Vous êtes sur la page 1sur 34

c c

   


Indonesia merupakan suatu negara agragris yang sebagian besar mata
pencaharian rakyatnya bergantung pada pertanian. Sebagian lahan pertanian
berupa sawah dan ladang yang menetap, terutama di Pulau Jawa yang lahannya
terbatas. Lahan pertanian yang ditanami terus menerus akan mengalami
penurunan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga menjadi kurang
produktif dan kurang subur untuk penanaman berikutnya. Sedangkan pada
perladangan berpindah, setelah beberapa kali tanam, lahan akan ditinggalkan
untuk dibiarkan ditumbuhi oleh semak belukar selama beberapa tahun, sehingga
menjadi subur kembali untuk dijadikan ladang lagi, atau dibiarkan kembali
menjadi hutan. Kenyataannya, lahan tidak pernah dikelola kembali dan hutan
tidak pernah terbentuk kembali, bahkan lahan tersebut menunjukkan penurunan
produktivitas.
Oleh karena itu pilihan terbaik akan jatuh pada pertanian menetap, dengan
syarat kesuburan lahan harus dipertahankan, bahkan kalau bisa ditingkatkan.
Produktivitas tanah dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan, dengan cara
memasok kebutuhan nutrisi tanah dari luar melalui pemupukan. Sayangnya,
dengan kondisi Indonesia saat ini, pupuk terlarut (pupuk buatan) tidak selalu
mudah didapatkan dan harganya juga cukup mahal, sehingga petani sering
mengeluhkan ongkos produksi yang cukup tinggi dibandingkan dengan harga jual
yang sangat rendah. Kalaupun pupuk tersedia, petani sering melakukan
pemupukan secara tidak terkontrol, kadang berlebihan dan kurang efisien,
sehingga justru sering merusak struktur tanah.
Nutrisi tanaman yang paling esensial adalah nitrogen (N), fosfor (P) dan
potassium (kalium/K). Kecuali untuk beberapa pupuk khusus nitrogen, hampir
semua pupuk buatan berasal dari batuan yang diproses secara kimiawi, yaitu
batuan yang telah dimodifikasi secara kimia, ditambah dengan beberapa nutrisi
mikro yang sering dibutuhkan oleh tanaman, seperti kalsium (Ca), magnesium
(Mg), sulfur (S), tembaga (Cu), kobalt (Co), besi (Fe), dan sebagainya.
Sebaliknya, agromineral pada umumnya hanya dimodifikasi secara fisik, misalnya
dengan penumbukan dan pemecahan. Walaupun kadang perlu modifikasi untuk
beberapa batuan dan mineral µhybrid¶ (turunan) yang mempergunakan
sejumlah zat kimia tertentu digabungkan dengan agromineral, akan tetapi hanya
merupakan teknik sederhana dan bertujuan agar pemakaian dapat lebih optimal.
Oleh karena itu agromineral diharapkan menjadi satu alternatif pengganti pupuk
yang lebih murah dan lebih mudah diperoleh untuk menambah nutrisi tanaman
serta memperbaiki struktur tanah, dengan cara memanfaatkan sumber daya
geologi yang terdapat di sekitar lahan pertanian tersebut. Istilah µagromineral¶
yang digunakan disini mempunyai arti cukup luas, meliputi mineral dan batuan
yang secara alamiah mengandung nutrisi, seperti batuan fosfat, garam-garam
nitrogen and potassium, dan lain-lain, juga termasuk batuan yang berfungsi
meningkatkan kemampuan tanah seperti kapur pertanian dan dolomit, serta
beberapa jenis batuan silikat, karena selain memasok nutrisi yang diperlukan juga
mengurangi keasaman, menjaga kelembaban dan melepaskan nutrisi secara
perlahan.
Beberapa dari batuan dan mineral tersebut hanya dapat agak larut dalam
waktu yang pendek tetapi dapat melepaskan kandungan nutrien ke dalam tanah
untuk waktu yang lama dan memasok nutrisi secara perlahan. Agromineral juga
termasuk batuan dan mineral yang dapat meningkatkan status fisik tanah.
Misalnya, perlit digunakan untuk meningkatkan aerasi dalam media pertumbuhan
buatan dalam rumah kaca, vermikulit dan zeolit adalah mineral-mineral yang
dapat menyimpan dan melepaskan nutrien dan kelembaban perlahan-lahan, dan
skoria dan batuapung dan batuan lain dipakai sebagai batuan penahan untuk
mengurangi evaporasi.
Paper ini banyak diilhami dan dipengaruhi oleh isi buku yang ditulis oleh
Profesor Dr. Peter van Straaten dari University of Guelph, Ontario, Kanada, yang
berjudul "Rocks for Crops", yang membahas peranan yang potensial dari beberapa
batuan dan mineral terhadap tumbuh-tumbuhan, untuk mempertahankan dan
menambah produktivitas lahan maupun hasil pertanian. Sehingga selain untuk
membantu petani kecil, juga menambah wawasan bahwa batuan dan mineral,
selain sebagai bahan baku industri, juga sebagai sumber daya agromineral. Pada
bab terakhir akan diuraikan potensi agromineral berdasarkan data yang tercatat di
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2004.


   

Di masa lalu, tanah mendapat kesempatan beristirahat untuk memulihkan dan


secara alamiah menambah nutrisi mereka sendiri setelah masa penanaman dan
panen. Akan tetapi masa kosong tersebut sekarang dipercepat, karena tuntutan
kebutuhan pangan yang makin meningkat, sehingga tanah ditekan untuk
berproduksi terus-menerus. Tekanan terhadap lahan pertanian ini secara pasti
menurunkan kemampuan lahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, karena
disamping pemindahan nutrisi-nutrisi dari tanah ke tanaman melalui panen yang
berulang, terdapat proses lain termasuk pelarutan, penguapan, serta erosi yang
terlalu tinggi, sehingga banyak nutrisi yang ikut menghilang dan tidak mencukupi
kebutuhan panen berikutnya.
Untuk memperbaiki nutrisi tanah yang dikeluarkan, diperlukan penambahan
nutrisi, yang umumnya dilakukan petani dengan jalan pemupukan, baik dengan
pupuk organik (pupuk kandang dan kompos), pupuk buatan, atau beberapa
alternatif lain. Pada umumnya petani memilih menggunakan pupuk buatan, karena
mereka menganggap pemakaian pupuk buatan paling praktis dan menguntungkan,
karena hasilnya dapat dilihat dengan cepat. Akan tetapi para petani jarang dapat
menggunakannya sesuai aturan yang berlaku maupun pada saat yang tepat,
sehingga tanah lebih cepat menjadi gersang. Pupuk larut air membantu
mempercepat penyerapan nutrisi dari tanah ke tanaman, akibatnya disamping
lebih cepat kehilangan kandungan nutrisinya, struktur jaringan tanah juga akan
rusak.
Sesungguhnya, agar aliran nutrisi baru dapat dipasok secara substansial,
selain dengan pupuk organik, para petani dapat juga menggunakan sumber daya
agromineral yang ditemukan di sekitar areal pertanian. Beberapa batuan dan
mineral yang terbentuk di alam mengandung nutrisi untuk tanaman, terdapat
secara terkonsentrasi maupun tersebar, sehingga dapat digunakan sebagai pupuk
alternatif dan/atau memperbaiki struktur tanah. Antara lain batuan fosfat, batuan
pembawa potasium, gipsum, dolomit, batugamping, dan beberapa jenis mineral
lain termasuk dalam katagori ini.
Beberapa contoh batuan dan mineral telah dikenal sebagai agromineral yang
terkonsentrasi sebagai endapan ekonomis adalah:

d Batuan fosfat (phosphate rocks /PRs) dengan apatit sebagai mineral


fosfat utama,
d Fosfat guano, senyawa kompleks pembawa P dan N,
d Silvit (KCl), dan garam-garam komplek pembawa K,
d K-silikat, seperti mika, glukonit, dan bat volkanik mengandung K, dan
K-zeolit,
d Sulfur, sulfida (seperti pirit) dan sulfat (gipsum),
d Batugamping dan dolomit sebagai pembawa kalsium dan magnesium
karbonat,
d Beberapa mineral dan batuan silikat yang digunakan untuk menyimpan
nutrisi (zeolit) atau menyimpan kelembaban (batuapung).

Tidak semua agromineral yang disebutkan diatas terdapat di Indonesia,


karena sebagai negara kepulauan busur saltpeter tentu tidak ada, juga endapan
garam kompleks pembawa-K. Akan tetapi terdapat beberapa fosfat guano,
sedangkan fosfat sedimenter belum pernah ditemukan. Selain itu, batuan
pembawa-K ditemukan dalam batuan volkanik, gipsum terdapat dalam jumlah
terbatas, sedangkan batugamping dan beberapa batuan lain akan akan dibahas
potensinya dalam bab berikut ini beserta potensinya.
c
 

Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat) mineral
baik yang terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi yang merupakan
penyusun utama kerak bumi serta terbentuk sebagai hasil proses alam. Batuan bisa
mengandung satu atau beberapa mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai
Ãonoà neral rocks (batuan yang hanya mengandung satu jenis mineral), misalnya
marmer, yang hanya mengandung kalsit dalam bentuk granular, kuarsit, yang
hanya mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini paling banyak
dijumpai batuan yang disebut polyà neral rocks (batuan yang mengandung lebih
dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit kuarsa yang mengandung
mineral kuarsa, feldspar, dan biotit.
Atas dasar cara terbentuknya, batuan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. batuan beku : sebagai hasil proses pembekuan atau kristalisasi magma.
2. batuan sedimen : sebagai hasil proses sedimentasi
3. batuan metamorf : sebagai hasil proses metamorfisme


 c
  
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan atau
kristalisasi magma. Proses ini merupakan proses perubahan fase dari fase cair
(lelehan, melt) menjadi fase padat, yang akan menghasilkan kristalkristal mineral
primer atau gelas. Proses pembekuan magma (temperatur dan tekanan) akan
sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan, sedangkan
komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal. Karakteristik tekstur
dan struktur pada batuan beku sangat dipengaruhi oleh waktu dan energi
kristalisasi. Apabila terdapat cukup energi dan waktu pembentukan kristal maka
akan terbentuk kristal berukuran besar, sedangkan bila energi pembentukan
rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung
sangat cepat, maka kristal tidak sempat terbentuk dan cairan magma akan
membeku menjadi gelas. roses n sangat ent k engan peÃatan gla pas r,
 Ãana ntk ÃeÃat gla yang erkran kasar  perlkan wakt
pen ng nan relat f le h laÃa  an ngkan gla yang erkran hals.
Berdasarkan kecepatan pendinginan ini, maka batuan beku dapat dibagi
menjadi 3 macam, yaitu batuan beku plutonik, hipabisal dan batuan beku volkanik
yang berturut-turut mempunyai ukuran kristal dari yang paling kasar ke halus.
Urutan mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma seiring dengan
penurunan suhu dapat dilihat pada Bowen's reaction series. Pada seri reaksi
Bowen terdapat 2 kelompok, yaitu:
1. seri terputus ½ scont nos ser es), dimana mineral yang terbentuk
mempunyai struktur kristal dan komposisi yang berbeda-beda
2. seri berkesinambungan ½cont nos ser es), dimana mineral yang
terbentuk mempunyai struktur kristal yang sama, namun komposisi kimia
penyusunnya yang berbeda.
Akhirnya pada cairan magma akan tersisa silika, potasium dan sodium yang
akan kemudian akan membentuk mineral-mineral K-feldspar, muskovit dan
kuarsa.
Batuan beku berdasarkan atas genesa dapat dibedakan menjadi batuan beku
intrusif, yang terbentuk di bawah permukaan bumi, dan batuan beku ekstrusif,
yang membeku di atas permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif masih dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu batuan aliran (efusif) dan ledakan (eksplosif).
c  
c
Pengamatan _sik yang perlu diamati adalah warnanya saja. Warna dapat
mencerminkan proporsi kehadiran mineral terang (felsik) terhadap mineral
berwarna gelap (mafik). Dari pengamatan warna ini, dapat memberikan penafsiran
kepada tipe batuan asam, menengah, basa dan ultrabasa. Batuan beku asam
memiliki warna relatif lebih terang dibandingkan dengan batuan beku menengah
atau basa.
c ! 
Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal dan ukuran
kristal yang masing-masing dapat dibedakan menjadi beberapa macam.
!
 
d ?olokristalin, seluruhnya terdiri atas kristalin
d ?olohyalin, seluruhnya terdiri atas gelas
d ?ypohyalin, sebagian kristal dan sebagian gelas.
 
  
d Equigranular, mempunyai ukuran kristal yang relatif seragam. Sering
dipisahkan menjadi idiomor_k granular (kristal berbentuk euhedral),
hypidiomorfik granular (kristal berbentuk subhedral) dan allotriomorfik
granular (kristal berbentuk anhedral).
d Inequigranular (por_ritik), mempunyai ukuran kristal yang tidak seragam.
Kristal yang relatif lebih besar disebut sebagai fenokris (Kristal sulung),
yang terbentuk lebih awal. Sedangkan kristal yang lebih halus disebut
sebagai massa dasar.
d Afanitik, jika batuan kristalin mempunyai ukuran kristal yang sangat halus
dan jenis mineralnya tidak dapat dibedakan dengan kaca pembesar.
Î  
d X 1mm = halus
d 1 - 5mm = sedang
d 5mm = kasar
cÎ  
Mineral pada batuan beku dapat dikelompokkan menjadi mineral utama dan
mineral asesori. Mineral utama merupakan mineral yang dipakai untuk
menentukan nama batuan berdasarkan komposisi mineralogi, karena kehadirannya
pada batuan melimpah. Contoh: ortoklas, plagioklas, kuarsa, piroksen dan olivin.
Mineral asesori adalah mineral yang keberadaannya pada batuan tidak melimpah,
namun sangat penting dalam penamaan batuan, misalnya biotit atau hornblende
pada granit biotit atau granit hornblende.
Mineral yang sangat halus, misalnya pada batuan yang bertekstur afanitik,
cukup disebutkan kelompok mineralnya saja, misalnya mineral felsik,
intermediate atau mineral ma_k. Contoh: Riolit tersusun oleh mineral felsik.
c"  
Struktur pada batuan beku adalah kenampakan hubungan antara bagian-
bagian batuan yang berbeda. Struktur ini sangat penting di dalam menduga
karakteristik keteknikan, misalnya pada batuan beku yang berstruktur kekar tiang
(columnar joint) akan mempunyai karakteristik keteknikan yang berbeda dengan
batuan beku yang berstruktur kekar lembaran ½sheet ng jo nt). Kedua struktur ini
hanya dapat diamati di lapangan.
Macam-macam struktur yang sering dijumpai pada batuan beku adalah:
d Masif : bila batuan pejal tanpa retakan aau lubang gas
d Teretakkan : bila batuan mempunyai retakan (kekar tiang atau kekar
lembaran)
d esikuler : bila terdapat lubang gas. Skoriaan, jika lubang gas tidak saling
berhubungan; Pumisan, jika lubang gas saling berhubungan; Aliran, bila
ada kenampakan aliran pada orientasi lubang gas.
d Amigdaloidal : bila lubang gas terisi oleh mineral sekunder.
c 
  
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses sedimentasi,
yang meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan deposisi (pengendapan). Proses
pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan _sik maupun pelapukan kimia.
Proses erosi dan transportasi terutama dilakukan oleh media air dan angin. Proses
pengendapan terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut detritus
tersebut. Material yang lepas ini akan diubah menjadi batuan dengan proses
diagenesis dan liti_kasi, yang termasuk di dalamnya kompaksi dan sementasi.
Secara umum batuan sedimen dapat dibedakan menjadi dua golongan besar
berdasarkan cara pengendapannya, yaitu batuan sedimen klastik dan nonklastik.
d Batuan sedimen klastik tersusun atas butiran-butiran (klastika) yang
terbentuk karena proses pelapukan secara mekanis dan banyak dijumpai
mineral-mineral alogenik. Mineral-mineral alogenik adalah mineral yang
tidak terbentuk pada lingkungan sedimentasi atau pada saat sedimentasi
terjadi. Mineral ini berasal dari batuan asal yang telah mengalami
transportasi dan kemudian terendapkan pada lingkungan sedimentasi. Pada
umumnya berupa mineral yang mempunyai resistensi tinggi, seperti
kuarsa, plagioklas, hornblende, garnet dan biotit.
d Batuan sedimen non-klastik, terbentuk karena proses pengendapan secara
kimiawi dari larutan maupun hasil aktivitas organik dan umumnya
tersusun oleh mineral-mineral autigenik. Mineral-mineral autigenik adalah
mineral yang terbentuk pada lingkungan sedimentasi, seperti gipsum,
anhidrit, kalsit dan halit.
c  
c
Pengamatan _sik meliputi pengamatan warna dan derajat kompaksi. Warna
batuan sedimen dapat mencerminkan komposisi dominan atau jenis semen
penyusunnya, misalnya batuan sedimen yang berukuran pasir berwarna kuning
atau kemerahan dapat diduga bahwa batuan tersebut disemen oleh material yang
tersusun oleh oksida besi.
c ! 
Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang berhubungan dengan
butiran penyusunnya, seperti ukuran butir, bentuk butir, hubungan antar butir
(kemas). Secara umum tekstur batuan sedimen dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu klastik dan non-klastik. Pada tekstur klastik, yang diamati meliputi:
d Ukuran butir yang dapat dipisahkan berdasarkan skala Wentworth, seperti
bongkah (> 256 mm), berangkal (64 - 256 mm), kerakal (4 - 64 mm),
kerikil (2 - 4 mm), pasir (0,063 - 2 mm), lanau (0,004 - 0,063 mm) dan
lempung (X 0,004 mm).
d Sortasi (pemilahan) dapat berupa sortasi baik, jika besar butiran
penyusunnya relatif sama dan sortasi buruk, jika besar butiran
penyusunnya tidak sama.
d Bentuk butir dibedakan atas bentuk menyudut (angular) dan membundar
(rounded) serta menyudut/membulat tanggung (sanglar atau
srone).
d Kemas dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kemas terbuka ½Ãatr 
spporte), jika butiran yang berukuran besar (fragmen) tidak saling
bersentuhan atau mengambang dalam matrik. Kemas tertutup ½class
spporte) jika butiran penyusunnya saling bersentuhan satu sama lain.
Pada batuan sedimen yang berukuran > 2 mm, masih dapat dideskripsi lebih
detail mengenai fragmen (butiran yang lebih besar dari ukuran pasir), matrik
(butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan diendapkan bersamasama
fragmen), dan semen (material halus yang menjadi pengikat antara matrik dan
fragmen. Semen dapat berupa silika, karbonat, sulfat, atau oksida besi.
Pada batuan yang bertekstur non-klastik umumnya memperlihatkan
kenampakan mozaik dari kristal penyusunnya. Kristal penyusun biasanya terdiri
dari satu macam mineral (monomineralik), seperti gipsum, kalsit, dan anhidrit.
Macam-macam tekstur non-klastik adalah:
d Amorf : berukuran lempung/koloid
d Oolitik : kristal berbentuk bulat yang berkumpul, ukurannya 0,25 - 2 mm
d Pisolitik : sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya > 2 mm
cÎ  
Struktur pada batuan sedimen sangat penting baik untuk geologi maupun
geologi teknik. Pada analisis geologi struktur ini dapat digunakan untuk
menganalisis kondisi tektonik dari daerah dimana batuan sedimen tersebut
dijumpai.
Di samping itu pada bidang batas struktur sedimen secara keteknikan
merupakan bidang lemah. Macam struktur sedimen yang dapat dijumpai,
misalnya:
d Perlapisan atau laminasi sejajar, bentuk lapisan yang pada awalnya
terbentuk secara horizontal. Posisi lapisan ini dapat berubah jika terkena
proses tektonik, misalnya perlapisan miring atau terkena patahan.
d Perlapisan silang-siur, perlapisan batuan saling potong-memotong pada
skala kecil, biasanya melengkung.
d Perlapisan bergradasi (graded bedding), yang dicirikan oleh perubahan
ukuran butiran pada satu bidang perlapisan. Masif, apabila tidak dijumpai
lapisan atau laminasi.
c"  
Pengamatan komposisi pada batuan sedimen lebih kompleks daripada pada
batuan beku, karena batuan sedimen dapat tersusun oleh fragmen batuan maupun
mineral. Namun pada pengamatan komposisi yang ditekankan cukup pada
pengamatan komposisi fragmen dan semen. Fragmen dapat berupa butiran
mineral yang berukuran lebih dari 2 mm maupun batuan lain (beku, sedimen, dan
metamorf).
Semen biasanya tersusun oleh mineral-mineral berukuran halus, seperti
lempung, gipsum, karbonat, oksida besi dan/atau silika. Jenis semen ini akan
berpengaruh terhadap karakteristik keteknikan dari batuan sedimen. Batuan yang
tersemen silika akan mempunyai karakteristik keteknikan yang lebih baik
daripada batuan yang tersemen karbonat. Jenis semen ini bisa diperkirakan dengan
menggunakan alat bantu, misalnya ?Cl untuk menentukan hadirnya material
karbonat. Semen gipsum biasanya mempunyai warna hamper sama dengan
karbonat, hanya tidak bereaksi dengan ?Cl. Semen oksida besi biasanya berwarna
kuning atau merah. Sedangkan semen silika biasanya sangan keras.

Îc  
  
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfosa
pada batuan yang telah ada sebelumnya sehingga mengalami perubahan
komposisi mineral, struktur, dan tekstur tanpa mengubah komposisi kimia dan
tanpa melalui fase cair. Proses ini merupakan proses isokimia (tidak terjadi
penambahan unsur-unsur kimia pada batuan), yang disebabkan oleh perubahan
suhu, tekanan dan fluida, atau variasi dari ketiga faktor tersebut. Secara umum
terdapat tiga macam tipe metamorfosa, yaitu:
d Metamorfosa termal, yang disebabkan oleh adanya kenaikan suhu akibat
terobosan magma atau lava. Proses yang terjadi adalah rekristalisasi dan
reaksi antara mineral dan larutan magmatik serta penggantian dan
penambahan mineral.
d Metamorfosa regional, terjadi pada daerah yang luas akibat pembentukan
pegunungan. Perubahan terutama disebabkan dominan oleh tekanan.
d Metamorfosa dinamik, yang terjadi pada daerah yang mengalami dislokasi
atau deformasi intensif akibat patahan. Proses yang terjadi adalah
perubahan mekanis pada batuan, tidak terjadi rekristalisasi kecuali pada
tingkat filonitik.
Mineral yang umum dijumpai pada batuan metamorf adalah kuarsa, garnet, kalsit,
feldspar, mika, dan amfibol.
c  
c
Pengamatan fisik pada batuan metamorf meliputi pengamatan warna batuan.
Warna batuan dapat mencerminkan ukuran butiran. Warna yang gelap cenderung
mempunyai ukuran butiran yang halus yang tersusun oleh mineral-mineral mika
yang berukuran halus. Warna yang terang biasanya tersusun oleh kuarsa atau
karbonat.
c ! 
Pengamatan tekstur pada batuan metamorf relatif hampir sama dengan pada
batuan beku, karena sama-sama terdiri atas kristal. Macam-macam pengamatan
tekstur pada batuan metamorf adalah sebagai berikut:
d Tektstur berdasarkan bentuk individu kristal:  olast (jika mineral
penyusunnya dominan berbentuk euhedra), hyp  olast (jika mineral
penyusunnya berbentuk anhedra).
d Berdasarkan bentuk mineral, tekstur batuan metamorf dapat dibagi
menjadi: lep olast k (terdiri dari mineral berbentuk tabular seperti mika),
neÃatolast k (terdiri dari mineral berbentuk prismatik, seperti
hornblende/ amfibol), granolast k (terdiri dari mineral yang berbentuk
granular, anhedral, dengan batas-batas suture), dan porf rolast k (terdiri
dari mineral-mineral yang berukuran tidak seragam, beberapa mineral
ditemukan berukuran lebih besar daripada yang lain).
cÎ  
Struktur pada batuan metamorf lebih penting daripada tekstur, karena
merupakan dasar dari penamaan batuan metamorf. Struktur ini dapat dibagi
mennjadi dua, yaitu struktur foliasi dan struktur non-foliasi.
d Struktur foliasi adalah struktur paralel yang disebabkan oleh adanya
penjajaran mineral-mineral penyusunnya. Umumnya tersusun oleh
mineral-mineral pipih dan/atau prismatik, seperti mika, horblende atau
piroksen. Struktur foliasi dapat dibedakan menjadi slaty cleavage (adanya
bidang-bidang belah yang sangat rapat, teratur dan sejajar; batuannya
disebut slate/batusabak), phyllitic (hampir sama dengan slaty cleavage,
tetapi tingkatannya lebih tinggi daripada batu sabak, sudah terlihat adanya
pemisahan mineral pipih dan dan mineral granular; batuannya disebut
filit), schistosic (adanya penjajaran mineral-mineral pipih yang menerus
dan tidak terputus oleh mineral granular; batuannya disebut sekis), dan
gneissic (adanya penjajaran mineral-mineral granular yang berselingan
dengan mineral-mineral prismatik, mineral pipih memiliki orientasi tidak
menerus; batuannya disebut gneis).
d Struktur non-foliasi dicirikan oleh tidak adanya penjajaran mineral pipih
atau prismatik. Struktur ini terdiri atas hornfelsic (dibentuk oleh
metamorfosa termal, dimana butiran mineralnya berukuran relatif
seragam; batuannya disebut hornfels [tersusun oleh polimineralik], kuarsit
[tersusun dominan oleh kuarsa], dan marmer [tersusun oleh kalsit]),
cataclastic (terbentuk karena metamorfosa kataklastik, misalnya akibat
patahan; nama batuannya adalah kataklasit), mylonitic (mirip dengan
kataklastik, tetapi mineral penyusunnya berukuran halus dan dapat dibelah
seperti skis; nama batuannya disebut milonit), dan pyllonitic (struktur ini
mirip dengan milonitik, tetapi sudah mengalami rekristalisasi sehingga
menunjukkan kilap sutera; nama batuannya disebut _lonit).
c"  
Komposisi mineral pada batuan metamorf hampir sama dengan pada batuan
beku atau sedimen non-klastik. Perbedaannya jenis mineralnya lebih kompleks
karena merupakan hasil rekristalisasi dari mineral-mineral pada batuan asalnya.
Komposisi mineral pada batuan metamorf berfoliasi biasanya polimineralik,
sedangkan pada non-foliasi biasanya monomineralik, kecualihornfels.

  c


Proses pelapukan dan alterasi menyebabkan terubahnya batuan asal menjadi
material lain yang sifat _siknya menjadi lebih lemah. Proses ini dapat
mempermudah atau mempercepat terurainya ikatan kimia mineral pada batuan.
Proses pelapukan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
d Pelapukan mekanik yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir.
d Pelapukan kimia, yang menyebabkan mineral pada batuan mengalami
dekomposisi.
Proses alterasi sedikit berbeda dengan pelapukan. Pada alterasi, proses kimia lebih
berperan dibandingkan proses _sika dan di sini terjadi peningkatan suhu yang
signi_kan untuk mempercepat proses alterasi. Namun demikian, baik proses
pelapukan maupun proses alterasi keduanya akan mempercepat proses
pembentukan tanah.
c c

#c   


 
  

Secara geologi, sebagian besar daratan Indonesia merupakan rangkaian


kepulauan busur, dan secara agronomi merupakan tanah yang cukup subur, karena
rempah-rempah volkanik merupakan sumber nutrisi bagi tanaman. Agromineral
yang berasosiasi dengan batuan volkanik atau batuan gunungapi adalah obsidian,
perlit, batuapung, dan belerang. Demikian pula, dalam cekungan-cekungan
sedimenter dapat ditemukan beberapa jenis agromineral, termasuk batugamping,
dolomit, dapat merupakan sumber daya agromineral. Beberapa jenis sumber daya
agromineral yang terdapat di Indonesia diuraikan di bawah ini.

c  $% &

Fosfor merupakan bahan makanan utama yang digunakan oleh semua


organism untuk energi dan pertumbuhan. Secara geokimia, fosfor merupakan 11
unsur yang sangat melimpah di kerak bumi (Benitez-Nelson, 2000). Seperti
halnya nitrogen, fosfor merupakan unsur utama di dalam proses fotosintesis.
Fosfor biasanya berasal dari pupuk buatan yang kandungannya berdasarkan rasio
N-P-K. Sebagai contoh 15-30-15, mengindikasikan bahwa berat persen fostor
dalam pupuk buatan adalah 30% fosfor oksida (P2 O5). Fosfor yang dapat
dikonsumsi oleh tanaman adalah dalam bentuk fosfat, seperti diamonium fosfat
((N?4 )2 ?PO4 ) atau kalsium fosfat dihidrogen (Ca(?2PO4)2). Fosfat merupakan
salah satu bahan galian yang sangat berguna untuk pembuatan pupuk. Sekitar 90%
konsumsi fosfat dunia dipergunakan untuk pembuatan pupuk, sedangkan sisanya
dipakai oleh industri ditergen dan makanan ternak (Suhala & Arifin, 1997).

# '   

Fosfat adalah batuan dengan kandungan fosfor yang ekonomis. Kandungan


fosfor pada batuan dinyatakan dengan BPL ½one phosphate of l Ãe) atau TPL
½tr phosphate of l Ãe) yang didasarkan atas kandungan P2 O5. Sebagian besar
fosfat komersial yang berasal dari mineral apatit (Ca5(PO4)3 (F,Cl,O?)) adalah
kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian kecil wavelit (fosfat aluminium
hidros). Sumber lainnya berasal dari jenis slag, guano, krandalit
(CaAl3(PO4 )2(O?)5 . ?2 O), dan milisit (Na,K)CaAl6(PO4 )4(O?)9 . 3?2 O). Apatit
memiliki struktur kristal heksagonal dan biasanya dalam bentuk kristal panjang
prismatik. Sifat fisik yang dimilikinya: warna putih atau putih kehijauan, hijau,
kilap kaca sampai lemak, berat jenis 3,15 -3,20, dan kekerasan 5. Apatit
merupakan mineral asesori dari semua jenis batuan.beku, sedimen, dan metamorf.
Ini juga ditemukan pada pegmatite dan urat-urat hidrotermal. Selain sebagai bahan
pupuk, mineral apatit yang transparan dan berwarna bagus biasanya digunakan
untuk batu permata.
Efektifitas batuan fosfat secara agronomik tergantung pada beberapa faktor,
yaitu faktor batuannya sendiri, faktor kondisi tanah, jenis tanaman, dan
pengaturan pemupukan. Faktor batuan disebabkan oleh genesa dari berbagai
batuan dan mineral pembawa fosfat, antara lain endapan fosfat sedimen marin,
magmatik, metamorfik, fosfat biogenik dan endapan fosfat karena pelapukan.
Masing-masing jenis endapan fosfat dicirikan oleh sifat mineralogi, kimia dan
struktur yang berbeda, sehingga kecepatan reaksi batuan terhadap tanahpun
berbeda. Reaktivitas terbaik adalah batuan fosfat sedimen marin. Disamping itu,
endapan fosfat marin ini pada umumnya terbentuk sebagai endapan yang
ekonomis, sehingga hampir seluruh pupuk fosfat di dunia berasal dari sumber
daya batuan fosfat marin. Pengembangan batuan fosfat untuk pupuk, rata-rata
75% berasal dari endapan sedimenter atau batuan fosfat marin, 12-20% dari
batuan beku dan endapan residu, dan hanya 1-2% dari sumber daya biogenik
(fosfat guano), hampir semua jenis sumber daya batuan fosfat terdiri dari berbagai
bentuk mineral apatit. Selain apatit, telah dikenal lebih dari 200 jenis mineral
fosfat yang telah diketahui, akan tetapi kurang popular dan kurang bernilai
ekonomis. Beberapa kelompok mineral fosfat primer diantaranya adalah:

d Fluor-apatit (Ca10(PO4)6 F2) terdapat di lingkungan batuan magmatik


dan metamorf, termasuk karbonatit dan mika-piroksenit.
d ?idroksi-apatit (Ca10(PO4)6 (O?)2 ), terdapat pada lingkungan batuan
metamorf dan batuan beku, tetapi juga dalam endapan biogenik,
misalnya endapan tulang.
d Karbonat-hidroksi-apatit (Ca10(PO4,CO3 )6(O?)2) terutama dijumpai di
pulau dan gua-gua sebagai bagian dari kotoran burung dan kelelawar,
guano.
d Frankolit (Ca10-x-yNaxMgy(PO4 )6-z(CO3 )zF0-4zF2) merupakan apatit yang
tersubstitusi oleh karbonat, terutama terjadi pada lingkungan marin,
dan sedikit sekali sebagai hasil pelapukan, misalnya dari karbonatit.
d Kelompok krandalit, variskit, dan strengit yang merupakan Fe- dan Al-
fosfat yang ditemukan pada lingkungan sekunder pelapukan.

  

Siklus fosfor sangat mudah terganggu oleh kultivasi tanah yang intensif.
Fosfor masuk ke laut melalui sungai. Pelapukan kontinen dari materi kerak bumi,
yang mengandung rata-rata 0,1% P2O4 merupakan sumber utama dari fosfor
sungai.

GAMBAR: Apatit dengan sistem kristal heksagonal


Froelich et al. (1982, dalam Benitez-Nelson, 2000) menggunakan laju
penurunan permukaan tahunan untuk menghitung masukan maksimum fosfor ke
laut,yaitu sebesar 3,3 x 1011 mol P th-1. Jika aktivitas manusia (anthropogenic),
seperti perusakan hutan dan penggunaan pupuk dimasukkan, maka jumlah fosfor
yang masuk ke laut akan meningkat sebesar 3 kali lipat, yaitu 7,4 - 15,6 x 1011
mol P th-1 (Froelich et al., 1982; ?owarth et al., 1995 dalam Benitez-Nelson,
2000).
  (
 


Reservoir fosfor berupa lapisan batuan yang mengandung fosfor dan endapan
fosfor anorganik dan organik. Fosfat biasanya tidak atau sulit terlarut dalam air,
sehingga pada kasus ini tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Kehadiran
mikroorganisme dapat memicu percepatan degradasi fosfat (Sengbusch, 2003).
Sumber fosfor organik dalah perbukitan guano. Di dunia, cadangan fosfat
berjumlah 12 milyar ton dengan cadangan dasar sebesar 34 milyar ton (Suhala &
Arifin, 1997). Cadangan fosfat yang ada di

GAMBAR: Siklus fosfor marin

Indonesia adalah sekitar 2,5 juta ton endapan guano (0,17 - 43% P2 O5). Endapan
fosfat guano, yang terbentuk dari tumpukan sekresi (kotoran) burung atau
kelelawar yang larut oleh air (hujan) atau air tanah dan meresap ke dalam tubuh
batugamping, bereaksi dengan kalsit untuk membentuk hidroksil fluorapatit atau
Ca5(PO4)3(O?,F) dalam rekahan atau menyusup diantara perlapisan batugamping,
maupun terendapkan di dasar batugamping. Umumnya terdapat secara terbatas
dalam gua-gua gamping, terutama di Pegunungan Selatan Jawa, Gresik, Cepu dan
Pati, serta di Pulau Madura. Pada umumnya endapan ini kurang bernilai komersial
karena hanya merupakan urat-urat memanjang yang tidak menerus, dengan
ketebalan beberapa cm sampai 20 cm, walaupun pada beberapa lokasi dapat
mencapai 50 cm. Akan tetapi endapan jenis ini termasuk batuan fosfat yang cukup
reaktif, sehingga dapat sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan lokal, atau
dikembangkan dalam skala kecil. Endapan fosfat tipe guano yang telah
teridentifikasi di Indonesia tersebar di 60 lokasi, sekitar 48 lokasi diantaranya
ditemukan di Pulau Jawa dan Madura. Kadar P2O5 tercatat antara 4-40%, akan
tetapi pada umumnya diatas 15%. Total sumber daya fosfat Indonesia hanya
sekitar 20 juta ton, padahal konsumsi fosfat lebih dari 1 juta ton setahun (DIM,
2004).
Menurut literatur, jenis endapan fosfat guano jarang ditemukan dalam jumlah
besar, bahkan di dunia total sumber dayanya hanya 2% dari seluruh sumber daya
fosfat yang ada. Fosfat guano yang bernilai komersial di dunia baru diketahui di
Pulau Christmast dan Pulau Nauru. Produksi fosfat Indonesia belum dapat
memenuhi kebutuhan domestik, sehingga produsen pupuk harus mengimpor fosfat
dari beberapa negara produsen fosfat, seperti USA, Maroko, dan Cina. Dan
diperkirakan sekitar 9,6 juta ton fosfat marin dengan kadar 20 - 40% P2 O5.

 # $%)% !&

  !!*+,$%-+-)&$)"&Î
System Kristal : triklin, Berbentuk tiang pendek dalam kombinasi dengan
piramida, berbentuk tablet tebal, tiang yang tertarik memanjang
boleh dikatakan jarang terdapat, tiangnya biasanya bergaris
memanjang, kristalnya tumbuh kuat menyendiri pada dinding
batuan, juga sebagai penutup rongga dan sebagai kristal yang
menyendiri atau merupakan butiran di dalam batuan, maupun
bergabung rapat dalam massa yang berbutir dan dalam massa
yang padat dan juga merupakan massa yang berserabut

Belahan : sempurna {010}

Kekerasan : 1,5- 2

BD : 2,58- 2,68

Kilap : kaca

Warna : bening tidak terubah biru sampai hijau terubah

Gores : bening atau putih biru

Optik : so +, Z^ c = 29 o

Terdapatnya : apatit terdapat sebagai mineral pengiring dalam semua kelompok


batuan beku. Juga ditemukanpada batuan sedimen dan metamorf.
Apatite ditemukan di Kola Peninsula, Russia, beberapa ditemukan
di Ehrenfriedersdorf, Saxony Jerman, ada yang digunakan untuk
industri yaitu di Nauru, Morocco, Algeria, Tunisia, Egypt, and
Israel. Di Ontario, Canada, Wilberforce, ?aliburton Codan di
Bancroft area

Kegunaan : Apatite sangat penting digunakan untuk industri kimia dan


farmasi. Dan juga sangat terkenal di kalangan kolektor

  !'%Î$)"& . )


Sistem Kristal : monoklin

Belahan : sempurna {010}

Kekerasan : 1,5 ± 2

BD : 2,58 ± 2,68

Kilap : kaca

Warna : bening tidak terubah biru sampai hijau terubah

Gores : bening atau putih-biru

Optik : so+,ZAc = 290

Terdapatnya : vivianit adalah mineral jarang dari pembentukan


sekunder,berasosiasi dengan pirhotit dan pirit dalam urat-urat
tembaga dan timah, dan sebagai bentuk hasil pelapukan dari besi-
pospat mangan primer dalam pegmatite. Juga di temukan dalam
lapisan lempung, mungkin berasosiasi dengan limonit, sering
dalam rongga dari fosil-fosil.


Î #c /)!$  %)"&


Sistem Kristal : triklin, kristalnya sangat jarang terdapat, biasanya bergung
kompak atau dalam masa berbutir besar yang membelah menurut
bidang paralel epipedum bersudut miring

Belahan : sempurna {100}, baik {110}

Kekerasan :6

BD : 3,0 ± 3,1

Kilap : kaca

Warna : putih sampai hijau muda atau biru

Optik : so-; ȕ = 1,59 ± 1,62; Ȗ = 1,60 ± 1,63

Terdapatnya : ambligonit adalah mineral yang jarang ditemukan dalam granit


pegmatit dengan spodumen, turmalin, lepidolit, dan apatit.

" %)//!$+ $)" &$)& $ )&


Rumus kimia : CaAl(PO4)(O?)2·(?2O)

Komposisi : Berat Molekul = 214.06 gm

Calcium 18.72 % Ca 26.20 % CaO


Aluminum 12.60 % Al 23.82 % Al2 O3

Phosphorus 14.47 % P 33.16 % P2O5

?ydrogen 1.88 % ? 16.83 % ?2 O

Oxygen 52.32 % O

______ ______

100.00 % 100.00 % = TOTAL OKSIDA

Rumus empiris : CaAl(PO4)(O?)2·(?2 O)

xr stalograf Fogg te

Perbandingan parameter: a:b:c =0.4347:1:0.2433

Dimensi bidang : a = 9.27, b = 21.324, c = 5.19, Z = 8;  = 1,025.93


Den(Calc)= 2.77

Sistem kristal : Orthorhombic - Disphenoidal?-M Symbol (2 2 2)


golongan: A2122

Difraksi sinar X : Dengan Intensitas(I/Io): 4.24(1), 2.693(0.8), 3.109(0.7)

xarakter st k F s k Fogg te

Belahan : [010] Sempurna, [100] Bagus

Warna : Tak bewarna, Putih.

Berat jenis : 2.78

Kekerasan :4

Derajat Kemurnian : Transparan

Cerat : putih

Densitas Elektron :ҏ electron =2.80 gm/cc Ҟ Foggite =2.77 gm/cc)

Radioaktivitas : Foggite bukan Radioaktif


,  0!$ 1$)" & $)Î)& $)&.2"$ )&&

Rumus kimia : Al6 (PO4)2(PO3 O?)2(O?)8·4(?2 O)

Komposisi : Berat Molekul = 751.91 gm

Aluminum 21.53 % Al 40.68 % Al2 O3

Phosphorus 16.48 % P 37.76 % P2O5

?ydrogen 2.41 % ? 21.56 % ?2 O

Oxygen 59.58 % O

______ ______

100.00 % 100.00 % = TOTAL OKSIDA

Rumus empiris : Al6(PO4 )2(PO3 O?)2 (O?)8·4(?2 O)

xr stalograf laner te

Perbandingan parameter: a:b:c =0.7718:1:0.8036

Dimensi bidang : a = 7.505, b = 9.723, c = 7.814, Z = 1; alpha = 111.43°,


beta = 115.56°, gamma = 68.69°  = 446.09
Den(Calc)= 2.80

Sistem kristal : Triclinic - Pinacoidal?-M Symbol ( 1) Golongan: P1

Difraksi sinar X : Dengan Intensitas(I/Io): 3.745(1), 6.829(0.9), 3.692(0.6)

xarakter st k F s k laner te

Warna : hijau kebiruan, biru terang, hijau zaitun.


Berat jenis : 2.68

Bentuk Luar : Botryoidal-"seperti buah anggur" atau berbetuk bulat


seperti malachite, Terbentuk pada kerak, keras seperti
agregat pada matriks.

Kekerasan : 5

Kilap : Kaca - tanah

Derajat Kemurnian : Transparan sampai Subopaque

Cerat : putih kebiruan

Densitas Elektron : electron=2.71 gm/cc( Planerite =2.68 gm/cc)

Radioaktivitas : Planerite bukan Radioaktif



 c  $  3 &

Potasium adalah salah satu dari tiga serangkai pupuk buatan yang esensial,
yang lainnya adalah fosfor dan nitrogen (Skinner, 1984) dan merupakan satu dari
17 unsur kimia yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman,
serta sering dianggap sebagai regulator, karena bergabung dengan 60 sistem
enzim yang bekerja pada tanaman (CP?A, 2003). Potasium membantu tanaman
untuk tahan terhadap pengaruh suhu dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap penyakit. Semua tanaman membutuhkan potasium,
khususnya tanaman yang kaya karbohidrat seperti kentang. ?asil penyelidikan
menunjukkan, konsumsi potasium dalam jumlah yang tepat dapat menyebabkan
pertumbuhan serat kapas yang panjang dan kuat; meningkatkan daya tahan kulit
buah, memperpanjang dahan bunga mawar; memperkuat warna hijau dan
pertumbuhan helai rumput; dan meningkatkan ukuran dan kualitas buah, butiran,
dan sayuran.

     

Potasium cukup melimpah di tanah, biasanya berkisar antara 0,5 sampai 4,0%.
Dari jumlah ini, hanya sebagian kecil yang hadir dalam larutan dan siap untuk
dipergunakan oleh tanaman, umumnya kurang dari 1% dari total potassium dalam
tanah (IF, 2001). Tanah pasiran mengandung paling rendah potasium, tanah
lempung dan aluvial mempunyai kandungan potasium tertinggi. Potasium dalam
tanah sangat mudah mengalami pelepasan (leaching). Potasium dibutuhkan paling
banyak oleh tanaman, selain nitrogen. Dalam beberapa tanaman, kebutuhannya
akan potasium melampaui kebutuhan akan nitrogen, seperti pisang dan kapas.
Potasium diserap dalam bentuk ion potassium (K+). Potasium bukan merupakan
suatu komponen dari ikatan organic pada tanaman. Unsur ini penting pada proses
fisiologis, termasuk di dalamnya fotosintesis dan pengangkutan gula, efesiensi
penggunaan air, metabolisme karbonat dan protein, aktivasi ensim, dan menjaga
kualitas tanaman (?arben & Ku vart, 1996). Konsentrasi optimum potasium
pada jaringan tanaman adalah berkisar antara 1,5 sampai 4,5 % K pada berat
kering.

# '    

Potasium adalah tujuh unsur yang paling banyak di dalam kerak bumi, dan
hanya 1-2 persen terdapat pada tanaman. Sisanya terikat pada mineral-mineral
yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Petani biasanya memanfaatkan
pupuk buatan potasium untuk mengoptimisasi pertumbuhan tanaman.
Ada beberapa macam mineral yang mengandung potassium yang dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok silikat, seperti: ortoklas (KAlSi6 O8), biotit
(K(Mg,Fe)3(AlSi3 O10)(O?)2 ), dan muskovit (KAl2 (AlSi3O10)(O?)2); dan
kelompok garam, seperti: arkanit (K2SO4), glaserit (3K2SO4 . N2SO4), kainit
(4KCl . 4MgSO4 . 11?2 O), karnalit (KCl . MgCl2 . 6?2 O), langbeinit (K2SO4 .
2MgSO4 ), leonit (K2SO4 . 2MgSO4 . 4?2O), niter (KNO3), polihalit (K2SO4 .
MgSO4 . 2CaSO4 . 2?2 O), dan silvit (KCl). Dari semua mineral ini, yang paling
banyak dijumpai adalah silvit.
Silvit (KCl) merupakan mineral garam yang mempunyai struktur Kristal
isometrik dengan kombinasi kubik atau oktahedron. Secara fisik mineral ini
berwarna transparan, putih atau merah; mempunyai belahan yang sempurna,
kekerasan 2, dan berat jenis 1,99. Umumnya mineral ini berbentuk kristalkristal
granular yang menunjukkan bentuk kubik.
Silvit mempunyai kesamaan proses pembentukan dan asosiasi dengan garam
halit (NaCl), tetapi lebih sedikit dijumpai. Mineral ini merupakan sumber utama
potasium, yang digunakan terutama untuk pupuk.
Potasium dalam felspar (K-felspar) pada umumnya sangat resisten terhadap
pelapukan, dimana ion K+ tidak mudah lepas sehingga sukar bagi tanaman untuk
menyerapnya. Sebaliknya, dalam mika dan mineral lempung mikaan yang
mempunyai struktur silikat lembaran, ion K terikat di antara lembaran bersama
Mg2+ dan Fe2+ dalam octahedral, sehingga lebih mudah terlepas. Phlogopit dan
biotit umumnya mengandung K2 O>10%, 5-22% MgO dan 5-20% Fe dalam
struktur silikat tetapi tidak siap pakai karena harus diasamkan.
Glukonit adalah K,Fe-hidromika yang juga mengandung K+, Na+, or Ca2+,
serta Al atau Mg. Glaukonit umumnya terdapat dalam pasir glukonitan yang
berwarna hijau, napalan dan lempungan yang tidak terkonsolidasi, dan diendapkan
dalam lingkungan marin, dekat pantai dengan kecepatan lambat. Glaukonit yang
bersih mengandung lebih dari 11% K2 O, sedangkan pasir hijau yang kaya
glukonit umumnya mengandung 5-9% K2 O. Glaukonit secara spasial berasosiasi
dengan akumulasi sedimen fosfat.

  (
 


Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa potasium merupakan salah satu dari
tujuh unsur yang paling melimpah di kerak bumi. Kadar potasium (dalam bentuk
K2 O) pada kerak benua mencapai 1,9 persen berat (Rudnick, 1995). Namun
sebagian besar dari senyawa ini terikat pada mineral-mineral silikat. Jadi,
meskipun sumberdaya geologi potasium sangat melimpah di kerak benua, tidak
semuanya dapat dimanfaatkan untuk tanaman. Di Indonesia, sumber daya mineral
pembawa-K yang ada hanya batuan trakhitik dan riolitik yang baru tercatat di satu
lokasi yaitu G. Kunyit, Lampung, sedangkan tuf riolitik tercatat di Desa Paga,
Sikka, NTT. Selain itu, Formasi Tuf Toba yang berkomposisi riolitik di sekitar
Danau Toba, juga tersebar cukup luas. Sayangnya K-felspar bukan agromineral
yang diharapkan untuk dapat digunakan langsung. Pada beberapa lokasi K-felspar
diusahakan untuk industri keramik.
Disamping itu juga terdapat batuan yang kaya leusit di sekitar G. Muria,
Jepara, Jawa Tengah, yaitu batuan piroklastik, tephrit, lava basanit, leusitit dan
syenit, akan tetapi potensinya belum dikaji. Namun beberapa perusahaan pernah
dilaporkan mengusahakan batuan-batuan tersebut untuk industri keramik.
Beberapa lokasi lain, seperti G. Ringgit-Beser dan beberapa jenis batuan beku
alkali di Kalimantan bagian tengah belum sempat diselidiki, sehingga belum dapat
dievaluasi potensinya.





Unsur potasium terdiri atas tiga isotop: 30 (93,10 %), 40 (0,0119 %), dan 41
(6,88 %). Isotop potasium 40 (40K) merupakan isotop radioaktif, yang mudah
40
mengalami peluruhan menjadi Ca melalui emisi „ (40K ĺ 40
Ca) dan 40Ar
melalui penangkapan elektron (40 K ĺ 40
Ar) (idal, 1994). Peluruhan ini
menyebabkan kenaikan jumlah argon pada atmosfer yang tetap (Krauskopf &
Bird, 1995).

 # $)! #3 #&

 )0c *$-&4*+$#


-% 5-#-!&,$ -&.) 
$)-)-%& 

Sistem Kristal : monoklin

Belahan : sempurna {110}

Kekerasan :5±6

BD : 3 - 3,4

Kilap : kaca

Warna : variasi warna dari hijau sampai hitam.


Optik : so- Į = 1,62 ± 1,71; ȕ = 1,62 ± 1,71;Ȗ=1,63 ± 1,73

Terdapatnya : hornblende adalah mineral yang sangat penting dan


penyebarannya sangat luas dan mineral pembentuk batuan, terjadi
dalam dua tempat yaitu batuan beku dan batuan metamorf.

  !$+&

System kristal : kubik

Belahan : sempurna {100}

Kekerasan :2

BD : 1,9

Kilap : kaca

Warna : bening, putih, keabu-abuan, kebiruan sampai merah

Optic : transparan, isotrop

Cerat : putih

Pecahan : uneven.

Terdapat di : sebagai dari halit tapi banyak yang tidak sama tapi hanya
pada terdapatnya di dalam lapisan paling atas dari bagian
garam bilamana air garam mempunyai konsentrasi X 1,57%
dari volume.

Î  $ Î). &

System kristal : monoklinik

Belahan : 1,1 - basal ; 2,1 - prismatic


Kekerasan :6

BD : 2.5 - 2.6

Kilap : kaca

Warna : putih, cream,kuning, abu-abu, coklat muda

Optic : Transparent to translucent

Cerat : putih

Pecahan : Conchoidal sampai uneven

Tenacity : Brittle

Terdapat di : beberapa lokasi yang terkenal banyak sanidine adalah di


Island of Elba, Italy; the Caucasus Mountains, Russia;
Ragged Mountain, Gunnison Co., Colorado; the Black
Range, Grant Co., New Mexico; and Bisbee, Cochise Co.,
Arizona.

Komposisi : Potassium aluminum silicate. Forms a series with Albit


(NaAlSi3O8 ), in which the intermediary member is
Anorthoclase

ariable Formula : (K,Na)AlSi3 O8

Terbentuk bersama : Quartz, Muscovite, Plagioclase feldspars


" #0 )!

d x   
   

Rumus Kimia : (K,Ca,Na,Ba)7Si23Al9O64·23(?2O) 

Komposisi : Berat Molekul = 2,625.60 gr


Potassium 6.25 % K 7.53 % K2 O
Barium 2.09 % Ba 2.34 % BaO
Sodium 0.53 % Na 0.71 % Na2 O
Calcium 2.29 % Ca 3.20 % CaO
Aluminum 9.56 % Al 18.06 % Al2 O3
Iron 0.43 % Fe 0.55 % FeO
Silicon 24.28 % Si 51.95 % SiO2
?ydrogen 1.74 % ? 15.58 % ?2 O
Oxygen 52.83 % O
______ ______ 

100.00 % 99.91 %
= TOTAL OXIDE
Rumus Empiris : K4.2Ca1.5Na0.6Ba0.4Fe2+0.2 Si22.7 Al9.3O64·22.7(?2 O)
Lingkungan :mineral kedua dalam lapisan dan lubang dari silika-di
bawah penjenuhan batuan vulkanik dan manganese nodules
di dalam samudra India.
Status IMA : Diakui IMA 1977
Lokasi : Di Cupaello quarry, dekat Santa Rufina, dan at alle
Beachella, Sacrofano, dekat Rome, Lazio,, Italy.
Nama Asal : berasal dari Stefano Merlino (1938-), Professor
Kristalografi, University of Pisa, Pisa, Italy.
Nama Lain : ICSD 86741
PDF 29-989

d
   x   
Rasio Axis : a:b:c =0.992:1:0.6989

Dimensi Sel : a = 14.116, b = 14.229, c = 9.946, Z = 1;  = 1,997.72


Den(Calc)= 2.18

Sistem Kristal : Orthorhombic - Dipyramidal?-M Symbol (2/m 2/m 2/m)


Space Kelompok: I mmm

Difraksi sinar X : Dengan Intensitas(I/Io): 3.18(1), 7.08(0.9), 7.12(0.9),

d ×   
   

Belahan : Bagus

Warna : tanpa warna, Putih.

Berat Jenis : 2.14 - 2.27, Rata-rata = 2.2

Derajat Kejernihan : Transparent sampai Translucent

?abit (Bentuk Luar) : Fibrous - Kristal terbuat dari fibers.

Radial - radiasi Kristal dari pusat tanpa


produksi bentuk stellar (e.g. stibnite)

Spherical - Spherical, sekitar kumpulans.

Kekerasan : 4.5 - antara Fluorite dan Apatite

Kilap : itreous (Glassy)

Cerat : putih

, c0 !6!$$) &$ )"&2"$ )&&

Senyawa kimia : K(UO2)(AsO4 )·4(?2 O)


Komposisi : berat molekul = 520.11 gm

Potassium 7.52 % K 9.06 % K2O

Uranium 45.77 % U 51.92 % UO2

Arsenic 14.41 % As 22.10 % As2 O5

?ydrogen 1.55 % ? 13.85 % ?2 O

Oxygen 30.76 % O

__________ ___________

100.00 % 96.92 % = TOTAL OXIDE

Senyawa empiris : K(UO2)(AsO4 )·4(?2 O)

Lingkungan : terdapat pada pecahan lapisan mineral sekunder yang jarang


di dalam batupasir asphaltic putih berasal dari dataran tinggi
Colorado dan bersifat menyimpan uranium

: alid Species (Pre-IMA) 1956

Lokasi : tambang Fuemrol No. 2, pegunungan Temple, Emery


County, USA.

Asal Nama : Berasal dari nama penemunya, Jess Abernathy

d x      


Ratio axial : a:c = 1:1.26638

Dimensi bidang : a = 7.17, c = 9.08, Z = 2;  = 466.79 Den(Calc)= 3.

3.70

Sistem kristal : Tetragonal - Ditetragonal Dipyramidal?-M Symbol


(4/m 2/m 2/m) Space Group: P 4/ncc

d x        


Belahan : [001] Sempurna
Warna : Kuning

Berat jenis : 3.31 - 3.57, Rata-rata = 3.44

Pecahan : Berbutir halus ± biasanya diperlihatkan oleh kaca dan mineral


non logam

Bentuk Luar : Tabular ± berdimensi tipis satu arah

Kekerasan : 2-3 - Gypsum-Calcite

Luminasi : berpendar dan radioaktif, U pendek=kuning-hijau, U


panjang=kuning-hijau

Kilap : kaca

Derajat Kemurnian : Transparan

Cerat : Kuning


c c
# 


Batuan dan mineral dapat berperan cukup potensial di bidang pertanian,
karena di dalam beberapa mineral dan batuan terkandung nutrisi-nutrisi penting
yang dapat digunakan untuk mempertahankan dan menambah produktivitas lahan
maupun hasil pertanian, yang disebut sebagai agromineral. Tanaman memerlukan
nutrien untuk tumbuh diantaranya nitrogen, fosfat, potassium, kalsium,
magnesium, sulfur dan mikroelemen lain, yang tidak dipunyai oleh tanah yang
kurang subur.
Secara geologi, Indonesia tersusun oleh sistem busur volkanik, dari Aceh
menyusuri sepanjang ruas Pulau Sumatra, selatan Jawa, Kepulauan Sunda Kecil,
berbelok ke Kepulauan Banda, Sulawesi bagian Barat sampai lengan Sulawesi
bagian utara, menghasilkan produk vulkanik yang dapat berpotensi sebagai
sumber daya agromineral.
Baik agrogeologi maupun agromineral di Indonesia belum banyak dipelajari
di Indonesia, akan tetapi dari penyelidikan, inventarisasi dan evaluasi bahan
galian yang dilakukan oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral sejak
beberapa periode yang lalu, beberapa agromineral yang terdapat di Indonesia
cukup beragam, antara lain fosfat guano di gua-gua gamping sebagai sumber daya
fosfor (P), batuan volkanik yang mengandung Kalium sebagai sumber kalium (K),
sulfur, batugamping, dolomit, batuan ultrabasa, batuapung, dan sebagainya.









 %! 0!  


d Kharisun, 2003, Potensi Pengembangan Agrogeologi di Indonesia,


makalah dipresentasikan dalam ³Seminar Nasional Agrogeologi´ Senin,
14 Juni 2003, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
d Rismunandar, 1981, Pengetahuan Dasar tentang Pertanian, Penerbit Sinar
Baru Bandung.
d Skinner, B.J. (1984) Sumberdaya bumi (terjemahan). Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 189 h.
d Suhala, S. & Ari_n, M. (1997) Bahan galian industri. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung, 366 h.

Sumber lainnya :
www.google.com

Vous aimerez peut-être aussi

  • PENJELASAN
    PENJELASAN
    Document11 pages
    PENJELASAN
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Ringkasan
    Ringkasan
    Document1 page
    Ringkasan
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Seni Batik Ciri Khas Indonesia
    Seni Batik Ciri Khas Indonesia
    Document2 pages
    Seni Batik Ciri Khas Indonesia
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Document2 pages
    Pendahuluan
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document11 pages
    Bab I
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Etika
    Etika
    Document16 pages
    Etika
    Citra Nur Izati
    100% (1)
  • Pembagian Kelompok
    Pembagian Kelompok
    Document2 pages
    Pembagian Kelompok
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Geopedo
    Tugas Geopedo
    Document1 page
    Tugas Geopedo
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Non Logam
    Non Logam
    Document1 page
    Non Logam
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Pembagian Kelompok
    Pembagian Kelompok
    Document2 pages
    Pembagian Kelompok
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Gambar
    Daftar Gambar
    Document1 page
    Daftar Gambar
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Etika
    Etika
    Document16 pages
    Etika
    Citra Nur Izati
    100% (1)
  • Non Logam
    Non Logam
    Document1 page
    Non Logam
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • DAFTAR ISI, Kata Pengantr Page Dong An
    DAFTAR ISI, Kata Pengantr Page Dong An
    Document3 pages
    DAFTAR ISI, Kata Pengantr Page Dong An
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Etika
    Etika
    Document16 pages
    Etika
    Citra Nur Izati
    100% (1)
  • Amdal
    Amdal
    Document21 pages
    Amdal
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Metode MT
    Metode MT
    Document9 pages
    Metode MT
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • LHNDNG
    LHNDNG
    Document17 pages
    LHNDNG
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document1 page
    Daftar Pustaka
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Morfometri
    Morfometri
    Document4 pages
    Morfometri
    Fahmi Bajry
    Pas encore d'évaluation
  • Hal 26
    Hal 26
    Document6 pages
    Hal 26
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Cover Laporan Praktikum
    Cover Laporan Praktikum
    Document3 pages
    Cover Laporan Praktikum
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Kuis PJ & Sig - Apip Supriatso (H1F008068)
    Kuis PJ & Sig - Apip Supriatso (H1F008068)
    Document4 pages
    Kuis PJ & Sig - Apip Supriatso (H1F008068)
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation
  • Tugas Jatidiri Unsoed 2003
    Tugas Jatidiri Unsoed 2003
    Document17 pages
    Tugas Jatidiri Unsoed 2003
    Citra Nur Izati
    Pas encore d'évaluation