Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pemakalah:
Paul Herman Atmaja 0706259665
Rahmania Kannesia D 0706259702
Reyhan Franjaya 0706259740
Pembimbing:
dr. Poppy S. Roebiono, SpJP (K)
Embriologi Jantung
Perkembangan sistem kardiovaskular dimulai pada pertengahan minggu
ke-3. Pada minggu ke-4 sampai ke-7 jantung terbagi menjadi organ beruang
empat. Satu tabung jantung terdiri atas lapisan endotel dan lapisan otot. di antara
kedua lapisan tersebut terdapat cardiac jelly. Pada perkembangan selanjutnya
jantung terdiri atas epikardium yang merupakan lapisan perikardium viseral
(derivat sel mesotel dari sinus venosus), miokardium yang merupakan suatu
lapisan otot yang berasal dari mesoderm splanknik, dan endokardium yang
merupakan lapisan sel endotel. Bersamaan dengan pemanjangan tabung jantung
terjadi pula pelebaran dan penyempitan pada beberapa bagian dari tabung jantung
sehingga terbentuk bagian-bagian yaitu trunkus arteriosus, bulbus kordis,
ventrikel, atrium, dan sinus venosus.1
Klasifikasi Penyakit
Jantung Bawaan
Asianosis Sianosis
Epidemiologi
Tetralogi of fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung
bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus
arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung
bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3
nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke
kiri.
Patologi
Pada Tetralogi of Fallot terdapat kombinasi 4 hal yang abnormal, yaitu :
1. Stenosis Pulmonal
2. Hiipertrofi Ventrikel kana
3. Overriding Aorta
4. Defek Septum Ventrikel
Komponen yang paling penting, yang menentukan derajat beratnya penyakit ini
adalah stenosis pulmonal yang bervariasi dari sangat ringan sampai berat, bahkan
dapat berupa atresia pulmonal. Stenosis pulmonal ini bersifat progresif, makin
lama makin berat. Seddangkan defek pada septum ventrikel pada TOF biasanya
besar, sehingga menyebabkan tekanan ventrikel kiri sama dengan ventrikel kanan.
Pada 25% kasus lengkung aorta terletak di kanan.
Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui
secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor
tersebut antara lain :
Faktor endogen
• Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
• Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
• Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral
atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
• Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
• Pajanan terhadap sinar -X
Manifestasi Klinis
- Pada mulanya sering kali tiada gejala (Ada sianosis bila berat)
- Selanjutnya terjadi dispnea dan sianosis kalau beraktivitas, misalnya
menyusui.
- Sering duduk berjongkok, menjepit arteri Femoral
- Sesudah keadaan sinanosis kronis, ujung jari membesar & tampak seperti:
pentung/club
- Terjadi “Tet spell” /Serangan biru waktu istirahat : Anak tampak biru
kemerah-merahan, Ujung tangan & kaki menjadi sianosis, Hiperpnea,
sianosis berat & lemah, Mata terputar ke atas dan kurang sadar.
Pemeriksaan diagnostik
Anamnesis
1. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang
terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
3. Riwayat Anak
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena sulit
untuk makan (ketika makan terasa sesak) sehingga asupan kalorinya sangat
sedikit. Apakah saat beraktifitas mengalami dispneu atau takipneu (karena
inadekuat O2 ke jaringan). Ortopneu biasanya diakibatkan kongesti vena
pulmonary. Berkeringat secara abnormal biasanya disebabkan oleh gagal
jantung kongesti. Nyeri pada dada yang disebabkan karena iskemia pada otot
jantung. Pernah mengalami sincope atau tidak (karena stenosis aorta,
hipertensi pulmonal, heart rate yang sangat tinggi/sangat rendah).
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
• Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak
biru setelah tumbuh.
• Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
• Skoliosis (ke arah kanan)
• Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas kusmaul, lemas,
kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
• Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum
ia berjalan kembali.
• Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar
tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
Palpasi
• Teraba getaran bising sepanjang tepi sternum kiri
Auskultasi
• Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal
yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi. Bising ini
adalah bising stenosis pulmonal, bukan bising defek septum ventrikel. Darah
dari ventrikel kanan yang menuju ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami
turbulensi karena tekanan sistolik antara ventrikel kanan dan kiri hampir sama.
Pada serangan anoksia bising menghilang (aliran darah ke paru sangat
sedikit/tidak ada)
• Bunyi jantung I keras (penutupan trikuspid yang kuat).
• Bunyi jantung II terpisah dengan komponen pulmonal yang lemah
Pada bayi laki-laki dengan usia 9 bulan dengan keadaan BB tidak naik, sesak
napas, dan sianosis, serta pemeriksaan fisik sebagai berikut :
Tanda vital : HR 130 x/menit ; RR 50 x/menit
Palpasi : pada dinding abdomen : datar dan lemas ; pembesaran hepar (1/3-
1/4) ; lien tidak teraba
Perkusi
Pemeriksaan Penunjang
a.Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan
16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan
peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
b. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
d. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke
paru-paru
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
Diagnosis banding
Patofisiologi
Hipoksemia
Sesak
Sianosis (blue spells)
Kelemahan
tubuh Hipoksia & laktat
↑ ↓O2 di otak
Asidosis
metabolik ↓kesadaran kejang
• Gangguan pertukaran
gas • Perubahan perfusi
jar serebral.
•PK.Hipoksemia
• Ggn integritas kulit.
•Kurang pengetahuan
orangtua :
kompensasi
Bayi/anak cepat lelah : polisitemia
Jangka panjang sirkulasi kolateral
jika menetek,berjalan,
beraktifitas Perdarahan
Trombosis
• Ggn nutrisi
kurang dr keb PK : embolisme • PK : syok hipovolemik
• Intoleransi paru • Gangguan
aktivitas tubuh keseimbangan cairan &
• Gangguan pola elektrolit
• Gangguan perfusi
MRS
Ana Orang
• k Takut • Krg pengetahuan klg ttg cara merawat
tua anak dg
pada anak asma
• Kecemasan orang tua,perubahan proses keluarga,
Karena adanya VSD yang besar dan stenosis pulmonal maka akan terjadi
perubahan hemodinamik. Stenosis pulmonal yang terjadi itu menyebabkan darah
yang berasal dari vena cava superior dan inferior seluruhnya akan tertampung
dalam ventrikel kanan. Kemudian masuk ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri,
sehingga timbul hipertrofi ventrikel kanan sedangkan ventrikel kiri relatif kecil.
VSD tersebut menyebabkan terjadinya shunt kanan ke kiri sehingga timbul
sianosis. Stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah ke pulmo jadi menurun
sehingga terjadi hipoksemia yang dikompensasi dengan polisitemia.
Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk
memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
Medika Mentosa
1. Morphine sulfat 0,1-0,2
mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi
takipneu.
2. Natrium Bikarbonat 1
Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
3. Oksigen dapat diberikan,
walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan bukan
karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun.
Dengan usaha di atas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang
dan anak menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan
pemberian :
4. Propanolol 0,01-0,25 mg/kg
IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga serangan dapat
diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis
awal/bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya
diberikan perlahan dalam 5-10 menit berikutnya.
5. Berikan transfusi darah bila
kadar hemoglobin kurang dari 15 g/dl, sekali pemberian 5 ml/kgBB
6. Propanolol oral 1 mg/kg/hari
dalam 4 dosis dapat digunakan untuk serangan sianotik
7. Bila ada defisiensi zat besi
segera diatasi
8. Pemberian Prostaglandin E1
untuk sianosis atau pada keadaan akut (vasodilator arteriol dan menghambat
agregasi trombosit)
9. Pemberian Vasopressor pada
awal serangan atau jika terapi lain gagal (methoxamine, phenylephrine)
Pembedahan
13. Bedah paliatif
Pada bedah korektif dilakukan koreksi total yang dapat didahului atau tanpa
bedah paliatif. Bila arteri pulmonalis tidak terlalu kecil, umumnya koreksi
total dilakukan pada pasien tetralogi Fallot di bawah usia 2 tahun.
Prognosis
Jika tidak dilakukan tindakan operasi maka rata-rata mencapai umur 15 tahun.
Dengan operasi paliatif dan korektif makan prognosis akan menjadi lebih baik.
Komplikasi
a. Trombosis pulmonal
Trombosis disebabkan karena meningkatnya viskositas darah yang disebabkan
oleh polisitemia. Dehidrasi dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya
trombosis. Trombosis dapat terjadi di mana saja tapi yang berbahaya jika
terjadi di paru dan otak.
b. CVA trombosis
c. Abses otak
Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri, terutama
terjadi pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, dikenal luas sebagai faktor
predisposisi abses otak. Pada penderita ditemukan polisitemia dengan aliran
darah yang lambat, sehinga dapat menyebabkan terjadinya infark kecil di
dalam otak yang merupakan tempat abses mulai timbul. Aliran darah pirau
dari kanan ke kiri, tidak difiltrasi di paru-paru, sehingga memudahkan
terjadinya septikemia. Hal-hal tersebut merupakan faktor predisposisi
terjadinya abses otak pada penderita penyakit jantung bawaan sianotik.
Terjadinya abses dapat dibagi menjadi empat stadium, yaitu: fase serebritis
dini, fase serebritis lambat, pembentukan kapsul dini dan pembentukan kapsul
lambat. Abses otak pada penyakit jantung bawaan sianotik biasanya soliter,
sering terdapat pada lobus frontalis, temporalis, dan parietalis.
d. Perdarahan
Bayi dengan sianosis disertai dengan lamanya polisetimia akan
mengakibatkan trombositopenia dan kelainan pembekuan darah.
e. Endokarditis
f. Aritmia
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Nn. N
Usia : 15 Tahun
Alamat : Serang
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status : Belum Menikah
Riwayat kehamilan:
Pasien cukup bulan, kontrol ke bidan, teratur, sakit selama hamil (-), perdarahan (-),
minum jamu atau obat-obatan lain (-)
Riwayat persalinan:
lahir spontan, dibantu bidan, langsung nangis, biru (-), BBL 3800 gram.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien tidak pernah pernah menderita asma ataupun maag
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang, Compos Mentis, penampilan sianotik
Tanda Vital : TD 136/89mmHg
HR 110x/menit
RR 28/menit
Suhu Afebris
Sat O2 : 80%
Mata : anemis (-/-), ikterik (-/-)
Leher : JVP 5-2 mmHg
Jantung : S1-S2 (N), ejection sistolik murmur sepanjang regio
parsternal kiri, Gallop (-), S2(P2) mengeras
Paru : Vesikular, Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : Hepar tidak teraba, BU (+) Normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), jari tabuh (+)
Elektrokardiogram:
Irama sinus
Laju 110x/menit
QRS Kompleks:
ST-T normal
RVH
Foto Thorax:
CTR < 50%
Apex upward
Kongesti (-)
Infiltrat (-)
Oligemi (+)
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 17 Februari 2011
Hb : 20,1 g/dL
Ht : 65%
Leukosit : 5.200/mm3
Trombosit : 113.000
Ureum : 30 mg/dL
K : 4,3 mmol/L
Cl : 113 mmol/L
SGOT : 31 u/L
SGPT : 15 u/L
- Hb : 22 g/dL
- Ht : 69%
- Leukosit : 8170/mm3
- Trombosit : 108.000
- GDS : 97 mg/dL
- CRP <5
- LED :1
Ekokardiogram:
• VSD pin : 1,8 cm
• RVH (+)
Diagnosis
• TOF
• VSD + PS
Tatalaksana
• Pembedahan
Prognosis
1. Sadler TW. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2000
2. Braunwald E, Zipes DP, Libby P. Braunwald: Heart Disease: A Textbook of
Cardiovascular Medicine 6th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2001
3. Lilly, Leonard S. Pathophysiology of Heart Disease 4th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
4. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson’s Textbook of Pediatrics
17th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004.
5. Driscoll, David J. Fundamentals of Pediatric Cardiology 1st ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
6. Fuster V, Walsh RA, O’Rourke RA, Wilson PP. Hurst’s The Heart 12th ed.
USA: McGraw-Hill; 2008.
7. Madiyono Bambang. Penanganan Penyakit Jantung Pada Bayi dan Anak.
UKK Kardiologi Ika\tan Dokter Anak Indonesia; 2005.