Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Efusi pleura (adanya cairan di ruang pleura) yang muncul lebih sedikit pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa dapat disebabkan oleh beragam infeksi dan penyakit bukan infeksi.
Kebanyakan informasi yang ada tentang efusi pleura berasal dari penelitian orang dewasa.
Penyebab dari efusi pleura pada anak-anak berbeda secara nyata dibandingkan orang dewasa
tersebut. Pada orang dewasa, kebanyakan penyebab efusi pleura adalah gagal jantung
kongestif (transudat), dan bakteri pneumonia serta keganasan adalah penyebab utama dan
sering untuk eksudat. Efusi pleura pada anak-anak umumnya kebanyakan adalah infeksi (50-
70% efusi parapneumonik), gagal jantung kongestif adalah penyebab yang lebih sedikit (5-
dengan adanya pneumonia, abses paru, atau bronkiektasis. Bakteri non- TB pneumonia
merupakan penyumbang terbesar sebagai penyebab utama efusi pleura pada anak. Dibuktikan
dengan agen spesifik penyebab tergantung dengan usia pasien, penyakit yang mendasarinya,
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga
pleura. Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus.
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural
mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
1
Gambar Anatomi Rongga Pleura (Mikro)
2
2. Insiden
bakteri pneumonia serta keganasan adalah penyebab utama dan sering untuk eksudat.
Efusi pleura pada anak-anak umumnya kebanyakan adalah infeksi (50-70% efusi
parapneumonik), gagal jantung kongestif adalah penyebab yang lebih sedikit (5- 15%) dan
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada sekitar 50-60 %
(keganasan pleura primer) dapat disertai efusi pleura dan sekitar 5 % penderita kanker
3. Etiologi
a. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium)
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor
dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik,
3
4. Faktor resiko
Factor resiko tinggi yang terjadi pada efusi pleura yaitu terjadi infeksi atau
setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga pleura
berlebihan ke dalam rongga pleura. Menurunya tekanan osmotic koloid plasma juga
5. Manifestasi klinik
cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada
pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk,
banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleural yang signifikan. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak
dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak,
dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu)
4
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas
garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong
mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Komplikasi
Pneumonia
Fibrosis paru
Pneumotorak
Emfisema
ArelektasisI.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiology, Foto toraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat
permukaan yang melengkung jika jumlah ciran efusi lebih dari 300 ml, pergeseran
CT scan dada akan terlihat adnaya perbedaan densitas cairan dengan jaringan sekitarnya.
Ultra sono grafi pada pleura dapat menentukan adnaya cairan rongga pleura
Thorakoskopi (tiber optic pleura) pada kasus dengan neoplasma tuberculosis pleura.
Biopsi pleura.
5
8. Penatalaksanaan
Pengobatan Kausal
Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan efusi dapat
Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan sensitivitas
bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain yang lebih
penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan
efektif.
Thoraxosentesis, indikasinya :
o Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
6
Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
Terjadinva piopneumothoraxs
Pleurodesis
menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) atau
tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi
kembali
9. pencegahan
menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa
7
B. KONSEP KEPERAWATAN
hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut yaitu
proses keperawatan. Proses keperewatan dipakai untuk membantu perawat dalam melakukan
praktek keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang ada, dimana
keempat komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu : pengkajian, perencanaan,
implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994,2).
1. Pengkajian
Pengumpulan Data
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan
b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan
atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan
keluhan berupa sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
8
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda-tanda seperti
batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan menurun dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti TBC paru, pneumoni,
gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit yang
disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan lain
sebagainya.
f. Riwayat Psikososial
9
Adanya tindakan medis dan perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
timbulnya penyakit.
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran
tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu
ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS pasien dengan
effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari sesak nafas dan
3) Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan
defekasi sebelumdan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah,
pasien akan lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan Px akan cepat
mengalami kelelahan pada aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan
10
mengurangi aktivitasnya akibat adanya nyeri dada. Dan untuk memenuhi kebutuhan
ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.
Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana
Akibat dari sakitnya, secara langsung pasien akan mengalami perubahan peran,
misalkan pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak dapat menjalankan
fungsinya sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya, mengurus suaminya.
Disamping itu, peran pasien di masyarakatpun juga mengalami perubahan dan semua
Persepsi pasien terhadap dirinya akan berubah. Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri dada. Sebagai seorang awam, pasien mungkin
Dalam hal ini pasien mungkin akan kehilangan gambaran positif terhadap dirinya.
Fungsi panca indera pasien tidak mengalami perubahan, demikian juga dengan
proses berpikirnya.
11
Kebutuhan seksual pasien dalam hal ini hubungan seks intercourse akan terganggu
untuk sementara waktu karena pasien berada di rumah sakit dan kondisi fisiknya
masih lemah.
Bagi pasien yang belum mengetahui proses penyakitnya akan mengalami stress dan
mungkin pasien akan banyak bertanya pada perawat dan dokter yang merawatnya
Sebagai seorang beragama pasien akan lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan
dan menganggap bahwa penyakitnya ini adalah suatu cobaan dari Tuhan.
h. pemeriksaan fisik
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku pasien
terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien. Perlu juga dilakukan pengukuran tinggi badan berat badan
pasien.
2) Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit mencembung, iga
mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan
12
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya > 250 cc.
Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal
Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila cairannya tidak
mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan berupa garis
lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini
disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang
jelas di punggung.
Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin
ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari parenkian paru,
sekitar batas atas cairan. Ditambah lagi dengan tanda i – e artinya bila penderita
diminta mengucapkan kata-kata i maka akan terdengar suara e sengau, yang disebut
3) Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS – 5 pada
linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
(health rate) dan harus diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,
perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictus cordis. Perkusi untuk
menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar pekak. Hal ini bertujuan
untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau ventrikel kiri. Auskultasi untuk
menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan adakah bunyi jantung III
13
yang merupakan gejala payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan
4) Sistem Pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar, tepi perut
menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai normalnya 5-35
kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen,
adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba, juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal
tympanik, adanya massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar,
5) Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan pemeriksaan
GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma. refleks patologis, dan
bagaimana dengan refleks fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu
6) Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi pada kedua
capillary refil time. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot
7) Sistem Integumen
14
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi pada kulit,
pada Px dengan effusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya kegagalan
sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin,
hangat, demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk
i. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
Pada fluoroskopi maupun foto thorax PA cairan yang kurang dari 300 cc tidak bisa
Pada effusi pleura sub pulmonal, meski cairan pleura lebih dari 300 cc, frenicocostalis
foto thorax lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus) ini akan memberikan hasil
yang memuaskan bila cairan pleura sedikit (Hood Alsagaff, 1990, 786-787).
2) Biopsi Pleura
Biopsi ini berguna untuk mengambil specimen jaringan pleura dengan melalui biopsi
jalur percutaneus. Biopsi ini digunakan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau
15
j. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat yang perbedaannya
Transudat Eksudat
pleura :
16
- Empiema anaerob : berbau busuk
dijumpai pada pankreatitis atau pneumoni. Bila erytrosit > 100000 (mm3 menunjukkan
Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan pleura lewat mekanisme
4) Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah pneamo cocclis, E-
kuman tahan asam hanya dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman,
1998: 788).
Analisa Data
dapat ditemukan adanya masalah yang muncul pada penderita effusi pleura.
2. Diagnose keperawatan
17
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder
3. Penyimpangan KDM
Bakteri
↓
Sal. Pernapasan
↓
Infeksi
↓
Peradangan permukaan
pleura
↓
↓tekanan osmotic
↓
Peningkatan permeabilitas
kapiler
↓
Ketidakseimbangan jumlah
cairan dengan absorbs yang
bisa dilakukan pleura
↓
Penimbunan cairan di kavum
pleura
↓
Gangguan ventilasi, difusi
dan transportasi oksigen
18
Pa O2 menurun, PCO2
meningkat, sesak Produksi secret Respon psikososial
napas ↓ ↓
↓
kecemasan
Diagnosa Keperawatan I
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder
Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada
pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas
terdengar jelas.
Rencana tindakan :
19
Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis
b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang
terjadi.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala
bisa maksimal.
d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
fungsi paru.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-
paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan
20
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto
thorax.
mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor
Diagnosa Keperawatan II
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan jalan napas kembali
efektif
Criteria hasil : klien mampu melakukan batuk efektif , pernafasan klien normal (18 – 24
x/menit)
Rencana tindakan
Rasional : pengeluaran akan sulit bila secret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi
b. Berikan posisi semi fowler / fowler tinggi dan bantu klien latihan nafas dalam dan
batuk efektif
21
Rasional : posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya
keluarkan
d. Bersihkan secret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan pengisapan (suction)
Rasional : mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan diperlukan bila klien tidak
Rasional : pengobatan anti biotic yang ideal adalah dengan adanya dasar dari tes uji
mengobati pneumonia.
Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi
kecemasan.
Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi
dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan
22
santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90
kali permenit.
Rencana tindakan :
a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler.
Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak
23
C. TINDAKAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Identitas klien :
- Nama : An “L”
- Umur : 11 tahun
- BB : 29 kg
- TB : 139 cm
Pengkajian Fisik
24
a. Airway (jalan nafas) tidak efektif ditandai dengan menurunya ekspansi paru
b. Breathing
- Respirasi : 38 x / menit
c. Circulation
- TD : 100/70
Pemeriksaan Penunjang
Obat-obatan
Ampicilin 500 mg
Sulbactam 200 mg
Diagnosa Keperawatan
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder
2. DATA FOKUS
25
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Ibu klien mengatakan klien Batuk berdahak Respirasi : 38 x / menit
Ibu klien mengatakan klien mengeluh sesak
Heart rate : 76 x / menit
nafas sejak 1 bulan yg lalu
Ibu klien mengatakan klien Demam TD : 100/70 mmHg
Ibu klien mengatakan klien MRS untuk yang
ketiga kalinya dengan penyakit yang sama Suhu : 37,7 ◦C
kemudian sesaknya kembali kambuh
BB : 29 kg
Ibu klien mengatakan klien Sering berinteraksi
TB : 139 cm
dengan penderita TB
Ibu klien mengatakan bahwa ia sangat kawatir Vocal vemitus paru kanan getarannya tidak
dengan kondisi anaknya sdeimbang dengan paru kiri
Ada cairan di ronnga pleura dextra,
Abes paru kanan,
Sputum BTA (-),
Bakteri gram negative (klabsiella) dalam cairan
pleura,
-
Tampak terpasang O2 L/menit,
Vocal permitus paru kanan tidak seimbang
dengan paru kiri,
Perkusi pekak pada ICS V paru dextra pada
auskultasi tidak terdapat bunyi napas tambahan
3. ANALISIS DATA
26
sesak nafas,
↓
Pola napas tidak efektif
DO : 38 x / i Bersihan jalan
infeksi napas tidak efektif
↓
Peradangan permukaan pleura
↓
Peningkatan Permeabilitas kapiler
↓
Ketidakseimbangan jumlah cairan
dengan absorpsi yang bias dilakukan
2 pleura
↓
Penimbunan cairan di kavum pleura
↓
Gangguan ventilasi, difusi, distribusi &
transportasi oksigen
↓
Peningkatan produksi sekret
↓
Jalan napas tidak efektif
DS : Ibu klien infeksi Cemas
mengatakan ↓
bahwa ia sangat Peradangan permukaan pleura
kawatir dengan ↓
kondisi anaknya, Peningkatan Permeabilitas kapiler
↓
sesak Ketidakseimbangan jumlah cairan dengan
absorpsi yang bias dilakukan pleura
↓
3 Penimbunan cairan di kavum pleura
↓
Gangguan ventilasi, difusi, distribusi &
transportasi oksigen
↓
Respon psikososial
↓
Koping tidak efektif
↓
cemas
4. RENCANA KEPERAWATAN
27
Diagnosa Keperawatan I
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru sekunder
Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal, pada
pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi nafas
terdengar jelas.
Rencana tindakan :
b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap perubahan yang
terjadi.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan kepala
bisa maksimal.
d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon pasien).
28
Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan
fungsi paru.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-
paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan
g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan serta foto
thorax.
terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan dari
Diagnosa Keperawatan II
Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan jalan napas kembali
efektif
Criteria hasil : klien mampu melakukan batuk efektif , pernafasan klien normal (18 – 24
x/menit)
Rencana tindakan
29
Rasional : pengeluaran akan sulit bila secret sangat kental (efek infeksi dan hidrasi
g. Berikan posisi semi fowler / fowler tinggi dan bantu klien latihan nafas dalam dan
batuk efektif
keluarkan
i. Bersihkan secret dari mulut dan trakea, bila perlu lakukan pengisapan (suction)
Rasional : mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan diperlukan bila klien tidak
Rasional : pengobatan anti biotic yang ideal adalah dengan adanya dasar dari tes uji
mengobati pneumonia.
Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
30
Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga tidak terjadi
kecemasan.
Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu beradaptasi
dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan
santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90
kali permenit.
Rencana tindakan :
a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi fowler.
Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak
31
e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.
32