Vous êtes sur la page 1sur 10

TINJAUAN PUSTAKA

Tes Cukit ( Skin Prick Test )


pada Diagnosis Penyakit Alergi

Oleh : Henny Kartikawati

Pembimbing : Dr. Riece Hariyati, MSc SpTHT

Narasumber : dr. Amriyatun, SpTHT

Penelaah : dr. Wiratno, SpTHT

Dibacakan Tanggal : Januari 2007

BAGIAN IK THT-KL FK UNDIP / SMF THT- KL


RS Dr. KARIADI SEMARANG
2007
Tes Cukit ( Skin Prick Test ) pada Diagnosis Penyakit Alergi
Oleh Henny Kartikawati
Pendahuluan
Lebih dari 1 abad tes kulit sudah sering dilakukan untuk mendiagnosis alergi, saat
ini test alegi pada kulit banyak dilakukan pada penyakit alergi seperti Hay fever, asma,
rinitis alergi dan dermatitis. Tes kulit merupakan alat diagnosis yang paling banyak
digunakan untuk membuktikan adanya IgEspesifik yang terikat pada sel mastosit dan
memiliki sensitivitas yang tinggi. 1,2
Untuk pasien penderita alergi dan dokter pemeriksa, diagnosis alergi dengan skin
prick test punya banyak keuntungan. Tes ini relatif mudah dan nyaman untuk pasien serta
tidak mahal. Untuk dokter hasil pemeriksaan bisa didapatkan hanya dalam waktu 20
menit sehingga penjelasan bisa diberikan kepada pasien seketika itu juga. 2
Efek samping dan resiko skin prick test amat jarang, dapat berupa reaksi alergi
yang memberat dan benjolan pada kulit yang tidak segera hilang. Pemberian oral
antihistamain dan kortikosteroid bisa dilberikan apabila terjadi reaksi yang tidak
diinginkan tersebut.3
Untuk lebih informatif terhadap pasien, maka anamnesis dan pemeriksaan klinis
tetap harus mendahului tes cukit ini. Dokter juga harus waspada akan kemungkinan
terjadinya false-positive dan false-negative dalam menginterpreasikan hasil tes cukit ini.
Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan penyegaran
kembali kepada sejawat residen mengenai skin prick test yang selama ini sudah kita
laksanakan untuk diagnostik alergi di klinik THT RS. Dokter Kariadi. Kami berharap
tulisan ini dapat bermanfaat untuk keakuratan hasil test dan penyampaian serta edukasi
terhadap pasien.
Tes Alergi pada Kulit
Macam tes kulit untuk mendiagnosis alergi :1
- Puncture, prick dan scratch test biasa dilakukan untuk menentukan alergi
oleh karena alergen inhalan, makanan atau bisa serangga.
- Tes intradermal biasa dilakukan pada alergi obat dan alergi bisa serangga

2
- Patch test (epicutaneus test) biasanya untuk melakukan tes pada dermatitis
kontak
Skin Prick Test adalah salah satu jenis tes kulit sebagai alat diagnosis yang banyak
digunakan oleh para klinisi untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel
mastosit kulit. Terikatnya IgE pada mastosit ini menyebabkan keluarnya histamin dan
mediator lainnya yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
pembuluh darah akibatnya timbul flare/kemerahan dan wheal/bentol pada kulit tersebut.1
Kelebihan Skin Prick Test dibanding Test Kulit yang lain : 2
a. karena zat pembawanya adalah gliserin maka lebih stabil jika dibandingkan
dengan zat pembawa berupa air.
b. Mudah dialaksanakan dan bisa diulang bila perlu.
c. Tidak terlalu sakit dibandingkan suntik intra dermal
d. Resiko terjadinya alergi sistemik sangat kecil, karena volume yang masuk ke
kulit sangat kecil.
e. Pada pasien yang memiliki alergi terhadap banyak alergen, tes ini mampu
dilaksanakan kurang dari 1 jam.

Tujuan Tes Kulit pada alergi:


Tes kulit pada alergi ini untuk menentukan macam alergen sehingga di kemudian
hari bisa dihindari dan juga untuk menentukan dasar pemberian imunoterapi.1

Indikasi Tes Cukit ( Skin Prick Test ) : 4


o Rinitis alergi : Apabila gejala tidak dapat dikontrol dengan medikamentosa
sehingga diperlukan kepastian untuk mengetahui jenis alergen maka di kemudian
hari alergen tsb bisa dihindari.
o Asthma : Asthma yang persisten pada penderita yang terpapar alergen (perenial).
o Kecurigaan alergi terhadap makanan. Dapat diketahui makanan yang
menimbulkan reaksi alergi sehingga bisa dihindari.
o Kecurigaan reaksi alergi terhadap sengatan serangga.

3
Persiapan Tes Cukit ( Skin Prick Test)
Sebagai dokter pemeriksa kita perlu menanyakan riwayat perjalanan penyakit
pasien, gejala dan tanda yang ada yang membuat pemeriksa bisa memperkirakan jenis
alergen, apakah alergi ini terkait secara genetik dan bisa membedakan apakah justru
merupakan penyakit non alergi, misalnya infeksi atau kelainan anatomis atau penyakit
lain yang gambarannya menyerupai alergi. 4
Persiapan Tes Cukit :1,4
1. Persiapan bahan/material ekstrak alergen.
o gunakan material yang belum kedaluwarsa
o gunakan ekstrak alergen yang terstandarisasi
2. Pesiapan Penderita :
o Menghentikan pengobatan antihistamin 5-7 hari sebelum tes.
o Menghentikan pengobatan jenis antihistamin generasi baru paling tidak 2-
6 minggu sebelum tes.
o Usia : pada bayi dan usia lanjut tes kulit kurang memberikan reaksi.
o Jangan melakukan tes cukit pada penderita dengan penyakit kulit misalnya
urtikaria, SLE dan adanya lesi yang luas pada kulit.
o Pada penderita dengan keganasan,limfoma, sarkoidosis, diabetes neuropati
juga terjadi penurunan terhadap reaktivitas terhadap tes kulit ini.
3. Persiapan pemeriksa :
o Teknik dan ketrampilan pemeriksa perlu dipersiapan agar tidak terjadi
interpretasi yang salah akibat teknik dan pengertian yang kurang difahami
oleh pemeriksa.
o Ketrampilan teknik melakukan cukit
o Teknik menempatkan lokasi cukitan karena ada tempat2 yang
reaktifitasnya tinggi dan ada yang rendah. Berurutan dari lokasi yang
reaktifitasnya tinggi sampai rendah : bagian bawah punggung > lengan
atas > siku > lengan bawah sisi ulnar > sisi radial > pergelangan tangan.
Prosedur Tes Cukit :1,6

4
Tes Cukit ( Skin Prick Test ) seringkali dilakukan pada bagian volar lengan
bawah. Pertama-tama dilakuakn desinfeksi dengan alkohol pada area volar, dan tandai
area yang akan kita tetesi dengan ekstrak alergen. Ekstrak alergen diteteskan satu tetes
larutan alergen ( Histamin/ Kontrol positif ) dan larutan kontrol ( Buffer/ Kontrol
negatif)menggunakan jarum ukuran 26 ½ G atau 27 G atau blood lancet.
Kemudian dicukitkan dengan sudut kemiringan 45 0 menembus lapisan epidermis
dengan ujung jarum menghadap ke atas tanpa menimbulkan perdarahan. Tindakan ini
mengakibatkan sejumlah alergen memasuki kulit. Tes dibaca setelah 15-20 menit dengan
menilai bentol yang timbul.
Mekanisme Reaksi pada Skin Test
Dibawah permukaan kulit terdapat sel mast, pada sel mast didapatkan granula-
granula yang berisi histamin. Sel mast ini juga memiliki reseptor yang berikatan dengan
IgE. Ketika lengan IgE ini mengenali alergen (misalnya house dust mite) maka sel mast
terpicu untuk melepaskan granul-granulnya ke jaringan setempat, maka timbulah reaksi
alergi karena histamin berupa bentol (wheal) dan kemerahan (flare).5

A C

Gambar 1. A. Cara menandai ekstrak alergen


yang diteteskan pada lengan
B. Sudut melakukan cukit pada kulit dengan lancet
C. Contoh reaksi hasil positif pada tes cukit

5
Kesalahan yang Sering terjadi pada Skin Prick Test
a. Tes dilakukan pada jarak yang sangat berdekatan ( < 2 cm )
b. terjadi perdarahan, yang memungkinkan terjadi false positive.
c. Teknik cukitan yang kurang benar sehingga penetrasi eksrak ke kulit
kurang, memungkinkan terjadinya false-negative.
d. Menguap dan memudarnya larutan alergen selama tes.

Faktor-faktor yang mempengaruhi skin test


1. Area tubuh tempat dilakukannya tes
2. Umur
3. Sex
4. Ras
5. Irama sirkardian
6. Musim
7. Penyakit yang diderita
8. Obat-obatan yang dikonsumsi
Interpretasi Tes Cukit ( Skin Prick Test ): 1,6
Untuk menilai ukuran bentol berdasarkan The Standardization Committee of
Northern (Scandinavian) Society of Allergology dengan membandingkan bentol yang
timbul akibat alergen dengan bentol positif histamin dan bentol negatif larutan kontrol.
Adapun penilaiannya sebagai berikut :
- Bentol histamin dinilai sebagai +++ (+3)
- Bentol larutan kontrol dinilai negatif (-)
- Derajat bentol + (+1) dan ++(+2) digunakan bila bentol yang timbul besarnya
antara bentol histamin dan larutan kontrol.
- Untuk bentol yang ukurannya 2 kali lebih besar dari diameter bento histamin
dinilai ++++ (+4).
Di Amerika cara menilai ukuran bentol menurut Bousquet (2001) seperti dikutip
Rusmono sebagai berikut :1,3
-0 : reaksi (-)

6
- 1+ : diameter bentol 1 mm > dari kontrol (-)
- 2+ : diameter bentol 1-3mm dari kontrol (-)
- 3+ : diameter bentol 3-5 mm > dari kontrol (-)
- 4+ : diameter bentol 5 mm > dari kontrol (-) disertai eritema.
Tes kulit dapat memberikan hasil positif palsu maupun negatif palsu karena
tehnik yang salah atau faktor material/bahan ekstrak alergennya yang kurang baik.6
Jika Histamin ( kontrol positif ) tidak menunjukkan gambaran wheal/ bentol atau
flare/hiperemis maka interpretasi harus dipertanyakan , Apakah karena sedang
mengkonsumsi obat-obat anti alergi berupa anti histamin atau steroid. Obat seperti
tricyclic antidepresan, phenothiazines adalah sejenis anti histamin juga. 6
Hasil negatif palsu dapat disebabkan karena kualitas dan potensi alergen yang
buruk, pengaruh obat yang dapat mempengaruhi reaksi alergi, penyakit-penyakit tertentu,
penurunan reaktivitas kulit pada bayi dan orang tua, teknik cukitan yang salah (tidak ada
cukitan atau cukitan yang lemah ).1 Ritme harian juga mempengaruhi reaktifitas tes kulit.
Bentol terhadap histamin atau alergen mencapai puncak pada sore hari dibandingkan
pada pagi hari, tetapi perbedaan ini sangat minimal. 6
Hasil positif palsu disebabkan karena dermografisme, reaksi iritan, reaksi
penyangatan (enhancement) non spesifik dari reaksi kuat alergen yang berdekatan, atau
perdarahan akibat cukitan yang terlalu dalam. 6
Dermografisme terjadi pada seseorang yang apabila hanya dengan penekanan saja
bisa menimbulkan wheal/bentol dan flare/kemerahan. Dalam rangka mengetahui ada
tidaknya dermografisme ini maka kita menggunakan larutan garam sebagai kontrol
negatif. Jika Larutan garam memberikan reaksi positif maka dermografisme.6
Semakin besar bentol maka semakin besar sensitifitas terhadap alergen tersebut,
namun tidak selalu menggambarkan semakin beratnya gejala klinis yang ditimbulkan.
Pada reaksi positif biasanya rasa gatal masih berlanjut 30-60 menit setelah tes.6
Tes Cukit untuk alergen makanan kurang dapat diandalkan kesahihannya
dibandingkan alergen inhalan seperti debu rumah dan polen. Skin test untuk alergen
makanan seringkali negatif palsu.6

7
Daftar Obat-obatan yang dapat mempengaruhi tes kulit sehingga harus dibebaskan
beberapa hari sebelumnya :2
Anti histamin generasi I dibebaskan
klorfeniramin 1-3 hari
klemastin 1-10 hari
ebastin 3-10 hari
hidroksisin 1-10 hari
ketotifen 3-10 hari
mequisatin 3-10 hari
Antihistamin generasi II setirisin
loratadin
feksofenadin
desloratadin 3-10 hari
astemizole 6 minggu
antidepresan Imipramin
Fenotiazine
10 hari
Kortikosteroid jangka
pendek < 1 minggu
Cimetidin juga
Ranitidin
mempengaruhi
tes kulit
Kromolin tidak
B 2 adrenergik agonis
mempengaruhi
teofilin
tes kulit.

Ringkasan
1. Tes kulit merupakan alat diagnosis yang paling banyak digunakan untuk
membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit dan memiliki
sensitivitas yang tinggi, mudah murah dan cepat.

8
2. Efek samping dan resiko skin prick test amat jarang, dapat berupa reaksi alergi
yang memberat dan benjolan pada kulit yang tidak segera hilang. Pemberian oral
antihistamain dan kortikosteroid bisa dilberikan apabila terjadi reaksi yang tidak
diinginkan tersebut.
3. Tes Cukit untuk alergen makanan kurang dapat diandalkan kesahihannya
dibandingkan alergen inhalan seperti debu rumah dan polen. Skin test untuk
alergen makanan seringkali negatif palsu.
4. Pentingnya pemahaman test alergi mengenai indikasi, teknik dan interpretasinya
dapat meningkatkan kemampuan kita dalam menerangkan pasien dan melakukan
terapi selanjutnya.

Daftar Pustaka :
1. Pawarti DR. Tes Kulit dalam Diagnosis Rinitis Alergi, Media Perhati. Volume 10
2004; Vol 10 no 3 :18-23

9
2. Krouse JH, Marbry RL. Skin testing for Inhalant Allergy 2003 : current strategies.
Otolaryngolo Head and Neck Surgary 2003 ; 129 No 4 : 34-9.
3. Rusmono N. Diagnosis Rinitis Alergi secra invivo dan invitro. Dalam : Kursus
dan Pelatihan Alergi dan Imunologi. Konas XIII Perhati – KL. Bali. 2003 ; 56-60
4. Mayo Clinic staff. Allergy skin tests: Identify the sources of your sneezing, Mayo
Foundation for medical education and research, April 2005 ; 1-5
5. Lie P. An Approach to Allergic Rhinitis, Respirology & Allergy Rounds. April
2004; 39-45
6. Nelson HS, Lah J, Buchmeier A, McCormick D. Evaluation of Devices for Skin
prick Testing. J Allergy and Clin Immunol 1998; 101 : 153-6

10

Vous aimerez peut-être aussi