Vous êtes sur la page 1sur 7

TUGAS PATOLOGI UMUM

PENYAKIT KLAMIDIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Patologi Umum


Dosen Pengampu : dr. Anik Setyo W.

Oleh
Siti Riza Azmiyati
6411409017
Rombel 01

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
PENYAKIT KLAMIDIA

• Definisi
Penyakit klamidia berasal dari kata chlamydia, yaitu penyakit yang
tergolong dalam Penyakit Menular Seksual (PMS) yang menyerang manusia.
Penyakit yang juga dikenal dengan nama uretritis non-gonore atau uretritis
non-spesifik (UNS) ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Istilah
infeksi klamidia juga dapat merujuk kepada infeksi yang disebabkan oleh
setiap jenis bakteri dari famili Chlamydiaceae. Chlamydia trachomatis hanya
ditemukan pada manusia. Penyakit ini dapat merusak mata dan alat reproduksi
manusia, seperti leher rahim, rahim, saluran indung telur dan saluran kencing.

• Etiologi
Penyakit klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis.
Chlamydia trachomatis dapat ditemukan tinggal di dalam sel manusia.
Klamidia dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal atau
oral, dan dapat menyebabkan bayi tertular dari ibunya selama masa kehamilan
dan persalinan. Klamidia dapat menyerang siapa saja, laki-laki maupun
perempuan semua usia, terutama dewasa mua yang kehidupan seksualnya tidak
sehat, misalnya sering bergonta-ganti pasangan, tidak menggunakan kondom
saat berhubungan seksual, melakukan hubungan seksual tidak wajar (anal,
oral), dll.
• Epidemiologi
Penyakit klamidia merupakan penyakit menular seksual tersering di
negara industri. Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore
diperkirakan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang terjadi secara
umum di seluruh dunia, terutama di negara industri dan di negara-negara barat
yang menganut paham free sex. Klamidia diperkirakan terjadi pada 200 orang
diantara 100 ribu orang, atau sekitar 0,2 % dari seluruh populasi. Antara 0,5-1
juta kasus klamidia kemungkinan terjadi di Inggris setiap tahunnya dan
mayoritas asimtomatik serta tetap tidak terdiagnosis.
Klamidia menyebabkan 250.000-500.000 kasus PID (Pelvis
Inflammatory Disease / penyakit infeksi sistem saluran reproduksi pada
perempuan) setiap tahun di Amerika Serikat. Klamidia menyebabkan lebih dari
250.000 kasus epididimitis di Amerika Serikat setiap tahun, dan diperkirakan
sekitar 2,3 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi klamidia.

• Komplikasi
Akibat PID yang seringkali berat, klamidia dapat menimbulkan
infeksi atau penyakit lain, seperti:
- 20 % akan menjadi infertil
- 18 % akan mengalami nyeri pelvis kronik
- 9 % akan mengalami kehamilan ektopik yang mengancam jiwa
- Epididimitis pada pria
- Artritis reaktif (lebih sering pada pria dibanding wanita)
- Wanita yang terinfeksi klamidia lima kali lebih mungkin terinfeksi HIV
- Lebih rentan terkena Penyakit Radang Panggul (PRP), yaitu istilah umum
untuk infeksi rahim, saluran tuba, dan atau ovarium. PRP dapat
menyebabkan munculnya jaringan parut di dalam organ-organ reproduksi
yang dapat menimbulkan komplikasi serius seperti termasuk nyeri panggul
kronis, kesulitan hamil/ kemandulan, ektopik (tuba) kehamilan/ hamil di
luar rahim / hamil anggur, radang leher rahim mucopurulent dan peradangan
leher rahim kronis.

• Patogenesis
Bakteri Chlamydia trachomatis dapat masuk ke tubuh manusia
melalui beberapa cara, dapat melalui hubungan seksual maupun kontak dengan
mata. Orang yang terinfeksi klamidia dapat menularkan bakteri Chlamydia
trachomatis melalui sentuhan fisik, hubungan seksual, jabatan tangan. Dari
tangan yang sudah terinfeksi ini bakteri bisa masuk ke tubuh, misalnya melalui
mata saat secara tidak sengaja mengucek-ngucek mata.

• Gejala Klinis
a. Pada Wanita
Klamidia dikenal sebagai “Silent Epidemi” karena pada wanita,
klamidia jarang menimbulkan gejala dan tidak terdeteksi selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun. Gejala yang mungkin dapat terjadi antara lain:
- peradangan pada alat reproduksi
- keputihan abnormal (encer, banyak, bau, dll)
- nyeri di rongga panggul
- pendarahan setelah hubungan seksual
- nyeri saat buang air kecil dan dorongan untuk buang air kecil lebih sering
daripada biasanya
- rasa sakit di perut
- nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)
b. Pada pria:
- nyeri atau rasa panas ketika buang air kecil
- keluar kotoran yang tidak biasa dari penis
- testikel bengkak atau lembut
- demam
- peradangan pada daerah penyimpanan dan kantung sperma (epididimitis)
- cairan yang keluar / menetes umumnya kurang kental dan lebih ringan
dalam warna dibanding pada kasus gonore
- jika tidak diobati, klamidia pada pria dapat menyebar ke testis

• Diagnosis
Diagnosis penyakit klamidia biasanya didasarkan pada tidak
adanya kuman penyebab gonore pada smear atau pada pembiakan cairan dari
leher rahim atau dari uretra (lubang kencing). Hal ini bisa dipastikan dengan
mengetes cairan smear untuk melihat adanya antigen klamidia. Bagi wanita
aktif seksual yang tidak hamil, metode skrining dianjurkan pada mereka yang
berusia di bawah 25 tahun dan wanita lainnya yang beresiko terinfeksi. Faktor
resiko mencakup sejarah klamidia atau infeksi menular seksual lainnya,
bergonta-ganti pasangan seksual, dan penggunaan kondom yang tidak
konsisten. Metode skrining penting untuk menegakkan diagnosis penyakit
klamidia yang asimtomatik (dimulai di Amerika Serikat dan direkomendasikan
di Inggris). Namun para ahli masih belum menemukan kesepakatan universal
apakah skrining penting untuk laki-laki atau tidak.
Diagnosis terhadap infeksi klamidia berkembang pesat dari tahun
1990-an sampai 2006. Nucleic acid amplification test (NAAT), seperti pada
polymerase chain reaction (PCR), transcription mediated amplification (TMA),
dan DNA strand displacement amplification (SDA) sekarang menjadi tes-tes
andalan. NAAT untuk klamidia dapat dilakukan dengan mengambil sampel
spesimen yang dikumpulkan dari leher rahim (perempuan) atau uretra (laki-
laki). Tes PCR Swab genital dilakukan pada vagina, serviks, anus atau urins.
• Pengobatan
Penyakit klamidia dapat disembuhkan dengan antibiotik secara
efektif setelah terdeteksi. Centers for Disease Control (CDC – US)
menyediakan pedoman untuk perawatan klamidia sebagai berikut:
- Azitromisin 1 gram oral sebagai dosis tunggal, atau
- Doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 7 hingga 14 hari
- Tetrasiklin 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari
- Eritromisin 4 X 500 mg selama 5 – 7 hari
Selain dengan mengkonsumsi obat-obatan, pemeriksaan dan
pengobatan terhadap semua pasangan seksual juga perlu dilakukan untuk bisa
mendeteksi dini penyakit klamidia.

• Pencegahan
- Melakukan skrining klamidia pada wanita muda agar bisa mendeteksi lebih
dini penyakit klamidia dan melakukan pengobatan lebih lanjut
- Tidak bergonta-ganti pasangan, setia pada satu pasangan
- Tidak berhubungan seksual secara vaginal, anal maupun oral dengan orang
yang terinfeksi
- Menggunakan kondom lateks secara konsisten dan benar dari awal kontak
seksual sampai tidak ada lagi kontak kulit
- Mencuci tangan dan daerah kelamin setelah berhubungan seks dengan
menggunakan sabun desinfektan. Tangan harus dicuci sebelum menyentuh
wajah Anda sendiri atau bagian tubuh lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Mandal, B.K, dkk. 2008. Lecture Notes “Penyakit Infeksi”. Jakarta: Erlangga

http://banyakbaca.wordpress.com/Pencegahan_Penyakit_Peradangan_Pelvis.
Diakses 5 November 2010

http://www.scumdoctor.com/Klamidia_dan_Kulit. Diakses 5 November 2010

http://himapid.blogspot.com/2008/10/jenis-penyakit-kelamin-akibat-ims.html.
Diakses 4 November 2010

http://pikirmedan.blogspot.com/2010/05/chlamydia-klamidia.html. Diakses 4
November 2010

http://www.kesrepro.info/?q=node/312. Diakses 5 November 2010

Vous aimerez peut-être aussi