Vous êtes sur la page 1sur 6

PRAKTIS

Terapi Cairan dan Darah


Ery Leksana
SMF/Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif,
RSUP Dr. Kariadi / Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

I. TERAPI CAIRAN Kebutuhan air dan elektrolit perhari:


Dewasa:
1. KOMPARTEMEN CAIRAN TUBUH • Air 30 – 35 ml/kg
Tubuh orang dewasa terdiri dari: zat padat - 40 % berat ba- Setiap kenaikan suhu 1o C diberi tambahan 10-15 %
dan dan zat cair - 60 % berat badan; zat cair terdiri dari: • K+ 1 mEq/kg ( 60 mEq/hari atau 4,5 g )
cairan intraseluler - 40 % berat badan dan cairan ekstrase- • Na+ 1-2 mEq/kg ( 100 mEq/hari atau 5,9 g )
luler - 20 % berat badan; sedangkan cairan ekstraseluler ter-
diri dari : cairan intravaskuler - 5 % berat badan dan cairan Bayi dan Anak:
interstisial - 15 % berat badan • Air 0-10 kg: 4 ml/kg/jam ( 100 ml/g )
10-20 kg: 40 ml + 2 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg
Ada pula cairan limfe dan cairan transeluler yang termasuk (1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg)
cairan ekstraseluler. Cairan transeluler sekitar 1-3 % berat > 20 kg : 60 ml + 1 ml/kg/jam setiap kg di atas 20 kg
badan, meliputi sinovial, pleura, intraokuler dan lain-lain. (1500 ml + 20 ml/kg di atas 20 kg)
Cairan intraseluler dan ekstraseluler dipisahkan oleh mem- • K+ 2 mEq/kg (2-3 mEq/kg)
bran semipermeabel. • Na+ 2 mEq/kg (3-4 mEq/kg)

Neonatus Bayi 3 bulan 2. JENIS CAIRAN INTRAVENA


Cairan Intraseluler 40 % 40 % 1. Cairan Kristaloid
Cairan Intraseluler • BM rendah ( < 8000 Dalton ) dengan atau tanpa glukosa
• Plasma 5% 5% • Tekanan onkotik rendah, sehingga cepat terdistribusi ke
• Interstisial 35 % 25 % seluruh ruang ekstraseluler
Jumlah cairan 80 % bb 70 % bb • Mengandung elektrolit: Ringer lactate, Ringer’s solution,
NaCl 0,9 %
Volume kompartemen cairan sangat dipengaruhi oleh Na- • Tidak mengandung elektrolit: Dekstrosa 5 %
trium dan protein plasma. Natrium paling banyak terdapat 2. Cairan Koloid
di cairan ekstraseluler, di cairan intravaskuler (plasma) dan • BM tinggi ( > 8000 Dalton )
interstisial kadarnya sekitar 140 mEq/L. • Tekanan onkotik tinggi, sehingga sebagian besar akan
tetap tinggal di ruang intravaskuler
Pergerakan cairan antar kompartemen terjadi secara osmo- • Termasuk golongan ini: Albumin, Plasma protein frac-
sis melalui membran semipermeabel, yang terjadi apabila tion: Plasmanat, Produk darah : sel darah merah,
kadar total solute di kedua sisi membran berbeda. Air akan Koloid sintetik: Dekstran, Hydroxyethyl starch
berdifusi melalui membran untuk menyamakan osmolalitas. 3. Cairan Khusus
Pergerakan air ini dilawan oleh tekanan osmotik koloid. Te- • Dipergunakan untuk indikasi khusus atau koreksi; misal:
kanan osmotik koloid atau tekanan onkotik sangat dipen- NaCl 3 %, Sodium-bikarbonat, Mannitol, Natrium laktat
garuhi oleh albumin. Apabila kadar albumin rendah, maka hipertonik
tekanan onkotik rendah sehingga tekanan hidrostatik domi-
nan mengakibatkan ekstravasasi dan terjadi edema. Ada pula cairan kombinasi, misal: Ringer dan Dekstrosa 5 %;
NaCl 0,45 % dan Dekstrosa 5 %.
Cairan ekstraseluler adalah tempat distribusi Na+, sedan-
gkan cairan intravaskuler adalah tempat distribusi protein Osmolaritas adalah konsentrasi osmolal suatu larutan bila
plasma dan koloid; juga tempat distribusi K+, PO4– . dinyatakan sebagai osmol per liter larutan (osm/L).
Osmolalitas adalah konsentrasi osmolal suatu larutan bila
Elektrolit terpenting di dalam cairan intraseluler: K+ dan dinyatakan sebagai osmol per kilogram air (osm/kg).
PO4- dan di cairan ekstraseluler: Na+ dan Cl– Tonisitas merupakan osmolalitas relatif suatu larutan.

304 | MEI - JUNI 2010

CDK ed_177 mei ok2 DR (282-320).indd 304 4/26/2010 8:45:18 PM


PRAKTIS

Osmolaritas total setiap kompartemen adalah 280 – 300 Zat yang hilang selama puasa, setiap jamnya :
mOsm/L.
Larutan dikatakan isotonik, jika tonisitasnya sama dengan • Air 60 ml • KH 2,6 g
tonisitas serum darah yaitu 275 – 295 mOsm/kg. • Na + 1,8 mEq • Lemak 5,6 g
• K + 2,4 mEq • Protein 6,4 g
Osmosis adalah bergeraknya molekul ( zat terlarut ) melalui
membran semipermeabel dari larutan dengan kadar rendah Durante operasi diberi cairan:
menuju larutan dengan kadar tinggi sampai kadarnya sama.
Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, • Pengganti puasa 2 ml/kg/jam
sehingga tekanan osmotik cairan tubuh di seluruh kompar- • Pemeliharaan 2 ml/kg/jam
temen sama. Membran semipermeabel dapat dilalui air ( • Stres operasi:
pelarut ), tetapi tidak dapat dilalui zat terlarut. Dewasa Anak
Operasi kecil 4 ml/kg/jam 2 ml/kg/jam
Difusi adalah peristiwa bergeraknya molekul melalui pori- Operasi sedang 6 ml/kg/jam 4 ml/kg/jam
pori. Larutan akan bergerak dari yang berkonsentrasi Operasi besar 8 ml/kg/jam 6 ml/kg/jam
tinggi menuju konsentrasi rendah.Tekanan hidrostatik di
dalam pembuluh darah akan mendorong air secara difusi • Transfusi jika: pada dewasa perdarahan > 15 % EBV; pada
masuk melalui pori-pori. Difusi tergantung kepada tekanan bayi dan anak perdarahan > 10 % EBV. Jika menggunakan
hidrostatik dan perbedaan konsentrasi. koloid, sesuai jumlah perdarahan; jika kristaloid, 3 x jumlah
perdarahan
Perpindahan air dan zat terlarut di bagian tubuh menggu-
nakan mekanisme transpor pasif dan aktif. 4. DEHIDRASI
Derajat dehidrasi:
Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi; me- Dewasa Bayi dan Anak
kanisme transpor aktif membutuhkan energi berkaitan den- Dehidrasi ringan 4 % bb 5 % bb
gan Na-K Pump yang membutuhkan energi ATP. sedang 6 % bb 10 % bb
berat 8 % bb 15 % bb
Kalium-Sodium pump adalah pompa yang memompa ion
natrium keluar melalui membran sel dan pada saat yang Tanda klinis dehidrasi :
bersamaan memompa ion kalium ke dalam sel. Bekerja un- Ringan Sedang Berat
tuk mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel. Defisit 3-5 % 6-8 % ≥ 10 %
Hemodinamik takikardia takikardia takikardia
Jenis cairan berdasarkan tujuan terapi: nadi lemah nadi sangat lemah nadi tak teraba
1. Cairan rumatan ( maintenance ). kolaps volume akral dingin
Bersifat hipotonis: konsentrasi partikel terlarut < konsentrasi hipotensi ortostatik sianosis
cairan intraseluler (CIS); menyebabkan air berdifusi ke da- Jaringan lidah kering lidah keriput atonia
lam sel. turgor turun turgor kurang turgor buruk
Tonisitas < 270 mOsm/kg; misal: Dekstrosa 5 %, Dekstrosa Urin pekat jumlah kurang oliguria
5 % dalam Salin 0,25 % SSP mengantuk apatis koma

2. Cairan pengganti ( resusitasi, substitusi ) Tindakan:


Bersifat isotonis: konsentrasi partikel terlarut = CIS; no net 1. Tentukan defisit
water movement melalui membran sel semipermeabel 2. Atasi syok: cairan infus 20 ml/kg dalam ½ - 1 jam, dapat
Tonisitas 275 – 295 mOsm/kg; misal : NaCl 0,9 %, Lactate diulangi
Ringer’s, koloid 3. Sisa defisit:
- 50 % dalam 8 jam pertama
3. Cairan khusus - 50 % dalam 16 jam berikutnya
Bersifat hipertonis: konsentrasi partikel terlarut > CIS; me- Cairan: Ringer Lactate (RL) atau NaCl 0,9 % (RL adalah
nyebabkan air keluar dari sel, menuju daerah dengan kon- cairan paling fisiologis untuk tubuh)
sentrasi lebih tinggi
Tonisitas > 295 mOsm/kg; misal: NaCl 3 %, Mannitol, Sodi- Jenis dehidrasi:
um-bikarbonat, Natrium laktat hipertonik 1. Dehidrasi hipertonik:
- kehilangan air lebih besar dari Na+
3. TERAPI CAIRAN DURANTE OPERASI - kadar Na+ > 145 m.mol/L
Sebelum operasi pasien akan dipuasakan selama 6 jam (de- - osmolalitas serum > 295 m.Osm/L
wasa) atau 4 jam (bayi dan anak) - terapi:

| MEI - JUNI 2010 305

CDK ed_177 mei ok2 DR (282-320).indd 305 4/26/2010 8:45:18 PM


PRAKTIS

• Dekstrosa 5 % dalam NaCl 0,45 % atau 5 % Dextrose in plasma. Glukosa ditambahkan untuk membuat agar larutan
half strength Ringer’s lactate atau menjadi isotonik.
• fase I : 20 ml/kg NaCl 0,9 % atau RL
fase II : Dekstrosa 5 % dalam NaCL 0,45 % diberikan ≥ Di dalam tubuh, glukosa dari cairan infus akan cepat men-
48 jam agar tidak terjadi edema otak dan kematian galami metabolisme menjadi air sehingga tekanan osmo-
tiknya menjadi lebih rendah dari plasma.
Kelebihan Na+ : ( X – 140 ) x BB x 0,6 = mg
Defisit cairan : {( X – 140) x BB x 0,6}:140 = L Pada defisit cairan intraseluler dapat diberi cairan hipotonis
Kecepatan koreksi maksimal 2 mEq/L/jam seperti D5W (5% Dextrose in water) atau cairan yang ban-
yak mengandung K+, Mg++, HPO4-.
2. Dehidrasi isotonik:
- kehilangan air sama dengan Na+ Cairan hipotonis mempunyai osmolaritas lebih rendah dari
- kadar Na+ 135 – 145 m.mol/L serum ( kadar Na+ lebih rendah) sehingga pemberiannya
- osmolalitas serum 275 – 295 m.Osm/L akan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan akan “di-
- terapi: tarik” dari dalam pembuluh darah ke jaringan sekitar ( prin-
• NaCl 0,9 % atau Dekstrosa 5 % dalam NaCl 0,225 % sip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
• 20 ml/kg NaCl 0,9 % atau RL tinggi ) sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.

3. Dehidrasi hipotonik : Resusitasi dinyatakan berhasil, apabila:


- kehilangan air lebih kecil dari Na+ • MAP (Mean Arterial Pressure) ≥ 65 mmHg
- kadar Na+ < 135 m.mol/L • CVP (Central Venous Pressure) 8 – 12 mmHg
- osmolalitas serum < 275 mOsm/L • Urine output ≥ 0,5 ml/kg/jam
- terapi: • Central venous ( vena cava superior ) atau mixed venous
• NaCl 0,9 % disertai Dekstrosa 5 % dalam NaCl 0,225 % oxygen saturation ≥ 70 %
untuk the rest of fluid deficit atau • Status mental normal
• phase I: 20 ml/kg 0,9 % NaCl atau RL
phase II: tambahkan defisit natrium Red blood cells excess ( hemokonsentrasi ).
Kadar hematokrit ( Ht ) 50 % - 65 %, bahkan sampai 80 %.
Koreksi defisit Na+ = ( Na+ yang diinginkan – Na+ aktual ) x Keadaan ini dapat menyebabkan: trombosis, sludging dan
0,6 x BB restrictive circulation.
Koreksi Na+ diberikan > 24 jam, agar tidak terjadi injuri susu- Terapi: Albumin atau Kristaloid untuk menurunkan hema-
nan saraf pusat tokrit maksimum 65 %.

Dehidrasi isotonik atau isonatremik adalah jenis dehidrasi II. TRANSFUSI


yang paling sering terjadi (80 %).
Tujuan transfusi adalah untuk memperbaiki sirkulasi volume
5. RESUSITASI CAIRAN darah dan oxygen carrying capacity.
Tujuan resusitasi cairan adalah untuk memperbaiki volume
sirkulasi, agar tidak terjadi gangguan perfusi jaringan dan Transfusi darah masih berperan penting pada penanganan
oksigenasi sel, sehingga dapat mencegah iskemi jaringan syok hemoragik dan diperlukan bila kehilangan darah men-
dan gagal organ. capai 25 % volume darah sirkulasi.Pada syok lain darah ber-
guna mengembalikan curah jantung bila hematokrit rendah
Pemilihan jenis cairan harus atas dasar pertimbangan kom- atau bila cairan gagal mempertahankan perfusi.
partemen yang terganggu atau yang mengalami defisit.
Defisit cairan jika tidak segera diresusitasi cairan akan me- Kadar Hb 8 g% masih efektif untuk memenuhi kebutuhan
nyebabkan syok dengan segala akibatnya. oksigen jaringan.Pada pasien kritis transfusi sel darah merah
(red blood cells) diberikan bila Hb < 7 g%, kecuali terdapat:
Defisit cairan intraseluler penyakit arteri koroner, perdarahan akut atau asidosis laktat.
Kadar natrium yang tinggi, menunjukkan defisit cairan in-
traseluler. Ambilan oksigen (oxygen uptake) adalah petunjuk lebih
rasional saat diperlukannya transfusi daripada kadar hemo-
Larutan elektrolit hipotonis akan mengisi kompartemen globin. Ambilan oksigen akan menjadi flow dependent bila
intraseluler lebih banyak daripada kompartemen intra- ekstraksi oksigen (oxygen extraction) tidak berubah sebagai
vaskuler dan interstisial sehingga lebih tepat diberikan pada respon terhadap aliran darah.
keadaan dehidrasi yang telah berlangsung lama. Konsen-
trasi Na+ larutan ini lebih rendah daripada konsentrasi Na+ Keadaan flow dependent ini terutama terjadi pada penyakit

306 | MEI - JUNI 2010

CDK ed_177 mei ok2 DR (282-320).indd 306 4/26/2010 8:45:18 PM


PRAKTIS

serius, sehingga lebih baik mempertahankan curah jantung VO2 meningkat setelah curah jantung meningkat, tetapi
untuk mempertahankan suplai oksigen ke jaringan. VO2 tidak akan meningkat setelah peningkatan hematokrit
pasca transfusi darah. Ini menunjukkan bahwa ambilan oksi-
Risiko transfusi: gen ( VO2 ) lebih rasional dipakai sebagai petunjuk perlunya
• Acute: overload, reaksi alergi, reaksi hemolitik, demam, transfusi dibanding hemoglobin serum secara individual.
emboli udara.
• Delayed: infeksi dan imunosupresi. VO2 = CO x ( CaO2 – CvO2 ) x 10
= 180 – 280 ml/menit.
Transfusi dapat menggunakan whole blood atau packed red
cells. Pada perdarahan akut harus diberikan whole blood. CaO2 = ( Hb x 1,37 x SaO2 ) + ( 0,003 x PaO2 )
CvO2 = ( Hb x 1,37 x SvO2 ) + ( 0,003 x PvO2 )
Kriteria transfusi dengan packed red cells: SaO2 = 93 – 98 %
• Hb < 8 g/dL SvO2 = 65 – 75 %
• Hb 8 – 10 g/dL, normovolemik disertai tanda-tanda
gangguan miokardium, serebral dan respirasi Rasio ekstraksi oksigen ( O2 ER ) = VO2/DO2 x 100
• Perdarahan hebat: 10 ml/kg pada 1 jam pertama atau > O2 ER = 0,25 – 0,30
5 ml/kg pada 3 jam pertama

Untuk meningkatkan Hb, transfusi dengan: III. CAIRAN UNTUK RESUSITASI


• Whole blood: ( Hbx – Hb pasien ) x BB x 6 = ml
• Packed red cells: ( Hbx – Hb pasien ) x BB x 3 = ml Cairan untuk resusitasi umumnya bersifat isotonis atau ter-
gantung kompartemen yang akan diresusitasi.
Volume darah adalah volume plasma ( 5 % BB ) ditambah
eritrosit ( 2 % BB ), sehingga volume darah adalah 7 % berat Golongan Kristaloid
badan.
1. Ringer’s Lactate
Cara lain menghitung volume darah, berdasarkan estimated Cairan paling fisiologis jika diperlukan volume besar.
blood volume (EBV): Banyak digunakan sebagai terapi cairan pengganti (resus-
• Neonatus 90 ml/kg itasi atau replacement therapy), misalnya pada: syok hipov-
• Bayi dan Anak 80 ml/kg olemik, diare, trauma dan luka bakar.
• Dewasa 70 ml/kg
Laktat dalam RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi
Gangguan koagulasi: bikarbonat untuk memperbaiki keadaan, misal asidosis me-
• Prothrombin Time dan Partial Thromboplastin Time tabolik.
memanjang, berikan Kalium dalam RL tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,
Fresh Frozen Plasma: 10 ml/kg apalagi untuk kasus defisit kalium.
• ACT > 120 detik, berikan Protamine: 1 mg/kg Tidak mengandung glukosa, sehingga sebagai cairan ruma-
• Trombositopenia, berikan Faktor trombosit tan (maintenance) harus ditambah glukosa untuk mencegah
• Fibrinogen < normal, berikan Kriopresipitat: 5 ml/kg ketosis.
Pemberian maksimal 2000 ml per hari.
Perdarahan
Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV 2. NaCl 0,9 % ( Normal saline )
Sistolik (mmHg) > 110 > 100 > 90 < 90 Dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy ),
Nadi (x/menit) < 100 > 100 > 120 > 140 terutama pada kasus:
Nafas (x/menit) 16 16-20 21-26 > 26 • kadar Na+ rendah
Mental anxious agitated confused lethargy • jika RL tidak cocok (alkalosis, retensi K+ )
Kehilangan darah 750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml > 2000 ml • cairan terpilih untuk trauma kepala
< 15 % 15-30% 30-40 % > 40 % • untuk mengencerkan eritosit sebelum transfusi

Maximal allowable blood loss: {( Ht – 30 ) : Ht } x EBV. Mempunyai kekurangan:


DO2 = CO x CaO2 = 640 – 1400 ml/menit. • tidak mengandung HCO3–
CaO2 ( kandungan oksigen arterial ) berkaitan dengan satu- • tidak mengandung K+
rasi oksigen arterial (SaO2) dan Hb. • kadar Na+ dan Cl– relatif tinggi, sehingga dapat terjadi
VO2 ( oxygen uptake = demand = consumption ) atau ambi- asidosis hiperkloremia, asidosis dilusional, dan hiperna-
lan oksigen dapat digunakan untuk menilai oksigenasi jarin- tremia
gan yang adekuat. Pemberian maksimal 1500 ml per hari

| MEI - JUNI 2010 307

CDK ed_177 mei ok2 DR (282-320).indd 307 4/26/2010 8:45:18 PM


PRAKTIS

3. Dekstrosa 5 % PV = 5 % x 50 kg = 2,5 L
Dipergunakan sebagai cairan rumatan (maintenance) pada dV = Na+ terbanyak pada kompartemen ekstraseluler
pasien dengan pembatasan asupan natrium atau sebagai = 20 % x 50 kg = 10 L
cairan pengganti pada pure water deficit. 2 L = volume infus ( 2,5/10 )
Penggunaan perioperatif: 2 L = volume infus ( 1/4 )  volume infus = 8 L
• berlangsungnya metabolisme Diperlukan: 8 L NaCl 0,9 %
• menyediakan kebutuhan air
• mencegah hipoglikemi 3. Berapa jumlah koloid diperlukan ?
• mempertahankan protein yang ada; dibutuhkan mini- Δ PV = 2 L
mal 100 g karbohidrat untuk mencegah dipecahnya PV = 5 % x 50 kg = 2,5 L
kandungan protein tubuh dV = koloid tempatnya di plasma
• menurunkan kadar asam lemak bebas dan keton = Plasma = PV = 2,5 L
• mencegah ketosis, dibutuhkan minimal 200 g karbohid-
rat 2 L = volume infus ( 2,5/2,5 )  volume infus = 2,5 L
Cairan infus mengandung dekstrosa, khususnya Dekstrosa 5 Diperlukan koloid: 2,5 L.
% tidak boleh diberikan pada pasien trauma kepala (neu-
ro-trauma) karena dekstrosa dan air akan berpindah secara Catatan
bebas ke dalam sel otak. Di dalam sel otak (intraseluler), • CVP dengan ventilator  N = 12 – 15 mmHg.
dekstrosa akan dimetabolisir yang akan menyebabkan ede- • Terapi cairan akan mempengaruhi keseimbangan asam-
ma otak. basa.

Golongan Koloid Kristaloid digunakan sebagai cairan dan kompensasi terh-


adap insensible loss selama pembedahan.
1. HES ( Hydroxyethyl Starch )
a. Pelarut NaCl 0,9 %: Wida HES, HES Steril NaCl 0,9 % isotonis dengan plasma, didistribusi terutama ke
b. Pelarut elektrolit berimbang: FIMAHES ekstraseluler; dapat menyebabkan asidosis metabolik hiper-
2. Gelatin kloremia, memperburuk splanchnic perfusion yang ditandai
3. Dekstran dengan penurunan urine outflow dan keluhan abdomen.
4. Albumin
Istilah asidosis dilusional menunjukkan adanya ekspansi
Keuntungan HES: plasma yang menyebabkan reaksi dilusional dari bikarbonat
• menyumpal kebocoran ( sealing effect ) plasma.
• memiliki efek antiinflamasi, dengan cara menghambat
produksi mediator inflamasi NF-Kappa β, sehingga da- Menurut teori keseimbangan asam-basa Stewart, hiperk-
pat digunakan pada kasus inflamasi ( sepsis ) loremia akan menurunkan strong ion difference ( SID ). SID
dan PaCO2 merupakan independent variable, sedangkan
Jumlah cairan yang diperlukan : konsentrasi ion hidrogen dan bikarbonat merupakan de-
pendent variable.
Δ PV = volume infus ( PV/dV ) (1)
Larutan Ringer Laktat banyak digunakan sebagai cairan
Δ PV = perubahan PV yang diharapkan pengganti.
dV = volume distribusi cairan infus
Ringer Laktat tidak menambah asidosis, sebab jika sirku-
Contoh: lasi pulih kembali, produksi asam laktat akan berkurang. Di
Penderita BB 50 kg perdarahan 2 L. samping itu, sirkulasi yang membaik akan membawa tim-
1. Berapa jumlah D5W (5 % Dextrose in water) diperlu- bunan asam laktat ke hati, yang melalui siklus Krebs akan
kan? dibuffer oleh bikarbonat menjadi asam karbonat yang
Δ PV = 2 L dilepas melalui paru-paru.
PV = 5 % x 50 kg = 2,5 L
dV = seluruh kompartemen = 60 % x 50 kg = 30 L Koloid banyak digunakan untuk mempertahankan volume
2 L = volume infus ( 2,5/30 ) darah sirkulasi.
2 L = volume infus ( 1/12 )  volume infus = 24 L
Diperlukan: 24 L 5 % Dextrose in water. Produk Hextend merupakan plasma volume expander yang
mengandung 6 % hetastarch di dalam larutan elektrolit ber-
2. Berapa jumlah NaCl 0,9 % diperlukan ? imbang, laktat dan glukosa ( hetastarch 60g/L, natrium 143
Δ PV = 2 L mmol/L, klorida 124 mmol/L, kalsium 2,5 mmol/L, kalium 3

308 | MEI - JUNI 2010

CDK ed_177 mei ok2 DR (282-320).indd 308 4/26/2010 8:45:18 PM


PRAKTIS

mmol/L, magnesium 0,45 mmol/L, glukosa 0,99 g/L, laktat DAFTAR PUSTAKA
28 mmol/L ). 1. Sunatrio S. Resusitasi Cairan. Media Aesculapius FKUI: Jakarta, 2000 Agus-
tus.
Syok hemoragik dapat menyebabkan hypercoagulable 2. Balk AR, Ely EW, Goyette RE. Sepsis Hand Book. Society of Critical Care
state yang berkaitan dengan komplikasi hemoragik dan Medicine. 2nd ed. 2004
trombotik pada periode pasca operasi. 3. Giesecke AH, Egbert LD. Perioperative Fluid Therapy Crystalloid. Miller RD
(ed). Anaesthesia, 2nd ed., Churchill Livingstone: New York, Melbourne,
Hextend dapat menurunkan aktivitas heparin dan anti- 1986.
trombin II, sehingga terjadi percepatan inisiasi pembekuan 4. Surjiani-Karsono. Prinsip Dasar Resusitasi Cairan. PT Widatra Bhakti: 2005.
darah. 5. http: // koas kamar 13.wordpress.com/2007/11/09/terapi-cairan
6. Pedoman Cairan Infus. Edisi VI PT Otsuka Indonesia: 1996.
Strategi untuk rehidrasi harus memperhitungkan: defisit 7. Fluid Replacement.http://en.wikipedia.org/wiki/fluid replacement
cairan, cairan rumatan dan kehilangan cairan yang sedang 8. Smith RM. Anesthesia for Infants and Children. Fluid therapy and
berlangsung. Blood replacement. 4th ed. The CV Mosby Company. St Louis, Toronto,
London,1980:566-67.
Cara rehidrasi: 9. Arifianto. Pemberian cairan intravena.
1. Hitung derajat dehidrasi Available from URL http: //www.sehatgroup.web.id/guidelines/isi Guide
Jumlah cairan yang diberikan = derajat dehidrasi ( % ) x asp? Guide ID=6.
BB x 1000 ml 10. Hiponatremia dan hipernatremia.
2. Hitung cairan rumatan. http://terapicairan.wetpaint.com/pagr/Hiponatremia+dan+
Bayi dan Anak: rumus 4,2,1 Hipernatremia?t=anon.
Dewasa: 40 ml/kg/24 jam atau rumus 4,2,1 11. Robert KB. Fluid deficit.
3. Pemberian cairan (Guillot). http: www.elmhurst.edu/~chm/vc henbook/255fluiddeficit.html
• 6 jam I = ½ dari jumlah cairan yang diberikan + ¼ cairan 12. Hartanto WW. Terapi Cairan Dan Elektrolit Perioperatif. Bag. Farmakologi
rumatan Klinik dan Terapeutik. FK Unpad 2007.
18 jam II = ½ cairan yang diberikan + ¾ cairan rumatan 13. Huang LH, Anchala KR, Ellsbury DL, George CS. Dehydration: Treatment &
• 8 jam I = ½ cairan yang harus diberikan + ½ cairan ruma- Medication. http://emedicine.medscape.com/article/906999-treatment
tan 14. Yarboro Y, Janoff S. Dehydration.
16 jam II = ½ cairan yang harus diberikan + ½ cairan http: //yourtotalhealth.ivillage.com/dehydration.html?pageNum=9
rumatan 15. Mcllwaine JK, Corwin HL. Hypernatremia and Hyponatremia in Fink MP,
Abraham E, Vincent JL, Kochanek PA. Textbook of Critical Care, 5th ed.
Elsevier Saunders. Philadelphia, Pennsylvania, 2005: 63-65.

| MEI - JUNI 2010 309

CDK ed_177 mei ok2 DR (282-320).indd 309 4/26/2010 8:45:18 PM

Vous aimerez peut-être aussi