Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstract
101
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
102
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
103
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
Peran Wajib Pajak Wajib Pajak bersifat pasif Wajib Pajak bersifat aktif
Fiskus hanya bertindak sebagai
Peran Fiskus Fiskus bertindak aktif
fasilitator
Timbul karena dikeluarkannya Surat Timbul karena UU dan karena ter-
Timbulnya pajak terutang
Ketetapan Pajak (SKP) oleh Fiskus jadinya keadaan atau perbuatan
Sumber: Mardiasmo (2003)
134
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
104
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
Pajak dilunasi
Memperhitungkan dalam tahun Kredit Pajak (KP)
berjalan
Self Assessment ( PT – KP )
Membayar
PT > KP PT = KP PT < KP
Melapor
Kurang Bayar Nihil Bayar Lebih Bayar
105
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
106
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
107
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
108
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
pihak yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi dan dengan tujuan self assessment system.
aparat pajak (fiskus) menurut persepsi Selain itu juga hanya 42,9 persen Wajib
Wajib Pajak. Pajak yang membuat catatan keuang-
annya/penghasilan tiap tahunnya, 57,1
Fungsi menghitung persen tidak membuat catatan keuangan,
Fungsi penghitungan merupakan padahal pembuatan catatan keuangan
fungsi pertama bagi Wajib Pajak untuk me- adalah penting untuk kemudahan dalam
nentukan berapa besarnya pajak terutang. penghitungan pajak terutang.
Untuk melaksanakan fungsi ini Wajib Pajak Kesalahan yang pernah dilakukan
harus mengetahui mengenai peraturan per- oleh Wajib Pajak dalam menghitung
pajakan yang berlaku, karena dasar untuk besarnya pajak terutang adalah 53,6 persen,
menentukan besarnya PKP (Penghasilan Wajib Pajak yang pernah melakukan
Kena Pajak) adalah peraturan perpajakan. kesalahan dalam menghitung pajak
Berdasarkan penelitian yang sudah terutangnya cenderung mengecilkan jumlah
dilakukan menunjukkan bahwa Wajib Pajak pajak penghasilannya. Mereka yang
Orang Pribadi yang berada di wilayah memakai jasa Fiskus ataupun konsultan
Bangkalan belum sepenuhnya pajak adalah Wajib Pajak yang enggan
melaksanakan sistem ini dengan baik. Hal untuk menghitung sendiri pajak
ini bisa dilihat dalam Tabel 3. terutangnya, dikarenakan kesibukan Wajib
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan Pajak sehingga tidak sempat untuk meng-
69,6 persen tidak mengetahui berapa tarif hitung sendiri pajak terutangnya.
pajak yang berlaku dan sebesar 21,4 persen Pernyataan ini sesuai dengan hasil
mengetahui perubahan perundang- wawancara dengan salah sau responden (A)
undangan yang berlaku khususnya pajak yang menyatakan bahwa “Saya tidak tahu
penghasilan. Hal ini menunjukkan bahwa menahu mengenai masalah pajak, karena
pengetahuan Wajib Pajak mengenai saya telah mempercayakan semua urusan
perubahan perpajakan ternyata rendah. mengenai pajak kepada aparat pajak karena
Sebanyak 42,9 persen Wajib Pajak kesibukan saya dalam mengelola usaha
menghitung sendiri pajak terutangnya sehingga saya tidak sempat dan tidak mau
sedangkan 57,1 persen memakai jasa Fiskus ambil pusing untuk menghitung pajak
ataupun konsultan, hal ini tidak sesuai terutang saya”.
109
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
Ya 24 42,9
Tidak 32 57,1
PENGHITUNG PAJAK TERUTANG
Intern 24 42,9
Fiskus 22 39,3
Konsultan 10 17,8
KESALAHAN YANG PERNAH DILAKUKAN OLEH WAJIB PAJAK DALAM PENGHITUNGAN PPh
Pernah 30 53,6
Tidak 26 46,4
Sumber: Data Primer, 2005
110
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
111
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
Dari prosentase pada Tabel 5 dapat Dari hasil penelitian ternyata Wajib
disimpulkan bahwa Wajib Pajak sudah pajak telah melakukan fungsi membayar,
paham bahwa untuk membayar adalah hal ini terlihat dari ketepatan Wajib Pajak
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak dalam melakukan pembayaran yaitu sebesar
(SSP). Wajib Pajak yang melakukan pem- 57,1 persen melakukan pembayaran antara
bayaran pajak terutangnya di Kantor Pos tanggal 1 sampai dengan tanggal 15. Hal
sebanyak 57,1 persen, karena tempat ini sesuai dengan pasal 9 (1) Undang-
pembayaran yang telah ditentukan adalah undang Nomor 16 Tahun 2000 yang
Kantor Pos dan Bank Persepsi yang telah menyebutkan: “…. tanggal jatuh tempo
ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Namun pembayaran dan penyetoran pajak yang
demikian sebanyak 26,8 persen membayar terutang untuk suatu saat atau masa pajak
pajak terutangnya di Kantor Pelayanan bagi masing-masing jenis pajak paling
Pajak (KPP). Wajib Pajak yang menyatakan lambat 15 (lima belas) hari setelah
pembayaran di KPP adalah Wajib Pajak terutangnya pajak atau masa pajak
yang fungsi penghitungannya dilakukan berakhir”.
oleh Fiskus. Ada juga Wajib Pajak yang Ketepatan pembayaran sebesar 42,9
menghitung sendiri melakukan pembayaran persen dilakukan oleh Wajib Pajak, sedang-
di KPP, begitupun dengan partisipasi Wajib kan yang tidak tepat waktu fungsi peng-
Pajak dalam hal membayar, sebanyak 62,5 hitungannya dilakukan oleh Fiskus sebesar
persen Wajib Pajak tidak membayar sendiri 39,3 persen dan konsultan sebesar 17,8
pajak terutangnya melainkan meminta jasa persen. Hal ini menunjukkan bahwa Wajib
orang lain untuk membayar pajak ter- Pajak sudah melaksanakan fungsi
utangnya baik staf karyawannya maupun membayar secara tepat waktu tetapi aparat
aparat pajak. pajak dengan konsultan terlambat
membayar. Ketepatan pembayaran yang
134
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
dilakukan oleh Wajib Pajak harus tetap pembayaran agar tidak terlambat dalam
dipertahankan, selain itu juga untuk aparat membayar pajak terutang. Keterkaitan
pajak dan konsultan harus lebih tersebut bisa dilihat dalam Tabel 6 berikut:
memperhatikan lagi tanggal jatuh tempo
Tabel 6: Keterkaitan Antara Ketepatan Membayar Pajak dan Penghitung Pajak
Penghitung Pajak KETEPATAN WAKTU PEMBAYARAN
TEPAT WAKTU TIDAK TEPAT WAKTU
N % N %
WP 24 42,9 0 0
Fiskus 0 0 22 39,3
Konsultan 0 0 10 17,8
Sumber: Data Primer, 2005
Berdasarkan Tabel 6 di atas menge- dibiarkan maka sistem yang berlaku saat ini
nai keterkaitan antara ketepatan membayar (self assessment system) tidak akan dapat
pajak dan penghitung pajak serta hasil berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
wawancara dengan salah satu responden Bila dibandingkan dengan penelitian
(B) mengatakan bahwa “Saya pernah sebelumnya Wajib Pajak Orang Pribadi di
melakukan penghitungan pajak terutang wilayah Bangkalan hampir sama dengan
saya sendiri, pada saat jatuh tempo jumlah Wajib Pajak Badan di Salatiga, karena
pajak yang harus saya bayar lebih tinggi Wajib pajak sudah melakukan fungsi
dari pada hasil perhitungan saya sendiri. membayar, namun berbeda halnya dengan
Daripada saya harus berurusan dengan penelitian sebelumnya yang belum mengerti
aparat pajak, saya terpaksa membayar pajak mengenai formulir yang digunakan untuk
terutang saya sesuai dengan perhitungan membayar pajak terutang. Untuk
aparat pajak. Mulai saat itu saya malas membangun rasa percaya Wajib Pajak,
menghitung sendiri pajak terutang saya, hendaknya aparat pajak lebih memberikan
sehingga saya menyerahkan semua urusan perhatian kepada Wajib Pajak bila meminta
mengenai perpajakan kepada aparat pajak petunjuk mengenai masalah pajak demi
karena meskipun saya menghitung sendiri kelancaran dan tercapainya tujuan yang
pajak terutang saya, aparat pajak tetap tidak hendak dicapai, misalkan terkait dengan
mempercayai hasil penghitungan yang saya hal-hal yang menyebabkan adanya
lakukan”. perbedaan jumlah pajak terutang hasil
Dari hasil wawancara di atas dapat penghitungan Wajib Pajak dengan aparat
disimpulkan bahwa aparat pajak tidak per- pajak.
caya dengan Wajib pajak, bila hal ini
134
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
KPP 12 21,4
WAKTU PEMBAYARAN
Tgl 1 – 20 24 42,9
Diatas Tgl 20 32 57,1
KESADARAN PELAPORAN
Denda 9 16,1
Tidak 47 83,9
Sumber: Data Primer, 2005
Fungsi melapor Salah satu responden (C) pernah berkata
Fungsi berikutnya adalah fungsi pada penulis bahwa “Saya tidak pernah
melapor yaitu melaporkan mengenai berapa terlambat untuk melaporkan SPT saya,
pajak terutang dan pajak yang telah karena apabila terlambat menyampaikan
dibayarkan ini merupakan fungsi terakhir SPT saya akan kena denda dan denda
dari Wajib Pajak hal ini sesuai dengan tersebut sangatlah tinggi untuk ukuran
trilogi pajak (hitung, setor, dan lapor). saya”.
Peran Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Berdasarkan hasil wawancara
melaporkan pajak terutang di wilayah tersebut bisa dikatakan bahwa Wajib Pajak
Bangkalan dapat dilihat dalam Tabel 7 di yang melaporkan SPT tepat waktu adalah
atas. Wajib Pajak yang takut kena denda,
Sejumlah 62,5 persen menyatakan meskipun demikian masih juga banyak
telah mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak yang terlambat melaporkan
untuk melaporkan pajak terutangnya dan pajak terutangnya. Dengan demikian fungsi
mereka yang melaporkan SPT bukan karena terakhir dari Wajib Pajak belum bisa
adanya denda. Dalam Tabel 7 di atas berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
terlihat sebanyak 83,9 persen melaporkan karena Wajib Pajak melaporkan SPT bukan
pajak terutangnya bukan karena denda. karena kesadaran sebagai Wajib Pajak
Media pelaporan SPT Pajak Penghasilan tetapi ada sebagian kecil karena adanya
sebanyak 78,6 persen menyatakan denda.
melaporkan pajak terutangnya di Kantor Persamaan antara penelitian
Pos, dan mereka melaporkan pajak Damayanti di Salatiga dengan penelitian ini
terutangnya diatas tanggal 20 sebanyak 57,1 adalah Wajib Pajak sama-sama takut
persen, sehingga Wajib Pajak belum dengan adanya denda, meskipun hanya
melaksanakan fungsi melapor dengan baik sebagian kecil, hal ini terjadi juga dalam
karena mereka melaporkan pajak hal ketepatan waktu melaporkan pajak
terutangnya tidak tepat waktu. Hal ini tidak terutangnya. Dalam hal ini, fungsi
sesuai dengan pasal 3 (3) Undang-undang pelaporan sudah baik, karena Wajib Pajak
No 16 Tahun 2000, dimana disebutkan sudah melaporkan pajak terutangnya sesuai
“Batas waktu penyampaian Surat Pem- dengan batas waktu yang telah ditetapkan.
beritahuan Masa paling lambat 20 (dua Tetapi ini bukan akhir dari tugas aparat
puluh) hari setelah akhir masa pajak”. pajak, karena Wajib Pajak masih perlu
Namun demikian tidak menutup untuk dibimbing dan terus diawasi demi
kemungkinan yang melaporkan SPT dan kelancaran administrasi perpajakan. Selain
melakukan pelaporan tepat waktu adalah itu juga aparat pajak masih mendapatkan
Wajib Pajak yang takut dengan denda. suatu tantangan untuk terus berusaha untuk
134
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
114
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
Tabel 9: Keterkaitan antara Penghitung Pajak Dan Keikut Sertaan dalam Penyuluhan
Penghitung Pajak MENGIKUTI TIDAK
N % N %
WP 20 35,7 4 7,1
Fiskus 6 10,7 16 28,6
Konsultan 0 0 10 17,9
Sumber: Data Primer, 2005
115
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
115
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
Tabel 12: Keterkaitan Antara Penghitung Pajak dan Kesamaan Penghitungan Pajak
Penghitung Pajak KESAMAAN PENGHITUNGAN ANTARA FISKUS DAN WAJIB PAJAK
SAMA TIDAK
N % N %
WP 15 26,8 9 16,1
Fiskus 22 39,3 0 0
Konsultan 0 0 10 17,9
Sumber: Data Primer, 2005
116
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
Dari Tabel 13 di atas sebanyak 87,5 merasa jenuh ataupun bosan karena
persen Wajib Pajak merasa tidak nyaman pelayanannya bagus.
bila datang ke KPP, karena Wajib Pajak Sebagai ringkasan pembahasan,
memiliki persepsi yang kurang baik dapat dikatakan bahwa fungsi menghitung
mengenai Fiskus. Sebanyak 62,5 persen ternyata belum dijalankan secara maksimal
Wajib Pajak menyatakan bahwa mereka oleh Wajib Pajak, karena masih ada fungsi
sering datang ke KPP, mereka yang sering penghitungan yang dilakukan oleh Fiskus.
datang ke KPP adalah Wajib Pajak yang Begitu juga fungsi melapor belum bisa
fungsi penghitungannya dilakukan oleh berjalan sesuai dengan yang diharapkan,
Fiskus. Selain untuk melaporkan Surat karena Wajib Pajak melaporkan SPT bukan
Pemberitahuan tujuan Wajib Pajak datang karena kesadaran sebagai Wajib Pajak
ke KPP adalah untuk mengetahui berapa tetapi ada sebagian kecil karena adanya
besarnya pajak terutang dan untuk mem- denda. Sedangkan Fungsi membayar sudah
bayar pajak terutangnya. dilaksanakan oleh Wajib Pajak.
Berdasarkan gambaran di atas dapat Fungsi penyuluhan belum berjalan
disimpulkan bahwa pelayanan yang diberi- dengan baik, hal ini disebabkan informasi
kan oleh aparat pajak kepada Wajib Pajak penyuluhan yang tidak merata dan
kurang baik. Meskipun pelayanan terus kesadaran Wajib Pajak yang enggan
ditingkatkan, wajib Pajak belum mengikuti penyuluhan karena
sepenuhnya bisa merasakan pelayanan yang kesibukannya. Fungsi pengawasan juga
diberikan oleh aparat pajak. Dengan tidak jauh berbeda, karena terbukti oknum
demikian aparat pajak harus terus aparat pajak melakukan pengawasan secara
meningkatkan upayanya untuk memberikan berlebihan. Sedangkan fungsi pelayanan
pelayanan yang lebih baik, misalkan menunjukkan bahwa Wajib Pajak enggan
merekrut pegawai yang profesional yang untuk bertanya atau mencari tahu ke Kantor
mempunyai daya tarik sehingga Wajib Pelayanan Pajak yang merupakan bagian
Pajak bila datang ke Kantor Pajak tidak dari fungsi pelayanan, karena Wajib Pajak
134
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
memiliki persepsi yang kurang baik melapor bukan karena kesadaran mereka
terhadap Fiskus. sendiri tetapi karena adanya denda.
Berdasarkan pembahasan tersebut Dilihat dari fungsi Fiskus, ternyata
diatas dapat dikatakan bahwa self assessment system di Bangkalan juga
pemberdayaan Wajib Pajak yang belum terlaksana dengan baik. Hal ini
merupakan salah satu tujuan self dibuktikan dengan informasi tentang
assessment system belum tercapai dengan penyuluhan yang tidak merata. Selain itu
baik. Usaha untuk meningkatkan fungsi pengawasan yang dilakukan oleh
kepercayaan masyarakat terhadap aparat Fiskus sulit diukur dari persepsi Wajib
pajak, harus dibuktikan dengan Pajak, karena dalam melakukan
memberikan kepercayaan sepenuhnya pengawasan Fiskus melakukan fungsinya
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, secara berlebihan. Sedangkan pada fungsi
membayar dan melaporkan pajak terutang pelayanan, ternyata mereka yang sering
sebagai pelaksanaan self assessment system. datang ke KPP adalah Wajib Pajak yang
Sementara Fiskus juga harus menjalan fungsi penghitungannya dilakukan oleh
fungsinya untuk melakukan penyuluhan, Fiskus.
pelayanan dan pembinaan secara merata. Implementasi temuan penelitian ini
Fiskus juga harus bersikap ramah, tidak akan membantu bagi pengembangan
arogan dan harus menempatkan kesetaraan perpajakan khususnya teori self assessment
dirinya dengan Wajib Pajak dalam konteks system. Damayanti (2004) menunjukkan
mitra kerja. Yang tidak kalah penting bahwa self assessment system untuk Wajib
adalah jaminan bahwa pajak yang Pajak Badan di Salatiga belum berjalan
dibayarkan masuk ke kas negara, sehingga dengan baik. Hasil penenelitian akan
akan mendorong masyarakat Wajib Pajak mendorong terus dilakukannya reformasi
untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. sistem administrasi perpajakan dengan
Dengan demikian pajak yang merupakan melibatkan para akademisi yang peduli di
sumber terbesar pemasukan Negara benar- bidang perpajakan. Adanya landasan teori
benar bisa diandalkan. self assessment system yang sehat
diharapkan akan terjadi praktek perpajakan
SIMPULAN yang sehat pula.
Berdasarkan pembahasan di atas Implikasi penelitian ini bagi dunia
dapat diambil simpulan bahwa self assesse- praktek: Pertama, penelitian ini bermanfaat
ment system di Bangkalan belum terlaksana bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam
dengan baik. Karena Wajib Pajak masih mengembangkan sistem administrasi per-
banyak yang tidak menghitung sendiri pajakan yang efisien. Kedua, informasi ten-
pajak terutangnya meskipun dalam fungsi tang rumitnya penghitungan pajak terutang
membayar sudah baik karena Wajib Pajak akan membantu DJP untuk membuat
telah menyetorkan pajak terutangnya Undang-undang yang menyederhanakan
sebelum jatuh tempo, tetapi ada Wajib cara penghitungan pajak terutang. Ketiga,
Pajak yang membayar pajak terutang tidak fungsi melapor yang ternyata disebabkan
sesuai dengan penghitungannya. Untuk Wajib Pajak takut kena denda merupakan
fungsi melapor Wajib Pajak sudah masukan bagi DJP untuk lebih intensif
melaksanakan fungsinya, namun mereka dalam menyadarkan Wajib Pajak untuk
memenuhi kewajiban perpajakannya.
118
Anlisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Pelaksanaan … (Tarjo & Indra Kusumawati)
119
JAAI VOLUME 10 NO. 1, JUNI 2006: 101 – 120
120