein, dan menyebabkan
lama dibandingkan pada kelompok kematian sel bakteri (Zhi-hui et al.,
K0, yaitu pembusukan terjadi pada 2013; Akinpelu et al., 2014).
jam ke-12 hingga jam ke-18. Hal ini Pembusukan daging dapat
dapat disebabkan karena adanya disebabkan karena adanya
pengaruh senyawa antimikroba kontaminasi mikroorganisme
larutan infusa daun kelor terhadap (mikroba) pembusuk.Aktivitas
kelompok K1. mikroba pembusuk menyebabkan
Awal pembusukan pada terjadinya degradasi protein daging
kelompok K2 terjadi lebih lama jika menjadi asam amino sehingga sel-sel
dibandingkan dengan kelompok K0 daging menjadi busuk (Usmiati dan
dan K1, yaitu pembusukan terjadi Marwati, 2007). Menurut Yulistiani
pada jam ke-18. Hal ini dapat (2010), pembusukan daging dapat
disebabkan karena adanya pengaruh terjadi karena pertumbuhan dan
senyawa antimikroba larutan infusa aktifitas mikroorganisme. Beberapa
daun kelor terhadap kelompok K2. jenis bakteri pembusuk yang paling
11
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
sering ditemukan pada daging segar suhu ruang selama berjam-jam akan
adalah Aeromonas, Enterococcus, mengalami pertumbuhan bakteri yang
Acinetobacter, Moraxella, sangat cepat (Suardana dan Swacita,
Chromobacterium, dan Pseudomonas 2009 cit Suada et al., 2018). Menurut
(Nychas et al., 2008; Aymerich et al., ANZFA (2001), suhu 4 ℃ sampai 60
2008). ℃ merupakan suhu yang dapat
Selain itu, penyimpanan mempercepat pertumbuhan bakteri
daging pada suhu ruang pada waktu sehingga batas waktu penyimpanan
tertentu akan menyebabkan terjadinya daging yang dianjurkan pada suhu
pertumbuhan dan aktivitas mikroba tersebut berkisar 2 sampai 4 jam dan
sehingga menurunkan kualitas dan tidak boleh melebihi batas waktu
daya simpan daging (Agustina etal., tersebut.
2017). Daging yang diletakkan pada
Pemeriksaan pH Daging
Pemeriksaan pH pada jam ke- kelor dengan konsentrasi 5% dan 10%
0 merupakan hasil pengukuran pH adalah 5,7. Nilai pH larutan infusa
setelah 3 jam pascapemotongan. Nilai daun kelor dengan konsentrasi 15%
pH pada jam ke-6 merupakan hasil adalah 5,6. Secara stastitik
pengukuran pH setelah 9 jam menunjukkan tidak terdapat
pascapemotongan. Nilai pH pada jam perbedaan yang nyata pengaruh
ke-12 merupakan hasil pengukuran konsentrasi infusa daun kelor
pH setelah 15 jam pascapemotongan. terhadap nilai pH daging (P>0,05).
Nilai pH pada jam ke-18 merupakan Akan tetapi faktor lama peletakan
hasil pengukuran pH setelah 21 jam memberikan pengaruh yang sangat
pascapemotongan. Laju penurunan nyata terhadap nilai pH daging
pH daging babi pada penelitian relatif (P<0,01). Interaksi antara pengaruh
cepat. konsentrasi infusa daun kelor dan
Pemeriksaan pH juga lama peletakan memberikan pengaruh
dilakukan pada larutan infusa daun yang tidak nyata terhadap nilai pH
kelor sebelum perlakuan perendaman daging (P>0,05).
daging. Nilai pH larutan infusa daun
Tabel 5. Hasil uji sidik ragam pengaruh konsentrasi infusa dan lama peletakan
terhadap nilai pH daging babi
Sumber Df Mean Square F P
Konsentrasi infusa 3 0.002 0.208 0.89
Lama peletakan 3 0.099 8.446 0
Konsentrasi infusa* 9 0.003 0.272 0.978
Lama peletakan
Keterangan : * menunjukkan pola interaksi; sumber berpengaruh nyata jika
P<0,05
12
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
Berdasarkan hasil yang diduga terjadi karena daging masih
ditunjukkan pada Gambar 1 terdapat berada dalam proses rigor mortis. Hal
pola penurunan pH pada kelompok ini sesuai dengan pernyataan Warner
K0, K1, K2, dan K3.Pada Gambar 2 (2016) bahwa penurunan pH dapat
ditunjukkan bahwa terjadinya terjadi akibat proses rigor mortis yang
penurunan pH daging seiring terjadi beberapa jam setelah
bertambahnya lama penyembelihan. Pada proses rigor
peletakan.Penurunan nilai pH pada mortis terjadi perubahan kimiawi
penelitian ini sejalan dengan pada otot yang mengakibatkan otot
penelitian yang dilakukan Komariah kehilangan elastisitas dan menjadi
et al. (2004), yaitu terjadi penurunan kaku. Proses biokimiawi pada rigor
nilai pH pada daging sapi seiring mortis menyebabkan penurunan ATP,
dengan lamanya penyimpanan. produksi asam laktat meningkat, dan
Penurunan pH pada daging babi pH menurun.
5,7
5,6 K0
nilai pH
5,5
K1
5,4
K2
5,3
K3
5,2
Jam ke-0 Jam ke-6 Jam ke-12 Jam ke-18
Gambar 2 : Grafik hasil pemeriksaan pH pada daging
13
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
14
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
menunjukkan bahwa TPC pada kelompok berada di atas batas
daging babi berkisar antara 4,6 x 104 cemaran maksimum SNI.
hingga 2,8 x109 cfu/g. Berdasarkan Hasil pada Tabel 7
pengujian TPC pada jam ke-0 terlihat menunjukkan bahwa jumlah TPC
bahwa jumlah TPC pada kelompok pada daging K1, K2, dan K3 yang
K0, K1, K2, dan K3 berada di bawah direndam pada larutan infusa daun
batas cemaran maksimum SNI. kelor lebih rendah dibandingkan pada
Menurut SNI batasan daging K0. Selain itu, terjadi pola
maksimum cemaran mikroba Total peningkatan jumlah TPC seiring
Plate Count (TPC) pada daging segar bertambahnya waktu pada lama
adalah 1,0 x 106 cfu/g (BSN, 2009). peletakan daging. Secara stastistik
Hasil pengujian TPC pada jam ke-6 faktor konsentrasi infusa daun kelor
menunjukkan bahwa hanya pada berpengaruh nyata terhadap nilai TPC
kelompok K3 yang memiliki nilai (P<0,05) dan faktor lama peletakan
TPC di bawah batas maksimum SNI. berpengaruh sangat nyata terhadap
Hasil pengujian TPC pada jam ke-12 nilai TPC (P<0,01). Interaksi antara
dan pada jam ke-18 menunjukkan konsentrasi infusa daun dan lama
bahwa nilai TPC pada semua peletakan berpengaruh nyata terhadap
nilai TPC (P<0,05).
Tabel 7. Nilai dan pola kenaikan nilai TPC pada daging babi
Lama Peletakan
Jam
Kelompok
Jam Jam ke- Jam
ke-0 Kenaikan ke-6 Kenaikan 12 Kenaikan ke-18
2,1 x 1,2 x 8,2 x 2,8
K0 105 56x 107* 6x 107* 33x x109*
1,2 x 9,4 x 2,2 x 8,0x
K1 105 75x 106* 1,3x 107* 36x 108*
6,2 x 3,7 x 1,0 x 6,4x
K2 104 59x 106* 2x 107* 60x 108*
4,6 x 8.7x 8,1 x 3.3x
K3 104 18x 105 8x 106* 40x 108*
6
Keterangan: * menandakan nilai TPC melebihi batas cemaran SNI(>1,0x10 )
15
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
16
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
rendah konsentrasi infusa, semakin perbedaan yang nyata antara
tinggi nilai TPC pada daging. kelompok K1, K2, dan K3.
Jumlah TPC tertinggi terdapat pada Tabel 10 menunjukkan
konsentrasi 0% (K0) dan jumlah bahwa semakin bertambah lama
TPC terendah berada pada peletakan daging pada suhu ruang
konsentrasi 15% (K3). Penelitian ini menyebabkan semakin bertambah
sejalan dengan penelitian yang tingginya laju nilai TPC pada daging
dilakukan Kusumaningrum et al. babi.Hasil penelitian ini sejalan
(2013) yang menyatakan bahwa dengan penelitian Prihharsanti
semakin tinggi konsentrasi infusa (2009) bahwa semakin lama
daun salam yang memiliki senyawa diletakkan pada suhu ruang maka
antimikroba yang diberikan pada semakin meningkat jumlah bakteri
daging ayam maka semakin sedikit pada daging sapi. Jumlah TPC
nilai total bakterinya. Hasil uji terendah terdapat pada lama
Duncan menunjukkan perbedaan peletakan selama 0 jam dan jumlah
yang nyata antara nilai TPC pada TPC tertinggi berada pada lama
kelompok kontrol dengan peletakan selama 18 jam. Hasil Uji
konsentrasi infusa daun kelor 0% Duncan menunjukkan perbedaan
(K0) terhadap kelompok dengan yang nyata terhadap nilai TPC pada
konsentrasi infusa daun kelor 5% lama peletakan selama 18 jam (T4)
(K1), kelompok dengan konsentrasi terhadap lama peletakan selama 0
infusa daun kelor 10% (K2), jam (T1), lama peletakan selama 6
kelompok dengan konsentrasi infusa jam (T2), dan lama peletakan
daun kelor 15% (K3). Hasil ini juga selama 12 jam (T4). Akan tetapi,
menunjukkan tidak terdapatnya tidak terdapat perbedaan yang nyata
antara kelompok T1, T2, dan T3.
Tabel 9. Hasil uji Duncan pengaruh konsentrasi infusa daun kelor terhadap nilai
TPC daging babi
Konsentrasi Infusa Daun Kelor Rata-rata
17
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
Tabel 10. Hasil uji Duncan pengaruh lama peletakan terhadap nilai TPC daging babi
Konsentrasi Infusa Daun Kelor Rata-rata
Jam ke-0 (T1) 1,1x 105 (b)
Jam ke-6 (T2) 6,5x 106 (b)
Jam ke-12 (T3) 3,1 x 107 (b)
Jam ke-18 (T4) 1,1 x 109 (a)
Keterangan: superskrip berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata
Kesimpulan
18
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
bertahan hingga pada jam ke-12 berpengaruh nyata terhadap nilai
sedangkan kelompok K3 TPC (P<0,05). Berdasarkan
mempertahankan kualitas tekstur pemeriksaan TPC terlihat bahwa
yang baik hingga jam ke-18 selama kelompok K3 memiliki kualitas
peletakan pada suhu ruang. Aroma daging yang baik karena nilai TPC
yang ditunjukkan oleh kelompok yang ditunjukkan pada kelompok
K1, K2, dan K3 berkualitas sedang K3 berada di bawah batas cemaran
hingga pada jam ke-18. SNI pada peletakan selama kurang
Berdasarkan uji Eber dari 12 jam pada suhu ruang.
kelompok K0 hanya bertahan Berdasarkan keseluruhan hasil
selama kurang dari 6 jam pemeriksaan organoleptik, uji
dibandingkan dengan kelompok Eber, nilai pH, dan nilai TPC
K1 yang bertahan hingga jam ke-6, menunjukkan bahwa kelompok K3
kelompok K2 yang dapat bertahan merupakan kelompok terbaik.
hingga jam ke-12, dan kelompok Adapun saran yang dapat
K3 bertahan hingga jam ke-18 diberikan adalah masyarakat
selama peletakan pada suhu ruang. khususnya penjual daging babi
Pemeriksaan pH menunjukkan dapat menggunakan infusa daun
perbedaan yang tidak nyata kelor konsentrasi 15% sebagai
pengaruh konsentrasi infusa daun preservatif (pengawet) alami pada
kelor terhadap nilai pH daging daging babi dengan lama peletakan
(P>0,05) dan faktor lama peletakan selama kurang dari 12 jam pada
memberikan pengaruh yang sangat suhu ruang dan masyarakat umum
nyata terhadap nilai pH daging dapat menggunakan simplisia daun
(P<0,01). Interaksi antara kelor untuk kebutuhan bahan
pengaruh konsentrasi infusa daun pangan atau bahan kecantikan
kelor dan lama peletakan karena memiliki kandungan niai
memberikan pengaruh yang tidak gizi dan antioksidan yang baik
nyata terhadap nilai pH daging untuk tubuh. Seain itu, perlu
(P>0,05). dilakukan penelitian pengaruh
Hasil pemeriksaan TPC infusa daun kelor terhadap kualitas
menunjukkan bahwa faktor daging babi pada daging babi yang
konsentrasi infusa daun kelor memiliki nilai total bakteri (TPC)
berpengaruh nyata terhadap nilai awal yang lebih rendah dari
TPC (P<0,05) dan faktor lama penelitian ini dan penelitian
peletakan berpengaruh sangat lanjutan tentang jenis mikroba dan
nyata (P<0,01) terhadap nilai TPC. citarasa pada daging babi yang
Interaksi antara konsentrasi infusa telah diberikan infusa daun kelor.
daun dan lama peletakan
19
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
DAFTAR PUSTAKA
[ANZFA] Australia New Zealand Food Agustina KK, Sari PH, dan Suada
Authority. 2001. Food Safety IK.2017. Pengaruh Perendaman
Standars : Temperature Control pada Infusa Daun Salam terhadap
Requirements. Australia Kualitas dan Daya Tahan Daging
[BPS NTT] Badan Pusat Statistik Babi.Buletin Veteriner Udayana,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. 9(1): 34-41.
2017. Akinpelu BA, Igbeneghu OA,
https://ntt.bps.go.id/dynamictable/ Awotunde AI, Iwalewa EO, dan
2018/02/09/597/produksi-daging- Oyedapo OO. 2014. Antioxidant
babi-menurut-kabupaten-kota-di- and Antibacterial Activities of
provinsi-nusa-tenggara-timur- Saponin Fractions of
2015-2017.html Erythropheleum suaveolens (Guill.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. And Perri.) Stem Bark Extract.
2009. Standar Nasional Indonesia Scientific Research and Essays,
(SNI) 7388:2009 tentang Batas 9(18): 826-833.
Maksimum Cemaran Mikroba Amri MC, Sugito, Sulasmi, Nurliana,
Dalam Pangan. Jakarta. Ismail, dan Abrar M. 2018. Quality
[BSN] Badan Standarisasi of Broiler Meat after Treatment of
Nasional.2008. Standar Nasional Jaloh Extract and Turmeric Extract
Indonesia (SNI) 2897:2008 and Infected by Eimeria
tentang Metode Pengujian tenella.Jurnal Medika
Cemaran Mikroba Dalam Daging, Veterinaria,12 (2):77- 83.
Telur, dan Susu, serta Hasil Aymerich T, Picouet P, dan Monfort J.
Olahannya. Jakarta. 2008. Decontamination
[DEPKES RI] Departemen Kesehatan Technologies for Meat Products.
Republik Indonesia. 2000. Meat Science, 78:114–129.
Parameter Standar Umum Ekstrak Caldara FR, SantosLS, Nieto VMOS,
Tumbuhan Obat.Cetakan Foppa L, Santos RKS, Paz
Pertama.Direktorat Jenderal ICLA, Garcia RG, dan Nääs IA.
Pengawasan Obat dan 2014. Microbiological growth in
Makanan.Direktorat Pengawasan normal and PSE pork stored under
Obat Tradisional. Jakarta. refrigeration. Rev. Bras. Saúde
Aberle ED, Forrest JC, Hendrick HB, Prod. Anim, 15(2): 459-469
Judge MD, dan Merkel RA. 2001. Cowan MM.1999. Plant Products as
Principles of Meat Science. San Antimicrobial Agents.Clin
Fransisco (US): Freeman and Co. Microbiol,12 (4) : 564-582.
Adams MR dan Moss MO. 2008.Food Cushnie TPT dan Lamb AJ. 2005.
Microbiology. Cambridge (UK) : Antimicrobial activity of
Royal Society Of Chemistry. flavonoids. International Journal
20
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
of Antimicrobial Agents, 26 : 343– Nurliana, Ismail, dan Abrar M.
356. 2018. Quality of Broiler Meat after
Dengen PMR. 2015. Perbandingan Uji Treatment of Jaloh Extract and
Pembusukan dengan Turmeric Extract and Infected by
Menggunakan Metode Uji Postma, Eimeria tenella.Jurnal Medika
Uji Eber, Uji H2s dan Pengujian Veterinaria,12 (2):77- 83.
Mikroorganisme pada Daging Babi Komariah, Arief II, dan Wiguna Y.
Di Pasar Tradisional Sentral 2004. Kualitas Fisik dan Mikroba
Makassar [Skripsi]. Universitas Daging Sapi yang Ditambah Jahe
Hasanuddin. (Zingiber officinale Roscoe) pada
Fajri, Rahmatu R, Alam N. 2018. Konsentrasi dan Lama
Kadar Klorofil dan Vitamin C Penyimpanan yang Berbeda.Media
Daun Kelor (Moringa oleifera Peternakan, 27(2): 46-54.
Lam) dari Berbagai Ketinggian Kusumaningrum A, Widiyaningrum P,
Tempat Tumbuh.J. Agrotekbis, dan Mubarok I. 2013. Penurunan
6(2): 152 – 158. Total Bakteri Daging Ayam
Franciska J, Suardana IW, Suarsana IN. dengan Perlakuan Perendaman
2018. Bakteriosin Asal Infusa Daun Salam (Syzygium
Streptococcus Bovis 9A sebagai polyanthum).Jurnal MIPA, 36 (1):
Biopreservatif pada Daging Sapi 14-19.
Ditinjau dari Uji Eber.Indonesia Lalas S dan Tsaknis J. 2002.Extraction
Medicus Veterinus, 7(2): 158-167. and Identification of Natural
Frans SK, Detha AIR dan Tangkonda Antioxidant from the Seeds of the
E. 2016. Pengaruh Pemberian Moringa oleifera Tree Variety of
Konsentrasi Gula Lontar pada Malawi.JAOCS, 79(7):677-683.
Dendeng Ikan Tembang Lukman D. W. 2010.Nilai pH
(Sardinella fimbriata) terhadap Daging.Bagian Kesehatan
Lama Simpan berdasarkan Kadar Masyarakat Veteriner. Fakultas
Air, Nilai Organoleptik dan Total Kedokteran Hewan Institut
Cemaran Mikroba. Jurnal Kajian Pertanian Bogor cit Haq AN,
Veteriner, 4(2): 28-39 Septinova D, dan Santosa PE.
Hasniar, Rais M, dan Fadilah R. 2019. 2015. Kualitas Fisik Daging dari
Analisis Kandungan Gizi dan Uji Pasar Tradisional di Bandar
Organoleptik Pada Bakso Tempe Lampung.Jurnal Ilmiah
dengan Penambahan Daun Kelor Peternakan Terpadu, 3(3): 98-103.
(Moringa oleifera).Jurnal Naiborhu PE. 2002. Ekstraksi dan
Pendidikan Teknologi Manfaat Ekstrak Mangrove
Pertanian,5:189-200. (Sonneratia alba dan Sonneratia
Jay, JM. 1986. Modern Food caseolaris) sebagai Bahan Alami
Microbiology. New York (USA): Antibakterial: Pada Patogen Udang
Van Nostrand Reinhold Company Windu, Vibrio harveyi [Tesis].
cit Amri MC, Sugito, Sulasmi, Institut Pertanian Bogor.
21
Dangur et al Jurnal Kajian Veteriner
22
Jurnal Kajian Veteriner Vol. 8 No. 1 : 1 - 23 (2020)
ISSN : 2356-4113 DOI:https://doi.org/10.35508/jkv.v8i1.2241
EISSN : 2528-6021
23