Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Imunisasi
2.1.1. Pengertian
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit
cacar. Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang
selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi
Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada
tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. (Depkes RI,
2005).
dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus dapat mencapai tingkat
cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah dengan kualitas pelayanan yang
rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi
yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu yang
seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan di luar
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya
menjadi homogen.
trimester pertama.
• Sterilitasnya terjaga
4. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala
pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan yang telah
penyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan minimal SMA
atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya mengelola
vaksin dan merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat pemasukan dan
bulan. Pengelola program imunisasi adalah petugas imunisasi, pelaksana cold chain
atau petugas lain yang telah mengikuti pelatihan untuk pengelola program imunisasi,
yang tugasnya membuat perencanaan vaksin dan logistik lain, mengatur jadwal
teknis diberikan kepada petugas imunisasi di puskesmas, rumah sakit dan tempat
pelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat. Pelatihan manajerial diberikan
kepada para pengelola imunisasi dan supervisor di semua tingkat. (Depkes RI, 2005).
2.3.1. Deskripsi
tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat.
Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).
Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box
vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan. (Depkes
RI, 2005).
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena
Sensitive=FS) yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan
vaksin menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
2.4.1. Pengertian
Tetanus Neonatorum (TN) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Clostridium Tetani memasuki tubuh bayi baru lahir melalui tali pusat yang kurang
terawat dan terjadi pada bayi sejak lahir sampai umur 28 hari, kriteria kasus TN
berupa sulit menghisap ASI, disertai kejang rangsangan, dapat terjadi sejak umur 3-
2.4.2. Penularan TN
steril dan terkontaminasi dengan ekskreta hewan atau tanah yang mengandung spora
tetanus sebagai balutan atau tali akar untuk mengikat tali pusat. Tetanus Neonatorum
penularannya secara langsung atau tak langsung melalui luka yang ada pada bayi,
biasanya terjadi akibat infeksi pada luka di pusar bekas pemotongan tali pusat dengan
menggunakan alat yang terkontaminasi. Disamping itu infeksi dapat pula terjadi jika
luka pusar bayi diobati atau diberi zat-zat yang terkontaminasi. (George D, 1995).
Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempat
terjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman. (Sudarjat S, 1995).
Tanda-tandanya terdapat pada bayi baru lahir (neonatus) sampai umur kurang
dari 28 hari, biasanya beberapa hari sesudah lahir dengan gejala-gejala bayi mula-
mula masih bisa menetek/minum, lama kelamaaan karena otot rahang kejang, maka
sulit membuka mulut sehingga bentuk mulut bayi mencucu seperti mulut ikan, lama
kelamaan otot pernafasan kejang, tidak lama kemudian bayi kelihatan biru, kejang-
2.4.5. Pencegahan TN
Untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dilakukan imunisasi aktif
dengan toksoid tetanus pada ibu hamil menjelang kelahiran bayi dan seandainya
(Markum A.H, 1987). Vaksin TT memiliki efektifitas yang sangat tinggi dan
Untuk merekam pemberian imunisasi TT tersebut diperlukan alat pantau yang dapat
Rantai Vaksin atau Cold Chain adalah Pengelolaan vaksin sesuai dengan
prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah
ditetapkan.
pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang
telah ditetapkan.
Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga
potensi vaksin dan setiap jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
atas) Pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi dengan lemari es.
1 buah freezer.
vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat cocok
diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.
2.5.1.4. Thermos
thermos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya
tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos sangat
seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang mengalami
Freeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu
Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat,
besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada suhu
+2ºC dalam lemari es selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam
Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat,
besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian pada suhu -5ºC − 15ºC
dalam freezer selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong
plastik bening.
• Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan dari
langsung.
2. Penyimpanan Vaksin
• Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan
Penyimpanan vaksin harus dicatat 2 kali sehari pada grafik suhu yaitu saat
3. Pemantauan Suhu
mengetahui kondisi vaksin yang digunakan dalam keadaan baik atau tidak.
Bila vaksin tersangka beku maka untuk meyakinkan apakah vaksin masih
layak atau tidak untuk digunakan maka dilakukan pemeriksaan dengan Uji Kocok
(Shake Test).
• Periksa freeze watch, freeze tag, catatan/grafik suhu lemari es untuk melihat
tanda-tanda bahwa suhu lemari es tersebut pernah turun di bawah titik beku.
• Bila menggunakan freeze tag : Apakah tanda √ telah berubah jadi tanda X.
1. Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku,
utamakan yang dekat dengan evaporator dan bagian lemari es yang paling
dan batch yang sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya
seluruhnya.
bersamaan.
5. Bila terjadi :
yang paling penting. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil didasarkan 10 % lebih
besar dari jumlah bayi. Perhitungan ini dipakai untuk tingkat pusat, propinsi,
imunisasi yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui
yang dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari
pencatatan stok vaksin setiap bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang
digunakan. Untuk mengetahui berapa rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap
Jumlah kontak
Kebutuhan Vaksin =--------------------- =……….ampul/vial
IP
puskesmas adalah :
Semprit AD adalah semprit yang setelah dipakai mengunci sendiri dan hanya
dapat dipakai sekali. Semprit ini merupakan alat yang dipilih untuk semua jenis
Alat suntik prefilled AD adalah jenis alat suntik yang hanya bisa digunakan sekali
yang telah berisi vaksin dosis tunggal dengan jarum yang telah dipasang oleh
memberikan vaksin TT kepada para wanita usia subur di rumah mereka selama
kampanye massal. Setiap alat suntik prefilled AD adalah steril dan disegel dengan
Semprit dan jarum yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang (disposable
yang tinggi.
seorang ibu yang diberikan sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang telah
ditentukan oleh Depkes. Adapun tujuan umum dari pelayanan antenatal adalah untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan
sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang
pelayanan antenatal dapat dilihat dari jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri
pelayanan antenatal, Depkes saat ini telah menyusun standar pelayanan antenatal
secara minimal 4 kali dan jenis pemeriksaan yang diperoleh 5 T yang terdiri dari
program imunisasi secara rutin. Prinsip PWS adalah memanfaatkan data yang ada
setempat. PWS disajikan dalam bentuk grafik per kelurahan/wilayah kerja. Indikator
2.8.2. Koordinasi
dilakukan adalah lintas program dan lintas sektoral. Lintas program dilakukan dengan
adanya keterpaduan KIA dan imunisasi, keterpaduan imunisasi dan surveilans. Pada
peranan penting dan sangat menentukan selain menunjang pelayanan imunisasi juga
menjadi dasar untuk membuat perencanaan maupun evaluasi. Perihal penting yang
harus dicatat adalah hasil cakupan imunisasi, stok vaksin serta logistik. (Dinkes
mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit umum, balai imunisasi
swasta, rumah sakit swasta, rumah bersalin swasta kepada pengelola program di
tingkat administrasi yang sesuai. Adapun yang dilaporkan adalah cakupan imunisasi,
2.10.1. Definisi
prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas dari variabel
yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama
diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat
sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli (original variable).
(Supranto J, 2004).
dengan titik berat yang diminati adalah hubungan secara bersama pada semua
variabel tanpa membedakan variabel tergantung dan variabel bebas atau disebut
tersebut, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih
sedikit dari jumlah variabel awal sehingga memudahkan analisis statistik selanjutnya.
(Wibowo A, 2006).
yang beragam dan kompleks pada beberapa variabel yang diamati dengan
menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan pada suatu struktur data
yang baru yang mempunyai beberapa faktor yang lebih kecil. (Wibisono, 2003).
dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.
2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi
3. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set
multivariat selanjutnya.
Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi liner berganda,
yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor
suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis disebut
setiap variabel.
Faktor yang unik tidak berkorelasi dengan sesama faktor yang unik dan juga
tidak berkorelasi dengan common faktor. Common faktor sendiri bisa dinyatakan
Statistik kunci yang relevan dengan analisis faktor adalah sebagai berikut :
Bartlett’s test of sphericity yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk menguji
Merumuskan Masalah
Lakukan Rotasi
Interpretasikan Faktor
peneliti.
kalau k banyaknya jenis variabel maka n = 4 atau 5 kali k. Artinya kalau variabel
(Supranto J, 2004).
pendalaman yang berguna bisa diperoleh dari penelitian matriks ini. Agar analisis
1. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat, misalnya
di atas 0,5 atau bila dilihat tingkat signifikansinya adalah kurang dari 0,05.
lain adalah tetap (konstan) harus kecil. Pada SPSS deteksi korelasi parsial
Statistik formal tersedia untuk menguji ketepatan model faktor yaitu Bartlett’s
Test of Sphericity bisa digunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tak
berkorelasi di dalam populasi. Nilai yang besar untuk uji statistik, berarti hipotesis
nol harus ditolak (berarti adanya korelasi yang signifikan diantara beberapa variabel).
KMO yang kecil menunjukkan korelasi antar pasangan variabel tidak bisa
diterangkan oleh variabel lain dan analisis faktor mungkin tidak tepat.
korelasi dan setiap variabel yang layak untuk diaplikasikan pada analisis faktor.
Angka MSA berkisar 0-1 menunjukkan apakah sampel bisa dianalisis lebih lanjut.
lain.
• MSA > 0,5 variabel masih dapat diprediksi dan dapat dianalisis lebih lanjut.
Ada dua cara atau metode yang bisa dipergunakan dalam analisis faktor,
khususnya untuk menghitung timbangan atau koefisien skor faktor, yaitu principal
components.
dimensi yang mendasari dan common variance yang menarik perhatian. Metode ini
dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi atau
bagian varian yang dijelaskan common factors, atau besarnya sumbangan suatu faktor
menghitung varian yang dianalisis. Susunan eigenvalues selalu diurutkan dari yang
terbesar sampai yang terkecil dengan kriteria bahwa angka eigenvalue di bawah 1
tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. (Eigenvalue yang
4. Rotasi Faktor-Faktor
Suatu hasil atau output yang penting dari analisis faktor ialah apa yang
disebut matriks faktor pola (faktor pattern matrix). Matriks faktor berisi koefien yang
faktor. Koefien-koefisien ini yang disebut muatan faktor atau the faktor loading,
absolut/mutlak yang besar menunjukkan bahwa faktor dan variabel berkorelasi sangat
faktor.
mempunyai muatan atau koefisien yang tidak nol atau yang signifikan untuk beberapa
variabel saja. Demikian halnya kita juga menginginkan agar setiap variabel
mempunyai muatan yang tidak nol atau signifikan dengan beberapa faktor saja, kalau
mempunyai muatan tinggi dengan variabel yang sama, sangat sulit untuk membuat
interpretasi tentang faktor tersebut. Akan tetapi, persentase varian sebagai sumbangan
setiap faktor terhadap seluruh varian (dari seluruh variabel asli) mengalami
perubahan.
5. Interpretasi Faktor
besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian bisa diinterpretasikan,
dinyatakan dalam variabel yang mempunyai muatan tinggi padanya. Manfaat lainnya
Variabel pada ujung atau akhir suatu sumbu ialah variabel yang mempunyai
high loading hanya pada faktor tertentu (faktor F atau F2) oleh karena itu bisa
Sedangkan variabel yang dekat dengan titik asal (perpotongan sumbu F dan F2)
Variabel yang tidak dekat dengan sumbu salah satu faktor berarti berkorelasi
dengan kedua faktor tersebut. Kalau suatu faktor tidak bisa dengan jelas didefinisikan
dinyatakan dalam variabel aslinya, seharusnya diberi label sebagai faktor tidak
terdefinisikan atau faktor umum. Variabel-variabel yang berkorelasi kuat (nilai faktor
loading yang besar) dengan faktor tertentu akan memberikan inspirasi nama faktor
yang bersangkutan.
atau nilai faktor, sebab tanpa menghitung pun hasil analisis faktor sudah bermanfaat
yaitu mereduksi variabel yang banyak menjadi variabel baru yang lebih sedikit dari
variabel aslinya.
Namun kalau tujuan analisis faktor untuk mencari variabel baru yang bebas
satu sama lain, yang disebut faktor untuk dipergunakan dalam analisis multivariat
lainnya seperti analisis regresi linier berganda, maka perlu dihitung skor/nilai faktor
Surrogate Variables adalah suatu bagian dari variabel asli yang dipilih untuk
selanjutnya. Hal ini memungkinkan peneliti untuk melakukan analisis lanjutan dan
faktor. Dengan meneliti matriks faktor, kita bisa memilih untuk setiap faktor variabel
atau surrogate variables untuk faktor yang bersangkutan. Proses untuk mencari
variabel pengganti akan berjalan lancar kalau muatan faktor (faktor loading) untuk
suatu variabel jelas-jelas lebih tinggi daripada muatan faktor lainnya. Akan tetapi
pilihan menjadi susah, kalau ada dua variabel atau lebih mempunyai muatan yang
sama tingginya. Di dalam hal seperti itu, pemilihan antara variabel-variabel ini harus
menyarankan bahwa suatu variabel dengan muatan sedikit lebih kecil mungkin lebih
Demikian juga halnya, kalau suatu variabel mempunyai muatan sedikit lebih
rendah akan tetapi telah diukur lebih teliti/akurat, seharusnya dipilih sebagai
surrogate variable.
Secara garis besar tahapan pada analisis faktor eksploratori adalah sebagai
berikut :
1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena
ada korelasi yang cukup kuat diantara variabel, sehingga akan terjadi
variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor.
Alat seperti MSA atau Bartlett’s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.
masih mempunyai kesamaan atau sebenarnya masih sulit dikatakan apakah isi
dapat masuk faktor 2. Hal tersebut akan mengganggu analisis, karena justru
apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor
yang lain.
1. Pendidikan petugas
2. Pengetahuan petugas
3. Lama kerja
4. Jumlah petugas pelaksana imunisasi
5. Pelatihan petugas Analisis Hasil :
6. Waktu pelayanan imunisasi faktor - faktor 1
7. Stok Vaksin cakupan - faktor 2
8. Pengelolaan Rantai Vaksin imunisasi TT - faktor n
9. Peralatan Rantai Vaksin ibu hamil
10. Peralatan Suntik Imunisasi
11. Kerjasama Lintas Program
12. Kerjasama Lintas Sektoral
13. Pencatatan dan Pelaporan
14. Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS)
15. Penyuluhan oleh petugas
16. Pengetahuan Ibu Hamil
17. Kendaraan Operasional