Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Laba
dan Penganggaran
A. Latar Belakang
Penyusunan anggaran dilakukan oleh manusia dan diperuntukkan bagi manusia. Jaditidak
mengherankan jika manusia mampu mempengaruhi penganggaran dan
disebaliknya.Penganggaran berakibat pada terbatasnya ruang gerak pengguna anggaran
sebabdidalamnya terdapat apa yang diinginkan dan kapan harus diwujudkan hasil
anggarantersebut. Dan sebagian besar orang menganggapnya sebagai tekanan. Muncul
pertanyaan,tekanan mengurangi minat dan semangat kerja, mengapa anggaran masih dipakai?
Jikapenganggaran merupakan sarana perolehan pangsa pasar, laba yang besar, dan perbaikancitra
perusahaan, ada baiknya dalam anggaran tercermin tambahan biaya iklan dan promosiuntuk
peningkatan jumlah penjualan, memasukkan estimasi gaji penjualan dan estimasiarus kas
terhadap waktu tagihan atas penjualan, pembayaran pada pemasok, antisipasi beban.
Aspek keperilakuan dari penganggaran mengacu pada perilaku manusia yang
munculdalam proses penyusunan anggaran dan perilaku manusia yang didorong ketika
manusiamencoba untuk hidup dengan anggaran. Anggaran mempunyai dampak langsung
terhadapperilaku manusia karena dapat menimbulkan perasaan lega jika dapat menjelaskan
padapihak lain apa yang sudah kita rencanakan ,berapa besarnya dan dapat terpenuhi
dengantepat sesuai tujuan yang kita harapkan,atau merasa gelisah, tertekan jika anggaran
yangdibuat tidak sesuai dengan kenyataan. Dalam perusahaan Anggaran dapat digunakan
untukmemantau kinerja manajer keuangan.Adapun tujuan anggaran adalah
memberikaninformasi yang dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan sebagai standar
bagievaluasi kinerja dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar bagian.
aktual.
5.Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemenuntuk menemukan
bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahanperusahaan.
6.Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupunkaryawan untuk
terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yangefektif dan efisien serta selaras
dengan tujuan organisasi.
Anggaran telah menjadi alat manajemen yang diterima untuk merencanakan
danmengendalikan aktivitas organisasi. Anggaran ditetapkan dengan berbagai
tingkatankerumitan dan keberhasilan oleh kebanyakan organisasi bisnis dan nirlaba.
2. Tahap Implementasi
Pada tahap ini, rencana formal tesebut digunakan untuk mengomunikasikan tujuandan
strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam organisasi. Halini dapat
dicapai dengan meyediakan target kinerja terinci bagi mereka yangbertanggungjawab untuk
mengambil tindakan. Agar rencana tersebut berhasil, makarencana itu harus dikomunikasikan
secara efektif. Kesalahpahaman sebaiknya dideteksi dandiselesaikan dengan segera. Hanya
setelah itu baru rencana formal memungkinkan akanmenerima kerja sama penuh dari berbagai
kelompok yang ingin dimotiasi olehnya. Konsepilmu keperilakuan utama yang memengaruhi
tahap implementasi, adalah komunikasi, kerjasama, dan koordinasi.
Anggaran
Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan tujuan, pengendalian, dan mekanismeevaluasi
kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional, seperti rasa tidakpercaya, resistensi,
konflik internal, dan efek samping lainnya yang tidak diinginkan.
tenaga kerja, kualitas bahan baku, dan efisiensi mesin, secara tidak mencukupi.
Resistensi
Walaupun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat
didukung,anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu organisasi. Salah satu
alasanutama untuk hal itu adalah bahwa anggaran menandai dan membawa perubahan,
sehinggamerupakan suatu ancaman terhadap status quo. Literature dalam bidang ilmu
social,manajemen, dan perilaku organisasi telah menggambarkan fenomena dari
resistensikaryawan untuk berubah. Banyak orang menjadi terbiasa dengan cara-cara tertentu
untukmelakukan segala sesuatu dan dengan cara-cara tertentu untuk memangdang kejadian,
sertatidak tertarikuntuk berubah. Adalah suatu tantangan bagi manajemen untuk
mengatasiresistensi untuk berubah ini dan untuk berhasil memperkenalkan inovasi
yangmeningkatkan kinerja organisasi.
Alasan lain dari resistensi anggaran adalah bahwa proses anggaran memerlukanwaktu dan
perhatian yang besar. Manajer atau penyelia mungkin merasa terlalu terbebanidengan adanya
permintaan yang ekstensif atas waktu mereka dan tanggung jawab rutinmereka. Oleh karena itu,
mereka tidak ingin untuk terlibat dalam proses penyusunananggaran.
Akhirnya, banyak manajer dan penyelia kurang memahami seluk-beluk daripenyusunan
anggaran. Mereka sering kali takut untuk mengakuinya atau tidak mau cukupmempelajari
mengenai proses perencanaan dan penyusunan anggaran guna memberikankontribusi yang
berarti.
Konflik Internal
Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi yang diperlukan
olehanggaran antara orang-orang pada berbagai tingkatan organisasi yang berbeda. Atau
dapatberkembang pula dari akibat dari laporan kinerja yang membandingkan satu
departemendengan departemen lainnya. Gejala-gejala umum dari konflik adalah
ketidakmampuanuntuk mencapai kerja sama antarpribadi dan antarkelompok selama proses
penyusunananggaran.
Konflik internal menciptakan suatu lingkungan kerja yang kompetitif danbermusuhan.
Konflik dapat menyebabkan orang berfokus pada kebutuhan departemennyasendiri secara
eksklusif daripada kebutuhan dari organisasi secara total. Situasi inimenyebabkan keselarasan
tujuan menjadi lebih sulit, jika tidak mungkin, untuk dicapai. Haltersebut menimbulkan
kebencian kepada manajemen, dan juga kepada anggaran. Untukmembuat anggaran berhasil,
tekanan ditingkatkan ke bawah dan ditolak oleh manajementingkat bawah, sehingga
menimbulkan tekanan dan konflik yang lebih besar. Persainganantara bawahan mungkin
meningkat dan kualitas kerja menurun. Guna menghilangkantekanan, kesalahan akan ditimpakan
kepada individu atau kelompok tertentu. Kesemuanyaakan mengarah pada konflik yang lebih
besar diantara individu dan organisasi.
Perencanaan
Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga memengaruhi lingkungan perencanaan organisasi. Teori Xdari
Mc. Gregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan dikendalikan secaraketat, dimana
kebutuhan akan efisiensi dan pengendalian mengharuskan pendekatan
manajerial tersebut untuk berurusan dengan bawahannya. Untuk memantau kinerjabawahan, para
pemimpin ini menugaskan staf mereka untuk mengumpulkan informasi yangmemungkinkan
dilakukannya pengwasan secara tidak langsung. Filosofi untuk mendorongperilaku bawahan
yang diinginkan adalah : “gaji mereka dengan baik dan awasi merekadengan ketat”.
Teori X mengimplikasikan bahwa anggaran akan disusun oleh manajemen
puncak(kontroler atau direktur perencanaan) dan dikenakan pada manajemen tingkat
bawah.Dengan demikian, dalam gaya kepemimpinan otoriter, anggaran dipandang sebagai
alatpengendalian manajemen yang didesain untuk memastikan kepatuhan karyawan
terhadapharapan dari manajemen puncak.
Gaya kepemimpinan otoriter secara nyata memfasilitasi koordinasi dan pengendalianatas
aktivitas, khususnya ketika tanggung jawab atas tugas tersebut tidak jelas. Gayakepemimpinan
ini terutama efisien dalam kasus perbedaan bahasa atau budaya. Tetapi,gaya kepemimpinan ini
tidak mendorong partisipasi dan dapat menimbulkan tekanananggaran yang berlebihan,
kegelisahan, dan rusaknya motivasi.
Teori Y dari Mc. Gregor dan gaya kepemimpinan demokratis Likert mendorongtingkat
keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengambilankeputusan. Gaya
kepemimpinan demokratis memungkinkan fleksibilitas dalam prosespenyusunan anggaran dan
memberikan peluang kepada karyawan untuk terlibat dalamperancangan arah organisasi,
mengekspresikan ide-ide mereka tentang bagaimanaperusahaan sebaiknya beroperasi, dan
memanfaatkan bakat mereka secara efektif. Denganpendekatan partisipatif, dibutuhkan waktu
yang lebih banyak untuk menyelesaikananggaran karena adanya komunikasi dan negosiasi
bolak-balik antar-departemen. Tetapi,riset telah mengungkapkan bahwa orang
mengidentifikasikan dirinya lebih dekat dengananggaran dan melakukan usaha yang lebih besar
guna mencapai tujuan yang dinyatakanketika mereka berpartisipasi dalam menetapkan tujuan ini.
Penyusunan Anggaran
Partisipasi
Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran diklaim oleh sebagian besar orangsebagai
obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri daripara anggota
organisasi. Partisipasi adalah suatu “proses pengambilan keputusan bersamaoleh dua bagian atau
lebih pihak di mana keputusan tersebut akan memilik dampak masadepan terhadap mereka yang
membuatnya.” Dengan kata lain, pekerja dan manajer tingkatbawah memiliki suara dalam proses
manajemen. Ketika diterapkan kepadaperencanaan,partisipasi mengacu pada keterlibatan
manajer tingkat menengah dan bawahdalam pengambilan keputusan yang mengarah pada
penentuan tujuan operasional danpenetapan sasaran kinerja. Keterlibatan tersebut dapat
bervariasi dari hanya sekedar hadirpada pertemuan-pertemuan anggaran sampai pada partisipasi
dalam diskusi yang berkaitandengan kewajaran dari kuota penjualan dan target produksi dan
pada hak untuk melakukannegosiasi dalam menetapkan sasaran dari orang itu sendiri.
Hampir semua studi mengenai partisipasi dalam proses manajemen menyimpulkanbahwa
partisipasi menguntungkan organisasi. Partisipasi telah menunjukkan dampak positifterhadap
sikap karyawan, meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi, dan meningkatkankerja sama
diantara manajer. Namun, Becker dan Green menemukan bahwa ketika haltersebut diterapkan
dalam situasi yang salah, partisipasi dapat menurunkan motivasi danusaha karyawan untuk
mencapai tujuan organisasi.
Banyak studi mengenai pengambilan keputusan secara partisipatif tidak menyetujuisuatu
format eksklusif yang diinginkan untuk partisipasi karyawan yang akan bekerja disemua
organisasi. Terdapat relative sedikit diskusi atau kesepakatan mengenai kedalaman,lingkup, atau
bobot partisipasi. Yaitu, tidak ada pandangan yang seragam mengenai siapa
berpartisipasi (lingkup), atau tingkat kekuasaan partisipan dalam keputusan akhir (bobot).
Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses demokratisdan
oleh karena itu tidaklah alamiah jika diterapkan dalam struktur organisasi yang otoriter.Dengan
demikian, dalam organisasi besar dan birokratis yang dikelola secara sentral,partisipasi dalam
menentukan tujuan dan menetapkan sasaran akan berdasarkan definisiterbatas pada sekelompok
eksklusif puncak. Perusahaan dengan gaya kepemimpinandemokratis dan/atau organisasi yang
terdesentralisasi memungkinkan partisipasimanajemen yang lebih besar dalam keputusan
penetapan anggaran. Banyak dari perusahaanini mendorong baik manajer tingkat bawah maupun
karyawan untuk memberikankontribusi kepada proses perencanaan.
Salah satu alasannya adalah bahwa orang bereaksi secara berbeda terhadapkemungkinan
untuk berperan dalam menetapkan standar kinerja mereka sendiri. Karyawanyang otoriter
dan/atau sangat bergantung dapat merasa terancam oleh kemungkinan untukmenjadi bagian dari
proses pengambilan keputusan. Mereka akan merasa lebih nyaman jikamereka menerima
instruksi yang jelas dan tegas mengenai batas pengeluaran dan standarkinerja. Di pihak lain,
orang dengan independensi yang kuat dan kebutuhan akan harga diriakan maju ketika
diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam memformulasikan sasarankinerja mereka sendiri.
Alasan lain mengapa partisipasi mungkin tidak berhasil adalah bahwa tidak ada
usahaserius yang dibuat untuk menjamin partisipasi dan kerja sama dari para manajer
tingkatbawah dan karyawan.
Manfaat patisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan menjaditerlibat
secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan mereka. Patisipasidapat
meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada semua tingkatanmanajemen.
Partisipasi yang berarti juga meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang padagilirannya
cenderung untuk meningkatkan kerja sama antar anggota kelompok dalampenetapan tujuan.
Tujuan organisasi yang dibantu penetapannya oleh orang-orang tersebutkemudian akan
dipandang sebagai tujuan yang selaras dengan tujuan pribadi mereka.Proses ini disebut
dengan internalisasi tujuan. Kurangnya internalisasi tujuan dapatmenimbulkan konflik antara
tujuan pribadi individual dan tujuan yang terkait dengankaryawan. Karena tujuan dan kebutuhan
pribadi biasanya mendominasi tujuan organisasi,kurangnya internalisasi tujuan dapat
dihubungkan dengan penurunan dalam moralproduktivitas. Ketika orang menginternalisasi dan
menerima tujuan organisasi, dan ketikaterdapat tingkat kesatuan kelompok yang tinggi, maka
persyaratan untuk efisiensi yangmaksimal dalam pencapaian tujuan akan tercapai.
Tahap implementasi
Setelah tujuan organisasi ditetapkan, direktur perencanaan mengonsolidasikannyakedalam
anggaran formal yang komprehensif. Cetak biru untuk tindakan di tingkatperusahaan ini
kemudian disetujui oleh presiden direktur atau dewan komisaris. Anggarantersebut kemudian
diimplementasikan melalui komunikasi kepada karyawan kunci dalamorganisasi. Hal ini
menginformasikan kepada mereka mengenai harapan manajemen,alokasi sumber daya, kuota
produksi, dan tenggang waktu.
Untuk membuat anggaran bekerja, semua karyawan harus belajar untuk melihatnyasebagai
wahana positif untuk tindakan organisasi dan sebagai perbaikan dan bukan sebagaibeban atau
senjata manajemen. Mereka harus belajar untuk mempertimbangkan anggaransebagai alat
perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi. Tanpa pemahaman, bahkanproses
penyusunan anggaran yang paling canggih secara teknis sekalipun dapat menjadipemborosan
bagi dana perusahaan dan gagal untuk memperbaiki efisiensi operasional.
Pengomunikasian anggaran
Kontroler atau direktur perencanaan bertanggungjawab untuk
mengimplementasikananggaran. Hal ini dicapai dengan mengomunikasikan sasaran operasional
yang disetujuikepada orang-orang di tingkat organisasi yang lebih rendah. Hal ini kadang kala
disebutsebagai “menjual” anggaran ke bawah. Banyak masalah komunikasi yang kompleks
dapatberkembang dalam tugas menjual ini karena pesan tersebut harus dipahami oleh orang
yangmemiliki latar belakang dan pelatihan yang beragam serta yang bekerja di
tingkatanorganisasi yang berbeda. Untuk menghilangkan beberapa dari masalah potensial,
kontrolerharus menerjemahkan sasaran organisasi secara keseluruhan ke dalam sasaran yang
dapatdipahami bagi setiap subunit organisasi.
Sasaran tersebut dapat dikomunikasikan dengan sangat efektif jika dijelaskan secarapribadi
dan dilengkapi dengan pedoman tertulis atau diskusi tindak lanjut informal denganpemimpin
subbagian. Yaitu, direktur perencanaan sebaiknya menjelaskan dasar-dasar dariproses
penyusunan anggaran dan asumsi-asumsi yang menghasilkan jumlah anggaran akhir
Selain bertujuan untuk menginformasikan manajer tingkat bawah mengenai
tanggungjawabmereka, komunikasi atas sasaran anggaran juga dimaksudkan untuk
memenangkankepercayaan dari karyawan tingkat bawah.
Kerja sama dan koordinasi
Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerja sama dari orang-orangdengan
beraneka ragam keterampilan dan bakat. Setiap dimensi dari rencana tersebut harusdijelaskan
dengan hati-hati kepada mereka yang betanggung jawab untuk mengambiltindakan guna
mengembangkan dalam diri mereka suatu perasaan akan keterlibatan dannilai penting mereka
sendiri dalam konteks anggaran keseluruhan.
Koordinasi adalah seni menggabungkan secara efektif seluruh sumber dayaorganisasi. Dari
sudut pandang keperilakuan, hal ini berarti menggabungkan bakat dankekuatan dari setiap
partisipan organisasi dan membuatnya berjuang untuk mencapai tujuanyang sama. Untuk
melaksanakan ini, pelaksana harus berhasil mengomunikasikanbagaimana pekerjaan setiap orang
memberikan kontribusi pada pencapaian tujuanorganisasi. Lebih dari itu, direktur perencanaan
sebaiknya mengindikasikan departemenmana yang betanggungjawab untuk aspek tertentu dari
pekerjaan yang dilakukan, dimanaindividu-individu dalam departemen tersebut
bertanggungjawab, dan kemana mereka dapatmeminta bantuan. Dengan demikian, pengetahuan
karyawan mengenai struktur organisasiadalah penting untuk komunnikasi dan kerja sama yang
berhasil. Untuk membuat segalasesuatunya dilakukan, maka orang harus mengetahui peran yang
dimainkan oleh orang lainbaik dalam organisasi formal maupun informal. Yaitu, beberapa
individu yang mungkinbukanlah pemimpin yang “resmi” namun akan menjadi pemimpin
“informal” dan memilikikemampuan untuk mempercepat pekerjaan. Yang lain, meskipun
bertanggung jawab atasfungsi organisasi tertentu, dapat dihindari jika mereka dianggap sulit
untuk diajak bekerjasama.Direktur perencanaan memerlukan lebih dari sekedar pemahaman
teknis atas dimensi
keuangan organisasi. Ia juga harus memahami perilaku manusia, dinamika kelompok,struktur
organisasi, dan peran formal. Pengetahuan dan pemahaman terhadap factor-faktoryang
memengaruhi perilaku individu dan kelompok dibutuhkan guna memodifikasi perilaku.
Tahap pengendalian dan evaluasi kinerja
Tujuan-tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan
karyawansecara kontinu terhadap pencapaian tujuan mereka. Dalam tahap pengendalian dan
evaluasikinerja, kinerja actual dibandingkan dengan standar yang dianggarkan guna
menentukanbidang-bidang permasalahan dalam organisasi tersebut dan menyarankan tindakan
yangsesuai untuk memperbaiki kinerja yang dibawah standar. Perbandingan antara biaya
actualdan biaya yang dianggarkan juga akan mengindikasikan kinerja diatas anggaran.
Laporan-laporan kinerja
Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan untuk menjaga agar karyawantermotivasi
kearah pencapaian sasaran, laporan kinerja sebaiknya disusun dandidistribusikan paling tidak
secara bulanan. Pentingnya komunikasi berkala atas hasilkinerja telah berulang kali ditunjukkan
dalam studi-studi empiris. Penerbitan laporankinerja yang tepat waktu memiliki dampak
mendorong pada moral karyawan. Kurangnyaumpan balik kinerja, penundaan dalam umpan
balik, dan jarangnya atau sporadisnya umpanbalik memiliki dampak yang menghilangkan moral
dan kinerja. Juga ditemukan bahwaumpan balik yang meningkat menghasillkan peningkatan
dalam akurasi tugas dan
keyakinan serta hubungan baik yang tinggi. Kurangnya umpan balik disertai dengan
rendahnya keyakinan dan permusuhan.
Kurangnya umpan balik kinerja mencegah orang mengetahui tingkat pencapaiannyata dan
dapat merugikan tingkat aspirasi mereka berikutnya. “Tingkat aspirasi” adalahstandar yang
dikenakan sendiri yang dituju oleh orang tersebut. Tingkat aspirasi adalahsasaran yang bahkan
jika hampir dicapai mengarah pada perasaan berhasil yang subjektifdan bila tidak, mengarah
pada perasaan gagal yang subjektif. Pergeseran dalam tingkataspirasi dapat disebabkan oleh
perubahan dalam keyakinan karyawan mengenaikemampuannya untuk mencapai sasaran kinerja.
Hal tersebut telah ditunjuk secara empiris,misalnya, bahwa keberhasilan di satu bidang biasanya
mengarah pada tingkat aspirasi yanglebih tinggi di bidang-bidang yang terkait.