Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Fakultas Kedokteran
1. Ivan Petrovich Pavlov
Program Studi Psikologi
a. Dasar Teori menurut Pavlov
Tahun 2011
Observasi empiris
Pengkondisian pavlovian dan pengkondisian klasik adalah sama. Unsur yang dibutuhkan
untuk melahirkan pengkondisian pavlovian atau klasik adalah :
Pelenyapan eksperimental
Pemulihan spontan
Beberapa waktu sesudah pelenyapan, jika CS sekali lagi dihadirkan kepada hewan,
CR akan muncul kembali secara temporer. CR “dipulihkan secara spontan” meskipun
tidak ada lagi pasangan CS dan US. Sekali lagi, jika ada penundaan setelah pelenyapan
dan CS disajikan kepada organism, ia cenderung akan mengeluarkan CR.
Generalisasi
Adanya perbedaan antara penyebaran efek Thorndike dengan generalisasi Pavlov.
Penyebaran efek mengacu pada pengaruh penguatan terhadap respons yang ada di
sekitar respons yang diperkuat, terlepas dari kemiripannya dengan respons yang
diperkuat itu. Untuk penyebaran efek, kedekatan adalah factor penting. Generalisasi
mendeskripsikan peningkatan kemampuan memproduksi CR oloeh stimuli yang terkait
dengan stimuli yang mendahului penguatan. Untuk generalisasi, kemiripanlah yang
penting, bukan kedekatan.
Diskriminasi
Diskriminasi dapat muncul melalui dua cara: training yang lebih lama dan
penguatan diferensial. Pertama, jika CS berkali-kali disandingkan atau dipasangkan
dengan US dalam waktu yang lebih lama, tendensi untuk merespons stimuli yang terkait
denganCS, namun tidak identik dengannya, akan menurun.
Menurut Pavlov, dua proses dasar yang mengatur sistem saraf sentral yang
mengatur semua aktivitas sistem saraf sentral adalah excitation atau eksitasi atau
inhibition atau hambatan. Pola eksitasi dan hambatan yang menjadi karakteristik otak ini
oleh Pavlov disebut cortical mosaic. Mosaic cortical pada satu momen akan menentukan
bagaimana organism merespon lingkungan. Setelah lingkungan eksternal atau internal
berubah, mosaic cortical akan berubah dan perilaku njuga berubah.
Stereotip Dinamis
Secara garis besar stereotip dinamis adalah mosaic cortical yang menjadi stabil
karena oragnisma berada dalam lingkungan yang dapat diprediksi selama periode waktu
tert5entu yang lumayan panjang. Selama pemetaan cortical ini dengan akuratt
merefleksikan lingkungan dan menghasilkan respon yang tepat, maka segala sesuatu
akan baik-baik saja. Tetapi jika lingkungan berubah secara radikal, organism mungkin
mengubah stereotip secara dinamis.
Pada awalnya bterjadi irradiation of excitation dengan kata alain eksitasi ini akan
meluber ke area otak lain di dekatnya. Ini adalah proses yang dipakai Pavlov untuk
menjelaskan generalisai. Pavlov juga menemukan bahwa konsentration sebuah proses
yang berlawanan dengan iradiasi.
Pavlov mengidentifikasi dua tipe umum dari pengkondisian yang berasal langsung
excitatory conditioning, akan tampak ketika pasangan CS-US menimbulkan suatu
respons. Conditioned inhibition tampak ketika training CS menghambat atau menekan
suatau respons.
Menurut Pavlov proses belajar dengan rumus S-R bisa berjalan dengan syarat
adanya unsur-unsur seperti dorongan (drive), rangsangan (stimulus), respon (response),
dan penguatan (reinforcement). Pertama, dorongan adalah suatu keinginan dalam diri
seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan yang sedang dirasakannya. Seorang anak
merasakan adanya kebutuhan akan bahan bacaan ringan untuk mengisi waktu
senggangnya, maka ia terdorong untuk memenuhi kebutuhan itu, misalnya dengan
mencarinya di perpustakaan terdekat. Unsur dorongan ini ada pada setiap orang
meskipun tingkatannya tidak sama: ada yang kuat, ada pula yang lemah . Kedua, adanya
rangsangan (stimulus). Kalau dorongan datangnya dari dalam, maka rangsangan datang
dari luar. Bau masakan yang lezat bisa merangsang timbulnya selera makan yang tinggi,
bahkan yang tadinya tidak terlalu lapar pun bisa menjadi lapar dan ingin segera
mencicipinya. Wanita cantik dengan pakaian yang ketat juga bisa merangsang gairah
seksual setiap lelaki dewasa (yang normal) . Oleh karena itu, dalam islam wanita tidak
diperbolehkan berpakaian yang merangsang, dan bahkan harus menutup seluruh
auratnya (Qur’an:24:31). Hal ini untuk menjaga “keamanan”, menjaga nafsu yang sering
tidak terkendali sebagaimana sering kita dengar adanya tindakan perkosaan brutal yang
tidak berprikemanusiaan.
Dalam sistem intruksional, rangsangan ini bisa terjadi (bahkan bisa diupayakan)
pada pihak sasaran untuk bereaksi sesuai dengan keinginan komunikator, guru maupun
instruktur. Dalam suatu kuliah siang hari, pada saat para mahasiswa banyak yang
mengantuk dan kurang bergairah, sang dosen bisa merangsangnya dengan berbagai cara,
dan yang sering dilakukan adalah antara lain dengan mengajukan berbagai pertanyaan
yang selektif dan menarik, bercerita ringan atau humor.
Dari adanya rangsangan tersebut kemudian timbul reaksi, dan memang orang
bisa timbul reaksinya atas suatu rangsangan. Bentuk reaksi berbeda-beda tergantung
pada situasi, kondisi dan bahkan bentuk rangsangan tadi. Reaksi-reaksi yang terjadi
pada seseorang akibat adanya rangsangan dari lingkungan sekitarnya inilah yang disebut
dengan respon dalam teori belajar. Maka unsur yang Ketiga, adalah masalah respon.
Respon ini bisa dilihat atau diamati dari luar. Respon ini ada yang positif dan ada pula
yang negatif. Respon positif terjadi sebagai akibat “ketepatan” seseorang melakukan
respon (mereaksi) terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang
diharapkan. Sedangkan respon negatif adalah apabila seseorang bereaksi justru
sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan. Kempat, adalah masalah
penguatan (reinforcement).
Unsur ini datangnya dari pihak luar kepada seseorang yang sedang melakukan
respon. Apabila respon telah benar, maka perlu diberi penguatan agar orang tersebut
merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respons seperti tadi lagi. Seorang anak kecil
yang sedang mencoret-coret buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar,
bisa terkejut bahkan bisa menderita guncangan sehingga ia tidak akan mencoret-coret
buku lagi. Bahkan kemungkinan yang paling jelek di kemudian hari barangkali ia akan
benci terhadap setiap yang namanya tulis menulis. Hal ini adalah bentuk penguatan yang
salah. Barangkali akan lebih baik apabila cara melarangnya dengan kata-kata yang tidak
membentak. Dengan demikian si anak akan merasa dilarang menulis, dan itu namanya
anak diberi penguatan positif sehingga ia merasa perlu untuk melakukan coretan seperti
tadi, tapi di tempat lain. Setiap kali seorang siswa mendapat nilai A pada mata pelajaran
matematika, ia mendapat pujian dari guru; maka selanjutnya ia akan berusaha
mempertahankan prestasinya itu. Dengan kata lain, ia melaksanakan semuanya itu
karena dipuji (diberi penguatan) oleh guru. Proses belajar akan terjadi secara terus
menerus apabila stimulus dan respon ini berjalan dengan lancar. Ia berproses secara
rutin dan tampak seperti otomatis tanpa membicarakan hal-hal yang terjadi selama
berlangsungnya proses tadi. Namun dalam hal ini tidak dibicarakan bahwa yang
namanya belajar banyak melibatkan unsur pikiran, ingatan, kemauan, motivasi, dan lain-
lain.
Flooding. Problem utama dalam menangani fobia adalah fakta bahwa individu
menghindari pengalaman yang menakutkan. Karena pelenyapan adalah proses aktif (CS
harus dihadirkan dan tidak diikuti dengan US), usaha menghindari stimuli yang
menimbulkan rasa takut justru akan mencegah terjadinya pelenyapan. Jika, misalnya,
seseorang punya fobia terhadap anjing, orang itu tak pernah dekat-dekat dengan anjing
dalam waktu lama untuk belajar apakah dekat dengan anjing itu aman atau tidak.
Ø Pada awal masuk kelas, guru tersnyum dan sebagai pembukaan bertanya kepada
siswa tetang kabar keluarga, hewan peliharaan/hal pribadi dalam hidup mereka.
Ø Guru berusaha agar siswa merespek satu sama lain pada prioritas tinggi di kelas,
misalnya, pada diskusi kelas guru merangsang siswa untuk berpendapat
Ø Pada sesi tanya jawab, guru berusaha membuat siswa berada dalam situasi yang
nyaman dengan memberikan hasil (positf outcome – masukn positif). Misalnya, jika
siswa diam/tidak aktif, maka guru bisa memulai dengan pertanyaan ”apa pendapatmu
tentang masalah ini”, atau bagaimana kamu membandingkan dua contoh ini”. Dengan
kata lain, guru memberi pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk berpendapat.
Namun jika dengan cara inipun siswa tidak sanggup/ segan untuk merespon, maka tugas
guru untuk membimbing/ memacu sampai siswa memberi jawaban yang dapat diterima.
Guthrie (1959) merevisi hukum contiguitasnya menjadi, ‘apa-apa yang dilihat akan
menjadi sinyal untuk apa-apa yang dilakukan’ (h.186). ini adalah cara guthrie mengakui
begitu banyaknya jumlah stimuli yang dihadapi organisme pada suatu waktu tertentu
dan organisme tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimuli itu.organisme
akan merespon secara selektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapinya, dan
proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respon.
Sifat penguatan
Lupa
Menurut guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respon alterntif dalam satu pola
stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respon alternatif, pola stimulus itu
kemudian akan cenderung menghasilakan respon baru. Jadi menurut guthrie lupa pasti
melibatkan proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroaktif inhibition (hambatan
retroaktif ) yang ekstrim, yakni fakta bahwa proses belajar lama intervensi oleh proses
belajar baru.
Asosiasi antara kondisi yang menstimulasi dengan gerakan terus menerus dibuat.
Asosiasi antara stimulus dan respon terjadi hanya karena keduanya terjadi secara
bersama-sama. Asosiasi itu dapat berupa antara stimuli eksternal dengan repon nyata
atau antara stimuli yang diproduksi gerakan denan respon nyata. Asosiasi ini akan terus
berlanjut sampai respon yang sama terjadi ketika ada stimuli lain atau sampai stimuli
yang sama terjadi namun responnya tidak terjadi karena ada hambatan.dalam situasi
belajar yang terstuktur, seperti kotak teka-teki, lingkungan ditata sedemikian rupa
sehingga terjadi perubahan tibatiba dalam stimulasi setelah respon tertentu dilakukan.
Misalnya jika kucing menekan tuas, pintu akan terbuka dan ia bisa keluar. Guthhrie
mengatakan bahwa setelah kucing menekan tuas, situasi stimulasinya tiba-tiba berubah
dan asosiasi apapun yang ada sebelum waktu perubahan itu akan etap
dipertahankan.asosiasi paling akhir (baru) sbelum perubahan mendadak itu adalah
asosiasi antara stimulasi dalam kotak dengan respon yang memungkinkan hewan itu
keluar. Menurut prinsip kebaruan ini, ketika hewan dimasukkan lagi kedalam kotak, ia
cenderung akan melakukkan respon yang sama ( ia cenderung menekan tuas lagi), dan
kita menyatakan bahwa kucing itu telah mempelajari cara keluar dari kotak.
Membelokkan kebiasaan
Ada perbedaan antara memutuskan kebiasaan dengan membelokan kebiasaan.
Membelokkan atau menyimpangkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari
petunjukk yang menimbulkan perilaku yang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan
sejumlah besar pola perilaku yang tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik
yang bisa dilakukkan adalah meninggalkan situasi itu.
Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment atau hukuman ditentukan oleh apa
penyebab tindakkan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman
bekerja baik bukan karena adanya rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi
karena hukuman mengubah cara individu merespon stimuli tertentu. Hukuman akan
efektif ketika ia menghasilkan respon yang baru terhadap stimuli yang sama. Hukuman
berhasil mengubah perilaku yang tak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku
yang tidak kompatibel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman gagal karena perilaku
yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Pendapat
Guthrie tentang hukuman dapat diringkas sebagai berikut:
1. Hal penting mengenai hukuman adalah bukan rasa sakit yang ditimbulkannya,
tetapi apa yang membuat organisme itu berbuat.
2. Agar efektif, hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel
dengan perilaku yang dihukum.
3. Agar efektif, hukuman harus diaplikasikan bersama dengan stimulus yang
menimb ulkan perilaku yang dihukum.
4. Jika syarat 2 dan 3 tidak dipenuhi, hukuman tidak akan efektiv atau justru
memperkuat respon yang tak diiniginkan.
Dorongan
Drives (dorongan) visiologi merupakan apa yang oleh guthrie disebut maintaining
stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai
tujuan tercapai. Tetapi, perlu ditekankan bahwa dorongan fisiologis ini hanya salah satu
sumber stimuli yang mempertahankan. Setiap sumber stimuli yang terus berlangsung,
entah itu eksternal maupun internal menghasilkan stimuli yang mempertahankan.
Niat
Respon yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat).
Respon itu dinamakan niat karena maintaining stimulation dari dorongan biasanya
berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang). Jadi, sekuensi
perilaku yang mendahului respon yang mengurangi dorongan akan diulang ketika
dorongan, dengan stimuli terkaitnya, muncul lagi. Sekuensi (urutan) perilaku yang di
asosiasikan maintaning stimulation tampak saling terkait dan logis, karenanya dianggap
bersifat intentional.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung
akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan
variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar.
Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya
melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan
respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan
stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa
hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman
yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara
tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola
kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell,
Gredler, 1991).
Latihan atau praktik adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli
untuk menghasilkan perilaku yang diinginkan. Karena setiap pengalaman adalah unik,
seseorang harus belajar ulang berkali-kali. Seperti Thorndike, Guthrie percya bahwa
pendidikan formal seharusnya menyerupai situasi kehidupan nyata semirip mungkin.
Dengan kata lain, guru Guthrian akan meminta siswanya melakukkan atau mempelajari
hal-hal yang kelak akan mereka lakukan saat mereka lulus. Guthrie mendukung program
magang atau mentoring dan mendorong pendekatan pertukaran pelajar untuk
memperluas pengalaman belajar. Guru Guthrian terkadang menggunakan hukuman
untuk mengatasi perilaku yang mengganggu, namun mereka menyadari bahwa agar
hukuman bisa efektif, hukuman mesti dipakai saat perilaku distriktif itu sedang terjadi.
Lebih jauh, hukuman harus menimbulkan perilaku yang tidak kompatibel dengan
perilaku yang mengganggu itu. Hukuman idealnya menghasilkan perilaku yang
diinginkan, bukan sekedar menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.
Mengasosiasikan rangsangan dan respons secara tepat merupakan inti dari teori
belajar yang dibangun oleh Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam proses belajar
mengajar di kelas. Guthrie memberikan beberapa saran bagi guru :
1. Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika
mempelajari sesuatu. Dengan kata lain , apakah stimuli yang ada dalam buku
atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar.
2. Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana
mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan
menjadi stimuli yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk menghafal
pelajaran.
3. Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang
secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan
kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika diikuti oleh kegaduhan
dalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimuli ) bagi munculnya
perilaku distruptif.
Asumsi 1. Situasi belajar terdiri dari banyak elemen stimulus dalam jumlah tertentu.
elemen-elemen ini terdiri dari banyak hal yang dapat dialami pembelajar pada awal
percobaan belajar. Stimuli-stimuli itu bisa mencakup kejadian eksperimental seperti
cahaya, suara berisik, materi verbal yang disajikan dalam dram memori.
Asumsi 3. Semua elemen di S diletakkan dengan A1 atau A2. Sekali lagi, ini adalah
situasi all or nothing: semua unsure stimulus dalam S adalah dikondisikan ke respon
yang diinginkan atau benar(A1) atau kerespon yang keliru(A2).
Asumsi 6. Elemen ditetha dikembalikan ke S pada akhir percobaan, dank arena tetha
yang dijadikan sampel pada awal percobaan belajar pada dasarnya adalah acak,
proporsi elemen yang dikondisikan ke A1 dalam S akan tercermin dalam elemen
dalam tetha pada awal setiap percobaan baru.
Generalisasi
Generalisasi dari situasi belajar awal ke situasi belajar lainnya dapat dengan mudah
dijelaskan dengan teori sampling stimulation. Transfer terjadi sepanjang dua situasi
memiliki elemen stimulus yang sama. Jika banyak dari elemen yang sebelumnya
dikondisikan ke respon A1 ada didalam situasi belajar yang baru, probabilitas respon
A1 akan muncul ke dalam situasi baru itu akan cukup tinggi.
Pelenyapan
Estes menjelaskan problem pelenyapan dengan cara yang pada dasarnya sama
dengan yang dilakukan Guthrie karena dalam pelenyapan satu percobaan biasanya
diakhiri setelah subjek melakukan sesuatu selain A1, elemen stimulus yang
sebelumnya dikondisikan ke A1 pelan-pelan akan kembali lagi ke A2. Hukum untuk
akuisisi dan pelenyapan adalah sama.
Pemulihan Spontan
Pencocokan Probabilitas