Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Natural gas (gas alam) merupakan bahan baku paling penting di industri
pupuk PT. PUSRI, karena merupakan factor utama dalam penggunaan untuk
25
26
bahan bakar di waste heat boiler (WHB), package boiler, gas turbin generator
di Utilitas dan primary reformer serta bahan baku di pabrik ammonia.
Sumber gas alam berasal dari PERTAMINA Simpang Y (2” dan 14”)
dan PERTAMINA Plaju (12”) untuk memenuhi kebutuhan di pabrik PUSRI II,
III, IV dan IB. pengaturan tekanan gas alam agar sesuai dengan tekanan yang
dibutuhkan dilakukan melalui jalur hot liner microwave yang pelaksanaannya
dilakukan oleh :
1. Kabag Shift PUSRI II
2. Operator gas metering station PERTAMINA dan PUSRI
Gas metering station berfungsi untuk :
1. Membersihkan gas alam dari kotoran berupa abu, padatan, liquid,
hidrokarbon berat yang terbawa bersama-sama gas alam.
2. Mencatat jumlah pemakaian gas alam
3. Mengatur tekanan gas alam yang di suplai ke ammonia plant dan offsite
sesuai kebutuhna.
Pengotor- pengotor padat berupa debu, uap air yang berhasil dipisahkan
kemudian dilepaskan ke atmosfer karena tidak mengandung komponen-
komponen yang berbahaya, sedangkan hidrokarbon berat yang berhasil
dipisahkan akan di kirim ke tempat pembakaran (burning pit). Kelebihan gas
dibuang ke lingkungan bila tekanan melewati set point melalui valve PV-4174
Untuk menjaga kelancaran operasi pabrik di unit Gas Metering Station
(GMS) Pusri dilakukan analisa gas alam setiap saat (1x / hari), untuk
menghindari fluktuasi komponen maupun gross heating valve (GHV) sebagai
nilai panas pembakaran.
27
Secara singkat bahan baku air sungai Musi di olah dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Penyaringan Zat Padat Terapung
Air sungai Musi sebelum dikirim ke Unit Utilitas harus dipisahkan
dari kotoran yang berupa zat padat kasar yang terapung dengan cara
memasang saringan di sekitar section pompa sungai 4201 J/JA, selanjutnya
di pompa untuk dialirkan ke unit pengolahan air.
3. Floctreater (4201 U)
Air sungai yang telah bereaksi dengan bahan kimia di premix tank akan
membentuk floc-floc yang siap diendapkan, selanjutnya dialirkan ke floctreater
untuk memisahkan air dari floc-floc dengan cara pengendapan dengan cara
gravitasi. Floctreater berbentuk tangki beton silinder dengan ukuran diameter 26
m dan tinggi 3,65 m.
Untuk mengetahui kualitas dari air floctreater dilakukan kontrol di outlet
floctreater dengan parameter pH 5,8 – 6,2, turbidity max 2 ppm dan Cl2 max 0,5
29
ppm. Pecahnya floc akan menyebabkan turbidity semakin besar, sehingga dapat
terikut ke proses selanjutnya.
Air masuk melalui pipa-pipa vertikal pada bagian bawah bak. Kemudian
Air bersih dipisahkan melalui overflow di bibir flocteater dan endapan yang
terbentuk secara otomatis dibuang melalui sewer/parit di bagian bawah.
Demin plant adalah unit pengolahan air bersih untuk mendapatkan air
yang bebas mineral, baik ion positif maupun negatif. Karena air yang akan
digunakan sebagai make up boiler harus bebas dari mineral yang bertujuan
untuk menghindari deposit/kerak, korosi logam/metal dan carry over.
Kation-kation dan anion-anion yang sering di temui adalah :
Kation Anion
Calsium Ca++ Bikarbonat HCO3-
Magnesium Mg++ Karbonat CO3-
Sodium Na++ Sulfat SO42-
Potasium K+ Klorida Cl-
Iron Fe++ Nitrat NO3-
Mangan Mn++ Silikat SiO2-
31
Dan sebagai pengaktif kembali bila ion telah jenuh dilakukan regenerasi dengan
asam sulfat. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
H2SO4 + MgZ H2Z + MgSO4
Sistem air pendingin terutama terdiri dari menara pendingin dan bak
penampung (basin), pompa-pompa air pendingin, sistem injeksi bahan-bahan
kimia seperti phosphate, asam sulfat, dan ID fan (Induced Draft Fan).
Menara pendingin adalah buatan Ecodyne. Menara tersebut terdiri atas
suatu kerangka yang terbuat dari redwood dan terletak di atas sebuah bak
beton. Cooling tower terbagi dalam 4 buah cell (ruangan). Tiap cell terdiri atas
satu ID fan yang berkekuatan 200 HP. Baling-baling ID fan tersebut terbuat
dari fiber glass. Suhu air pendingin diharapkan 32,2 oC (90 oF) sedangkan air
panas yang kembali 48,9 oC (120 oF).
Sistem air pendingin merupakan suatu sistem sirkulasi tertutup dengan
kapasitas sirkulasi normal 7000 m3/jam. Pemakaian utama adalah untuk
pendinginan proses di Ammonia Plant, dan perlengkapan-perlangkapan
tertentu di Offsite. Air untuk pengisian dan air untuk penambah (make up
water) dari pada cooling tower di pompa dari tanki filtered water dengan
pompa-pompa air make up cooling tower. Level kontrol secara otomatis
memasukkan air make up ke dalam bak menara pendingin untuk menjaga agar
tinggi permukaan air dalam bak tersebut tetap. Sebuah low level alarm akan
memberikan peringatan kepada panel control Ammonia Plant dan Utility
Plant, bila terdapat permukaan rendah dalam bak menara pendingin, air make
34
2. Scale inhibitor
Kerak terjadi karena endapan deposit di permukaan metal. Endapan dapat
berupa mineral scale ( misal : garam, Ca, Mg, SiO2), suspended matter
( misal : debu yang terbawa udara), atau corrosion product.
35
3. Slime Inhibitor
Slime adalah lendir berwarna coklat kehitaman yang menempel di
permukaan pipa. Slime dapat mengurangi efek pencegahan korosi dan
menurunkan efisiensi cooling tower.
Penyebab munculnya slime adalah bakteri yang terbentuk dalam cooling
tower. Untuk membunuh bakteri tersebut perlu diinjeksikan :
a. Biodsipersant
Suatu campuran bahan kimia poly elctrolit yang berupa cairan dan berfungsi
sebagai disinfektan (pembunuh bakteri anaerob) dan juga mendispersikan
slime yang terbentuk di dalam sistim.
b. Biocide
Suatu campuran bahan kimia poly electrolite yang berupa cairan dan
berfungsi sebagai disinfektan (pembunuh bakteri anaerob).
Dari bak cooling tower, air pendingin dipompa dengan pompa-pompa air
pendingin yang masing-masing berkapasitas 4700 m3/jam. Untuk keadaan normal
36
digunakan 2 buah pompa secara parallel yang digerakkan oleh steam turbin. Air
panas yang kembali dari semua pemakaian air pendingin di Ammonia Plant di
tampung kembali dalam sebuah line utama di kirim ke daerah cooling tower. Di sini
line terpisah menjadi 2 line yang mengembalikan air panas ke puncak cooling tower.
Air panas tersebut didistribusikan secara menghujan ke dalam bak cooling
tower melalui distributor di dalam menara dan sambil berpapasan dengan aliran
udara. Udara masuk lewat kisi-kisi pada bagian samping akibat tarikan alam (natural
draft) atau tarikan ID fan dalam masing-masing cell. Udara yang mengalir ke atas
mendinginkan air yang kembali ke dalam bak.
3. o-PO4 (unfilter-filter)
selisih o-PO4 (UF-F) menunjukkan jumlah atau kinerja dari dispersant.
Bila selisih o-PO4 > batasan, artinya jumlah dispersant didalam sistem
harus kurang, dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya pengendapan
37
7. Silika (SiO2)
Berasal terutama dari make up water.
Silika yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya scalling terutama bila
berikatan dengan magnesium membentuk magnesium silikat (scalling
yang sangan kuat dan kurang keras serta sangat sukar untuk dibersihkan).
Untuk mengurangu silica yaitu dengan menambah blowdown.
8. Chloride
Kandungan chloride yang tinggi didalam sistem dapat menyebabkan
terjadinya korosi di material carbon steel ( pada material SS dengan
temperatur skin > 100oC dan kandungan chloride > 100 ppm akan terjadi
stress corrosion cracking /scc.
Untuk menanggulangi terjadinya korosi akibat tingginya chloride harus
dilakukan blowdown.
9. Suspended solid (SS)
Tingginya suspended solid disebabkan oleh terkontaminasinya fiber, sand,
pigment dan senyawa anorganik lainnya dalam bentuk terlarut denan ukuran
10-100 µm suspended solid yang tinggi disamping akan bisa menimbulkan
scalling juga akan menyebabkan sifat elektrolit air akan menjadi semakin
besar sehingga air akan cenderung bersifat korosif.
Untuk mengurangi SS yaitu dengan menambah blowdown.
10. Residual Chlorine
Tingginya residual chlorine /free chlorine menyebabakan pemborosan
bahan kimia dan menurunkan pH aiar sehingga air akan bersifat korosif.
Penanggulannya yaitu dengan mengurangi dosis injeksi chlorine/bromine
Rendahnya residual chlorine/free chlorine akan memicu pertumbuhan
bakteri yang tinggi dan pada akhirnya akan terjadi fouling dan terbentuk
slime di permukaan logam.
Penangglangannya dengan mengontrol residual /free chlorine yang benar.
39
2. Udara Instrument
Instrument air digunakan untuk menggerakkan peralatan instrumentasi
(pneumatic) seperti control valve, transmitter, dll. Udara disuplai ke receiver
udara instrument 1020 m3/jam untuk dipisahkan kandungan airnya dan sebagai
penampung udara sementara dengan tekanan 8,0 kg/cm2. Dari receiver masuk ke
filter inlet untuk mengurangi kotoran-kotoran dan minyak yang terbawa. Udara
lembab ini masuk melalui 4 way valve ke salah satu dryer (A atau B) yang berisi
silica gel atau activated alummina . Fungsi Air Dryer ini adalah untuk menyerap
semua bintik-bintik air yang terkandung di dalam udara dan Dew Point dari
dryer dioperasikan pada -400C pada tekanan operasi. Penyerap air dari udara
yang dipakai adalah silika gel atau Activated Alumina.
41
1. Deaerator
Fungsi deaerator adalah untuk menghilangkan sisa-sisa gas yang masih
terlarut diantaranya yang terpenting adalah Oksigen (O2) dan karbondioksida
(CO2). Gas ini perlu dihilangkan untuk menghindari korosi. Oksigen dan
karbondioksida akan menyebabkan kerak dan korosi pada line boiler feed water,
economizer, boiler, dan superheater, line-line steam dan return condensate.
Proses daerasi dilakukan dalam 2 tahap:
43
2. Steam Drum
Aliran air yang masuk ke Steam Drum dari deaerator (1120C) akan
dipanasi terlebih dahulu di economizer (pemanasan pertama pada Steam Drum)
dengan memanfaatkan panas sisa dari Gas Turbin Generator dan pembakaran
gas alam (burner) yang akan keluar ke atmosfer. Setelah masuk ke steam drum,
air diinjeksikan dengan fosfat (Na3PO4) guna mengikat lumpur yang terlarut
dalam air dan dipanaskan dengan boiler sehingga terjadi pemisahan antara liquid
dengan steam basah, selain itu untuk menjaga pH dan mengendapkan senyawa
Ca dan SiO2. Lumpur yang mengendap di bagian bawah Steam Drum akan
dibuang melalui kerangan secara manual. Produk dari steam drum yang berupa
uap (steam) dialirkan ke evaporator untuk meningkatakan panasnya kemudian
masuk lagi ke steam drum. Steam basah masuk ke superheater untuk pemanasan
44
Pembangkit Emergency
1. Emergency diesel Generator
Berfungsi untuk melayani beban-beban yang sangat kritis di pabrik apabila
pembangkit utama mengalami gangguan.
Bekerja secara otomatis, apabila sumber listrik dari sumber normal hilang,
transfer switch dari ATS secara otomatis akan bekerja mengalirkan sumber
listrik dari sumber normal ke sumber emergency.
2. Uninteruptible Power Supply (UPS)
Berfungsi untuk melayani beban-beban listrik yang tidak boleh terputus
supply listriknya, seperti power supply untuk panel kendali (control room).
Secara kontinyu mensupply tegangan 120 V ke panel kontrol dan DCS.
Apabila supply utama ke UPS hilang, maka supply listrik langsung diambil
alih oleh battery.
(aliran gas dingin N2 dan O2), dan dibantu dengan pendinginan dari Turbo
Expander.
Udara yang sudah dingin (-126 0C) dimasukkan ke High Pressure
Tower yang berfungsi untuk memisahkan nitrogen dan oksigen dengan
perbedaan titik didih dimana oksigen (pada temperatur -178 0C) akan turun
menjadi liquid, nitrogen (pada temperatur -193 0C) akan naik keluar dari
bagian tengah High pressure Tower. Dengan perbedaan titik didih tersebut
maka N2 dan O2 murni akan terpisah dengan sendirinya dan merupakan proses
akhir dari Air Separation Plant.
Ketika masuk ke High Pressure Tower, oksigen mencair dan nitrogen
yang masih berupa gas terlepas ke atmosfer, sebagian nitrogen didinginkan
oleh oksigen cair sehingga nitrogen turut mencair. Dan oksigen yang berubah
menjadi gas naik ke Low Pressure Tower, yang selanjutnya dilepaskan ke
atmosfer.
CO2 gas yang akan diproses berasal dari NH 3 Plant yang langsung
masuk ke Scrubber. Water Scrubber berfungsi sebagai pembersih CO2 gas
dari debu dan material lain yang terbawa oleh CO2 gas dengan cara menspray
CO2 gas dengan air. Kemudian CO2 gas masuk ke CO2 compressor tingkat I
dengan tekanan 4,6 kg/cm2 temperatur 150 0C dan masuk ke CO2 cooler
dengan temperatur 40 0C untuk kemudian masuk ke Scrubber.
Scrubber berfungsi sebagai alat penyerap H2S, sulfur, bakteri, dan lain-
lain yang terkandung di dalam CO2 gas dengan menggunakan chemical
potassium permanganat dan soda ash. Scrubber terdiri dari 2 tingkat. Dari
Scrubber CO2 gas dimasukkan ke kompresor tingkat II, dimana tekanannya
naik menjadi 21,1 kg/cm2 masuk ke CO2 cooler dengan temperatur 40 0C.
49
Dari CO2 cooler, CO2 gas turun temperaturnya menjadi 5-7 0C guna
membuang uap air yang masih terkandung dalam CO 2 gas. CO2 gas
dimasukkan ke Dryer untuk penyerapan H2O atau uap air dengan batas
maksimum 10 ppm. Dari Dryer diharapkan CO2 gas yang keluar sudah murni
dari H2O agar tidak terjadi plugging (penyumbatan) pada pipa saluran gas
Dryer yang terdiri dari 2 tingkat.
CO2 gas murni masuk ke tube reboiler untuk menurunkan temperatur
CO2 menjadi -14 0C sehingga dihasilkan CO2 vapor, kemudian masuk ke
dalam Primary CO2 Condenser untuk menurunkan temperatur menjadi -21 0C
sehingga membentuk CO2 liquid (tapi belum murni). Untuk pemurnian CO2
liquid dimasukkan ke Stripping Tower yang berfungsi untuk membebaskan
CO2 liquid dari gas-gas lain yang terkandung di dalamnya dimana gas-gas
yang tidak mencair pada titik didih CO2 (28 0C) dibuang ke luar melalui vent.
CO2 liquid yang bebas mencapai 99,8% ditampung ke dasar Stripping Tower
dan Reboiler dengan suhu -13 0C yang menuju ke Primary Condenser.
CO2 liquid murni yang masuk ke Primary CO2 Condenser untuk
diturunkan temperaturnya menjadi -30 0C, CO2 liquid tersebut merupakan
produk akhir dari CO2 Plant yang akan ditampung di Storage Tank. CO2
liquid dari Storage Tank dibotolkan untuk dipakai di pabrik minuman,
pemadam kebakaran, industri plastik, dan rumah sakit. CO2 liquid juga bisa
diproses lebih lanjut untuk menjadi dry ice yang berguna untuk pendinginan,
dimana daya serap panasnya sangat tinggi.
Tujuan unit ini adalah untuk mengolah gas alam menjadi gas siap
pakai yang tidak lagi mengandung zat-zat lain yang dapat mengganggu proses
54
pembuatan amoniak pada tahap selanjutnya. Hal ini disebabkan karena gas
yang dipakai dalam proses ini berasal dari Pertamina yang masih banyak
mengandung kotoran dan zat yang tidak diinginkan. Ada beberapa proses
treatment pada unit ini meliputi :
Pada proses ini ada dua alat utama yang dipakai adalah :
Filter Separator (202 – L)
Fungsi utamanya ialah untuk membersihkan partikel-partikel dan
kondensat yang teradapat pada gas alam.
Desulfurizer (201-D)
Alat ini berfungsi untuk menghilangkan sulfur anorganik H2S.
Kondisi Operasi :
Temperatur
Temperatur reaksi yang paling menguntungkan adalah 16 – 40 0C (60 –
0 0
104 akan rendah F). Pada temperature diatas 40 C sponge iron
mempunyai tendensi untuk terhidratasi sedangkan pada suhu dibawah 27
0
C kecepatan reaksi berkurang.
Kelembaban
Uap air (moisture) bertindak sebagai penyerap Hidrogen disulfide,
mengikat H2S supaya reaksi dengan sponge iron dapat berlangsung. Jika
feed gas yang telah dipanaskan tidak jenuh, maka air harus diinjeksikan
kepada feed gas atau katalis sponge iron untuk mencegah dehidrasi dari
iron oxide. Jumlah air yang diinjeksikan harus diatur sedemikian rupa
sehingga selalu ada tetesan air terus menerus dari drain desulfurizer.
Alkalinity
Tetesan air dari drain desulfurizer harus dijaga sedikit diantara pH 8,0 –
8,5 dengan cara menginjeksikan larutan NaOH encer dalam bentuk spray
kedalam puncak dari vessel desulfurizer.
Feed gas yang keluar dari desulfurizer jenuh dengan uap air pada
temperature 38oC (100 o
F). Jika feed gas didinginkan sampai mencapai
temperature –18oC pada pemisahan heavy hydrocarbon (HHC) di tahap
berikutnya, maka uap tersebut akan terkondensasi membentuk solid hydrates
dengan hidrokarbon. Tentu saja hal ini berdampak buruk bagi operasi karena
menimbulkan penyumbatan pada valve, fitting dan lain-lain. Selain itu juga
mengotori bahkan dapat menyumbat chiller.
Pada proses ini alat yang digunakan untuk menyerap air dalam gas alam
adalah Dehidration Tri-Ethilene Glycol (TEG) 201-L atau absorber. Unit ini
56
terdiri dari tray absorber yang mempunyai 10 bubble cup. Gas alam dari
desulfurizer masuk ke absorber, di dalam nya air diserap oleh glycol yang
mengalir berlawanan arah dengan aliran gas alam. Glycol yang jenuh air di kirim
ke regenerator untuk dihilangkan airnya, sehingga dapat dipakai kembali untuk
menyerap air di dalam absorber. Regenerator ini berupa packing coulomn yang
mempunyai pompa sirkulasi dan external reboiler yang dipanasi oleh steam.
Kondisi operasi :
- Temperatur
Efisiensi unit ini umumnya sangat sensitif terhadap temperatur feed gas yang
masuk. Suhu ini akan menentukan banyaknya air yang di kandung oleh gas pada
tekanan tetap. Lean glycol yang mengalir ke absorber harus dijaga minimum 6 oC
(10 oF) lebih tinggi dari temperatur gas yang masuk. Perbedaan temperatur ini
akan mencegah kondensasi dari hidrokarbon yang dapat mengakibatkan foaming.
- Konsentrasi glycol
Daya dehidrasi yang dapat dicapai oleh larutan glycol terutama tergantung dari
jumlah air yang dapat dilepaskan dari glycol.
Makin rendah konsentrasi air dalam glycol yang masuk ke absorber makin efisien
daya dehidrasinya.
- Kecepatan sirkulasi
Jika telah ditentukan daya konsentrasi glycol dan jumlah bubble tray, penurunan
dew point dari feed gas yang jenuh adalah fungsi dari kecepatan sirkulasi dari
glycol.
Hidrokarbon berat perlu dipisahkan dari gas alam karena hal tersebut dapat
menutupi pori-pori katalis pada primary reformer. Alat yang dipakai untuk
57
memisahkan hidrokarbon berat dari gas alam adalah 203-C dan feed separator
206-F.
Gas alam dari absorber mengalir ke chiller (203-C), di dalam chiller gas
ini didinginkan oleh amoniak (-23o C) dan dialirkan menuju Feed/Fuel separator
untuk memisahkan hidrokarbon yang ringan dan yang berat. Prinsip pemisahan ini
berdasarkan perbedaan titik didih sehingga light hydrocarbon (hidrokarbon ringan)
akan menjadi outlet top separator dan heavy hydrocarbon akan menjadi outlet
bottom separator. HHC ini kemudian dikirim ke Fuel Gas Knock Out Drum (207-
F) untuk digunakan sebagai bahan bakar untuk proses-proses selanjutnya dalam
pabrik setelah dipanaskan sampai 80 oC di primary reformer. Gas alam yang telah
bebas dari heavy hydrocarbon akan menuju unit pemisahan CO2.
Tujuan utama penghilangan gas CO2 dari feed gas ialah untuk mengurangi
beban pada alat desulfurizer tahap kedua, seksi persiapan raw synthesis gas, dan
pemurnian. Karbon dioksida dihilangkan sampai mencapai kadar 0,3 (dry basis)
untuk mencegah reaksi metanisasi yang sangat eksoterm pada katalis Cobalt
Molybdenum pada Hydrotreater 101-D.
Untuk memisahkan CO2 dalam feed gas dipakai CO2 absorber 201-E dan
untuk meregenerasi larutan benfield yang jenuh CO2 digunakan regenerator 202-
E. Suhu feed gas yang bebas hidrokarbon berat dinaikkan dari 26 oC menjadi 93
o
C. Lalu dialirkan ke CO2 absorber 201-E. Pemisahan gas CO2 dan feed gas
dilakukan dengan mempertemukan feed gas dengan larutan benfield secara
berlawanan arah dalam absorber yang terdiri dari dua lapisan, yaitu masing-
masing 25 mm tumpukan flexi ring.
Larutan benfield adalah larutan yang mengandung Potassium karbonat
(K2CO3) sebanyak 28 %, Diethanol amine (DEA) 2 % untuk mempercepat
58
Primary Reformer
Pada primary reformer terjadi reaksi :
1. CH4 + H2O CO + 3 H2 -Q
2. CO + H2O CO2 + H2 +Q
Total Reaksi :
CH4 + H2O CO2 + 4 H2 -Q
bawah tiap-tiap baris terdiri dari 42 buah tabung katalis berakhir pada
penampung induk dekat lantai reformer pertama, kemudian aliran gas ini
dialirkan menuju secondary reformer (103-D).
Reaksi di primary reformer merupakan reaksi endotermis dan panas
yang dibutuhkan diperoleh dari pembakaran gas alam dengan udara di luar
378 tabung tadi. Untuk menjaga agar gas yang keluar dari primary reformer
pada temperature 800 oC, maka temperatur section radiant dijaga sekitar 982
o
C. pembakaran harus dijaga sedemikian rupa untuk menghindarkan
terjadinya bagian-bagian tabung yang dingin atau telalu panas. Katalis yang
dipakai adalah nikel, berupa cincin/silinder yang terdapat di dalam 378
tabung.
Pada proses ini dipakai dua alat utama, yaitu high temperature shift
converter (HTS) dan low temperature shift converter (LTS). Dua alat ini sama-
sama berfungsi sebagai reaktor yang mengubah gas CO menjadi gas CO 2, yang
mana HTS beroperasi pada suhu tinggi dan LTS pada suhu rendah.
B. Pembentukan metana
Alat utama yang dipakai pada proses ini adalah methanator, berfungsi
untuk merubah CO dan CO2 sisa proses HTS/LTS serta CO2 yang tidak
terserap benfield di CO2 absorber menjadi metana, dengan reaksi :
CO + 3 H2 CH4 + H2O +Q
CO2 + 4 H2 CH4 + 2 H2O +Q
Reaksi di atas merupakan reaksi eksotermis, dengan nikel sebagai
katalisnya. Temperatur inlet dari proses gas diharapkan sekitar 304 oC dan
66
temperatur outletnya 336 oC. sebelum masuk ke unit sintesa amoniak gas
proses yang keluar metanator didinginkan dulu dari 336 oC menjadi 38 oC
melalui tube boiler feed water (114-C) dan tube metanator effluent gas cooler
(115-C).
B. Sintesa ammonia
Gas dari 103-J sudah mengandung ammonia. Hal ini menggangu
kesetimbangan di ammonia converter. Untuk itu, ammonia dipisahkan dari
campuran gas dengan jalan mendinginkan gas tersebut sehingga ammonianya
mencair dan dipisahkan dalam ammonia separator (106-F). Gas yang masih
tercampur dengan ammonia didinginkan dalam heat exchanger (124-C)
dengan media pendingin cooling water sampai suhu 38oC. Pendinginan
dilanjutkan di 117-C,118-C dan 119-C dengan media pendingin ammonia
refrigerant. Ammonia yang mencair dipisahkan dari gas di 106-F. Ammonia
cair mengalir ke 107-C sedangkan gas masuk ke ammonia converter (105-D).
Tetapi, sebelum masuk ammonia converter, gas dipnaskan dulu di 120-C dan
121-C sehingga suhu naik dari -25oC menjadi 150oC.
Ammonia converter berisi kira-kira 75 m3 (204.000 kg) promoted iron
catalyst. Katalis ini ditempatkan di dalam internal basket yang di design
terdiri dari 4 catalyst bed yang terpisah di dalam converter.
68
Seksi
Sintesis Urea
Seksi
Recovery
NH3
Ammonia Cair
Ammonia cair sebagai bahan baku pembuatan urea memiliki
komposisi sebagai berikut:
-
ammonia 99,5% (berat) min
-
kadar air 0,5% (berat) maks
-
minyak 5 ppm (b/b) maks
-
tekanan 1,8 kg/cm2
-
temperatur (-25 s.d -300C)
Pada temperatur standar dan tekanan 1 atm mempunyai sifat:
-
berupa gas dan tidak berwarna
-
baunya menyengat
-
jika terhisap menyebabkan sesak nafas
-
lebih ringan dari udara
Untuk memproduksi 1 ton urea prill dibutuhkan ammonia cair sebesar
0,580 metric ton sesuai dengan desain pabrik dan ammonia cair yang
dibutuhkan berdasarkan desain pabrik adalah 0,572 metric ton per satu ton
urea prill.
74
Gas CO2
Gas CO2 merupakan bahan baku lain selain ammonia cair. CO 2 ini
dihasilkan oleh pabrik ammonia yang terutama dihasilkan oleh HTS dan LTS
Converter dimana dalam unit ini terjadi perubahan CO menjadi CO2 karena
bereaksi dengan steam. Gas CO perlu diubah karena tidak diperlukan dan akan
merusak katalis di Ammonia Converter.
Adapun komposisi dari gas CO2:
- CO2 : 98% (vol) min
- total sulfur : 1,0ppm (w/w) maks
- kadar air : jenuh
- tekanan : 0,6 kg/cm2
- suhu : 380C
Pada temperatur kamar dan tekanan 1 atm gas CO2 bersifat:
-
berupa gas dan tidak berwarna
-
tidak berbahaya
-
pada suhu 150C tekanan 1 atm vol CO2 larut dalam 1 vol air
Gas CO yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 ton urea prill dengan rate
100% sebanyak 0,760 metric ton berdasarkan desain alat.
Bahan Pembantu
Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan urea dengan rate 100%
berdasarkan desain alat adalah:
- steam dengan tekanan 42 kg/cm2 : 1,390 metric ton/ton urea
- make up cooling tower : 3.000 metric ton/ton urea
- tenaga listrik : 75.000 kWH
- udara instrument : 7.300 Nm3
- condensate return : 75% min dari kebutuhan steam
75
1) Seksi Sintesa
Pada seksi sintesa ini, urea dibuat dari gas karbon dioksida,
ammonia cair dan larutan ammonium karbamat dalam suatu reactor urea
pada tekanan dan temperature tinggi.
Reactor urea PIV adalah autoclave dimana dinding dalamnya
terbuat dari bahan titanium, di design untuk operasi pada tekanan 250
kg/cm2g dan temperature 200 oC dengan residence time 25 menit.
Dalam Reaktor terjadi dua tahap reaksi, yaitu:
a. Reaksi pembentukan karbamat
2NH3(l) + CO2(g) NH2COONH4(l) + 38.000 cal ........(1)
b. Reaksi dehidrasi
NH2COONH4(l) NH2CONH2(l) + H2O(l) - 6000 cal ..........(2)
Disamping kedua reaksi diatas selama sintesa terjadi reaksi
samping dimana terbentuk biuret dari penguraian urea. Reaksi samping
tersebut adalah :
2NH2CONH2(l) NH2CONHCONH2(l) + NH3(g) ...................(3)
76
tidak terkonversi karena selain mengurangi produk urea juga dapat menjadi racun
bagi tanaman. Pembentukkan biuret dapat ditekan dengan adanya excess ammonia
dan waktu tinggal yang singkat.
Sedangkan penurunan tekanan akan mengurangi pembentukkan ammonium
karbamat (memperkecil konversi CO2), sedangkan kenaikan tekanan akan sangat
berbahaya terhadap kekuatan dan ketahan reaktor. Temperatur top reactor dijaga agar
tetap pada 198oC maksimum 200oC. Temperatur yang rendah pada reaktor dapat
menurunkan konversi ammonium karbamat. Sebaliknya jika temperatur top reactor
melebihi 200oC dinding reaktor akan terkorosi dengan cepat. Demikian juga tekanan
keseimbangan dari campuran reaksi di dalam reaktor akan ikut naik dari tekanan
semula.
Oleh karena itu, konversi CO2 turun jika temperatur dan tekanan reaktor
rendah, perbandingan mol NH3/CO2 rendah. Penurunan ini memperbesar kandungan
ammonium karbamat pada hasil reaksi sehingga nantinya akan memperbesar beban
High Pressure Decomposser (DA-201), yang berarti memperbesar konsumsi steam
pemanas untuk dekomposisi ammonium karbamat. Selain itu, penurunan konversi
CO2 juga akan memperbesar kandungan CO2 dalam larutan di High Pressure
Absorber Cooler (EA-401).
Jika kandungan ini terlalu tinggi maka keseimbangan dalam High Pressure
Absorber (DA-401)akan hilang dan proses absorbsi akan terganggu. Lolosnya CO 2
bersama-sama dengan NH3 dari top HPA dapat membentuk ammonium karbamat
padat yang dapat menyumbat pipa-pipa dan merusak peralatan yang terbuat dari
karbon steel. Pengaturan temperatur dan pemindahan panas didalam reaktor
dilakukan dengan kombinasi antara excess ammonia ke reaktor, banyaknya larutan
karbamat yang dikembalikan ke reaktor dan temperatur ammonia cair yang masuk ke
reaktor.
78
-
Komposisi feed (konsentrasi)
-
Residence time (waktu reaksi)
3. Gas Separator (GS) (DA-203), tanki yang terdiri dari dua bagian terpisah
yang disatukan. Bagian atas disebut Gas Separator yang beroperasi pada
tekanan 0,3 kg/cm2 dan temperatur 1090C, sedangkan bagian bawah disebut
Oxidizing Column yang beroperasi pada tekanan atmosfer dan temperatur 920C.
Prinsip dari seksi dekomposisi ini adalah memanaskan dan menurunkan tekanan
NH2COONH4 2NH3 + CO2 + H2O
Selama dekomposisi, urea dapat pula terhidrolisa seperti reaksi berikut:
NH2CONH2 2NH3 + CO2
Produk gas yang terbentuk dari hasil dekomposisi selanjutnya dikirim ke seksi
recovery.
(EA-201). Steam pemanas di bagian luar pipa dari FFH dan RHPD adalah Steam
Middle (SM) 12 kg/cm2. Untuk RHPD, pengatur temperaturnya adalah TIC-201
sedangkan untuk FFH ialah TRC-202.
Larutan ini dikembalikan lagi ke ruang yang sama dimana excess ammonia
dan gas yang teruapkan digunakan untuk pemanasan sieve tray. Perputaran larutan
pada Reboiler berdasarkan asas Thermosyphon. Udara anti korosi diinjeksikan ke
Reboiler bagian atas dan ke ruangan antara penyekat FFH oleh Air Compressor (GB-
201). Ketika melalui empat buah sieve tray, larutan ammonium karbamat
terdekomposisi dan excess ammonia cair teruapkan karena adanya kontak dengan
campuran gas panas yang berasal dari Reboiler HPD (EA-201) dan Falling Film
Heater (FFH).
Campuran gas tersebut bertindak sebagai stripping agent terhadap larutan
ammonium karbamat yang turun ke bawah. Panas penguraian dan panas untuk
penguapan didapat dari panas sensible dan panas kondensasi steam, dan
memungkinkan kandungan air tetap kecil dalam resirkulasi ammonium karbamat.
Perubahan secara mendadak, terutama jika temperatur naik mengakibatkan up set
operasi yang serius di HPD. Kenaikan temperatur yang disebabkan oleh pengatur
temperatur yang tidak bekerja dengan baik atau karena permukaan larutan yang tiba-
tiba naik dapat menyebabkan beberapa kerugian, antara lain:
- Pemisahan CO2 dan NH3 bertambah besar yang diikuti oleh hidrolisa urea
dan pembentukan biuret meningkat pula.
- Pemakaian steam di HPD (DA-201) bertambah besar, diikuti dengan
guncangan permukaan cairan yang mengakibatkan up set campuran gas ke
HPAC (EA-401)
- Laju korosi dan erosi di Reboiler akan meningkat
Campuran gas yang telah dipisahkan di HPD (DA-201), selanjutnya mengalir
ke HPAC (EA-401). Larutan dari dasar HPD (DA-201) dialirkan ke puncak LPD
(DA-202) setelah didinginkan terlebih dahulu di dalam Tube Bundel Urea Heat
83
Exchanger (EA-203). Sebagian dari larutan ini akan terurai menjadi gas ammonia dan
karbon dioksida setelah melewati kerangan pengatur permukaan larutan LIC-201.
dalam larutan (mengoksidasi ion-ion ferro menjadi ion-ion ferri). Kurangnya udara
yang dihembuskan akan menyebabkan oksidasi senyawa ferrous yang terlarut
menjadi tidak sempurna, sehingga produk urea yang dihasilkan menjadi tidak jernih.
Sebaliknya bila hembusan udara terlalu banyak, akan menyebabkan bertambahnya
konsumsi steam pemanas yang berada di bawah dari pipa distributor tersebut.
Temperatur optimum dari larutan urea di bawah Oxidizing Column adalah 920C,
temperatur ketinggian atau kerendahan menyebabkan kurang sempurnanya
dekomposisi dan mempercepat laju hidrolisa urea.
Steam pemanas yang masuk ke tube bundle adalah Low Steam (LS) 4,0
kg/cm2. Temperatur dikontrol oleh TIC-204. Campuran gas yang keluar dari
Oxidizing Column dengan temperatur 1080C bergabung dengan campuran gas
dari Gas Separator menuju EA-406. Larutan urea dari bawah Oxidizing Column
dipompakan oleh GA-205 melewati kerangan pengatur permukaan LICA-203
menuju Cristalizer.
inlet yang terletak di bagian atasnya. Kristalisasi urea dilakukan dengan suasana
vacuum, sehingga air akan menguap pada temperatur rendah.
Vacuum Generator
Larutan urea ini bercampur dengan larutan urea jenuh yang turun dari
Barometric Leg FA-201 upper dan larutan urea dari sirkulasi yang dilakukan
oleh pompa GA-202 (dari bawah FA-201 bottom kembali ke FA-201 bottom
pada bagian atas).
Sebagian larutan dari bagian tengah FA-201 bottom dipompakan oleh
GA-201 masuk ke tube side HPAC sebagai penyerap panas, kemudian kembali
ke FA-201 upper setelah ditambah dengan larutan induk. Uap air tersedot oleh
tekanan vacuum di Steam Ejector yang menggunakan steam 12 kg/cm2.
Kemudian uap air terkondensasi oleh air yang beresirkulasi melalui Barometric
Condenser (EE-201#1).
Vacuum Concentrator bekerja pada tekanan vacuum 102 mmHg absolut
dan temperatur 720C. Panas penguapan air didapat dari panas sensible larutan
urea yang masuk dari DA-203, panas kristalisasi urea, panas urea dari yang
beresirkulasi di tube side HPAC dan panas Hot Water Jacket. Tekanan vacuum
dan temperatur kristalisasi diatur sehingga urea yang keluar mengandung kristal
urea 30-35% berat.
Centrifuge
Larutan urea slurry ini dipompakan dari bawah FA-201 bottom oleh GA-
202 memasuki Pre thickener (FD-201) lalu ke Centrifuge (GF-201), sebagian
larutan dikembalikan ke FA-201 bottom. Di dalam Prethickener terdapat kasa
untuk penyaring larutan urea dimana larutan pekat terus turun ke Centrifuge,
sedangkan larutan encer menuju kasa dan turun ke Mother Liquor Tank (FA-
203). Sesampainya di centrifuge, larutan urea pekat memasuki Basket
Distributor yang berputar.
87
Cyclone
Pneumatic line memasuki Cyclone pada bagian samping sedemikian rupa
sehingga kristal urea kering dengan konsentrasi 99,5% dan kandungan air 0,5 % akan
turun ke bawah dengan memutar pada dinding dalam Cyclone karena gaya
sentrifugal. Selanjutnya menumpuk di bagian bawah dari Dust Box Cyclone sampai
88
tekanan berat tumpukan urea lebih besar dari tekanan vacuum yang menarik
lempengan penutup (Trickle Valve) di bagian bawah Dust Box sehingga Trickle Valve
akan membuka.
Urea turun ke Screw Conveyor (JD-301), seterusnya masuk ke Melter. Bila
urea sudah turun semua ke Screw Conveyor, maka vacuum akan terbentuk lagi di
bagian bawah dust box sehingga Trickle Valve menutup kembali. Demikian berulang
pada empat buah Cyclone yang ada.
Dust Separator
Udara panas dan sedikit debu urea yang terbawa dari Cyclone diisap oleh Fan
GB-302 ke Dust Separator (FD-304). Debu urea ditangkap dengan air yang
dispraykan dari Spray Nozzle yang dipasang di bagian atas dari Dust Separator,
kemudian turun ke Dust Chamber.
Kristal urea jatuh di atas tube-tube peleleh (shell side) di dalam Melter yang
di dalam tube sidenya dimasuki steam pemanas SML 7 kg/cm 2 melalui pengatur PIC-
301. Untuk melelehkan sampai ke inti kristal, pada bagian bawah tube-tube dipasang
Spacer Rod, sehingga celah turun urea leleh mengecil dan pelelehan jadi sempurna.
Melter
Urea leleh (Molten urea) turun dari Melter memasuki Head Tank (FA-301),
lalu masuk ke Acoustic Granulator (PF-301) dan dipancarkan keluar melalui lubang-
lubang distributor yang terdapat di bagian bawah Acoustic Granulator.
Temperatur pada outlet Melter diatur pada 1380C. Bila temperatur mencapai
1360C, maka urea leleh akan sulit melewati lubang distributor yang dapat
mengakibatkan kebuntuan. Sebaliknya bila melebihi 1400C urea akan berubah
menjadi biuret.
Selanjutnya pancaran urea leleh dari Acoutic Granulator turun ke bawah dan
didinginkan kontak langsung sepanjang terowongan vertikal oleh hembusan udara
89
dari Fan GB-303 yang dilakukan pada plat berlubang di lantai Fluidizing Cooler
tingkat II dimana urea prill jatuh terkumpul sampai temperatur 400C.
Dust Chamber
Larutan urea sekitar 25% yang terbentuk di Dust Chamber berasal dari :
- Air Sprayer penyerap debu urea di Dust Separator yang turun melewati Packed
Column di ruang Dust Chamber. Air Sprayer Dust Separator berasal dari pompa
GA-301 yang suctionnya diperoleh dari aliran line discharge pompa cooling tower
proses Crystallizer GA-602.
- Air sprayer untuk Packed Column Dust Chamber yang berasal dari air yang
besirkulasi dari pompa Dust Chamber (GA-302) dan menyerap debu yang berasal
dari ruang bawah Acoustic Granulator.
Dissolving Tank
90
Larutan dengan 25% urea di Dust Chamber turun ke bawah secara overflow
dari ruang Dust Chamber terus ke bawah Prilling Tower dan ditampung di
Dissolving Tank FA-302 dan FA-303. Selanjutnya larutan urea tersebut akan
dikembalikan lagi untuk didaur ulang dengan beberapa cara, yaitu:
-
Dimasukkan ke Mother Liquor Tank
-
Dimasukkan ke Suction GA-201
-
Dimasukkan ke line d/s FIC-204, line Mother Liquor ke LPA
-
Dimasukkan ke Carbamat Tank (FA-402), untuk kemudian dikirim ke
seksi recovery.
4) Seksi Recovery
Seksi Recovery terbagi atas:
-
Recovery Carbamat
-
Recovery Ammonia
Recovery Karbamat
Pada seksi ini, campuran gas NH3 dan CO2 hasil dari dekomposisi
dikembalikan ke Reaktor dalam bentuk larutan ammonium karbamat setelah
melewati proses kondensasi dan penyerapan. Gas-gas gabungan yang keluar dari
Gas Separator (DA-203) dan Oxidizing Column mengalami kondensasi pada
temperatur 60 0C di dalam Shell Side Off Gas Condenser (EA-406). Cairan yang
terbentuk ditampung di dalam Off Gas Absorber Tank (FA-403) dengan
penambahan sedikit kondensat untuk pengenceran, sedangkan campuran gas
yang tidak terkondensasi di EA-406 dialirkan ke bagian bawah Off Gas Absorber
(DA-402).
Off Gas Absorber (DA-402) terdiri dari dua packed bed. Larutan
absorben yang digunakan untuk menyerap gas ammonia dan karbondioksida
yang tersisa adalah:
91
-
Larutan ammonium karbamat encer dari OGAT (FA-403) yang diumpankan
ke packed bed bagian atas Off Gas Absorber (DA-402) setelah terlebih dahulu
didinginkan sampai temperatur 360C di Shell Side Off Gas Absorber Final
Cooler (EA-408).
-
Larutan sirkulasi ammonium karbamat encer dari bagian bawah Off Gas
Absorber (DA-402) setelah didinginkan terlebih dahulu di dalam Shell Side
Off Gas Absorber Cooler (EA-407) lalu diumpankan ke packed bed bagian
bawah.
Pengendalian laju aliran absorben ammonium karbonat encer dilakukan
oleh pengaturan permukaan LIC-403, sedangkan pengaturan temperatur operasi
Off Gas Absorber (DA-402) dilakukan dengan mengatur laju air pendingin ke
masing-masing Condenser EA-406, EA-407, EA-408. Kenaikan temperatur
menyebabkan banyak gas ammonia yang lolos dari puncak DA-402.
Sisa-sisa campuran gas dari puncak DA-402 dihembuskan ke bagian
bawah Gas Separator oleh Off Gas Circulating Blower (GB-401) setelah
ditambah dengan udara pada bagian suction blower tersebut. Tekanan discharge
GB-401 diatur dengan jumlah penambahan udara luar yang masuk ke suction
blower dan kontrol tekanan PIC-404 pada discharge yang akan membuang ke
atmosfer bila tekanan discharge berlebih.
Larutan ammonium karbonat encer dari bagian bawah DA-402 selain
disirkulasikan sebagai penyerap ke packed bed bagian bawah juga dialirkan ke
dua jurusan. Ke bagian atas dari Packed Bed Low Pressure Absorber (EA-402)
dan ke bagian atas dari sieve tray Low Pressure Decomposer.
Campuran gas yang keluar dari puncak DA-202 memasuki Low Pressure
Absorber (EA-402) melalui pipa distributor yang memanjang di bagian bawah
dari EA-402. Gelembung-gelembung campuran gas naik ke atas diserap oleh
larutan yang berada di dalam EA-402. Larutan yang berada di dalam EA-402
berasal dari campuran larutan ammonium karbonat encer dari dasar DA-402 dan
larutan induk dari Mother Liquor Tank (FA-203).
92
- Tahap Kedua
Campuran gas yang tersisa keluar dari HPAC menuju ke bagian bawah dari
HPA, kemudian naik ke atas melewati celah-celah Intercooler untuk
didinginkan, terus ke atas melalui Packed Column dimana sisa CO2 yang
berada dalam 35% gas terabsorbsi oleh larutan yang turun dari atas.
- Tahap Ketiga
Gas-gas ammonia dari Packed Column diserap oleh larutan ammonia cair
sambil mengalir ke atas melalui lima Bubble Cap Tray agar sisa-sisa
karbondioksida dapat diserap dengan sempurna.
Di bagian tengah dari Drain Separator yang terdapat di bagian atas dari
HPA, terdapat pipa yang pada bagian atasnya terpasang Vortex Breaker dengan
tiga blade yang melengkung. Kabut gas ammonia naik ke atas secara berpusing
karena melewati Vortex Breaker tersebut sehingga uap air yang kemungkinan
ikut dalam kabut gas ammonia terlempar dan terpisah lalu terapung di Drain
Separator. Air yang terbentuk turun ke HPAC.
Dalam proses Total Recycle Carbon Improved, salah satu faktor
terpenting adalah menjaga kondisi HPA semantap mungkin (temperatur, tekanan
operasi, permukaan larutan di HPAC dan konsentrasi CO2 dalam larutan di
HPAC). Konsentrasi CO2 dalam ammonium karbamat harus selalu dijaga sekitar
30-35% atau 6,5 liter CO2 dalam 25 cc larutan (hal ini berlaku untuk temperatur
ambient 180C. Untuk Indonesia, dengan temperatur 29,50C, konsentrasi CO2
adalah 7,5 liter dalam 25 cc larutan).
Temperatur puncak HPA diatur dibawah 500C oleh adanya penguapan
ammonia cair pada Bubble Cap Tray dengan menggunakan ammonia sebagai
reflux melalui FIC-403. Temperatur gas dari Packed Column dikontrol pada 600C
oleh penguapan ammonia cair yang ditambahkan ke larutan recycle sebelum
menuju Mixing Cooler.
94
Temperatur HPAC dikontrol dan dijaga pada 1000C oleh tiga media
pendingin yang masuk ke bagian tube side dari HPAC tersebut.
Ketiga media pendingin itu adalah:
- Urea slurry yang datang dari Crystalizer (FA-201) bagian bawah memasuki
tube side HPAC, keluar dan kembali ke Crystalizer bagian atas. Hampir
63% panas pembentukan ammonium karbamat dari proses penyerapan CO 2
diserap oleh slurry dan panas tersebut digunakan untuk penguapan air di
Crystalizer bagian atas.
- Hot water yang bersirkulasi dari Hot Water Tank (FA-703) memasuki tube
side HPAC, keluar dan menuju tube side ammonia preheater sebagai pemanas
awal ammonia lalu kembali ke Hot Water Tank. Sekitar 28% panas
pembentukan diserap oleh hot water.
- Sisa yang 9% diserap oleh air pendingin yang datang dari Cooling Tower (W-
EF-601). Pengaturan temperatur dilakukan oleh pengatur temperatur TRCA-
401 yang terpasang pada line keluar dari air pendingin tersebut.
Jika temperatur HPAC naik, maka gas CO 2 akan lolos ke HPA dan akan ikut
bersama gas ammonia keluar dari puncak HPA, maka akan terjadi penyumbatan di
line sesudah puncak HPA yang terbuat dari carbon steel. Sebaliknya bila temperatur
turun, akan terjadi pembekuan ammonium karbamat di bagian luar dari tube-tube.
Temperatur pembekuan ammonium karbamat ialah 910C.
Recovery Ammonia
Gas Ammonia yang keluar dari puncak HPA masuk ke shell side Ammonia
Condenser (EA-404 A-D). Hampir semua gas ammonia terkondensasi disana. Cairan
ammonia yang terbentuk oleh kondensasi tersebut turun ke bawah, masuk ke
Ammonia Reservoir (FA-401). Gas-gas yang tidak terkondensasi kebanyakan berupa
gas inert yang ikut ke Urea Plant bersama gas karbondioksida, ammonia cair, dan
udara sisa pasivasi yang dimasukkan ke Reaktor dan ke HPD / RHPD. Campuran gas
95
inert dengan sedikit ammonia yang lepas dari Ammonia Condenser mengalir ke
Ammonia Recovery Absorber (EA-405).
EA-405 terdiri dari empat buah Absorber yang tersusun seri ke atas dengan
dimensi yang semakin kecil. Campuran gas masuk ke Absorber paling bawah (EA-
405 # 4/4) melalui pipa sparger yang terendam cairan. Gas ammonia yang tidak
terserap di EA-405 # 4/4 naik ke atas melalui pipa masuk ke EA-404 # 3/4, demikian
seterusnya sampai ke EA-405 # 1/4. Sisa ammonia di EA-405 # 1/4 diserap memakai
kondensat yang terlebih dahulu didinginkan di Condensate Cooler. Aqua ammonia
yang kemudian turun ke bawah secara over flow memasuki EA-405 # 2/4, demikian
seterusnya sampai di EA-405 # 4/4. Konsentrasi aqua ammonia di EA-405 # 4/4
adalah 70% ammonia dan 30% air.
Aqua ammonia yang terbentuk di EA-405 kemudian dipompakan untuk
menjadi penyerap di HPA, dimana sebelum memasuki HPA terlebih dahulu ditambah
ammonia yang berasal dari GA-404 (Ammonia Boast Up Pump) dengan melewati
pengatur flow FIC-403. Gas-gas inert dibuang keluar melalui PIC-404 yang berada di
puncak EA-405 # 1/4. Tekanan operasi Ammonia Recovery Absorber ialah 16,5
kg/cm2.